Circuit Board Sebagai Sumber Ide Pengembangan Desain Motif Batik Kontemporer.

(1)

commit to user

CIRCUIT BOARD SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN

MOTIF BATIK KONTEMPORER

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Disusun Oleh

AUDY ANINDITHA HANDAYANI

C0910012

JURUSAN KRIYA TEKSTIL

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

commit to user

MOTTO

Fashion fade, style is eternal (Yves Saint Laurent)


(6)

commit to user

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada :

Papah Sie Tik To dan Mami Lie Ling Me Keluarga Besar Sahabat dan teman- teman Almamater


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir yang berjudul Circuit Board

sebagai Ide Pengembangan Desain Motif Batik Kontemporer. Pengantar Karya ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana seni Kriya Seni/ Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikannya dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak yang mendukung. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Tiwi Bina Affanti, M. Sn. , selaku Ketua Jurusan Kriya Tekstil

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Setyawan, S.Sn, M.A., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu, serta pikiran dan tenaganya untuk memberi arahan, bimbingan dan semangat kepada penulis hingga Tugas Akhir dapat terselesaikan.

4. Drs. Felix Ari Dartono, M. Sn., selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, serta pikiran dan tenaganya untuk memberi arahan, bimbingan dan semangat kepada penulis hingga Tugas Akhir dapat terselesaikan.


(8)

commit to user

5. Bapak dan Ibu Dosen Kriya Seni/ Tekstil yang selama ini telah

memberikan pengajaran dan dukungan penulis di dalam mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan.

6. Bapak Abdul Asngadi yang sudah memberikan banyak bantuan dan

dukungan selama penulis melakukan perkuliahan.

7. Papah Sie Tik To, Mami Lie Ling Me dan Keluarga Besar yang selalu

memberikan doa, perhatian, dukungan, kekuatan, semangat dan dana kepada penulis untuk terselesaikan Tugas Akhir dan dorongan untuk selesai kuliah tepat pada waktunya.

8. Teman-teman yang selalu memberikan doa, perhatian, dukungan,

semangat dan bantuan yang sangat berarti.

9. Serta semua pihak yang yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang

mendukung terselesaikannya Tugas Akhir ini. Terima Kasih banyak. Penulis menyadari bahwa Pengantar Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan penulis.

Surakarta, Juni 2014


(9)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Studi Pustaka ... 4

C. Fokus Permasalahan ... 9

BAB II METODE PERANCANGAN ... 10

A. Analisis Permasalahan ... 10

B. Strategi Penyelesaian Masalah ... 11

C. Pengumpulan Data ... 12

D. Uji Coba ... 23


(10)

commit to user

BAB III PROSES PERANCANGAN ... 34

A. Bagan Pemecahan Masalah ... 34

B. Konsep Perancangan ... 35

C. Kriteria Perancangan ... 38

D. Pemecahan Desain ... 39

BAB IV VISUALISASI ... 40

BAB V PENUTUP ... 67

DAFTAR PUSTAKA.... ... 69


(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Visual Circuit Board I ... 13

Gambar 2. Visual Circuit Board II ... 13

Gambar 3. Produk Fashion Circuit Board ... 14

Gambar 4. Produk Fashion Circuit Board Rancangan Karl Lagerfeld ... 15

Gambar 5. Produk Fashion Circuit Board Rancangan Alexander Mcqueen ... 16

Gambar 6. Produk Fashion Circuit Board Rancangan Jaen Paul Gaulite... 16

Gambar 7. Produk Fashion Circuit Board Rancangan Christian Louboutin ... 17

Gambar 8. Produk Fashion Circuit Board Rancangan Diana Eng... 18

Gambar 9. Sablom Malam Dingin ... 20

Gambar 10. Desain 1 ... 42

Gambar 11. Technical Drawing ... 42

Gambar 12. Pola Busana ... 43

Gambar 13. Desain 2 ... 44

Gambar 14. Technical Drawing ... 44

Gambar 15. Pola Busana ... 45

Gambar 16. Desain 3 ... 46

Gambar 17. Technical Drawing ... 46

Gambar 18. Pola Busana ... 47

Gambar 19. Desain 4 ... 47

Gambar 20. Technical Drawing ... 48

Gambar 21. Pola Busana ... 49

Gambar 22. Desain 5 ... 50

Gambar 23. Technical Drawing ... 50


(12)

commit to user

Gambar 25. Desain 6 ... 52

Gambar 26. Technical Drawing ... 52

Gambar 27. Pola Busana ... 53

Gambar 28. Desain 7 ... 54

Gambar 29. Technical Drawing ... 54

Gambar 30. Pola Busana ... 55

Gambar 31. Desain 8 ... 56

Gambar 32. Technical Drawing ... 56

Gambar 33. Pola Busana ... 57

Gambar 34. Desain 9 ... 58

Gambar 35. Technical Drawing ... 58

Gambar 36. Pola Busana ... 59

Gambar 37. Desain 10 ... 60

Gambar 38. Technical Drawing ... 60

Gambar 39. Pola Busana ... 61

Gambar 40. Foto Produk ... 61

Gambar 41. Desain 11 ... 62

Gambar 42. Technical Drawing ... 63

Gambar 43. Pola Busana ... 63

Gambar 44. Foto Produk ... 64

Gambar 45. Desain 12 ... 65

Gambar 46. Technical Drawing ... 65

Gambar 47. Pola Busana ... 66


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Uji Coba Pemalaman ... 24 Tabel 2. Uji Coba Pewarnaan... 27 Tabel 3. Uji Coba Visual ... 31


(14)

commit to user

ABSTRAK

Audy Aninditha Handayani. C0910012. 2014. Circuit Board sebagai

Sumber Ide Pengembangan Desain Motif Batik Kontemporer. Tugas Akhir: Jurusan Kriya Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang proyek Tugas Akhir perancangan ini adalah

mengembangkan motif batik kontemporer dengan tema modern yakni teknologi

yang di identikan dengan visual circuit board atau PCB dalam tiap komponen

elektronika, menjadi motif tekstil yang akan difungsikan menjadi busana remaja

wanita modern. Alasan pemilihan visual circuit board karena merupakan

penggambaran dunia modern yaitu dunia digital, sekaligus menawarkan visual

yang unik, menarik, dinamis dan sistematis. Karakter visual dari circuit board ini

sesuai dengan dunia anak muda sekarang dan dunia kelompok geek yang

uptodate.

Tujuan proyek Tugas Akhir perancangan ini adalah mengembangkan

desain motif batik kontemporer dengan pengolahan visual teknologi yakni circuit

board dengan pertimbangan fungsi busana remaja wanita modern.

Metode yang dipakai dalam proyek Tugas Akhir perancangan ini yaitu metode desain. Metode ini melewati 3 tahap yakni mertode perancangan, konsep perancangan dan visualisasi. Untuk metode perancangan melewati tahap Analisis permasalahan, Strategi pemecahan masalah, Pengumpulan data, Uji coba, dan menentukan Gagasan awal perancangan. Konsep perancangan meliputi landasan pemikiran untuk perancangan desain tugas akhir. Visualisasi yakni tahap memvisualkan konsep rencana perancangan yang sudah ditulis dalam proses perancangan.

Hasil perancangan tugas akhir ini sebagai berikut: (1) Perancangan motif

batik kontemporer dengan tema teknologi dengan sumber ide circuit board

berhasil membuat 12 desain yang semuanya terdiri dari desain repeat.

Keseluruhan desain mengolah unsur utama circuit board yakni garis, titik dan

bidang geometris dengan komposisi bentuk yang sifatnya perulangan teratur, acak, terus menerus yang berkesan kuat, dinamis dan sistematis. Motif tekstil dari

olahan visual circuit board menawarkan visual yang modern terkini, berbeda dan

menarik pada proyek perancangan produk ini. (2) pengaplikasian motif batik

circuit board ke busana dilakukan dengan desain full repeat. Motif circuit board

yang sangat identik dengan teknologi yang terkesan modern, dinamis, sistematis, karena unsur-unsur pembentuknya yang geometris menjadi kekuatan desain visual proyek perancangan ini ketika diaplikasikan pada busana anak muda khususnya remaja wanita modern yang mandiri, menyukai teknologi (geek), dan mengikuti perkembangan gaya hidup modern.


(15)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perancangan

Kemajuan teknologi dan perkembangan aspirasi konsumen sekarang telah membuka berbagai peluang baru dalam dunia pembuatan produk tekstil, tidak terkecuali batik yang seiring waktu menjadi sebuah produk yang mengikuti dinamika selera modern dan teknologi (Asti dkk., 2011: 9). Perkembangan dan perubahan konsumen ini membuka peluang yang menguntungkan salah satunya dalam pemenuhan busana atau fesyen batik kontemporer untuk segmen anak muda.

Batik kontemporer sendiri adalah batik yang diidentikkan dengan batik kreasi baru yakni batik yang berkembang dari segi gaya, motif, serta pengembangan teknik-teknik batik. Motif dan isen tergantung kepada si pencipta. Satu hal lagi yang menjadi ciri batik kreasi baru tidak memiliki keterkaitan dengan tradisi tertentu (Sewan,1980: 15). Seiring perkembangan jaman masyarakat menerima batik kreasi baru sebagai batik kontemporer. Menurut Biranul Anas dkk, batik kontemporer mampu menjawab tuntutan zaman yang menuntut sesuatu mengandung kebaruan, mempunyai karakter khusus (unik), dan sesuai dengan semangat zaman mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha

yang ditandai oleh kesementaraan atau trend (Biranul Anas dkk, 1997: 240-246).

Batik kontemporer menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang lebih ekspresif, tidak terikat dengan tradisi tertentu, dan sesuai dengan semangat zaman (kekinian). Fakta ini ditandai dengan banyaknya permintaan pasar terhadap batik


(16)

commit to user

kontemporer sehingga mendatangkan nilai ekonomi dan mendorong kreativitas seniman, desainer, maupun pengrajin batik untuk menciptakan beragam kreasi batik kontemporer (Kompas, 2/10/2009).

Mempertimbangkan fakta-fakta di atas, penulis tertarik mengembangkan

desain batik kontemporer untuk proyek Tugas Akhir dengan judul, “Circuit Board

sebagai Sumber Ide Pengembangan Desain Motif Batik Kontemporer”. Batik

kontemporer menjadi landasan utama proyek Tugas Akhir ini karena batik kontemporer membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam batik baik dari segi visual, teknik, dan semangat penciptaan yang tidak terkungkung oleh batasan-batasan yang selama ini dianggap pakem dalam batik.

Pada proyek tugas akhir ini penulis menawarkan tiga hal sebagai kekuatan

proyek perancangan ini, yaitu, pertama, ide pengembangan visual, sengaja penulis

mengambil visual circuit board. Ide ini diambil dengan alasan circuit board

(dapat) mewakili perkembangan zaman dan tidak dapat dipisahkan dengan anak

muda zaman sekarang yang selalu uptodate akan hal-hal yang baru. Dari segi

visual dan estetis, circuit board menawarkan visual unik berupa alur-alur garis

geometris yang ritmis yang dapat memberikan efek ilusif bagi yang melihat maupun yang memakainya. Dan yang tidak kalah penting, selama ini belum ada

batik kontemporer yang mengolah visual circuit board sebagai motif.

Kedua, menekankan pada pengembangan desain. Pengembangan desain di

sini merujuk pada pemikiran Bram Palgunadi, pengembangan desain yang

merujuk pada kegiatan (action) yang berimplikasi pada proses mendesain,


(17)

commit to user

memandang batik sebagai pengembangan perupaan yang berhubungan dengan teknologi rintang warna. Mempertimbangkan konsep pengembangan ini maka batik dapat dieksplorasi dengan baragam gagasan garap rupa lebih kreatif dengan memadukan perkembangan teknologi olah visual (komputer desain) dengan melibatkan teknologi pada proses produksinya. Untuk itu, proyek Tugas Akhir ini menggunakan teknik sablon malam dingin sebagai pencapan rintang. Sablon malam sendiri dapat dikatakan merupakan perpaduan antara sablon dan batik. Pada sablon malam, materi yang dicetak pada kain adalah malam (lilin) dan bukan pasta seperti batik printing konvesional. Setelah malam menempel, kemudian kain tersebut melalui proses pencelupan seperti pembuatan batik pada umumnya (Asti, dkk., 2011: 23).

Ketiga, semangat kontemporer atau kekinian dalam desain. Proyek perancangan Tugas Akhir ini sengaja menampilkan desain visual (motif) berbau teknologi yang berkesan modern, futuristik, garap rupa detail yang rapi, dan rasa estetis yang lebih kekinian. Olah desain dengan semangat kontemporer ini menjadi elemen kekuatan utama di era industri kreatif. Sebab, demikian menurut Stoneman, tampilan visual yang dapat dirasakan dan terlihat menjadi alasan utama pemilihan produk. Inovasi, pengalaman estetis, dan kebaruansebuah produk dapat ditutup dengan inovasi visual atau desain (Stoneman, 2010).

Tiga poin di atas menjadi kekuatan desain dan nilai diferisiansi produk pada perancangan Tugas Akhir ini. Muara dari perancangan ini adalah membuat produk batik kontemporer yang mengedepankan inovasi, kompetitif, dan mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha yang ditandai oleh


(18)

commit to user

kesementaraan (trend). Mengingat persaingan di dunia tekstil makin terbuka,

usaha dibidang batik harus berani memunculkan diversifikasi produk inovatif.

B. Studi Pustaka

Hingga saat ini, belum ada karya batik kontemporer yang mengolah

sumber ide visual circuit board. Begitu juga batik kontemporer yang

menggunakan pencapan rintang dengan sablon malam belum banyak yang menggerjakan. Untuk itu, kajian pustaka ini akan memilih beberapa buku maupun

artikel yang berkaitan denganbatik kontemporer, pencapan rintang, circuit board,

dan konsep pengembangan desain baik yang dicetak maupun yang berada di

website.

Untuk memahami proyek perancangan Tugas Akhir ini pertama-tama

perlu mengetahui apa itu Circuit Board.Printed Circuit Board (PCB) atau Papan

Rangkaian Tercetak adalah papan rangkaian yang digunakan sebagai tempat penghubung jalur konduktor dan penyusunan letak komponen-komponen elektronika. Sedang yang dimaksud dengan jalur konduktor adalah sistem pengkabelan antar komponen sebagai bagian dari hubungan data dan kelistrikan pada komponen tersebut. Macam-macam bentuk PCB yang umumnya terdapat di

pasaran adalah PCB Matrix Strip Board (Papan Matriks Bergaris) bentuknya

terdiri atas susunan lubang-lubang dan PCB Cooper Clad (Berlapis Tembaga)

yang terbuat dari bahan ebonite atau fiber glass yang salah satu atau kedua sisinya

dilapisi oleh lapisan tembaga (Sugianto.2007: 5). Ilmu yang mempelajari alat-alat teknologi ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk desain


(19)

commit to user

pembuatan circuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro, teknik komputer dan ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi (Moch., 2008: 1).

Jalur-jalur penghubung konduktor dan penyusunan letak

komponen-komponen elektronika pada circuit board tersebut membentuk garis-garis dan

bidang yang menarik secara visual. Menariknya visual circuit board ini bahkan

dipadankan ke aliran seni lukis modern yaitu kubisme karena terwujud dari bentuk-bentuk geometris, futurisme aliran yang mengimbangi segala sesuatu yang

serba cepat dan dinamis, dan optic art yang memanfaatkan ilusi mata (Hery, dkk.

2014: 26-35).

Selain dipadankan dengan aliran-aliran seni di atas, secara khusus visual

circuit board dipandang memiliki kemiripan dengan karya Paul Klee, pelukis

Eropa (1879 – 1940), yang gaya lukisannya dipengaruhi oleh aliran seni

ekspresionisme, kubisme, dan surealisme. Kemiripan ini bisa dilihat dari lukisan Paul Klee yang menggunakan garis dan bentuk geometris dan blok warna cerah

yang bervasiasi (www.paulklee.net). Visual circuit board juga dianggap mirip

dengan karya-karya lukis Joan Miro (1893 - 1983) dengan gaya lukisannya yang mengarah ke surealisme yang didasarkan pada unsur garis dan titik dengan fitur-fitur ekspresif seperti berbagai macam makhluk dan bentuk dengan komposisi

warna-warna primer (www.joanmiro.net).

Kompleksitas dan keunikan visual circuit board menawarkan visualitas

yang merangsang imajinasi seniman untuk mengembangkan ke dalam karya-karya

seni visual dan desain. Circuit board yang terdiri dari unsur garis dan titik yang


(20)

commit to user

kompleks. Dalam desain, penggunaan elemen garis secara proporsional akan menghasilkan sensasi yang luar biasa sehingga menentukan karakter desain secara keseluruhan. Jika diamati dengan cermat garis dapat mempengaruhi dan mengungkapkan ekspresi tertentu termasuk keindahan. Hal ini dapat dilihat dalam karya batik di mana susunan visual batik mengolah secara kreatif unsur garis dan titik yang bertentangan, berbeda, tanpa menghiraukan aturan-aturan tertentu, justru dapat menghasilkan komposisi yang indah (Riyanto dkk. 1997: 4-5&7).

Olahan rupa bersumber dari circuit board dapat dikembangkan menjadi

desain motif batik kontemporer. Pertimbangan dari pengembangan ini melihat pengertian Batik Kontemporer atau batik modern sendiri yakni semua macam jenis batik yang motif dan gaya tidak seperti batik tradisional, tidak terikat aturan tertentu seperti pada isen-isen, dan bersifat bebas (Sewan, 1980).

Perkembangan batik kontemporer atau batik modern ini dimulai sejak tahun 1967 dan mendapat sambutan pada tahun 1970. Pada tahun 1970 para seniman dan masyarakat mulai menerima dan mengakui adanya batik modern. Setelah itu para seniman mulai mengembangkan batik non tradisional atau batik modern. Beberapa jenis batik dalam batik modern ini antara lain: (1) gaya abstrak minimalis (2) gaya gabungan (3) gaya lukisan (4) gaya khusus cerita lama, terkadang seperti campuran antara nyata dan abstrak. Dan mungkin banyak gaya lain lagi tergantung dari pelukis atau seniman yang mengembangkan (1980: 15).

Dalam teknik permbuatan batik kontemporer menganut gaya bebas yakni tidak harus mengikuti urutan proses sebagai mana batik tradisional. Dari pemikiran inilah penciptaan batik yang modern merupakan salah satu bentuk


(21)

commit to user

kreatifitas dan upaya memajukan teknik batik yang semula dianggap tradisional, kuno menjadi lebih terkini. Seperti yang diungkapkan Michael Dove, tradisional tidak harus berarti terbelakang. Budaya tradisional selalu mengalami perubahan yang dinamis, oleh karena itu budaya tradisional tidak merubah ketradisionalan itu sendiri (Dove, 1985: xv).

Pengembangan desain batik kontemporer ini menjadi penting mengingat batik kontemporer menjadi salah satu jenis batik yang diminati saat ini. Hal ini ditunjukan dengan tingginya pesanan motif-motif kontemporer. Batik dengan motif kontemporer merupakan modifikasidari motif-motif yang telah ada sebelumnya. Biasanya motif tersebut diterapkan pada busana batik dengan model yang rumit. Tingginya pesanan batik tersebut seiring dengan semakin beragamnya model batik sehingga dapat digunakan untuk kegiatan nonformal seperti busana pesta, pakaian untuk berpergian, dan pakaian sehari-hari (Asti, dkk. 2011: 52).

Pengembangan desain batik kontemporer didukung oleh pengembangan teknologi proses produksi tekstil. Salah satu pengembangan yang dilakukan oleh

pelaku industri batik adalah sablon malam dingin (cair) menggunakan screen

sablon dan pemalaman dengan malam dingin atau warna. Sablon malam atau

screen sablon digunakan untuk pembuat motif dengan teknik cetak saring atau

yang kita kenal dengan istilah printing atau sablon. Teknik printing atau sablon

adalah menyaring zat pewarna melalui motif diatas kain hingga menghasilkan motif tertentu. Namun pada teknik sablon malam yang dilakukan bukan menyaring zat pewarna, melainkan menyaring malam yang sudah dicairkan ke atas lembaran kain. Selanjutnya kain tersebut mengalami proses pewarnaan dan


(22)

commit to user

penghilangan lilin malam seperti teknik batik lain (Lucky, dkk. 2013: 7-8). Proses ini banyak digunakan dalam pembuatan batik kreasi baru dan batik-batik diluar Jawa (Riyanto dkk. 1997: 15-16).

Dalam dunia tekstil, sablon malam tersebut disebut sebagai pencapan

rintang. Menurut Complete Textile Glossary pencapan rintang adalah metode

pencapan dimana sebuah desain dapat diproduksi yang pertama dengan membubuhi perintang pada desain yang diinginkan, kemudian kain diwarna, yang pada hal ini, desainnya akan tetap bewarna putih meskipun bagian kain yang lain telah diwarna atau xara yang kedua dengan memasukan perintang dan pewarna menjadi pasta pada desain. Dalam hal ini, warna dari desain tidak terpengaruh

oleh pencelupan selanjutnya dari latar belakang kain (Complete Textile Glossary,

2001).

Menurut Adji Isworo Josef cara pencapan rintang dilakukan dengan menggunakan pasta yang dapat menghalangi pewarnaan serat, sehingga bagian kain yang tertutup oleh pasta cap tidak dapat terwarnai saat kain dicelup. Hasil motifnya adalah motif putih diatas dasar berwarna. Cara pewarnaan dengan pencapan rintang yang paling dikenal adalah proses pembuatan batik. dalam pembuatan batik, kain akan dicap dengan lilin (malam), sehingga pada saat dilakukan pencelupan bagian yang tertutup lilin akan menolak warna yang terlarut dalam air. Tetapi selain dengan bahan yang menolak air, seperti dalam pembuatan batik. Pencapan rintang juga dapat dilakukan dengan mencapkan bahan kimia yang dapat menghalangi zat warna berikatan dengan serat. Misalnya untuk zat warna yang dapat mewarnai serat bila dalam keadaan alkalis, maka dalam


(23)

commit to user

pencapan rintangnya kain harus dicap dengan zat yang bersifat asam, agar zat warna tidak dapat mewarnai serat pada kain, begitu pula sebaliknya (Adji, 1993: 34-35).

Sedang menurut Sunarto pencapan rintang ialah saat zat perintang dicapkan pada bahan, kemudian bahan dicelup dengan zat warna, zat perintang bekerja secara fisika maupun kimia menghalangi pengikatan antara zat warna dan kain sehingga fiksasi zat warna pada tempat tempat yang dicap terhalang. Hasil yang diperoleh dalam pencapan rintang berupa motif corak putih (rintang putih) dan motif corak warna (rintang warna). Jenis zat perintang ada dua macam yakni zat perintang yang bekerja secara fisika misalnya malam, lilin yang banyak dipakai dalam pembuatan kain batik. Jenis yang kedua yaitu zat perintang yang bekerja secara kimia, misalnya ZnO2, TiO2, BaSO4, asam, alkali, zat pengoksi, dan zat pereduksi (Sunarto, 2008: 280).

C. Fokus Permasalahan

1. Bagaimana merancang motif batik kontemporer dengan sumber ide circuit

board dengan memakai perintang warna teknik sablon malam dingin?

2. Bagaimana mengaplikasikan motif batik kontemporer circuit board untuk


(1)

commit to user

kesementaraan (trend). Mengingat persaingan di dunia tekstil makin terbuka, usaha dibidang batik harus berani memunculkan diversifikasi produk inovatif.

B. Studi Pustaka

Hingga saat ini, belum ada karya batik kontemporer yang mengolah sumber ide visual circuit board. Begitu juga batik kontemporer yang menggunakan pencapan rintang dengan sablon malam belum banyak yang menggerjakan. Untuk itu, kajian pustaka ini akan memilih beberapa buku maupun artikel yang berkaitan dengan batik kontemporer, pencapan rintang, circuit board, dan konsep pengembangan desain baik yang dicetak maupun yang berada di website.

Untuk memahami proyek perancangan Tugas Akhir ini pertama-tama perlu mengetahui apa itu Circuit Board. Printed Circuit Board (PCB) atau Papan Rangkaian Tercetak adalah papan rangkaian yang digunakan sebagai tempat penghubung jalur konduktor dan penyusunan letak komponen-komponen elektronika. Sedang yang dimaksud dengan jalur konduktor adalah sistem pengkabelan antar komponen sebagai bagian dari hubungan data dan kelistrikan pada komponen tersebut. Macam-macam bentuk PCB yang umumnya terdapat di pasaran adalah PCB Matrix Strip Board (Papan Matriks Bergaris) bentuknya terdiri atas susunan lubang-lubang dan PCB Cooper Clad (Berlapis Tembaga) yang terbuat dari bahan ebonite atau fiber glass yang salah satu atau kedua sisinya dilapisi oleh lapisan tembaga (Sugianto.2007: 5). Ilmu yang mempelajari alat-alat teknologi ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk desain


(2)

commit to user

pembuatan circuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro, teknik komputer dan ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi (Moch., 2008: 1).

Jalur-jalur penghubung konduktor dan penyusunan letak komponen-komponen elektronika pada circuit board tersebut membentuk garis-garis dan bidang yang menarik secara visual. Menariknya visual circuit board ini bahkan dipadankan ke aliran seni lukis modern yaitu kubisme karena terwujud dari bentuk-bentuk geometris, futurisme aliran yang mengimbangi segala sesuatu yang serba cepat dan dinamis, dan optic art yang memanfaatkan ilusi mata (Hery, dkk. 2014: 26-35).

Selain dipadankan dengan aliran-aliran seni di atas, secara khusus visual circuit board dipandang memiliki kemiripan dengan karya Paul Klee, pelukis Eropa (1879 – 1940), yang gaya lukisannya dipengaruhi oleh aliran seni ekspresionisme, kubisme, dan surealisme. Kemiripan ini bisa dilihat dari lukisan Paul Klee yang menggunakan garis dan bentuk geometris dan blok warna cerah yang bervasiasi (www.paulklee.net). Visual circuit board juga dianggap mirip dengan karya-karya lukis Joan Miro (1893 - 1983) dengan gaya lukisannya yang mengarah ke surealisme yang didasarkan pada unsur garis dan titik dengan fitur-fitur ekspresif seperti berbagai macam makhluk dan bentuk dengan komposisi warna-warna primer (www.joanmiro.net).

Kompleksitas dan keunikan visual circuit board menawarkan visualitas yang merangsang imajinasi seniman untuk mengembangkan ke dalam karya-karya seni visual dan desain. Circuit board yang terdiri dari unsur garis dan titik yang dimodifikasi sedemikian rupa menghasilkan keseluruhan penampakan visual yang


(3)

commit to user

kompleks. Dalam desain, penggunaan elemen garis secara proporsional akan menghasilkan sensasi yang luar biasa sehingga menentukan karakter desain secara keseluruhan. Jika diamati dengan cermat garis dapat mempengaruhi dan mengungkapkan ekspresi tertentu termasuk keindahan. Hal ini dapat dilihat dalam karya batik di mana susunan visual batik mengolah secara kreatif unsur garis dan titik yang bertentangan, berbeda, tanpa menghiraukan aturan-aturan tertentu, justru dapat menghasilkan komposisi yang indah (Riyanto dkk. 1997: 4-5&7).

Olahan rupa bersumber dari circuit board dapat dikembangkan menjadi desain motif batik kontemporer. Pertimbangan dari pengembangan ini melihat pengertian Batik Kontemporer atau batik modern sendiri yakni semua macam jenis batik yang motif dan gaya tidak seperti batik tradisional, tidak terikat aturan tertentu seperti pada isen-isen, dan bersifat bebas (Sewan, 1980).

Perkembangan batik kontemporer atau batik modern ini dimulai sejak tahun 1967 dan mendapat sambutan pada tahun 1970. Pada tahun 1970 para seniman dan masyarakat mulai menerima dan mengakui adanya batik modern. Setelah itu para seniman mulai mengembangkan batik non tradisional atau batik modern. Beberapa jenis batik dalam batik modern ini antara lain: (1) gaya abstrak minimalis (2) gaya gabungan (3) gaya lukisan (4) gaya khusus cerita lama, terkadang seperti campuran antara nyata dan abstrak. Dan mungkin banyak gaya lain lagi tergantung dari pelukis atau seniman yang mengembangkan (1980: 15).

Dalam teknik permbuatan batik kontemporer menganut gaya bebas yakni tidak harus mengikuti urutan proses sebagai mana batik tradisional. Dari pemikiran inilah penciptaan batik yang modern merupakan salah satu bentuk


(4)

commit to user

kreatifitas dan upaya memajukan teknik batik yang semula dianggap tradisional, kuno menjadi lebih terkini. Seperti yang diungkapkan Michael Dove, tradisional tidak harus berarti terbelakang. Budaya tradisional selalu mengalami perubahan yang dinamis, oleh karena itu budaya tradisional tidak merubah ketradisionalan itu sendiri (Dove, 1985: xv).

Pengembangan desain batik kontemporer ini menjadi penting mengingat batik kontemporer menjadi salah satu jenis batik yang diminati saat ini. Hal ini ditunjukan dengan tingginya pesanan motif-motif kontemporer. Batik dengan motif kontemporer merupakan modifikasidari motif-motif yang telah ada sebelumnya. Biasanya motif tersebut diterapkan pada busana batik dengan model yang rumit. Tingginya pesanan batik tersebut seiring dengan semakin beragamnya model batik sehingga dapat digunakan untuk kegiatan nonformal seperti busana pesta, pakaian untuk berpergian, dan pakaian sehari-hari (Asti, dkk. 2011: 52).

Pengembangan desain batik kontemporer didukung oleh pengembangan teknologi proses produksi tekstil. Salah satu pengembangan yang dilakukan oleh pelaku industri batik adalah sablon malam dingin (cair) menggunakan screen sablon dan pemalaman dengan malam dingin atau warna. Sablon malam atau screen sablon digunakan untuk pembuat motif dengan teknik cetak saring atau yang kita kenal dengan istilah printing atau sablon. Teknik printing atau sablon adalah menyaring zat pewarna melalui motif diatas kain hingga menghasilkan motif tertentu. Namun pada teknik sablon malam yang dilakukan bukan menyaring zat pewarna, melainkan menyaring malam yang sudah dicairkan ke atas lembaran kain. Selanjutnya kain tersebut mengalami proses pewarnaan dan


(5)

commit to user

penghilangan lilin malam seperti teknik batik lain (Lucky, dkk. 2013: 7-8). Proses ini banyak digunakan dalam pembuatan batik kreasi baru dan batik-batik diluar Jawa (Riyanto dkk. 1997: 15-16).

Dalam dunia tekstil, sablon malam tersebut disebut sebagai pencapan rintang. Menurut Complete Textile Glossary pencapan rintang adalah metode pencapan dimana sebuah desain dapat diproduksi yang pertama dengan membubuhi perintang pada desain yang diinginkan, kemudian kain diwarna, yang pada hal ini, desainnya akan tetap bewarna putih meskipun bagian kain yang lain telah diwarna atau xara yang kedua dengan memasukan perintang dan pewarna menjadi pasta pada desain. Dalam hal ini, warna dari desain tidak terpengaruh oleh pencelupan selanjutnya dari latar belakang kain (Complete Textile Glossary, 2001).

Menurut Adji Isworo Josef cara pencapan rintang dilakukan dengan menggunakan pasta yang dapat menghalangi pewarnaan serat, sehingga bagian kain yang tertutup oleh pasta cap tidak dapat terwarnai saat kain dicelup. Hasil motifnya adalah motif putih diatas dasar berwarna. Cara pewarnaan dengan pencapan rintang yang paling dikenal adalah proses pembuatan batik. dalam pembuatan batik, kain akan dicap dengan lilin (malam), sehingga pada saat dilakukan pencelupan bagian yang tertutup lilin akan menolak warna yang terlarut dalam air. Tetapi selain dengan bahan yang menolak air, seperti dalam pembuatan batik. Pencapan rintang juga dapat dilakukan dengan mencapkan bahan kimia yang dapat menghalangi zat warna berikatan dengan serat. Misalnya untuk zat warna yang dapat mewarnai serat bila dalam keadaan alkalis, maka dalam


(6)

commit to user

pencapan rintangnya kain harus dicap dengan zat yang bersifat asam, agar zat warna tidak dapat mewarnai serat pada kain, begitu pula sebaliknya (Adji, 1993: 34-35).

Sedang menurut Sunarto pencapan rintang ialah saat zat perintang dicapkan pada bahan, kemudian bahan dicelup dengan zat warna, zat perintang bekerja secara fisika maupun kimia menghalangi pengikatan antara zat warna dan kain sehingga fiksasi zat warna pada tempat tempat yang dicap terhalang. Hasil yang diperoleh dalam pencapan rintang berupa motif corak putih (rintang putih) dan motif corak warna (rintang warna). Jenis zat perintang ada dua macam yakni zat perintang yang bekerja secara fisika misalnya malam, lilin yang banyak dipakai dalam pembuatan kain batik. Jenis yang kedua yaitu zat perintang yang bekerja secara kimia, misalnya ZnO2, TiO2, BaSO4, asam, alkali, zat pengoksi, dan zat pereduksi (Sunarto, 2008: 280).

C. Fokus Permasalahan

1. Bagaimana merancang motif batik kontemporer dengan sumber ide circuit board dengan memakai perintang warna teknik sablon malam dingin?

2. Bagaimana mengaplikasikan motif batik kontemporer circuit board untuk busana kasual wanita remaja?