T1__BAB VIII Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Aktor Pangadangu Mahamu dalam Upaya Adat Kematian di Desa Ramukabupaten Sumba Timur T1 BAB VIII

BAB VIII
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan akhir dari serangkaian penulisan, dengan
demikian muatan pokok bab ini adalah kesimpulan dan saran.
8.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Peran Aktor

Pangadangu Mahamu Dalam Upaya Penyederhanaan Adat Kematian di Desa
Ramuk, Kabupaten Sumba Timur”, kesimpulan yang diperoleh adalah :
1. Praktek upacara adat kematian yang dilakukan masyarakat Sumba Timur
memiliki dua maksud yaitu Pertama , orang yang percaya marapu
melakukan upacara adat kematian sebagai bentuk penghargaan terhadap
leluhur Marapu. Orang marapu percaya bahwa arwah orang yang
meninggal (leluhur) dapat melindungi dan menolong mereka dalam
berkebun, beternak maupun berinteraksi. Untuk itu melalui ritual upacara
adat kematian bagi mereka sangat menentukan perjalanan orang yang
meninggal ke alam baka (parai marapu) sehingga dilakukan dengan baik
dan penuh pengorbanan melalui prosesi adat kematian. Kedua , orang
Sumba Timur yang sudah beragama Kristen melihat upacara adat kematian

sebagai warisan budaya. Kuatnya hubungan sosial kekerabatan yang di
ekspresikan melalui upacara adat kematian yaitu adanya sikap saling
menghormati dan menghargai satu sama lain sehingga semua pihak yang
terkait harus berpartisipasi dalam menguburkan orang mati. Pengetahuan
tentang sejarah, makna dan prosesi tata cara adat kematian membentuk
karangka pikir masyarakat untuk tetap melakukan praktek upacara adat
kematian.
2. Reproduksi habitus penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk,
Kabupaten Sumba Timur didasarkan karena kemampuan aktor dalam
mengolah dan mereproduksi habitus adat kematian yaitu pengetahuan
tentang sejarah dan makna adat kematian. Kemampuan yang dimiliki
aktor-aktor antara lain; a) aktor melihat dampak dan pergeseran nilai dalam
adat kematian seperti dampak ekonomi, kabamata (prestice sosial) dan

96

dualisme agama b) membentuk forum sebagai solusi penyederhanaan adat
kematian c) aktor melakukan reproduksi ulang adat kematian dan
menciptakan penyederhanaan adat kematian.
3. Peran aktor Pangadangu Mahamu dalam upaya praktek penyederhanaan

adat kematian yaitu aktor melakukan reproduksi habitus dan membentuk
forum untuk melakukan pendekatan di masyarakat. Aktor (forum)
melakukan pendekatan melalui beberapa tahap antara lain; tahap
pendekatan kabihu, pendekatan sosialisasi dan deklarasi penyederhanaan
adat kematian. Upaya penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk
merupakan praktek sosial aktor yaitu melalui kemampuan aktor dalam
mengolah habitus dan modal maka membentuk forum sebagai praksis
aktor. Praktek sosial aktor mengupayakan penyederhanaan adat kematian
di Desa Ramuk, Kabupaten Sumba Timur. Forum Adat Pangadangu
Mahamu sebagai wadah masyarakat sudah menjalankan perannya yaitu
Desa Ramuk telah menerapkan penyederhanaan adat kematian.
8.2 Saran
Saran dalam bagian akhir penulisan karya ilmiah ini didasarkan pada
temuan selama melakukan penelitian dan saran ini ditujukan kepada beberapa pihak
diantaranya: 1) Bagi Pemerintah Daerah Sumba Timur. Pertama,

pemerintah

daerah harus memberi bantuan dan dukungan kepada Forum Peduli Adat
Pangadangu Mahamu untuk melakukan sosialisasi dan deklarasi penyederhanaan

adat kematian, karena dalam penelitian ditemukan bahwa kendala mendasar forum
dalam melakukan sosialisasi dan deklarasi adalah dana. Saran kepada pemerintah
untuk lebih melakukan pendekatan secara cultural pada masyarakat. Keberhasilan
penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk memiliki nilai yang baik sebagai
salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi kemiskinan. 2) Bagi
masyarakat, melalui penelitian ini menjadi masukan kepada masyarakat untuk
melihat ulang pelaksanaan adat kematian karena dalam penelitian di temukan
bahwa : a) adat kematian terjadi pergeseran nilai dan makna untuk itu di sarankan
untuk tidak menggunakan budaya dalam kepentingan prestice karena berdampak

97

pada ekonomi. b) seharusnya masyarakat menjalankan adat kematian secara
sederhana sesuai dengan kemampuan ekonomi. 3) Bagi forum dan lembaga WVI,
melalui penelitian ini disarankan untuk: a) pendekatan lagi dengan pihak
pemerintah daerah sehingga dengan partisipasi pemerintah daerah menjadi kekuatan
forum dalam upaya penyederhanaan adat kematian b) pendekatan lagi dengan
tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan
dan tokoh pemerintah desa c) lembaga WVI harus menambah program di desa
terutama tentang pendidikan anak untuk saran memperkuat lagi program

“manabung untuk anak” di desa seperti yang dilakukan saat ini. 4) bagi peneliti
selanjutnya dapat melakukan kajian mengenai: a) Kepentingan aktor dalam forum
penyederhanaan adat kematian di Sumba Timur. b) Peran pemerintah daerah Sumba
Timur dalam mendukung penyederhanaan adat kematian. Hal ini dikarenakan
belum adanya perda yang mengatur tentang penyederhanaan adat kematian. 3)
melakukan evaluasi program “gerakan menabung untuk anak” yang dilakukan oleh
WVI di Sumba Timur.

98