PEMBELAJARAN DENGAN MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI KEIMANAN DAN KETAQWAAN (IMTAQ) DALAM MATA PELAJARAN IPA BAGISISWA SEKOLAH DASAR : Penelitian Naturaiistik pada Sekolah DasarAssalam II Bandung.
PEMBELAJARAN
DENGAN MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI KEIMANAN
DAN KETAQWAAN (IMTAQ) DALAM MATA PELAJARAN IPA
BAGISISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Naturaiistik pada Sekolah Dasar Assalam II Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh:
Achmad Ghozin
019682
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. Hi. Mulvani Sumantri, M.Sc.
NIP. 130303756
Pembimbing II
Dr. H. Dadi Setia Adi. M.Sc.
NIP.130160355
ABSTRAK
Tesis dengan judul "Pembelajaran dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai
Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) dalam Mata Pelajaran IPA bagi Siswa Sekolah
Dasar" ini dilatarbelakangi oleh pemikiran tentang pentingnya pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq dalam rangka untuk mengantisipasi/meminimalisir
semakin terpuruknya akhlak anak bangsa. Apabila proses pembelajaran semacam ini
berhasil direalisasikan, muncul keoptimisan bahwa disamping agar peserta didik
memiliki dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), niscaya proses
pendidikan juga dapat mendasari bagi terbentuknya akhlak atau prilaku generasi
muda kita secara seimbang, sehingga pada gilirannya dapat membentuk manusia
Indonesia yang utuh dengan dilandasi iman dan taqwa (Imtaq). Dengan kata lain
proses pendidikan tersebut dapat menciptakan generasi muda harapan bangsa yang
berilmu amaliah, beramal ilmiah, dan bertaqwa ilahiah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturaiistik
yang diadopsi dari Lincoln dan Guba (1985). Pendekatan seperti ini dilakukan dengan
menempatkan peneliti sebagai instrumen (human instrument). Data dikumpulkan
dengan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul
selanjutnya direduksi, dianalisis dan diverifikasi. Sesuai dengan paradigma
naturaiistik versi Lincoln dan Guba, maka uji keabsahan data pun dilakukan dengan
menggunakan empat kriteria pengujian; kredibilitas (credibility), transferabilitas
(transferability), dependabilitas (dependability), dan konfiimabilitas (confirmability).
Dari hasil penelitian terungkap bahwa pelaksanaan proses pembelajaran yang
berlangsung di SD Assalaam II Bandung diawali dengan adanya komitmen yang
tertuang dalam visi dan misi sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq dalam
setiap programnya. Untuk itu maka dilakukan modifikasi kurikulum SD 1994 dan
improvisasi pembelajaran. Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa
komitmen tersebut pada prinsipnya tidak bertentangan, dan bahkan sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistim Pendidikan Nasional. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa pembe
lajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai imtaq dalam pelajaran IPA yang
dilakukan di sekolah ini adalah dengan cara memasukkan "nilai-nilai agama"—bukan
sebagai mata pelajaran/bidang studi Agama—dalam proses penjelasan / penyampaian
mated IPA. Proses seperti ini dalam istilah Fogarty (1991)—yang menjelaskan ada
10 model pembelajaran terpadu—dikenal sebagai bentuk pembelajaran terpadu model
sequenced.
Oleh karena hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mirip dengan atau
mengarah pada laporan kasus yang sifatnya tentatif dan tidak bisa digeneralisasikan,
maka disarankan agar peneliti selanjutnya dapat menindaklanjuti dan mengembangkan penelitian serupa dengan model lain yang lebih implementatif sehingga
hasilnya dapat dikembangkan dan diterapkan pada lembaga-lembaga pendidikan yang
lebih umum atau lebih luas lagi.
DAFTARISI
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang
Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Penjelasan Istilah
Paradigma Penelitian
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1
12
13
16
16
F.
Metode Penelitian
18
BAB II KAJIAN TEORITIS
20
A. Kurikulum dan Pembelajaran
1. Pengertian Kurikulum
2. Pengertian Pembelajaran
3. Hubungan antara Kurikulum dan Pembelajaran
4. Pembelajaran Terpadu
a. Pengertian dan Konsep
b. Model-model Pembelajaran Terpadu
c. Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar
B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1.
Hakikat Pendidikan IPA
20
20
24
28
31
31
34
38
44
44
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPA
46
3. Model-Model Pembelajaran JPA
C. Konsep Nilai, Keimanan, dan Ketaqwaan
49
54
1.
Nilai
54
2. Keimanan dan Ketaqwaan
a.
Keimanan
59
59
1) Pengertian Iman
2) Ciri-ciri Orang Beriman
3) Fungsi Iman
b. Ketaqwaan
1) Pengertian dan Hakikat Taqwa
2) Ciri-Ciri Ketaqwaan
3) Buah Ketaqwaan
VI1
59
60
61
65
65
66
68
Vlll
D. Nilai-nilai Imtaq dalam Pembelajaran IPA
1. Pentingnya Mengintegrasikan Nilai-nilai Imtaq dalam Pembela
73
jaran
2. Keterkaitan Nilai-nilai Imtaq dalam Materi IPA Kelas V SD ....
73
80
E. Konsep-konsep Pengintegrasian Nilai-nilai Imtaq dalam IPA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Teknik Pengumpulan Data
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
91
93
95
96
98
1. Lokasi Penelitian
98
2. Subyek Penelitian
D. Tahapan Penelitian
99
99
E. AnalisisData
101
BAB IV DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN HASIL PENE
LITIAN
106
A. Gambaran Singkat SD Assalaam II Bandung
106
1. Historis
2. Kondisi Saat Ini
B. Deskripsi
106
118
Ill
1. Komitmen untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai Imtaq dalam
Pembelajaran
Ill
2. PerencanaanPembelajaran IPA Terkait Nilai-nilai Imtaq
114
3. Proses Pembelajaran IPA dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai
Imtaq
4. Evaluasi Hasil Pembelajaran
5. Penanaman Nilai-nilai Imtaq di Luar Kelas
C. Interpretasi
115
117
118
121
1. Komitmen untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai Imtaq dalam
Pembelajaran
122
2. PerencanaanPembelajaran IPA Terkait Nilai-nilai Imtaq
123
3. Proses Pembelajaran IPA dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai
Imtaq
4. Evaluasi Hasil Pembelajaran
5. Penanaman Nilai-nilai Imtaq di Luar Kelas
D. Pembahasan
123
125
126
127
1. Komitmen untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai Imtaq dalam
Pembelajaran
127
2. PerencanaanPembelajaranIPA Terkait Nilai-nilai Imtaq
137
3. Proses Pembelajaran IPA dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai
Imtaq
4. Evaluasi Hasil Pembelajaran
139
149
IX
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
153
A. Kesimpulan
154
B.
156
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PHOTO-PHOTO TERKAIT DENGAN PENELITIAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
160
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keterkaitan materi pelajaran IPA kelas VSekolah Dasar dengan
Nilai-nilai Imtaq
Tabel 4.1 Kurikulum 1994 dan Kurikulum SD Assalam II Bandung
84-90
129
Tabel 4.2 Beberapa contoh keterkaitan antara materi EPA kelas VSD dengan
Kandungan nilai-nilai Imtaq yang ditemui dalam proses pembela
jaran
148
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
16
Gambar 2.1 Hubungan antara Guru, Materi dan Siswa dalam proses pembeLajaran
24
Gambar 2.2 Kelompok dan Model-model Pembelajaran Terpadu
35
Gambar 2.3 Keterpautan antara berdzikir dan berfikir dalam proses pendidikan
76
Gambar 3.1 Alur penelitian naturaiistik
94
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad ke-21 generasi muda Indonesia menghadapi berbagai tantangan
globalisasi yang sangat dahsyat di tengah warisan krisis multidimensi yang sangat parah.
Tantangan globalisasi yang sulit dielakkan di antaranya adalah bahwa: "Globalisasi yang
berjalan dewasa ini tanpa visi Moral-Spiritual" (Syafi'i Ma'arif, dalam Media Indonesia
edisi 26 dan 27 Desember 2002), dan derasnya infiltrasi budaya asing yang "sarat
membawa nilai-nilai deislamisasi" melalui berbagai media cetak dan elektronik
(Koesmarwanti dan Widiyanto, 2002:33).
Menghadapi pengaruh negatif arus globalisasi yang dimotori oleh kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tersebut, dan untuk mengantisipasi semakin
parahnya krisis akhlak—sebagai biang krisis yang melanda bangsa kita—maka langkah
strategis yang mungkin dan mendesak dilakukan adalah membekali generasi muda kita
dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ). Karena, bila nilai-nilai keimanan
dan ketaqwaan sudah tertanam sejak dini dalam diri generasi muda, niscaya akan dapat
mengurangi peningkatan krisis akhlak pada satu sisi, dan pada sisi lain membekali
mental-spiritual mereka dalam menghadapi era globalisasi tersebut secara berimbang.
Untuk merealisasikan upaya tersebut, patut diperhatikan apa yang ditegaskan
oleh Bastian (2002: 65) bahwa:
"...fokus program pendidikan perlu diletakkan pada pembentukan dan
pembinaan watak, budi pekerti luhur, keimanan dan ketakwaan, kemampuan
aktualisasi diri, serta pengembangan integritas, kemandirian dan profesionalisme
peserta didik".
Dari pendapat di atas dapat difahami bahwa program pendidikan ke depan harus
ditekankan pada upaya membentuk dan membina watak anak didik yang dilandasi
dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
Sependapat dengan Bastian, Tilaar (2002:77) juga menegaskan bahwa: "...dalam
kerangka reformasi pendidikan nasional, maka kita perlu melihat makna pendidikan
Islam di dalam kehidupan masyarakat Indonesia". Karena, menurut Tilaar, makna
pendidikan Islam dalam kancah kehidupan global yang cenderung sekuler, diharapkan
mampu menjadi penyeimbang bagi proses pendidikan masa depan generasi muda kita.
Sebagai upaya mengantisipasi tantangan globalisasi di abad ke-21 ini, lebih jauh
lagi Tilaar menjelaskan bahwa pendidikan Islam memiliki nilaifuturis yang ideal bagi
format pendidikan kita ke depan. Selengkapnya Tilaar (2002:79) menyatakan bahwa:
Gelombang sekularisme dalam kehidupan manusia karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta diperkuat dengan pendidikan sekuler merupakan
suatu tantangan terhadap kehidupan umat manusia. Para pakar khususnya pakarpakar pendidikan agama dan ilmu-ilmu sosial mulai mengkhawatirkan
kecenderungan kehidupan sekularisme. Masa depan diprediksikan dengan
kebangunan kembali (revival) agama-agama besar sebagai pengimbang bagi
kehidupan sekulerisme. Umat manusia mulai khawatir bahwa kemajuan ilmu
dan teknologi yang tanpa batas dapat menggoyahkan kehidupan iman manusia
bahkan dapat mengarah kepada penghancuran kehidupan itu sendiri. Oleh sebab
itu, pendidikan Islam mempunyai nilai futuristis dalam arti mempersiapkan
kehidupan manusia yang lebih baik dengan mempertahankan nilai-nilai abadi
yaitu nilai-nilai ke-Tuhanan.
Secara historis dan idiologis, pada dasarnya pendidikan dalam Islam adalah
bersifat universal mencakup keduanya (agama dan umum). Sebagaimana ditegaskan
oleh Abdurrahman Mas'ud (Ismail dkk., 2001:13) yang menyatakan bahwa: "...sejarah
perkembangan ilmu dalam Islam menunjukkan adanya hubungan yang harmonis dan
dialogis serta seimbang antara ilmu agama dan non agama". Abdurrahman juga
mengungkapkan bahwa perkembangan intelektual yang dibarengi dan seirama dengan
perkembangan relijius adalah merupakan satu keniscayaan dalam pendidikan Islam.
Adanya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum adalah merupakan fenomena yang
muncul kemudian.
Beberapa pendapat
di atas memperlihatkan bahwa pada dasarnya proses
pendidikan yang dikembangkan dalam Islam adalah pendidikan yang universal dan
integrated. Universal maksudnya bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang.
Sedangkan integrated maksudnya terpadu, tidak memisahkan antara pengetahuan umum
dan pengetahuan agama.
Tujuan pendidikan, seperti ditegaskan oleh Abdurrahman S.A. (1994:156)
dengan mengutip pendapat Jamil Shaliba, adalah: "... mengejawantahkan realisasi
kebahagiaan hidup di dunia ini dan di dunia yang akan datang". Oleh karena, itu maka
fungsi dan peranan pendidikan haruslah dapat mempersiapkan dan membekali anak
didik agar memiliki pengetahuan, pengalaman. dan keterampilan untuk menuju masa
depan hidup di dunia ini, dan mempersiapkan diri bekal untuk hidup di akhirat kelak.
Mendukung pendapat tersebut, Muhaimin dkk (2001:24) juga menyimpulkan bahwa:
...fungsi pendidikan dalam Islam, antara lain untuk membimbing dan
mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu
menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi, baik sebagai 'abdullah (hamba
Allah) ... maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang menyangkut
pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga / rumah
tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap alam.
Berkaitan dengan hakikat dan tujuan pendidikan, Zakiah Daradjat juga
menegaskan bahwa secara umum tujuan pendidikan adalah terwujudnya "insan kamiF
(manusia sempurna) dengan pola taqwa, yaitu "manusia utuh rohani dan jasmani, dapat
hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT"
(Daradjat, 1992:29). Mendukung pendapat tersebut, Miftah Toha (dalam Riduansyah,
2000:1) juga menegaskan: "konstruksi pendidikan nasional haruslah menjadikan bangsa
yang berilmu amaliah, beramal ilmiah, dan bertakwa ilahiah".
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, sebenarnya dalam pasal 4 Undangundang No. 2 tahun 1989 juga sudah dirumuskan bahwa:
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatandan kebangsaan.
Menurut rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, sebenarnya dengan tegas
telah diisyaratkan bahwa dasar dan rujukan bagi semua jenis, jenjang, dan program
pendidikan di Indonesia adalah "mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya'''
dengan ciri utama "beriman" dan bertaqwa". Demikian pentingnya aspek keimanan dan
ketaqwaan yang harus dimiliki oleh para anak didik, maka sudah seharusnya nilai-nilai
Imtaq menjadi bagianyang tidak terpisahkan dalam setiapkegiatan/proses pendidikan.
Upaya mewujudkan tujuan pendidikan menurut Islam yang ternyata selaras
dengan tujuan pendidikan nasional tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Peserta
didik yang memiliki latar belakang dan karakteristik serta lingkungan yang heterogen
memerlukan pembinaan dan pena-nganan yang sungguh-sungguh secara kontinyu dan
konsisten. Dalam kaitan tersebut, interaksi antara siswa dan guru menjadi faktor penting.
Sukmadinata (1988:1) menjelaskan bahwa: "pendidikan berisi suatu interaksi antara
pendidik dengan terdidik dalam upaya membantu terdidik menguasai tujuan-tujuan
pendidikan". Ketercapaian tujuan pendidikan seperti disebutkan di atas, akan sangat
bergantung pada faktor guru sebagai implementator kurikulum. Seperti ditegaskan oleh
Sukmadinata (2000: 194): " ...betapapun bagusnya suatu kuriku-lum (official), hasilnya
sangat bergantung pada apa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas (actual)".
Merebaknya masalah-masalah yang sangat merisaukan dunia pendidikan seperti
tawuran pelajar, pelecehan seksual, penyalahgunaan obat-obat terlarang, dan berbagai
tindakan negatif lainnya yang terjadi di kalangan pelajar akhir-akhir ini, adalah
merupakan contoh nyata dari semakin terpuruknya akhlak/moral peserta didik kita.
Bagaimanapun juga, kondisi tersebut adalah menunjukkan kekurangberhasilannya
proses pendidikan dalam upaya mencapai tujuannya, terutama sekali dalam upaya
membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur (berakhlakul karimah) yang dilandasi
dengan iman dan taqwa.
Berangkat dari kondisi tersebut, pendapat Bastian (2002:65) yang menyatakan
bahwa: "perlu dipertimbangkan penyusunan materi pelajaran yang bersifat integratifdan
tidak terkotak-kotak..." adalah sangat relevan untuk diimplementasikan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Pembelajaran pada lembaga pendidikan atau sekolah harus
berintikan nilai-nilai akhlak mulia, artinya "pembelajaran berlangsung dengan
mengintegrasikan nilai-nilai agama" (Suderajat, 2002:17). Apalagi dalam kaitannya
dengan upaya pengembangan pendidikan ke depan, Bastian dan Suderajat sepakat agar
lembaga pendidikan hendaknya merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek) serta mengintegrasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari dengan
etika keagamaan. Lebih jauh lagi, Bastian (2002: 68) menegaskan bahwa: "lembaga
pendidikan haruslah berusaha secara terus menerus untuk menghasilkan keluaran yang
memiliki kedalaman iman, kepekaan nurani, ketajaman nalar, ketangkasan profesional
dan kemandirian sikap juang".
Sekolah Dasar (SD) memiliki peranan strategis dan mendasar sebagai peletak
dasar bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional. Karena dalam sistem pendidikan kita,
Sekolah Dasar yang lama proses pendidikannya enam tahun, secara institusional adalah
bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan
anggota umat manusia serta mempersiap-kan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah (Depdikbud, 1997:8). Sementara untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, sekurang-kurangnya harus mencakup upaya untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan
membiasakan untuk berprilaku yang baik
memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar
memelihara kesehatan jasmani dan rohani
memberikan kemampuan untuk belajar
f
membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri. (Depdikbud, 1997:9).
Dengan demikian, apabila tujuan institusional SD dapat diwujudkan dengan baik,
niscaya akan dapat membuka peluang bagi terbentuknya sikap-sikap dasar prilaku yang
baik (akhlakul karimah) kepada para lulusannya. Hingga pada gilirannya, apabila
lulusan SD tersebut melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, maka sikap-sikap
dan prilaku tersebut akan dibawa serta.
Sementara itu, pengajaran IPA (sains) di Sekolah Dasar, yang diajarkan mulai
kelas III (berdasarkan kurikulum 1994), secara umum adalah bertujuan agar siswa dapat:
1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi dan masyarakat.
2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Mengalihgunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman ke bidang
pengajaran lainnya.
6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
7. Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam. (Depdiknas, 2001:7).
Bila kita perhatikan, eksistensi materi yang ada dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) khususnya di sekolah dasar, pada dasarnya banyak sekali
menyiratkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Karena materi IPA banyak mengkaji
tentang alam dan gejala-gejala atau fenomena-fenomenanya, yang dalam pandangan
Islam bahwa gejala-gejala tersebut merupakan ayat-ayat kauniah (Shihab, 2002:131).
Mengajarkan tentang alam dengan berbagai gejala atau fenomenanya tersebut secara
baik, niscaya bukan hanya akan menimbulkan kekaguman dan rasa syukur siswa kepada
Allah sebagai pencipta alam (al-Khalik), akan tetapi diyakini juga akan dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah Yang Maha Pencipta.
Pada hakikatnya Allah menciptakan alam dengan segala isinya ini, disamping
untuk dimanfaatkan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia, adalah juga
untuk dikaji, dipelajarai dan dijadikan bahan renungan umat manusia sebagaimana
firmannya: "Bacalah!; Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan" (Q.S.
Al-"Alaq:l-2). Dan, banyak sekali ayat Al-Quran yang menganjurkan, mengajak, dan
bahkan menantang manusia untuk memperhatikan, merenungkan / memikirkan berbagai
gejala dan fenomena alam. Yaitu banyaknya ayat dalam Al-Quran yang diakhiri dengan
- -^ilP
kata "afalaa ta'lamuun,...afalaa ta'qiluun, afalaa tatafakkaruun" yang '|ey^lag|
dapat diartikan "tidakkah kalian fahami?, ... tidakkah kalian renungkan?\ti^a^mh\i^/s
kalianfikirkan?"
Oleh karena itu, maka, disamping berperan sebagai motivator dan informator
sains dan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman dalam usaha meningkatkan
mutu pendidikan, guru muslim seyogyanya juga mampu mengintegrasikan nilai-nilai
agama atau Imtaq sesuai dengan harapan yang tertulis dalam kurikulum 1994 dan
suplemennya. Penyajian materi harus dibarengi dengan nuansa agamis. Guru diharap
kan dapat secara kreatif mencari dan mengembangkan metode mengajar yang cocok,
inovatif, dan motivatif agar siswanya termotivasi untuk mempelajari ilmu pengetahuan
dan meningkatkan rasa keimanandan ketaqwaan sekaligus secara berimbang.
Melalui pembelajaran IPA diyakini bahwa guru dapat menanamkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan secara integrated sekaligus. Sebagaimana diungkapkan oleh
Achmad Hinduan (dalam Riduansyah, 2000:2) yang menandaskan bahwa "melalui
pelajaran IPA dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
siswa". Mendukung
pendapat tersebut, Radjijanti (2000:9) juga menegaskan bahwa "Melalui pengajaran IPA
dapat ditanamkan aspek sikap dan nilai, seperti membudayakan sikap ilmiah,
menghargai dan mencintai lingkungan tempat kita hidup, serta kebesaran Sang
Pencipta".
Masalahnya sekarang adalah kenyataan bahwa masih belum banyak dijumpai
kegiatan pembelajaran pada tingkat Sekolah Dasar, dalam mata pelajaran IPA khususnya
dan mata pelajaran lain umumnya, yang dilakukan sekaligus dengan mengintegrasikan
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan masalah penginte-grasian
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan yang didapatkan penulis, sebagian besar masih
terfokus pada tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) atau lembaga pendidikan
setingkat SMU lainnya.
Diantaranya adalah yang dilakukan oleh Muhammad Romadlon (2000) pada
siswa kelas II MAN 2 Madiun, melalui penelitiannya yang bertajukPembelajaran Kimia
SubBahan Kajian AditifPada makanan Yang Terintegrasi Nilai-nilaiAgama. Berkaitan
dengan kegiatan penelitiannya tersebut, Romadlon antara lain menyatakan bahwa masih
terdapat berbagai kendala dalam rangka merealisasikan pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Kendala tersebut diantaranya
adalah masalah kekurangmampuan dan kekurangberanian guru untuk memberi
muatan/mengintegrasikan nilai-nilai agama pada mata pelajarannya. Mereka merasa
tidak tahu nilai-nilai agama yang mana yang dapat diintegrasikan dan bagaimana model
atau cara pembelajarannya.
Penelitian lainnya adalah yang dilakukan oleh Riduansyah. (2000). Melalui
sebuah penelitian tindakan kelasnya dengan judul Penerapan Model Pembelajaran
Terpadu Antara Biologi dan Imtaq Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di
Madrasah Aliyah, Riduansyah mengungkapkan adanya peningkatan motivasi dan
prestasi belajar siswa yang cukup signifikan khususnya dalam mempelajari mata
pelajaran Biologi dalam kaitannya dengan nilai-nilai agama (keimanan dan ketaqwaan).
!1#
Atas dasar hasil yang diperoleh dalam penelitiannya tersebut, Riduansyah rite-'*--'
dasikan agar penelitian yang lebih komprehensif lagi seputar pengintegrasian rrSai^filal
tauhid (Imtaq) dapatdilakukan padamatapelajaran danjenjangsekolah yang lain.
Sementara itu Kusnadi (2000), melalui penelitiannya yang berjudul Pengem
bangan Pembelajaran Integrasi Nilai-nilai Tauhid Dalam Pengajaran Geografi juga
membuktikan bahwa minat, motivasi dan prestasi belajar siswa SMU di Kotamadya
bandung khususnya dalam mata pelajaran Geografi mengalami peningkatan yang
signifikan. Sama seperti Riduansyah, Kusnadi juga merekomendasikan agar penelitian
menyangkut pembelajaran dengan integrasi nilai-nilai tauhid (keagamaan) hendaknya
dapat ditindaklanjuti secara lebih luas dan mendalam lagi tidak hanya pada mata
pelajaran geografi, akan tetapi juga pada mata pelajaran lainnya dan pada jenjang
sekolah yang lain pula.
Disamping beberapa hasil penelitian seperti yang dikemukakan di atas,
ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian ini juga didasarkan pada pengamatan
terhadap munculnya fenomena menarik yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu meningkatnya
animo dan kecenderungan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya pada
sekolah yang menawarkan kurikulum atau model pendidikan terpadu. Terbukti dengan
semakin membludaknya siswa yang masuk ke sekolah-sekolah terpadu seperti
Perguruan Islam Al-Azhar di Jakarta, Al-Zaytun di Indramayu, Yayasan Al-Mutahhari
di Bandung, dan pada banyak lembaga pendidikanterpadu sejenis lainnya.
Dari survei awal pada Sekolah Dasar Assalaam II Bandung yang dilakukan
penulis pada awal Mei 2003,juga diperoleh informasi bahwa animo dan kecenderungan
11
orang tua/masyarakat Bandung untuk
memasukkan putra-putrinya pada lembaga
pendidikan tersebut mengalami peningkatan yang cukup tajam dari tahun ke tahun. Hal
ini bisa dimaklumi karena Sekolah Dasar Assalaam II Bandung merupakan salah satu
Sekolah Dasar unggulan dalam wilayah Kota Bandung. Lebih menarik lagi, dari survei
awal tersebut juga didapatkan informasi bahwa visi dan misi yang dicanangkan sekolah
tersebut adalah:
Visi:
Unit Sekolah dasar Assalaam II merupakan wahana ladang ibadah bagi seluruh
potensi personal untuk mencapai tujuan duniawi dan ukhrowi yang didasari
keimanan dan ketaqwaan terhadapAllah SWT dengan mewujudkan:
1) Hasil belajar yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan;
2) IMTAQ yang disertai berakhlakul karimah.
Misi:
Menciptakan manusia yang berwawasan luas, beriman dan bertaqwa serta
berakhlakul karimah dengan mewujudkan:
1) Dengan berbagai upaya meningkatkan keimanan dan kataqwaan guru,
karyawan dan siswa;
2) Membina tugas pokok guru dan staf secara optimal;
3) Mencetak siswa sebagai pelajar teladan dan berpengetahuan;
4) Menjalin hubungan yang erat dengan orang tua siswa, masyarakat, serta
instansi terkait dan dunia usaha;
5) Berusaha menambah kesejahteraan guru dan karyawan melalui lembaga
terkait (Visi, Misi, dan Target Tahun Pelajaran 2003-2004 SD Assalaam II).
Memperhatikan berbagai permasalahan, fenomena, kondisi, dan kenyataan
sebagaimana diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.
Yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang lebih jelas,
nyata dan komprehensif dari lapangan berdasarkan data empirik mengenai "Proses
pembelajaran yang di dalamnya sekaligus dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan dalam mata pelajaran IPA bagi siswa kelas V yang
dilaksanakan pada Sekolah Dasar Assalaam II Bandung".
12
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian dalam latar belakang di atas, selanjutnya dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: "Bagaimana proses pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan (Imtaq) dalam mata pelajaran IPA
yang berlangsung pada Sekolah Dasar Assalaam II Bandung?"
2. Pertanyaan Penelitian
Untuk memberikan arah penelitian yang lebih jelas, selanjutnya rumusan
masalah di atas dirincikan lagi dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana komitmen yang dibangun oleh komunitas Sekolah Dasar Assalaam II
Bandung dalam rangka merealisasikan pembelajaran dengan mengintegrasikan nilainilai keimanan dan ketaqwaan?
2. Bagaimana guru mempersiapkan proses atau model pembelajaran IPA yang
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan di sekolah?
3. Bagaimana pelaksanaan / implementasi pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan yang dilakukan antara guru dan siswa di
kelas/sekolah?
4. Bagaimana prosedur evaluasi atau penilaian hasil belajar siswa berkaitan dengan
pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan?
13
C. Penjelasan Istilah
Ada tiga variabel pokok sebagai kajian dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran,
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk menghindari
terjadinya salah interpretasi terhadap variabel tersebut, maka perlu dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pembelajaran Terpadu
Hamalik (1999:57) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu
kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan.
Sementara itu Muhaimin etal, (2001:145) juga menjelaskan bahwa pembelajaran terkait
dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa agar dapat belajar dengan mudah dan
terdorong untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum
sebagai kebutuhan (needs) peserta didik.
Sementara itu, Collins dan Dixon (1991: 6) mengemukakan konsep pembelajaran
terintegrasi (integrated learning) sebagai berikut:
Integrated learning occurs when authentic event or exploration ofa topic is the
drivingforce in the curriculum. By participating in the event / topic exploration,
studentlearn both theprocess and content relating to more then one curriculum
area at the same time. There is a goal to achieve which provides a focusfor the
learning, and as teachers and students work towards achieveing the goal,
activities interwove theprocess and contentfrom various curriculum areas.
Mengelaborasi pendapat para ahli seputar pembelajaran dan pembelajaran ter
padu di atas, maka yang dimaksudkan pembelajaran terpadu dalam penelitian ini adalah
proses pembelajaran yang dilakukan sekaligus dengan mengintegrasikan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan bagi siswa SD, khususnya dalam pembelajaran IPA.
14
2. Nilai-niiai keimanan dan ketaqwaan (imtaq).
Nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan erat kaitannya dengan prilaku keagamaan.
Glock & Stark (dalam Muhaimin, 2001:293) menjelaskan bahwa agama adalah sistim
simbol, sistim keyakinan, sistim nilai, dan sistim prilaku yang terlembagakan, yang
semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling
maknawi (ultimate meaning). Lebih jauh lagi Clock & Stark mengemukakan ada lima
dimensi keberagamaan, yaitu: (1) dimensi keyakinan, (2) dimensi praktek agama, (3)
dimensi pengalaman, (4) dimensi pengatahuan agama, dan (5) dimensi pengamalan.
Nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan (imtaq) yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah kondisi keimanan dan ketaqwaan siswa dalam memahami dirinya sesuai
dengan fitrahnya sebagai makhluk Allah dalam kapasitasnya sebagai khalifah untuk
mengemban amanah membangun kehidupan yang bermartabat baik di dunia maupun di
akhirat
berdasarkan
agamanya.
Kondisi
keimanan
dan
ketakwaan
tersebut
diaktualisasikan dalam bentuk prilaku (akhlak) siswa sebagai cerminan dari keyakinan,
praktek, pengalaman, pengetahuan, dan pengamalan agamanya.
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Arthurt A. Carin dan Robert B. Sund (dalam Farida F., 1999:13) mendefinisikan
IPA sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur yang berlaku
umum dan merupakan kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Sementara itu
Einstein (dalam Farida F., 1999:14) juga menyebutkan "Science is the attempt to make
the chaotic diversity ofour sence experience corespond to a logical uniform system of
thought. In this systemsingle experiences must be correlated with the theoritic structure
15
in such a way resulting coordination is unique and convincing'. Pendapat lain tentang
IPA juga dikemukakan oleh Titus (1959) dan Sund (1972) dalam Radjiianti (2000:9)
bahwa IPA pada hakikatnya meliputi IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA
merupakan sekelompok pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam (produk), yang
diperoleh melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuwan melalui
eksperimen arau penyelidikan.
Disamping pendapat para ahli di atas di atas, Yulaelawati (Farida, 1999:14) juga
menyatakan bahwa IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan, dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan
pengujian gagasan-gagasan. Sains (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan-kumpulan pengetahuan berupa faktafakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapijuga merupakan suatu proses penemuan
(Depdiknas, 2001:6).
Berdasarkan pendapat di atas, selanjutnya IPA yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah pengetahuan tentang alam sekitar dengan berbagai gejala dan
fenomenanya, baik yang berkaitan dengan obyek (fakta-fakta), konsep, prinsip dan
proses yang diberikan/diajarkan pada siswa kelas V Sekolah Dasar.
16
D. Paradigma Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat diilustrasikan paradigma
penelitian seperti pada gambar berikut:
LATAR BELAKANG
•
•
•
•
KAJIANTEORITIS
Tantangan Globalisasi
Substansi Tujuan Pendidikan Nasional
Kondisi Output Pendidikan
Keterkaitan Tujuan Pendidikan dengan
Strategi Pembelajaran
Hub antara Kurikulum & Pembel.
Model-model Pembelajaran dan
Pembelajaran Terpadu
Pembel. Terpadu di Sekolah Dasar
Konsep Nilai, Keimanan dan
Ketaqwaan
>
c
• Hasil-hasil Penelitian terdahulu
• Fenomena Penddkn Terpadu
1Pentingnya integrasi nilai-nilai
kedalam pembelajaran IPA
FOKUS PENELITIAN
Bagaimana Proses Implementasi Pembelajaran IPA
dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai Keimanan dan
Ketaqwaan (TMTAQ) yang berlangsung di SD
Assalaam II Bandung?"
I
METODE PENELITIAN
KUALITATIF DENGAN PENDEKATAN
NATURALISTIK
(GROUNDED RESEARCH)
I
ANALISISDATA
DESKRIPTIF-KUALITATIF
(laporan mengarah pada Studi Kasus
Gambar 1.1:
Paradigma Penelitian
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk menemukan model pembelajaran
yang efektif bagi upaya penanaman nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, khususnya bagi
siswa sekolah dasar. Bagaimana guru selaku implementator kurikulum menerjemahkan,
17
merumuskan
dan
mengkorelasikan
tujuan
serta
mengembangkan
proses
pembelajarannyadengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
Secara praktis, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan
deskripsi yang lebih jelas tentang:
a. Komintmen SD Assalaam II Bandung dalam rangka merealisasikan proses
pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
b. Persiapan guru sehubungan dengan pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
c. Proses pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan yang berlangsung di kelas, metode, sumber bahan, media/alat dan sarana
yang digunakan, dan cara-cara yang ditempuh guru dalam mengembangkan materi
dan mengkorelasikan tujuan pembelajarannya dengan nilai-nilai Imtaq.
d. Prosedur yang ditempuh guru dalam penilaian pembelajaran IPA yang dikaitkan
dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
2.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
bermanfaat, terutama sekali bagi keperluan praktis guna lebih mengoptimalkan keter-
capaian tujuan pendidikan nasional dalam rangka "membentuk manusia seutuhnya"
dengan ciri utama "beriman" dan "bertaqwa".
Bagi penulis sendiri, melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahamannya mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan pada tingkat
kelas/sekolah. Dengan melakukan penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengalaman penulis dalam upaya peningkatan kualitas dirinya.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
atau gagasan bagi upaya pengembangan proses implementasi kurikulum dengan
mengintegrasikannilai-nilai keimanan dan ketaqwaan pada tingkat sekolah dasar. Secara
khusus, hasil penelitian ini terutama sekali diharapkan berguna bagi:
a. Guru Sekolah Dasar; sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajarannya di kelas/sekolah, terutama sekali berkaitan dengan mengintegra
sikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Sehingga dengan demikian diharapkan
agar dalam proses pembelajaran tidak lagi hanya memberikan pengetahuan dan
keterampilan semata, akan tetapi juga sekaligus menanamkan nilai-nilai agama.
b. Kepala Sekolah; agar kiranya dapat meningkatkan kepedulian dan tanggung
jawabnya untuk memotivasi, membina, dan mengarahkan guru agar dalam proses
pembelajarannya senantiasa memasukkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
c. Praktisi/pengelola pendidikanlainnya; agar kiranya dapat memberikan masukanbagi
upaya peningkatan dukungan dan pengawasannya terhadap realisasi proses
implementasi pembelajaran di kelas / sekolah dengan mengintegrasikan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma naturaiistik
(Lincoln dan Guba ,1985; dan Muhadjir, 2000). Yaitu dengan melalui interaksi aktif
antara peneliti sebagai humant instrument dengan subyek penelitian.
19
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melalui kegiatan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul selanjutnya direduksi. Setelah itu,
lalu dianalisis secara induktif-kualitatif
Sementara itu, untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan empat cara yaitu
uji reliabilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas (Lincoln dan Guba
(1985). AkMrnya, hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk laporan deskriptif, mirip
seperti laporan kasus.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini digunakan metode kualitatif. Khususnya
dengan pendekatan
paradigma naturalistik-kualitatif, yaitu
mengacu pada
lingkungan alamiah (natural) dengan maskud untuk mendapatkan gambaran yang
lengkap dan utuh tentang konteks dan fenomena yang terjadi di lapangan (Lincoln
dan Guba, 1985:189). Melalui pendekatan ini juga dimaksudkan agar dapat
diperoleh gambaran yang holistic dari proses belajar dan mengajar, yaitu lebih
dari sekedar untuk mengetahui "'to what extent' or 'how well' something is
done?" akan tetapi juga untuk mengetahui gambaran yang lebih komplit tentang
"what goes on in particular classroom or school?" (Fraenkel dan Wallen,
1993:379). Konteks yang dimaksudkan adalah proses pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam mata pelajaran IPA
yang berlangsung di dalam kelas.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah dengan mengikuti alur
naturaiistik yang dimodifikasi dari Lincoln dan Guba (1985:188). Lebih jelasnya
alur penelitian ini adalah sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 3.1 berikut:
93
94
Batas ditetapkan berdasar
kan fokus yang berkaitan
dengan masalah, evalu-
Diuji melalui:
SETTING ALAMIAH
- Kredibilitas
- Transferabilitas
- Dependabilitas
an, atau kebijakan.
membt -tuhkan
/- Komfirmabilitas
HUMAN INSTRUMENT
menggu-nakan
berda -sarkan
METODE KUALITATIF
TACIT KNOWLEDGE
mengu sahakan
SAMPEL
PURPOSIF
RANCANGAN
LANJUTAN
diulang sampai
jenuh
ANALISIS DATA
INDUKTIF
•
GROUNDED
THEORY
meli
puti
HASIL YG DISEPAKATI
dimuat dalam
LAPORAN KASUS
yang teq^liri atas
INTERPRETASI IDIOGRAFI
APLIKASI THNTAT1F
Gambar 3.1:
Alur penelitian Naturaiistik
Keterangan Gambar:
Penelitian ini dilaksanakan dalam lingkungan natural, dimana konteks
berpengaruh dalam memberi arti. Peneliti berlaku sebagai instrumen (human
instrument) yang secara penuh mengadaptasikan diri ke dalam situasi dan
J$NU«&
lingkungan yang diteliti. Human instrument dibangun berdasarkan pe§g%mmr^J$$ *
dan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian:^-^^^^^
Pada saat berada di lapangan, secara berulang dan berurutan peneliti
melakukan empat elemen kegiatan, yaitu mengusahakan sampel yang sesuai
dengan tujuan penelitian (purposive sampling), melakukan analisis data secara
induktif (inductive analysis), membangun teori berdasarkan temuan di lapangan
(grounded theory), dan memproyek-sikan langkah selanjutnya {projection ofnext
step in constantly emergent design). Interpretasi data dilakukan secara
berkelanjutan dan dikonsultasikan dengan responden.
Informasi yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk
menyusun laporan penelitian. Kajian secara keseluruhan atas penelitian ini
dibatasi oleh masalah penelitian yang dirumuskan sebelumnya. Pada akhirnya
keabsahan hasil penelitian ini diuji tingkat reliabilitas, validitas internal dan
eksternal, dan obyektivitasnya yang dalam paradigma naturaiistik digunakan
istilah kredibilitas (credibility), transferabilitas (transferability), dependabilitas
(dependability), dan konfirmabilitas (confirmability).
Digunakannya pendekatan naturalistik-kualitatif dalam penelitian ini
adalah dengan alasan: Pertama, bahwa penelitian ini terfokus pada proses, bukan
pada hasil (Bogdan dan Biklen, 1992:31; Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001:198).
Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran sebagai proses
implementasi kurikulum, dapat ditemukan apabila dilakukan penelitian dengan
pendekatan naturaiistik. Karena sifat dari pendekatan naturalistik-kualitatif ini
yang holistic (menyeluruh) terhadap konteksnya. Seperti diungkapkan Lincoln
96
dan Guba (1985: 39) bahwa: "Naturalistic elect to cany out research in the
natural setting or context of entity for which study is proposed because
naturalistic ontology suggest that wholes that can not be understood in isolation
from their context, nor they befragmentedfor separated study of the parts".
Ketiga, penelitian ini menekankan pada upaya mencari pemaham-an
terhadap kenyataan di lapangan, termasuk "makna" yang terkandung dalam
kenyataan tersebut. Dimana hal ini dapat terwujud bila dilakukan dengan cara
pendekatan naturalistik-kualitatif. "'Meaning' is of essential concern to the
qualitative approach" (Bogdan dan Biklen, 1992:32).
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti langsung bertindak sebagai instrumen
penelitian (human instrument). Oleh karena itu, pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, catatan
dan Iain-lain (Lincoln dan Guba (1985:268).
a.
Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap perilaku
seseorang dalam memainkan perannya secara aktif pada situasi, kondisi dan
tempat seseorang itu diamati. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai "participant
observer" berinteraksi langsung dengan orang-orang yang berada dalam situasi,
kondisi dan tempat dimana observasi berlangsung secara alami. Peneliti
mengamati proses pembelajaran IPA di kelas; bagaimana kegiatan belajar yang
dilakukan siswa, bagaimana pendekatan guru dalam pembelajaran, bagaimana
97
guru mengembangkan materi pembelajarannya, apa saja sarana atau media yang
digunakan, bagaimana cara guru menilai proses dan hasil belajar ssiswa dan
sebagainya. Kegiatan observasi ini dilakukan secara berulang sampai diperoleh
semua data yang dibutuhkan.
b.
Wawancara
Wawancara merupakan suatu percakapan yang bertujuan (Dexter dalam
Lincoln dan Guba, 1985:268). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan berbagai informasi pelengkap tentang kejadian,
kegiatan, perasaan, motivasi, alasan dan sebagainya yang terkait dengan data yang
diperlukan dalam penelitian.
Oleh karena data yang diperoleh dari teknik wawancara ini bersifat verbal
(kata-kata), maka guna mendukung pelaksanaannya peneliti juga menggunakan
alat atau instrumen berupa tape recorder, disamping menggunakan naskah atau
pedoman wawancara dan buku catatan.
c.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan bahan-bahan atau data-
data tertulis lainnya, seperti catatan-catatan atau silabus pengajaran yang memuat
keterkaitan nilai-nilai Imtaq dengan pembelajar-an, khususnya pembelajaran IPA,
buku-buku pelajaran yang digunakan siswa, buku panduan mengajar, foto-foto
dan sebagainya sepanjang masih berkaitan dengan masalah penelitian.
Untuk mendukung pelaksanaan observasi dan dokumentasi, peneliti juga
menggunakan alat atau instrumen berupa kamera. Hal ini dimaksudkan untuk
98
mendokumentasikan situasi atau kondisi yang dianggap perlu atau menunjang
kesempurnaan data / informasi penelitian.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Yang dimaksud pengertian lokasi dalam penelitian ini adalah tempat
beriangsungnya penelitian. Yaitu tempat kegiatan pembelajaran IPA dengan
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, dalam hal ini kelas V SD
Assalam II Bandung.
Dipilihnya lokasi tersebut didasarkan atas pertimbangan: pertama, bahwa
penelitian ini bersifat situasional dan kontekstual terhadap apa-apa yang terjadi
secara spesifik dalam proses pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan di kelas pada sekolah umum; dan kedua, bahwa situasi
kelas bersifat crucible, konteks fisik dan sosial yang di dalamnya melebur
perspektif trial (guru, siswa, dan bahan ajar) dengan segala keunikannya masingmasing (Allwright & Bailey, 1991; dan Posner, 1993; dalam Tahroni, 2003:84).
Situasi dan konteks pembelajaran di SD Assalam II Bandung dipandang
memenuhi kriteria sesuai yang diharapkan dengan maksud dan tujuan penelitian
ini. Sementara itu, konteks fisik dan sosial kelas yang didalamnya melebur antara
guru, siswa dan bahan ajar dengan segala keunikan yang terjadi pada lingkungan
sekolah tersebut—yang bernuansa agamis—juga memberikan alasan kuat bagi
penulis untuk melakukan penelitian ini pada sekolah tersebut.
99
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian berfungsi sebagai sumber data—baik data primer
maupun skunder—yang diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian. Sumber data
primer penelitian ini meliputi guru yang mengajar dan siswa kelas VSD Assalam
II Bandung, serta Kepala Sekolah atau pun para Staf/Pegawai yang turut
mendukung kelancaran proses pembelajaran tersebut. Sementara sumber data
skundernya adalah meliputi dokumen tertulis yang dihimpun dengan teknik
dokumentasi oleh peneliti (Moleong, 2000:112) seperti: literatur, buku teks, surat
keputusan, dokumen, data statistik, foto dan berbagai sumber lainnya yang
memiliki keterkaitan dengan fokus atau masalah penelitian ini.
D. Tahapan Penelitian
Penelitian ini ditempuh secara bertahap dan berkesinambungan. Secara
singkat, tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Persiapan
Tahapan ini merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebelum kegiatan
penelitian lapangan dilakukan. Termasuk dalam tahapan ini diantaranya adalah
penyusunan proposal penelitian yang dilanjutkan dengan seminar untuk
mendapatkan masukan dan arahan dari para dosen penguji. Perlu juga
ditambahkan bahwa sebelum penyusunan proposal penelitian, terlebih dahulu
peneliti melakukan survei awal untuk mendapatkan sejumlah informasi dan
gambaran awal mengenai obyek dan subyek penelitian. Termasuk kegiatan dalam
tahapan ini adalah penyusunan kisi-kisi penelitian dan pedoman wawancara.
100
2. Orientasi
Selanjutnya, dengan berbekal surat izin untuk melakukan penelitian dari
Direktur Program Pascasarjana UPI Bandung, ditambah izin lisan dari para
pembimbing, selanjutnya peneliti menuju lokasi penelitian, yaitu Sekolah Dasar
Assalam II Bandung. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan
orientasi, yaitu penyampaian maksud dan tujuan penelitian serta prosedur atau
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini kepada pihak sekolah.
Disamping itu, melalui tahapan ini juga dimaksudkan untuk mempelajari situasi,
kondisi dan aturan atau norma yang berlaku di lingkungan sekolah. Hal ini
dimaksudkan agar peneliti terbiasa dan bisa lebih akrab (familiar) dalam
berinteraksi dengan lingkungan subyek penelitian. Dengan demikian maka
keberadaan peneliti dapat diterima dengan baik, sehingga kegiatan penelitian bisa
berjalan seperti yang diharapkan.
2. Eksplorasi
Dalam tahapan ini, peneliti melakukan berbagai kegiatan pengumpulan
data / informasi dengan cara studi dokumentasi lapangan dan mengobservasi
lingkungan sekolah dan proses pembelajaran, serta melakukan wawancara dengan
responden yang terkait seperti Kepala Sekolah, Guru dan siswa dalam upaya
menemukan jawaban atas rumusan masalah atau pertanyaan penelitian.
3.
Member Chek
Dalam tahapan ini, hasil observasi dan wawancara yang telah terkumpul
dan dideskripsikan, selanjutnya diperbanyak dan diberikan kepada responden
untuk dibaca dan dinilai kesesuaiannya dengan informasi yang diberikan oleh
masing-masing responden dengan maksud untuk mendapatkan koreksi terhadap
kemungkinan kekeliruan dalam pendeskripsian data. Tujuannya adalah agar
responden mengecek kebenaran laporan tersebut, agar hasil penelitian lebih dapat
dipercaya (Nasution, 1988:34).
E. Analisis Data
1.
Reduksi Data
Sebagai langkah awal dalam analisis data terkait dengan penelitian ini
dilakukan reduksi data, yaitu mengelompokkan atau mengkategorisasikan data
berdasarkan permasalahan penelitian. Apakah data yang diperoleh masuk dalam
kelompok atau kategori rumusan masalah pertama, kedua, atau kah ketiga.
2. Penyajian Data
Oleh karena data yang terkumpul dan sudah dikategorisasikan tersebut
dalam bentuk deskriptif-kualitatif, maka penyajian data yang lebih tepat adalah
dalam bentuk deskriptif (Bogdan dan Biklen, 1992:30; Fraenkel dan Wallen,
1993:383)
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Pengambilan kesimpulan terhadap data yang telah direduksi dan
dianalisis dalam penelitian ini sifatnya sementara. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan kesimpulan yang dijamin kredibilitas dan obyektifitasnya, peneliti
terus menerus melakukan verifikasi, yaitu mempelajari kembali data-data yang
telah direduksi dan disajikan dengan cara meminta pertimbangan, pendapat dan
102
masukan dari para responden. Baru kemudian dapat diambil kesimpulan akhir,
dan itu pun sifatnya adalah tentatif dan tidak bisa digenaralisasikan.
4. Uji Keabsahan Data
Berbeda dengan penelitian positivistik yang menguji keterandalan hasil
penelitiannya
diarahkan pada kualitas instrumen, termasuk data-data yang
diperoleh, dengan istilah yang biasa disebut validitas (internal dan eksternal),
reliabilitas, dan obyektivitas, maka dalam epistemologi naturaiistik, keterandalan
penelitiannya ditekankan pada kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan
konfirmabilitas (Muhadjir, 2000:171).
a.
Kredibilitas
Dalam penelitian naturalis, h
DENGAN MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI KEIMANAN
DAN KETAQWAAN (IMTAQ) DALAM MATA PELAJARAN IPA
BAGISISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Naturaiistik pada Sekolah Dasar Assalam II Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh:
Achmad Ghozin
019682
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. Hi. Mulvani Sumantri, M.Sc.
NIP. 130303756
Pembimbing II
Dr. H. Dadi Setia Adi. M.Sc.
NIP.130160355
ABSTRAK
Tesis dengan judul "Pembelajaran dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai
Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) dalam Mata Pelajaran IPA bagi Siswa Sekolah
Dasar" ini dilatarbelakangi oleh pemikiran tentang pentingnya pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq dalam rangka untuk mengantisipasi/meminimalisir
semakin terpuruknya akhlak anak bangsa. Apabila proses pembelajaran semacam ini
berhasil direalisasikan, muncul keoptimisan bahwa disamping agar peserta didik
memiliki dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), niscaya proses
pendidikan juga dapat mendasari bagi terbentuknya akhlak atau prilaku generasi
muda kita secara seimbang, sehingga pada gilirannya dapat membentuk manusia
Indonesia yang utuh dengan dilandasi iman dan taqwa (Imtaq). Dengan kata lain
proses pendidikan tersebut dapat menciptakan generasi muda harapan bangsa yang
berilmu amaliah, beramal ilmiah, dan bertaqwa ilahiah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturaiistik
yang diadopsi dari Lincoln dan Guba (1985). Pendekatan seperti ini dilakukan dengan
menempatkan peneliti sebagai instrumen (human instrument). Data dikumpulkan
dengan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul
selanjutnya direduksi, dianalisis dan diverifikasi. Sesuai dengan paradigma
naturaiistik versi Lincoln dan Guba, maka uji keabsahan data pun dilakukan dengan
menggunakan empat kriteria pengujian; kredibilitas (credibility), transferabilitas
(transferability), dependabilitas (dependability), dan konfiimabilitas (confirmability).
Dari hasil penelitian terungkap bahwa pelaksanaan proses pembelajaran yang
berlangsung di SD Assalaam II Bandung diawali dengan adanya komitmen yang
tertuang dalam visi dan misi sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq dalam
setiap programnya. Untuk itu maka dilakukan modifikasi kurikulum SD 1994 dan
improvisasi pembelajaran. Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa
komitmen tersebut pada prinsipnya tidak bertentangan, dan bahkan sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistim Pendidikan Nasional. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa pembe
lajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai imtaq dalam pelajaran IPA yang
dilakukan di sekolah ini adalah dengan cara memasukkan "nilai-nilai agama"—bukan
sebagai mata pelajaran/bidang studi Agama—dalam proses penjelasan / penyampaian
mated IPA. Proses seperti ini dalam istilah Fogarty (1991)—yang menjelaskan ada
10 model pembelajaran terpadu—dikenal sebagai bentuk pembelajaran terpadu model
sequenced.
Oleh karena hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mirip dengan atau
mengarah pada laporan kasus yang sifatnya tentatif dan tidak bisa digeneralisasikan,
maka disarankan agar peneliti selanjutnya dapat menindaklanjuti dan mengembangkan penelitian serupa dengan model lain yang lebih implementatif sehingga
hasilnya dapat dikembangkan dan diterapkan pada lembaga-lembaga pendidikan yang
lebih umum atau lebih luas lagi.
DAFTARISI
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang
Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Penjelasan Istilah
Paradigma Penelitian
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1
12
13
16
16
F.
Metode Penelitian
18
BAB II KAJIAN TEORITIS
20
A. Kurikulum dan Pembelajaran
1. Pengertian Kurikulum
2. Pengertian Pembelajaran
3. Hubungan antara Kurikulum dan Pembelajaran
4. Pembelajaran Terpadu
a. Pengertian dan Konsep
b. Model-model Pembelajaran Terpadu
c. Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar
B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1.
Hakikat Pendidikan IPA
20
20
24
28
31
31
34
38
44
44
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPA
46
3. Model-Model Pembelajaran JPA
C. Konsep Nilai, Keimanan, dan Ketaqwaan
49
54
1.
Nilai
54
2. Keimanan dan Ketaqwaan
a.
Keimanan
59
59
1) Pengertian Iman
2) Ciri-ciri Orang Beriman
3) Fungsi Iman
b. Ketaqwaan
1) Pengertian dan Hakikat Taqwa
2) Ciri-Ciri Ketaqwaan
3) Buah Ketaqwaan
VI1
59
60
61
65
65
66
68
Vlll
D. Nilai-nilai Imtaq dalam Pembelajaran IPA
1. Pentingnya Mengintegrasikan Nilai-nilai Imtaq dalam Pembela
73
jaran
2. Keterkaitan Nilai-nilai Imtaq dalam Materi IPA Kelas V SD ....
73
80
E. Konsep-konsep Pengintegrasian Nilai-nilai Imtaq dalam IPA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Teknik Pengumpulan Data
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
91
93
95
96
98
1. Lokasi Penelitian
98
2. Subyek Penelitian
D. Tahapan Penelitian
99
99
E. AnalisisData
101
BAB IV DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN HASIL PENE
LITIAN
106
A. Gambaran Singkat SD Assalaam II Bandung
106
1. Historis
2. Kondisi Saat Ini
B. Deskripsi
106
118
Ill
1. Komitmen untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai Imtaq dalam
Pembelajaran
Ill
2. PerencanaanPembelajaran IPA Terkait Nilai-nilai Imtaq
114
3. Proses Pembelajaran IPA dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai
Imtaq
4. Evaluasi Hasil Pembelajaran
5. Penanaman Nilai-nilai Imtaq di Luar Kelas
C. Interpretasi
115
117
118
121
1. Komitmen untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai Imtaq dalam
Pembelajaran
122
2. PerencanaanPembelajaran IPA Terkait Nilai-nilai Imtaq
123
3. Proses Pembelajaran IPA dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai
Imtaq
4. Evaluasi Hasil Pembelajaran
5. Penanaman Nilai-nilai Imtaq di Luar Kelas
D. Pembahasan
123
125
126
127
1. Komitmen untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai Imtaq dalam
Pembelajaran
127
2. PerencanaanPembelajaranIPA Terkait Nilai-nilai Imtaq
137
3. Proses Pembelajaran IPA dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai
Imtaq
4. Evaluasi Hasil Pembelajaran
139
149
IX
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
153
A. Kesimpulan
154
B.
156
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PHOTO-PHOTO TERKAIT DENGAN PENELITIAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
160
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keterkaitan materi pelajaran IPA kelas VSekolah Dasar dengan
Nilai-nilai Imtaq
Tabel 4.1 Kurikulum 1994 dan Kurikulum SD Assalam II Bandung
84-90
129
Tabel 4.2 Beberapa contoh keterkaitan antara materi EPA kelas VSD dengan
Kandungan nilai-nilai Imtaq yang ditemui dalam proses pembela
jaran
148
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
16
Gambar 2.1 Hubungan antara Guru, Materi dan Siswa dalam proses pembeLajaran
24
Gambar 2.2 Kelompok dan Model-model Pembelajaran Terpadu
35
Gambar 2.3 Keterpautan antara berdzikir dan berfikir dalam proses pendidikan
76
Gambar 3.1 Alur penelitian naturaiistik
94
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad ke-21 generasi muda Indonesia menghadapi berbagai tantangan
globalisasi yang sangat dahsyat di tengah warisan krisis multidimensi yang sangat parah.
Tantangan globalisasi yang sulit dielakkan di antaranya adalah bahwa: "Globalisasi yang
berjalan dewasa ini tanpa visi Moral-Spiritual" (Syafi'i Ma'arif, dalam Media Indonesia
edisi 26 dan 27 Desember 2002), dan derasnya infiltrasi budaya asing yang "sarat
membawa nilai-nilai deislamisasi" melalui berbagai media cetak dan elektronik
(Koesmarwanti dan Widiyanto, 2002:33).
Menghadapi pengaruh negatif arus globalisasi yang dimotori oleh kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tersebut, dan untuk mengantisipasi semakin
parahnya krisis akhlak—sebagai biang krisis yang melanda bangsa kita—maka langkah
strategis yang mungkin dan mendesak dilakukan adalah membekali generasi muda kita
dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ). Karena, bila nilai-nilai keimanan
dan ketaqwaan sudah tertanam sejak dini dalam diri generasi muda, niscaya akan dapat
mengurangi peningkatan krisis akhlak pada satu sisi, dan pada sisi lain membekali
mental-spiritual mereka dalam menghadapi era globalisasi tersebut secara berimbang.
Untuk merealisasikan upaya tersebut, patut diperhatikan apa yang ditegaskan
oleh Bastian (2002: 65) bahwa:
"...fokus program pendidikan perlu diletakkan pada pembentukan dan
pembinaan watak, budi pekerti luhur, keimanan dan ketakwaan, kemampuan
aktualisasi diri, serta pengembangan integritas, kemandirian dan profesionalisme
peserta didik".
Dari pendapat di atas dapat difahami bahwa program pendidikan ke depan harus
ditekankan pada upaya membentuk dan membina watak anak didik yang dilandasi
dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
Sependapat dengan Bastian, Tilaar (2002:77) juga menegaskan bahwa: "...dalam
kerangka reformasi pendidikan nasional, maka kita perlu melihat makna pendidikan
Islam di dalam kehidupan masyarakat Indonesia". Karena, menurut Tilaar, makna
pendidikan Islam dalam kancah kehidupan global yang cenderung sekuler, diharapkan
mampu menjadi penyeimbang bagi proses pendidikan masa depan generasi muda kita.
Sebagai upaya mengantisipasi tantangan globalisasi di abad ke-21 ini, lebih jauh
lagi Tilaar menjelaskan bahwa pendidikan Islam memiliki nilaifuturis yang ideal bagi
format pendidikan kita ke depan. Selengkapnya Tilaar (2002:79) menyatakan bahwa:
Gelombang sekularisme dalam kehidupan manusia karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta diperkuat dengan pendidikan sekuler merupakan
suatu tantangan terhadap kehidupan umat manusia. Para pakar khususnya pakarpakar pendidikan agama dan ilmu-ilmu sosial mulai mengkhawatirkan
kecenderungan kehidupan sekularisme. Masa depan diprediksikan dengan
kebangunan kembali (revival) agama-agama besar sebagai pengimbang bagi
kehidupan sekulerisme. Umat manusia mulai khawatir bahwa kemajuan ilmu
dan teknologi yang tanpa batas dapat menggoyahkan kehidupan iman manusia
bahkan dapat mengarah kepada penghancuran kehidupan itu sendiri. Oleh sebab
itu, pendidikan Islam mempunyai nilai futuristis dalam arti mempersiapkan
kehidupan manusia yang lebih baik dengan mempertahankan nilai-nilai abadi
yaitu nilai-nilai ke-Tuhanan.
Secara historis dan idiologis, pada dasarnya pendidikan dalam Islam adalah
bersifat universal mencakup keduanya (agama dan umum). Sebagaimana ditegaskan
oleh Abdurrahman Mas'ud (Ismail dkk., 2001:13) yang menyatakan bahwa: "...sejarah
perkembangan ilmu dalam Islam menunjukkan adanya hubungan yang harmonis dan
dialogis serta seimbang antara ilmu agama dan non agama". Abdurrahman juga
mengungkapkan bahwa perkembangan intelektual yang dibarengi dan seirama dengan
perkembangan relijius adalah merupakan satu keniscayaan dalam pendidikan Islam.
Adanya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum adalah merupakan fenomena yang
muncul kemudian.
Beberapa pendapat
di atas memperlihatkan bahwa pada dasarnya proses
pendidikan yang dikembangkan dalam Islam adalah pendidikan yang universal dan
integrated. Universal maksudnya bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang.
Sedangkan integrated maksudnya terpadu, tidak memisahkan antara pengetahuan umum
dan pengetahuan agama.
Tujuan pendidikan, seperti ditegaskan oleh Abdurrahman S.A. (1994:156)
dengan mengutip pendapat Jamil Shaliba, adalah: "... mengejawantahkan realisasi
kebahagiaan hidup di dunia ini dan di dunia yang akan datang". Oleh karena, itu maka
fungsi dan peranan pendidikan haruslah dapat mempersiapkan dan membekali anak
didik agar memiliki pengetahuan, pengalaman. dan keterampilan untuk menuju masa
depan hidup di dunia ini, dan mempersiapkan diri bekal untuk hidup di akhirat kelak.
Mendukung pendapat tersebut, Muhaimin dkk (2001:24) juga menyimpulkan bahwa:
...fungsi pendidikan dalam Islam, antara lain untuk membimbing dan
mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu
menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi, baik sebagai 'abdullah (hamba
Allah) ... maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang menyangkut
pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga / rumah
tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap alam.
Berkaitan dengan hakikat dan tujuan pendidikan, Zakiah Daradjat juga
menegaskan bahwa secara umum tujuan pendidikan adalah terwujudnya "insan kamiF
(manusia sempurna) dengan pola taqwa, yaitu "manusia utuh rohani dan jasmani, dapat
hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT"
(Daradjat, 1992:29). Mendukung pendapat tersebut, Miftah Toha (dalam Riduansyah,
2000:1) juga menegaskan: "konstruksi pendidikan nasional haruslah menjadikan bangsa
yang berilmu amaliah, beramal ilmiah, dan bertakwa ilahiah".
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, sebenarnya dalam pasal 4 Undangundang No. 2 tahun 1989 juga sudah dirumuskan bahwa:
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatandan kebangsaan.
Menurut rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, sebenarnya dengan tegas
telah diisyaratkan bahwa dasar dan rujukan bagi semua jenis, jenjang, dan program
pendidikan di Indonesia adalah "mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya'''
dengan ciri utama "beriman" dan bertaqwa". Demikian pentingnya aspek keimanan dan
ketaqwaan yang harus dimiliki oleh para anak didik, maka sudah seharusnya nilai-nilai
Imtaq menjadi bagianyang tidak terpisahkan dalam setiapkegiatan/proses pendidikan.
Upaya mewujudkan tujuan pendidikan menurut Islam yang ternyata selaras
dengan tujuan pendidikan nasional tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Peserta
didik yang memiliki latar belakang dan karakteristik serta lingkungan yang heterogen
memerlukan pembinaan dan pena-nganan yang sungguh-sungguh secara kontinyu dan
konsisten. Dalam kaitan tersebut, interaksi antara siswa dan guru menjadi faktor penting.
Sukmadinata (1988:1) menjelaskan bahwa: "pendidikan berisi suatu interaksi antara
pendidik dengan terdidik dalam upaya membantu terdidik menguasai tujuan-tujuan
pendidikan". Ketercapaian tujuan pendidikan seperti disebutkan di atas, akan sangat
bergantung pada faktor guru sebagai implementator kurikulum. Seperti ditegaskan oleh
Sukmadinata (2000: 194): " ...betapapun bagusnya suatu kuriku-lum (official), hasilnya
sangat bergantung pada apa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas (actual)".
Merebaknya masalah-masalah yang sangat merisaukan dunia pendidikan seperti
tawuran pelajar, pelecehan seksual, penyalahgunaan obat-obat terlarang, dan berbagai
tindakan negatif lainnya yang terjadi di kalangan pelajar akhir-akhir ini, adalah
merupakan contoh nyata dari semakin terpuruknya akhlak/moral peserta didik kita.
Bagaimanapun juga, kondisi tersebut adalah menunjukkan kekurangberhasilannya
proses pendidikan dalam upaya mencapai tujuannya, terutama sekali dalam upaya
membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur (berakhlakul karimah) yang dilandasi
dengan iman dan taqwa.
Berangkat dari kondisi tersebut, pendapat Bastian (2002:65) yang menyatakan
bahwa: "perlu dipertimbangkan penyusunan materi pelajaran yang bersifat integratifdan
tidak terkotak-kotak..." adalah sangat relevan untuk diimplementasikan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Pembelajaran pada lembaga pendidikan atau sekolah harus
berintikan nilai-nilai akhlak mulia, artinya "pembelajaran berlangsung dengan
mengintegrasikan nilai-nilai agama" (Suderajat, 2002:17). Apalagi dalam kaitannya
dengan upaya pengembangan pendidikan ke depan, Bastian dan Suderajat sepakat agar
lembaga pendidikan hendaknya merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek) serta mengintegrasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari dengan
etika keagamaan. Lebih jauh lagi, Bastian (2002: 68) menegaskan bahwa: "lembaga
pendidikan haruslah berusaha secara terus menerus untuk menghasilkan keluaran yang
memiliki kedalaman iman, kepekaan nurani, ketajaman nalar, ketangkasan profesional
dan kemandirian sikap juang".
Sekolah Dasar (SD) memiliki peranan strategis dan mendasar sebagai peletak
dasar bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional. Karena dalam sistem pendidikan kita,
Sekolah Dasar yang lama proses pendidikannya enam tahun, secara institusional adalah
bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan
anggota umat manusia serta mempersiap-kan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah (Depdikbud, 1997:8). Sementara untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, sekurang-kurangnya harus mencakup upaya untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan
membiasakan untuk berprilaku yang baik
memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar
memelihara kesehatan jasmani dan rohani
memberikan kemampuan untuk belajar
f
membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri. (Depdikbud, 1997:9).
Dengan demikian, apabila tujuan institusional SD dapat diwujudkan dengan baik,
niscaya akan dapat membuka peluang bagi terbentuknya sikap-sikap dasar prilaku yang
baik (akhlakul karimah) kepada para lulusannya. Hingga pada gilirannya, apabila
lulusan SD tersebut melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, maka sikap-sikap
dan prilaku tersebut akan dibawa serta.
Sementara itu, pengajaran IPA (sains) di Sekolah Dasar, yang diajarkan mulai
kelas III (berdasarkan kurikulum 1994), secara umum adalah bertujuan agar siswa dapat:
1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi dan masyarakat.
2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Mengalihgunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman ke bidang
pengajaran lainnya.
6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
7. Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam. (Depdiknas, 2001:7).
Bila kita perhatikan, eksistensi materi yang ada dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) khususnya di sekolah dasar, pada dasarnya banyak sekali
menyiratkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Karena materi IPA banyak mengkaji
tentang alam dan gejala-gejala atau fenomena-fenomenanya, yang dalam pandangan
Islam bahwa gejala-gejala tersebut merupakan ayat-ayat kauniah (Shihab, 2002:131).
Mengajarkan tentang alam dengan berbagai gejala atau fenomenanya tersebut secara
baik, niscaya bukan hanya akan menimbulkan kekaguman dan rasa syukur siswa kepada
Allah sebagai pencipta alam (al-Khalik), akan tetapi diyakini juga akan dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah Yang Maha Pencipta.
Pada hakikatnya Allah menciptakan alam dengan segala isinya ini, disamping
untuk dimanfaatkan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia, adalah juga
untuk dikaji, dipelajarai dan dijadikan bahan renungan umat manusia sebagaimana
firmannya: "Bacalah!; Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan" (Q.S.
Al-"Alaq:l-2). Dan, banyak sekali ayat Al-Quran yang menganjurkan, mengajak, dan
bahkan menantang manusia untuk memperhatikan, merenungkan / memikirkan berbagai
gejala dan fenomena alam. Yaitu banyaknya ayat dalam Al-Quran yang diakhiri dengan
- -^ilP
kata "afalaa ta'lamuun,...afalaa ta'qiluun, afalaa tatafakkaruun" yang '|ey^lag|
dapat diartikan "tidakkah kalian fahami?, ... tidakkah kalian renungkan?\ti^a^mh\i^/s
kalianfikirkan?"
Oleh karena itu, maka, disamping berperan sebagai motivator dan informator
sains dan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman dalam usaha meningkatkan
mutu pendidikan, guru muslim seyogyanya juga mampu mengintegrasikan nilai-nilai
agama atau Imtaq sesuai dengan harapan yang tertulis dalam kurikulum 1994 dan
suplemennya. Penyajian materi harus dibarengi dengan nuansa agamis. Guru diharap
kan dapat secara kreatif mencari dan mengembangkan metode mengajar yang cocok,
inovatif, dan motivatif agar siswanya termotivasi untuk mempelajari ilmu pengetahuan
dan meningkatkan rasa keimanandan ketaqwaan sekaligus secara berimbang.
Melalui pembelajaran IPA diyakini bahwa guru dapat menanamkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan secara integrated sekaligus. Sebagaimana diungkapkan oleh
Achmad Hinduan (dalam Riduansyah, 2000:2) yang menandaskan bahwa "melalui
pelajaran IPA dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
siswa". Mendukung
pendapat tersebut, Radjijanti (2000:9) juga menegaskan bahwa "Melalui pengajaran IPA
dapat ditanamkan aspek sikap dan nilai, seperti membudayakan sikap ilmiah,
menghargai dan mencintai lingkungan tempat kita hidup, serta kebesaran Sang
Pencipta".
Masalahnya sekarang adalah kenyataan bahwa masih belum banyak dijumpai
kegiatan pembelajaran pada tingkat Sekolah Dasar, dalam mata pelajaran IPA khususnya
dan mata pelajaran lain umumnya, yang dilakukan sekaligus dengan mengintegrasikan
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan masalah penginte-grasian
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan yang didapatkan penulis, sebagian besar masih
terfokus pada tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) atau lembaga pendidikan
setingkat SMU lainnya.
Diantaranya adalah yang dilakukan oleh Muhammad Romadlon (2000) pada
siswa kelas II MAN 2 Madiun, melalui penelitiannya yang bertajukPembelajaran Kimia
SubBahan Kajian AditifPada makanan Yang Terintegrasi Nilai-nilaiAgama. Berkaitan
dengan kegiatan penelitiannya tersebut, Romadlon antara lain menyatakan bahwa masih
terdapat berbagai kendala dalam rangka merealisasikan pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Kendala tersebut diantaranya
adalah masalah kekurangmampuan dan kekurangberanian guru untuk memberi
muatan/mengintegrasikan nilai-nilai agama pada mata pelajarannya. Mereka merasa
tidak tahu nilai-nilai agama yang mana yang dapat diintegrasikan dan bagaimana model
atau cara pembelajarannya.
Penelitian lainnya adalah yang dilakukan oleh Riduansyah. (2000). Melalui
sebuah penelitian tindakan kelasnya dengan judul Penerapan Model Pembelajaran
Terpadu Antara Biologi dan Imtaq Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di
Madrasah Aliyah, Riduansyah mengungkapkan adanya peningkatan motivasi dan
prestasi belajar siswa yang cukup signifikan khususnya dalam mempelajari mata
pelajaran Biologi dalam kaitannya dengan nilai-nilai agama (keimanan dan ketaqwaan).
!1#
Atas dasar hasil yang diperoleh dalam penelitiannya tersebut, Riduansyah rite-'*--'
dasikan agar penelitian yang lebih komprehensif lagi seputar pengintegrasian rrSai^filal
tauhid (Imtaq) dapatdilakukan padamatapelajaran danjenjangsekolah yang lain.
Sementara itu Kusnadi (2000), melalui penelitiannya yang berjudul Pengem
bangan Pembelajaran Integrasi Nilai-nilai Tauhid Dalam Pengajaran Geografi juga
membuktikan bahwa minat, motivasi dan prestasi belajar siswa SMU di Kotamadya
bandung khususnya dalam mata pelajaran Geografi mengalami peningkatan yang
signifikan. Sama seperti Riduansyah, Kusnadi juga merekomendasikan agar penelitian
menyangkut pembelajaran dengan integrasi nilai-nilai tauhid (keagamaan) hendaknya
dapat ditindaklanjuti secara lebih luas dan mendalam lagi tidak hanya pada mata
pelajaran geografi, akan tetapi juga pada mata pelajaran lainnya dan pada jenjang
sekolah yang lain pula.
Disamping beberapa hasil penelitian seperti yang dikemukakan di atas,
ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian ini juga didasarkan pada pengamatan
terhadap munculnya fenomena menarik yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu meningkatnya
animo dan kecenderungan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya pada
sekolah yang menawarkan kurikulum atau model pendidikan terpadu. Terbukti dengan
semakin membludaknya siswa yang masuk ke sekolah-sekolah terpadu seperti
Perguruan Islam Al-Azhar di Jakarta, Al-Zaytun di Indramayu, Yayasan Al-Mutahhari
di Bandung, dan pada banyak lembaga pendidikanterpadu sejenis lainnya.
Dari survei awal pada Sekolah Dasar Assalaam II Bandung yang dilakukan
penulis pada awal Mei 2003,juga diperoleh informasi bahwa animo dan kecenderungan
11
orang tua/masyarakat Bandung untuk
memasukkan putra-putrinya pada lembaga
pendidikan tersebut mengalami peningkatan yang cukup tajam dari tahun ke tahun. Hal
ini bisa dimaklumi karena Sekolah Dasar Assalaam II Bandung merupakan salah satu
Sekolah Dasar unggulan dalam wilayah Kota Bandung. Lebih menarik lagi, dari survei
awal tersebut juga didapatkan informasi bahwa visi dan misi yang dicanangkan sekolah
tersebut adalah:
Visi:
Unit Sekolah dasar Assalaam II merupakan wahana ladang ibadah bagi seluruh
potensi personal untuk mencapai tujuan duniawi dan ukhrowi yang didasari
keimanan dan ketaqwaan terhadapAllah SWT dengan mewujudkan:
1) Hasil belajar yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan;
2) IMTAQ yang disertai berakhlakul karimah.
Misi:
Menciptakan manusia yang berwawasan luas, beriman dan bertaqwa serta
berakhlakul karimah dengan mewujudkan:
1) Dengan berbagai upaya meningkatkan keimanan dan kataqwaan guru,
karyawan dan siswa;
2) Membina tugas pokok guru dan staf secara optimal;
3) Mencetak siswa sebagai pelajar teladan dan berpengetahuan;
4) Menjalin hubungan yang erat dengan orang tua siswa, masyarakat, serta
instansi terkait dan dunia usaha;
5) Berusaha menambah kesejahteraan guru dan karyawan melalui lembaga
terkait (Visi, Misi, dan Target Tahun Pelajaran 2003-2004 SD Assalaam II).
Memperhatikan berbagai permasalahan, fenomena, kondisi, dan kenyataan
sebagaimana diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.
Yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang lebih jelas,
nyata dan komprehensif dari lapangan berdasarkan data empirik mengenai "Proses
pembelajaran yang di dalamnya sekaligus dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan dalam mata pelajaran IPA bagi siswa kelas V yang
dilaksanakan pada Sekolah Dasar Assalaam II Bandung".
12
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian dalam latar belakang di atas, selanjutnya dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: "Bagaimana proses pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan (Imtaq) dalam mata pelajaran IPA
yang berlangsung pada Sekolah Dasar Assalaam II Bandung?"
2. Pertanyaan Penelitian
Untuk memberikan arah penelitian yang lebih jelas, selanjutnya rumusan
masalah di atas dirincikan lagi dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana komitmen yang dibangun oleh komunitas Sekolah Dasar Assalaam II
Bandung dalam rangka merealisasikan pembelajaran dengan mengintegrasikan nilainilai keimanan dan ketaqwaan?
2. Bagaimana guru mempersiapkan proses atau model pembelajaran IPA yang
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan di sekolah?
3. Bagaimana pelaksanaan / implementasi pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan yang dilakukan antara guru dan siswa di
kelas/sekolah?
4. Bagaimana prosedur evaluasi atau penilaian hasil belajar siswa berkaitan dengan
pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan?
13
C. Penjelasan Istilah
Ada tiga variabel pokok sebagai kajian dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran,
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk menghindari
terjadinya salah interpretasi terhadap variabel tersebut, maka perlu dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pembelajaran Terpadu
Hamalik (1999:57) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu
kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan.
Sementara itu Muhaimin etal, (2001:145) juga menjelaskan bahwa pembelajaran terkait
dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa agar dapat belajar dengan mudah dan
terdorong untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum
sebagai kebutuhan (needs) peserta didik.
Sementara itu, Collins dan Dixon (1991: 6) mengemukakan konsep pembelajaran
terintegrasi (integrated learning) sebagai berikut:
Integrated learning occurs when authentic event or exploration ofa topic is the
drivingforce in the curriculum. By participating in the event / topic exploration,
studentlearn both theprocess and content relating to more then one curriculum
area at the same time. There is a goal to achieve which provides a focusfor the
learning, and as teachers and students work towards achieveing the goal,
activities interwove theprocess and contentfrom various curriculum areas.
Mengelaborasi pendapat para ahli seputar pembelajaran dan pembelajaran ter
padu di atas, maka yang dimaksudkan pembelajaran terpadu dalam penelitian ini adalah
proses pembelajaran yang dilakukan sekaligus dengan mengintegrasikan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan bagi siswa SD, khususnya dalam pembelajaran IPA.
14
2. Nilai-niiai keimanan dan ketaqwaan (imtaq).
Nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan erat kaitannya dengan prilaku keagamaan.
Glock & Stark (dalam Muhaimin, 2001:293) menjelaskan bahwa agama adalah sistim
simbol, sistim keyakinan, sistim nilai, dan sistim prilaku yang terlembagakan, yang
semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling
maknawi (ultimate meaning). Lebih jauh lagi Clock & Stark mengemukakan ada lima
dimensi keberagamaan, yaitu: (1) dimensi keyakinan, (2) dimensi praktek agama, (3)
dimensi pengalaman, (4) dimensi pengatahuan agama, dan (5) dimensi pengamalan.
Nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan (imtaq) yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah kondisi keimanan dan ketaqwaan siswa dalam memahami dirinya sesuai
dengan fitrahnya sebagai makhluk Allah dalam kapasitasnya sebagai khalifah untuk
mengemban amanah membangun kehidupan yang bermartabat baik di dunia maupun di
akhirat
berdasarkan
agamanya.
Kondisi
keimanan
dan
ketakwaan
tersebut
diaktualisasikan dalam bentuk prilaku (akhlak) siswa sebagai cerminan dari keyakinan,
praktek, pengalaman, pengetahuan, dan pengamalan agamanya.
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Arthurt A. Carin dan Robert B. Sund (dalam Farida F., 1999:13) mendefinisikan
IPA sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur yang berlaku
umum dan merupakan kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Sementara itu
Einstein (dalam Farida F., 1999:14) juga menyebutkan "Science is the attempt to make
the chaotic diversity ofour sence experience corespond to a logical uniform system of
thought. In this systemsingle experiences must be correlated with the theoritic structure
15
in such a way resulting coordination is unique and convincing'. Pendapat lain tentang
IPA juga dikemukakan oleh Titus (1959) dan Sund (1972) dalam Radjiianti (2000:9)
bahwa IPA pada hakikatnya meliputi IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA
merupakan sekelompok pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam (produk), yang
diperoleh melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuwan melalui
eksperimen arau penyelidikan.
Disamping pendapat para ahli di atas di atas, Yulaelawati (Farida, 1999:14) juga
menyatakan bahwa IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan, dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan
pengujian gagasan-gagasan. Sains (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan-kumpulan pengetahuan berupa faktafakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapijuga merupakan suatu proses penemuan
(Depdiknas, 2001:6).
Berdasarkan pendapat di atas, selanjutnya IPA yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah pengetahuan tentang alam sekitar dengan berbagai gejala dan
fenomenanya, baik yang berkaitan dengan obyek (fakta-fakta), konsep, prinsip dan
proses yang diberikan/diajarkan pada siswa kelas V Sekolah Dasar.
16
D. Paradigma Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat diilustrasikan paradigma
penelitian seperti pada gambar berikut:
LATAR BELAKANG
•
•
•
•
KAJIANTEORITIS
Tantangan Globalisasi
Substansi Tujuan Pendidikan Nasional
Kondisi Output Pendidikan
Keterkaitan Tujuan Pendidikan dengan
Strategi Pembelajaran
Hub antara Kurikulum & Pembel.
Model-model Pembelajaran dan
Pembelajaran Terpadu
Pembel. Terpadu di Sekolah Dasar
Konsep Nilai, Keimanan dan
Ketaqwaan
>
c
• Hasil-hasil Penelitian terdahulu
• Fenomena Penddkn Terpadu
1Pentingnya integrasi nilai-nilai
kedalam pembelajaran IPA
FOKUS PENELITIAN
Bagaimana Proses Implementasi Pembelajaran IPA
dengan Mengintegrasikan Nilai-nilai Keimanan dan
Ketaqwaan (TMTAQ) yang berlangsung di SD
Assalaam II Bandung?"
I
METODE PENELITIAN
KUALITATIF DENGAN PENDEKATAN
NATURALISTIK
(GROUNDED RESEARCH)
I
ANALISISDATA
DESKRIPTIF-KUALITATIF
(laporan mengarah pada Studi Kasus
Gambar 1.1:
Paradigma Penelitian
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk menemukan model pembelajaran
yang efektif bagi upaya penanaman nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, khususnya bagi
siswa sekolah dasar. Bagaimana guru selaku implementator kurikulum menerjemahkan,
17
merumuskan
dan
mengkorelasikan
tujuan
serta
mengembangkan
proses
pembelajarannyadengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
Secara praktis, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan
deskripsi yang lebih jelas tentang:
a. Komintmen SD Assalaam II Bandung dalam rangka merealisasikan proses
pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
b. Persiapan guru sehubungan dengan pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
c. Proses pembelajaran IPA dengan mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan yang berlangsung di kelas, metode, sumber bahan, media/alat dan sarana
yang digunakan, dan cara-cara yang ditempuh guru dalam mengembangkan materi
dan mengkorelasikan tujuan pembelajarannya dengan nilai-nilai Imtaq.
d. Prosedur yang ditempuh guru dalam penilaian pembelajaran IPA yang dikaitkan
dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
2.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
bermanfaat, terutama sekali bagi keperluan praktis guna lebih mengoptimalkan keter-
capaian tujuan pendidikan nasional dalam rangka "membentuk manusia seutuhnya"
dengan ciri utama "beriman" dan "bertaqwa".
Bagi penulis sendiri, melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahamannya mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan pada tingkat
kelas/sekolah. Dengan melakukan penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengalaman penulis dalam upaya peningkatan kualitas dirinya.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
atau gagasan bagi upaya pengembangan proses implementasi kurikulum dengan
mengintegrasikannilai-nilai keimanan dan ketaqwaan pada tingkat sekolah dasar. Secara
khusus, hasil penelitian ini terutama sekali diharapkan berguna bagi:
a. Guru Sekolah Dasar; sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajarannya di kelas/sekolah, terutama sekali berkaitan dengan mengintegra
sikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Sehingga dengan demikian diharapkan
agar dalam proses pembelajaran tidak lagi hanya memberikan pengetahuan dan
keterampilan semata, akan tetapi juga sekaligus menanamkan nilai-nilai agama.
b. Kepala Sekolah; agar kiranya dapat meningkatkan kepedulian dan tanggung
jawabnya untuk memotivasi, membina, dan mengarahkan guru agar dalam proses
pembelajarannya senantiasa memasukkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
c. Praktisi/pengelola pendidikanlainnya; agar kiranya dapat memberikan masukanbagi
upaya peningkatan dukungan dan pengawasannya terhadap realisasi proses
implementasi pembelajaran di kelas / sekolah dengan mengintegrasikan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma naturaiistik
(Lincoln dan Guba ,1985; dan Muhadjir, 2000). Yaitu dengan melalui interaksi aktif
antara peneliti sebagai humant instrument dengan subyek penelitian.
19
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melalui kegiatan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul selanjutnya direduksi. Setelah itu,
lalu dianalisis secara induktif-kualitatif
Sementara itu, untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan empat cara yaitu
uji reliabilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas (Lincoln dan Guba
(1985). AkMrnya, hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk laporan deskriptif, mirip
seperti laporan kasus.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini digunakan metode kualitatif. Khususnya
dengan pendekatan
paradigma naturalistik-kualitatif, yaitu
mengacu pada
lingkungan alamiah (natural) dengan maskud untuk mendapatkan gambaran yang
lengkap dan utuh tentang konteks dan fenomena yang terjadi di lapangan (Lincoln
dan Guba, 1985:189). Melalui pendekatan ini juga dimaksudkan agar dapat
diperoleh gambaran yang holistic dari proses belajar dan mengajar, yaitu lebih
dari sekedar untuk mengetahui "'to what extent' or 'how well' something is
done?" akan tetapi juga untuk mengetahui gambaran yang lebih komplit tentang
"what goes on in particular classroom or school?" (Fraenkel dan Wallen,
1993:379). Konteks yang dimaksudkan adalah proses pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam mata pelajaran IPA
yang berlangsung di dalam kelas.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah dengan mengikuti alur
naturaiistik yang dimodifikasi dari Lincoln dan Guba (1985:188). Lebih jelasnya
alur penelitian ini adalah sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 3.1 berikut:
93
94
Batas ditetapkan berdasar
kan fokus yang berkaitan
dengan masalah, evalu-
Diuji melalui:
SETTING ALAMIAH
- Kredibilitas
- Transferabilitas
- Dependabilitas
an, atau kebijakan.
membt -tuhkan
/- Komfirmabilitas
HUMAN INSTRUMENT
menggu-nakan
berda -sarkan
METODE KUALITATIF
TACIT KNOWLEDGE
mengu sahakan
SAMPEL
PURPOSIF
RANCANGAN
LANJUTAN
diulang sampai
jenuh
ANALISIS DATA
INDUKTIF
•
GROUNDED
THEORY
meli
puti
HASIL YG DISEPAKATI
dimuat dalam
LAPORAN KASUS
yang teq^liri atas
INTERPRETASI IDIOGRAFI
APLIKASI THNTAT1F
Gambar 3.1:
Alur penelitian Naturaiistik
Keterangan Gambar:
Penelitian ini dilaksanakan dalam lingkungan natural, dimana konteks
berpengaruh dalam memberi arti. Peneliti berlaku sebagai instrumen (human
instrument) yang secara penuh mengadaptasikan diri ke dalam situasi dan
J$NU«&
lingkungan yang diteliti. Human instrument dibangun berdasarkan pe§g%mmr^J$$ *
dan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian:^-^^^^^
Pada saat berada di lapangan, secara berulang dan berurutan peneliti
melakukan empat elemen kegiatan, yaitu mengusahakan sampel yang sesuai
dengan tujuan penelitian (purposive sampling), melakukan analisis data secara
induktif (inductive analysis), membangun teori berdasarkan temuan di lapangan
(grounded theory), dan memproyek-sikan langkah selanjutnya {projection ofnext
step in constantly emergent design). Interpretasi data dilakukan secara
berkelanjutan dan dikonsultasikan dengan responden.
Informasi yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk
menyusun laporan penelitian. Kajian secara keseluruhan atas penelitian ini
dibatasi oleh masalah penelitian yang dirumuskan sebelumnya. Pada akhirnya
keabsahan hasil penelitian ini diuji tingkat reliabilitas, validitas internal dan
eksternal, dan obyektivitasnya yang dalam paradigma naturaiistik digunakan
istilah kredibilitas (credibility), transferabilitas (transferability), dependabilitas
(dependability), dan konfirmabilitas (confirmability).
Digunakannya pendekatan naturalistik-kualitatif dalam penelitian ini
adalah dengan alasan: Pertama, bahwa penelitian ini terfokus pada proses, bukan
pada hasil (Bogdan dan Biklen, 1992:31; Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001:198).
Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran sebagai proses
implementasi kurikulum, dapat ditemukan apabila dilakukan penelitian dengan
pendekatan naturaiistik. Karena sifat dari pendekatan naturalistik-kualitatif ini
yang holistic (menyeluruh) terhadap konteksnya. Seperti diungkapkan Lincoln
96
dan Guba (1985: 39) bahwa: "Naturalistic elect to cany out research in the
natural setting or context of entity for which study is proposed because
naturalistic ontology suggest that wholes that can not be understood in isolation
from their context, nor they befragmentedfor separated study of the parts".
Ketiga, penelitian ini menekankan pada upaya mencari pemaham-an
terhadap kenyataan di lapangan, termasuk "makna" yang terkandung dalam
kenyataan tersebut. Dimana hal ini dapat terwujud bila dilakukan dengan cara
pendekatan naturalistik-kualitatif. "'Meaning' is of essential concern to the
qualitative approach" (Bogdan dan Biklen, 1992:32).
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti langsung bertindak sebagai instrumen
penelitian (human instrument). Oleh karena itu, pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, catatan
dan Iain-lain (Lincoln dan Guba (1985:268).
a.
Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap perilaku
seseorang dalam memainkan perannya secara aktif pada situasi, kondisi dan
tempat seseorang itu diamati. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai "participant
observer" berinteraksi langsung dengan orang-orang yang berada dalam situasi,
kondisi dan tempat dimana observasi berlangsung secara alami. Peneliti
mengamati proses pembelajaran IPA di kelas; bagaimana kegiatan belajar yang
dilakukan siswa, bagaimana pendekatan guru dalam pembelajaran, bagaimana
97
guru mengembangkan materi pembelajarannya, apa saja sarana atau media yang
digunakan, bagaimana cara guru menilai proses dan hasil belajar ssiswa dan
sebagainya. Kegiatan observasi ini dilakukan secara berulang sampai diperoleh
semua data yang dibutuhkan.
b.
Wawancara
Wawancara merupakan suatu percakapan yang bertujuan (Dexter dalam
Lincoln dan Guba, 1985:268). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan berbagai informasi pelengkap tentang kejadian,
kegiatan, perasaan, motivasi, alasan dan sebagainya yang terkait dengan data yang
diperlukan dalam penelitian.
Oleh karena data yang diperoleh dari teknik wawancara ini bersifat verbal
(kata-kata), maka guna mendukung pelaksanaannya peneliti juga menggunakan
alat atau instrumen berupa tape recorder, disamping menggunakan naskah atau
pedoman wawancara dan buku catatan.
c.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan bahan-bahan atau data-
data tertulis lainnya, seperti catatan-catatan atau silabus pengajaran yang memuat
keterkaitan nilai-nilai Imtaq dengan pembelajar-an, khususnya pembelajaran IPA,
buku-buku pelajaran yang digunakan siswa, buku panduan mengajar, foto-foto
dan sebagainya sepanjang masih berkaitan dengan masalah penelitian.
Untuk mendukung pelaksanaan observasi dan dokumentasi, peneliti juga
menggunakan alat atau instrumen berupa kamera. Hal ini dimaksudkan untuk
98
mendokumentasikan situasi atau kondisi yang dianggap perlu atau menunjang
kesempurnaan data / informasi penelitian.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Yang dimaksud pengertian lokasi dalam penelitian ini adalah tempat
beriangsungnya penelitian. Yaitu tempat kegiatan pembelajaran IPA dengan
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, dalam hal ini kelas V SD
Assalam II Bandung.
Dipilihnya lokasi tersebut didasarkan atas pertimbangan: pertama, bahwa
penelitian ini bersifat situasional dan kontekstual terhadap apa-apa yang terjadi
secara spesifik dalam proses pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan di kelas pada sekolah umum; dan kedua, bahwa situasi
kelas bersifat crucible, konteks fisik dan sosial yang di dalamnya melebur
perspektif trial (guru, siswa, dan bahan ajar) dengan segala keunikannya masingmasing (Allwright & Bailey, 1991; dan Posner, 1993; dalam Tahroni, 2003:84).
Situasi dan konteks pembelajaran di SD Assalam II Bandung dipandang
memenuhi kriteria sesuai yang diharapkan dengan maksud dan tujuan penelitian
ini. Sementara itu, konteks fisik dan sosial kelas yang didalamnya melebur antara
guru, siswa dan bahan ajar dengan segala keunikan yang terjadi pada lingkungan
sekolah tersebut—yang bernuansa agamis—juga memberikan alasan kuat bagi
penulis untuk melakukan penelitian ini pada sekolah tersebut.
99
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian berfungsi sebagai sumber data—baik data primer
maupun skunder—yang diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian. Sumber data
primer penelitian ini meliputi guru yang mengajar dan siswa kelas VSD Assalam
II Bandung, serta Kepala Sekolah atau pun para Staf/Pegawai yang turut
mendukung kelancaran proses pembelajaran tersebut. Sementara sumber data
skundernya adalah meliputi dokumen tertulis yang dihimpun dengan teknik
dokumentasi oleh peneliti (Moleong, 2000:112) seperti: literatur, buku teks, surat
keputusan, dokumen, data statistik, foto dan berbagai sumber lainnya yang
memiliki keterkaitan dengan fokus atau masalah penelitian ini.
D. Tahapan Penelitian
Penelitian ini ditempuh secara bertahap dan berkesinambungan. Secara
singkat, tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Persiapan
Tahapan ini merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebelum kegiatan
penelitian lapangan dilakukan. Termasuk dalam tahapan ini diantaranya adalah
penyusunan proposal penelitian yang dilanjutkan dengan seminar untuk
mendapatkan masukan dan arahan dari para dosen penguji. Perlu juga
ditambahkan bahwa sebelum penyusunan proposal penelitian, terlebih dahulu
peneliti melakukan survei awal untuk mendapatkan sejumlah informasi dan
gambaran awal mengenai obyek dan subyek penelitian. Termasuk kegiatan dalam
tahapan ini adalah penyusunan kisi-kisi penelitian dan pedoman wawancara.
100
2. Orientasi
Selanjutnya, dengan berbekal surat izin untuk melakukan penelitian dari
Direktur Program Pascasarjana UPI Bandung, ditambah izin lisan dari para
pembimbing, selanjutnya peneliti menuju lokasi penelitian, yaitu Sekolah Dasar
Assalam II Bandung. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan
orientasi, yaitu penyampaian maksud dan tujuan penelitian serta prosedur atau
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini kepada pihak sekolah.
Disamping itu, melalui tahapan ini juga dimaksudkan untuk mempelajari situasi,
kondisi dan aturan atau norma yang berlaku di lingkungan sekolah. Hal ini
dimaksudkan agar peneliti terbiasa dan bisa lebih akrab (familiar) dalam
berinteraksi dengan lingkungan subyek penelitian. Dengan demikian maka
keberadaan peneliti dapat diterima dengan baik, sehingga kegiatan penelitian bisa
berjalan seperti yang diharapkan.
2. Eksplorasi
Dalam tahapan ini, peneliti melakukan berbagai kegiatan pengumpulan
data / informasi dengan cara studi dokumentasi lapangan dan mengobservasi
lingkungan sekolah dan proses pembelajaran, serta melakukan wawancara dengan
responden yang terkait seperti Kepala Sekolah, Guru dan siswa dalam upaya
menemukan jawaban atas rumusan masalah atau pertanyaan penelitian.
3.
Member Chek
Dalam tahapan ini, hasil observasi dan wawancara yang telah terkumpul
dan dideskripsikan, selanjutnya diperbanyak dan diberikan kepada responden
untuk dibaca dan dinilai kesesuaiannya dengan informasi yang diberikan oleh
masing-masing responden dengan maksud untuk mendapatkan koreksi terhadap
kemungkinan kekeliruan dalam pendeskripsian data. Tujuannya adalah agar
responden mengecek kebenaran laporan tersebut, agar hasil penelitian lebih dapat
dipercaya (Nasution, 1988:34).
E. Analisis Data
1.
Reduksi Data
Sebagai langkah awal dalam analisis data terkait dengan penelitian ini
dilakukan reduksi data, yaitu mengelompokkan atau mengkategorisasikan data
berdasarkan permasalahan penelitian. Apakah data yang diperoleh masuk dalam
kelompok atau kategori rumusan masalah pertama, kedua, atau kah ketiga.
2. Penyajian Data
Oleh karena data yang terkumpul dan sudah dikategorisasikan tersebut
dalam bentuk deskriptif-kualitatif, maka penyajian data yang lebih tepat adalah
dalam bentuk deskriptif (Bogdan dan Biklen, 1992:30; Fraenkel dan Wallen,
1993:383)
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Pengambilan kesimpulan terhadap data yang telah direduksi dan
dianalisis dalam penelitian ini sifatnya sementara. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan kesimpulan yang dijamin kredibilitas dan obyektifitasnya, peneliti
terus menerus melakukan verifikasi, yaitu mempelajari kembali data-data yang
telah direduksi dan disajikan dengan cara meminta pertimbangan, pendapat dan
102
masukan dari para responden. Baru kemudian dapat diambil kesimpulan akhir,
dan itu pun sifatnya adalah tentatif dan tidak bisa digenaralisasikan.
4. Uji Keabsahan Data
Berbeda dengan penelitian positivistik yang menguji keterandalan hasil
penelitiannya
diarahkan pada kualitas instrumen, termasuk data-data yang
diperoleh, dengan istilah yang biasa disebut validitas (internal dan eksternal),
reliabilitas, dan obyektivitas, maka dalam epistemologi naturaiistik, keterandalan
penelitiannya ditekankan pada kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan
konfirmabilitas (Muhadjir, 2000:171).
a.
Kredibilitas
Dalam penelitian naturalis, h