PR0FILPEMBINAAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN SISWA Di SEKOLAH : Studi Kasus di SMU Durul Hikam Bandung.

PR0F1LPEMBINAAN

KBIMANAN DAN KSTAQWAAN SISW A Dl SEK.OLAH

(Sxudi/Casus di SMU Durul Hikam Bandung)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Program Pascasarjana IKEP Bandung
Sebagai salah satu Syarat Penyelesaian Program S2
Bidang Studi Pendidikan Umum

Oleh:

Ahmad DJuaem
NIM 9596166

PROGRAM PASCA SARJANA

1NSTTTUT KEGURUAN DAN IL.MU PENDIDIKAN

BANDUHC
W8

Disetujui
Untuk Mengikuti Ujian

Tahap II

Prof Dr. H. Abd j! Azis Wahab, MA,

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, MA.

Pembimbing II

ABSTRAK

Mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk
manusia

seutuhnya merupakan tujuan
pendidikan
seperti yang terkandung dalam rumusan Undang-Undang
No.
2 tahun 1989 tentang
Sistem
Pendidikan

Nasional.

Salah

satu

kriteria

yang

dianggap


sangat

penting dari rumusan manusia seutuhnya

adalah

manusia

yang beriman dan

bertaqwa

itu

kepada

Tuhan yang Maha Esa.

Kritikan yang sering muncul ke permukaan
sehubungan dengan proses pendidikan di sekolah


adalah bahwa proses pendidikan yang diterapkan guru
dianggap kurang menyentuh pada pembinaan manusia
yang beriman dan bertaqwa seperti yang diharapkan.
Proses pendidikan dianggap kering, karena cenderung
terlalu mengembangkan intelektual (bidang kognitif)
siswa.

Dengan menggunakan metode penelitian kualita-

tif,

penelitian

keimanan
Bandung,

ini

mengungkap


model

pembinaan

dan ketaqwaan siswa di SMU Darul
yang difokuskan kepada masalah

Hikam
model

pembinaan
keimanan dan ketaqwaan dalam proses
belajar mengajar di kelas, baik menyangkut model
perencanaan maupun model strategi belajar mengajar
yang
diterapkan guru, strategi pembinaan di
luar

jam pelajaran serta keberhasilan yang diperoleh

dari model pembinaan yang diterapkan itu.

Berdasarkan
hasil penelitian,
terungkap
bahwa dalam mata pelajaran tertentu yaitu mata
pelajaran
Pendidikan Agama,
Pendidikan
Moral
Pancasila, IPA yang terdiri dari Fisika, Kimia dan
Biologi,
serta pelajaran IPS yang terdiri dari
pelajaran Ekonomi, Sosiologi dan Geografi,
model
perencanaan

Alqur'an
yang


disusun dengan menganalisis ayat

dan dihubungkan dengan

akan dibahas.

materi

suci

pelajaran

Model perencanaan ini

disusun

melalui
langkah-langkah telaah kurikulum,
telaah
ayat suci Alqur'an yang relevan dengan materi

kurikulum serta perencanaan tindak lanjut.
Sesuai dengan model perencanaan,
ada dua

model atau strategi proses belajar mengajar yang
dilakukan guru. Model pertama guru menempatkan ayat
suci Alquran sebagai awal pembuka pelajaran sebelurry
mempelajari materi pelajaran. Ayat suci dalam model
ini dijadikan sebagai
landasan berpikir
dalam

mempelajari

materi

kurikulum.

Model


yang

kedua

adalah ayat suci Alqur^an ^f^^^.f^anleimanln

memahami materi P^aran. Dal^gfSitandai dengan
dan
di dalam kefaJ ^g*tertentu
° ntu
sikapketaqwaan
dan penekanan-penekanan

seperti
^

penekanan kepada P^g^tfdan mSnghSrmatl serta

lelami, saling ™fn^aFfa£ ^l8?p?£an terhadap


Sr-SSan ^ofanTada^^yf.aupun kedisplinan
akademModel Pembinaan ^*^«^p5rq5SSlSiSS

5am Pel^ara\dil^?i-hSrf bafk oleh kepala
dalam berprilaku s^1J^^a pola pemberian
sekolah maupun oleh P^V^^^^uS insidental.
nasihat baik secara terpr°f^t^?kan di sekolah,
Model pembinaan yang ^|ra^t?f terhadap

ternyata —i11^^^/^!^ dalam dimensi

Torai-religiS: ^sT^sial dan
personal-intelektual.

11

dimens,

DAFTAR ISI


ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR

iii

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR GAMBAR

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1

B.

9

Masalah Penelitian

C. Paradigma dan Hasil Kajian Penelitian
yang Relevan

12

1. Paradigma Penelitian

12

2. Kajian Hasil Penelitian yang
Relevan

15

D. Tujuan Penelitian

18

E. Manfaat Penelitian

18

1.

Manfaat Teoritis

19

2.

Manfaat Praktis

20

F. Definisi Operasional

21

BAB II PEMBINAAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN
SISWA SMU

A.

Keimanan dan Ketaqwaan Dalam Persfektif
Tujuan Pendidikan Nasional

24

1. Konsep Keimanan dan Ketaqwaan ....

28

2.

Ciri-ciri Orang Beriman
dan Bertaqwa

29

VI

B.

Esensi Pendidikan Umum dan Proses

Pendidikan Keimanan dan Ketaqwaan ...

33

1.

33

2.

Esensi Pendidikan Umum
Proses Pendidikan Keimanan

dan Ketaqwaan

36

C. Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan
Siswa di SMU

41

1.

45

Karakteristik Siswa SMU

2. Proses Pembinaan dan Ketaqwaan
siswa di Sekolah

49

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A.

Metode Penelitian

54

B.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data...

56

1.

56

C.

Sumber dan Jenis Data

2. Teknik Pengumpulan Data

58

Teknik Analisis dan Penafsiran Data..

64

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A.

Menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan
Kepada Siswa Dalam Proses
Belajar Mengajar di Dalam Kelas

66

1.

66

Model

Perencanaan

Deskripsi

66

Interpretasi

71

Pembahasan

72

2. Model Proses Belajar Mengajar

75

Deskripsi

78

Interpretasi

93

Pembahasan

95

Vll

B. Menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan

Kepada Siswa di Luar Jam Pelajaran .... 101
Deskripsi
Interpretasi



101
107
108

Pembahasan
C. Keberhasilan Pembinaan Keimanan

dan Ketaqwaan

HI

Deskripsi
Interpretasi

HI
116

Pembahasan

117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

121

1. Profil Perencanaan

123

2. Profil Proses Belajar Mengajar

124

3. Penanaman Keimanan dan Ketaqwaan

siswa di luar jam pelajaran

126

4. Keberhasilan Proses Pembinaan dan

Ketaqwaan

127

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

128

-

LAMPIRAN

131
135

Vlll

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman

1- Bagan Paradigma Penelitian

14

2- Bagan Proses Penyusunan Perencanaan
Pengajaran

d. Bagan Ayat Quraniah dan Kauniah sebagai
Sumber Pelajaran dalam Pementukan Manusia
Seutuhnya ...
98

IX

BAB 1

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan
dengan

mempunyai

misi

pembinaan dan peningkatan

yang

berkaitan

kualitas

sumber

daya manusia. Oleh karena itu, dalam kerangka
bangunan

nasional,

pembangunan

dalam

pem-

bidang

pendidikan memiliki peran yang cukup penting, sebab

berhubungan

dengan usaha menciptakan

dan

memper-

siapkan kualitas dan karakteristik manusia.

Karakteristik manusia Indonesia yang diharap-

kan

dapat terbentuk melalui pendidikan itu,

dilihat

dalam dokumen undang-undang

no.2

dapat
tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang menggariskan:

Pendidikan
nasional
bertujuan
mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seu

tuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan ( Pasal 4 UndangUndang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidi
kan Nasional).

Rumusan

tersebut

mengisyaratkan,

pertama,

tujuan pendidikan nasional pada dasarnya menyangkut
dua

hal

pokok yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa

dan

mengembangkan

Kedua,

manusia

Indonesia

kualitas manusia Indonesia

seutuhnya.

seutuhnya

yang

menjadi harapan itu ditandai oleh karakteristik:

1. Manusia

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang

Maha Esa;

2. Berbudi pekerti luhur;
3. Sehat jasmani dan rohaninya;

4>. Memiliki pengetahuan dan keterampilan;

5. Berkepribadian yang mantap dan mandiri;
6. Memiliki rasa tanggung jawab sosial; dan
7. Memiliki rasa tanggung jawab kebangsaan.
Dimensi
karakteristik

aspek

keimanan dan ketaqwaan yang
pertama manusia Indonesia

yang fundamental yang harus

menjadi
merupakan

menjiwai

aspek

atau karakteristik lainnya. Numan Soantri memandang
bahwa

di luar aspek keimanan dan

karakteristik
manusia

lainnya

berbudaya.

hanya

Lebih

ketaqwaan,

menunjukkan

lanjut

Numan

maka

sebagai
Somantri

(1992) menyatakan:

Walaupun
sifatnya
pendidikan

masih sangat terbatas penjelasan
yang
logik analisis
terhadap
isi
tujuan
nasional,

tetapi

kalau

ditelaah

unsur-unsur yang ingin dicapai atau menjadi jati

diri bangsa Indonesia,

sia

seutuhnya

yaitu sosok tubuh

beriman dan bertaqwa

dan
luhur

berkebudayaan.
memiliki

kualitas manusia

Indone

manusia

yang

kepada Tuhan Yang Maha Esa

Kata-kata

pengetahuan

berbudi
dan

pekerti

keterampilan,

kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian

yang

matang dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kerbangsaan termasuk pada
pengetian kebudayaan ini. Jadi, inti dari tujuan

pendidikan nasional ialah unsur-usur iman, taqwa
dan berkebudayaan

Sebagai bangsa yang religius, yang
kan

aspek

ketuhanan sebagai dasar

menempat-

pertama

dalam

sistem nilai yang dianut, maka keimanan dan
waan

merupakan aspek penting dan

bagian

ketaq
integral

dari kualitas manusia yang diharapkan. Dengan demikian
acuan
maupun

kan.

aspek

keimanan dan ketaqwaan

harus

pokok baik dalam perencanaan,

dalam

dalam mengukur keberhasilan usaha

Ini

berarti

keberhasilan

menjadi

usaha

proses
pendidi

pendidikan

bukan hanya diukur oleh kemampuan intelektual

keterampilannya

saja, akan tetapi sejauh mana

mampuan intelektual dan keterampilan itu

atau

ke

dilandasi

oleh nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.

Menempatkan

keimanan dan

ketaqwaan

aspek penting dalam pembentukan manusia
juga

dikemukakan

oleh Imam Barnadib

sebagai

seutuhnya,
(1992)

yang

menyatakan bahwa aspek-aspek manusia seutuhnya yang
khas Indonesia adalah ketaqwaan dan keimanan kepada
Tuhan

Yang

Maha Esa. Taqwa berarti

mentaati

dan

menjalankan perintah-perintah Tuhan Yang Maha

Esa.

Semua yang dilarang oleh-Nya harus dihindari.

Pada kenyataannya, pembentukan kualitas manu
sia

yang

seperti

ditandai dengan keimanan
yang

diharapkan

itu,

dan

belum

ketaqwaan
sepenuhnya

tersentuh dalam proses pendidikan dewasa ini.

Sam-

pai

yang

saat ini kecenderungan proses pendidikan

berorientasi
tinggi.

kepada

aspek kognitif

masih

sangat

Guru-guru dalam melaksanakan tugas

menga-

jarnya

masih berorientasi kepada proses

roenghapal

materi

pelajaran>

apresiasi

nilai
inti

dan

kepada

sesual

dengan

dari keimanan dan ketaqwaan. Padahal,

proses

pendidikan
bentuk

belum sampai

pembentukan sikap moral

yang demikian tidak mungkin dapat

manusia utuh seperti yang diamanatkan

mem
oleh

tujuan pendidikan.
Sekaitan

dengan

itu

Soedijarto

(1992;85)

mengemukakan:

Suatu

proses pendidikan tidak mungkin

mencapai

sasaran pengembangan manusia seutuhnya bila yang
diutamakan adalah proses mencatat dan menghafal.
Proses emacam ini akan mampu memberi pengetahuan

hafalan

yang

berkembangnya

diragukan

relevansinya

kemmpuan untuk meningkatkan

kehidupan dan martabat manusia.

dengan
mutu

Kecenderungan proses pendidikan yang

berortientasi

kepada pengembangan

aspek

kognitif

juga dikemaukakan oleh Ahmad Sanusi yang
kelemahan
subtansi.

dari

aspek

kurikulum

Selanjutnya

Ahmad

terlalu

memandang

sebagai

Sanusi

dimensi

(1990:131)

mengemukakan:

Kurikulum

yang

diktatorial

sentralistis-uniformitis-

memiliki kelemahan selain

penyakit

kognitifisme,
juga membentuk sikap
ketergantungan
guru dan siswa yang cukup kuat
pada
informasi yang disiapkan saja. Kemudia kelemahan
lainnya
cenderung memberikan
imbalan
pada
perolehan
kognitif yang serba linier
atau
konvergen, tidak multi-linieritas dan divergensi.

Dari

pendapat

meningkatkan
nilai

di atas,

maka

dan membentuk manusia

jelas,

yang

keimaman dan ketaqwaan diperlukan

untuk

memiliki
reformasi

pendidikan baik dalam dimensi subtansi maupun dalam
dimensi proses pebelajaran,

pada
proses

pembentukan

dari yang

keterampilan

berorientasi

kognitif

menjadi

pendidikan yang berorientasi kepada

kemam-

puan kognitif dan afektif secara seimbang.
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan tan-

tangan

proses

penanaman

pendidikan yang

nilai keimanan dan

berorientasi

ketaqwaan

pada

merupakan

kebutuhan yang mendesak. Hal ini disebabkan

dinya

perubahan pola kehidupan masyarakat

akibat

kemajuan

ilmu

pengetahuan

dan

terja-

sebagai
teknologi

informasi yang bukan saja menyebabkan semakin jauhnya

pola

norma

kehidupan manusia dari

kemasyarakatan

yang

nilai-nilai

selama

ini

dan

dijunjung

tinggi, akan tetapi juga memunculkan pola kehidupan

baru,

yang mungkin saja tidak sesuai dengn

sistem

nilai (value system) yang berlaku.

Dalam
1994,

yang

kurikulum Sekolah Menengah Umum
berlaku dewasa ini,

pembinaan

nilai keimanan dan ketaqwaan merupakan bagian

(SMU)
nilai-

dari

pendidikan agama.

Mata pelajaran agama dimaksudkan untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama yag dianut oleh siswa
yang bersangkutan dengan memperhatikan
untuk menghormati
agama lain dalam

kerukunan
untuk

tuntutan
hubungan

antar umat beragama dalam

masyarakat

mewujudkan persatuan nasional

(Kurikulum

SMU 1994, Landasan program dan pengembangan).

Adanya sifat dikhotomis yang memisahan
binaan
yang

keimanan dan ketaqwaan dengan
lain

seperti yang tertera

bidang

dalam

pem
ilmu

kurikulum,

menyebabkan

pembentukan

manusia

seutuhnya

tidak

pernah dapat dicapai dengan sempurna. Hal ini dise-

babkan

pemisahan yang dilakukan oleh

sesuai

dengan

proses

plin

ilmunya

setiap

masing-masing,

membuat

pendidikan terjebak pada pembentukan

ilmu yag terpisah-pisah

tidak

pernah

demikian

sehingga

tercapai. Lebih

menyebabkan

anak

jauh

didik

guru

disi-

keserasian

situasi

dipaksa

yang
untuk

memahami disiplin ilmu yang terkotak-kotak. Akibat-

nya,

bukan saja aspek keimanan dan

tidak
itu,

pernah mendasari pemahaman

ketaqwaan
bidang

keilmuan

akan tetapi keimanan dan ketaqwaan itu

menjadi

hari.

landasan siswa dalam

Oleh

penyimpangan

sebab

itu,

perilaku

berperilaku

terjadinya

tidak
sehari-

penyimpanganini,

seperti

terjadinya tawuran atau perkelahian masal,

pelang-

garan-pelanggaran
penyimpangan

kriminal

rang,
ti

siswa selama

itu

terhadap

norma,

sampai

perilaku yang menjurus pada

seperti penyalahgunaan

pada

tindakan

obat-obat

terla-

penjambretan, perkosaan dan sebagainya seper

yang

banyak dilansir media masa,

banyak

yang

memandang ketidak berhasilan pembinaan aspek keima
nan dan ketaqwaan.

Untuk mengatasi kelemahan-kelem^han di
Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

atas,

Wardiman

Djojonegoro melontarkan gagasan keterpaduan
sains

antara

dan agama melalui aplikasi metode, isi,

tujuan

pendidikan. Wardiman (1993:19)

dan

menyatakan,

semua unsur harus terpadu sehingga melahirkan suatu
proses

pendidikan

memandang

yang

tidak

dikhotomis

dalam

agama dan ilmu pengetahuan. Sebab,

pengetahuan

pada

dasarnya

tidak

ilmu

bebas

nilai

(value-free). Dalam tataran aksiologis antara

ilmu

pengetahuan dan agama terdapat "benang merah"

yang

menghuungkan

satu

ilmu

penegatahuan

itu

dengan

lainnya

sehingga

menjadi

terkait

niai

(value-

ladden).

Gagasan keterpaduan dalam tataran

konseptual

seperti yag disarankan di atas, perlu segera ditindak lanjuti dalam bentuk interaksi edukatif khusus-

nya

di lembaga-lembaga pendidikan

bagaimanapun
trampil

formal.

pembentukan manusia yang

Sebab,

cerdas

yang didasari oleh nilai keimanan dan

dan
ke

taqwaan merupakan salah satu tanggung jawab lembaga
pendidikan formal.

Dalam

usaha

merealisasikan

gagasan

mengawinkan pembinaan kemampuan intelektual

yang
dengan

iman

dan ketaqwaan, akhir-akhir ini menjadi

yang

dilakukan

kemudian
sekolah

oleh sekolah-sekolah

dinamakan

sekolah unggulan.

trend

swasta

yang

Salah

satu

unggulan tersebut adalam SMU Darul

Hikam.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan,

pem

bentukan manusia utuh yang memiliki pengetahuan dan
keteramplan yang tinggi yang dilandasi oleh dimensi

keimanan

sekolah
tian

dan

ketaqwaan

merupakan

tujuan

utama

yang bersangkutan. Oleh sebab itu

ini

bermaksud

deskriptif

proses

memperoleh

pelaksanaan

peneli

gambaran

secara

pendidikan

yang

bertumpu pada nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan di
sekolah tersebut.

B.

MASALAH PENELITIAN

Menurut

disebut

Djawad

manusia

Dahlan

(1992:74),

beriman apabila ia

hanya

pada tahap meyakini adanya Tuhan Yang Esa
atau

tidaklah

(Allah),

hanya sampai melaksanakan perintah Yang

Esa. Ketiga-tiganya harus terpadu dalam diri

sia.
adalah

Sebagai

salah

satu

ciri

manusia

Maha
manu

bertaqwa

melakukn yang diperintahkan Allah dan

jauhkan diri dari larangan-Nya.

sampai

men-

Di

lain pihak,

dilaksanakan

oleh

dalam sebuah penelitian

Puslitbang

yang

Kemasyarakatan

dan

Kebudayaan LIPI yang bekerjasama dengan salah

lembaga

terkemuka

sekitar

53

dari Swiss

persen remaja di

satu

menyimpulkan
kota

besar

bahwa
seperti

Bandung memandang bahwa dunia dan masa depan adalah
suram; serta mereka tidak bisa membedakan mana yang
salah

dan mana yang benar (Pikiran Rakyat,

11

De-

keimanan

dan

sember 1997).

Apabila
ketaqwaan,

memiliki

mengacu kepada konsep

maka dapat disimpulkan bahwa remaja kita

keimanan dan ketaqwaan yang

lemah,

yang

berarti pula proses pendidikan khususnya menyangkut

dimensi

keimanan

dan

ketaqwaan

belum

berhasil

seperti yag diharapkan. Dengan demikian

kesimpulan

itu

atau

menggambarkan

antara

harapan

bertaqwa
penddikan

diperoleh.

seperti

adanya

pembentukan
yang

dengan

Atas

kesenjangan
manusia

terkandung

kenyataan

beriman
dalam

atau

dasar itulah perlu

gap
dan

tujuan

hasil

yang

dicari

model

pendidikan yang berorientasi keimanan dan ketaqwaan

yang

lebih memadai sesuai dengan tuntutan

yang

telah diuraikan dalam bagian

masalah.

latar

seperti
belakang

11

Bertolak dari fenomena di atas, maka

ingin memperoleh gambaran tentang profil
keimanan

dan ketaqwaan yang dilakukan

penulis

pembinaan
oleh

salah

satu sekolah unggulan, yaitu SMU Darul Hikam dengan
rumusan masalah :"Bagaimana profil pembinaan keima

nan

dan

ketaqwaan

yang

diterapkan

di

sekolah

Darul Hikam Bandung?"

umum

Untuk mengarahkan proses penelitian,

masalah

penelitian di atas difokuskan kepada

masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah
oleh

guru

menanamkan keimanan dan

kepada siswa

dalam

ketaqwaan

proses

belajar

mengajar di dalam kelas?

Pokok-pokok

masalah

yang ingin

diteliti

dari

fokus masalah yang pertama itu adalah :

1.1.

Bagaimanakah setiap guru menyusun perenca

naan

pengajaran yang

mengaitkan

antara

materi pelajaran yang akan disampaikan
dalam kelas dengan penanaman keimanan
ketaqwaan siswa?

di
dan

12

1.2.

Bagaimanakah

man

proses

pelaksanaan penana

keimanan dan ketaqwaan oleh

dalam

kelas

melalui materi

guru

ajar

di

sesuai

dengan perencanaan yang disusun?

2. Bagaimanakah
waan

yang

menanamkan

keimananan dan ketaq

diterapkan oleh kepala

sekolah

dan

guru-guru, di sekolah di luar jam pelajaran?
3. Sejauh mana keberhasilan proses penanaman keima

nan

dan ketaqwaan yang dilakukan

baik

dalam

proses belajar

oleh

mengajar

sekolah
di

dalam

PENELITIAN

YANG

kelas maupun di luar kelas?

C. PARADIGMA DAN

HASIL

KAJIAN

RELEVAN

1. Paradigma Penelitian

Paradigma

sebagai

dalam

penelitian

ini

disusun

dasar untuk menentukan pokok masalah

diteliti sesuai

yang

dengan topik masalah.

Profil Pembinaan keimanan dan ketaqwaan siswa

di lembaga pendidikan formal pada dasarnya memiliki

tiga

aspek

tersebut

yang

adalah

sangat
aspek

berpengaruh.
subtansi,

aspek

kebijaksanaan sekolah dan aspek lingkungan.

Aspek
pola

(1) Aspek

subtansi dapat dilihat dari tujuan yang

ingin dicapai seperti yang dirumuskan dalam kuriku

lum, beserta isi pelajaran yang harus
sesuai dengan kurikulum. (2) Aspek pola

naan

sekolah

merupakan

rumusan

diberikan
kebijaksa

keputusan

yang

harus dijadikan pedoman oleh pimpinan sekolah, para
guru

dan

tenaga

tenaga ahli pendidikan

lainnya

seperti

pembimbing (guru BP), baik dalam kegiatan

belajar

mengajar maupun di luar

mengajar

kegiatan

(intra dan ekstra kurikuler).

lingkungan

terdiri

dari

belajar

(3)

lingkungan

Aspek

sekolah,

lingkungan keluarga dan ligkungan masyarakat.

Seluruh

aspek beserta

komponen-komponennya

merupakan totalitas yang saling berkaitan dan

rahkan untuk mencapai hasil maksimal yaitu
yang

memiliki nilai keimanan dan ketaqwaan.

dia-

manusia
Hasil

tersebut menurut konsepsi Pendidikan Umum menyangkut lima hal yaitu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, mengembangkan karakter moral, warga
yang baik (good citizen), menmgembangkan

tas

intelektual

dan

peningkatan

hidup

negara

kreatifi-

sosial

ekonomi secara pribadi.

Apabila
penelitian,
bawah

ini:

akan

digambarkan,

maka

terlihat seperti pada

paradigma
bagan

di

\ 4

GAKBAR 1 BAGAM PARADIGM PENELITIAN

Dalam
aspek

penelitian

ini

difokuskan

pola kebijaksanaan. Pada dasarnya aspek

berisikan tentang proses pendidikan nilai

dan

kepada

ketaqwaan.

Walaupun seperti

yang

ini

keimanan

diiukiskan

dalam

bagan di atas, aspek ini berisikan

belajar

mengajar

di

dalam

kelas,

kegiatan

akan

tetapi

substansinya bukan kepada proses pengajaran.

sebab

hakekat pendidikan memiliki perbedaan yang mendasar

dengan

pengajaran.

Sudardja

Hal

ini

seperti

Adiwikarta (1994) yang

diungkapkan

mengatakan

bahwa

pendidikan tidak bisa diredusir atau diganti

hanya

pengajaran yang perhatiannya terfokus

dengan
transfer

jauh

ilmu pengetahuan dan keterampilan.

pendidikan tidak bisa diredusir atau

dengan

latihan

yang

fokus

pada
Lebih

diganti

perhatiannya

terfokus kepada keterampilan tertentu. Dengan demikian pendidikan dalam penelitian ini

kepada
tensi

menekankankan

usaha mengembangkan seluruh aspek atau
manusia

yaitu aspek kognitif,

afektif

podan

psikomotor.

2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan.
Berdasarkan hasil studi kepustakaan,

menemukan

beberapa hasil penelitian yang

penulis

dianggap

relevan dengan topik masalah penelitian.

Hasil
(1982)

yang

studi

menyimpulkan

diangap baik.

yang dilakukan
13

William

karakteristik

lima kesimpulan

relevan penulis sajikan di bawah ini.

yang

Wayson
sekolah

dianggap

a. Disiplin

yang ditegakkan di sekolah

didasarkdth

atas penciptaan lingkungan sekolah secara

total

dan kondusif ketimbang mengisolasi praktik-praktik indispliner.

b. Sekolah
dalam

lebih menggunakan pendekatan

ptfeventif

menegakkan disiplin, ketimbang

nreberikan

hukuman-hukuman.

c. Para guru memiliki komltmen disiplin pada

diri-

nya sendiri.

d. Sekolah yang bersangkutan memiliki hubungan yang
erat dengan para orang tua siswa.

e. Sekolah yang
yang

muncul

bersangkutan

terbuka bagi

baik dari masyarakat

kritik

maupun

dari

sumber-sumber lainnya.

Studi yang dilakukan Wayson di atas, memberi
kan gambaran bawa pembentukan moral, kebiasaan

disiplin siswa akan terbentuk manakala

terciptanya

iklim yang memadai. Dalam konteks ini fungsi
lah

bukan hanya sebagai tempat

pengetahuan

akan

tetapi

juga

dan

menyampaikan

seko
ilmu

sebagai -, pembinaan

sikap dan moral siswa.

Studi

yang

dilakukan

Edmund

V.

Sullivan

(1957) tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap
perkembangan

moral

siswa

menyimpulkan

bahwa

kurikulum

tersembunyi (hidden

mempengaruhi
tersembunyi

curr.i oulum)

perkembangan moral
dalam

studi ini

siswa.

sangat

Kurikulum

dimaksudkan

sebagai

usaha guru mengembangkan moral siswa tanpa terlebih
dahulu

merumuskan

tujuan

serta

bagaimana

cara

mengartikan

bahwa

mencapainya.

Dalam

kajian ini penulis

kurikulum tersembunyi merupakan komitmen guru untuk
mengembangkan moral siswa tanpa perencanaan

secara

deskriptif-formal. Artinya pengembangan moral sudah
menjadi bagian yang terintegrasi dengan dalam peri

laku

guru,

sehingga guru berperan

sebagai

model

bagi siswa-siswanya.
Dari

dua hasil penelitian di atas,

menggam-

barkan bahwa pembentukan kebiasaan (displin, moral)
siswa

sangat

komitmen
naan

dipengaruhi oleh iklim

sekolah

guru. Demikian juga halnya dengan

keimanan dan ketaqwaan

siswa

akan

manakala terdapat persayaratan di atas.

dan

pembi
tercapai

1.8

D. TUJUAN PEENELITIAN

Tujuan
memperoleh

umum

penelitian

ini

adalah

ingin

gambaran dan penjelasan tentang

profil

pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang diterapkan di

SMU unggulan Darul Hikam Bandung. Sedangkan
khusus

secara

penelitian ini bertujuan:

1. Memperoleh
keimanan
tiap

gambaran

tentang profil

pembinaan

dan ketaqwaan yang dilakukan oleh

guru

dalam

proses

belajar

se

mengajar

di

kelas, baik dalam tahap perencanaan maupun dalam
pelaksanaannya,

dihubungkan dengan mata pelaja

ran yang dibinanya;

2. Memperoleh
semua

gambaran tentang profil keterlibatan

unsur

baik kepala sekolah

maupun

guru

dalam pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang

di

lakukan di luar jam pelajaran

3. Mengetahui

hasil

pembinaan dan ketaqwaan

dilakukan oleh sekolah baik oleh kepala

yang

sekolah

maupun oleh guru.

E. MANFAAT PENELITIAN

Dengan

diperolehnya gambaran

tentang

model

pembinaan keimanan dan ketaqwaan di SMU, diharapkan
penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis
maupun .secara praktis.

19

.1.

Manfaat

teoritis

Dalam konsep pendidikan umum (general educa

tion) banyak istilah yang berhubungan dengan karak
teristik keimanan dan ketaqwaan seperti pembentukan

manusia

bermoral, berakhlak, manusia

utuh,

warga

negara yang baik, berbudi pekerti dan lain sebagainya,

Namun

belum

demikian,

disadari

sampai

ada model pembinaan keimanan

dan

yang

memiliki karakteristik di atas yang

baku

di

sekolah. Padahal

tujuan

pendidikan

undang

No.

yang

sesuai
tercantum

Indonesia

ketaqwaan
dianggap
rumusan

dalam

undang-

2 tahun 1989 tentang Sistem

pertama yang menjadi

Pendidikan

merupakan

karakteristik

manusia

seutuhnya yang harus dicapai oleh

pendidikan.

ini

dengan

Nasional, dimensi keimanan dan ketaqwaan
aspek

saat

usaha

Dengan dermikian hasil penelitian

ini

diharapkan dapat bermanfaat dalam membentuk kerangka

pemikiran

membentuk

beriman

model

sesuai

dalam

teori

pembinaan

manusia

dengan tujuan di

sesuai budaya Indonesia.

pendidikan

bertaqwa

atas

yang

dalam

dan

khas

20

2.

Manfaat Praktis

Pembentukan

manusia

beriman

dan

bertaqwa,

pada dasarnya merupakan tanggung jawab semua pihak,
baik

sekolah

sebagai

lembaga

pendidikan

formal

maupun keluarga.

Menyerahkan pembinaan keimanan dan
kepada

guru agama dan PMP saja di

ketaqwaan

sekolah,

akan berhasil secara optimal, sebab manusia
segala
aspek
yang

keunikanya dapat dipengaruhi oleh
baik aspek yang ada dalam

merupakan

fitrah

maupun

dengan

berbagai

dirinya
aspek

tidak

sendiri
lingkungan

sosial yang ada di luar dirinya.

Oleh sebab itu dengan usaha memperoleh gamba
ran model pembinaan iman dan taqwa secara utuh

menyeluruh,

hasil penelitan ini

diharapkan

dan

dapat

bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat.

a. Manfaat

untuk

kepala

sekolah sebagai

pihak

administrator.

Hasil
kepala

penelitian ini akan bermanfaat
sekolah dapat meningkatkan

bagaimana

peran

dalam

mengatur kebijaksanaan sekolah serta menciptakan

iklim yang kondusif baik sosial maupun
gis yang dapat menunjang dalam pembinaan
nan dan ketaqwaan

psikolokeima

b.

Untuk para guru.

Sebagai ujung tombak yang secara langsung berhadapan

dengan siswa di dalam kelas dan

kelas,

hasil penelitian bermanfaat dalam

tukan

strategis

keimanan

dan

yang relevan

ketaqwaan

dalam

siswa

di

luar

menen

pembinaan

sesuai

dengan

tujuan yang diinginkan.

c. Untuk para orang tua siswa.
Dengan
dan

ditemukannya profil

ketaqwaan

penelitian

pembinaan

oleh pihak sekolah,

keimanan

maka

hasil

bermanfaat bagi orang tua dalam

me

laksanakan program sekolah. Dengan demikian baik

sekolah

(kepala

sekolah,

guru

dan

tenaga

pendidikan lainnya), maupun para orang tua
memiliki persepsi yang sama dalam proses
naan

siswa menuju manusia yang

keimanan

dan ketaqwaan sesuai

pembi

memiliki

dengan

akan

nilai

harapan

dan tujuan pendidikan.

F.

DEFINISI OPERASIONAL

Untuk

istilah

menyamakan

persepsi,

ada

beberapa

yang perlu dijelaskan sesuai dengan

penelitian,

yaitu:

judul

1. Profil, berasal dari kata "profile" vbahasa Inggris)

yang berarti tampang atau keadaan.

penelitian

ini profile diartikan

Dalam

sebagai

atau keadaan yang diterapkan oleh seluruh
yang

terkait

di sekolah

baik

kepala

pihak
sekolah

maupun guru dan tenaga pendidikan lainnya,

dalam tataran perencanaan maupun dalam

pola

baik

pelaksa-

naan dalam membina keimanan dan ketaqwaan siswa.

2. Pembinaan,

bearasal dari kata "bina" yang menu-

rut kamus umum berarti "bangun" (Poerwadarminta,
1984:

141). Dalam sumber yang sama

pembinaan

berati

pembangunan

dikatanakan

atau

pembaruan.

Dalam penelitian ini pembinaan diartikan sebagai
upaya yang dilakukan seluruh pihak yang

baik kepala sekolah, guru mapun tenaga

kan

lainnya yang ada di sekolah

model

sesuai

yang ditentukan dalam pembinaan

terkait

pendidi

dengan
keimanan

dan ketaqwaan siswa.

3. Keimanan dan ketaqwaan, berasal dari kata "iman"

dan

"taqwa". Iman, menurut

berarti

Bukhari

(1979:103)

keyakinan dalam hati, diucapkan -dengan

lisan dan diamalkan melalui perbuatan. Sedangkan
ketaqwaan berasal dari kata "taqwa" yang berarti

hati-hati,
ini

takut atau ikhlas. Dalam

keimanan

dan ketaqwaan

penelitian

diartikan

sebagai

wujud atau tampilan perilaku siswa yang mencakup

berbagai

dimensi dalam

berhubungan

dengan

dunianya sendiri, lingkungan alam dan lingkungan

sosial,

serta hubungannya dengan

Tuhan

Yang

Maha Esa.

4. Siswa,adalah seluruh peserta didik yang

terdaf-

tar dan aktif dalam kegiatan sekolah baik
maupun

ekstra di SMU Darul Hikam

lapangan penelitian.

yang

intra

menjadi

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.

METODE PENELITIAN

Masalah

dalam penelitian ini adalah

tentang

profil pelaksanaan pembinaan keimanan dan ketaqwaan
siswa

di

peneliti

sekolah.
berusaha

Dalam

proses

mencari dan

secara

komprehensif

secara

utuh.

untuk

penelitian

menganalisis

memahami

Untuk itu peneliti

ini
data

permasalahan

melibatkan

dalam keseluruhan proses penelitian. Sesuai

diri

dengan

karakteristik masalah yang demikian, maka metodolo-

gi

penelitian

yang

digunakan

adalah

metodologi

penelitian kualitatif.

Penelitian

kualitatif menurut

Lexi

Maleong

(1994:23) berakar pada latar alamiah sebagai keutu

han, mengandalkan manusia sebagai alat
memanfaatkan metode kualitatif,

data

penelitian,

mengadakan analisis

secara induktif, mengarahkan sasaran

tiannya

pada usaha

bersifat deskriptif,

menemukan

teori-teori

data,

kriteria

rancangan

dasar,

lebih mementingkan proses dari

pada hasil, membatasi studi dengan fokus,
seperangkat

peneli-

untuk

memeriksa

memiliki
keabsahan

penelitiannya bersifat sementara,

r-^4

dan hasil penelitiar.aya disepakati oleh kedua belah
pihak: peneliti dan subyek penelitian.

Berdasarkan konsep di atas, maka dalam proses
penelitian,

peneliti

mengatndalkan

situasi

dan

perilaku subyek penelitian yang terjadi di lapangan
sebagai data penelitian, yang kemudian dideskripsikan

dan

dianalisis

sebagai

bahan

perumusan

keslmpulan. Hal ini sesuai dengan pendapat
& Taylor (1075:5) yang menyatakan bahwa

kualitatif
data

merupakan penelitian yang

deskriptif

berupa

kata-kata

Bogdan

penelitian

menghasilkan
tertulis

atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Melalui

metode

penelitian

yang

digunakan,

penelitian ini diarahkan untuk memahami latar

ala-

miah

terlepas

dari

sebab hanya dengan keutuhan itu

dapat

secara

konteksnya,

utuh

yang

tidak

dipahami permasalahan yang ingin diteliti.

.Prosedur

penelitian

dilakukan

dengan

tiga

tahap, yaitu orientasi, eksplorasi, dan member chek
(Nasution,

Tahap

1988:33).

orientasi,

merupakan

tahap

awal

penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informa-

si

yang dianggap penting yang

berhubungan

dengan

-J6

subyek

penelitian.

Tahap eksplorasi adalah

tahap

untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai
elemen-elemen yang ditentukan untuk dicari

hannya.

Tahap

member

chek

adalah

keabsa-

tahap

untuk

mengkonfirmasikan bahwa laporan yang diperoleh dari
subjek penelitian sesuai dengan data yang ditampilkan

subyek,

dengan cara mengoreksi,

merubah

dan

memperluas data tersebut sehingga menampilkan kasus
terpercaya.

B.

SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1.

Sumber dan Jenis Data

Menurut

Lofland

dan

Lofland,

utama

dalam penelitian kualitatif

kata

dan

tindakan

selebihnya

sumber

data

ialah

kata-

adalah

data

tambahan seperti dokumen, dan Iain-lain (Maleong
:

1988:

95-96).

Berdasarkan pendapat di atas, maka jenis data
yang

dikumpulkan dalam penelitian

ini

terdiri

dari data tertulis dan data yang tidak tertulis.
Data

tertulis adalah seluruh data yang

ber-

sumber dari dokumen-dokumen yang ada baik berupa
catatan-catatan,

foto,

data-data statistik

dan

lain sebagainya.

Sedangkan data yang tidak ter-

tulis

merupakan data-data yang

hasil

pengamatan

diperoleh

dan wawancara

dari

dari

berbagai

sumber.

Data

yang

tidak tertulis,

seluruh kegiatan atau aktivitas

yang

dilakukan

oleh guru-guru, siswa, kepala sekolah

lam

kegiatan belajar mengajar

dengan
Tuhan

pertama

adalah,

baik

yang

da

berhubugan

pembinaan keimanan dan ketaqwaan

kepada

Yang Maha Esa baik di dalam kelas

maupun

kegiatan di luar kelas yang dicatat dalam lembaran

kedua berbagai

observasi;

informasi

pandangan, pendapat atau pengakuan dan
nya

yang

sekolah,
sebagai

pandangan

kepala

siswa dan tenaga kependidikan

lainnya

wawancara

baik

erat kaitannya

secara

informasi

dan aktifitas para

berhubungan

binaan

sebagai

guru-guru,

hasil

dari

tida formal. Ketiga

maupun

yang

bersumber

baik

mengenai

alumni

dengan perilaku

formal

khususnya

mereka

dengan keberhasilan

yang

proses pem

keimanan dan ketaqwaan selama

mengikuti

pendidikan di SMU.

Data

dokumen
secara

yang tertulis bersumber dari

sekolah

baik yang

disusun

individual maupun oleh

dokumen-

oleh

sekolah

guru

sebagai

suatu

institusi

statistik,

seperti

program

foto-foto,

kegiatan sekolah

data

dan

lain

jenis

data

sebagainya.
2. Teknik Pengumpul Data.

Sesuai

degan

fokus masalah dan

yang ingin dikumpulkan, maka teknik
data

pengumpulan

yang diguanakan dalam penelitian ini

diu

raikan di bawaha ini.

1. Pengamatan (observasi)

Pengamatan

(observasi)

digunakan

sebagai

teknik pengumpul data utama penelitian. Hal
didasarkan kepada beberapa alasan: pertama,

ini
tek

nik observasi yang didasarkan kepada

pengamatan

secara

alat

yang

kebenaran

atau

ampuh

langsung,
untuk

dianggap

mengetes

sebagai

sesuatu

untuk melihat kenyataan yang sebenarnya.

Kedua,

teknik pengamatan dengan melihat

dan

mengamati sendiri secara langsung tentang pembi
naan keimanan dan ketaqwaan baik dalam

proses
belajar

belajar mengajar maupun di
mengajar,

memungkinkan

amemperoleh data secara obyektif.

kegiatan

luar

proses

untuk

dapat

by

Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa-peristiwa atau kejadian
sebagai

bahan

pengambilan

penting

kesimpulan

sesuai

dengan maslah penelitian.

Keempat,

peneliti

teknik

pengamatan

memungkinkan

mampu mengerti situasi yang rumit

dan

komplek.

Kelima,
teknik

maka

dalam

kasus-kasus

komunikasi

lainnya

tertentu

dimana

dimungkinkan

tidak

pengamatan dapat menjadi alat yang

sangat

bermanfaat.

Sesuai dengan fokus penelitian, hal-hal
diamati

meliputi

belajar

mengajar di dalam kelas yang

dilakukan

oleh guru dan siswa dalam setiap mata

pelajaran

untuk

memahami

dua bagian.

Pertama,

yang

proses penanaman

proses

keimanan

ketaqwaan dalam setting kegiatan belajar
jar.

Kedua,

kegiatan-kegiatan

di

ekstra

kurikuler

yang

dirancang

maupun pada waktu isterirahat.

menga

luar

pelajaran baik yang berhubungan dengan

dan

jam

kegiatan

oleh

guru,

feu

Wawancara

Wawancara

untuk

dalam

melengkapi

penelitian

data hasil

ini

digunakan

observasi.

Jenis

wawancara yang digunakan adalah wawancara

tidak

berstruktur yang menghendaki jawaban secara ter
buka. Hal ini dimaksudkan agar sumber data dapat

mengemukakan

pandangannya sesuai dengan

penda-

patnya sendiri dengan bebas.
Wawancara dilakukan kepada guru-guru,

kepala

yang

siswa,

sekolah dan tenaga kependidikan

lainnya

dilakukan baik secara formal maupun

tidak

formal.

Sebagaimana karakteristik penelitian kualita
tif

yang

mendalam

bertujuan memahami
dalam

secara

latar alamiah,

maka

utuh

penentuan

satuan kajian atau sampel sebagai sumber

cara,
tetapi

tidak

ditentukan terlebih

disesuaikan

wawan

dahulu,

dengan kebutuhan.

dan

Hal

akan
ini

sesuai dengan pendapat Lexi Maleong (1988 : 141)
yang mengatakan:

...dalam penelitian kualitatif peneliti
sangat
erat kaitannya dengan faktor-faktor konstekstual.
JAdi
maksud sampling dalam hai
ini
ialah
untuk menjaring sebanyak informasi dari pelbagai
macam

sumber

dan

bangunannya

(construction).

Jadi
tujuannya bukanlah memusatkan
adanya
perbedaan-perbedaan
yang

diri
pada
nantinya

61

.dikembangkan ke
dalam
generalisasi.Tujuannya
adalah untuk merinci kekhususan yang ada ke
da
lam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari
sampling ialah menggali
informasi yang akan
menjadi
dasar dari rancangan
dan
teori
yang
muncul.
Dengan demikian maka pada penelitian
kualitatif tidak ada sampel acak tetapi
bertujuan (purposive sample).

sampel-

Wawancara dilakukan baik secara formal maupun
tidak

formal.

Wawancara formal dilakukan

pada

tahap orientasi untuk memperoleh

terutama

data

yang

berhubungan dengan karakteristik dan keadaan
lah

sebagai objek penelitian. Sedangkan

tidak

yang

formal dilakukan untuk

luas

wawancara

memperoleh

tentang berbagai hal

yang

seko

gambaran

berhubungan

dengan pokok masalah penelitian baik yang

menyang

kut proses pelaksanaan pembinaan maupun hasil

yang

diperoleh dari para alumni. Oleh sebab itu wawanca
ra ini dilakukan secara insidental baik di sekolah,
di

rumah atau dimana saja pada

yang
untuk

dipandang tepat untuk menggali
memperoleh

keimanan

Hikam,

setiap

data

tentang

data.

hasil

dean ketaqwaan menurut alumni

baik yang melanjutkan di

kesempatan

pembinaan
SMU

Perguruan

Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta,

Khusus

Darul

Tinggi

wawancaraaa

dilakukan melalui telepun. Hal ini disebabkan
keterbatasan waktu khususnya dari sumber data.

oleh

3.

Analisis Dokumen

Analisis dokumen digunakan untuk mengumpulkan

berbagai
kaitannya

informasi

yang dibutuhkan

yang

dengan program pelaksanaan

erat

pembinaan

keimanan dan ketaqwaan.

Dokumen-dokumen

tersebut terdiri dari:

a. Program kegiatan sekolah, baik yang

menyang

kut program akademik maupun non akademik yang
secara

langsung

amuun tidak

langsung

erat

kaitannya dengan pembentukan keimanan dan ke
taqwaan siswa;

b. Keberadaan

alumni

untuk

memperoleh

tentang aktivitas mereka setelah

data

menyelesai-

kan program pendidikannya di SMU Darul Hikam.

c. Berbagai peraturan

dan tata

tertib

untuk

seluruh civitas akademika;

d. Bebagai dokumentasi kegiatan seperti foto dan
laporan-laporan aktivitas.

e. Perencanaan-perencanaan

yang

disusun

guru

baik yanbg berhubungan dengan

naan

mengajar

maupun

perencanaan

seperti perencanaan ekstra kurikuler.

oleh

perenca
lainnya

4.

Catatan lapangan

Catatan

lapangan

adalah

catatan

tertulis

tentang apa yang didengar, dilihat, dan dialami,

dam dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
refleksi terhadap data penelitian kualitatif
(Bogdan dan Biklen, 1982 :74).

Catatan lapangan yang digunakan dalam peneli
tian

ini

terdiri dari dua bagian

pokok

yaitu

bagian deskriptif yang berisi gambaran tentang
latar pengamatan, orang tindakan dan
raan.

Kedua,

tentang

bagian reflektif

kerangka

berpikir

yang

atau

pembicaberisi
tafsiran

peneliti.

5. Triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar

data itu untuk keperluan

pengecekan

atau

sebagai pembanding terhadap data yang bersangku
tan.

Triangulasi dilakukan dengan cara membanding-

kan data yang diperoleh melalui beberapa teknik.
Hal ini diperlukan untuk menentukan akurasi data
yang diperoleh.

64

C. TEKNIK ANALISIS DAN PENAFSIRAN DATA

Seperti

yang telah

dikemukakan,

penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kua

litatif.

Dalam penelitian kualitatif,

analisis

dan penafsiran data merupakan proses yang
dapat
karena

dipisahkan

(Maleong, 1988 :

itu, dalam penelitian ini

penafsiran

data dilakukan

secara

tidak

182).

Oleh

analisis

dan

bersama-sama

dan terus menerus sampai mendapatkan

kesimpulan

yang utuh.

Langkah-langkah

yang dilakukan dalam

proses

analisis dan penafsiran data adalah sebagai berikut:

1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari ber
bagai sumber data.
2. Membuat abstraksi atau membuat rangkuman inti

dari hasil analisis atau penelaahan data dari

setiap

sumber atau teknik

pengumpulan

data

yang digunakan.

3. Menyusun satuan-satuan atau katagorisasi data
sesuai dengan pokok"permasalahan yang
tanyakan.

diper-

6 b

4. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data
membandingkan

dengan

hasil dari setiap teknik

digunakan.

5. Membuat interpretasi data.

yang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Membentuk

merupakan

manusia yang beriman dan

tanggung

lingkungan

jawab

keluarga,

semua

lingkungan

bertaqwa

pihak

baik

sekolah

dan

lingkungan masyarakat.

Sebagai

suatu

lembaga

pendidikan

sekolah

memiliki peranan yang

Hal

disebabkan

ini

bukan

sangat

hanya

formal,
strategis.

sesuai

dengan

perkembangan budaya masyarakat yang memiliki kepercayaan

penuh kepada sekolah sebagai pusat

bangan anak didik,

akan tetapi juga secara formal

berdasarkan undang-undang memang
diantaranya

adalah

pengem

tugas

sekolah

mengembangkan kecerdasan

atau

dan moral siswa.

Atas
menerapkan

dasar

hal tersebut, maka

model pembelajaran yang

•21

mencari
dapat

dan

mengem-

bangkan

aspek

secara

intelektual dan aspek

bersamaan

merupakan suatu

sikap

moral

kebutuhan

yang

sangat mendesek.

Sesuai
tentang

dengan

profil

pokok

masalah

pembinaan keimanan

penelitian

dan

ketaqwaan

yang dilakukan di sekolah, pada baian ini

dijelas

kan kesimpulan hasil penelitiam.

Berdasarkan

hasil penelitian,

guru-guru

SMU Darul Hikam Bandung yang menjadi objek

di

peneli

tian menerapkan pola belajar mengajar yang bertumpu

pada

pengembangan

ketaqwaan.

terkandung
sebagai

bukan

keimanan

Seluruh materi pelajaran

dalam

bahan

ketaqwaan

nilai-nilai

kurikulum

untuk

siswa.

nasional

meningkatkan

Penguasaan

seperti

yang

dijadikan

keimanan

ilmu

dan

dan

pengetahuan

menjadi tujuan akhir, akan tetapi

merupakan

tujuan antara atau sebagai alat untuk sampai kepada
tujuan akhir yaitu pembentukan keimanan dan
waan
Hasil

seperti yang digariskan dalam

undang-undang.

akhir sebagai temuan penelitian

seperti di bawah ini.

ketaq

disimpulkan

1. Profil perencanaan pengajaran yang bertumpu pada
pembinaan keimanan dan ketaqwaan.

Berdasarkan

hasil penelitian, walaupun

pola

perencanaan mengajar yang disusun oleh guru di
Darul

Hikam

perencanaan
dilihat

memiliki pola yang sama

pengajaran pada umumnya,

dari
Mata

materinya
pelajaran-mata

dengan

akan

memiliki

SMU
pola

tetapi

perbedaan.

pelajaran

tertentu,

yaitu pendidikan agama, pendidikan moral

Panca

sila, IPA yang terdiri dari pelajaran fisika, kimia
dan

biologi serta pelajaran IPS yang terdiri

mata

pelajaran ekonomi, sosiologi

perencanaannya
Al-Qur'an

disusun

dengan

dan

yang akan dibahas.

geografi,

menganalisis

dan dihubungkan dengan materi

Perencanaan pembinaan

dari

ayat

pelajaran

keimanan

dan ketaqwaan ini dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:

a. Telaah kurikulum, baik menyangkut pokok bahasan,
tujuan dan materi pelajaran yang harus disampai
kan maupun evaluasi yang harus digunakan;

b. Perencanaan

penenanaman

Iman dan taqwa, yaitu

menelaah ayat-ayatsuci yang relevan dengan pokok
bahasan seperti yang tercantum dalam kuriulum;

c. Perencanaan

tindak Ianjut sebagai upaya

meman-

tapkan keimanan dan ketaqwaan siswa baik melalui

diskusi

maupun

melalui

pemberian

tugas

baik

individual maupun kelompok, serta evaluasinya.

2. Proses

Belajar Mengajar yang bertumpu kepada

penanaman keimanan dan ketaqwaan.

Seperti

dalam pola

perencanaan

maka

dalam

oleh

gruru-guru di SMU Darul Hikam

khas

tersendiri. Ciri khas tersebut adalah

usaha

pola belajar mengajar

pengajaran,

guru

yang

yang

menghubungkan

yang

dilakukan

memiliki

materi

ayat

suci

Al-Qur'an

adanya

pelajaran

dibahas sesuai dengan kurikulum yang

dengan

ciri

berlaku

sebagai

usaha

pengembangan keimanan dan ketaqwaan siswa.

Proses

belajar mengajar dilakukan dengan dua

pola. Pertama guru menempatkan ayat suci

sebagai
guru

awal pembuka pelajaran.

menyampaikan atau membahas

terlebih

dahulu.

mendiskusikan

kandungan

menyampaikan

sampai

ayat

siswa dapat

tersebut.

Inti

Al-Qur'an

Artinya,
materi

ayat

sebelum
pelajaran

suci

dan

menemukan

inti

kandungan

tersebut yang kemudian dijadikan landasan

ayat

berpikir

dalam mempelajari materi pelajaran.Kedua, guru yang

menempatkan ayat suci di akhir pembahasan
pelajaran. Artinya, setelah guru membahas
pelajaran, proses belajar mengajar diakhiri
kegiatan siswa mencari ayat-ayat yang

materi
materi
dengan
relevan

dengan materi tersebut.

Untuk guru-guru yang

menyusun perencanaan

tidak mengaitkan materi pelajaran dengan ayat-ayat
suci Al-Qur'an, akan tetapi pada kenyataannya dalam

proses belajar mengajar hampir semua guru menyitir
ayat suci Al-Qur'an yang relevan dengan materi
pelajaran yang sedang dibahas. Dengan demikian
dalam setiap mata pelajaran Al-Qur'an menjiwai
seluruh proses belajar mengajar.

Selain

proses belajar mengajar

ditandai

dengan menghubungkan materi pelajaran dengan ayat
suci Al-Qur'an, juga ditandai dengan sikap dan
penekanan-penekanan tertentu sebagai usaha pembi
naan, seperti penekanan kepada penggunaan bahasa
yang sopan dan islami dalam komunikasi baik antara
guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa;
penekanan pada usaha saling menghargai dan
menghormati pendapat orang lain;

serta penerapan

kedisplinan, baik kedisiplinan cara
maupun kedisiplinan akademik.

berpakaian

3.

Penanaman Keimanan dan Ketaqwaan siswa di

luar

jam pelajaran.

Penanaman

keimanan dan ketaqwaan di

sekolah

yang

bersangkutan dilakukan secara

baik

di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal

sesuai

terus

dengan mottonya sebagai lembaga

menerus

ini

pendidikan

yang memiliki misi membentuk manusia yang

"Aliman,

Sholihan dan Mujahidan".

Motto

tersebut menjadi komitmen

terlibat

khususnya

Sehingga

proses pembinaan keimanan

tidak

para guru dn

terbatas hanya sekedar

konsep

semua

kepala

yang

sekolah.

dan

ketaqwaan

mempelajari

akan tetapi diterjemahkan kedalam

konsep-

perilaku

sehari-hari.

Profil

pembinaan keimanan dan ketaqwaan

di

luar jam pelajaran ditunjukkan dengan pola ketela
danan

baik

oleh kepala sekolah maupun

guru. Dalam

perilaku

menampakkan

perilaku-perilaku yang dapat

oleh

siswa-siswanya,

kebersihan

sehari-hari

oleh

contohnya

mereka

para

selalu
dicontoh

perilaku

dan kerapihan, perhatian kepada

menjaga

setiap

orang, serta keteledanan dalam melaksanakan ibadah.
Dengan

pola keteledanan ini, iklim sekolah

benar menampakkan kesejukkan.

benar-

vz

Selain

dengan

pola

keteladanan

itu,

juga

proses pembinaan keimanan dan ketaqwaan dilakukan
dengan pola pemberian nasihat yang dilaksanakan
baik secara terprogram maupun bersifat
Secara
waktu
hari

insidental.

terprogram biasanya dilakukan dalam waktukhusus seperti dalam acara peringatan
besar

atau setiap hari senin

dalam

hariupacara

pagi.

Sedangkan secara insidental dilakukan pada

waktu

tertentu yang tidak direncanakan,

contohnya

kepada setiap individu yang melakukan pelanggaran-

pelanggaran; atau pada saat-saat tertentu melalui
dialog dan pertanyaan, seperti mengingatkan kepada
siswa yang kelihatan belum melakukan shalat.
4.

Keberhasilan Proses Pembinaan dan Ketaqwaan.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata proses

pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang dilakukan
oleh guru setiap mata pelajaran dan unsur pimpinan
sekolah
membawa

seperti

yang telah dijelaskan

di

dampak terhadap perubahan perilaku

atas,
siswa.

Perubahan tersebut meliputi dimensi moral-religius,
dimensi sosial dan dimensi personal-intelektual.

Dimensi moral-religius ditandai dengan

sema-

kin kuatnya komitmen keagamaan yang tercermin

sikap

dan

muamalah.

hubungan

pola perilaku dalam bidang

ibadah

Dimensi sosial tercermin dari

sosial kemasyarakatan. Dimensi

intelektual

dari

dan

perilaku

personal-

tercermin dari kesadaran diri

sebagai

makhluk yang terbatas; dan dengan keterbatasan

mendorong

sikap

ingin tahu

sehingga

itu

memunculkan

kemampuan intelektual yang tinggi.

B.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, penulis

menyu-

sun sejumlah saran sebagai berikut:

1. Keberhasilan

proses

pembinaan

keimanan

dan

ketaqwaan di sekolah dapat dipengaruhi oleh pola
kebijaksanaan kepala sekolah yang memegang
dali

ken-

organisasi atau institusi. Oleh sebab

diharapkan

itu

kepala sekolah dapat menyusun

suatu

kebijaksanaan yang mengikat kepada setiap

guru,

contohnya

model

dengan

mengaharuskan

guru

perencanaan yang seragam yang

menyusun

mengandung

unsur pembinaan keimanan dan ketaqwaan. Hal
sangat penting, sebab bagaimanapun proses

ini
pen-

didikan

akan berhasil apabila dilakukan

sistematis

dengan mengacu kepada pola

secara
perenca

naan yang telah dibuat sebelumnya.

2. Pola

kebijaksanaan itu

juga perlu

dilakukan

dalam hal penataan lingkungan sekolah, contohnya
dengan penataan ruangan kelas yang islami seper
ti

pemasangan ayat suci Al-Qur'an yang

dung

pesan-pesan

pemasangan

keimanan dan

mengan

ketaqwaan

Asmaul Husna. Dengan demikian

akan selalu diingatkan untuk berperilaku

atau

siswa
sesuai

dengan tuntutan dan tuntunan ayat suci Alqur'an.
3. Proses pendidikan khususnya dalam pembinaan kei
manan

dan

ketaqwaan merupakan

kerja

semua

unsur di sekolah, oleh sebab

kol