Studi Deskriptif Mengenai Body Image pada Ibu-Ibu yang Melakukan Kegiatan Senam di Sanggar Senam "X" dan "Y" di Kota Bandung.

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengenai gambaran body image yang dimiliki ibu – ibu yang mengikuti kegiatan senam di kota Bandung. Body image adalah gambaran mengenai diri sendiri yang diciptakan dalam benak pemikiran individu, dan melibatkan unsur perasaan akan penampilannya, yang tercermin melalui pola pikirnya dan sikapnya akan tubuh. Body image memiliki 2 aspek, yaitu body image investment dan body evaluation. Body investment adalah kemampuan berpikir, perilaku, dan emosi yang penting bagi tubuh sebagai evaluasi diri. Body evaluation adalah kepuasan hati atau ketidakpuasan terhadap tubuh seseorang, termasuk didalamnya evaluasi nilai tentang hal tersebut. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi body image, faktor historis dan kejadian masa kini.

Responden dalam penelitian ini berjumlah 84 orang. Metode yang digunakan dalam pengambilan data ini adalah metode deskriptif dan data yang diambil menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori body image dari Thomas Cash. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Rank Spearman diantara 0,3 – 0,7 dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Nilai uji validitas body investment 0,495 dan nilai uji validitas body evaluation 0,448. Dibandingkan sesuai dengan kriteria menurut Lisa Freidenberg, keduanya masuk ke dalam validitas kategori sedang. Terdapat 2 bagian kuesioner dimana dalam 1 kuesioner terdiri dari 36 item. Diperoleh 27 item valid pada kuesioner body investment dan 31item valid pada kuesioner body evaluation.

Hasil dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa 97,62 % ibu – ibu yang mengikuti senam di kota Bandung memiliki body image yang negatif terhadap tubuhnya. Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh usia pernikahan terhadap body image dan dapat juga dilakukan penelitian pada ibu – ibu yang memilih untuk berkarier dan mengurus keluarga, sehingga dapat diketahui seberapa besar pekerjaan mempengaruhi body image yang dimilikinya.


(2)

Abstract

The purpose of making this research is to describe about middle aged women’s body image who went to aerobic exercise in Bandung. Body image is an overview

about self who created somebody’s mind and involve their feeling about

experience, who can be shown in their mind set and behavior about their body. Body image has 2 aspect are body image investment and body evaluation. Body investment is cognitive, behavior, and emotional importance of the body for self evaluation. Body evaluation is satisfaction or dissatisfaction with one’s body, including evaluative beliefs about it.. There is 2 facts influence the built of body image, historical factor and proximal events.

Respondent from this research is 84 person. The method that is used for this research is describe method and the data was taken with questioner that was made by the researcher using body image by Thomas Cash (2002). Validity test for this research using Rank Spearman formula with scored from 0,3 – 0,7. Reliability test is using alpha Cronbach. Reliability score for body investment is 0,495 and reliability score for body evaluation is 0448. Compared using Lisa Freidenberg criteria, both categorized as intermediate category. There are 2 part of questioners, each questioner consist of 36 items. There are 27 valid items in questioner body investment and 31 valid items in questioner body evaluation.

This research show 97,62 % mothers who join exercise class has negative body image. Suggestion for the next researcher is to research more about length

of marriage influenced middle age woman’s body image and could do research

in middle aged woman who choose working and take cared of family, so we could know how big is work influenced their body image.


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….…i

DAFTAR ISI ... ..iii

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN………..………..………1

1.1 Latar Belakang Masalah ……...………..1

1.2 Identifikasi Masalah ... .………..………9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 10

1.5 Kerangka Pikir ... 10


(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1Teori Body Image ... 17

2.2.1 Definisi Body Image ... 17

2.1.2 Cognitive Behavioral Model mengenai Body Image .... 18

2.1.3 Proses pembentukan Body Image menurut Cognitive Behavioral ... 20

2.1.3.1 Body Image, Bentuk Tubuh Sesungguhnya dan Merasa Diri Kelebihan berat Badan ... 22

2.1.4 Aspek - aspek dan Komponen Body Image…...24

2.1.5 Faktor – faktor pencetus Body Image...25

2.2 Tahap perkembangan Dewasa Awal ... .32

2.3 Interpersonal Relationship ... 34

2.3.1 Teman sebaya ... 35

2.3.2 Pasangan romantis (Romantic Patner) ... 37

2.3.3 Orang Asing ... 38

2.4 Media Penghubung Olahraga – Hubungannya dengan Body Image ... . ... 39


(5)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 43

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 44

3.3.1 Variabel Penelitian ... 44

3.3.2 Definisi Operasional ... 44

3.4 Alat Ukur Penelitian... 45

3.4.1 Alat Ukur Body Image ... 45

3.4.2 Kuesioner Data Penunjang ... 46

3.4.3 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 45

3.4.4 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ... 48

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 48

3.4.4.2 Reabilitas Alat Ukur ... .48

3.4.5 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 50

3.4.5.1 Data Pribadi………...50

3.4.5.2 Data Penunjang………..50

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 51

3.5.1 Populasi Sasaran ... 51

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 51

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 51


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

DAFTAR RUJUKAN ... 72 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tabel Kisi – kisi Alat Ukur ... 44

Tabel 3.2. Tabel Sistem Penilaian Alat Ukur ... 46

Tabel 3.4.3.1 Tabel Validitas Alat Ukur ... 48

Tabel 4.1.1 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 4.1.2 Tabel gambaran responden berdasarkan lama menikah ... 54

Tabel 4.1.3 Tabel gambaran responden berdasarkan lama mengikuti senam ... 54

Tabel 4.1.4 Tabel gambaran responden berdasarkan proporsi tubuh... 55

Tabel 4.1.5 Tabel gamabaran responden berdasarkan jumlah anak yang dimiliki ... 55

Tabel 4.2 Tabel Hasil Penelitian ... 56

Tabel 4.3 Tabel distribusi frekuensi body image dengan dimensi body image ... 56

Tabel 4.4 Tabel distribusi frekuensi body image dengan usia responden ... 57

Tabel 4.5 Tabel distribusi frekuensi body image dengan lama menikah ... 57

Tabel 4.6 Tabel distribusi frekuensi body image dengan lama mengikuti senam ... 58

Tabel 4.7 Tabel distribusi frekuensi body image dengan proporsi tubuh ... 59


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran... 14 Bagan 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 42


(9)

BAB I PENDAHULAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dengan adanya arus globalisasi pada saat ini, banyak media cetak maupun elektronik yang mengatakan bahwa kecantikan seorang wanita yang ideal bila ia memilki tubuh yang kurus. Hal tersebut secara tidak sadar mempengaruhi pola pemikiran dari wanita. Sehingga bukan hal yang mengherankan bila terbentuk suatu stigma di kalangan masyarakat bahwa tubuh yang ramping itu menjadi suatu acuan mengenai tubuh ideal. Dengan stigma tersebut didukung dengan berbagai macam alternatif yang dapat ditempuh untuk mendapat tubuh ideal. Media masa menawarkan berbagai macam alternatif memiliki bentuk tubuh langsing. Dari cara yang instan hingga cara – cara yang terprogram. Cara cepat yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan sedot lemak, pada wanita yang sudah amat gemuk terkadang dokter memberikan opsi by-pass lambung guna mengurangi lemak yang berada dalam tubuh. Dapat juga dengan mengkonsumsi obat penurun berat badan yang beredar di pasaran maupun internet serta banyak metode – metode yang ditawarkan di media masa. Cara lain yang ditawarkan dapat dengan mengunjungi dokter ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat, dengan melakukan olahraga teratur (dapat juga mengunjungi tempat kebugaran dan menggunakan pelatih khusus).

Disini dapat kita lihat begitu besarnya pengaruh media masa bagi seseorang. Media

masa tanpa sadar dapat “mengubah” kehidupan seseorang dengan memberikan cara pandang


(10)

Sebuah situs di internet peneliti menemukan suatu artikel yang mengangkat tema mengenai kegemukan. Pada artikel tersebut disebutkan bahwa seseorang yang gemuk dapat dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu faktor genetik, jumlah sel lemak individu yang bersangkutan, keadaan seseorang yang sedang stres, berat badan pasangan berlebih serta virus(http://www.adityaperdana.web.id/fakta-menarik-seputar-berat-badan.html). Masih dalam artikel tersebut menuliskan sebuah saran mengenai cara menurunkan berat badan tanpa usaha yang keras adalah dengan tidur selama 8 jam perhari dan mengubah metabolisme tubuh. Tim peneliti dari Helsinki University Central Hospital mempelajari apa yang terjadi saat individu mengalami penambahan berat badan. Peneliti melibatkan pasangan kembar (satu gemuk dan satu kurus). Hasil menunjukkan, sel-sel lemak pada partisipan yang lebih gemuk menjalani perubahan metabolik sehingga mempersulit pembakaran lemak. Menurut tim peneliti, mengalami penambahan berat badan minimal 5,5 kilogram bisa memperlambat

metabolisme. Semakin banyak lemak yang ditumpuk, semakin sulit untuk

menghilangkannnya. Artikel tersebut menuliskan, bahwa kegemukan atau obesitas dapat menimbulkan beberapa masalah seperti, kurang percaya diri dengan bentuk tubuh yang tidak proposional, minder dengan pasangan lawan jenis, sampai kesulitan dalam bergaya dengan pakaian yang sedang trend karena kesulitan dalam mencari ukuran baju atau celana yang sesuai.

Fenomena di atas sering mucul di kalangan wanita lajang atau belum menikah fenomena ini pasti terjadi, ditambah lagi pada wanita lajang mereka tentu berusaha memiliki tubuh yang ideal untuk terlihat menarik bagi lawan jenis. Bagaimana dengan wanita yang sudah menikah dan memutuskan untuk berkeluarga? Berdasarkan ketentuan dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) batas minimal usia menikah untuk


(11)

wanita adalah usia 21 tahun karena diharapkan wanita sudah matang pada usia tersebut. Kita semua tahu, ketika seseorang yang telah memutuskan untuk menikah, mereka akan mendapatkan “tugas” selanjutnya yaitu memiliki keturunan. Bahkan tidak jarang pasangan bercerai maupun melakukan poligami dikarenakan isteri tidak memiliki keturunan.

Bagi wanita, memiliki keturunan dalam pernikahan tentu akan memberikan kebahagian tersendiri baik ditengah keluarga wanita tersebut maupun keluarga besarnya. Akan tetapi di sisi yang lain juga dapat berdampak yang kurang menyenangkan bagi wanita tersebut. Dampak bagi wanita yang memilih untuk memiliki anak, pada sebagian wanita dapat mengubah bentuk tubuh mereka tidak sekurus pada saat mereka belum memiliki anak. Hal ini tentu akan mengubahcara individu memaknai tubuhnya. Mereka mendambakan tubuh yang proporsional bukan dilakukan tanpa alasan sebab menurut data dari seorang psikolog di Universitas X terdapat beberapa kasus perceraian yang diakibatkan karena istri sudah tidak lagi menarik. Sehingga merupakan suatu hal yang wajar apabila seorang perempuan berusaha untuk memiliki tubuh yang proporsional. Walaupun tidak semua perempuan yang memiliki anak akan menjadi gemuk. Perubahan bentuk tubuh tentu memiliki efek yang berbeda atara satu orang dengan yang lain. Rasa percaya diri berkurang mungkin dapat dirasakan oleh sebagian wanita mengenai bentuk tubuh yang dimilikinya dikarenakan sulit menemukan ukuran pakaian yang sesuai dengan tubuhnya. selain itu dapat pula mereka merasa tidak percaya diri bukan karena ukuran pakaian yang berubah drastis namun karena pakaian yang mereka kenakan mengekspos bagian tubuh tertentu yang menurut mereka tidak indah dipandang.

Dalam psikologi, bagaimana gambaran diri seseorang mengenai tubuhnya disebut dengan body image. Persoalan mengenai body image pada wanita dikatakan sebagai persoalan sepanjang hidup seorang wanita. Sehingga berubahnya body image pada wanita dapat


(12)

berdampak berbeda – beda. Dapat mengarahkan ke sisi yang positif dan dapat pula ke sisi negatif. Individu yang dikatakan menyikapi perubahan bentuk tubuh pada sisi positif apabila ia menanggapi perubahan tersebut dengan cara dan perasaan yang positif pula. Misalnya berolahraga teratur, mengurangi porsi makan namun masih dalam taraf yang wajar (tetap mempertimbangkan kandungan gizi dalam makanan yang dikonsumsi). Sebaliknya individu yang menyikapi sebuah perubahan bentuk tubuh pada sisi negatif apabila ia menanggapi perubahan sebagai sesuatu yang sangat mengganggunya, hingga mengganggu aspek kehidupannya yang lain. Misalnya seorang ibu setelah memiliki anak merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya karena sulit menemukan pakaian yang sesuai dengan keinginannya, akibatnya ia menjadi jarang keluar rumah karena tidak menemukan pakaian yang tepat. Dampak body image negatif pada aspek kehidupan dapat juga dijumpai dalam perilaku wanita yang frekuensi mengikuti senam menjadi lebih sering setelah memiliki anak karena ingin mengembalikan bentuk tubuhnya serta supaya tetap terlihat “cantik” bagi suami.

Sehingga bukan hal yang mengherankan lagi apabila berbagai macam produk pelangsing tumbuh subur di sekitar kita hingga artikel di internet yang mengangkat tema serupa dan sasarannya adalah wanita. Akan tetapi tidak semua orang yang melangsingkan tubuh semuanya menggunakan produk pelangsing. Selain dengan mengunjungi pusat kebugaran seperti yang telah disebutkan di atas, dapat juga melakukan kegiatan senam.

Senam yang banyak ditawarkan dalam sanggar senam adalah senam aerobic, BL (Body

Languange), terdapat juga sanggar senam yang menggabungkan gerakan senam dan

menambah properti senam fitball. Jenis senam Body Language sesuai dengan artinya yakni bahasa tubuh maka manfaat BL (Body Language) adalah senam untuk pembentukan tubuh (http://fortuna-aerobic.blogspot.com/2011/05/body-language.html). Gerakan senam yang


(13)

dilakukan saat BL ini memberikan dampak menyeluruh bagi bentuk tubuh seperti lengan, dada, perut, paha, panggul payudara serta bagian tubuh lainnya. Tentu saja selain manfaat dasarnya untuk kebugaran tubuh. Senam BL tidak hanya untuk mereka yang kelebihan berat badan, melainkan mereka yang mengalami problem yakni berat badan yang sukar naik alias kurus

dapat mengikuti senam ini

(http://fortuna-aerobic.blogspot.com/2011/05/body-language.html). Menurut artikel yang sama dari internet, bagi seseorang yang memiliki berat badan berlebih dianjurkan untuk melakukan senam BL minimal tiga kali seminggu dan setiap kali latihan selama satu jam. Selain itu dianjurkan juga untuk mengkombinasikannya dengan senam aerobic yang dilakukan dua kali setiap minggunya. Manfaat lain dari mengikuti senam

Body Language adalah menjaga kebugaran tubuh, menjaga keharmonisan keluarga dan

menjaga stamina tubuh (http://fortuna-aerobic.blogspot.com/2011/05/body-language.html). Senam Body Language sendiri merupakan senam aerobic yang gerakan senamnya seringkali ditambahkan dengan menahan kontraksi otot. Daerah di sekitar pinggul dan perut adalah bagian yang paling sering dikontraksikan. Dengan melakukan kontraksi pada bagian-bagian pinggul dan perut, maka akan meningkatkan kekuatan otot perut, bokong hingga otot-otot dasar rongga panggul. (http://sehatandsehatyukii.wordpress.com/2011/12/04/ manfaat-body-language/). Senam aerobic adalah olahraga yang membutuhkan oksigen dalam memproduksi energi untuk membentuk otot kita dapat berinteraksi. Karena sifatnya yang ritmis, aerobic akan membuat seseorang terengah – engah. Bentuk olahraga aerobic beragam diantaranya berlari, melompat, berenang atau mengayuh sepeda. Pada aktivitas aerobic ini, sumber energi yang dibakar oleh tubuh adalah asam lemak. Aerobic juga dikenal sebagai latihan kardiovaskular. Dua manfaat terpenting latihan kardiovaskular adalah untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta pembakaran lemak yang efektif. Olahraga aerobic yang berlebihan akan membuat


(14)

tubuh memaksa menggunakan protein otot sebagai bahan bakar. Hal ini terjadi karena olahraga sebenarnya merupakan stres. Bila olahraga berlebihan, maka tubuh akan merespon dengan memproduksi hormon stres yaitu kortisol. Fungsi kortisol sebenarnya adalah membantu menyediakan bahan bakar untuk aktivitas kita. Akan tetapi, bila olahraga berlebihan maka kortisol akan diproduksi berlebihan pula. Hormon ini akan memecah protein otot untuk dipakai sebagai bahan bakar. (http://yuharku.com/index.php?ukey=news&blog_id=12). Senam body

language and fitball senam ini gabungan antara gerakan body language yang dipadukan

dengan fitball. Fitball adalah kepanjangan dari fitness ball yang terbuat dari bola karet besar. Olahraga dengan fitball selain menyehatkan juga menyenangkan. Bola karet yang empuk memudahkan gerakan Anda. Selain itu, fitball ini memiliki risiko terjadinya cedera yang cukup kecil. Misalnya pada persendian dan tulang. Di samping untuk menjaga kebugaran, fitball juga banyak dimanfaatkan untuk terapi fisik. (http://kosmo.vivanews.com/news/read/53101-olahraga lebih seru dengan fitball).

Ibu – ibu yang mengikuti kegiatan senam dengan tujuan agar memiliki bentuk tubuh yang ideal karena tidak puas dengan bentuk tubuhnya saat ini, sikap ini dapat menjadi indikator perilaku body evaluation. Sedangkan ibu – ibu yang mengikuti kegiatan senam dikarenakan mereka merasa bahwa olahraga adalah suatu bagian dari hidup sehat, sikap ini menjadi indikator dari perilaku body investment. Dalam ilmu psikologi bagaimana cara seseorang memandang dirinya dikenal dengan body image. Body image memiliki 2 aspek yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, yakni body investment dan body evaluation. Body

investment adalah kemampuan berpikir, perilaku, dan emosi yang penting bagi tubuh sebagai

evaluasi diri. Body evaluation adalah kepuasan hati atau ketidakpuasan terhadap tubuh seseorang, termasuk didalamnya evaluasi nilai tentang hal tersebut. Gejala-gejala yang


(15)

ditemukan dalam permasalahan di atas menggambarkan gejala tentang body investment dan

body evaluation. Hal ini akan menggambarkan evaluasi pada tubuh seseorang. Berdasarkan

fenomena yang ada, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai gambaran body

image pada ibu – ibu yang telah memiliki anak.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui tentang bagaimana gambaran body image pada ibu – ibu yang melakukan kegiatan senam di Sanggar Senam X dan Y kota Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini untuk menggali pengaruh aspek – aspek body image yaitu investment dan evaluation pada ibu – ibu yang mengikuti kegiatan senam di Sanggar Senam X dan Y kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran body image pada ibu – ibu yang melakukan kegiatan senam di Sanggar Senam X dan Y kota Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

- Sebagai informasi dan pendalaman pemahaman di bidang ilmu psikologi klinis, terutama tentang konsep body image pada ibu – ibu yang mengikuti kegiatan senam di Sanggar


(16)

- Sebagai informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan topik body

image.

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Bagi para ibu yang melakukan senam, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tentang

body image yang dimiliki dan memahami aspek-aspek yang harus diperhatikan untuk

memperoleh penghayatan positif pada tubuh dan kesehatannya.

- Bagi lembaga penyelenggara senam bagi para ibu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang dapat meningkatkan program peningkatan kesehatan dan kepribadian yang disertakan dalam program senam bagi para pengguna jasanya.

1.5Kerangka Pikir

Sanggar senam X dan Y merupakan sanggar senam yang menawarkan berbagai macam rangkaian senam. Seperti halnya dengan sanggar senam lain, kedua sanggar senam tersebut terdapat ibu - ibu dengan berbagai rentang usia yang bervariasi. Dengan beraneka ragamnya usia ibu – ibu tentu motivasi mengikuti senam berbeda satu dengan yang lain.

Alasan ibu –ibu yang mengikuti senam antara lain untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Mereka merasa apabila tidak mengikuti senam tubuhnya terasa lebih mudah lelah bahkan mereka merasa mudah terserang sakit. Alasan lain mereka mengikuti senam adalah untuk mengembalikan bentuk tubuh setelah melahirkan. Setelah melahirkan bentuk tubuh mereka tidak seperti dulu, sehingga mereka merasa perlu untuk mengikuti senam. Adapula yang mengikuti senam dikarenakan saran dari dokter agar kesehatannya terjaga


(17)

Adapun ibu – ibu yang mengikuti program senam di sanggar, umumnya berusia 21 tahun dan ada yang sudah berusia 40 tahun bahkan lebih. Secara fisik terjadi perubahan, yakni dari penampilan seorang remaja perempuan menjadi wanita dewasa yang dapat menjalankan tugas – tugas orang dewasa seperti bekerja, menikah dan mempunyai anak. Adanya perubahan dan penambahan peran dalam kehidupan, tentu diperlukan waktu untuk penyesuaian diri. Pada wanita yang memtuskan untuk bekerja, mereka tentu harus menyesuaikan dengan berbagai kebudayaan di lingkungan pekerjaan. (Namun pada penelitian ini, tidak difokuskan pada wanita yang bekerja.) Demikian juga dengan pernikahan, dibutuhkan penyesuaian dengan pasangannya. Dalam pernikahan nantinya akan memiliki anak yang tentu saja juga membutuhkan waktu untuk penambahan perannya lagi. Di samping waktu untuk menyesuaikan diri dengan perannya terkait dengan tugas perkembangannya, pada sebagian wanita ketika memiliki anak tubuhnya mengalami perubahan. Perubahan bentuk tubuh ini dapat memunculkan berbagai penghayatan yang berbeda pada ibu – ibu sehingga akan mempengaruhi body image yang dimilikinya.

Secara intelektual kelompok usia ini berada dalam masa operasional formal bahkan kadang – kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner & Helms, 1995) dimana individu mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis dan rasional. Dengan kemampuan ini ibu – ibu dapat berpikir mengenai membagi waktu untuk memenuhi dan membagi waktu terhadap peran – peran baru yang muncul dari tugas perkembangannya. Dalam transisi peran sosial, individu pada masa dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya (dating) untuk menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang baru, terpisah dari kedua orang tuanya, memiliki peran ganda sebagai ayah atau ibu bagi anak - anaknya.


(18)

Sehingga pada sampel penelitian ini, dipilih kelompok usia 21 – 40 tahun karena mereka dalam masa benar – benar matang, secara intelektual mampu memecahkan masalah dan secara peran sosialnya yang telah terpisah dari orang tuanya dan memiliki peran baru sebagai ibu dari anak – anaknya. Ibu – ibu dapat tetap memiliki gambaran body image yang positif seiring meningkatnya tugas dan tanggung jawab yang muncul pada kelompok usianya. Sedangkan mereka juga membutuhkan waktu untuk mereka merawat diri sendiri disamping mengerjakan perannya sebagai seorang ibu.

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya body image dapat dikelompokkan menjadi fakor historis dan faktor pencetus. Faktor historis mencakup sosialisasi kebudayaan (cultural

socialization), pengalaman – pengalaman interpersonal (interpersonal experiences), karakteristik

fisik dan faktor kepribadian yang dimiliki seseorang. Sosialisasi kebudayaan menjadi faktor yang mempengaruhi ibu – ibu untuk membentuk sebuah kriteria mengenai kecantikan seorang wanita yang seharusnya. Sosialisasi kebudayaan yang dimaksud dalam hal ini adalah media masa baik elektronik maupun cetak. Internet yang merupakan media masa elektronik secara tidak sadar memberikan stadar bahwa dengan memiliki tubuh yang proporsional orang dapat dikatakan menarik melalui iklan mengenai produk pelangsing, cara menurunkan berat badan hingga berbagai cara diet. Standar dari masyarakat yang beranggapan bahwa wanita yang cantik memiliki bentuk tubuh yang langsing, kemudian diinternalisasi sehingga timbul pemikiran bahwa saat seorang wanita tidak memiliki tubuh yang proporsional mereka merasa tidak percaya diri.

Dalam kesehariannya tentu ibu – ibu tentu melakukan proses interaksi dengan lingkungannya. Berasal dari proses interaksi melalui komunikasi dengan lingkungan di sekitarnya, ibu – ibu dapat menemukan bagaimana pendapat yang dimiliki oleh lingkungan sekitar mengenai dirinya. Pengalaman inilah yang dimaksudkan dengan pengalaman interpersonal, dalam


(19)

pengalaman interpersonal ini tidak hanya orang terdekat dengan ibu – ibu saja yang memberikan pendapatnya mengenai bentuk tubuh yang dimilikinya melainkan dapat melalui orang asing. Pendapat tersebut dapat diwujudkan dengan kritik, saran, pujian, maupun masukan mengenai bentuk tubuhnya. Faktor historis lain yang dapat mempengaruhi body image seseorang adalah karakteristik fisik. Bentuk tubuh yang dimiliki seseorang tentu mempengaruhi bagaimana ia memiliki gambaran mengenai dirinya, selain itu bagaimana seseorang menghayati fisiknya. Penghayatan fisik yang dimaksud adalah bagaimana individu merasa memiliki badan yang bugar serta sehat dari sakit. Demikian halnya juga terjadi pada ibu – ibu yang mengikuti senam. Bagaimana mereka menghayati fisiknya apakah fisiknya tidak bugar dan sehat.

Faktor historis lainnya adalah faktor kepribadian yang dimiliki seseorang. Kepribadian seseorang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam mengambil keputusan maupun menyikapi sebuah persoalan yang sedang ditemui. Misalnya seseorang yang memiliki kepribadian perfeksionis akan memberikan target yang sesempurna mungkin dan dapat dicapainya. Dalam hal berolahraga, orang yang memiliki kepribadian perfeksionis menerapkan target memiiki bentuk tubuh yang proporsional dan akan melakukan berbagai cara untuk mencapainya. Jika hal tersebut tidak tercapai dia tidak merasa puas dengan tubuhnya maka hal ini akan mempengaruhi body evaluation yang dimilikinya dan dapat membuatnya memiliki body image yang negatif mengenai tubuhnya.

Body image para ibu yang mengikuti senam adalah persepsi serta sikap para ibu mengenai

tubuh dan penampilannya. (Cash, 2002). Body image (D'Arcy Lyness,PhD, 2009) adalah bagaimana perasaan seseorang mengenai penampilan fisiknya. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa body image adalah gambaran mengenai diri sendiri yang diciptakan dalam


(20)

benak pemikiran individu, dan melibatkan unsur perasaan akan penampilannya, yang tercermin melalui pola pikirnya dan sikapnya akan tubuh.

Body image positif dan negatif yang dimiliki ibu – ibu tidak terbentuk secara serta merta.

Menurut pandangan cognitive behavioral, body image terbentuk dari body schema (skema tubuh) dan body attitude (sikap tubuh). Markus (1977, dalam Cash, 2002) mendefinisikan body schema sebagai generalisasi secara kognitif mengenai diri (yang diperoleh dari pengalaman di masa lalu) yang mengatur dan menuntun jalannya pengolahan informasi dalam kaitannya dengan diri yang terkandung dalam pengalaman sosial individu. Individu yang skematis pada konteks diri (dalam konteks ini adalah tubuh dan penampilan) akan mengolah informasi yang berhubungan dengan dimensi tersebut berbeda dengan orang yang tidak skematis. Body attitude menurut pandangan

cognitive-behavioral memiliki dua elemen dasar yaitu body investment dan body evaluation.

Pengalaman masa lalu seseorang membuatnya membentuk body imagenya. Ibu – ibu yang mendapat saran, kritik maupun masukan mengenai tubuh dan penampilannya, akan menganalisa komentar yang ia dapatkan mengenai tubuhnya. Setelah itu, ia akan menghayati komentar dari lingkungan tersebut. Dalam proses penghayatan inilah, muncul 2 elemen yakni body investment dan body evaluation. Pada penghayatan inilah yang akan membedakan bagaimana body image ibu yang satu dengan yang lainnya melalui nilai body investment dan body evaluationnya.

Sikap ibu – ibu mengenai tubuhnya dapat berbeda – beda, dipengaruhi oleh kedua dimensi tersebut. Body investment adalah kemampuan berpikir, perilaku dan emosi yang penting bagi tubuh sebagai evaluasi diri. Ibu – ibu melakukan olahraga teratur untuk menjaga kesehatan tubuhnya dan memaknai tubuhnya dengan positif. Body evaluation adalah kepuasan hati atau ketidakpuasan terhadap tubuh seseorang, termasuk di dalamnya evaluasi nilai tentang hal tersebut. Mereka merasakan perasaan puas dan tidak puas dengan bentuk tubuh yang dimilikinya saat ini. Apakah


(21)

tubuhnya sudah sesuai dengan bentuk ideal atau belum. Cash dan Srymanski (2002) menunjukkan bahwa body evaluation berakar dari derajat kesenjangan dan kesesuaian antara karakter fisik diri yang diyakini individu dan nilai fisik ideal yang dihargai oleh individu.

Body image yang dimiliki ibu – ibu yang satu dengan yang lain berbeda – beda. Ibu – ibu dapat memiliki body image yang positif dapat juga memiliki body image negatif mengenai tubuhnya. Ibu – ibu dikatakan memiliki body image positif apabila ibu – ibu memiliki gambaran yang positif mengenai tubuhnya dan merasa puas dengan bentuk tubuh yang dimiliki. Ibu – ibu dikatakan memiliki body image negatif apabila ibu – ibu memiliki gambaran yang negatif mengenai tubuhnya dan merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Body image dapat menjadi negatif walaupun ia memiliki gambaran yang positif mengenai tubuhnya, namun merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Dapat juga body image negatif karena ibu – ibu memiliki gambaran negatif mengenai tubuhnya walaupun ia merasa puas dengan tubuhnya.


(22)

Bagan 1.1 Bagan kerangka pikir

1.6Asumsi Penelitian

1. Setiap ibu memiliki body image yang berbeda beda dapat berupa body image positif maupun body image negatif.

Faktor yang mempengaruhi:

1. Faktor Historis - culture

socialization,

- interpersonal

experiences,

- karakteristik fisik dan - faktor kepribadian 2. Faktor Pencetus

Body schema & Body Attitude

Ibu – ibu yang melakukan kegiatan senam di Sanggar Senam X dan Y

Body Image

Dimensi Body Image: 1. Body investment 2. Body evaluation

Positif


(23)

2. Body image memiliki 2 dimensi yaitu body investment dan body image evaluation.

3. Body investment adalah kemampuan berpikir, perilaku, dan emosi yang penting bagi tubuh

sebagai evaluasi diri.

4. Body evaluation adalah kepuasan hati atau ketidakpuasan terhadap tubuh seseorang,

termasuk didalamnya evaluasi nilai tentang hal tersebut.

5. Faktor yang mempengaruhi body image seseorang adalah fakor historis dan faktor pencetus. Faktor historis terdiri dari yang terdiri dari cultural socialization, interpersonal

experiences, karakteristik fisik dan faktor kepribadian. Faktor pencetus mencakup

kehidupan sehari – hari yang terjadi secara bersamaan dan berisi pengaruh yang cepat dan menetap terhadap perkembangan body image. Termasuk di dalamnya adalah dialog-dialog internal, emosi-emosi body image dan tindakan pengaturan diri (self regulatory action).


(24)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil analisa dan pengolahan data 84 ibu – ibu yang mengikuti kegiatan senam di Sanggar Senam X dan Sanggar Senam Y kota Bandung beserta saran yang bernilai teoritis dan praktis.

5.1Simpulan Penelitian

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai body image yang dimiliki oleh ibu – ibu muda yang mengikuti kegiatan senam di Sanggar Senam X dan Sanggar Senam Y kota Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar ibu ibu yang mengikuti senam memiliki body image yang tergolong negatif.

2. Body image yang negatif lebih banyak berkaitan dengan dimensi body evaluation.

3. Semakin lama usia pernikahan ibu – ibu , akan menentukan body image yang dimilikinya.

4. Ibu – ibu yang memiliki 1 anak memiliki body image yang lebih negatif daripada ibu yang mempunyai 2 anak.

5. Sebagian besar ibu – ibu yang mengikuti senam berkaitan dengan faktor culture


(25)

5.2Saran Penelitian 5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh usia pernikahan terhadap body image.

2. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian pada ibu – ibu yang memilih untuk berkarier dan mengurus keluarga, sehingga dapat diketahui seberapa besar pekerjaan mempengaruhi body image yang dimilikinya.

5.2.2 Saran Praktis

1. Ibu – ibu diberikan penyuluhan mengenai bagaimana menilai bentuk tubuh dengan cara yang realistis yaitu ibu dapat meimbang dan mengukur berat dan tinggi badan, dengan demikian mereka dapat lebih objektif menilai bentuk tubuhnya.

2. Ibu – ibu diajak untuk mengikuti seminar mengenai cara mendapat tubuh proporsional selain dari senam.

3. Diadakan konsultasi kesehatan dengan ahli gizi bagi para ibu yang mengikuti senam, supaya selain melakukan latihan juga diseimbangkan dengan pola hidup sehat.

4. Bagi pemilik sanggar senam, dapat menyediakan tenaga kesehatan agar peserta senam dapat mengkonsultasikan mengenai senam serta diet yang disesuaikan dengan kebutuhan ibu tersebut.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Andi, Mappiere, Drs. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya. Usana Offset Printing

Arisman, MB, dr. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Cash, T. F. & Pruzinky, T. (Eds), 2002. Body Image : Hadbook of Theory,

Research, and Clinical Practice. New York. Guilford Press

Nazir, Moh., 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Singarimbun, M. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia


(27)

DAFTAR RUJUKAN

Kesempatan Karir Sebagai Sekertaris bagi Wanita Indonesia. Diakses pada taggal 28 Oktober 2013, dari www.gajimu.com

Kriteria dan Persyaratan Menjadi Pramugari Domestik dan Internasional. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2013, dari http://sekolahpramugariindonesia.com

Syarat Menjadi Model Internasional. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2013, dari http://bukuplus.wordpress.com

Syarat – syarat Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Sales Promotion Girl/SPG. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2013, dari www.3rek.com

Ingin Seperti Boneka Barbie Gadis Ini 300 Kali Operasi Plastik. Diakses pada

tanggal 28 Oktober 2013, dari

http://www.regionaltimur.com/index.php/ingin-seperti-boneka-barbie-gadis-ini-300-kali-operasi-plastik/

5 Bahaya Olahraga Berlebihan. Diakses pada tanggal 11 September 2013, dari http://uniknya.com/2012/07/5-bahaya-olahraga-berlebihan/

Septiani, Clarissa Tania. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pria yang Mengikuti Aktifitas Fitness di Pusat Kebugaran “X” di kota Bandung


(1)

14

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Bagan kerangka pikir

1.6Asumsi Penelitian

1. Setiap ibu memiliki body image yang berbeda beda dapat berupa body image positif maupun body image negatif.

Faktor yang mempengaruhi:

1. Faktor Historis - culture socialization, - interpersonal experiences, - karakteristik fisik dan - faktor kepribadian 2. Faktor Pencetus

Body schema & Body Attitude

Ibu – ibu yang melakukan kegiatan senam di Sanggar Senam X dan Y

Body Image

Dimensi Body Image: 1. Body investment 2. Body evaluation

Positif


(2)

2. Body image memiliki 2 dimensi yaitu body investment dan body image evaluation.

3. Body investment adalah kemampuan berpikir, perilaku, dan emosi yang penting bagi tubuh sebagai evaluasi diri.

4. Body evaluation adalah kepuasan hati atau ketidakpuasan terhadap tubuh seseorang, termasuk didalamnya evaluasi nilai tentang hal tersebut.

5. Faktor yang mempengaruhi body image seseorang adalah fakor historis dan faktor pencetus. Faktor historis terdiri dari yang terdiri dari cultural socialization, interpersonal experiences, karakteristik fisik dan faktor kepribadian. Faktor pencetus mencakup kehidupan sehari – hari yang terjadi secara bersamaan dan berisi pengaruh yang cepat dan menetap terhadap perkembangan body image. Termasuk di dalamnya adalah dialog-dialog internal, emosi-emosi body image dan tindakan pengaturan diri (self regulatory action).


(3)

61

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil analisa dan pengolahan data 84 ibu – ibu yang mengikuti kegiatan senam di Sanggar Senam X dan Sanggar Senam Y kota Bandung beserta saran yang bernilai teoritis dan praktis.

5.1Simpulan Penelitian

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai body image yang dimiliki oleh ibu – ibu muda yang mengikuti kegiatan senam di Sanggar Senam X dan Sanggar Senam Y kota Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar ibu ibu yang mengikuti senam memiliki body image yang tergolong negatif.

2. Body image yang negatif lebih banyak berkaitan dengan dimensi body evaluation.

3. Semakin lama usia pernikahan ibu – ibu , akan menentukan body image yang dimilikinya.

4. Ibu – ibu yang memiliki 1 anak memiliki body image yang lebih negatif daripada ibu yang mempunyai 2 anak.

5. Sebagian besar ibu – ibu yang mengikuti senam berkaitan dengan faktor culture socialization.


(4)

5.2Saran Penelitian 5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh usia pernikahan terhadap body image.

2. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian pada ibu – ibu yang memilih untuk berkarier dan mengurus keluarga, sehingga dapat diketahui seberapa besar pekerjaan mempengaruhi body image yang dimilikinya.

5.2.2 Saran Praktis

1. Ibu – ibu diberikan penyuluhan mengenai bagaimana menilai bentuk tubuh dengan cara yang realistis yaitu ibu dapat meimbang dan mengukur berat dan tinggi badan, dengan demikian mereka dapat lebih objektif menilai bentuk tubuhnya.

2. Ibu – ibu diajak untuk mengikuti seminar mengenai cara mendapat tubuh proporsional selain dari senam.

3. Diadakan konsultasi kesehatan dengan ahli gizi bagi para ibu yang mengikuti senam, supaya selain melakukan latihan juga diseimbangkan dengan pola hidup sehat.

4. Bagi pemilik sanggar senam, dapat menyediakan tenaga kesehatan agar peserta senam dapat mengkonsultasikan mengenai senam serta diet yang disesuaikan dengan kebutuhan ibu tersebut.


(5)

63

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Andi, Mappiere, Drs. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya. Usana Offset Printing

Arisman, MB, dr. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Cash, T. F. & Pruzinky, T. (Eds), 2002. Body Image : Hadbook of Theory, Research, and Clinical Practice. New York. Guilford Press

Nazir, Moh., 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Singarimbun, M. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Kesempatan Karir Sebagai Sekertaris bagi Wanita Indonesia. Diakses pada taggal 28 Oktober 2013, dari www.gajimu.com

Kriteria dan Persyaratan Menjadi Pramugari Domestik dan Internasional. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2013, dari http://sekolahpramugariindonesia.com

Syarat Menjadi Model Internasional. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2013, dari http://bukuplus.wordpress.com

Syarat – syarat Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Sales Promotion Girl/SPG. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2013, dari www.3rek.com

Ingin Seperti Boneka Barbie Gadis Ini 300 Kali Operasi Plastik. Diakses pada

tanggal 28 Oktober 2013, dari

http://www.regionaltimur.com/index.php/ingin-seperti-boneka-barbie-gadis-ini-300-kali-operasi-plastik/

5 Bahaya Olahraga Berlebihan. Diakses pada tanggal 11 September 2013, dari http://uniknya.com/2012/07/5-bahaya-olahraga-berlebihan/

Septiani, Clarissa Tania. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pria yang Mengikuti Aktifitas Fitness di Pusat Kebugaran “X” di kota Bandung