PR0FILPEMBINAAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN SISWA Di SEKOLAH : Studi Kasus di SMU Durul Hikam Bandung.
PR0F1LPEMBINAAN
KBIMANAN DAN KSTAQWAAN SISW A Dl SEK.OLAH
(Sxudi/Casus di SMU Durul Hikam Bandung)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Program Pascasarjana IKEP Bandung
Sebagai salah satu Syarat Penyelesaian Program S2
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh:
Ahmad DJuaem
NIM 9596166
PROGRAM PASCA SARJANA
1NSTTTUT KEGURUAN DAN IL.MU PENDIDIKAN
BANDUHC
W8
Disetujui
Untuk Mengikuti Ujian
Tahap II
Prof Dr. H. Abd j! Azis Wahab, MA,
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, MA.
Pembimbing II
ABSTRAK
Mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk
manusia
seutuhnya merupakan tujuan
pendidikan
seperti yang terkandung dalam rumusan Undang-Undang
No.
2 tahun 1989 tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Salah
satu
kriteria
yang
dianggap
sangat
penting dari rumusan manusia seutuhnya
adalah
manusia
yang beriman dan
bertaqwa
itu
kepada
Tuhan yang Maha Esa.
Kritikan yang sering muncul ke permukaan
sehubungan dengan proses pendidikan di sekolah
adalah bahwa proses pendidikan yang diterapkan guru
dianggap kurang menyentuh pada pembinaan manusia
yang beriman dan bertaqwa seperti yang diharapkan.
Proses pendidikan dianggap kering, karena cenderung
terlalu mengembangkan intelektual (bidang kognitif)
siswa.
Dengan menggunakan metode penelitian kualita-
tif,
penelitian
keimanan
Bandung,
ini
mengungkap
model
pembinaan
dan ketaqwaan siswa di SMU Darul
yang difokuskan kepada masalah
Hikam
model
pembinaan
keimanan dan ketaqwaan dalam proses
belajar mengajar di kelas, baik menyangkut model
perencanaan maupun model strategi belajar mengajar
yang
diterapkan guru, strategi pembinaan di
luar
jam pelajaran serta keberhasilan yang diperoleh
dari model pembinaan yang diterapkan itu.
Berdasarkan
hasil penelitian,
terungkap
bahwa dalam mata pelajaran tertentu yaitu mata
pelajaran
Pendidikan Agama,
Pendidikan
Moral
Pancasila, IPA yang terdiri dari Fisika, Kimia dan
Biologi,
serta pelajaran IPS yang terdiri dari
pelajaran Ekonomi, Sosiologi dan Geografi,
model
perencanaan
Alqur'an
yang
disusun dengan menganalisis ayat
dan dihubungkan dengan
akan dibahas.
materi
suci
pelajaran
Model perencanaan ini
disusun
melalui
langkah-langkah telaah kurikulum,
telaah
ayat suci Alqur'an yang relevan dengan materi
kurikulum serta perencanaan tindak lanjut.
Sesuai dengan model perencanaan,
ada dua
model atau strategi proses belajar mengajar yang
dilakukan guru. Model pertama guru menempatkan ayat
suci Alquran sebagai awal pembuka pelajaran sebelurry
mempelajari materi pelajaran. Ayat suci dalam model
ini dijadikan sebagai
landasan berpikir
dalam
mempelajari
materi
kurikulum.
Model
yang
kedua
adalah ayat suci Alqur^an ^f^^^.f^anleimanln
memahami materi P^aran. Dal^gfSitandai dengan
dan
di dalam kefaJ ^g*tertentu
° ntu
sikapketaqwaan
dan penekanan-penekanan
seperti
^
penekanan kepada P^g^tfdan mSnghSrmatl serta
lelami, saling ™fn^aFfa£ ^l8?p?£an terhadap
Sr-SSan ^ofanTada^^yf.aupun kedisplinan
akademModel Pembinaan ^*^«^p5rq5SSlSiSS
5am Pel^ara\dil^?i-hSrf bafk oleh kepala
dalam berprilaku s^1J^^a pola pemberian
sekolah maupun oleh P^V^^^^uS insidental.
nasihat baik secara terpr°f^t^?kan di sekolah,
Model pembinaan yang ^|ra^t?f terhadap
ternyata —i11^^^/^!^ dalam dimensi
Torai-religiS: ^sT^sial dan
personal-intelektual.
11
dimens,
DAFTAR ISI
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B.
9
Masalah Penelitian
C. Paradigma dan Hasil Kajian Penelitian
yang Relevan
12
1. Paradigma Penelitian
12
2. Kajian Hasil Penelitian yang
Relevan
15
D. Tujuan Penelitian
18
E. Manfaat Penelitian
18
1.
Manfaat Teoritis
19
2.
Manfaat Praktis
20
F. Definisi Operasional
21
BAB II PEMBINAAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN
SISWA SMU
A.
Keimanan dan Ketaqwaan Dalam Persfektif
Tujuan Pendidikan Nasional
24
1. Konsep Keimanan dan Ketaqwaan ....
28
2.
Ciri-ciri Orang Beriman
dan Bertaqwa
29
VI
B.
Esensi Pendidikan Umum dan Proses
Pendidikan Keimanan dan Ketaqwaan ...
33
1.
33
2.
Esensi Pendidikan Umum
Proses Pendidikan Keimanan
dan Ketaqwaan
36
C. Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan
Siswa di SMU
41
1.
45
Karakteristik Siswa SMU
2. Proses Pembinaan dan Ketaqwaan
siswa di Sekolah
49
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
54
B.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data...
56
1.
56
C.
Sumber dan Jenis Data
2. Teknik Pengumpulan Data
58
Teknik Analisis dan Penafsiran Data..
64
BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A.
Menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan
Kepada Siswa Dalam Proses
Belajar Mengajar di Dalam Kelas
66
1.
66
Model
Perencanaan
Deskripsi
66
Interpretasi
71
Pembahasan
72
2. Model Proses Belajar Mengajar
75
Deskripsi
78
Interpretasi
93
Pembahasan
95
Vll
B. Menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan
Kepada Siswa di Luar Jam Pelajaran .... 101
Deskripsi
Interpretasi
•
101
107
108
Pembahasan
C. Keberhasilan Pembinaan Keimanan
dan Ketaqwaan
HI
Deskripsi
Interpretasi
HI
116
Pembahasan
117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
121
1. Profil Perencanaan
123
2. Profil Proses Belajar Mengajar
124
3. Penanaman Keimanan dan Ketaqwaan
siswa di luar jam pelajaran
126
4. Keberhasilan Proses Pembinaan dan
Ketaqwaan
127
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
128
-
LAMPIRAN
131
135
Vlll
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1- Bagan Paradigma Penelitian
14
2- Bagan Proses Penyusunan Perencanaan
Pengajaran
d. Bagan Ayat Quraniah dan Kauniah sebagai
Sumber Pelajaran dalam Pementukan Manusia
Seutuhnya ...
98
IX
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan
dengan
mempunyai
misi
pembinaan dan peningkatan
yang
berkaitan
kualitas
sumber
daya manusia. Oleh karena itu, dalam kerangka
bangunan
nasional,
pembangunan
dalam
pem-
bidang
pendidikan memiliki peran yang cukup penting, sebab
berhubungan
dengan usaha menciptakan
dan
memper-
siapkan kualitas dan karakteristik manusia.
Karakteristik manusia Indonesia yang diharap-
kan
dapat terbentuk melalui pendidikan itu,
dilihat
dalam dokumen undang-undang
no.2
dapat
tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menggariskan:
Pendidikan
nasional
bertujuan
mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seu
tuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan ( Pasal 4 UndangUndang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidi
kan Nasional).
Rumusan
tersebut
mengisyaratkan,
pertama,
tujuan pendidikan nasional pada dasarnya menyangkut
dua
hal
pokok yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dan
mengembangkan
Kedua,
manusia
Indonesia
kualitas manusia Indonesia
seutuhnya.
seutuhnya
yang
menjadi harapan itu ditandai oleh karakteristik:
1. Manusia
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang
Maha Esa;
2. Berbudi pekerti luhur;
3. Sehat jasmani dan rohaninya;
4>. Memiliki pengetahuan dan keterampilan;
5. Berkepribadian yang mantap dan mandiri;
6. Memiliki rasa tanggung jawab sosial; dan
7. Memiliki rasa tanggung jawab kebangsaan.
Dimensi
karakteristik
aspek
keimanan dan ketaqwaan yang
pertama manusia Indonesia
yang fundamental yang harus
menjadi
merupakan
menjiwai
aspek
atau karakteristik lainnya. Numan Soantri memandang
bahwa
di luar aspek keimanan dan
karakteristik
manusia
lainnya
berbudaya.
hanya
Lebih
ketaqwaan,
menunjukkan
lanjut
Numan
maka
sebagai
Somantri
(1992) menyatakan:
Walaupun
sifatnya
pendidikan
masih sangat terbatas penjelasan
yang
logik analisis
terhadap
isi
tujuan
nasional,
tetapi
kalau
ditelaah
unsur-unsur yang ingin dicapai atau menjadi jati
diri bangsa Indonesia,
sia
seutuhnya
yaitu sosok tubuh
beriman dan bertaqwa
dan
luhur
berkebudayaan.
memiliki
kualitas manusia
Indone
manusia
yang
kepada Tuhan Yang Maha Esa
Kata-kata
pengetahuan
berbudi
dan
pekerti
keterampilan,
kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian
yang
matang dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kerbangsaan termasuk pada
pengetian kebudayaan ini. Jadi, inti dari tujuan
pendidikan nasional ialah unsur-usur iman, taqwa
dan berkebudayaan
Sebagai bangsa yang religius, yang
kan
aspek
ketuhanan sebagai dasar
menempat-
pertama
dalam
sistem nilai yang dianut, maka keimanan dan
waan
merupakan aspek penting dan
bagian
ketaq
integral
dari kualitas manusia yang diharapkan. Dengan demikian
acuan
maupun
kan.
aspek
keimanan dan ketaqwaan
harus
pokok baik dalam perencanaan,
dalam
dalam mengukur keberhasilan usaha
Ini
berarti
keberhasilan
menjadi
usaha
proses
pendidi
pendidikan
bukan hanya diukur oleh kemampuan intelektual
keterampilannya
saja, akan tetapi sejauh mana
mampuan intelektual dan keterampilan itu
atau
ke
dilandasi
oleh nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
Menempatkan
keimanan dan
ketaqwaan
aspek penting dalam pembentukan manusia
juga
dikemukakan
oleh Imam Barnadib
sebagai
seutuhnya,
(1992)
yang
menyatakan bahwa aspek-aspek manusia seutuhnya yang
khas Indonesia adalah ketaqwaan dan keimanan kepada
Tuhan
Yang
Maha Esa. Taqwa berarti
mentaati
dan
menjalankan perintah-perintah Tuhan Yang Maha
Esa.
Semua yang dilarang oleh-Nya harus dihindari.
Pada kenyataannya, pembentukan kualitas manu
sia
yang
seperti
ditandai dengan keimanan
yang
diharapkan
itu,
dan
belum
ketaqwaan
sepenuhnya
tersentuh dalam proses pendidikan dewasa ini.
Sam-
pai
yang
saat ini kecenderungan proses pendidikan
berorientasi
tinggi.
kepada
aspek kognitif
masih
sangat
Guru-guru dalam melaksanakan tugas
menga-
jarnya
masih berorientasi kepada proses
roenghapal
materi
pelajaran>
apresiasi
nilai
inti
dan
kepada
sesual
dengan
dari keimanan dan ketaqwaan. Padahal,
proses
pendidikan
bentuk
belum sampai
pembentukan sikap moral
yang demikian tidak mungkin dapat
manusia utuh seperti yang diamanatkan
mem
oleh
tujuan pendidikan.
Sekaitan
dengan
itu
Soedijarto
(1992;85)
mengemukakan:
Suatu
proses pendidikan tidak mungkin
mencapai
sasaran pengembangan manusia seutuhnya bila yang
diutamakan adalah proses mencatat dan menghafal.
Proses emacam ini akan mampu memberi pengetahuan
hafalan
yang
berkembangnya
diragukan
relevansinya
kemmpuan untuk meningkatkan
kehidupan dan martabat manusia.
dengan
mutu
Kecenderungan proses pendidikan yang
berortientasi
kepada pengembangan
aspek
kognitif
juga dikemaukakan oleh Ahmad Sanusi yang
kelemahan
subtansi.
dari
aspek
kurikulum
Selanjutnya
Ahmad
terlalu
memandang
sebagai
Sanusi
dimensi
(1990:131)
mengemukakan:
Kurikulum
yang
diktatorial
sentralistis-uniformitis-
memiliki kelemahan selain
penyakit
kognitifisme,
juga membentuk sikap
ketergantungan
guru dan siswa yang cukup kuat
pada
informasi yang disiapkan saja. Kemudia kelemahan
lainnya
cenderung memberikan
imbalan
pada
perolehan
kognitif yang serba linier
atau
konvergen, tidak multi-linieritas dan divergensi.
Dari
pendapat
meningkatkan
nilai
di atas,
maka
dan membentuk manusia
jelas,
yang
keimaman dan ketaqwaan diperlukan
untuk
memiliki
reformasi
pendidikan baik dalam dimensi subtansi maupun dalam
dimensi proses pebelajaran,
pada
proses
pembentukan
dari yang
keterampilan
berorientasi
kognitif
menjadi
pendidikan yang berorientasi kepada
kemam-
puan kognitif dan afektif secara seimbang.
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan tan-
tangan
proses
penanaman
pendidikan yang
nilai keimanan dan
berorientasi
ketaqwaan
pada
merupakan
kebutuhan yang mendesak. Hal ini disebabkan
dinya
perubahan pola kehidupan masyarakat
akibat
kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
terja-
sebagai
teknologi
informasi yang bukan saja menyebabkan semakin jauhnya
pola
norma
kehidupan manusia dari
kemasyarakatan
yang
nilai-nilai
selama
ini
dan
dijunjung
tinggi, akan tetapi juga memunculkan pola kehidupan
baru,
yang mungkin saja tidak sesuai dengn
sistem
nilai (value system) yang berlaku.
Dalam
1994,
yang
kurikulum Sekolah Menengah Umum
berlaku dewasa ini,
pembinaan
nilai keimanan dan ketaqwaan merupakan bagian
(SMU)
nilai-
dari
pendidikan agama.
Mata pelajaran agama dimaksudkan untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama yag dianut oleh siswa
yang bersangkutan dengan memperhatikan
untuk menghormati
agama lain dalam
kerukunan
untuk
tuntutan
hubungan
antar umat beragama dalam
masyarakat
mewujudkan persatuan nasional
(Kurikulum
SMU 1994, Landasan program dan pengembangan).
Adanya sifat dikhotomis yang memisahan
binaan
yang
keimanan dan ketaqwaan dengan
lain
seperti yang tertera
bidang
dalam
pem
ilmu
kurikulum,
menyebabkan
pembentukan
manusia
seutuhnya
tidak
pernah dapat dicapai dengan sempurna. Hal ini dise-
babkan
pemisahan yang dilakukan oleh
sesuai
dengan
proses
plin
ilmunya
setiap
masing-masing,
membuat
pendidikan terjebak pada pembentukan
ilmu yag terpisah-pisah
tidak
pernah
demikian
sehingga
tercapai. Lebih
menyebabkan
anak
jauh
didik
guru
disi-
keserasian
situasi
dipaksa
yang
untuk
memahami disiplin ilmu yang terkotak-kotak. Akibat-
nya,
bukan saja aspek keimanan dan
tidak
itu,
pernah mendasari pemahaman
ketaqwaan
bidang
keilmuan
akan tetapi keimanan dan ketaqwaan itu
menjadi
hari.
landasan siswa dalam
Oleh
penyimpangan
sebab
itu,
perilaku
berperilaku
terjadinya
tidak
sehari-
penyimpanganini,
seperti
terjadinya tawuran atau perkelahian masal,
pelang-
garan-pelanggaran
penyimpangan
kriminal
rang,
ti
siswa selama
itu
terhadap
norma,
sampai
perilaku yang menjurus pada
seperti penyalahgunaan
pada
tindakan
obat-obat
terla-
penjambretan, perkosaan dan sebagainya seper
yang
banyak dilansir media masa,
banyak
yang
memandang ketidak berhasilan pembinaan aspek keima
nan dan ketaqwaan.
Untuk mengatasi kelemahan-kelem^han di
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
atas,
Wardiman
Djojonegoro melontarkan gagasan keterpaduan
sains
antara
dan agama melalui aplikasi metode, isi,
tujuan
pendidikan. Wardiman (1993:19)
dan
menyatakan,
semua unsur harus terpadu sehingga melahirkan suatu
proses
pendidikan
memandang
yang
tidak
dikhotomis
dalam
agama dan ilmu pengetahuan. Sebab,
pengetahuan
pada
dasarnya
tidak
ilmu
bebas
nilai
(value-free). Dalam tataran aksiologis antara
ilmu
pengetahuan dan agama terdapat "benang merah"
yang
menghuungkan
satu
ilmu
penegatahuan
itu
dengan
lainnya
sehingga
menjadi
terkait
niai
(value-
ladden).
Gagasan keterpaduan dalam tataran
konseptual
seperti yag disarankan di atas, perlu segera ditindak lanjuti dalam bentuk interaksi edukatif khusus-
nya
di lembaga-lembaga pendidikan
bagaimanapun
trampil
formal.
pembentukan manusia yang
Sebab,
cerdas
yang didasari oleh nilai keimanan dan
dan
ke
taqwaan merupakan salah satu tanggung jawab lembaga
pendidikan formal.
Dalam
usaha
merealisasikan
gagasan
mengawinkan pembinaan kemampuan intelektual
yang
dengan
iman
dan ketaqwaan, akhir-akhir ini menjadi
yang
dilakukan
kemudian
sekolah
oleh sekolah-sekolah
dinamakan
sekolah unggulan.
trend
swasta
yang
Salah
satu
unggulan tersebut adalam SMU Darul
Hikam.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan,
pem
bentukan manusia utuh yang memiliki pengetahuan dan
keteramplan yang tinggi yang dilandasi oleh dimensi
keimanan
sekolah
tian
dan
ketaqwaan
merupakan
tujuan
utama
yang bersangkutan. Oleh sebab itu
ini
bermaksud
deskriptif
proses
memperoleh
pelaksanaan
peneli
gambaran
secara
pendidikan
yang
bertumpu pada nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan di
sekolah tersebut.
B.
MASALAH PENELITIAN
Menurut
disebut
Djawad
manusia
Dahlan
(1992:74),
beriman apabila ia
hanya
pada tahap meyakini adanya Tuhan Yang Esa
atau
tidaklah
(Allah),
hanya sampai melaksanakan perintah Yang
Esa. Ketiga-tiganya harus terpadu dalam diri
sia.
adalah
Sebagai
salah
satu
ciri
manusia
Maha
manu
bertaqwa
melakukn yang diperintahkan Allah dan
jauhkan diri dari larangan-Nya.
sampai
men-
Di
lain pihak,
dilaksanakan
oleh
dalam sebuah penelitian
Puslitbang
yang
Kemasyarakatan
dan
Kebudayaan LIPI yang bekerjasama dengan salah
lembaga
terkemuka
sekitar
53
dari Swiss
persen remaja di
satu
menyimpulkan
kota
besar
bahwa
seperti
Bandung memandang bahwa dunia dan masa depan adalah
suram; serta mereka tidak bisa membedakan mana yang
salah
dan mana yang benar (Pikiran Rakyat,
11
De-
keimanan
dan
sember 1997).
Apabila
ketaqwaan,
memiliki
mengacu kepada konsep
maka dapat disimpulkan bahwa remaja kita
keimanan dan ketaqwaan yang
lemah,
yang
berarti pula proses pendidikan khususnya menyangkut
dimensi
keimanan
dan
ketaqwaan
belum
berhasil
seperti yag diharapkan. Dengan demikian
kesimpulan
itu
atau
menggambarkan
antara
harapan
bertaqwa
penddikan
diperoleh.
seperti
adanya
pembentukan
yang
dengan
Atas
kesenjangan
manusia
terkandung
kenyataan
beriman
dalam
atau
dasar itulah perlu
gap
dan
tujuan
hasil
yang
dicari
model
pendidikan yang berorientasi keimanan dan ketaqwaan
yang
lebih memadai sesuai dengan tuntutan
yang
telah diuraikan dalam bagian
masalah.
latar
seperti
belakang
11
Bertolak dari fenomena di atas, maka
ingin memperoleh gambaran tentang profil
keimanan
dan ketaqwaan yang dilakukan
penulis
pembinaan
oleh
salah
satu sekolah unggulan, yaitu SMU Darul Hikam dengan
rumusan masalah :"Bagaimana profil pembinaan keima
nan
dan
ketaqwaan
yang
diterapkan
di
sekolah
Darul Hikam Bandung?"
umum
Untuk mengarahkan proses penelitian,
masalah
penelitian di atas difokuskan kepada
masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
oleh
guru
menanamkan keimanan dan
kepada siswa
dalam
ketaqwaan
proses
belajar
mengajar di dalam kelas?
Pokok-pokok
masalah
yang ingin
diteliti
dari
fokus masalah yang pertama itu adalah :
1.1.
Bagaimanakah setiap guru menyusun perenca
naan
pengajaran yang
mengaitkan
antara
materi pelajaran yang akan disampaikan
dalam kelas dengan penanaman keimanan
ketaqwaan siswa?
di
dan
12
1.2.
Bagaimanakah
man
proses
pelaksanaan penana
keimanan dan ketaqwaan oleh
dalam
kelas
melalui materi
guru
ajar
di
sesuai
dengan perencanaan yang disusun?
2. Bagaimanakah
waan
yang
menanamkan
keimananan dan ketaq
diterapkan oleh kepala
sekolah
dan
guru-guru, di sekolah di luar jam pelajaran?
3. Sejauh mana keberhasilan proses penanaman keima
nan
dan ketaqwaan yang dilakukan
baik
dalam
proses belajar
oleh
mengajar
sekolah
di
dalam
PENELITIAN
YANG
kelas maupun di luar kelas?
C. PARADIGMA DAN
HASIL
KAJIAN
RELEVAN
1. Paradigma Penelitian
Paradigma
sebagai
dalam
penelitian
ini
disusun
dasar untuk menentukan pokok masalah
diteliti sesuai
yang
dengan topik masalah.
Profil Pembinaan keimanan dan ketaqwaan siswa
di lembaga pendidikan formal pada dasarnya memiliki
tiga
aspek
tersebut
yang
adalah
sangat
aspek
berpengaruh.
subtansi,
aspek
kebijaksanaan sekolah dan aspek lingkungan.
Aspek
pola
(1) Aspek
subtansi dapat dilihat dari tujuan yang
ingin dicapai seperti yang dirumuskan dalam kuriku
lum, beserta isi pelajaran yang harus
sesuai dengan kurikulum. (2) Aspek pola
naan
sekolah
merupakan
rumusan
diberikan
kebijaksa
keputusan
yang
harus dijadikan pedoman oleh pimpinan sekolah, para
guru
dan
tenaga
tenaga ahli pendidikan
lainnya
seperti
pembimbing (guru BP), baik dalam kegiatan
belajar
mengajar maupun di luar
mengajar
kegiatan
(intra dan ekstra kurikuler).
lingkungan
terdiri
dari
belajar
(3)
lingkungan
Aspek
sekolah,
lingkungan keluarga dan ligkungan masyarakat.
Seluruh
aspek beserta
komponen-komponennya
merupakan totalitas yang saling berkaitan dan
rahkan untuk mencapai hasil maksimal yaitu
yang
memiliki nilai keimanan dan ketaqwaan.
dia-
manusia
Hasil
tersebut menurut konsepsi Pendidikan Umum menyangkut lima hal yaitu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, mengembangkan karakter moral, warga
yang baik (good citizen), menmgembangkan
tas
intelektual
dan
peningkatan
hidup
negara
kreatifi-
sosial
ekonomi secara pribadi.
Apabila
penelitian,
bawah
ini:
akan
digambarkan,
maka
terlihat seperti pada
paradigma
bagan
di
\ 4
GAKBAR 1 BAGAM PARADIGM PENELITIAN
Dalam
aspek
penelitian
ini
difokuskan
pola kebijaksanaan. Pada dasarnya aspek
berisikan tentang proses pendidikan nilai
dan
kepada
ketaqwaan.
Walaupun seperti
yang
ini
keimanan
diiukiskan
dalam
bagan di atas, aspek ini berisikan
belajar
mengajar
di
dalam
kelas,
kegiatan
akan
tetapi
substansinya bukan kepada proses pengajaran.
sebab
hakekat pendidikan memiliki perbedaan yang mendasar
dengan
pengajaran.
Sudardja
Hal
ini
seperti
Adiwikarta (1994) yang
diungkapkan
mengatakan
bahwa
pendidikan tidak bisa diredusir atau diganti
hanya
pengajaran yang perhatiannya terfokus
dengan
transfer
jauh
ilmu pengetahuan dan keterampilan.
pendidikan tidak bisa diredusir atau
dengan
latihan
yang
fokus
pada
Lebih
diganti
perhatiannya
terfokus kepada keterampilan tertentu. Dengan demikian pendidikan dalam penelitian ini
kepada
tensi
menekankankan
usaha mengembangkan seluruh aspek atau
manusia
yaitu aspek kognitif,
afektif
podan
psikomotor.
2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan.
Berdasarkan hasil studi kepustakaan,
menemukan
beberapa hasil penelitian yang
penulis
dianggap
relevan dengan topik masalah penelitian.
Hasil
(1982)
yang
studi
menyimpulkan
diangap baik.
yang dilakukan
13
William
karakteristik
lima kesimpulan
relevan penulis sajikan di bawah ini.
yang
Wayson
sekolah
dianggap
a. Disiplin
yang ditegakkan di sekolah
didasarkdth
atas penciptaan lingkungan sekolah secara
total
dan kondusif ketimbang mengisolasi praktik-praktik indispliner.
b. Sekolah
dalam
lebih menggunakan pendekatan
ptfeventif
menegakkan disiplin, ketimbang
nreberikan
hukuman-hukuman.
c. Para guru memiliki komltmen disiplin pada
diri-
nya sendiri.
d. Sekolah yang bersangkutan memiliki hubungan yang
erat dengan para orang tua siswa.
e. Sekolah yang
yang
muncul
bersangkutan
terbuka bagi
baik dari masyarakat
kritik
maupun
dari
sumber-sumber lainnya.
Studi yang dilakukan Wayson di atas, memberi
kan gambaran bawa pembentukan moral, kebiasaan
disiplin siswa akan terbentuk manakala
terciptanya
iklim yang memadai. Dalam konteks ini fungsi
lah
bukan hanya sebagai tempat
pengetahuan
akan
tetapi
juga
dan
menyampaikan
seko
ilmu
sebagai -, pembinaan
sikap dan moral siswa.
Studi
yang
dilakukan
Edmund
V.
Sullivan
(1957) tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap
perkembangan
moral
siswa
menyimpulkan
bahwa
kurikulum
tersembunyi (hidden
mempengaruhi
tersembunyi
curr.i oulum)
perkembangan moral
dalam
studi ini
siswa.
sangat
Kurikulum
dimaksudkan
sebagai
usaha guru mengembangkan moral siswa tanpa terlebih
dahulu
merumuskan
tujuan
serta
bagaimana
cara
mengartikan
bahwa
mencapainya.
Dalam
kajian ini penulis
kurikulum tersembunyi merupakan komitmen guru untuk
mengembangkan moral siswa tanpa perencanaan
secara
deskriptif-formal. Artinya pengembangan moral sudah
menjadi bagian yang terintegrasi dengan dalam peri
laku
guru,
sehingga guru berperan
sebagai
model
bagi siswa-siswanya.
Dari
dua hasil penelitian di atas,
menggam-
barkan bahwa pembentukan kebiasaan (displin, moral)
siswa
sangat
komitmen
naan
dipengaruhi oleh iklim
sekolah
guru. Demikian juga halnya dengan
keimanan dan ketaqwaan
siswa
akan
manakala terdapat persayaratan di atas.
dan
pembi
tercapai
1.8
D. TUJUAN PEENELITIAN
Tujuan
memperoleh
umum
penelitian
ini
adalah
ingin
gambaran dan penjelasan tentang
profil
pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang diterapkan di
SMU unggulan Darul Hikam Bandung. Sedangkan
khusus
secara
penelitian ini bertujuan:
1. Memperoleh
keimanan
tiap
gambaran
tentang profil
pembinaan
dan ketaqwaan yang dilakukan oleh
guru
dalam
proses
belajar
se
mengajar
di
kelas, baik dalam tahap perencanaan maupun dalam
pelaksanaannya,
dihubungkan dengan mata pelaja
ran yang dibinanya;
2. Memperoleh
semua
gambaran tentang profil keterlibatan
unsur
baik kepala sekolah
maupun
guru
dalam pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang
di
lakukan di luar jam pelajaran
3. Mengetahui
hasil
pembinaan dan ketaqwaan
dilakukan oleh sekolah baik oleh kepala
yang
sekolah
maupun oleh guru.
E. MANFAAT PENELITIAN
Dengan
diperolehnya gambaran
tentang
model
pembinaan keimanan dan ketaqwaan di SMU, diharapkan
penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis
maupun .secara praktis.
19
.1.
Manfaat
teoritis
Dalam konsep pendidikan umum (general educa
tion) banyak istilah yang berhubungan dengan karak
teristik keimanan dan ketaqwaan seperti pembentukan
manusia
bermoral, berakhlak, manusia
utuh,
warga
negara yang baik, berbudi pekerti dan lain sebagainya,
Namun
belum
demikian,
disadari
sampai
ada model pembinaan keimanan
dan
yang
memiliki karakteristik di atas yang
baku
di
sekolah. Padahal
tujuan
pendidikan
undang
No.
yang
sesuai
tercantum
Indonesia
ketaqwaan
dianggap
rumusan
dalam
undang-
2 tahun 1989 tentang Sistem
pertama yang menjadi
Pendidikan
merupakan
karakteristik
manusia
seutuhnya yang harus dicapai oleh
pendidikan.
ini
dengan
Nasional, dimensi keimanan dan ketaqwaan
aspek
saat
usaha
Dengan dermikian hasil penelitian
ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam membentuk kerangka
pemikiran
membentuk
beriman
model
sesuai
dalam
teori
pembinaan
manusia
dengan tujuan di
sesuai budaya Indonesia.
pendidikan
bertaqwa
atas
yang
dalam
dan
khas
20
2.
Manfaat Praktis
Pembentukan
manusia
beriman
dan
bertaqwa,
pada dasarnya merupakan tanggung jawab semua pihak,
baik
sekolah
sebagai
lembaga
pendidikan
formal
maupun keluarga.
Menyerahkan pembinaan keimanan dan
kepada
guru agama dan PMP saja di
ketaqwaan
sekolah,
akan berhasil secara optimal, sebab manusia
segala
aspek
yang
keunikanya dapat dipengaruhi oleh
baik aspek yang ada dalam
merupakan
fitrah
maupun
dengan
berbagai
dirinya
aspek
tidak
sendiri
lingkungan
sosial yang ada di luar dirinya.
Oleh sebab itu dengan usaha memperoleh gamba
ran model pembinaan iman dan taqwa secara utuh
menyeluruh,
hasil penelitan ini
diharapkan
dan
dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat.
a. Manfaat
untuk
kepala
sekolah sebagai
pihak
administrator.
Hasil
kepala
penelitian ini akan bermanfaat
sekolah dapat meningkatkan
bagaimana
peran
dalam
mengatur kebijaksanaan sekolah serta menciptakan
iklim yang kondusif baik sosial maupun
gis yang dapat menunjang dalam pembinaan
nan dan ketaqwaan
psikolokeima
b.
Untuk para guru.
Sebagai ujung tombak yang secara langsung berhadapan
dengan siswa di dalam kelas dan
kelas,
hasil penelitian bermanfaat dalam
tukan
strategis
keimanan
dan
yang relevan
ketaqwaan
dalam
siswa
di
luar
menen
pembinaan
sesuai
dengan
tujuan yang diinginkan.
c. Untuk para orang tua siswa.
Dengan
dan
ditemukannya profil
ketaqwaan
penelitian
pembinaan
oleh pihak sekolah,
keimanan
maka
hasil
bermanfaat bagi orang tua dalam
me
laksanakan program sekolah. Dengan demikian baik
sekolah
(kepala
sekolah,
guru
dan
tenaga
pendidikan lainnya), maupun para orang tua
memiliki persepsi yang sama dalam proses
naan
siswa menuju manusia yang
keimanan
dan ketaqwaan sesuai
pembi
memiliki
dengan
akan
nilai
harapan
dan tujuan pendidikan.
F.
DEFINISI OPERASIONAL
Untuk
istilah
menyamakan
persepsi,
ada
beberapa
yang perlu dijelaskan sesuai dengan
penelitian,
yaitu:
judul
1. Profil, berasal dari kata "profile" vbahasa Inggris)
yang berarti tampang atau keadaan.
penelitian
ini profile diartikan
Dalam
sebagai
atau keadaan yang diterapkan oleh seluruh
yang
terkait
di sekolah
baik
kepala
pihak
sekolah
maupun guru dan tenaga pendidikan lainnya,
dalam tataran perencanaan maupun dalam
pola
baik
pelaksa-
naan dalam membina keimanan dan ketaqwaan siswa.
2. Pembinaan,
bearasal dari kata "bina" yang menu-
rut kamus umum berarti "bangun" (Poerwadarminta,
1984:
141). Dalam sumber yang sama
pembinaan
berati
pembangunan
dikatanakan
atau
pembaruan.
Dalam penelitian ini pembinaan diartikan sebagai
upaya yang dilakukan seluruh pihak yang
baik kepala sekolah, guru mapun tenaga
kan
lainnya yang ada di sekolah
model
sesuai
yang ditentukan dalam pembinaan
terkait
pendidi
dengan
keimanan
dan ketaqwaan siswa.
3. Keimanan dan ketaqwaan, berasal dari kata "iman"
dan
"taqwa". Iman, menurut
berarti
Bukhari
(1979:103)
keyakinan dalam hati, diucapkan -dengan
lisan dan diamalkan melalui perbuatan. Sedangkan
ketaqwaan berasal dari kata "taqwa" yang berarti
hati-hati,
ini
takut atau ikhlas. Dalam
keimanan
dan ketaqwaan
penelitian
diartikan
sebagai
wujud atau tampilan perilaku siswa yang mencakup
berbagai
dimensi dalam
berhubungan
dengan
dunianya sendiri, lingkungan alam dan lingkungan
sosial,
serta hubungannya dengan
Tuhan
Yang
Maha Esa.
4. Siswa,adalah seluruh peserta didik yang
terdaf-
tar dan aktif dalam kegiatan sekolah baik
maupun
ekstra di SMU Darul Hikam
lapangan penelitian.
yang
intra
menjadi
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A.
METODE PENELITIAN
Masalah
dalam penelitian ini adalah
tentang
profil pelaksanaan pembinaan keimanan dan ketaqwaan
siswa
di
peneliti
sekolah.
berusaha
Dalam
proses
mencari dan
secara
komprehensif
secara
utuh.
untuk
penelitian
menganalisis
memahami
Untuk itu peneliti
ini
data
permasalahan
melibatkan
dalam keseluruhan proses penelitian. Sesuai
diri
dengan
karakteristik masalah yang demikian, maka metodolo-
gi
penelitian
yang
digunakan
adalah
metodologi
penelitian kualitatif.
Penelitian
kualitatif menurut
Lexi
Maleong
(1994:23) berakar pada latar alamiah sebagai keutu
han, mengandalkan manusia sebagai alat
memanfaatkan metode kualitatif,
data
penelitian,
mengadakan analisis
secara induktif, mengarahkan sasaran
tiannya
pada usaha
bersifat deskriptif,
menemukan
teori-teori
data,
kriteria
rancangan
dasar,
lebih mementingkan proses dari
pada hasil, membatasi studi dengan fokus,
seperangkat
peneli-
untuk
memeriksa
memiliki
keabsahan
penelitiannya bersifat sementara,
r-^4
dan hasil penelitiar.aya disepakati oleh kedua belah
pihak: peneliti dan subyek penelitian.
Berdasarkan konsep di atas, maka dalam proses
penelitian,
peneliti
mengatndalkan
situasi
dan
perilaku subyek penelitian yang terjadi di lapangan
sebagai data penelitian, yang kemudian dideskripsikan
dan
dianalisis
sebagai
bahan
perumusan
keslmpulan. Hal ini sesuai dengan pendapat
& Taylor (1075:5) yang menyatakan bahwa
kualitatif
data
merupakan penelitian yang
deskriptif
berupa
kata-kata
Bogdan
penelitian
menghasilkan
tertulis
atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Melalui
metode
penelitian
yang
digunakan,
penelitian ini diarahkan untuk memahami latar
ala-
miah
terlepas
dari
sebab hanya dengan keutuhan itu
dapat
secara
konteksnya,
utuh
yang
tidak
dipahami permasalahan yang ingin diteliti.
.Prosedur
penelitian
dilakukan
dengan
tiga
tahap, yaitu orientasi, eksplorasi, dan member chek
(Nasution,
Tahap
1988:33).
orientasi,
merupakan
tahap
awal
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informa-
si
yang dianggap penting yang
berhubungan
dengan
-J6
subyek
penelitian.
Tahap eksplorasi adalah
tahap
untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai
elemen-elemen yang ditentukan untuk dicari
hannya.
Tahap
member
chek
adalah
keabsa-
tahap
untuk
mengkonfirmasikan bahwa laporan yang diperoleh dari
subjek penelitian sesuai dengan data yang ditampilkan
subyek,
dengan cara mengoreksi,
merubah
dan
memperluas data tersebut sehingga menampilkan kasus
terpercaya.
B.
SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.
Sumber dan Jenis Data
Menurut
Lofland
dan
Lofland,
utama
dalam penelitian kualitatif
kata
dan
tindakan
selebihnya
sumber
data
ialah
kata-
adalah
data
tambahan seperti dokumen, dan Iain-lain (Maleong
:
1988:
95-96).
Berdasarkan pendapat di atas, maka jenis data
yang
dikumpulkan dalam penelitian
ini
terdiri
dari data tertulis dan data yang tidak tertulis.
Data
tertulis adalah seluruh data yang
ber-
sumber dari dokumen-dokumen yang ada baik berupa
catatan-catatan,
foto,
data-data statistik
dan
lain sebagainya.
Sedangkan data yang tidak ter-
tulis
merupakan data-data yang
hasil
pengamatan
diperoleh
dan wawancara
dari
dari
berbagai
sumber.
Data
yang
tidak tertulis,
seluruh kegiatan atau aktivitas
yang
dilakukan
oleh guru-guru, siswa, kepala sekolah
lam
kegiatan belajar mengajar
dengan
Tuhan
pertama
adalah,
baik
yang
da
berhubugan
pembinaan keimanan dan ketaqwaan
kepada
Yang Maha Esa baik di dalam kelas
maupun
kegiatan di luar kelas yang dicatat dalam lembaran
kedua berbagai
observasi;
informasi
pandangan, pendapat atau pengakuan dan
nya
yang
sekolah,
sebagai
pandangan
kepala
siswa dan tenaga kependidikan
lainnya
wawancara
baik
erat kaitannya
secara
informasi
dan aktifitas para
berhubungan
binaan
sebagai
guru-guru,
hasil
dari
tida formal. Ketiga
maupun
yang
bersumber
baik
mengenai
alumni
dengan perilaku
formal
khususnya
mereka
dengan keberhasilan
yang
proses pem
keimanan dan ketaqwaan selama
mengikuti
pendidikan di SMU.
Data
dokumen
secara
yang tertulis bersumber dari
sekolah
baik yang
disusun
individual maupun oleh
dokumen-
oleh
sekolah
guru
sebagai
suatu
institusi
statistik,
seperti
program
foto-foto,
kegiatan sekolah
data
dan
lain
jenis
data
sebagainya.
2. Teknik Pengumpul Data.
Sesuai
degan
fokus masalah dan
yang ingin dikumpulkan, maka teknik
data
pengumpulan
yang diguanakan dalam penelitian ini
diu
raikan di bawaha ini.
1. Pengamatan (observasi)
Pengamatan
(observasi)
digunakan
sebagai
teknik pengumpul data utama penelitian. Hal
didasarkan kepada beberapa alasan: pertama,
ini
tek
nik observasi yang didasarkan kepada
pengamatan
secara
alat
yang
kebenaran
atau
ampuh
langsung,
untuk
dianggap
mengetes
sebagai
sesuatu
untuk melihat kenyataan yang sebenarnya.
Kedua,
teknik pengamatan dengan melihat
dan
mengamati sendiri secara langsung tentang pembi
naan keimanan dan ketaqwaan baik dalam
proses
belajar
belajar mengajar maupun di
mengajar,
memungkinkan
amemperoleh data secara obyektif.
kegiatan
luar
proses
untuk
dapat
by
Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa-peristiwa atau kejadian
sebagai
bahan
pengambilan
penting
kesimpulan
sesuai
dengan maslah penelitian.
Keempat,
peneliti
teknik
pengamatan
memungkinkan
mampu mengerti situasi yang rumit
dan
komplek.
Kelima,
teknik
maka
dalam
kasus-kasus
komunikasi
lainnya
tertentu
dimana
dimungkinkan
tidak
pengamatan dapat menjadi alat yang
sangat
bermanfaat.
Sesuai dengan fokus penelitian, hal-hal
diamati
meliputi
belajar
mengajar di dalam kelas yang
dilakukan
oleh guru dan siswa dalam setiap mata
pelajaran
untuk
memahami
dua bagian.
Pertama,
yang
proses penanaman
proses
keimanan
ketaqwaan dalam setting kegiatan belajar
jar.
Kedua,
kegiatan-kegiatan
di
ekstra
kurikuler
yang
dirancang
maupun pada waktu isterirahat.
menga
luar
pelajaran baik yang berhubungan dengan
dan
jam
kegiatan
oleh
guru,
feu
Wawancara
Wawancara
untuk
dalam
melengkapi
penelitian
data hasil
ini
digunakan
observasi.
Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara
tidak
berstruktur yang menghendaki jawaban secara ter
buka. Hal ini dimaksudkan agar sumber data dapat
mengemukakan
pandangannya sesuai dengan
penda-
patnya sendiri dengan bebas.
Wawancara dilakukan kepada guru-guru,
kepala
yang
siswa,
sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya
dilakukan baik secara formal maupun
tidak
formal.
Sebagaimana karakteristik penelitian kualita
tif
yang
mendalam
bertujuan memahami
dalam
secara
latar alamiah,
maka
utuh
penentuan
satuan kajian atau sampel sebagai sumber
cara,
tetapi
tidak
ditentukan terlebih
disesuaikan
wawan
dahulu,
dengan kebutuhan.
dan
Hal
akan
ini
sesuai dengan pendapat Lexi Maleong (1988 : 141)
yang mengatakan:
...dalam penelitian kualitatif peneliti
sangat
erat kaitannya dengan faktor-faktor konstekstual.
JAdi
maksud sampling dalam hai
ini
ialah
untuk menjaring sebanyak informasi dari pelbagai
macam
sumber
dan
bangunannya
(construction).
Jadi
tujuannya bukanlah memusatkan
adanya
perbedaan-perbedaan
yang
diri
pada
nantinya
61
.dikembangkan ke
dalam
generalisasi.Tujuannya
adalah untuk merinci kekhususan yang ada ke
da
lam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari
sampling ialah menggali
informasi yang akan
menjadi
dasar dari rancangan
dan
teori
yang
muncul.
Dengan demikian maka pada penelitian
kualitatif tidak ada sampel acak tetapi
bertujuan (purposive sample).
sampel-
Wawancara dilakukan baik secara formal maupun
tidak
formal.
Wawancara formal dilakukan
pada
tahap orientasi untuk memperoleh
terutama
data
yang
berhubungan dengan karakteristik dan keadaan
lah
sebagai objek penelitian. Sedangkan
tidak
yang
formal dilakukan untuk
luas
wawancara
memperoleh
tentang berbagai hal
yang
seko
gambaran
berhubungan
dengan pokok masalah penelitian baik yang
menyang
kut proses pelaksanaan pembinaan maupun hasil
yang
diperoleh dari para alumni. Oleh sebab itu wawanca
ra ini dilakukan secara insidental baik di sekolah,
di
rumah atau dimana saja pada
yang
untuk
dipandang tepat untuk menggali
memperoleh
keimanan
Hikam,
setiap
data
tentang
data.
hasil
dean ketaqwaan menurut alumni
baik yang melanjutkan di
kesempatan
pembinaan
SMU
Perguruan
Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta,
Khusus
Darul
Tinggi
wawancaraaa
dilakukan melalui telepun. Hal ini disebabkan
keterbatasan waktu khususnya dari sumber data.
oleh
3.
Analisis Dokumen
Analisis dokumen digunakan untuk mengumpulkan
berbagai
kaitannya
informasi
yang dibutuhkan
yang
dengan program pelaksanaan
erat
pembinaan
keimanan dan ketaqwaan.
Dokumen-dokumen
tersebut terdiri dari:
a. Program kegiatan sekolah, baik yang
menyang
kut program akademik maupun non akademik yang
secara
langsung
amuun tidak
langsung
erat
kaitannya dengan pembentukan keimanan dan ke
taqwaan siswa;
b. Keberadaan
alumni
untuk
memperoleh
tentang aktivitas mereka setelah
data
menyelesai-
kan program pendidikannya di SMU Darul Hikam.
c. Berbagai peraturan
dan tata
tertib
untuk
seluruh civitas akademika;
d. Bebagai dokumentasi kegiatan seperti foto dan
laporan-laporan aktivitas.
e. Perencanaan-perencanaan
yang
disusun
guru
baik yanbg berhubungan dengan
naan
mengajar
maupun
perencanaan
seperti perencanaan ekstra kurikuler.
oleh
perenca
lainnya
4.
Catatan lapangan
Catatan
lapangan
adalah
catatan
tertulis
tentang apa yang didengar, dilihat, dan dialami,
dam dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
refleksi terhadap data penelitian kualitatif
(Bogdan dan Biklen, 1982 :74).
Catatan lapangan yang digunakan dalam peneli
tian
ini
terdiri dari dua bagian
pokok
yaitu
bagian deskriptif yang berisi gambaran tentang
latar pengamatan, orang tindakan dan
raan.
Kedua,
tentang
bagian reflektif
kerangka
berpikir
yang
atau
pembicaberisi
tafsiran
peneliti.
5. Triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar
data itu untuk keperluan
pengecekan
atau
sebagai pembanding terhadap data yang bersangku
tan.
Triangulasi dilakukan dengan cara membanding-
kan data yang diperoleh melalui beberapa teknik.
Hal ini diperlukan untuk menentukan akurasi data
yang diperoleh.
64
C. TEKNIK ANALISIS DAN PENAFSIRAN DATA
Seperti
yang telah
dikemukakan,
penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kua
litatif.
Dalam penelitian kualitatif,
analisis
dan penafsiran data merupakan proses yang
dapat
karena
dipisahkan
(Maleong, 1988 :
itu, dalam penelitian ini
penafsiran
data dilakukan
secara
tidak
182).
Oleh
analisis
dan
bersama-sama
dan terus menerus sampai mendapatkan
kesimpulan
yang utuh.
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam
proses
analisis dan penafsiran data adalah sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari ber
bagai sumber data.
2. Membuat abstraksi atau membuat rangkuman inti
dari hasil analisis atau penelaahan data dari
setiap
sumber atau teknik
pengumpulan
data
yang digunakan.
3. Menyusun satuan-satuan atau katagorisasi data
sesuai dengan pokok"permasalahan yang
tanyakan.
diper-
6 b
4. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data
membandingkan
dengan
hasil dari setiap teknik
digunakan.
5. Membuat interpretasi data.
yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Membentuk
merupakan
manusia yang beriman dan
tanggung
lingkungan
jawab
keluarga,
semua
lingkungan
bertaqwa
pihak
baik
sekolah
dan
lingkungan masyarakat.
Sebagai
suatu
lembaga
pendidikan
sekolah
memiliki peranan yang
Hal
disebabkan
ini
bukan
sangat
hanya
formal,
strategis.
sesuai
dengan
perkembangan budaya masyarakat yang memiliki kepercayaan
penuh kepada sekolah sebagai pusat
bangan anak didik,
akan tetapi juga secara formal
berdasarkan undang-undang memang
diantaranya
adalah
pengem
tugas
sekolah
mengembangkan kecerdasan
atau
dan moral siswa.
Atas
menerapkan
dasar
hal tersebut, maka
model pembelajaran yang
•21
mencari
dapat
dan
mengem-
bangkan
aspek
secara
intelektual dan aspek
bersamaan
merupakan suatu
sikap
moral
kebutuhan
yang
sangat mendesek.
Sesuai
tentang
dengan
profil
pokok
masalah
pembinaan keimanan
penelitian
dan
ketaqwaan
yang dilakukan di sekolah, pada baian ini
dijelas
kan kesimpulan hasil penelitiam.
Berdasarkan
hasil penelitian,
guru-guru
SMU Darul Hikam Bandung yang menjadi objek
di
peneli
tian menerapkan pola belajar mengajar yang bertumpu
pada
pengembangan
ketaqwaan.
terkandung
sebagai
bukan
keimanan
Seluruh materi pelajaran
dalam
bahan
ketaqwaan
nilai-nilai
kurikulum
untuk
siswa.
nasional
meningkatkan
Penguasaan
seperti
yang
dijadikan
keimanan
ilmu
dan
dan
pengetahuan
menjadi tujuan akhir, akan tetapi
merupakan
tujuan antara atau sebagai alat untuk sampai kepada
tujuan akhir yaitu pembentukan keimanan dan
waan
Hasil
seperti yang digariskan dalam
undang-undang.
akhir sebagai temuan penelitian
seperti di bawah ini.
ketaq
disimpulkan
1. Profil perencanaan pengajaran yang bertumpu pada
pembinaan keimanan dan ketaqwaan.
Berdasarkan
hasil penelitian, walaupun
pola
perencanaan mengajar yang disusun oleh guru di
Darul
Hikam
perencanaan
dilihat
memiliki pola yang sama
pengajaran pada umumnya,
dari
Mata
materinya
pelajaran-mata
dengan
akan
memiliki
SMU
pola
tetapi
perbedaan.
pelajaran
tertentu,
yaitu pendidikan agama, pendidikan moral
Panca
sila, IPA yang terdiri dari pelajaran fisika, kimia
dan
biologi serta pelajaran IPS yang terdiri
mata
pelajaran ekonomi, sosiologi
perencanaannya
Al-Qur'an
disusun
dengan
dan
yang akan dibahas.
geografi,
menganalisis
dan dihubungkan dengan materi
Perencanaan pembinaan
dari
ayat
pelajaran
keimanan
dan ketaqwaan ini dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Telaah kurikulum, baik menyangkut pokok bahasan,
tujuan dan materi pelajaran yang harus disampai
kan maupun evaluasi yang harus digunakan;
b. Perencanaan
penenanaman
Iman dan taqwa, yaitu
menelaah ayat-ayatsuci yang relevan dengan pokok
bahasan seperti yang tercantum dalam kuriulum;
c. Perencanaan
tindak Ianjut sebagai upaya
meman-
tapkan keimanan dan ketaqwaan siswa baik melalui
diskusi
maupun
melalui
pemberian
tugas
baik
individual maupun kelompok, serta evaluasinya.
2. Proses
Belajar Mengajar yang bertumpu kepada
penanaman keimanan dan ketaqwaan.
Seperti
dalam pola
perencanaan
maka
dalam
oleh
gruru-guru di SMU Darul Hikam
khas
tersendiri. Ciri khas tersebut adalah
usaha
pola belajar mengajar
pengajaran,
guru
yang
yang
menghubungkan
yang
dilakukan
memiliki
materi
ayat
suci
Al-Qur'an
adanya
pelajaran
dibahas sesuai dengan kurikulum yang
dengan
ciri
berlaku
sebagai
usaha
pengembangan keimanan dan ketaqwaan siswa.
Proses
belajar mengajar dilakukan dengan dua
pola. Pertama guru menempatkan ayat suci
sebagai
guru
awal pembuka pelajaran.
menyampaikan atau membahas
terlebih
dahulu.
mendiskusikan
kandungan
menyampaikan
sampai
ayat
siswa dapat
tersebut.
Inti
Al-Qur'an
Artinya,
materi
ayat
sebelum
pelajaran
suci
dan
menemukan
inti
kandungan
tersebut yang kemudian dijadikan landasan
ayat
berpikir
dalam mempelajari materi pelajaran.Kedua, guru yang
menempatkan ayat suci di akhir pembahasan
pelajaran. Artinya, setelah guru membahas
pelajaran, proses belajar mengajar diakhiri
kegiatan siswa mencari ayat-ayat yang
materi
materi
dengan
relevan
dengan materi tersebut.
Untuk guru-guru yang
menyusun perencanaan
tidak mengaitkan materi pelajaran dengan ayat-ayat
suci Al-Qur'an, akan tetapi pada kenyataannya dalam
proses belajar mengajar hampir semua guru menyitir
ayat suci Al-Qur'an yang relevan dengan materi
pelajaran yang sedang dibahas. Dengan demikian
dalam setiap mata pelajaran Al-Qur'an menjiwai
seluruh proses belajar mengajar.
Selain
proses belajar mengajar
ditandai
dengan menghubungkan materi pelajaran dengan ayat
suci Al-Qur'an, juga ditandai dengan sikap dan
penekanan-penekanan tertentu sebagai usaha pembi
naan, seperti penekanan kepada penggunaan bahasa
yang sopan dan islami dalam komunikasi baik antara
guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa;
penekanan pada usaha saling menghargai dan
menghormati pendapat orang lain;
serta penerapan
kedisplinan, baik kedisiplinan cara
maupun kedisiplinan akademik.
berpakaian
3.
Penanaman Keimanan dan Ketaqwaan siswa di
luar
jam pelajaran.
Penanaman
keimanan dan ketaqwaan di
sekolah
yang
bersangkutan dilakukan secara
baik
di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal
sesuai
terus
dengan mottonya sebagai lembaga
menerus
ini
pendidikan
yang memiliki misi membentuk manusia yang
"Aliman,
Sholihan dan Mujahidan".
Motto
tersebut menjadi komitmen
terlibat
khususnya
Sehingga
proses pembinaan keimanan
tidak
para guru dn
terbatas hanya sekedar
konsep
semua
kepala
yang
sekolah.
dan
ketaqwaan
mempelajari
akan tetapi diterjemahkan kedalam
konsep-
perilaku
sehari-hari.
Profil
pembinaan keimanan dan ketaqwaan
di
luar jam pelajaran ditunjukkan dengan pola ketela
danan
baik
oleh kepala sekolah maupun
guru. Dalam
perilaku
menampakkan
perilaku-perilaku yang dapat
oleh
siswa-siswanya,
kebersihan
sehari-hari
oleh
contohnya
mereka
para
selalu
dicontoh
perilaku
dan kerapihan, perhatian kepada
menjaga
setiap
orang, serta keteledanan dalam melaksanakan ibadah.
Dengan
pola keteledanan ini, iklim sekolah
benar menampakkan kesejukkan.
benar-
vz
Selain
dengan
pola
keteladanan
itu,
juga
proses pembinaan keimanan dan ketaqwaan dilakukan
dengan pola pemberian nasihat yang dilaksanakan
baik secara terprogram maupun bersifat
Secara
waktu
hari
insidental.
terprogram biasanya dilakukan dalam waktukhusus seperti dalam acara peringatan
besar
atau setiap hari senin
dalam
hariupacara
pagi.
Sedangkan secara insidental dilakukan pada
waktu
tertentu yang tidak direncanakan,
contohnya
kepada setiap individu yang melakukan pelanggaran-
pelanggaran; atau pada saat-saat tertentu melalui
dialog dan pertanyaan, seperti mengingatkan kepada
siswa yang kelihatan belum melakukan shalat.
4.
Keberhasilan Proses Pembinaan dan Ketaqwaan.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata proses
pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang dilakukan
oleh guru setiap mata pelajaran dan unsur pimpinan
sekolah
membawa
seperti
yang telah dijelaskan
di
dampak terhadap perubahan perilaku
atas,
siswa.
Perubahan tersebut meliputi dimensi moral-religius,
dimensi sosial dan dimensi personal-intelektual.
Dimensi moral-religius ditandai dengan
sema-
kin kuatnya komitmen keagamaan yang tercermin
sikap
dan
muamalah.
hubungan
pola perilaku dalam bidang
ibadah
Dimensi sosial tercermin dari
sosial kemasyarakatan. Dimensi
intelektual
dari
dan
perilaku
personal-
tercermin dari kesadaran diri
sebagai
makhluk yang terbatas; dan dengan keterbatasan
mendorong
sikap
ingin tahu
sehingga
itu
memunculkan
kemampuan intelektual yang tinggi.
B.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, penulis
menyu-
sun sejumlah saran sebagai berikut:
1. Keberhasilan
proses
pembinaan
keimanan
dan
ketaqwaan di sekolah dapat dipengaruhi oleh pola
kebijaksanaan kepala sekolah yang memegang
dali
ken-
organisasi atau institusi. Oleh sebab
diharapkan
itu
kepala sekolah dapat menyusun
suatu
kebijaksanaan yang mengikat kepada setiap
guru,
contohnya
model
dengan
mengaharuskan
guru
perencanaan yang seragam yang
menyusun
mengandung
unsur pembinaan keimanan dan ketaqwaan. Hal
sangat penting, sebab bagaimanapun proses
ini
pen-
didikan
akan berhasil apabila dilakukan
sistematis
dengan mengacu kepada pola
secara
perenca
naan yang telah dibuat sebelumnya.
2. Pola
kebijaksanaan itu
juga perlu
dilakukan
dalam hal penataan lingkungan sekolah, contohnya
dengan penataan ruangan kelas yang islami seper
ti
pemasangan ayat suci Al-Qur'an yang
dung
pesan-pesan
pemasangan
keimanan dan
mengan
ketaqwaan
Asmaul Husna. Dengan demikian
akan selalu diingatkan untuk berperilaku
atau
siswa
sesuai
dengan tuntutan dan tuntunan ayat suci Alqur'an.
3. Proses pendidikan khususnya dalam pembinaan kei
manan
dan
ketaqwaan merupakan
kerja
semua
unsur di sekolah, oleh sebab
kol
KBIMANAN DAN KSTAQWAAN SISW A Dl SEK.OLAH
(Sxudi/Casus di SMU Durul Hikam Bandung)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Program Pascasarjana IKEP Bandung
Sebagai salah satu Syarat Penyelesaian Program S2
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh:
Ahmad DJuaem
NIM 9596166
PROGRAM PASCA SARJANA
1NSTTTUT KEGURUAN DAN IL.MU PENDIDIKAN
BANDUHC
W8
Disetujui
Untuk Mengikuti Ujian
Tahap II
Prof Dr. H. Abd j! Azis Wahab, MA,
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, MA.
Pembimbing II
ABSTRAK
Mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk
manusia
seutuhnya merupakan tujuan
pendidikan
seperti yang terkandung dalam rumusan Undang-Undang
No.
2 tahun 1989 tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Salah
satu
kriteria
yang
dianggap
sangat
penting dari rumusan manusia seutuhnya
adalah
manusia
yang beriman dan
bertaqwa
itu
kepada
Tuhan yang Maha Esa.
Kritikan yang sering muncul ke permukaan
sehubungan dengan proses pendidikan di sekolah
adalah bahwa proses pendidikan yang diterapkan guru
dianggap kurang menyentuh pada pembinaan manusia
yang beriman dan bertaqwa seperti yang diharapkan.
Proses pendidikan dianggap kering, karena cenderung
terlalu mengembangkan intelektual (bidang kognitif)
siswa.
Dengan menggunakan metode penelitian kualita-
tif,
penelitian
keimanan
Bandung,
ini
mengungkap
model
pembinaan
dan ketaqwaan siswa di SMU Darul
yang difokuskan kepada masalah
Hikam
model
pembinaan
keimanan dan ketaqwaan dalam proses
belajar mengajar di kelas, baik menyangkut model
perencanaan maupun model strategi belajar mengajar
yang
diterapkan guru, strategi pembinaan di
luar
jam pelajaran serta keberhasilan yang diperoleh
dari model pembinaan yang diterapkan itu.
Berdasarkan
hasil penelitian,
terungkap
bahwa dalam mata pelajaran tertentu yaitu mata
pelajaran
Pendidikan Agama,
Pendidikan
Moral
Pancasila, IPA yang terdiri dari Fisika, Kimia dan
Biologi,
serta pelajaran IPS yang terdiri dari
pelajaran Ekonomi, Sosiologi dan Geografi,
model
perencanaan
Alqur'an
yang
disusun dengan menganalisis ayat
dan dihubungkan dengan
akan dibahas.
materi
suci
pelajaran
Model perencanaan ini
disusun
melalui
langkah-langkah telaah kurikulum,
telaah
ayat suci Alqur'an yang relevan dengan materi
kurikulum serta perencanaan tindak lanjut.
Sesuai dengan model perencanaan,
ada dua
model atau strategi proses belajar mengajar yang
dilakukan guru. Model pertama guru menempatkan ayat
suci Alquran sebagai awal pembuka pelajaran sebelurry
mempelajari materi pelajaran. Ayat suci dalam model
ini dijadikan sebagai
landasan berpikir
dalam
mempelajari
materi
kurikulum.
Model
yang
kedua
adalah ayat suci Alqur^an ^f^^^.f^anleimanln
memahami materi P^aran. Dal^gfSitandai dengan
dan
di dalam kefaJ ^g*tertentu
° ntu
sikapketaqwaan
dan penekanan-penekanan
seperti
^
penekanan kepada P^g^tfdan mSnghSrmatl serta
lelami, saling ™fn^aFfa£ ^l8?p?£an terhadap
Sr-SSan ^ofanTada^^yf.aupun kedisplinan
akademModel Pembinaan ^*^«^p5rq5SSlSiSS
5am Pel^ara\dil^?i-hSrf bafk oleh kepala
dalam berprilaku s^1J^^a pola pemberian
sekolah maupun oleh P^V^^^^uS insidental.
nasihat baik secara terpr°f^t^?kan di sekolah,
Model pembinaan yang ^|ra^t?f terhadap
ternyata —i11^^^/^!^ dalam dimensi
Torai-religiS: ^sT^sial dan
personal-intelektual.
11
dimens,
DAFTAR ISI
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B.
9
Masalah Penelitian
C. Paradigma dan Hasil Kajian Penelitian
yang Relevan
12
1. Paradigma Penelitian
12
2. Kajian Hasil Penelitian yang
Relevan
15
D. Tujuan Penelitian
18
E. Manfaat Penelitian
18
1.
Manfaat Teoritis
19
2.
Manfaat Praktis
20
F. Definisi Operasional
21
BAB II PEMBINAAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN
SISWA SMU
A.
Keimanan dan Ketaqwaan Dalam Persfektif
Tujuan Pendidikan Nasional
24
1. Konsep Keimanan dan Ketaqwaan ....
28
2.
Ciri-ciri Orang Beriman
dan Bertaqwa
29
VI
B.
Esensi Pendidikan Umum dan Proses
Pendidikan Keimanan dan Ketaqwaan ...
33
1.
33
2.
Esensi Pendidikan Umum
Proses Pendidikan Keimanan
dan Ketaqwaan
36
C. Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan
Siswa di SMU
41
1.
45
Karakteristik Siswa SMU
2. Proses Pembinaan dan Ketaqwaan
siswa di Sekolah
49
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
54
B.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data...
56
1.
56
C.
Sumber dan Jenis Data
2. Teknik Pengumpulan Data
58
Teknik Analisis dan Penafsiran Data..
64
BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A.
Menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan
Kepada Siswa Dalam Proses
Belajar Mengajar di Dalam Kelas
66
1.
66
Model
Perencanaan
Deskripsi
66
Interpretasi
71
Pembahasan
72
2. Model Proses Belajar Mengajar
75
Deskripsi
78
Interpretasi
93
Pembahasan
95
Vll
B. Menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan
Kepada Siswa di Luar Jam Pelajaran .... 101
Deskripsi
Interpretasi
•
101
107
108
Pembahasan
C. Keberhasilan Pembinaan Keimanan
dan Ketaqwaan
HI
Deskripsi
Interpretasi
HI
116
Pembahasan
117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
121
1. Profil Perencanaan
123
2. Profil Proses Belajar Mengajar
124
3. Penanaman Keimanan dan Ketaqwaan
siswa di luar jam pelajaran
126
4. Keberhasilan Proses Pembinaan dan
Ketaqwaan
127
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
128
-
LAMPIRAN
131
135
Vlll
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1- Bagan Paradigma Penelitian
14
2- Bagan Proses Penyusunan Perencanaan
Pengajaran
d. Bagan Ayat Quraniah dan Kauniah sebagai
Sumber Pelajaran dalam Pementukan Manusia
Seutuhnya ...
98
IX
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan
dengan
mempunyai
misi
pembinaan dan peningkatan
yang
berkaitan
kualitas
sumber
daya manusia. Oleh karena itu, dalam kerangka
bangunan
nasional,
pembangunan
dalam
pem-
bidang
pendidikan memiliki peran yang cukup penting, sebab
berhubungan
dengan usaha menciptakan
dan
memper-
siapkan kualitas dan karakteristik manusia.
Karakteristik manusia Indonesia yang diharap-
kan
dapat terbentuk melalui pendidikan itu,
dilihat
dalam dokumen undang-undang
no.2
dapat
tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menggariskan:
Pendidikan
nasional
bertujuan
mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seu
tuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan ( Pasal 4 UndangUndang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidi
kan Nasional).
Rumusan
tersebut
mengisyaratkan,
pertama,
tujuan pendidikan nasional pada dasarnya menyangkut
dua
hal
pokok yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dan
mengembangkan
Kedua,
manusia
Indonesia
kualitas manusia Indonesia
seutuhnya.
seutuhnya
yang
menjadi harapan itu ditandai oleh karakteristik:
1. Manusia
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang
Maha Esa;
2. Berbudi pekerti luhur;
3. Sehat jasmani dan rohaninya;
4>. Memiliki pengetahuan dan keterampilan;
5. Berkepribadian yang mantap dan mandiri;
6. Memiliki rasa tanggung jawab sosial; dan
7. Memiliki rasa tanggung jawab kebangsaan.
Dimensi
karakteristik
aspek
keimanan dan ketaqwaan yang
pertama manusia Indonesia
yang fundamental yang harus
menjadi
merupakan
menjiwai
aspek
atau karakteristik lainnya. Numan Soantri memandang
bahwa
di luar aspek keimanan dan
karakteristik
manusia
lainnya
berbudaya.
hanya
Lebih
ketaqwaan,
menunjukkan
lanjut
Numan
maka
sebagai
Somantri
(1992) menyatakan:
Walaupun
sifatnya
pendidikan
masih sangat terbatas penjelasan
yang
logik analisis
terhadap
isi
tujuan
nasional,
tetapi
kalau
ditelaah
unsur-unsur yang ingin dicapai atau menjadi jati
diri bangsa Indonesia,
sia
seutuhnya
yaitu sosok tubuh
beriman dan bertaqwa
dan
luhur
berkebudayaan.
memiliki
kualitas manusia
Indone
manusia
yang
kepada Tuhan Yang Maha Esa
Kata-kata
pengetahuan
berbudi
dan
pekerti
keterampilan,
kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian
yang
matang dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kerbangsaan termasuk pada
pengetian kebudayaan ini. Jadi, inti dari tujuan
pendidikan nasional ialah unsur-usur iman, taqwa
dan berkebudayaan
Sebagai bangsa yang religius, yang
kan
aspek
ketuhanan sebagai dasar
menempat-
pertama
dalam
sistem nilai yang dianut, maka keimanan dan
waan
merupakan aspek penting dan
bagian
ketaq
integral
dari kualitas manusia yang diharapkan. Dengan demikian
acuan
maupun
kan.
aspek
keimanan dan ketaqwaan
harus
pokok baik dalam perencanaan,
dalam
dalam mengukur keberhasilan usaha
Ini
berarti
keberhasilan
menjadi
usaha
proses
pendidi
pendidikan
bukan hanya diukur oleh kemampuan intelektual
keterampilannya
saja, akan tetapi sejauh mana
mampuan intelektual dan keterampilan itu
atau
ke
dilandasi
oleh nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.
Menempatkan
keimanan dan
ketaqwaan
aspek penting dalam pembentukan manusia
juga
dikemukakan
oleh Imam Barnadib
sebagai
seutuhnya,
(1992)
yang
menyatakan bahwa aspek-aspek manusia seutuhnya yang
khas Indonesia adalah ketaqwaan dan keimanan kepada
Tuhan
Yang
Maha Esa. Taqwa berarti
mentaati
dan
menjalankan perintah-perintah Tuhan Yang Maha
Esa.
Semua yang dilarang oleh-Nya harus dihindari.
Pada kenyataannya, pembentukan kualitas manu
sia
yang
seperti
ditandai dengan keimanan
yang
diharapkan
itu,
dan
belum
ketaqwaan
sepenuhnya
tersentuh dalam proses pendidikan dewasa ini.
Sam-
pai
yang
saat ini kecenderungan proses pendidikan
berorientasi
tinggi.
kepada
aspek kognitif
masih
sangat
Guru-guru dalam melaksanakan tugas
menga-
jarnya
masih berorientasi kepada proses
roenghapal
materi
pelajaran>
apresiasi
nilai
inti
dan
kepada
sesual
dengan
dari keimanan dan ketaqwaan. Padahal,
proses
pendidikan
bentuk
belum sampai
pembentukan sikap moral
yang demikian tidak mungkin dapat
manusia utuh seperti yang diamanatkan
mem
oleh
tujuan pendidikan.
Sekaitan
dengan
itu
Soedijarto
(1992;85)
mengemukakan:
Suatu
proses pendidikan tidak mungkin
mencapai
sasaran pengembangan manusia seutuhnya bila yang
diutamakan adalah proses mencatat dan menghafal.
Proses emacam ini akan mampu memberi pengetahuan
hafalan
yang
berkembangnya
diragukan
relevansinya
kemmpuan untuk meningkatkan
kehidupan dan martabat manusia.
dengan
mutu
Kecenderungan proses pendidikan yang
berortientasi
kepada pengembangan
aspek
kognitif
juga dikemaukakan oleh Ahmad Sanusi yang
kelemahan
subtansi.
dari
aspek
kurikulum
Selanjutnya
Ahmad
terlalu
memandang
sebagai
Sanusi
dimensi
(1990:131)
mengemukakan:
Kurikulum
yang
diktatorial
sentralistis-uniformitis-
memiliki kelemahan selain
penyakit
kognitifisme,
juga membentuk sikap
ketergantungan
guru dan siswa yang cukup kuat
pada
informasi yang disiapkan saja. Kemudia kelemahan
lainnya
cenderung memberikan
imbalan
pada
perolehan
kognitif yang serba linier
atau
konvergen, tidak multi-linieritas dan divergensi.
Dari
pendapat
meningkatkan
nilai
di atas,
maka
dan membentuk manusia
jelas,
yang
keimaman dan ketaqwaan diperlukan
untuk
memiliki
reformasi
pendidikan baik dalam dimensi subtansi maupun dalam
dimensi proses pebelajaran,
pada
proses
pembentukan
dari yang
keterampilan
berorientasi
kognitif
menjadi
pendidikan yang berorientasi kepada
kemam-
puan kognitif dan afektif secara seimbang.
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan tan-
tangan
proses
penanaman
pendidikan yang
nilai keimanan dan
berorientasi
ketaqwaan
pada
merupakan
kebutuhan yang mendesak. Hal ini disebabkan
dinya
perubahan pola kehidupan masyarakat
akibat
kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
terja-
sebagai
teknologi
informasi yang bukan saja menyebabkan semakin jauhnya
pola
norma
kehidupan manusia dari
kemasyarakatan
yang
nilai-nilai
selama
ini
dan
dijunjung
tinggi, akan tetapi juga memunculkan pola kehidupan
baru,
yang mungkin saja tidak sesuai dengn
sistem
nilai (value system) yang berlaku.
Dalam
1994,
yang
kurikulum Sekolah Menengah Umum
berlaku dewasa ini,
pembinaan
nilai keimanan dan ketaqwaan merupakan bagian
(SMU)
nilai-
dari
pendidikan agama.
Mata pelajaran agama dimaksudkan untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama yag dianut oleh siswa
yang bersangkutan dengan memperhatikan
untuk menghormati
agama lain dalam
kerukunan
untuk
tuntutan
hubungan
antar umat beragama dalam
masyarakat
mewujudkan persatuan nasional
(Kurikulum
SMU 1994, Landasan program dan pengembangan).
Adanya sifat dikhotomis yang memisahan
binaan
yang
keimanan dan ketaqwaan dengan
lain
seperti yang tertera
bidang
dalam
pem
ilmu
kurikulum,
menyebabkan
pembentukan
manusia
seutuhnya
tidak
pernah dapat dicapai dengan sempurna. Hal ini dise-
babkan
pemisahan yang dilakukan oleh
sesuai
dengan
proses
plin
ilmunya
setiap
masing-masing,
membuat
pendidikan terjebak pada pembentukan
ilmu yag terpisah-pisah
tidak
pernah
demikian
sehingga
tercapai. Lebih
menyebabkan
anak
jauh
didik
guru
disi-
keserasian
situasi
dipaksa
yang
untuk
memahami disiplin ilmu yang terkotak-kotak. Akibat-
nya,
bukan saja aspek keimanan dan
tidak
itu,
pernah mendasari pemahaman
ketaqwaan
bidang
keilmuan
akan tetapi keimanan dan ketaqwaan itu
menjadi
hari.
landasan siswa dalam
Oleh
penyimpangan
sebab
itu,
perilaku
berperilaku
terjadinya
tidak
sehari-
penyimpanganini,
seperti
terjadinya tawuran atau perkelahian masal,
pelang-
garan-pelanggaran
penyimpangan
kriminal
rang,
ti
siswa selama
itu
terhadap
norma,
sampai
perilaku yang menjurus pada
seperti penyalahgunaan
pada
tindakan
obat-obat
terla-
penjambretan, perkosaan dan sebagainya seper
yang
banyak dilansir media masa,
banyak
yang
memandang ketidak berhasilan pembinaan aspek keima
nan dan ketaqwaan.
Untuk mengatasi kelemahan-kelem^han di
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
atas,
Wardiman
Djojonegoro melontarkan gagasan keterpaduan
sains
antara
dan agama melalui aplikasi metode, isi,
tujuan
pendidikan. Wardiman (1993:19)
dan
menyatakan,
semua unsur harus terpadu sehingga melahirkan suatu
proses
pendidikan
memandang
yang
tidak
dikhotomis
dalam
agama dan ilmu pengetahuan. Sebab,
pengetahuan
pada
dasarnya
tidak
ilmu
bebas
nilai
(value-free). Dalam tataran aksiologis antara
ilmu
pengetahuan dan agama terdapat "benang merah"
yang
menghuungkan
satu
ilmu
penegatahuan
itu
dengan
lainnya
sehingga
menjadi
terkait
niai
(value-
ladden).
Gagasan keterpaduan dalam tataran
konseptual
seperti yag disarankan di atas, perlu segera ditindak lanjuti dalam bentuk interaksi edukatif khusus-
nya
di lembaga-lembaga pendidikan
bagaimanapun
trampil
formal.
pembentukan manusia yang
Sebab,
cerdas
yang didasari oleh nilai keimanan dan
dan
ke
taqwaan merupakan salah satu tanggung jawab lembaga
pendidikan formal.
Dalam
usaha
merealisasikan
gagasan
mengawinkan pembinaan kemampuan intelektual
yang
dengan
iman
dan ketaqwaan, akhir-akhir ini menjadi
yang
dilakukan
kemudian
sekolah
oleh sekolah-sekolah
dinamakan
sekolah unggulan.
trend
swasta
yang
Salah
satu
unggulan tersebut adalam SMU Darul
Hikam.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan,
pem
bentukan manusia utuh yang memiliki pengetahuan dan
keteramplan yang tinggi yang dilandasi oleh dimensi
keimanan
sekolah
tian
dan
ketaqwaan
merupakan
tujuan
utama
yang bersangkutan. Oleh sebab itu
ini
bermaksud
deskriptif
proses
memperoleh
pelaksanaan
peneli
gambaran
secara
pendidikan
yang
bertumpu pada nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan di
sekolah tersebut.
B.
MASALAH PENELITIAN
Menurut
disebut
Djawad
manusia
Dahlan
(1992:74),
beriman apabila ia
hanya
pada tahap meyakini adanya Tuhan Yang Esa
atau
tidaklah
(Allah),
hanya sampai melaksanakan perintah Yang
Esa. Ketiga-tiganya harus terpadu dalam diri
sia.
adalah
Sebagai
salah
satu
ciri
manusia
Maha
manu
bertaqwa
melakukn yang diperintahkan Allah dan
jauhkan diri dari larangan-Nya.
sampai
men-
Di
lain pihak,
dilaksanakan
oleh
dalam sebuah penelitian
Puslitbang
yang
Kemasyarakatan
dan
Kebudayaan LIPI yang bekerjasama dengan salah
lembaga
terkemuka
sekitar
53
dari Swiss
persen remaja di
satu
menyimpulkan
kota
besar
bahwa
seperti
Bandung memandang bahwa dunia dan masa depan adalah
suram; serta mereka tidak bisa membedakan mana yang
salah
dan mana yang benar (Pikiran Rakyat,
11
De-
keimanan
dan
sember 1997).
Apabila
ketaqwaan,
memiliki
mengacu kepada konsep
maka dapat disimpulkan bahwa remaja kita
keimanan dan ketaqwaan yang
lemah,
yang
berarti pula proses pendidikan khususnya menyangkut
dimensi
keimanan
dan
ketaqwaan
belum
berhasil
seperti yag diharapkan. Dengan demikian
kesimpulan
itu
atau
menggambarkan
antara
harapan
bertaqwa
penddikan
diperoleh.
seperti
adanya
pembentukan
yang
dengan
Atas
kesenjangan
manusia
terkandung
kenyataan
beriman
dalam
atau
dasar itulah perlu
gap
dan
tujuan
hasil
yang
dicari
model
pendidikan yang berorientasi keimanan dan ketaqwaan
yang
lebih memadai sesuai dengan tuntutan
yang
telah diuraikan dalam bagian
masalah.
latar
seperti
belakang
11
Bertolak dari fenomena di atas, maka
ingin memperoleh gambaran tentang profil
keimanan
dan ketaqwaan yang dilakukan
penulis
pembinaan
oleh
salah
satu sekolah unggulan, yaitu SMU Darul Hikam dengan
rumusan masalah :"Bagaimana profil pembinaan keima
nan
dan
ketaqwaan
yang
diterapkan
di
sekolah
Darul Hikam Bandung?"
umum
Untuk mengarahkan proses penelitian,
masalah
penelitian di atas difokuskan kepada
masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
oleh
guru
menanamkan keimanan dan
kepada siswa
dalam
ketaqwaan
proses
belajar
mengajar di dalam kelas?
Pokok-pokok
masalah
yang ingin
diteliti
dari
fokus masalah yang pertama itu adalah :
1.1.
Bagaimanakah setiap guru menyusun perenca
naan
pengajaran yang
mengaitkan
antara
materi pelajaran yang akan disampaikan
dalam kelas dengan penanaman keimanan
ketaqwaan siswa?
di
dan
12
1.2.
Bagaimanakah
man
proses
pelaksanaan penana
keimanan dan ketaqwaan oleh
dalam
kelas
melalui materi
guru
ajar
di
sesuai
dengan perencanaan yang disusun?
2. Bagaimanakah
waan
yang
menanamkan
keimananan dan ketaq
diterapkan oleh kepala
sekolah
dan
guru-guru, di sekolah di luar jam pelajaran?
3. Sejauh mana keberhasilan proses penanaman keima
nan
dan ketaqwaan yang dilakukan
baik
dalam
proses belajar
oleh
mengajar
sekolah
di
dalam
PENELITIAN
YANG
kelas maupun di luar kelas?
C. PARADIGMA DAN
HASIL
KAJIAN
RELEVAN
1. Paradigma Penelitian
Paradigma
sebagai
dalam
penelitian
ini
disusun
dasar untuk menentukan pokok masalah
diteliti sesuai
yang
dengan topik masalah.
Profil Pembinaan keimanan dan ketaqwaan siswa
di lembaga pendidikan formal pada dasarnya memiliki
tiga
aspek
tersebut
yang
adalah
sangat
aspek
berpengaruh.
subtansi,
aspek
kebijaksanaan sekolah dan aspek lingkungan.
Aspek
pola
(1) Aspek
subtansi dapat dilihat dari tujuan yang
ingin dicapai seperti yang dirumuskan dalam kuriku
lum, beserta isi pelajaran yang harus
sesuai dengan kurikulum. (2) Aspek pola
naan
sekolah
merupakan
rumusan
diberikan
kebijaksa
keputusan
yang
harus dijadikan pedoman oleh pimpinan sekolah, para
guru
dan
tenaga
tenaga ahli pendidikan
lainnya
seperti
pembimbing (guru BP), baik dalam kegiatan
belajar
mengajar maupun di luar
mengajar
kegiatan
(intra dan ekstra kurikuler).
lingkungan
terdiri
dari
belajar
(3)
lingkungan
Aspek
sekolah,
lingkungan keluarga dan ligkungan masyarakat.
Seluruh
aspek beserta
komponen-komponennya
merupakan totalitas yang saling berkaitan dan
rahkan untuk mencapai hasil maksimal yaitu
yang
memiliki nilai keimanan dan ketaqwaan.
dia-
manusia
Hasil
tersebut menurut konsepsi Pendidikan Umum menyangkut lima hal yaitu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, mengembangkan karakter moral, warga
yang baik (good citizen), menmgembangkan
tas
intelektual
dan
peningkatan
hidup
negara
kreatifi-
sosial
ekonomi secara pribadi.
Apabila
penelitian,
bawah
ini:
akan
digambarkan,
maka
terlihat seperti pada
paradigma
bagan
di
\ 4
GAKBAR 1 BAGAM PARADIGM PENELITIAN
Dalam
aspek
penelitian
ini
difokuskan
pola kebijaksanaan. Pada dasarnya aspek
berisikan tentang proses pendidikan nilai
dan
kepada
ketaqwaan.
Walaupun seperti
yang
ini
keimanan
diiukiskan
dalam
bagan di atas, aspek ini berisikan
belajar
mengajar
di
dalam
kelas,
kegiatan
akan
tetapi
substansinya bukan kepada proses pengajaran.
sebab
hakekat pendidikan memiliki perbedaan yang mendasar
dengan
pengajaran.
Sudardja
Hal
ini
seperti
Adiwikarta (1994) yang
diungkapkan
mengatakan
bahwa
pendidikan tidak bisa diredusir atau diganti
hanya
pengajaran yang perhatiannya terfokus
dengan
transfer
jauh
ilmu pengetahuan dan keterampilan.
pendidikan tidak bisa diredusir atau
dengan
latihan
yang
fokus
pada
Lebih
diganti
perhatiannya
terfokus kepada keterampilan tertentu. Dengan demikian pendidikan dalam penelitian ini
kepada
tensi
menekankankan
usaha mengembangkan seluruh aspek atau
manusia
yaitu aspek kognitif,
afektif
podan
psikomotor.
2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan.
Berdasarkan hasil studi kepustakaan,
menemukan
beberapa hasil penelitian yang
penulis
dianggap
relevan dengan topik masalah penelitian.
Hasil
(1982)
yang
studi
menyimpulkan
diangap baik.
yang dilakukan
13
William
karakteristik
lima kesimpulan
relevan penulis sajikan di bawah ini.
yang
Wayson
sekolah
dianggap
a. Disiplin
yang ditegakkan di sekolah
didasarkdth
atas penciptaan lingkungan sekolah secara
total
dan kondusif ketimbang mengisolasi praktik-praktik indispliner.
b. Sekolah
dalam
lebih menggunakan pendekatan
ptfeventif
menegakkan disiplin, ketimbang
nreberikan
hukuman-hukuman.
c. Para guru memiliki komltmen disiplin pada
diri-
nya sendiri.
d. Sekolah yang bersangkutan memiliki hubungan yang
erat dengan para orang tua siswa.
e. Sekolah yang
yang
muncul
bersangkutan
terbuka bagi
baik dari masyarakat
kritik
maupun
dari
sumber-sumber lainnya.
Studi yang dilakukan Wayson di atas, memberi
kan gambaran bawa pembentukan moral, kebiasaan
disiplin siswa akan terbentuk manakala
terciptanya
iklim yang memadai. Dalam konteks ini fungsi
lah
bukan hanya sebagai tempat
pengetahuan
akan
tetapi
juga
dan
menyampaikan
seko
ilmu
sebagai -, pembinaan
sikap dan moral siswa.
Studi
yang
dilakukan
Edmund
V.
Sullivan
(1957) tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap
perkembangan
moral
siswa
menyimpulkan
bahwa
kurikulum
tersembunyi (hidden
mempengaruhi
tersembunyi
curr.i oulum)
perkembangan moral
dalam
studi ini
siswa.
sangat
Kurikulum
dimaksudkan
sebagai
usaha guru mengembangkan moral siswa tanpa terlebih
dahulu
merumuskan
tujuan
serta
bagaimana
cara
mengartikan
bahwa
mencapainya.
Dalam
kajian ini penulis
kurikulum tersembunyi merupakan komitmen guru untuk
mengembangkan moral siswa tanpa perencanaan
secara
deskriptif-formal. Artinya pengembangan moral sudah
menjadi bagian yang terintegrasi dengan dalam peri
laku
guru,
sehingga guru berperan
sebagai
model
bagi siswa-siswanya.
Dari
dua hasil penelitian di atas,
menggam-
barkan bahwa pembentukan kebiasaan (displin, moral)
siswa
sangat
komitmen
naan
dipengaruhi oleh iklim
sekolah
guru. Demikian juga halnya dengan
keimanan dan ketaqwaan
siswa
akan
manakala terdapat persayaratan di atas.
dan
pembi
tercapai
1.8
D. TUJUAN PEENELITIAN
Tujuan
memperoleh
umum
penelitian
ini
adalah
ingin
gambaran dan penjelasan tentang
profil
pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang diterapkan di
SMU unggulan Darul Hikam Bandung. Sedangkan
khusus
secara
penelitian ini bertujuan:
1. Memperoleh
keimanan
tiap
gambaran
tentang profil
pembinaan
dan ketaqwaan yang dilakukan oleh
guru
dalam
proses
belajar
se
mengajar
di
kelas, baik dalam tahap perencanaan maupun dalam
pelaksanaannya,
dihubungkan dengan mata pelaja
ran yang dibinanya;
2. Memperoleh
semua
gambaran tentang profil keterlibatan
unsur
baik kepala sekolah
maupun
guru
dalam pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang
di
lakukan di luar jam pelajaran
3. Mengetahui
hasil
pembinaan dan ketaqwaan
dilakukan oleh sekolah baik oleh kepala
yang
sekolah
maupun oleh guru.
E. MANFAAT PENELITIAN
Dengan
diperolehnya gambaran
tentang
model
pembinaan keimanan dan ketaqwaan di SMU, diharapkan
penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis
maupun .secara praktis.
19
.1.
Manfaat
teoritis
Dalam konsep pendidikan umum (general educa
tion) banyak istilah yang berhubungan dengan karak
teristik keimanan dan ketaqwaan seperti pembentukan
manusia
bermoral, berakhlak, manusia
utuh,
warga
negara yang baik, berbudi pekerti dan lain sebagainya,
Namun
belum
demikian,
disadari
sampai
ada model pembinaan keimanan
dan
yang
memiliki karakteristik di atas yang
baku
di
sekolah. Padahal
tujuan
pendidikan
undang
No.
yang
sesuai
tercantum
Indonesia
ketaqwaan
dianggap
rumusan
dalam
undang-
2 tahun 1989 tentang Sistem
pertama yang menjadi
Pendidikan
merupakan
karakteristik
manusia
seutuhnya yang harus dicapai oleh
pendidikan.
ini
dengan
Nasional, dimensi keimanan dan ketaqwaan
aspek
saat
usaha
Dengan dermikian hasil penelitian
ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam membentuk kerangka
pemikiran
membentuk
beriman
model
sesuai
dalam
teori
pembinaan
manusia
dengan tujuan di
sesuai budaya Indonesia.
pendidikan
bertaqwa
atas
yang
dalam
dan
khas
20
2.
Manfaat Praktis
Pembentukan
manusia
beriman
dan
bertaqwa,
pada dasarnya merupakan tanggung jawab semua pihak,
baik
sekolah
sebagai
lembaga
pendidikan
formal
maupun keluarga.
Menyerahkan pembinaan keimanan dan
kepada
guru agama dan PMP saja di
ketaqwaan
sekolah,
akan berhasil secara optimal, sebab manusia
segala
aspek
yang
keunikanya dapat dipengaruhi oleh
baik aspek yang ada dalam
merupakan
fitrah
maupun
dengan
berbagai
dirinya
aspek
tidak
sendiri
lingkungan
sosial yang ada di luar dirinya.
Oleh sebab itu dengan usaha memperoleh gamba
ran model pembinaan iman dan taqwa secara utuh
menyeluruh,
hasil penelitan ini
diharapkan
dan
dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat.
a. Manfaat
untuk
kepala
sekolah sebagai
pihak
administrator.
Hasil
kepala
penelitian ini akan bermanfaat
sekolah dapat meningkatkan
bagaimana
peran
dalam
mengatur kebijaksanaan sekolah serta menciptakan
iklim yang kondusif baik sosial maupun
gis yang dapat menunjang dalam pembinaan
nan dan ketaqwaan
psikolokeima
b.
Untuk para guru.
Sebagai ujung tombak yang secara langsung berhadapan
dengan siswa di dalam kelas dan
kelas,
hasil penelitian bermanfaat dalam
tukan
strategis
keimanan
dan
yang relevan
ketaqwaan
dalam
siswa
di
luar
menen
pembinaan
sesuai
dengan
tujuan yang diinginkan.
c. Untuk para orang tua siswa.
Dengan
dan
ditemukannya profil
ketaqwaan
penelitian
pembinaan
oleh pihak sekolah,
keimanan
maka
hasil
bermanfaat bagi orang tua dalam
me
laksanakan program sekolah. Dengan demikian baik
sekolah
(kepala
sekolah,
guru
dan
tenaga
pendidikan lainnya), maupun para orang tua
memiliki persepsi yang sama dalam proses
naan
siswa menuju manusia yang
keimanan
dan ketaqwaan sesuai
pembi
memiliki
dengan
akan
nilai
harapan
dan tujuan pendidikan.
F.
DEFINISI OPERASIONAL
Untuk
istilah
menyamakan
persepsi,
ada
beberapa
yang perlu dijelaskan sesuai dengan
penelitian,
yaitu:
judul
1. Profil, berasal dari kata "profile" vbahasa Inggris)
yang berarti tampang atau keadaan.
penelitian
ini profile diartikan
Dalam
sebagai
atau keadaan yang diterapkan oleh seluruh
yang
terkait
di sekolah
baik
kepala
pihak
sekolah
maupun guru dan tenaga pendidikan lainnya,
dalam tataran perencanaan maupun dalam
pola
baik
pelaksa-
naan dalam membina keimanan dan ketaqwaan siswa.
2. Pembinaan,
bearasal dari kata "bina" yang menu-
rut kamus umum berarti "bangun" (Poerwadarminta,
1984:
141). Dalam sumber yang sama
pembinaan
berati
pembangunan
dikatanakan
atau
pembaruan.
Dalam penelitian ini pembinaan diartikan sebagai
upaya yang dilakukan seluruh pihak yang
baik kepala sekolah, guru mapun tenaga
kan
lainnya yang ada di sekolah
model
sesuai
yang ditentukan dalam pembinaan
terkait
pendidi
dengan
keimanan
dan ketaqwaan siswa.
3. Keimanan dan ketaqwaan, berasal dari kata "iman"
dan
"taqwa". Iman, menurut
berarti
Bukhari
(1979:103)
keyakinan dalam hati, diucapkan -dengan
lisan dan diamalkan melalui perbuatan. Sedangkan
ketaqwaan berasal dari kata "taqwa" yang berarti
hati-hati,
ini
takut atau ikhlas. Dalam
keimanan
dan ketaqwaan
penelitian
diartikan
sebagai
wujud atau tampilan perilaku siswa yang mencakup
berbagai
dimensi dalam
berhubungan
dengan
dunianya sendiri, lingkungan alam dan lingkungan
sosial,
serta hubungannya dengan
Tuhan
Yang
Maha Esa.
4. Siswa,adalah seluruh peserta didik yang
terdaf-
tar dan aktif dalam kegiatan sekolah baik
maupun
ekstra di SMU Darul Hikam
lapangan penelitian.
yang
intra
menjadi
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A.
METODE PENELITIAN
Masalah
dalam penelitian ini adalah
tentang
profil pelaksanaan pembinaan keimanan dan ketaqwaan
siswa
di
peneliti
sekolah.
berusaha
Dalam
proses
mencari dan
secara
komprehensif
secara
utuh.
untuk
penelitian
menganalisis
memahami
Untuk itu peneliti
ini
data
permasalahan
melibatkan
dalam keseluruhan proses penelitian. Sesuai
diri
dengan
karakteristik masalah yang demikian, maka metodolo-
gi
penelitian
yang
digunakan
adalah
metodologi
penelitian kualitatif.
Penelitian
kualitatif menurut
Lexi
Maleong
(1994:23) berakar pada latar alamiah sebagai keutu
han, mengandalkan manusia sebagai alat
memanfaatkan metode kualitatif,
data
penelitian,
mengadakan analisis
secara induktif, mengarahkan sasaran
tiannya
pada usaha
bersifat deskriptif,
menemukan
teori-teori
data,
kriteria
rancangan
dasar,
lebih mementingkan proses dari
pada hasil, membatasi studi dengan fokus,
seperangkat
peneli-
untuk
memeriksa
memiliki
keabsahan
penelitiannya bersifat sementara,
r-^4
dan hasil penelitiar.aya disepakati oleh kedua belah
pihak: peneliti dan subyek penelitian.
Berdasarkan konsep di atas, maka dalam proses
penelitian,
peneliti
mengatndalkan
situasi
dan
perilaku subyek penelitian yang terjadi di lapangan
sebagai data penelitian, yang kemudian dideskripsikan
dan
dianalisis
sebagai
bahan
perumusan
keslmpulan. Hal ini sesuai dengan pendapat
& Taylor (1075:5) yang menyatakan bahwa
kualitatif
data
merupakan penelitian yang
deskriptif
berupa
kata-kata
Bogdan
penelitian
menghasilkan
tertulis
atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Melalui
metode
penelitian
yang
digunakan,
penelitian ini diarahkan untuk memahami latar
ala-
miah
terlepas
dari
sebab hanya dengan keutuhan itu
dapat
secara
konteksnya,
utuh
yang
tidak
dipahami permasalahan yang ingin diteliti.
.Prosedur
penelitian
dilakukan
dengan
tiga
tahap, yaitu orientasi, eksplorasi, dan member chek
(Nasution,
Tahap
1988:33).
orientasi,
merupakan
tahap
awal
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informa-
si
yang dianggap penting yang
berhubungan
dengan
-J6
subyek
penelitian.
Tahap eksplorasi adalah
tahap
untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai
elemen-elemen yang ditentukan untuk dicari
hannya.
Tahap
member
chek
adalah
keabsa-
tahap
untuk
mengkonfirmasikan bahwa laporan yang diperoleh dari
subjek penelitian sesuai dengan data yang ditampilkan
subyek,
dengan cara mengoreksi,
merubah
dan
memperluas data tersebut sehingga menampilkan kasus
terpercaya.
B.
SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.
Sumber dan Jenis Data
Menurut
Lofland
dan
Lofland,
utama
dalam penelitian kualitatif
kata
dan
tindakan
selebihnya
sumber
data
ialah
kata-
adalah
data
tambahan seperti dokumen, dan Iain-lain (Maleong
:
1988:
95-96).
Berdasarkan pendapat di atas, maka jenis data
yang
dikumpulkan dalam penelitian
ini
terdiri
dari data tertulis dan data yang tidak tertulis.
Data
tertulis adalah seluruh data yang
ber-
sumber dari dokumen-dokumen yang ada baik berupa
catatan-catatan,
foto,
data-data statistik
dan
lain sebagainya.
Sedangkan data yang tidak ter-
tulis
merupakan data-data yang
hasil
pengamatan
diperoleh
dan wawancara
dari
dari
berbagai
sumber.
Data
yang
tidak tertulis,
seluruh kegiatan atau aktivitas
yang
dilakukan
oleh guru-guru, siswa, kepala sekolah
lam
kegiatan belajar mengajar
dengan
Tuhan
pertama
adalah,
baik
yang
da
berhubugan
pembinaan keimanan dan ketaqwaan
kepada
Yang Maha Esa baik di dalam kelas
maupun
kegiatan di luar kelas yang dicatat dalam lembaran
kedua berbagai
observasi;
informasi
pandangan, pendapat atau pengakuan dan
nya
yang
sekolah,
sebagai
pandangan
kepala
siswa dan tenaga kependidikan
lainnya
wawancara
baik
erat kaitannya
secara
informasi
dan aktifitas para
berhubungan
binaan
sebagai
guru-guru,
hasil
dari
tida formal. Ketiga
maupun
yang
bersumber
baik
mengenai
alumni
dengan perilaku
formal
khususnya
mereka
dengan keberhasilan
yang
proses pem
keimanan dan ketaqwaan selama
mengikuti
pendidikan di SMU.
Data
dokumen
secara
yang tertulis bersumber dari
sekolah
baik yang
disusun
individual maupun oleh
dokumen-
oleh
sekolah
guru
sebagai
suatu
institusi
statistik,
seperti
program
foto-foto,
kegiatan sekolah
data
dan
lain
jenis
data
sebagainya.
2. Teknik Pengumpul Data.
Sesuai
degan
fokus masalah dan
yang ingin dikumpulkan, maka teknik
data
pengumpulan
yang diguanakan dalam penelitian ini
diu
raikan di bawaha ini.
1. Pengamatan (observasi)
Pengamatan
(observasi)
digunakan
sebagai
teknik pengumpul data utama penelitian. Hal
didasarkan kepada beberapa alasan: pertama,
ini
tek
nik observasi yang didasarkan kepada
pengamatan
secara
alat
yang
kebenaran
atau
ampuh
langsung,
untuk
dianggap
mengetes
sebagai
sesuatu
untuk melihat kenyataan yang sebenarnya.
Kedua,
teknik pengamatan dengan melihat
dan
mengamati sendiri secara langsung tentang pembi
naan keimanan dan ketaqwaan baik dalam
proses
belajar
belajar mengajar maupun di
mengajar,
memungkinkan
amemperoleh data secara obyektif.
kegiatan
luar
proses
untuk
dapat
by
Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa-peristiwa atau kejadian
sebagai
bahan
pengambilan
penting
kesimpulan
sesuai
dengan maslah penelitian.
Keempat,
peneliti
teknik
pengamatan
memungkinkan
mampu mengerti situasi yang rumit
dan
komplek.
Kelima,
teknik
maka
dalam
kasus-kasus
komunikasi
lainnya
tertentu
dimana
dimungkinkan
tidak
pengamatan dapat menjadi alat yang
sangat
bermanfaat.
Sesuai dengan fokus penelitian, hal-hal
diamati
meliputi
belajar
mengajar di dalam kelas yang
dilakukan
oleh guru dan siswa dalam setiap mata
pelajaran
untuk
memahami
dua bagian.
Pertama,
yang
proses penanaman
proses
keimanan
ketaqwaan dalam setting kegiatan belajar
jar.
Kedua,
kegiatan-kegiatan
di
ekstra
kurikuler
yang
dirancang
maupun pada waktu isterirahat.
menga
luar
pelajaran baik yang berhubungan dengan
dan
jam
kegiatan
oleh
guru,
feu
Wawancara
Wawancara
untuk
dalam
melengkapi
penelitian
data hasil
ini
digunakan
observasi.
Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara
tidak
berstruktur yang menghendaki jawaban secara ter
buka. Hal ini dimaksudkan agar sumber data dapat
mengemukakan
pandangannya sesuai dengan
penda-
patnya sendiri dengan bebas.
Wawancara dilakukan kepada guru-guru,
kepala
yang
siswa,
sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya
dilakukan baik secara formal maupun
tidak
formal.
Sebagaimana karakteristik penelitian kualita
tif
yang
mendalam
bertujuan memahami
dalam
secara
latar alamiah,
maka
utuh
penentuan
satuan kajian atau sampel sebagai sumber
cara,
tetapi
tidak
ditentukan terlebih
disesuaikan
wawan
dahulu,
dengan kebutuhan.
dan
Hal
akan
ini
sesuai dengan pendapat Lexi Maleong (1988 : 141)
yang mengatakan:
...dalam penelitian kualitatif peneliti
sangat
erat kaitannya dengan faktor-faktor konstekstual.
JAdi
maksud sampling dalam hai
ini
ialah
untuk menjaring sebanyak informasi dari pelbagai
macam
sumber
dan
bangunannya
(construction).
Jadi
tujuannya bukanlah memusatkan
adanya
perbedaan-perbedaan
yang
diri
pada
nantinya
61
.dikembangkan ke
dalam
generalisasi.Tujuannya
adalah untuk merinci kekhususan yang ada ke
da
lam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari
sampling ialah menggali
informasi yang akan
menjadi
dasar dari rancangan
dan
teori
yang
muncul.
Dengan demikian maka pada penelitian
kualitatif tidak ada sampel acak tetapi
bertujuan (purposive sample).
sampel-
Wawancara dilakukan baik secara formal maupun
tidak
formal.
Wawancara formal dilakukan
pada
tahap orientasi untuk memperoleh
terutama
data
yang
berhubungan dengan karakteristik dan keadaan
lah
sebagai objek penelitian. Sedangkan
tidak
yang
formal dilakukan untuk
luas
wawancara
memperoleh
tentang berbagai hal
yang
seko
gambaran
berhubungan
dengan pokok masalah penelitian baik yang
menyang
kut proses pelaksanaan pembinaan maupun hasil
yang
diperoleh dari para alumni. Oleh sebab itu wawanca
ra ini dilakukan secara insidental baik di sekolah,
di
rumah atau dimana saja pada
yang
untuk
dipandang tepat untuk menggali
memperoleh
keimanan
Hikam,
setiap
data
tentang
data.
hasil
dean ketaqwaan menurut alumni
baik yang melanjutkan di
kesempatan
pembinaan
SMU
Perguruan
Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta,
Khusus
Darul
Tinggi
wawancaraaa
dilakukan melalui telepun. Hal ini disebabkan
keterbatasan waktu khususnya dari sumber data.
oleh
3.
Analisis Dokumen
Analisis dokumen digunakan untuk mengumpulkan
berbagai
kaitannya
informasi
yang dibutuhkan
yang
dengan program pelaksanaan
erat
pembinaan
keimanan dan ketaqwaan.
Dokumen-dokumen
tersebut terdiri dari:
a. Program kegiatan sekolah, baik yang
menyang
kut program akademik maupun non akademik yang
secara
langsung
amuun tidak
langsung
erat
kaitannya dengan pembentukan keimanan dan ke
taqwaan siswa;
b. Keberadaan
alumni
untuk
memperoleh
tentang aktivitas mereka setelah
data
menyelesai-
kan program pendidikannya di SMU Darul Hikam.
c. Berbagai peraturan
dan tata
tertib
untuk
seluruh civitas akademika;
d. Bebagai dokumentasi kegiatan seperti foto dan
laporan-laporan aktivitas.
e. Perencanaan-perencanaan
yang
disusun
guru
baik yanbg berhubungan dengan
naan
mengajar
maupun
perencanaan
seperti perencanaan ekstra kurikuler.
oleh
perenca
lainnya
4.
Catatan lapangan
Catatan
lapangan
adalah
catatan
tertulis
tentang apa yang didengar, dilihat, dan dialami,
dam dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
refleksi terhadap data penelitian kualitatif
(Bogdan dan Biklen, 1982 :74).
Catatan lapangan yang digunakan dalam peneli
tian
ini
terdiri dari dua bagian
pokok
yaitu
bagian deskriptif yang berisi gambaran tentang
latar pengamatan, orang tindakan dan
raan.
Kedua,
tentang
bagian reflektif
kerangka
berpikir
yang
atau
pembicaberisi
tafsiran
peneliti.
5. Triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar
data itu untuk keperluan
pengecekan
atau
sebagai pembanding terhadap data yang bersangku
tan.
Triangulasi dilakukan dengan cara membanding-
kan data yang diperoleh melalui beberapa teknik.
Hal ini diperlukan untuk menentukan akurasi data
yang diperoleh.
64
C. TEKNIK ANALISIS DAN PENAFSIRAN DATA
Seperti
yang telah
dikemukakan,
penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kua
litatif.
Dalam penelitian kualitatif,
analisis
dan penafsiran data merupakan proses yang
dapat
karena
dipisahkan
(Maleong, 1988 :
itu, dalam penelitian ini
penafsiran
data dilakukan
secara
tidak
182).
Oleh
analisis
dan
bersama-sama
dan terus menerus sampai mendapatkan
kesimpulan
yang utuh.
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam
proses
analisis dan penafsiran data adalah sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari ber
bagai sumber data.
2. Membuat abstraksi atau membuat rangkuman inti
dari hasil analisis atau penelaahan data dari
setiap
sumber atau teknik
pengumpulan
data
yang digunakan.
3. Menyusun satuan-satuan atau katagorisasi data
sesuai dengan pokok"permasalahan yang
tanyakan.
diper-
6 b
4. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data
membandingkan
dengan
hasil dari setiap teknik
digunakan.
5. Membuat interpretasi data.
yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Membentuk
merupakan
manusia yang beriman dan
tanggung
lingkungan
jawab
keluarga,
semua
lingkungan
bertaqwa
pihak
baik
sekolah
dan
lingkungan masyarakat.
Sebagai
suatu
lembaga
pendidikan
sekolah
memiliki peranan yang
Hal
disebabkan
ini
bukan
sangat
hanya
formal,
strategis.
sesuai
dengan
perkembangan budaya masyarakat yang memiliki kepercayaan
penuh kepada sekolah sebagai pusat
bangan anak didik,
akan tetapi juga secara formal
berdasarkan undang-undang memang
diantaranya
adalah
pengem
tugas
sekolah
mengembangkan kecerdasan
atau
dan moral siswa.
Atas
menerapkan
dasar
hal tersebut, maka
model pembelajaran yang
•21
mencari
dapat
dan
mengem-
bangkan
aspek
secara
intelektual dan aspek
bersamaan
merupakan suatu
sikap
moral
kebutuhan
yang
sangat mendesek.
Sesuai
tentang
dengan
profil
pokok
masalah
pembinaan keimanan
penelitian
dan
ketaqwaan
yang dilakukan di sekolah, pada baian ini
dijelas
kan kesimpulan hasil penelitiam.
Berdasarkan
hasil penelitian,
guru-guru
SMU Darul Hikam Bandung yang menjadi objek
di
peneli
tian menerapkan pola belajar mengajar yang bertumpu
pada
pengembangan
ketaqwaan.
terkandung
sebagai
bukan
keimanan
Seluruh materi pelajaran
dalam
bahan
ketaqwaan
nilai-nilai
kurikulum
untuk
siswa.
nasional
meningkatkan
Penguasaan
seperti
yang
dijadikan
keimanan
ilmu
dan
dan
pengetahuan
menjadi tujuan akhir, akan tetapi
merupakan
tujuan antara atau sebagai alat untuk sampai kepada
tujuan akhir yaitu pembentukan keimanan dan
waan
Hasil
seperti yang digariskan dalam
undang-undang.
akhir sebagai temuan penelitian
seperti di bawah ini.
ketaq
disimpulkan
1. Profil perencanaan pengajaran yang bertumpu pada
pembinaan keimanan dan ketaqwaan.
Berdasarkan
hasil penelitian, walaupun
pola
perencanaan mengajar yang disusun oleh guru di
Darul
Hikam
perencanaan
dilihat
memiliki pola yang sama
pengajaran pada umumnya,
dari
Mata
materinya
pelajaran-mata
dengan
akan
memiliki
SMU
pola
tetapi
perbedaan.
pelajaran
tertentu,
yaitu pendidikan agama, pendidikan moral
Panca
sila, IPA yang terdiri dari pelajaran fisika, kimia
dan
biologi serta pelajaran IPS yang terdiri
mata
pelajaran ekonomi, sosiologi
perencanaannya
Al-Qur'an
disusun
dengan
dan
yang akan dibahas.
geografi,
menganalisis
dan dihubungkan dengan materi
Perencanaan pembinaan
dari
ayat
pelajaran
keimanan
dan ketaqwaan ini dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Telaah kurikulum, baik menyangkut pokok bahasan,
tujuan dan materi pelajaran yang harus disampai
kan maupun evaluasi yang harus digunakan;
b. Perencanaan
penenanaman
Iman dan taqwa, yaitu
menelaah ayat-ayatsuci yang relevan dengan pokok
bahasan seperti yang tercantum dalam kuriulum;
c. Perencanaan
tindak Ianjut sebagai upaya
meman-
tapkan keimanan dan ketaqwaan siswa baik melalui
diskusi
maupun
melalui
pemberian
tugas
baik
individual maupun kelompok, serta evaluasinya.
2. Proses
Belajar Mengajar yang bertumpu kepada
penanaman keimanan dan ketaqwaan.
Seperti
dalam pola
perencanaan
maka
dalam
oleh
gruru-guru di SMU Darul Hikam
khas
tersendiri. Ciri khas tersebut adalah
usaha
pola belajar mengajar
pengajaran,
guru
yang
yang
menghubungkan
yang
dilakukan
memiliki
materi
ayat
suci
Al-Qur'an
adanya
pelajaran
dibahas sesuai dengan kurikulum yang
dengan
ciri
berlaku
sebagai
usaha
pengembangan keimanan dan ketaqwaan siswa.
Proses
belajar mengajar dilakukan dengan dua
pola. Pertama guru menempatkan ayat suci
sebagai
guru
awal pembuka pelajaran.
menyampaikan atau membahas
terlebih
dahulu.
mendiskusikan
kandungan
menyampaikan
sampai
ayat
siswa dapat
tersebut.
Inti
Al-Qur'an
Artinya,
materi
ayat
sebelum
pelajaran
suci
dan
menemukan
inti
kandungan
tersebut yang kemudian dijadikan landasan
ayat
berpikir
dalam mempelajari materi pelajaran.Kedua, guru yang
menempatkan ayat suci di akhir pembahasan
pelajaran. Artinya, setelah guru membahas
pelajaran, proses belajar mengajar diakhiri
kegiatan siswa mencari ayat-ayat yang
materi
materi
dengan
relevan
dengan materi tersebut.
Untuk guru-guru yang
menyusun perencanaan
tidak mengaitkan materi pelajaran dengan ayat-ayat
suci Al-Qur'an, akan tetapi pada kenyataannya dalam
proses belajar mengajar hampir semua guru menyitir
ayat suci Al-Qur'an yang relevan dengan materi
pelajaran yang sedang dibahas. Dengan demikian
dalam setiap mata pelajaran Al-Qur'an menjiwai
seluruh proses belajar mengajar.
Selain
proses belajar mengajar
ditandai
dengan menghubungkan materi pelajaran dengan ayat
suci Al-Qur'an, juga ditandai dengan sikap dan
penekanan-penekanan tertentu sebagai usaha pembi
naan, seperti penekanan kepada penggunaan bahasa
yang sopan dan islami dalam komunikasi baik antara
guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa;
penekanan pada usaha saling menghargai dan
menghormati pendapat orang lain;
serta penerapan
kedisplinan, baik kedisiplinan cara
maupun kedisiplinan akademik.
berpakaian
3.
Penanaman Keimanan dan Ketaqwaan siswa di
luar
jam pelajaran.
Penanaman
keimanan dan ketaqwaan di
sekolah
yang
bersangkutan dilakukan secara
baik
di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal
sesuai
terus
dengan mottonya sebagai lembaga
menerus
ini
pendidikan
yang memiliki misi membentuk manusia yang
"Aliman,
Sholihan dan Mujahidan".
Motto
tersebut menjadi komitmen
terlibat
khususnya
Sehingga
proses pembinaan keimanan
tidak
para guru dn
terbatas hanya sekedar
konsep
semua
kepala
yang
sekolah.
dan
ketaqwaan
mempelajari
akan tetapi diterjemahkan kedalam
konsep-
perilaku
sehari-hari.
Profil
pembinaan keimanan dan ketaqwaan
di
luar jam pelajaran ditunjukkan dengan pola ketela
danan
baik
oleh kepala sekolah maupun
guru. Dalam
perilaku
menampakkan
perilaku-perilaku yang dapat
oleh
siswa-siswanya,
kebersihan
sehari-hari
oleh
contohnya
mereka
para
selalu
dicontoh
perilaku
dan kerapihan, perhatian kepada
menjaga
setiap
orang, serta keteledanan dalam melaksanakan ibadah.
Dengan
pola keteledanan ini, iklim sekolah
benar menampakkan kesejukkan.
benar-
vz
Selain
dengan
pola
keteladanan
itu,
juga
proses pembinaan keimanan dan ketaqwaan dilakukan
dengan pola pemberian nasihat yang dilaksanakan
baik secara terprogram maupun bersifat
Secara
waktu
hari
insidental.
terprogram biasanya dilakukan dalam waktukhusus seperti dalam acara peringatan
besar
atau setiap hari senin
dalam
hariupacara
pagi.
Sedangkan secara insidental dilakukan pada
waktu
tertentu yang tidak direncanakan,
contohnya
kepada setiap individu yang melakukan pelanggaran-
pelanggaran; atau pada saat-saat tertentu melalui
dialog dan pertanyaan, seperti mengingatkan kepada
siswa yang kelihatan belum melakukan shalat.
4.
Keberhasilan Proses Pembinaan dan Ketaqwaan.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata proses
pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang dilakukan
oleh guru setiap mata pelajaran dan unsur pimpinan
sekolah
membawa
seperti
yang telah dijelaskan
di
dampak terhadap perubahan perilaku
atas,
siswa.
Perubahan tersebut meliputi dimensi moral-religius,
dimensi sosial dan dimensi personal-intelektual.
Dimensi moral-religius ditandai dengan
sema-
kin kuatnya komitmen keagamaan yang tercermin
sikap
dan
muamalah.
hubungan
pola perilaku dalam bidang
ibadah
Dimensi sosial tercermin dari
sosial kemasyarakatan. Dimensi
intelektual
dari
dan
perilaku
personal-
tercermin dari kesadaran diri
sebagai
makhluk yang terbatas; dan dengan keterbatasan
mendorong
sikap
ingin tahu
sehingga
itu
memunculkan
kemampuan intelektual yang tinggi.
B.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, penulis
menyu-
sun sejumlah saran sebagai berikut:
1. Keberhasilan
proses
pembinaan
keimanan
dan
ketaqwaan di sekolah dapat dipengaruhi oleh pola
kebijaksanaan kepala sekolah yang memegang
dali
ken-
organisasi atau institusi. Oleh sebab
diharapkan
itu
kepala sekolah dapat menyusun
suatu
kebijaksanaan yang mengikat kepada setiap
guru,
contohnya
model
dengan
mengaharuskan
guru
perencanaan yang seragam yang
menyusun
mengandung
unsur pembinaan keimanan dan ketaqwaan. Hal
sangat penting, sebab bagaimanapun proses
ini
pen-
didikan
akan berhasil apabila dilakukan
sistematis
dengan mengacu kepada pola
secara
perenca
naan yang telah dibuat sebelumnya.
2. Pola
kebijaksanaan itu
juga perlu
dilakukan
dalam hal penataan lingkungan sekolah, contohnya
dengan penataan ruangan kelas yang islami seper
ti
pemasangan ayat suci Al-Qur'an yang
dung
pesan-pesan
pemasangan
keimanan dan
mengan
ketaqwaan
Asmaul Husna. Dengan demikian
akan selalu diingatkan untuk berperilaku
atau
siswa
sesuai
dengan tuntutan dan tuntunan ayat suci Alqur'an.
3. Proses pendidikan khususnya dalam pembinaan kei
manan
dan
ketaqwaan merupakan
kerja
semua
unsur di sekolah, oleh sebab
kol