T1 352010011 BAB VIII

BAB VIII
KESIMPULAN

Bab terakhir dalam penelitian ini merupakan kesimpulan dari penelitian
yang dilakukan selama kurang lebih lima bulan, kemudian ditambah dengan
proses penulisan selama 2 bulan. Bab ini juga akan memberikan rekomendasi bagi
individu yang membacanya, sehingga penelitian ini dapat diperhitungkan untuk
direalisasikan atau bahkan untuk referensi bagi peneliti yang akan meneliti
berkaitan dengan politik, pemilu, atau suatu dialegtika yang terjadi pada individu,
kelompok dan lain sebagainya.

8.1 Kesimpulan

Penelitian yang berkaitan dengan proses pemilu 2014 ini telah
memperoleh kesimpulan. Kesimpulan diperoleh dari tujuan penelitian yang akan
dicapai yaitu, mendeskripsikan kesadaran politik perempuan marginal di Desa
Sarirejo, menjelaskan tindakan politik kritis perempuan marginal di Desa Sarirejo,
menganalisa dialegtika kesadaran politik dan tindakan politik kritis perempuan
marginal di Desa Sarirejo. Kesimpulan yang didapat adalah:
1. Melihat lokasi penelitian yang merupakan salah satu kawasan
lokalisasi yang berubah menjadi kawasan wisata karaoke di Kota

Salatiga, maka penelitian ini menjadi menarik. Karena melibatkan
aktor-aktor di daerah tersebut seperti pemandu karaoke (PK), pemilik
karaoke, penatua di daerah tersebut, dan lain-lain. Wilayah penelitian
tersebut mengaitkan antara modal yang dimiliki PK, arena yang
dimiliki PK serta habitus yang ada. Sehingga terbentuklah suatu
kesadaran politik, terutama pada saat pemilu berlangsung. Masyarakat
umum di Salatiga mengganggap individu yang bekerja sebagai PK
memiliki nilai yang rendah, status atau kasta yang paling rendah.
Pemikiran tersebut yang membuat para PK kurang antusias untuk
berpartisipasi aktif dalam pemilu. Semua itu disebabkan habitus antara

62

laki-laki dan perempuan tidak sama. Laki-laki memang lebih dahulu
memasuki dunia politik dibandingkan perempuan. Namun, perempuan
saat ini ingin merubah habitus tersebut. Sehingga perempuan diberikan
kesempatan dengan memberikan kuota 30 persen pada setiap partai.
2. Kesadaran yang dimiliki para PK sendiri terhadap pemilu menjadi
berkurang. Baik dalam berperan aktif maupun untuk mencari
informasinya, PK cenderung memilih untuk mengerjakan hal yang

bermanfaat secara langsung bagi mereka. Namun, kuota 30 persen bagi
perempuan belum terpenuhi secara non fisik, yaitu tujuan untuk
menyuarakan apa yang menjadi persoalan dan kebutuhan perempuan.
Itu dikarenakan modal yang dimiliki perempuan masih belum cukup,
modal yang dimaksudkan adalah modal pendidikan dan pengalaman.
Modal tersebut sebenarnya dapat mempengaruhi kesadaran individu.
Sehingga individu akan bertindak sesuai dengan pola kesadaran yang
sudah terbangun.
3. Sedangkan tindakan kritis yang dilakukan para PK adalah tidak
mengikuti pemilu saat pemilu berlangsung. Karena bagi mereka, siapa
pun calonnya yang terpilih maka proses kehidupan yang dijalani para
PK tidak berubah secara signifikan. Sedangkan bagi PK yang ikut
berpartisipasi, mereka hanya terbawa suasana pemilu. PK cenderung
ikut mencoblos-mencoblos saja tanpa memiliki makna tersirat dari
pemilu itu sendiri. Sehingga kebutuhan dan permasalahan yang mereka
hadapi tidak terselesaikan.
4. Kemudian kesimpulan yang terakhir adalah dialektika antara kesadaran
dan tindakan para PK cukup menarik. Karena disaat para PK sadar
bahwa pemilu itu penting untuk melakukan perubahan bagi negara,
mereka justru tidak ikut berperan aktif dalam pemilu tersebut.

Dialektika seperti inilah yang seharusnya lebih dikritisi oleh instansi
yang mengadakan pemilu selanjutnya. Sehingga dialektika antara
kesadaran dan tindakan jauh lebih berdinamika saat pemilu berikutnya.

63

Dinamika tersebut juga diharapkan berbeda dengan pemilu-pemilu
sebelumnya.

8.2

Rekomendasi

Setelah penelitian ini berakhir, maka peneliti memberikan rekomendasi
berupa rekomendasi konsep, rekomendsi metodologi, rekomendasi praktik. Dalam
rekomendasi konsep diharapkan bahwa penelitian yang berkaitan dengan pemilu
atau politik sebainya menggunakan teori sosiologi milik Pierre Bourdieu yaitu
(Habitus x Modal) + Ranah = Praktik, dan juga teori feminisme.
Sedangkan rekomendasi metodologi sebaiknya menggunakan paradigma
kritis ditambah dengan pendekatan feminisme juga. Pendekatan feminisme dirasa

sangat perlu digunakan dalam sebuah penelitian atau membuat suatu kebijakan
yaitu supaya setiap individu dapat berlaku adil dan dapat memiliki rasa toleransi
yang tinggi kepada individu yang lain. Kemudian rekomendasi praktiknya adalah
pemerintah dapat melakukan pendekatan kelompok atau personal kepada
perempuan untuk mengetahui lebih banyak tentang persoalan dan kebutuhan
perempuan, khususnya perempuan PK. Partai politik atau instansi yang lain
sebaiknya juga memberikan pendidikan politik bagi semua kalangan masyarakat
tidak terkecuali pemandu karaoke.

64