HASIL PENELITAN Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Pada Pekerja Di Bagian Sizing Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.
BAB IV
HASIL PENELITAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan salah satu dari perusahaan textile yang mengolah bahan baku benang menjadi kain mentah (grey) yang kemudian meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau lebih dikenal dengan sebutan batik printing.
PT. Iskandar Indah Printing Textile didirikan tepatnya pada tanggal 23 mei 1975, bentuk badan usaha CV (commanditer vennonschap) dengan nama CV Iskandartex, berasarkan akta perusahaan No 98 tanggal 23 Mei 1975, CV iskandartex memulai produksinya satu tahun setelah berdiri yaitu pada tahun 1976. Pada awal berdirinya perusahaan bermodalkan 25 mesin tenun, dan kemudian mengalami perkembangan hingga tahun 1977 perusahaan memiliki 77 unit mesin tenun. Produksi perusahaan terus meningkat hal ini dibuktikan pada tahun 1980 perusahaan mendatangkan mesin kanji dari Taiwan yang fungsinya mengeringkan secara otomatis. Pada tahun yang sama perusahaan juga memperluas bangunan dan menambah mesin tenun hinggan 300 unit. Karna permintaan yang semakin meningkat maka perusahaan merasa perlu menambah kapasitas produksi dengan menambah mesin tenun, hingga pada tahun 1983 jumlah mesin tenun yang dimiliki perusahaan berjumlah 614 unit.
(2)
Melihat usaha yang terus berkembang, maka pemimpin perusahaan mengambil kebijakan untuk mengubah bentuk perusahaan dari bentuk CV menjadi bentuk PT (perseroan terbatas).Perusahaan bentuk ini didasarkan alasan bahwa dalam bentuk PT perusahaan lebih mempunyai peluang dalam mengembangkan usahanya. Perusahaan ini resmi menjadi PT Iskandartex pada tanggal 2 januari 1991 dengan nomor ijin usaha 199/II.16/PB/VIII/1991/PT. pergantian nama terjadi sejak bulan Februari 1996 menjadi PT. Iskandar Indah Printing Textile.
Proses produksi PT Iskandar Indah Printing Textile dimulai dari benang lusi yang selanjutnya diproses di mesin warping untuk dipisahkan setiap bulannya. Dari mesin warping selanjutnya diproses dimesin kanji (Sizing) agar benang tidak mudah terputus proses slanjutnya adalah memasukkan benang pada mesin cucuk (resing) dan ditenun dalam mesin tenun atau (loom). Benang yang ditenun akan menjadi kain grey dan selanjutnya akan dilakukan pemutihan terhadap kain. Kain yang diputihkan akan dilakukan pencelupan untuk selanjutnya akan disablon dan dicuci (washsing). Tahap akhir dilakukan pengontrolan dan pemotongan pada kain, selanjutnya diberi label dan siap dipasarkan.
PT Iskandar Indah Printing Textile sudah menerapkan K3 adapun program K3 antara lain:
1. Penggunaan APD masker, penggunaan ear plug, penggunaan kacamata las, menyediakan APAR disetiap sudut ruang, penggunaan sarung tangan.
(3)
2. Inspeksi K3 yang dilakukan 6 bulan sekali.
3. Penyuluhan dan pelatihan K3 terhadap semua pekerja.
B. Deskripsi Karaktersitik Responden 1. Masa Kerja
Masa kerja pekerja di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta di bagian Sizing dan Proses dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun. Didapat hasil sebagai berikut:
a. Masa kerja bagian Proses dan Sizing
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja bagian Proses dan Sizing
Masa Kerja Frekuensi Persentase
Rata-rata
Standar Deviasi
≤19 tahun 9 30
21.26 4.8
> 19 tahun 21 70
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4. Masa kerja bagian Sizing dan proses diketahui responden dengan masa kerja ≤ 19 tahun sebanyak9orang dengan prosentase 30%, dan untuk responden yang masa kerja >19 tahun sebanyak 21orang dengan prosentase 70%.
(4)
2. Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik respondenmenurut umur tenaga kerja pada bagian prosesadalah sebagaiberikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Bagian Proses Dan Sizing
No Umur
(Tahun)
kategori
umur Frekuensi
Persentase %
Rata-rata
Standar Deviasi
1 26-35 dewasa
awal
4 13.33
44 6.23
2 36-45 dewasa
akhir
10 33.33
3 46-55 lansia
awal
16 53.33
Jumlah 30 100
Berdasarkan Table 5. Umur pekerja bagian proses dan sizing diketahui responden yang berumur 26-35 tahun atau dikategorikan dewasa awal ada 4 orang dengan persentase13,33 %, untuk responden yang umur 36-45 tahun dikategorikan dewasa akhir ada 10 orang dengan persentase 33,33 % dan untuk responden yang berumur 46-55 tahun atau dikategorikan lansia awal sebanyak 16 orang dengan prosentase 53,33. Rata-rata umur pekerja bagian proses didapat 44 tahun.
(5)
C. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Panas
Penilaian terhadap lingkungan kerja dilakukan dengan pengukuran iklim kerja panas. Pengukuran iklim kerja panas dilakukan pada bagian proses dan sizing.
Tabel 6. pengukuran iklim kerja bagian sizing dan proses
Questammp bagian sizing Rata-rata
No WBGT
IN
WBGT OUT
WBGT IN
WBGT OUT
1 28,2oC 28,2oC
28,3°C 28,2°C
2 28,4oC 28,2oC
Questamp bagian proses Rata-rata
No WBGT
IN
WBGT OUT
WBGT IN
WBGT OUT
1 27,5oC 27,3oC
27,6˚C 27,4˚C
2 27,7oC 27,5oC
Berdasarkan Table 6. Hasil pengukuran iklim kerja dibagian sizing didapatkan hasil rata-rata WBGT IN 28,3°C dan WBGT OUT 28,2°C, sedangkan pengukuran iklim kerja dibagian proses diperoleh hasil rata-rata WBGT IN 27,6°C dan WBGT OUT 27,4°C.
(6)
D. Hasil Pengukuran Beda Beban Kerja
1. Hasil pengukuran beban kerja dengan mengukur denyut nadi pekerja di bagian sizing dan proses:
Tabel 7. Pengukuran beban kerja bagian proses
Beban
Kerja Frekuensi Persentase Min Max
Rata-rata
Standar Deviasi
Ringan 15 100
84 98 90.47 4.26
Sedang
Total 15 100%
Berdasarkan Table 7. Diketahui bahwa jumlah denyut nadi paling sedikit adalah 84/menit sedangkan paling banyak adalah 98/menit, dengan rata-rata denyut nadi 90,47/menit. Beban kerja yang didapat dari pengukuran denyut nadi di bagian proses masuk dalam kategori beban kerja ringan.
Tabel 8. Pengukuran beban kerja bagian sizing
Beban
Kerja Frekuensi Persentase Min Max
Rata-rata
Standar Deviasi
Ringan
100 115 107.4 5.04
Sedang 15 100
Total 30 100%
Berdasarkan Table 8. Diketahui bahwa jumlah denyut nadi paling sedikit adalah 100/menit sedangkan paling banyak adalah 115/menit, dengan rata-rata denyut nadi 107,40/menit. Beban kerja yang didapat dari
(7)
pengukuran denyut nadi di bagian sizing masuk dalam kategori beban kerja sedang.
E. Hasil Pengukuran Status Gizi
Tabel 9. Pengukuran status gizi bagian sizing dan proses
Berdasarkan Tabel 9. Diketahui bahwa IMT kategori kurus didapatkan hasil persentase sebanyak 6.66 % kemudian untuk IMT normal sebanyak 86.66 % dan untuk kategori IMT gemuk diperoleh hasil persentase sebanyak 6.66 %.
No IMT) Frekuensi Persentase
%
Standar Deviasi
Rata-rata
1 Kurus 2 6.66%
2.46 22.03
2 Normal 26 86,66 %
3 Gemuk 2 6.66 %
(8)
F. Hasil Pengukuran Kelelahan
1. Hasil pengukuran kelelahan dengan Reaction timer pada bagian proses Tabel 10. pengukuran kelelahan bagian proses
Hasil penilaian Reaction timer waktu reaksi paling cepat adalah 167,61 mili detik (kelelahan kerja ringan) dan waktu reaksi paling lama adalah 473,92 mili detik (Kelelahan Kerja Sedang). Rata-rata pekerja pada bagian proses mengalami kelelahan ringan dengan nilai Reaction timer 321.64 mili detik.
No Nama Reaction timer Kelelahan
1 Tug 188.9 KKR
2 And 231.03 KKR
3 Wah 370.22 KKR
4 Kad 363.28 KKR
5 Sur 233.36 KKR
6 Ad 232.3 KKR
7 Sura 473.92 KKS
8 Nurw 167.61 KKR
9 Sri 410.31 KKS
10 Pak 400.14 KKR
11 Sun 441.56 KKS
12 Sam 435.25 KKS
13 Sug 411.89 KKS
14 Bud 206.25 KKR
15 Sul 258.67 KKR
Min 167.61 KKR
Maks 473.92 KKS
Rata-rata 321.64 KKR
(9)
2. Hasil pengukuran kelelahan dengan Reaction timer pada bagian sizing Tabel 11. pengukuran kelelahan bagian sizing
No Nama Reaction timer Kelelahan
1 Tuk 483.51 KKS
2 Su 496.08 KKS
3 Erv 438.27 KKS
4 Su 308.9 KKR
5 Ang 547.6 KKS
6 Par 189.62 KKR
7 Wig 465.5 KKS
8 Sarj 309.86 KKR
9 Wid 423.12 KKS
10 Sup 446.52 KKS
11 Sula 274.76 KKR
12 Pur 486.76 KKS
13 Sun 456.94 KKS
14 Her 453.58 KKS
15 Ed 472.32 KKS
Min 189.62 KKR
Maks 547.6 KKS
Rata-rata 416.89 KKS
SD 99.07
Hasil penilaian Reaction timer waktu reaksi paling cepat adalah 189,62 mili detik (kelelahan kerja ringan) dan waktu reaksi paling lama adalah 547,60 mili detik (Kelelahan Kerja Sedang) Rata-rata pekerja pada bagian proses mengalami kelelahan sedang dengan nilai Reaction timer 416.89 mili detik.
(10)
G. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh antara iklim kerja dengan tingkat kelelahan kerja.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30 responden padaPT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta didapatkan hasil penghitungan statistik chi-square sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Penghitungan Chi Square Iklim Kerja dengan Kelelahan
Iklim Kerja
Kelelahan
Total
Chi-square p-value
KKR KKS
<NAB
10 5 15
6.652 0,025
66.70% 33.30% 100%
>NAB
4 11 15
26.70% 73.30% 100%
Total 14 16 30
46.70% 53.30% 100%
Berdasarkan Tabel 12. Diketahui bahwa dari 15 responden yang terpapar iklim kerja panas <NAB (bagian proses) yang kelahan kerja dalam kategori ringan ada 10 orang (66,7%), kelelahan kerja dalam kategori sedang ada 5 orang (33,3%). Pada 15 responden yang terpapar iklim kerja panas >NAB (bagian sizing) yang kelelahan kerja dalam kategori ringan ada 4 orang (26,7%), dan kelelahan kerja dalam kategori sedang juga ada 11 orang (73,3%). Berdasarkan data tabulasi silang diatas dapat kita ketahui iklim kerja panas >NAB akan memberikan kecenderungan kelelahan kerja dalam kategori sedang
(11)
Uji chi square menunjukan nilai 6.652 dengan p-value 0,025<0,05 yang artinya H0 ditolak, atau ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja terhadap
tingkat kelelahan kerja. Dimana semakin iklim kerja panas >NAB memberikan kecederungan tingkat kelelahan kerja yang semakin tinggi.
H. Pengaruh faktor lain terhadap kelelahan kerja
Selain iklim kerja ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja, seperti status gizi, beban kerja, masa kerja dan Usia. Berikut ini adalah gambaran pengaruh dari faktor-faktor tersebut.
Tabel 13. Pegaruh Faktor Lain Terhadap Kelelahan Kerja
Kelelahan KKR KKS Total
p-value
N N N %
Kurus - 2 2 100
0.133 Status
Gizi Normal 14 12 26 100
Gemuk - 2 2 100
Beban Kerja
Ringan 10 5 15 100
0.025
Sedang 4 11 15 100
Masa Kerja
<19 th 3 6 9 100
0,440
>19 th 11 10 21 100
Usia
Dewasa
Awal 3 1 4 100
0.467 Dewasa
Akhir 4 6 10 100
Lansia
(12)
Berdasarkan Tabel 13. Status gizi yang dibawah normal ataupun diatas normal semuanya pada tingkat kelelahan dalam kategori sedang. Ada kecenderungan bahwa status gizi normal maka cederung tingkat kelelahan ringan nilai signifikansi 0,133 >0,05 maka dapat disimpulkan status gizi tidak mempengaruhi kelelahan kerja.
Pekerja dengan Beban kerja ringan diketahui 10 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 5 orang mengalami tingkat kelelahan kerja sedang. Sedangkan pada beban kerja sedang tingkat kelelahan kerja ringan ada 4 orang dan tingkat kelelelahan sedang ada 11 orang. Ada kecederungan bahwa beban kerja yang tinggi akan berdampak pada kelelahan yang semakin tinggi. Berdasarkan nilai signifikansi 0,025 <0,05 maka dapat disimpulkan Beban kerja berpengaruh terhadap tingkat kelelahan kerja.
Pekerja dengan masa kerja ≤19tahun diketahui 3 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 6 orang mengalami tingkat kelelahan kerja sedang. Sedangkan pekerja dengan masa kerja >19 tahun, 11 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 10 orang mengalami tingkat kelelahan sedang Berdasarkan nilai signifikansi 0,440>0,05 maka dapat disimpulkan masa kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat kelelahan kerja.
Pekerja yang usia masuk dalam kategori dewasa awal (26-35 tahun), 3 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 1 orang mengalami kelelahan kerja sedang.Sedangkan pekerja dengan usia yang masuk dalam kategori dewassa akhir (36-45 tahun), 4 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 6 orang
(13)
mengalami tingkat kelelahan kerja sedang. Pekerja dengan usia dalam kategori lansia awal (46-55 tahun), 7 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 9 orang tingkat kelelahan kerja sedang. Ada kecenderungan semakin tua usia seseorang maka akan meningkatkan kelelahan kerja. Diketahui bahwa nilai signifikansi 0,467>0,05 , maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap kelelahan kerja.
(1)
F. Hasil Pengukuran Kelelahan
1. Hasil pengukuran kelelahan dengan Reaction timer pada bagian proses Tabel 10. pengukuran kelelahan bagian proses
Hasil penilaian Reaction timer waktu reaksi paling cepat adalah 167,61 mili detik (kelelahan kerja ringan) dan waktu reaksi paling lama adalah 473,92 mili detik (Kelelahan Kerja Sedang). Rata-rata pekerja pada bagian proses mengalami kelelahan ringan dengan nilai Reaction
No Nama Reaction timer Kelelahan
1 Tug 188.9 KKR
2 And 231.03 KKR
3 Wah 370.22 KKR
4 Kad 363.28 KKR
5 Sur 233.36 KKR
6 Ad 232.3 KKR
7 Sura 473.92 KKS
8 Nurw 167.61 KKR
9 Sri 410.31 KKS
10 Pak 400.14 KKR
11 Sun 441.56 KKS
12 Sam 435.25 KKS
13 Sug 411.89 KKS
14 Bud 206.25 KKR
15 Sul 258.67 KKR
Min 167.61 KKR
Maks 473.92 KKS
Rata-rata 321.64 KKR
(2)
2. Hasil pengukuran kelelahan dengan Reaction timer pada bagian sizing Tabel 11. pengukuran kelelahan bagian sizing
No Nama Reaction timer Kelelahan
1 Tuk 483.51 KKS
2 Su 496.08 KKS
3 Erv 438.27 KKS
4 Su 308.9 KKR
5 Ang 547.6 KKS
6 Par 189.62 KKR
7 Wig 465.5 KKS
8 Sarj 309.86 KKR
9 Wid 423.12 KKS
10 Sup 446.52 KKS
11 Sula 274.76 KKR
12 Pur 486.76 KKS
13 Sun 456.94 KKS
14 Her 453.58 KKS
15 Ed 472.32 KKS
Min 189.62 KKR
Maks 547.6 KKS
Rata-rata 416.89 KKS
SD 99.07
Hasil penilaian Reaction timer waktu reaksi paling cepat adalah 189,62 mili detik (kelelahan kerja ringan) dan waktu reaksi paling lama adalah 547,60 mili detik (Kelelahan Kerja Sedang) Rata-rata pekerja pada bagian proses mengalami kelelahan sedang dengan nilai Reaction timer 416.89 mili detik.
(3)
G. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh antara iklim kerja dengan tingkat kelelahan kerja.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30 responden padaPT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta didapatkan hasil penghitungan statistik chi-square sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Penghitungan Chi Square Iklim Kerja dengan Kelelahan
Iklim Kerja
Kelelahan
Total
Chi-square p-value
KKR KKS
<NAB
10 5 15
6.652 0,025
66.70% 33.30% 100%
>NAB
4 11 15
26.70% 73.30% 100%
Total 14 16 30
46.70% 53.30% 100%
Berdasarkan Tabel 12. Diketahui bahwa dari 15 responden yang terpapar iklim kerja panas <NAB (bagian proses) yang kelahan kerja dalam kategori ringan ada 10 orang (66,7%), kelelahan kerja dalam kategori sedang ada 5 orang (33,3%). Pada 15 responden yang terpapar iklim kerja panas >NAB (bagian sizing) yang kelelahan kerja dalam kategori ringan ada 4 orang (26,7%), dan kelelahan kerja dalam kategori sedang juga ada 11 orang (73,3%). Berdasarkan
(4)
Uji chi square menunjukan nilai 6.652 dengan p-value 0,025<0,05 yang artinya H0 ditolak, atau ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja terhadap tingkat kelelahan kerja. Dimana semakin iklim kerja panas >NAB memberikan kecederungan tingkat kelelahan kerja yang semakin tinggi.
H. Pengaruh faktor lain terhadap kelelahan kerja
Selain iklim kerja ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja, seperti status gizi, beban kerja, masa kerja dan Usia. Berikut ini adalah gambaran pengaruh dari faktor-faktor tersebut.
Tabel 13. Pegaruh Faktor Lain Terhadap Kelelahan Kerja
Kelelahan KKR KKS Total
p-value
N N N %
Kurus - 2 2 100
0.133 Status
Gizi Normal 14 12 26 100
Gemuk - 2 2 100
Beban Kerja
Ringan 10 5 15 100
0.025
Sedang 4 11 15 100
Masa Kerja
<19 th 3 6 9 100
0,440
>19 th 11 10 21 100
Usia
Dewasa
Awal 3 1 4 100
0.467 Dewasa
Akhir 4 6 10 100
Lansia
(5)
Berdasarkan Tabel 13. Status gizi yang dibawah normal ataupun diatas normal semuanya pada tingkat kelelahan dalam kategori sedang. Ada kecenderungan bahwa status gizi normal maka cederung tingkat kelelahan ringan nilai signifikansi 0,133 >0,05 maka dapat disimpulkan status gizi tidak mempengaruhi kelelahan kerja.
Pekerja dengan Beban kerja ringan diketahui 10 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 5 orang mengalami tingkat kelelahan kerja sedang. Sedangkan pada beban kerja sedang tingkat kelelahan kerja ringan ada 4 orang dan tingkat kelelelahan sedang ada 11 orang. Ada kecederungan bahwa beban kerja yang tinggi akan berdampak pada kelelahan yang semakin tinggi. Berdasarkan nilai signifikansi 0,025 <0,05 maka dapat disimpulkan Beban kerja berpengaruh terhadap tingkat kelelahan kerja.
Pekerja dengan masa kerja ≤19tahun diketahui 3 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 6 orang mengalami tingkat kelelahan kerja sedang. Sedangkan pekerja dengan masa kerja >19 tahun, 11 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 10 orang mengalami tingkat kelelahan sedang Berdasarkan nilai signifikansi 0,440>0,05 maka dapat disimpulkan masa kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat kelelahan kerja.
Pekerja yang usia masuk dalam kategori dewasa awal (26-35 tahun), 3 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 1 orang mengalami kelelahan kerja
(6)
mengalami tingkat kelelahan kerja sedang. Pekerja dengan usia dalam kategori lansia awal (46-55 tahun), 7 orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan dan 9 orang tingkat kelelahan kerja sedang. Ada kecenderungan semakin tua usia seseorang maka akan meningkatkan kelelahan kerja. Diketahui bahwa nilai signifikansi 0,467>0,05 , maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap kelelahan kerja.