Studi Evaluatif Implementasi Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Program Pendidikan Terrpadu: Studi Kasus Di SMP Islam Terpadu Al-Izzah Serang Banten.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMABR... i ii iv vii ix x
BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Perumusan Masalah dan Fokus Penelitian... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Defenisi Operasional ...
1 1 8 10 11 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS………...
A. Kurikulum dan Implementasi Kurikulum……… 1. Pengertian Kurikulum... 2. Implementasi Kurikulum... 3. Model-Model Implementasi Kurikulum... 4. Prinsip Implementasi Kurikulum... 5. Kompetensi Guru dan Implementasi Kurikulum... 6. Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum... B. Evaluasi Kurikulum...
1. Pengertian Evaluasi Kurikulum... 2. Tujuan Evaluasi Kurikulum... 3. Pendekatan dalam Evaluasi Kurikulum... 4. Jenis-Jenis Evaluasi Kurikulum... 5. Model-Model Evaluasi Kurikulum... C. Pendidikan Agama Islam (PAI)... 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 2. Tujuan dalam Proses Pendidikan Islam... 3. Materi Pendidikan Agama Islam... D. Sekolah Islam Terpadu... 1. Pengertian Sekolah Islam Terpadu ... 2. Karakteristik Sekolah Islam Terpadu... 3. Kurikulum Sekolah Islam Terpadu... 4. Struktur Program SMPIT...
14 14 14 16 18 19 22 23 24 24 25 25 26 27 32 32 33 34 35 35 36 37 40
BAB III METODE PENELITIAN... A. Metodologi Penelitian... B. Tehnik Pengumpulan Data...
41 41 43
(2)
viii
C. Instrumen Penelitian... D. Tehnik Analisis Data... E. Prosedur Penelitian... F. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian...
48 52 54 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
A. Profil SMPIT Al-Izzah Kota Serang ... B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam... C. Kesesuaian Kurikulum PAI dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam... D. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi
Kurikulum Mata Pelajaran PAI... E. Analisis Data... F. Analisis Perbandingan dengan Standar/Kriteria &
Contingency... G. Pembahasan...
62 62 64 87 92 96 108 117 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...
A. Kesimpulan... B. Rekomendasi...
123 123 125 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
(3)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Realita perubahan sosio-kultural yang melanda seluruh bangsa di dunia, termasuk bangsa Indonesia, menuntut pada adanya konsepsi baru yang tanggap dan sanggup memecahkan problema-problema kehidupan umat manusia melalui pusat-pusat gerakan yang paling strategis dalam masyarakat. Salah satu pusat strategis tersebut adalah gerakan kependidikan yang mempunyai landasan ideal dan operasional yang kokoh berdasarkan nilai-nilai yang pasti dan astisipatif kepada kemajuan hidup masa mendatang. (Arifin, 2000 : 24)
Pendidikan Islam masa kini dihadapkan pada tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang hadapi pada masa permulaan penyebaran Islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multi-interest yang berdemensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multi komplek pula.
Di zaman modern sekarang ini terjadi penyakit-penyakit aneh. Menurut ilmu psikologi terjadi kegalauan, kesedihan, stres, urat syaraf terganggu, egois dan kriminalitas akhlak. Manusia hidup dalam dunia yang gelap, di mana setiap orang meraba-raba, namun tidak menemukan denyut nurani, tidak merasakan sentuhan kasih, tidak melihat sorot mata persahabatan yang tulus.( Matta : 2002)
(4)
Penyakit yang menghinggapi masyarakat sekarang sudah krusial, karena sudah menyebar hampir ke setiap individu dan seakan-akan tidak ada yang terlewat olehnya. Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan dan harus dicarikan solusinya. Titik awal dalam mengobati penyakit masyarakat ini, dimulai dari individu-individunya masing-masing.
Individu merupakan sosok awal untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Perbaikan terhadap individu beberapa orang saja dalam sebuah lingkungan diharapkan mempunyai efek yang lebih baik bagi perubahan dalam tatanan masyarakat setempat. Mereka yang sudah baik akan berusaha menularkan kebaikan tersebut kepada masyarakat sekitarnya, sehingga lambat laun penyakit masyarakat akan hilang dengan sendirinya.
Berangkat dari asumsi tersebut, penyakit individu dan masyarakat pada dasarnya disebabkan oleh adanya kekeringan jiwa mereka dari nilai-nilai spiritual. Meskipun sebagian besar dari mereka adalah orang-orang pintar atau cerdas secara intelektual dan emosional, tetapi kehidupan mereka telah kehilangan makna dan nilai, sehingga hal tersebut mengakibatkan penyakit-penyakit yang menghilangkan kepekaan dan ketidakmampuan memaknai setiap peristiwa dan masalah hidup dengan makna yang positif. Dengan kata lain, masyarakat tidak cerdas secara spiritual. Karena itu dibutuhkan sebuah gerakan untuk melakukan penyadaran ke seluruh level masyarakat, khususnya peserta didik (siswa).
Siswa adalah salah satu objek yang harus dijadikan target untuk diubah dan mengubah ke arah yang lebih baik, karena, mereka adalah pelanjut
(5)
kebudayaan. Kelak pada suatu zaman, para pemuda ini harus terjun ke tengah masyarakat untuk melakukan pelurusan moral dan akhlaq apabila masyarakatnya tersesat (Al-Banna : 2002)
Islam merupakan syariat Allah bagi manusia yang dengan bekal syariat itu manusia beribadah. Agar manusia mampu memikul dan merealisasikan amanat besar itu, syariat itu membutuhkan pengamalan, pengembangan dan pembinaan. Pengembangan dan pembinaan itulah yang dimaksud dengan pendidikan Islam. Islam telah memberi metode pendidikan yang sempurna kepada umat manusia. (An-Nahlawi, 1995 : 25)
An-Nahlawi (1995:25) menjelaskan bahwa pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya.
Seluruh ide tersebut telah tergambar secara integral (utuh) dalam sebuah konsep dasar yang kokoh. Islam pun telah menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu pada syariat Islam. Perilaku yang dimaksud adalah penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia itu sendiri baik dilakukan secara individu maupun secara kolektif.
Aspek keimanan dan keyakinan menjadi landasan akidah yang mengakar dan integral serta menjadi motivator yang mengugah manusia untuk
(6)
berpandangan ke depan, optimistis, sungguh-sungguh dan berkesadaran. Aspek syariat telah menyumbangkan berbagai kaidah dan norma yang dapat mengatur perilaku dan hubungan manusia. Aspek penghambaan merupakan perilaku seseorang manusia yang berupaya mewujudkan seluruh gambaran, sasaran, norma dan perintah syariat tersebut.
Pendidikan merupakan sarana pengembangan kepribadian manusia agar seluruh aspek diatas menjelma dalam sebuah harmoni dan saling menyempurnakan. Lewat penjelmaan itu, seluruh potensi manusia dipadukan dan dicurahkan demi mencapai suatu tujuan. Segala upaya, perilaku dan getar perasaan, senantiasa bertitik tolak dari tujuan tersebut.
Saat ini masih saja terjadi dikotomi keilmuan, terbelahnya ilmu agama dengan ilmu dunia, dikotomi antara Al-Qur’an dan alam, antara wahyu dengan akal. Dunia pendidikan Islam terjebak pada dikotomik yang sangat parah, ’sekularisasi’ dan sakralisasi pendidikan. Sekularisasi bermakna bahwa pendidikan telah melepaskan dirinya dari agama. Agama diartikan sebagai sesuatu yang ’hanya’ berhubungan dengan masalah ibadah ritual, atau hal-hal yang berhubungan dengan urusan-urusan mu’amalah terbatas seperti : nikah, talak, rujuk, warisan, pengurusan jenazah. Agama tidak ada hubungan dengan sains, teknologi terlebih pada ilmu sosial, hukum, politik, dan budaya.
Sekolah agama khusunya pesantren terlalu asyik dengan kajian kitab kuning tanpa peduli dengan perkembangan zaman, kemajuan sains dan teknologi yang sesungguhnya relevan untuk diketahui, dipahami dan dikuasai. Jika ini dibiarkan semakin banyak manusia negeri ini yang tidak paham akan
(7)
agamanya sendiri. Banyak yang sukses dan pintar secara akademik, namun kurang benar dalam keberagamaan yang ditandai dengan kurang dalam melaksanakan ajaran agama dalam keseharian baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dalam standar isi dijelaskan bawah pendidikan agama Islam pada sekolah untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama (Permendiknas No. 22 tahun 2006)
Pendidikan agama diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri (1). Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain menguasai materi. (2). Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia. (3). Memberikan kebebasan yang luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan ketersediaan sumber daya pendidikan.
(8)
Pendidikan agama Islam di jenjang SMP bertujuan untuk : (1). Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. (2). Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah (Permendiknas No. 22 tahun 2006)
Tujuan yang telah ditetapkan melalui peraturan menteri pendidikan nasional tersebut menjadi tantangan setiap sekolah untuk mengimplementsikan tujuan tersebut dalam kenyataan di sekolah. Efektivitas dan efesiensi pendidikan Islam menuntut untuk menerapkan pelbagai rekayasa dan rekadaya yang di dasari oleh ilmu pengetahuan teoritis dan praktis sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan.
Keberadaan kurikulum adalah bukan sesuatu yang abadi dalam arti kurikulum yang berlaku saat sekarang tidak akan ada perbaikan dan atau pengayaan pada suatu masa tertentu. Keberadaan kurikulum dalam sistem penyelenggaraan pendidikan suatu bangsa sangat menentukan, karena tujuan dasar dan tujuan utama pembangunan sumber daya manusia generasi masa depan termaktub dalam sistem kurikulum pendidikan bangsa itu.
(9)
Dalam implementasi kurikulum di sekolah, Hasan (2007 : 480) mengatakan bahwa :
”Implementasi adalah proses kurikulum yang lebih rumit dibandingkan konstruksi kurikulum. Dalam implementasi berbagai faktor berkerja berpengaruh terhadap implementasi. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor pendukung untuk keberhasilan seperti manajemen sekolah yang baik. Kontribusi komite sekolah, sikap masyarakat, semangat dan dedikasi guru serta fasilitas belajar yang memenuhi syarat ketersedian dana yang diperlukan.”
Kurikulum yang telah ditetapkan akan memberikan makna dan fungsi berarti apabila guru sebagai pelaksana kurikulum dalam kegiatan pembelajaran memiliku kemampuan dan pemahaman yang jelas dan baik terhadap kurikulum tersebut. Dalam hal ini, Kamarga (1994 : 13) mengatakan bahwa :
”Implementasi suatu kurikulum melibatkan guru sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum, serta siswa sebagai subjek yang memperoleh pendidikan. Dalam hal ini tugas pertama guru adalah menerjemahkan kurikulum untuk kemudian guru mengembangkannya dalam bentuk perencanaan pengajaran dan selanjutknya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar di kelas, sedangkan tugas siswa adalah memperoleh input dalam melaksanakan kegiatan belajar.”
Implementasi kurikulum di sekolah memegang peranan kunci dalam keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Penulis melihat ada perbedaan yang nampak dari sekolah-sekolah pada umumnya dengan sekolah Islam terpadu dalam impelementasi kurikulum.
Salah satu sekolah yang sedang banyak diminati oleh masyarakat yang berekonomi menengah ke atas dan orang-orang terpelajar yang memiliki semangat keislaman yang kuat adalah sekolah Islam terpadu. Sekolah Islam
(10)
Terpadu hadir sebagai upaya ”menghidupkan kembali lembaga pendidikan Islam pada masa keemasannya. Menjadikan nilai dan pesan robbani ke dalam kurikulum dalam arti luas adalah sebuah langkah cerdas dan benar. Dengan keterpaduan nilai imtaq dan iptek kelak akhirnnya sekolah Islam terpadu diharapkan mampu membawa siswa ”manusia sejati” yang manusia ’Abid’ yang berakidah shahihah, berakhlak karimah juga mengembleng siswa menjalankan fungsi kekhilafahannya.
Peneliti mencermati sekolah yang berusaha untuk menerapkan sistem ini yakni membawa siswa ”manusia sejati” yang manusia ’Abid’ yang berakidah shahihah, berakhlak karimah juga mengembleng siswa menjalankan fungsi kekhilafahannya adalah Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Izzah Serang di bawah sebuah Yayasan Pendidikan Islam Al-Izzah Serang Banten. Atas dasar temuan-temuan yang dikemukakan di atas, penulis terdorong untuk mengkaji dalam sebuah penelitian ilmiah (Tesis) yang berjudul ”Studi Evaluatif Implementasi Kurikulum Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Dalam Program Pendidikan Terpadu (Studi Kasus Di SMPIT Al-Izzah Serang Banten)”
B. Perumusan Masalah dan Fokus Penelitian
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok masalah penelitian ini adalah : Bagaimana kesesuaian
(11)
dengan implementasinya dalam program pendidikan terpadu di SMPIT Al-Izzah Serang Banten ?
Fokus penelitian yang telah dikemukakan tersebut mengutamakan pada keterpaduan aspek-aspek yang berkenaan dengan aspek: perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran, dan penilaian hasil belajar
Aspek-aspek tersebut secara rinci akan berhubungan dengan pemahaman guru terhadap dokumentasi kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, bentuk persiapan pengajaran yang dibuat guru, cara penyajian materi Pendidikan Agama Islam terpadu, pendekatan pembelajaran, cara penilaian hasil belajar oleh guru serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Untuk lebih fokus pada penelitian ini, rumusan masalah tersebut diperinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana profil SMPIT Al-Izzah Kota Serang?
2. Bagaimana pemahaman guru terhadap kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMPIT Al-Izzah Serang Banten?
3. Apakah ada kesesuaian antara dokumen kurikulum mata pelajaran pendidikan agama yang dibuat guru dengan implementasi yang dilakukan di SMPIT Al-Izzah Serang Banten?
(12)
4. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam implementasi mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMPIT Al-Izzah Serang Banten?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh gambaran mengenai suatu permasalahan yang berkenaaan dengan impelementasi kurikulum mata pelajaran pendidikan agaman Islam dalam program pendidikan terpadu di SMPIT Al-Izzah Serang Banten. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk Memperoleh temuan tentang profil SMPIT Al-Izzah Kota Serang
2. Untuk memperoleh temuan tentang pemahaman guru PAI terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMPIT Al-Izzah Serang Banten
3. Untuk memperoleh temuan tentang kesesuaian antara dokumen kurikulum mata pelajaran pendidikan agama yang dibuat guru dengan implementasi yang dilakukan di SMPIT Al-Izzah Serang Banten
4. Untuk memperoleh temuan tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMPIT Al-Izzah Serang Banten
(13)
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbangsih terhadap upaya mendalami pemahaman kurikulum mata pelajaran PAI dalam model program pendidikan terpadu yang terlibat di dalamnya.
1. Guru pendidikan agama Islam di SMPI khususnya SMPIT Al-Izzah Serang Banten, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi guru untuk lebih memahami dan mendalami proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pendidikan agama Islam berdasarkan kurikulum nasional, kurikulum departemen agama dan kurikulum yayasan.
2. Bagi kepala sekolah di SMP khususnya SMPIT Al-Izzah di Serang Banten, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai pertimbangan pembinaan profesi keguruan, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam model program pendidikan terpadu.
3. Bagi lembaga yang mempersiapkan guru, khususnya guru pendidikan agama Islam, sebagai masukan guna membekali para lulusannya dengan kemampuan teori dan praktek serta kemampuan untuk memadukan teori dan praktek dalam proses pembelajaran
4. Bagi penelitian lanjutan, diharapkan dapat membuka wawasan sebagai bahan masuka bagi penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya yang
(14)
berkaitan dengan tugas guru sebagai implementator kurikulum nasional, kurikulum depag dn kurikulum yayasan.
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Studi Evaluatif
Studi evaluatif adalah upaya yang dilakukan untuk mencari informasi dan mengetahui adanya kesesuaian kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap implementasinya dan untuk mengetahui secara menyeluruh tentang suatu program pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan rencana tersebut.
2. Program Pendidikan Terpadu
Program Pendidikan Terpadu adalah Program pendidikan yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Konsep operasional Sekolah Islam Terpadu merupakan akumulasi dari proses pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran agama Islam, budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi. Istilah ”Terpadu” dalam sekolah Islam Terpadu, dimaksudkan sebgai penguat (taukid) dari Islam itu sendiri. Maksudnya adalah Islam yang utuh menyeluruh, integral, bukan parsial, syumuliyah bukan juz’iyah. (Tim JSIT Indonesia : 2006)
(15)
Kurikulum terpadu pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitifg, afektif, dan psikomotorik. Implikasi dari keterpaduan ini menuntut pengembangan pendekatan proses pembelajaran yang kaya, variatif dan mengunakan media serta sumber belajar yang luas dan luwes.
3. Implementasi Kurikulum keterpaduan mata pelajaran pendidikan agama Islam
Impelemtasi keterpaduan di sini diartikan sebagai pelaksanaan pengajaran terpadu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi keterpaduan dalam perencanaan pengajaran, pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan penilaian belajar. Dengan kata lain adalah kegiatan aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah secara terpadu.
(16)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuantitatif sebagaimana pada awal perkembangannya. Hasan (2008 : 207) mengemukakan bahwa model Stake dikelompokkan sebagai model kuantitatif, karena pada awalnya model ini dikembangkan dengan pendekatan kuantitatif. Pelaksanaannya mengutamakan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran paradigma positivisme (Hasan, 2008 : 187)
Sukmadinata (2007 : 53) juga mengatakan bahwa penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena-fenomena obyektif dan dikaji secara kuantitatif. Lebih lanjut dinyatakan bahwa maksimalisasi objektivitas desain penelitian kuantitatif dilakukan dengan mengunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Selanjutnya peneliti dalam melaksanakan penelitian kuantitatif mengambil jarak dengan obyek yang diteliti. Untuk melaksanakan penelitian menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat mengukur.
Arikunto (2006 : 12) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan
(17)
hasilnya. Demikian juga pemahaman dan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila juga disertai tabel, grafik, bagan dan sebagainya. Namun selain data yang berupa angka, dalam penelitian kuantitatif juga menyertakan data berupa informasi kualitatif. Arikunto (2006 :13) mengatakan karakteristik penelitian kuantitatif antara lain. :
1. Memiliki kejelasan dalam unsur tujuan, pendekatan, subyek, sumber data sudah mantap dan rinci sejak awal
2. Segala sesuatu yang berkaitan dengan langkah penelitian direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun
3. Dapat mengunakan sampel dan hasil penelitian diberlakukan untuk populasi
4. Mengunakan hipotesis (jika memang perlu). Dalam penelitian ini sesuai dengan sifatnya yang evaluatif, maka tidak mengunakan hipotesis
5. Jelas langkah-langkah dan hasil yang diharapkan dalam desainnya 6. Kegiatan pengumpulan data memungkin untuk diwakilkan
7. Analisis data dilakukan sesudah semua data terkumpul
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif non eksperimen, didasarkan apa yang dikatakan Hasan (2008 : 168) bahwa evaluasi harus berkaitan dengan kegiatan kurikulum yang terjadi dalam kenyataan. Sebagian ahli berpendapat bahwa penggunaan metode eksperimen sudah dianggap bertentangan dengan kaedah evaluasi. Seperti telah dikemukakan, hal tersebut menunjuk pada kenyataan bahwa eksperimen merupakan manipulasi dari
(18)
kenyataan yang ada dalam keseharian untuk menemukan fenomena yang dikaji. Fenomena yang ada dalama keseharian tidak memungkinkan bagi eksperimen untuk mengkaji fenomena dan data yang diinginkan.
Dengan menggunakan metode non eksperimen, maka untuk mendapatkan data peneliti hanya merekam keadaan yang telah ada atau sedang terjadi dan tidak memunculkan data secara sengaja atau dengan kata lain sengaja menimbulkan data baru. (Arikunto, 2006 : 14) karena itu peneliti tidak menggunakan test tersendiri untuk mengukur tingkat pencapaian siswa, tetapi menggunakan nilai tes yang telah dimiliki oleh guru sebagai hasil pretest dan posttest.
B. Tehnik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa tehnik yang dapat digunakan dalam pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi dan studi dokumenter. (Sukmadinata, 2007 : 216). Mengacu pada yang dikemukakan Sukmadinata tersebut, penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Angket
Secara bahasa angket berasal dari bahasa latin Inquiree atau inquiro, yang artinya bertanya, mencari, memeriksa, meneliti, mengusut atau mencari bukti. Sementara itu kuesioner berasal dari bahasa latin questio yang artinya keluhan (Sastradipoera, 2005 : 284)
Angket atau kuesioner merupakan suatu tehnik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Tehnik ini memiliki kesamaan nama dengan instrumen yang
(19)
digunakannya yaitu bahwa instrumen atau alat yang digunakan dalam pengumpulan datanya juga disebut angket yang berisi sejumlah pertanyaan yag harus dijawab atau direspon oleh responden.
Tehnik angket peneliti pilih karena pandangan bahwa tehnik ini lebih efesien digunakan pada responden yang cukup banyak dibandingkan wawancara, karena itu dalam penelitian ini, untuk menggali data siswa digunakan tehnik angket dan bukan tehnik wawancara untuk menggali data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kondisi mereka dalam mengikuti pelajaran PAI pada SMPIT Al-Izzah Serang Banten.
2. Observasi
Observasi (Observation) atau pengamatan merupakan tehnik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar dan siswa belajar. (Sukmadinata, 2007 : 220). Menghimpun data dan informasi melalui pengamatan atau observasi dilakukan dengan memperhatikan (melihat) dan atau mendengarkan orang atau peristiwa. (Sastradipoera, 2005 : 282)
Terdapat dua macam observasi. Pertama adalah observasi partisipatif (participatory observation) yaitu observasi yang di dalamnya pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Kedua adalah observasi non partisipatif (nonparticipatory observation) yaitu pengamatan yang di
(20)
dalamnya pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, ia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan (Sukmadinata, 2007 : 221)
Selanjutnya, berkaitan dengan observasi dalam penelitian kuantitatif mengemukakan bahwa sebelum melakukan observasi peneliti sebaiknya menyiapkan pedoman observasi. Dalam penelitian kuantitatif pedoman observasi dibuat lebih rinci, bila dibandingkan penelitian kualitatif, bahkan untuk penelitian tertentu dapat berbentuk checklist.
Dalam penelitian ini digunakan tehnik pengamatan berstruktur yaitu pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada instrumen yang telah disusun. Hal ini didasarkan bahwa cara yang dipandang efektif dalam menggunakan metode observasi adalah melengkapinya dengan suatu format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. (Arikunto, 2006 : 229). Selanjutnya, bahwa mencatat data observasi bukan sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Skala bertingkat ini biasanya diwujudkan sebagai data ordinal.
Observasi dilakukan karena adanya manfaat yang dapat diambil untuk mendukung penelitian ini. Sukmadinata (2006 : 112), berkaitan dengan kegunaan observasi menyatakan bahwa observasi berguna untuk memperkuat data-data yang diperoleh dengan menggunakan tehnik lain. Penelitian ini menggunakan tehnik observasi dengan tujuan untuk memperkuat data penelitian yang dikumpulkan, khususnya untuk
(21)
membuktikan kesesuaian antara rencana dengan peristiwa yang terjadi sebagai implementasi rencana tersebut. Dalam model Countenance hal tersebut terkait dengan variabel intent dan observasi dalam matrik deskriptif.
Observasi dalam penelitian ini terfokus pada kelas untuk melihat dan mengamati kegiatan pembelajaran yang meliputi persiapan guru dalam melaksanakan kurikulum, khususnya merealisasikan program yang telah direncanakannya dalam RPP. Observasi juga untuk melihat respon siswa dalam menerima pelajaran di kelas sampai dengan hasil belajar, yang tentu dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk guru dan metode mengajar yang diterapkannya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan satu tehnik yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, dokumen yang dikaji harus menunjukkan keabsahan, sehingga data yang diperoleh merupakan data yang kuat untuk dijadikan pegangan dalam sebuah penelitian.
Studi dokumentasi atau dalam Sukmadinata (2007 : 221) disebut dengan studi dokumenter merupakan suatu tehnik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen tersebut dihimpun dan dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Studi dokumen
(22)
tidak sekadar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan tentang sejumlah dokumen, tetapi melaporkan hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.
Sumber dokumen yang dikaji dalam penelitian ini adalah dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru. RPP yang dikaji dibatasi pada satu pelajaran yang diampu oleh guru. Selain dokumen yang dikaji adalah dokumen yang berkaitan dengan dokumen hasil pretest dan posttest siswa. Fungsi yang diharapkan dari dokumen ini adalah sebagai bukti kongkrit dari data observasi, sebagai salah satu komponen dalam model Countenance Stake.
4. Wawancara
Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Wawancara adakalanya dilakukan secara kelompok, kalau memang tujuannya untuk menghimpun data dari kelompok seperti wawancara dengan satu keluarga, pengurus yayasan dan lain sebagainya. Wawancara untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual. (Sukmadinata, 2007 : 216)
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menggali data yang berhubungan dengan pihak SMPIT Al-Izzah Serang Banten selaku pihak yang mengelolah lembaga pendidikan. Tehnik ini untuk mengumpulkan data mengenai sikap kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang
(23)
kurikulum dan komite sekolah terhadap program, hubungan mereka dengan guru dan lain sebagainya.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sebagai perangkat untuk menggali data primer dari responden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, apalagi dalam penelitian kuantitatif. Pembuatan instrumen penelitian merupakan satu mata rantai dalam kegiatan penelitian setelah merumuskan secara jelas dan tegas permasalahan dan tujuan penelitian. Dari instrumen penelitian akan diperoleh rangkaian jawaban responden yang akan menjadi data untuk diolah, dianalisis dan akhirnya diambil kesimpulan sebagai hasil penelitian. (Suyanto et al, 2004 : 58). Penelitian ini menggunakan tiga macam instrumen, yaitu :
1. Angket
Angket (kuesioner) merupakan instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan yang akan dijawab oleh responden mengenai kondisi kehidupan, keyakinan atau sikap mereka. Angket untuk menghimpun data dengan cara mengajukan pertanyaan yang disusun dengan sistematis kemudian disebarkan kepada responden dengan cara tertentu. Instrumen penelitian ini dipergunakan untuk menetapkan jawaban-jawaban atas sejumlah pertanyaan melalui formulir yang akan diisi oleh responden sendiri. Isi angket berupa sekelompok pertanyaan yang tertulis dengan sistem tertentu yang perlu dijawab dengan tertulis
(24)
pula, sehingga hubungan antara peneliti dan responden menjadi tidak langsung. (Sastradipoera, 2005 : 284-285)
Selanjutnya, terdapat beberapa bentuk angket dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda majemuk dan jawaban naratif. Pilihan ganda majemuk adalah angket yang menggunakan pilihan ganda majemuk (multiple choice), responden dapat diberikan opsi majemuk baik sebagai sebuah daftar jawaban-jawaban yang mempunyai ciri-ciri tersendiri atau berlainan yang dapat dipilih. Sedangkan jawaban naratif adalah angket yang memberikan peluang besar kepada responden untuk mengidentifikasi bermacam faktor yang telah mempengaruhi pengalaman dan opini mereka.
Sementara itu Sukmadinata (2007 : 219) mengatakan tiga bentuk angket yaitu angket dengan pertanyaan terbuka dan angket dengan pertanyaan berstruktur dan angket dengan pertanyaan tertutup. Pada angket dengan pertanyaan terbuka, angket berisi pertanyaan atau pernyataan pokok yang bisa dijawab atau direspon oleh responden bebas. Tidak ada anak pertanyaan yang memberikan rincian yang memberikan arah dalam pemberian jawaban. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya. Sedangkan pada angket berstruktur, pertanyaan atau pernyataan sudah disusun secara berstruktur disamping ada pertanyaan atau subpernyataan. Dalam angket tertutup pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden. Responden tidak
(25)
bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban.
Dilihat dari bentuknya angket yang digunakan dalam penelitian adalah dua dari beberapa bentuk tersebut, yaitu instrumen angket berstruktur dan angket tertutup, menggunakan angket dengan pilihan ganda majemuk dan juga menggunakan jawaban naratif.
Angket yang digunakan adalah angket bagi siswa. Angket ini ditujukan untuk menggali informasi mengenai data observation, yang merupakan keadaan yang aktual. Ini meliputi antecedent, transaksi, dan outcome dari segi siswa. Antecedent mencakup beberapa hal, seperti sikap siswa terhadap pelaksanaan mata pelajaran PAI dan sebagainya. Transaksi adalah bagaimana mereka mengikuti pembelajaran dan outcome adalah bagaimana nilai hasil belajar, perubahan tingkah laku, maupun sikap mereka setelah mengikuti pembelajaran.
2. Pedoman observasi aktivitas pembelajaran
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi yang terstruktur. Karena itu sebelum melaksanakan observasi peneliti menyusun pedoman observasi yang berisi aspek-aspek yang akan diobservasi. Karena itu ketika melaksanakan observasi peneliti hanya terbatas pada aspek-aspek yang dirancang dan disusun.
Sebelum observasi perlu dibuat pedoman observasi. Pada penelitian kuantitatif sebagaimana penelitian ini pedoman observasi dibuat lebih rinci, bahkan dapat berbentuk checklist. Sukmadinata (2007 : 221)
(26)
mengemukakan bahwa berkaitan dengan pedoman observasi, minimal ada dua macam bentuk atau format pedoman observasi. Pertama berisi butir-butir yang akan di observasi. Dalam pelaksanaan pencatatan observasi, pengamat membuat deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati. Kedua berisi butir-butir kegiatan yang mungkin diperhatikan oleh individu yang diamati. Dalam pencatatan observasi pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda cek terhadap perilaku atau kegiatan yang diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati.
Penelitian ini disusun dalam bentuk skala. Untuk setiap butir kegiatan atau perilaku yang diamati, telah disiapkan rentang skala nilai yaitu : tidak sesuai (1), kurang sesuai (2), cukup sesuai (3), sesuai (4), dan sangat sesuai (5). Butir-butir kegiatan dan perilaku dalam pedoman observasi menggunakan checklist atau skala yang diberi angka. Hal ini dimaksudkan agar hasilnya dapat dianalisis secara kuantitatif menggunakan analisis statistik
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara merupakan pedoman yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan dan lain sebagainya. Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang berstruktur, yaitu pedoman dibuat dengan jawaban-jawaban yang singkat, sehingga membentuk checklist.
(27)
Pedoman wawancara yang digunakan terdiri atas empat pedoman wawancara, yaitu pedoman wawancara untuk guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan untuk komite.
D. Tehnik Analisa Data
Penelitian ini menggunakan langkah-langkah analisis yang dikemukakan oleh Arikunto (2006 : 235-239), yang mengatakan bahwa langkah-langkah pekerjaan analisis meliputi persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
1. Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan antara lain :
a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi. Langkah ini sangat perlu, terutama bila instrumennya anonim, kemudian dicek sejauhmana atau identitas apa saja yang sangat diperlukan bagi pengolahan data lebih lanjut.
b. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen barangkali ada yang terlepas atau sobek). Apabila ternyata ada kekurangan isi atau halaman, maka perlu dikembalikan atau diulang ke lapangan.
c. Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen termuat sebuah atau beberapa item yang diisi ”tidak tahu” atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok maka item itu perlu didrop. Langkah
(28)
persiapan ini berisi kegiatan memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah ini bermaksud merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau analisis.
2. Tabulasi
Kegiatan yang termasuk dalam langkah ini adalah sebagai berikut : a. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor,
yaitu memberikan skor pada angket bentuk pilihan ganda.
b. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain sebagainya.
c. Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasi dengan tehnik analisis yang akan digunakan. Misalnya data interval diubah menjadi data ordinal dengan membuat tingkatan.
d. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data, jika akan menggunakan komputer. Dalam hal ini pengolah data memberikan kode pada semua variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya di dalam coding sheet dalam kolom dan baris .
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
Penerapan data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil.
(29)
Data yang diterapkan dalam penghitungan mengandung maksud data yang disesuaikan dengan jenis data, yakni data ordinal, interval atau rasio. Pemilihan terhadap rumus yang digunakan kadang-kadang disesuaikan dengan jenis data tetapi ada kalanya peneliti menentukan pendekatan/rumus, kemudian data yang ada diubah, disesuaikan dengan rumus yang sudah dipilih.
Tehnik analisis data yang digunakan adalah analisisi kuantitatif dan kualitatif. Analisa kuantitatif digunakan dalam bentuk persentase, pengolahan melalui SPSS 16. Analisa melalui SPSS 16 dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa skor atau nilai awal siswa dalam pretest dengan hasil nilai postest yang dilakukan oleh guru. Analisis kualitatif digunakan pada aspek-aspek yang merupakan data, seperti yang berkaitan dengan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi mata pelajaran PAI.
E. Prosedur Penelitian
Hasan (2008 : 168) mengatakan bahwa dalam penelitian kuantitatif terdapat prosedur khusus yang dapat digunakan bagi evaluator yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada dasarnya evaluasi kuantitatif menggunakan prosedur yang diambil dari penelitian kuantitatif. Secara mendasar prosedur yang dilalui adalah sebagai berikut :
1. Penentuan masalah dan pertanyaan evaluasi 2. Penentuan variabel, jenis data dan sumber data 3. Penentuan metodologi
(30)
4. Pengembangan instrument
5. Penentuan proses pengumpulan data 6. Penentuan proses pengolahan data
Dari prosedur di atas, dapat diuraikan lebih jelas sebagai berikut : 1. Penentuan masalah dan pertanyaan evaluasi
Penentuan atau perumusan masalah dan pertanyaan evaluasi adalah langkah awal yang akan menentukan aktivitas pada langkah-langkah berikutnya. Masalah evaluasi dirumuskan berdasarkan tujuan evaluasi. Pertanyaan evaluasi sangat berkaitan denga masalah evaluasi. Dapat dikatakan bahwa pertanyaan evaluasi merupakan konseptualisasi mengenai masalah evaluasi.
Hal ini telah diuraikan pada Bab I, bahwa penelitian yang dilakukan ini mengemukakan beberapa pertanyaan yang menjadi pegangan dalam melakukan penelitian. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan besar yang kemudian dikembangkan dalam langkah dan prosedur yang sesuai dengan konsep Countenance Stake sebagai model yang dipilih dalam melakukan penelitian ini
2. Penentuan variable, jenis data dan sumber data
Penentuan variabel, jenis data dan sumber data adalah langkah yang penting dalam prosedur evaluasi kuantitatif. Penentuan variabel yang akan diteliti dalam evaluasi akan menentukan jenis data yang diperlukan untuk variabel tersebut. Setiap upaya pengumpulan data adalah upaya untuk mendapatkan data untuk variabel yang telah ditentukan. Jenis data
(31)
mungkin saja data primer atau sekunder. Data yang dikumpulkan mungkin pula bersifat data nominal, ordinal, interval atau rasio.
Selanjutnya, menentukan sumber data. Keputusan tentang ini akan berpengaruh terhadap metode yang digunakan. Pada umumnya sumber data dapat dikelompokkan atas dokumen, aktivitas dan orang.
Dokumen merupakan sumber data yang sudah tersedia dalam berbagai surat menyurat dan lain-lain. Aktivitas dalam penelitian ini sebagai sumber data adlaah aktivitas yang terjadi dalam proses pembelajaran sehingga tidak memerlukan suatu manipulasi. Sumber data berupa orang sering dikenal dengan sebutan responden, seperti peserta didik, guru, pimpinan lembaga dan lain sebagainya.
3. Penentuan metodologi
Penentuan metodologi merupakan konsekuensi logis dari tujuan evaluasi, jenis data yang diinginkan dan sumber data. Dalam penelitian ini data yang diinginkan sudah ada dalam kenyataan kehidupan keseharian. Dengan kondisi demikian maka metodologi yang dipilih adalah metode noneksperimen. Metode yang dipilih selanjutnya dikembangkan dalam tradisi positivisme atau metode kuantitatif.
4. Pengembangan instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Instrumen dapat berupa alat yang telah tersedia. Alat baru yang harus dikembangkan khusus untuk evaluasi tersebut atau manusia yang memiliki fungsi dan peran untuk itu. Pengembangan
(32)
instrumen adalah tindakan berikutnya sesuai dengan sumber data yang digunakan, tradisi yang dianut oleh evaluator dan metode yang digunakan. 5. Penentuan proses pengumpulan data
Proses pengumpulan data merupakan proses yang perlu dilakukan dengan seksama. Kesalahan dalam proses pengumpulan data akan berpengaruh negatif terhadap data yang dikumpulkan. Keunggulan instrumen pengumpul data menjadi sia-sia karena kesalahan dalam proses pengumpulan data. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen non tes, berupa angket dan pedoman observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data.
6. Penentuan proses pengolahan data
Proses pengolahan data sangat dipengaruhi oleh metodologi yang digunakan. Dalam metode kuantitatif maka data baru dapat diproses setelah semua data tersebut terkumpul. Demikian yang dilakukan dalam penelitian ini. Data yang sudah terkumpul mungkin berasal dari satu responden, aktivitas, satu dokumen. Tidak ada proses pengolahan data yang dilakukan ketika proses pengumpulan data sedang dilakukan. Proses pengolahan data dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi juga dapat menggunakan orang lain yang terlatih atau dilatih tanpa yang bersangkutan mengenal lapangan dari mana data tersebut dikumpulkan.
F. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu hal yang perlu untuk ditentukan. Lokasi merupakan suatu aspek yang perlu dipertimbangkan karena penentuan
(33)
lokasi sangat memberi pengaruh pada langkah-langkah selanjutnya terutama dalam persiapan baik persiapan dari segi finansial maupun segi nonfinansial.
Peneliti bermaksud untuk melaksanakan penelitian dengan mengambil lokasi di Kota Serang Banten. Secara khusus lokasi yang peneliti pilih adalah Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Al-Izzah Serang Banten. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah bahwa salah satu sekolah swasta tersebut menjadi rujukan bagi orang tua yang menginginkan pendidikan bermutu dan bernuansa islami sehingga peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan di tempat tersebut. Peneliti juga berharap, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan Islam terpadu pada SMPIT Al-Izzah di Kota Serang Banten.
Populasi penelitian meliputi populasi guru dan populasi peserta didik. Guru yang menjadi sampel penelitian ini adalah guru mata pelajaran PAI pada SMPIT Al-Izzah Serang Banten. Warga belajar dilibatkan dalam mengali informasi yang berhubungan dengan kemampuan awal siswa, sikap siswa terhadap pendidikan agama Islam yang berguna menentukan kesesuaian antara harapan guru dengan yang sebenarnya terjadi dalam diri siswa. Populasi di SMPIT Al-Izzah Serang Banten adalah sebesar 167 siswa. Jumlah tersebut terdiri dari siswa kelas 7 sebanyak 67 siswa, kelas 8 sebanyak 71 siswa, kelas 9 sebanyak 29 siswa. Dari populasi tersebut diambil sampel sebesar 50% dari populasi setiap kelas. Penentuan besarnya sampel sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2006 : 134) bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, lebih
(34)
baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung pada setidak-tidaknya dari :
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak atau sedikitnya data
c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang risikonya besar tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Sampel peserta didik tersebut diambil dari setiap kelas secara acak klaster, artinya bahwa dalam pengambilan sampel dilakukan dalam klaster-klaster, dan pengambilan di dalam masing-masing klaster dilakukan secara acak. (Sukmadinata, 2007 : 225) kelas dalam penelitian ini diangap sebagai klaster-klaster yang merupakan bagian sendiri-sendiri. Sementara itu sampel diambil sesuai dengan yang dikehendaki dan ditentukan sejumlah yang telah disebutkan dalam bab ini, juga dengan cara pengambilan secara acak. Pengambilan sampel tidak terpengaruh unsur gender sehingga pengambilan secara acak berlaku bagi semua jenis kelamin, tidak dibedakan antara warga belajar laki-laki dengan perempuan.
Sampel belajar digunakan sebagai data masukan dalam menilai pelaksanaan kurikulum oleh guru. Data yang dikumpulkan adalah merupakan
(35)
kenyataan yang terjadi dalam diri peserta didik , sebagai sesuatu yang akan dibandingkan dengan harapan guru.
Aspek pengukuran hasil belajar sebagai tuntutan dalam evaluasi, diukur dengan membandingkan kemampuan awal peserta didik melalui pretest sebelum pembelajaran dengan hasil belajar (test) siswa setelah menerima pelajaran.
(36)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Simpulan
Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan data hasil penelitian tentang studi evaluasi terhadap implementasi kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam pada SMPIT Al-Izzah Kota Serang. Simpulan pada bab ini difokuskan pada simpulan berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan penelitian. Pada bab ini dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
Pertama, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT)
Al-Izzah Kota Serang Sekolah Islam Terpadu hadir sebagai upaya ”menghidupkan kembali lembaga pendidikan Islam pada masa keemasannya. Menjadikan nilai dan pesan robbani ke dalam kurikulum dalam arti luas adalah sebuah langkah cerdas dan benar. Dengan keterpaduan nilai imtaq dan iptek kelak akhirnnya sekolah Islam terpadu diharapkan mampu membawa siswa ”manusia sejati” yang manusia ’Abid’ yang berakidah shahihah, berakhlak karimah juga mengembleng siswa menjalankan fungsi kekhilafahannya.
Kedua, pemahaman dan penghayatan guru mata pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) terhadap kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) secara umum sudah sesuai dengan konsep kurikulum sebagai kurikulum operasional yang dikembangkan oleh
(37)
masing-masing lembaga pendidikan dan guru pada setiap mata pelajaran. Pengembangan program tahunan, semester, silabus dan RPP telah dilaksanakan oleh guru mata pelajaran PAI di SMPIT Al-Izzah Kota Serang, sehingga antara pemahaman dan perencanaan telah menunjukkan kesesuaian, meskipun dalam beberapa hal-hal tertentu belum tepat.
Ketiga, silabus dan RPP sebagai bentuk perencanaan guru sesuai
dengan implementasi pada umumnya meskipun ada beberapa hal dalam proses pembelajaran yang sedikit keluar dari rencana pelaksanaan pembelajaran.
Keempat, faktor pendukung perencanaan dan implementasi
kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah 1). Kepala sekolah terkait fungsinya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor dan sebagai penanggungjawab segala kegiatan yang dilakukan oleh seluruh komponen sekolah; 2). Komite sebagai mitra kepala sekolah sangat membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah; 3). Rekan sejawat guru; 4). Lingkungan sosial yang mendukung dan kondusif; 4). Sarana dan prasarana khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam antara lain sarana ibadah yang cukup memadai, tempat wudhu dan WC yang standar
Faktor penghambat perencanaan dan impelementasi adalah tidak adanya ahli kurikulum, sikap guru terhadap kurikulum khususnya kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam dan kurangnyafasilitas dan sumber belajar.
(38)
B.
Rekomendasi
Dari hasil penelitian dan analisa temauan di lapangan, maka dikemukakan beberapa rekomendasi untuk kepentingan dan kemajuan di masa yang akan datang :
Pertama, bagi kepala sekolah
Hendaknya kepala sekolah dapat mempertahankan dan meningkatkan pemahaman guru terhadap kurikulum PAI serta mengatasi kekurangan dalam implementasi kurikulum berupa ketidak sesuaian antara pemahaman dengan perencanaan perlu ada peningkatan dan bimbingan dari kepala sekolah kepada para guru, baik secara pribadi maupun secara klasikal dalam rangka meningkatkan pemahmana guru terhadap kurikulum dan implementasinya.
Kedua, bagi guru
Secara individu guru hendaknya melakukan pendalaman kurikulum berupa mencari sumber informasi yang berkaitan dengan kurikulum untuk dipelajari. Jika ada yang masih samar atau sukar untuk dipahami dapat bertanya atau diskusi dengan guru-guru teman sejawat yang mungkin lebih memahami. Secara kelompok guru dapat memanfaatkan pertemuan MGMP dan KKM untuk melakukan pendalaman atau sharing dalam pemahaman dan penerapan implementasi kurikulum.
(39)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperbaiki pemahaman dan implementasi kurikulum yang dilakukan para guru dan sebagai informasi untuk mengambil kebijakan dengan mengadakan evaluasi pada setiap jenjang pendidikan.
Keempat, bagi penelitian lanjutan
Penyusun berharap adanya penelitian lanjutan terhadap pelaksanaan implementasi kurikulum pada satuan pendidikan, yang mengarah pada aspek-aspek yang lain, antara lain terhadap pengembangan isi dokumen kurikulum, pengembangan model pembelajaran PAI dan pengembangan kompetensi para guru PAI.
(40)
Al-Banna, Hasan (2002). Figur Pemuda Islam. Jakarta : Cahaya Press
An-Nahlawi, Abdurrahman (1995). Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat. Jakarta : Gema Insani Press
Arifin, H.M (2000). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta : Bumi Aksara
Beuchamp, Goerg A., (1975), Curriculum Theory, Third Edition, The Kagg Press, Illions. Darajat, Sayuti (2009). ”Menciptakan Sekolah Dinamis”. Fajar Banten (14 Oktober
2009)
Hamalik, Oemar (2002). Perencanaan Pengajaran : Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara
---(2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya Hasan, Said Hamid (1996). Evaluasi Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya
Kamarga, H. (1994) Konsep IPS dalam Kurikulum Sekolah Dasar dan Implementasi di
Sekolah. Tesis Magister pada PPS PK UPI. Bandung : Tidak diterbitkan
Langgulung, Hasan (2000). Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Al-Husna Zikra Mahfudin, Aziz (2009). Profesionalisme Guru di Era Globalisasi. Bandung : RIZQI Press
Matta, Anis (2001). Membentuk Karakter Muslim. Jakarta : Shaout Haq Press
Moleong, Lexy J (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Mulyasa, E (2006). Kurikulum yang Disempurnakan : Pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya
---(2008) Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Print, Murray (1993). Curriculum Development And Design (Second Edition). Australia : Allen and Unwin Pty Ltd
(41)
Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
---(2008). Kurikulum dan pembelajaran ; Teori dan Praktek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Sukmadinata, Nana Syaodih (2008). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya
---(2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Syah, Muhibbin (2006). Psikologi Pendidikan : Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya
Tafsir, Ahmad (2004). Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya
Tim JSIT Indonesia (2006). Sekolah Islam Terpadu; Konsep & Aplikasi. Bandung : Syaamil Cipta Media
Zais, Robert (1976). Curriculum Principles and Foundations. New York : Harper and Row Publisher
(1)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Simpulan
Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan data hasil penelitian tentang studi evaluasi terhadap implementasi kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam pada SMPIT Al-Izzah Kota Serang. Simpulan pada bab ini difokuskan pada simpulan berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan penelitian. Pada bab ini dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
Pertama, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Al-Izzah Kota Serang Sekolah Islam Terpadu hadir sebagai upaya ”menghidupkan kembali lembaga pendidikan Islam pada masa keemasannya. Menjadikan nilai dan pesan robbani ke dalam kurikulum dalam arti luas adalah sebuah langkah cerdas dan benar. Dengan keterpaduan nilai imtaq dan iptek kelak akhirnnya sekolah Islam terpadu diharapkan mampu membawa siswa ”manusia sejati” yang manusia ’Abid’ yang berakidah shahihah, berakhlak karimah juga mengembleng siswa menjalankan fungsi kekhilafahannya.
Kedua, pemahaman dan penghayatan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) terhadap kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) secara umum sudah sesuai dengan konsep kurikulum sebagai kurikulum operasional yang dikembangkan oleh
(2)
124
masing-masing lembaga pendidikan dan guru pada setiap mata pelajaran. Pengembangan program tahunan, semester, silabus dan RPP telah dilaksanakan oleh guru mata pelajaran PAI di SMPIT Al-Izzah Kota Serang, sehingga antara pemahaman dan perencanaan telah menunjukkan kesesuaian, meskipun dalam beberapa hal-hal tertentu belum tepat.
Ketiga, silabus dan RPP sebagai bentuk perencanaan guru sesuai dengan implementasi pada umumnya meskipun ada beberapa hal dalam proses pembelajaran yang sedikit keluar dari rencana pelaksanaan pembelajaran.
Keempat, faktor pendukung perencanaan dan implementasi kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah 1). Kepala sekolah terkait fungsinya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor dan sebagai penanggungjawab segala kegiatan yang dilakukan oleh seluruh komponen sekolah; 2). Komite sebagai mitra kepala sekolah sangat membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah; 3). Rekan sejawat guru; 4). Lingkungan sosial yang mendukung dan kondusif; 4). Sarana dan prasarana khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam antara lain sarana ibadah yang cukup memadai, tempat wudhu dan WC yang standar
Faktor penghambat perencanaan dan impelementasi adalah tidak adanya ahli kurikulum, sikap guru terhadap kurikulum khususnya kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam dan kurangnyafasilitas dan sumber belajar.
(3)
B.
Rekomendasi
Dari hasil penelitian dan analisa temauan di lapangan, maka dikemukakan beberapa rekomendasi untuk kepentingan dan kemajuan di masa yang akan datang :
Pertama, bagi kepala sekolah
Hendaknya kepala sekolah dapat mempertahankan dan meningkatkan pemahaman guru terhadap kurikulum PAI serta mengatasi kekurangan dalam implementasi kurikulum berupa ketidak sesuaian antara pemahaman dengan perencanaan perlu ada peningkatan dan bimbingan dari kepala sekolah kepada para guru, baik secara pribadi maupun secara klasikal dalam rangka meningkatkan pemahmana guru terhadap kurikulum dan implementasinya.
Kedua, bagi guru
Secara individu guru hendaknya melakukan pendalaman kurikulum berupa mencari sumber informasi yang berkaitan dengan kurikulum untuk dipelajari. Jika ada yang masih samar atau sukar untuk dipahami dapat bertanya atau diskusi dengan guru-guru teman sejawat yang mungkin lebih memahami. Secara kelompok guru dapat memanfaatkan pertemuan MGMP dan KKM untuk melakukan pendalaman atau sharing dalam pemahaman dan penerapan implementasi kurikulum.
(4)
126
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperbaiki pemahaman dan implementasi kurikulum yang dilakukan para guru dan sebagai informasi untuk mengambil kebijakan dengan mengadakan evaluasi pada setiap jenjang pendidikan.
Keempat, bagi penelitian lanjutan
Penyusun berharap adanya penelitian lanjutan terhadap pelaksanaan implementasi kurikulum pada satuan pendidikan, yang mengarah pada aspek-aspek yang lain, antara lain terhadap pengembangan isi dokumen kurikulum, pengembangan model pembelajaran PAI dan pengembangan kompetensi para guru PAI.
(5)
Al-Banna, Hasan (2002). Figur Pemuda Islam. Jakarta : Cahaya Press
An-Nahlawi, Abdurrahman (1995). Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat. Jakarta : Gema Insani Press
Arifin, H.M (2000). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta : Bumi Aksara
Beuchamp, Goerg A., (1975), Curriculum Theory, Third Edition, The Kagg Press, Illions.
Darajat, Sayuti (2009). ”Menciptakan Sekolah Dinamis”. Fajar Banten (14 Oktober 2009)
Hamalik, Oemar (2002). Perencanaan Pengajaran : Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara
---(2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya
Hasan, Said Hamid (1996). Evaluasi Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya
Kamarga, H. (1994) Konsep IPS dalam Kurikulum Sekolah Dasar dan Implementasi di
Sekolah. Tesis Magister pada PPS PK UPI. Bandung : Tidak diterbitkan
Langgulung, Hasan (2000). Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Al-Husna Zikra
Mahfudin, Aziz (2009). Profesionalisme Guru di Era Globalisasi. Bandung : RIZQI Press
Matta, Anis (2001). Membentuk Karakter Muslim. Jakarta : Shaout Haq Press
Moleong, Lexy J (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E (2006). Kurikulum yang Disempurnakan : Pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya
---(2008) Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Print, Murray (1993). Curriculum Development And Design (Second Edition). Australia : Allen and Unwin Pty Ltd
(6)
Ramayulis (2002). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Rusman (2008) Manajemen Kurikulum. Bandung : Mulia Mandiri Press
Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
---(2008). Kurikulum dan pembelajaran ; Teori dan Praktek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Sukmadinata, Nana Syaodih (2008). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya
---(2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Syah, Muhibbin (2006). Psikologi Pendidikan : Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya
Tafsir, Ahmad (2004). Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya
Tim JSIT Indonesia (2006). Sekolah Islam Terpadu; Konsep & Aplikasi. Bandung : Syaamil Cipta Media
Zais, Robert (1976). Curriculum Principles and Foundations. New York : Harper and Row Publisher