Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Politik Pemiluyang Dilakukan Perempuan Marginal : Studi Kasus Pemandu Karaoke di Desa Sarirejo Kota Salatiga T1 352010011 BAB IV

(1)

BAB IV

PEREMPUAN PEMANDU KARAOKE

Bab empat akan lebih dibahas mengenai asal usul Sarirejo dan aktor yang ada di dalam Sarirejo. Sarirejo sendiri bagi warga kota Salatiga dan sekitarnya lebih di kenal dengan nama Sembir. Sebenarnya nama Sembir dapat muncul karena pengertian warga sekitar saat membedakan daerah Sarirejo dan daerah Sembir. Pada bab empat akan dibahas juga aktor-aktor yang berperan di dalamnya dan yang berperan penting di dalam penelitian yaitu pemandu karaoke (PK). Pemandu karaoke dipilih menjadi key study karena mayoritas pemandu karaoke di Sarirejo adalah perempuan, kemudian bab empat akan berfokus pada modal apa saja yang dimiliki perempuan sebagai pemandu karaoke. Kemudian peneliti akan menjelaskan habitus seperti apa yang dibangun oleh aktor-aktor yang berpengaruh di Sarirejo termasuk pemandu karaoke.

4.1 Kilas Balik Sarirejo

Sarirejo merupakan salah satu desa yang ada di kota Salatiga provinsi Jawa Tengah. Secara juridisformal, kota Salatiga terbentuk sejak diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota-Kota Kecil dalam lingkungan propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1992 tentang perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Indonesia Nomor 3500).

Secara astronomi terletak antara 110.27’.56,81” - 110.32’.4,64” Bujur Timur dan terletak di antara 007.17’ dan 007.17’.23” Lintang Selatan, secara morfologis berada di daerah cekungan, kaki gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan Payung Rong, secara administrasi dikelilingi wilayah kabupaten Semarang antara lain :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watuagung);


(2)

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono dan Desa Jetak) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karangduren);

3. Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten dan Desa Gedangan) dan Kecamatan Getasan (Desa Polobogo);

4. Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-Ujung, Desa Sukoharjo dan Desa Glawan) dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal Waton dan Desa Nyamat).

Kota Salatiga merupakan perlintasa dua kota besar di Jawa Tengah, yaitu Semarang dan Surakarta. Kota Salatiga juga perlintasan dari Jawa Timur ke Semarang dan Jawa Barat sehingga transportasi darat melalui Salatiga cukup ramai. Salatiga berjarak 100 km dari Yogyakarta, 57 km dari Semarang, dan 53 km dari Surakarta, serta secara administratif kota Salatiga mempunyai 4 kecamatan dan 22 kelurahan, dengan jumlah RT sebanyak 1.044 dan RW sebanyak 199 padaa tahun 2010.

Tabel 4.1. menyajikan data tentang luas wilayah kota Salatiga menurut kecamatan dan keluahan.

Tabel 4.1.

Luas Wilayah Kota Salatiga

Menurut Kecamatan dan Kelurahan Tahun 2010 No. WILAYAH

LUAS JUMLAH

(ha) % RW RT

1 KECAMATAN SIDOREJO

Kelurahan Blotongan Kelurahan Sidorejo Lor Kelurahan Salatiga Kelurahan Bugel

Kelurahan Kauman Kidul Kelurahan Pulutan

1.623,72

423,80 271,60 202,00 294,37 195,85 237,10

28,61 59

15 14 12 6 7 5

297

70 87 78 20 23 19


(3)

2 KECAMATAN TINGKIR

Kelurahan Kutowinangun Kelurahan Gendongan Kelurahan Kalibening Kelurahan Sidorejo Kidul Kelurahan Tingkir Lor Kelurahan Tingkir Tengah

1.054,85 293,75 68,90 99,59 277,50 177,30 137,80 18,58 48 41 5 3 8 8 10 279 151 37 9 28 23 31

3 KECAMATAN

ARGOMULYO Kelurahan Noborejo Kelurahan Ledok Kelurahan Tegalrejo Kelurahan Kumpulrejo Kelurahan Randuacir Kelurahan Cebongan 1.852,69 332,20 187,33 188,43 629,03 377,60 138,10 32,63 56 10 13 9 10 8 6 251 35 63 55 42 34 22

4 KECAMAN SIDOMUKTI

Kelurahan Kecandran Kelurahan Dukuh Kelurahan mangunsari Kelurahan Kalicacing 1.145,85 399,20 377,15 290,77 78,73 20,18 36 6 9 14 7 217 23 68 87 39

JUMLAH 5,678,11 100,00 199 1,044

Sumber : Salatiga Dalam Angka 2010

Kota Salatiga merupakan salah satu kota yang berhawa cukup sejuk, hal ini karena secara geomorfologi wilayah kota Salatiga berada di daerah kaki gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan Payung Rong, dengan ketinggian wilayah berada di kisaran 450-825 meter di atas permukaan laut. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat Salatiga nyaman sebagai daerah tujuan wisata lokal dan memiliki potensi yang sangat strategis untuk berperan sebagai kota transit, kota pendidikn dan pusat pengumpulan serta pengolahan produksi pertanian dari kabupaten di sekitarnya.


(4)

Sebenarnya tujuan penataan ruang kota Salatiga adalah mewujudkan kota Salatiga sebagai pusat pendidikan dan olahraga di kawasan Kendal-Ungaran-Semarang-Salatiga-Purwodadi (Kedungsapur) yang berkelanjutan di dukung sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga tahun 2010-2030.

Sedangkan kelurahan Sidorejo Lor di Kecamatan Sidorejo sendiri yang merupakan letak desa Sarirejo menjadi sub pusat pelayanan kota. Sub pusat ini terbagi menjadi beberapa tempat salah satunya tadi kelurahan Sidorejo Lor dan yang lain kelurahan Mangunsari di kecamatan Sidomukti, kelurahan Randuacir di kecamatan Argomulyo dan kelurahan Sidorejo Kidul di kecamatan Tingkir. Kemudian kelurahan Sidorejo Lor di kecamatan Sidorejo dijadikan sebagai pusat pengembangan pendidikan tinggi dan pariwisata. Salah satu pariwisata di kelurahan Sidorejo Lor berada di desa Sarirejo, yaitu tempat wisata karaoke.

Saat ini memang di Sarirejo menjadi salah satu tempat pariwisata di kota Salatiga yang bergerak di bidang hiburan karaoke. Sarirejo sendiri lebih dikenal banyak orang dengan nama Sembir. Itu karena Sembir nama sebuah desa yang ada di sebelah desa Sarirejo. Sembir sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti tepi atau pinggir1. Sehingga Sarirejo lebih dikenal banyak orang dengan sebutan Sembir.

Pada awalnya Sarirejo merupakan salah satu tempat lokalisasi di Jawa Tengah khususnya kota Salatiga. Salah satu tokoh yang terkenal di Sarirejo adalah Pak Samad. Beliau adalah pionir pendiri tempat lokalisasi di Sarirejo. Tidak begitu diketahui asal-usul pendiri Sarirejo tersebut, akan tetapi namanya cukup melegenda bagi kalangan orang-orang dewasa di kota Salatiga khususnya pria dewasa2. Akan tetapi seiring berkembangnya jaman, Sarirejo berubah konsep menjadi tempat wisata karaoke. Perubahan konsep tersebut disebabkan karena pemerintah akan menata kembali wilayah Sarirejo menjadi tempat wisata yang lebih baik. Salah satu aktivis di Sarirejo yang bergerak bersama LSM Tegar di

1

http://kbbi.web.id/sembir

2

http://inisalatiga.wordpress.com/2010/11/19/pak-samad-the-legend/


(5)

bidang kesehatan juga mengatakan hal mengenai perubahan konsep tersebut, yaitu Alfred Lehurliana:

“Sebenarnya itu masih digodog3 dari pemerintah daerah dan dinas pariwisata mbak. Apakah nantinya Sarirejo tetap menjadi lokalisasi, atau ditutup atau justru berubah menjadi tempat wisata karaoke. Nah, keputusannya bulan Oktober. Tapi warga sendiri sudah membiasakan diri dengan merubah daerah mereka menjadi kawasan wisata karaoke, namun tidak menutup kemungkinan masih dilakukan sistem lokalisasi tadi, hanya saja ditutupi dengan tempat karaoke itu”.

Berubahnya konsep penataan ruang Sarirejo yang dulunya tempat lokalisasi berubah menjadi tempat wisata karaoke sebenarnya masih menjadi perdebatan di kalangan pemerintah.Namun, bagi warga Sarirejo sendiri mereka sudah mengantisipasi keadaan tersebut dengan merubah menjadi tempat lokalisasi tersebut secara terselubung, yaitu dengan dalih tempat wisata karaoke.

Sedangkan jumlah penduduk di Sidorejo Lor sendiri berjumlah 14.281 jiwa dengan luas kelurahan 2.716 km2, kepadatan per km2 5.2584. Mayoritas penduduk RW 09, desa Sarirejo, kelurahan Sidorejo Lor merupakan pendatang yang bertujuan untuk bekerja di Sarirejo dan kebanyakan perempuan. Sebelum Sarirejo berubah konsep menjadi kawasan wisata karaoke dan masih menjadi tempat lokalisasi, perempuan-perempuan yang merupakan pendatang ini bekerja untuk menjajakan tubuhnya kepada pelanggan. Mereka juga disebut sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), akan tetapi semenjak berubah konsep PSK ini tidak mau lagi disebut PSK, mereka lebih memilih disebut Pemandu Karaoke (PK).

Atas dasar anggaran kebutuhan yang semakin meningkat, akhirnya para PK ini memilih bekerja di Sarirejo sebagai pemandu karaoke. Konstruksi yang dibangun oleh kapitalisme kepada kaum hawa dapat dikatakan sangat sukses.

3

Istilah bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia matang

4

Sumber: Sensus Penduduk 2010, BPS Salatiga


(6)

Perempuan-perempuan berlomba-lomba untuk bisa memenuhi kebutuhannya menjadi wanita yang cantik. Dalam konsep kapitalis, perempuan yang cantik digambarkan kurus, tinggi, kulit putih, rambut panjang lurus. Seperti pada tahun 1990-an bahwa tubuh ideal adalah tubuh muda kurus semampai, yang terpersonifikasi dalam model Kate Moss. Materialisme dan kekuatan berpakaian masyarakat kelas atas-yang gemerlap dan kompetitif tahun 80-an-dibuang dalam lingkungan ‘kemurnian’ awal 90-an. (Carson, 2010:148-149).

Para PK berpikir bahwa jika mereka ingin memenuhi kebutuhan mereka pribadi yang memerlukan pengeluaran yang tidak sedikit mereka harus bekerja lebih keras lagi. Sehingga tidak menutup kemungkinan kalau PK-PK selain menjadi pemandu karaoke, mereka juga masih melayani jasa berhubungan seksual untuk para pelanggannya. Seperti yang diungkapkan salah seorang PK bahwa dia bekerja tidak hanya menjadi pemandu karaoke, tapi mereka juga mendapatkan perlakuan yang tidak sopan dari para pelanggannya:

“Kebetulan mbak. Saya pikir cafe yang hanya buat minum saja. Gak taunya cafe plus-plus. Itu pun saya dan teman saya dijebak dengan orang yang sama. Kebetulan mbak. Ya kadang ada laki-laki yang mau pegang-pegang tubuh kita gitu mbak. Makannya aku juga ngerasa kecewa. Habis butuh uangnya buat biaya kuliah sih mbak.”

Dalam hal ini, perempuan di nomor duakan. Sehingga informasi-informasi penting seputar pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dana keahlian perempuan pun menjadi diabaikan. Karena kenyataannya tidak semua pelanggan hanya mau di temani bernyanyi saja. Terkadang pelanggan juga meminta untuk berhubungan seksual dengan para PK. Karena biaya kebutuhan yang semakin meningkat juga serta pendidikan dan bekal keahlian yang kurang juga membuat perempuan-perempuan PK tersebut bekerja di Sarirejo.


(7)

4.2 Modal Yang Menjadi Habitus Perempuan Sarirejo

Mayoritas perempuan PK yang ada di Sarirejo adalah seorang pendatang. Sebenarnya modal apa yang diperlukan perempuan untuk bekerja sebagai PK? Sehingga perempuan-perempuan berbondong-bondong untuk bekerja di luar daerah tempat tinggal mereka, yang hanya bekerja sebagai pemandu karaoke.

“Magelang. Saya di sini tinggal di mess mbak. Tempatnya di belakang saya kerja. Di belakang karaoke aora situ mbak.” (Lilis, 20th)

“Kalau saya udah hampir satu tahun mbak. Saya di sini ngekos mbak. Di amazone karaoke itu mbak kerja saya, nah tempat tinggal saya di dekat situ. Semarang mbak.” (Aya, 21th)

Meskipun antara PK satu dengan PK yang lain memiliki latar belakang asal tempat tinggal yang berbeda-beda namun mereka dapat menjadi partner5 dalam bekerja, mereka juga cepat dalam hal berinteraksi antara satu dengan yang lain. Dalam proses interaksi dengan pihak luar itu, terbentuklah ranah, jaringan relasi posisi-posisi objektif.

Ranah sendiri merupakan metafora yang digunakan Bourdieu untuk menggambarkan kondisi masyarakat yang terstruktur dan dinamis dengan daya-daya yang dikandungnya. Dasar metaforaa itu dijelaskan oleh Bourdieu dalam wawancara pribadi dengan Cheleen Mahar (1985) sebagai berikut:

Untuk memberikan gambaran kepada Anda, kita dapat membayangkan masyarakat sebagai semacam sistem ranah, sehingga Anda harus berpikir dari sudut pandang sebuah sistem dan relasi-relasi. Sistem ranah (yang terdapat dalam ruang sosial) hampir dapat dibayangkan, secara sederhana, sebagai sebuah sistem planet, karena ruang sosial benar-benar merupakan suatu ranah integral. Setiap ranah memiliki struktur dan daya-dayanya

5

Rekan kerja dalam bahasa Inggris.


(8)

sendiri, serta ditempatkan dalam suatu ranah yang lebih besar yang juga memiliki kekuatan, strukturnya sendiri dan seterusnya. Seiring perkembangannya, sistem ranah merangkai sebuah ranah yanga lebih besar.

Ranah mengisi ruang sosial. Istilah ruang sosial mengacu pada keseluruhan konsepsi tentang dunia sosial. Ruang sosial sendiri disini adalah RW 09 desa Sarirejo kota Salatiga. Konsep ini menganalogikan realitas sosial sebagai sebuah ruang dan pemahamannya menggunakan pendekatan topologi. Dalam hal ini, ruang sosial dapat dikonsepsi sebagai terdiri dari beragam ranah memiliki sejumlah hubungan terhadap satu sama lainnya, serta sejumlah titik kontak. Ruang sosial individu dikaitkan melalui waktu (trajektori kehidupan) dengan serangkaian

ranah tempat orang-orang berebut berbagai bentuk modal6.

Modal pengalaman kerja yang dimiliki setiap PK juga merupakan salah satu alasan kalau perempuan memilih bekerja sebagai PK dibanding buruh. Bahkan perempuan yang tingkat pendidikannya rendah, mereka hanya mempunyai kesempatan bekerja bermodalkan tubuhnya. Tubuh bagi seorang PK merupakan alat mereka untuk berpolitik. Politik yang dimaksudkan disini adalah untuk mencari keuntungan bagi PK sendiri. Tingkat pendidikan PK yang rendah menuntut perempuan-perempuan ini akhirnya menggunakan tubuhnya sebagai modal untuk mendapatkan keuntungan. Menurut salah satu PK bernama Nia yang berasal dari Purwokerto, yang pada zaman sekarang dapat dikatakan tingkat pendidikannya rendah:

“SMP mbak.”

“Karena saya dari keluarga kurang mampu, jadi saya mau cari kerja untuk memenuhi kebutuhan saya. Dulu sih saya kerja di toko pakaian di Purwokerto. Tapi karena saya dikasih tau kerja disini enak dan gak susah ya sudah saya kerja disini. Baru dua tahun sih mbak.”

6

Mahar, Cheleen. 2009. “(HabitusxModal)+Ranah=Praktik”. Yogyakarta: Jalasutra


(9)

Selain modal pengalaman, pendidikan dan status, maka modal tubuh juga digunakan para pemandu karaoke untuk melancarkan pekerjaannya. Seperti yang dialami salah seorang pemandu karaoke berikut:

“Saya pikir cafe yang hanya buat minum saja. Gak taunya cafe plus-plus. Itu pun saya dan teman saya dijebak dengan orang yang sama. Kebetulan mbak. Ya kadang ada laki-laki yang mau pegang-pegang tubuh kita gitu mbak. Makannya aku juga ngerasa kecewa. Habis butuh uangnya buat biaya kuliah sih mbak.”

Dalam ruang sosial ini, individu dengan habitus-nya berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial yang menghasilkan tindakan-tindakan sesuai dengan ranah dan modal yang dimilikinya. Maka dengan keadaan Sarirejo yang dahulunya tempat lokalisasi, kemudian sekarang berubah konsep menjadi tempat wisata karaoke belum lama ini, habitus yang dimiliki masyarakatanya atau setiap aktor yang ada di Sarirejo belum berubah. Sehingga bagi PK,modal tubuhlah yang seharusnya mereka pakai untuk bekerja. Para PK akhirnya menggunakan upah kerjanya untuk mempercantik tubuhnya agar para PK dapat bersaing di ranah yang tersedia.

“Kalau saya sebulan bisa lebih mbak, soalnya saya juga mesti beli make up. Itu make up saya setiap bulan beli lho mbak, apa lagi saya pakainya merek ines. Jadi memang mahal. Ya paling gak sebulan dua juta.”

Sedangkan menurut Ibid:

Modal simbolik – suatu bentuk modal ekonomi fisikal yang telah mengalami transformasi dan, karenanya, telah tersamarkan – menghasilkan efeknya yang tepat sepanjang, dan hanya hanya sepanjang, menyembunyikan fakta bahwa ia tampil dalam bentuk-bentuk modal ‘material’ yang adalah, pada hakikatnya, sumber efek-efeknya juga.


(10)

(Ibid.: 183)

Kekuasaan sistem simbolik dan dominasi yang diimplikasikan sistem tersebut pada konstruksi realitas, memiliki arti yang sangat penting dalam karya Bourdieu. Baginya bentuk-bentuk simbolik, seperti bahasa, kode-kode pakaian, dan postur tubuh, merupakan hal penting, bukan hanya untuk memahami fungsi kognitif simbol-simbol. Kemudian suatu modal ekonomi serta modal tubuh yang dimiliki pemandu karaoke mulai dipakai, maka akan membentuk suatu modal simbolik juga. Pada kenyataannya seorang pemandu karaoke memang membutuhkan modal utama mereka untuk bekerja yaitu tubuhnya.

Sehingga, bagi Bourdieu, definisi modal ini sangat luas dan mencakup hal-hal material (yang dapat memiliki nilai simbolik) dan berbagai atribut ‘yang tak tersentuh’, namun memiliki signifikansi secara kultural, misalnya prestise, status, dan otoritas (yang dirujuk sebagai modal simbolik), serta modal budaya (yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi) (Bourdieu, 1986a). Modal budaya dapat mencakup rentangan luas properti, seperti seni, pendidikan dan bentuk-bentuk bahasa. Modal budaya juga dimiliki setiap individu termasuk perempuan PK. Bahwa, para PK menggunakan media massa untuk mengakses berita-berita atau informasi yang sedang marak diperbincangkan. Berbagai macam bentuk informasi yang dikemas sedemikian rupa, sehingga para PK dapat memperoleh berita seputar pemilu juga. Seperti yang diungkapkan perempuan PK yang ada di Sarirejo:

“Walah, boro-boro dikasih tahu mbak. Bahas soal pemilu aja tidak. Kemarin itu malah bahas soal kita yang harus libur pas pemilu, jadi kita rugi. Karena tidak dapat penghasilan sehari. Ya paling saya tahu kabar soal pemilu itu dari TV atau baca berita di internet mbak.” (Ami, 25th)

Tahun 2014 bagi negara Indonesia merupakan tahun politik. Tahun 2014 juga dilaksanakan pemilihan umum (pemilu). Pemilu sendiri dirayakan oleh semua warga Indonesia tanpa terkecuali perempuan PK. Habitus yang terbentuk pada


(11)

masyarakat terpinggirkan seperti PK, akhirnya berpengaruh pada keputusan yang diambil. Kebiasaan yang dilakukan masyarakat terpinggirkan dipicu dari modal yang dimilikinya tidak sama dengan masyarakat yang terpandang. Seperti para PK yang hanya memiliki modal tubuh serta modal budaya yang terbatas seperti pendidikan.

“Kemarin itu saya gak7 dapat pendidikan politik itu mbak. Dan saya juga gak ada usaha apa-apa. Karena saya juga gak tertarik soal politik. Lagian malas mbak kalau terlalu mikirin kayak gituan.”

Pemilu sendiri memiliki beberapa tahapan atau proses salah satunya adalah pendidikan politik yang diberikan kepada semua warga Indonesia seputar pemilu. Meskipun tingkat pendidikan perempuan PK mayoritas hanya sampai sekolah menengah pertama (SMP), tetapi dengan perkembangan gadget yang semakin maju di era modern ini, maka tidak memungkiri bahwa setiap individu pasti bisa mendapatkan informasi dari televisi, handphone, komputer, radio dan lain sebagainya mengenai berita pemilu. Sehingga modal budaya di era modern ini dalam bidang pendidikan, memiliki berbagai macam pilihan sarana untuk memperoleh informasi atau pengetahuan.

Namun bagi perempuan yang memiliki modal khususnya modal ekonomi dan modal simbolik yang cukup kuat, maka perempuan tersebut tidak hanya mampu mendapatkan pekerjaan yang status sosialnya tinggi dari pada PK, tetapi mereka juga mampu mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. Dalam hal ini, perempuan yang menjadi seorang calon legislatif (caleg) harus memiliki kedua modal tersebut agar mereka mampu bertahan di dunia politik. Kemudian hasil wawancara dari peneliti lain menyebutkan bahwa sejak keputusan Mahkamah Konstitusi melegalkan sistem baru, para caleg perempuan mengikuti instruksi partainya untuk bekerjasama dengan koleganya laki-laki di setiap dapil untuk memastikan kemenangan kursi bagi partainya, bukan untuk individu. Sejak keputusan itu diterapkan pada awal 2009, kompetisi bebas antar caleg tidak bisa

7

Dalam bahasa Indonesia artinya tidak


(12)

40

dihindari. Maka bagi kandidat yang bertarung dalam dua pemilu, perubahan sistem tersebut diakui oleh mereka telah menyulitkan untuk memenangkan kursi, terutama makin mahalnya pengeluaran biaya kampanye. Bagi Bourdieu, modal berperan sebagai sebuah relasi sosial yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaran, dan istilah ini diperluas ‘pada segala bentuk barang-baik materil maupun simbol, tanpa perbedaan-yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu yang jarang dan layak untuk dicari dalam sebuah formasi sosial tertentu’ (1977: 178). Seperti yang disampaikan oleh Eva berikut ini:

“Pengalaman saya di tahun 2004 lebih mudah dibandingkan tahun 2009. [di tahun 2004] saya adalah anggota baru. Karena adanya peringkat dalam nomor, maka biaya politiknya sangat rendah. Saat itu, kami [berada di nomor urut atas] bertemu untuk [menentukan] Eva ambil [dapil] ini dan Pramono [salah satu elite PDIP] ambil daerah lainnya. Orientasi kami adalah memperoleh suara. Saya menghabiskan Rp. 225 juta, dimana RP.75 juta saya serahkan kepada partai dan sisanya saya pergunakan untuk kampanye saya. Saya mendapat 36.000 suara.”


(1)

4.2 Modal Yang Menjadi Habitus Perempuan Sarirejo

Mayoritas perempuan PK yang ada di Sarirejo adalah seorang pendatang. Sebenarnya modal apa yang diperlukan perempuan untuk bekerja sebagai PK? Sehingga perempuan-perempuan berbondong-bondong untuk bekerja di luar daerah tempat tinggal mereka, yang hanya bekerja sebagai pemandu karaoke.

“Magelang. Saya di sini tinggal di mess mbak. Tempatnya di belakang saya kerja. Di belakang karaoke aora situ mbak.” (Lilis, 20th)

“Kalau saya udah hampir satu tahun mbak. Saya di sini ngekos mbak. Di amazone karaoke itu mbak kerja saya, nah tempat tinggal saya di dekat situ. Semarang mbak.” (Aya, 21th)

Meskipun antara PK satu dengan PK yang lain memiliki latar belakang asal tempat tinggal yang berbeda-beda namun mereka dapat menjadi partner5 dalam bekerja, mereka juga cepat dalam hal berinteraksi antara satu dengan yang lain. Dalam proses interaksi dengan pihak luar itu, terbentuklah ranah, jaringan relasi posisi-posisi objektif.

Ranah sendiri merupakan metafora yang digunakan Bourdieu untuk menggambarkan kondisi masyarakat yang terstruktur dan dinamis dengan daya-daya yang dikandungnya. Dasar metaforaa itu dijelaskan oleh Bourdieu dalam wawancara pribadi dengan Cheleen Mahar (1985) sebagai berikut:

Untuk memberikan gambaran kepada Anda, kita dapat membayangkan masyarakat sebagai semacam sistem ranah, sehingga Anda harus berpikir dari sudut pandang sebuah sistem dan relasi-relasi. Sistem ranah (yang terdapat dalam ruang sosial) hampir dapat dibayangkan, secara sederhana, sebagai sebuah sistem planet, karena ruang sosial benar-benar merupakan suatu ranah integral. Setiap ranah memiliki struktur dan daya-dayanya

5

Rekan kerja dalam bahasa Inggris.


(2)

sendiri, serta ditempatkan dalam suatu ranah yang lebih besar yang juga memiliki kekuatan, strukturnya sendiri dan seterusnya. Seiring perkembangannya, sistem ranah merangkai sebuah ranah yanga lebih besar.

Ranah mengisi ruang sosial. Istilah ruang sosial mengacu pada keseluruhan konsepsi tentang dunia sosial. Ruang sosial sendiri disini adalah RW 09 desa Sarirejo kota Salatiga. Konsep ini menganalogikan realitas sosial sebagai sebuah ruang dan pemahamannya menggunakan pendekatan topologi. Dalam hal ini, ruang sosial dapat dikonsepsi sebagai terdiri dari beragam ranah memiliki sejumlah hubungan terhadap satu sama lainnya, serta sejumlah titik kontak. Ruang sosial individu dikaitkan melalui waktu (trajektori kehidupan) dengan serangkaian

ranah tempat orang-orang berebut berbagai bentuk modal6.

Modal pengalaman kerja yang dimiliki setiap PK juga merupakan salah satu alasan kalau perempuan memilih bekerja sebagai PK dibanding buruh. Bahkan perempuan yang tingkat pendidikannya rendah, mereka hanya mempunyai kesempatan bekerja bermodalkan tubuhnya. Tubuh bagi seorang PK merupakan alat mereka untuk berpolitik. Politik yang dimaksudkan disini adalah untuk mencari keuntungan bagi PK sendiri. Tingkat pendidikan PK yang rendah menuntut perempuan-perempuan ini akhirnya menggunakan tubuhnya sebagai modal untuk mendapatkan keuntungan. Menurut salah satu PK bernama Nia yang berasal dari Purwokerto, yang pada zaman sekarang dapat dikatakan tingkat pendidikannya rendah:

“SMP mbak.”

“Karena saya dari keluarga kurang mampu, jadi saya mau cari kerja untuk memenuhi kebutuhan saya. Dulu sih saya kerja di toko pakaian di Purwokerto. Tapi karena saya dikasih tau kerja disini enak dan gak susah ya sudah saya kerja disini. Baru dua tahun sih mbak.”

6

Mahar, Cheleen. 2009. “(HabitusxModal)+Ranah=Praktik”. Yogyakarta: Jalasutra


(3)

Selain modal pengalaman, pendidikan dan status, maka modal tubuh juga digunakan para pemandu karaoke untuk melancarkan pekerjaannya. Seperti yang dialami salah seorang pemandu karaoke berikut:

“Saya pikir cafe yang hanya buat minum saja. Gak taunya cafe plus-plus. Itu pun saya dan teman saya dijebak dengan orang yang sama. Kebetulan mbak. Ya kadang ada laki-laki yang mau pegang-pegang tubuh kita gitu mbak. Makannya aku juga ngerasa kecewa. Habis butuh uangnya buat biaya kuliah sih mbak.”

Dalam ruang sosial ini, individu dengan habitus-nya berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial yang menghasilkan tindakan-tindakan sesuai dengan ranah dan modal yang dimilikinya. Maka dengan keadaan Sarirejo yang dahulunya tempat lokalisasi, kemudian sekarang berubah konsep menjadi tempat wisata karaoke belum lama ini, habitus yang dimiliki masyarakatanya atau setiap aktor yang ada di Sarirejo belum berubah. Sehingga bagi PK,modal

tubuhlah yang seharusnya mereka pakai untuk bekerja. Para PK akhirnya menggunakan upah kerjanya untuk mempercantik tubuhnya agar para PK dapat bersaing di ranah yang tersedia.

“Kalau saya sebulan bisa lebih mbak, soalnya saya juga mesti beli make up. Itu make up saya setiap bulan beli lho mbak, apa lagi saya pakainya merek ines. Jadi memang mahal. Ya paling gak sebulan dua juta.”

Sedangkan menurut Ibid:

Modal simbolik – suatu bentuk modal ekonomi fisikal yang telah mengalami transformasi dan, karenanya, telah tersamarkan – menghasilkan efeknya yang tepat sepanjang, dan hanya hanya sepanjang, menyembunyikan fakta bahwa ia tampil dalam bentuk-bentuk modal ‘material’ yang adalah, pada hakikatnya, sumber efek-efeknya juga.


(4)

(Ibid.: 183)

Kekuasaan sistem simbolik dan dominasi yang diimplikasikan sistem tersebut pada konstruksi realitas, memiliki arti yang sangat penting dalam karya Bourdieu. Baginya bentuk-bentuk simbolik, seperti bahasa, kode-kode pakaian, dan postur tubuh, merupakan hal penting, bukan hanya untuk memahami fungsi kognitif simbol-simbol. Kemudian suatu modal ekonomi serta modal tubuh yang dimiliki pemandu karaoke mulai dipakai, maka akan membentuk suatu modal simbolik juga. Pada kenyataannya seorang pemandu karaoke memang membutuhkan modal utama mereka untuk bekerja yaitu tubuhnya.

Sehingga, bagi Bourdieu, definisi modal ini sangat luas dan mencakup hal-hal material (yang dapat memiliki nilai simbolik) dan berbagai atribut ‘yang tak tersentuh’, namun memiliki signifikansi secara kultural, misalnya prestise, status, dan otoritas (yang dirujuk sebagai modal simbolik), serta modal budaya (yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi) (Bourdieu, 1986a). Modal budaya dapat mencakup rentangan luas properti, seperti seni, pendidikan dan bentuk-bentuk bahasa. Modal budaya juga dimiliki setiap individu termasuk perempuan PK. Bahwa, para PK menggunakan media massa untuk mengakses berita-berita atau informasi yang sedang marak diperbincangkan. Berbagai macam bentuk informasi yang dikemas sedemikian rupa, sehingga para PK dapat memperoleh berita seputar pemilu juga. Seperti yang diungkapkan perempuan PK yang ada di Sarirejo:

“Walah, boro-boro dikasih tahu mbak. Bahas soal pemilu aja tidak. Kemarin itu malah bahas soal kita yang harus libur pas pemilu, jadi kita rugi. Karena tidak dapat penghasilan sehari. Ya paling saya tahu kabar soal pemilu itu dari TV atau baca berita di internet mbak.” (Ami, 25th)

Tahun 2014 bagi negara Indonesia merupakan tahun politik. Tahun 2014 juga dilaksanakan pemilihan umum (pemilu). Pemilu sendiri dirayakan oleh semua warga Indonesia tanpa terkecuali perempuan PK. Habitus yang terbentuk pada


(5)

masyarakat terpinggirkan seperti PK, akhirnya berpengaruh pada keputusan yang diambil. Kebiasaan yang dilakukan masyarakat terpinggirkan dipicu dari modal yang dimilikinya tidak sama dengan masyarakat yang terpandang. Seperti para PK yang hanya memiliki modal tubuh serta modal budaya yang terbatas seperti pendidikan.

“Kemarin itu saya gak7 dapat pendidikan politik itu mbak. Dan saya juga gak ada usaha apa-apa. Karena saya juga gak tertarik soal politik. Lagian malas mbak kalau terlalu mikirin kayak gituan.”

Pemilu sendiri memiliki beberapa tahapan atau proses salah satunya adalah pendidikan politik yang diberikan kepada semua warga Indonesia seputar pemilu. Meskipun tingkat pendidikan perempuan PK mayoritas hanya sampai sekolah menengah pertama (SMP), tetapi dengan perkembangan gadget yang semakin maju di era modern ini, maka tidak memungkiri bahwa setiap individu pasti bisa mendapatkan informasi dari televisi, handphone, komputer, radio dan lain sebagainya mengenai berita pemilu. Sehingga modal budaya di era modern ini dalam bidang pendidikan, memiliki berbagai macam pilihan sarana untuk memperoleh informasi atau pengetahuan.

Namun bagi perempuan yang memiliki modal khususnya modal ekonomi dan modal simbolik yang cukup kuat, maka perempuan tersebut tidak hanya mampu mendapatkan pekerjaan yang status sosialnya tinggi dari pada PK, tetapi mereka juga mampu mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. Dalam hal ini, perempuan yang menjadi seorang calon legislatif (caleg) harus memiliki kedua modal tersebut agar mereka mampu bertahan di dunia politik. Kemudian hasil wawancara dari peneliti lain menyebutkan bahwa sejak keputusan Mahkamah Konstitusi melegalkan sistem baru, para caleg perempuan mengikuti instruksi partainya untuk bekerjasama dengan koleganya laki-laki di setiap dapil untuk memastikan kemenangan kursi bagi partainya, bukan untuk individu. Sejak keputusan itu diterapkan pada awal 2009, kompetisi bebas antar caleg tidak bisa

7

Dalam bahasa Indonesia artinya tidak


(6)

40

dihindari. Maka bagi kandidat yang bertarung dalam dua pemilu, perubahan sistem tersebut diakui oleh mereka telah menyulitkan untuk memenangkan kursi, terutama makin mahalnya pengeluaran biaya kampanye. Bagi Bourdieu, modal berperan sebagai sebuah relasi sosial yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaran, dan istilah ini diperluas ‘pada segala bentuk barang-baik materil maupun simbol, tanpa perbedaan-yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu yang jarang dan layak untuk dicari dalam sebuah formasi sosial tertentu’ (1977: 178). Seperti yang disampaikan oleh Eva berikut ini:

“Pengalaman saya di tahun 2004 lebih mudah dibandingkan tahun 2009. [di tahun 2004] saya adalah anggota baru. Karena adanya peringkat dalam nomor, maka biaya politiknya sangat rendah. Saat itu, kami [berada di nomor urut atas] bertemu untuk [menentukan] Eva ambil [dapil] ini dan Pramono [salah satu elite PDIP] ambil daerah lainnya. Orientasi kami adalah memperoleh suara. Saya menghabiskan Rp. 225 juta, dimana RP.75 juta saya serahkan kepada partai dan sisanya saya pergunakan untuk kampanye saya. Saya mendapat 36.000 suara.”


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Politik Pemiluyang Dilakukan Perempuan Marginal : Studi Kasus Pemandu Karaoke di Desa Sarirejo Kota Salatiga

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Politik Pemiluyang Dilakukan Perempuan Marginal : Studi Kasus Pemandu Karaoke di Desa Sarirejo Kota Salatiga T1 352010011 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Politik Pemiluyang Dilakukan Perempuan Marginal : Studi Kasus Pemandu Karaoke di Desa Sarirejo Kota Salatiga T1 352010011 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Politik Pemiluyang Dilakukan Perempuan Marginal : Studi Kasus Pemandu Karaoke di Desa Sarirejo Kota Salatiga T1 352010011 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Politik Pemiluyang Dilakukan Perempuan Marginal : Studi Kasus Pemandu Karaoke di Desa Sarirejo Kota Salatiga T1 352010011 BAB VI

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Politik Pemiluyang Dilakukan Perempuan Marginal : Studi Kasus Pemandu Karaoke di Desa Sarirejo Kota Salatiga

0 0 90

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Perempuan Malam (Pemandu Karaoke) di Hiburan Malam Sari Rejo T1 BAB IV

0 1 1

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Perempuan Malam (Pemandu Karaoke) di Hiburan Malam Sari Rejo T1 BAB III

0 0 13

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Perempuan Malam (Pemandu Karaoke) di Hiburan Malam Sari Rejo T1 BAB II

0 1 38

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Interpersonal Lady Companion dalam Melayani Pengunjung di Kawasan Karaoke: Studi pada Karaoke Mini 2 Sarirejo Kecamatan Sidorejo Salatiga T1 BAB IV

0 2 6