PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP N SATU ATAP 6 PAKKAT HUMBAHAS.

(1)

Oleh:

Rima Aprianti Simbolon NIM 4101111044

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(2)

(3)

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DAN PEMBELAJARAN

KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP N SATU ATAP 6 PAKKAT HUMBAHAS

Rima Aprianti Simbolon (NIM. 4101111044)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pokok tabung dan kerucut di kelas IX SMP Negeri Satu Atap 6 Pakkat Humbahas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas IX SMP Negeri Satu Atap 6 Pakkat semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 3 kelas paralel dengan rata-rata jumlah siswa tiap kelas adalah 24 orang. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu kelas IX-A sebanyak 24 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas IX-B sebanyak 22 orang sebagai kelas kontrol yang ditentukan secara random dengan sistem undi. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan memberikan perlakuan pada kelompok sampel penelitian kemudian diberikan pretes dan postes, sebagai alat pengumpulan data digunakan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam bentuk tes objektif pada materi pokok tabung dan kerucut sebanyak 4 soal yang telah dinyatakan valid. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas tes dengan menggunakan teknik liliefors dan homogenitas tes dengan menggunakan uji F. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan homogen. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis inferensial regresi anakova. Hasil penelitian diperoleh persamaan regresi untuk kelas eksperimen yaitu Y=59,832+0,349 X dan kelas kontrol Y=54,242+0,363 X. Berdasarkan uji keberartian model regresi dan uji linieritas model regresi diperoleh kesimpulan bahwa model regresi kelas eksperimen dan kontrol berarti dan linier. Berdasarkan uji kesamaan dua model regresi dan homogenitas gradient regresi diperoleh kesimpulan bahwa kedua model regresi sama dan sejajar (homogen). Karena syarat homogenitas dipenuhi, maka analisis kovarians dapat dilakukan. Berdasarkan perhitungan uji analisis kovarians dapat diperoleh �ℎ� �� >� �� yaitu 12,597 > 4,025 pada taraf ∝= 0,05. Ini berarti ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pokok tabung dan kerucut di kelas IX SMP N Satu Atap 6 Pakkat Humbahas.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 9

1.7. Definisi Operasional 9

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Masalah Dalam Matematika 11

2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 12

2.1.3. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model

Pembelajaran 15

2.1.4. Pengertian Pembelajaran Matematika 18

2.1.5. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) 20 2.1.6. Jenis-Jenis Kegiatan dalam Auditory Intellectually

Repetition (AIR) 24

2.1.7. Pembelajaran Konvensional 27

2.2. Materi Pelajaran 29

2.3. Penelitian Yang Relevan 34

2.4. Kerangka Konseptual 34

2.4. Hipotesis Penelitian 36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 37

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 37

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 37

3.3.1. Populasi 37

3.3.2. Sampel 37

3.4. Variabel dan Instrumen Penelitian 38

3.4.1. Variabel Penelitian 38


(5)

3.4.1.2Variabel Terikat 38

3.4.2. Instrumen Penelitian 39

3.5. Desain Penelitian 41

3.6. Produser Penelitian 42

3.6.1. Tahap Persiapan 42

3.6.2. Tahap Pelaksanaan 43

3.6.3. Tahap Akhir 43

3.7. Teknik Analisis Data 44

3.7.1. Uji Normalitas 45

3.7.2. Uji Homogenitas 46

3.7.3. Uji Hipotesis 46

3.7.4. Menentukan Besar Pengaruh Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 52

4.1.1. Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52

4.1.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53

4.2. Analisis Data Hasil Penelitian 54

4.2.1. Uji Normalitas Data 54

4.2.2. Uji Homogenitas Data 55

4.2.3. Pengujian Hipotesis Data 55

4.2.3.1 Uji Linieritas regresi 55

4.2.3.2 Menentukan Model Regresi 56

4.2.3.3 Uji Keberartian Model Regresi 58

4.2.3.4 Uji Kesamaan Model Regresi 59

4.2.3.5 Uji Homogenitas Gradient Regresi 60

4.2.3.6 Uji ANAKOVA 60

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 68

5.2. Saran 68


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah-langkah pembelajaran AIR 25

Tabel 3.1. Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 39

Tabel 3.2. Rancangan Eksperimen 42

Tabel 3.3. Analisis Varians Untuk Uji Kelinieran Model Regresi 48

Tabel 3.4. Anava Regresi Linier Sederhana 49

Tabel 3.5. Daftar Anakova 51

Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52

Tabel 4.2. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53

Tabel 4.3. Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretes dan Postes Kedua Kelas 54

Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Normalitas Data Hasil Kemampuan

Pemecahan Masalah Siswa 54

Tabel 4.5. Data Hasil Uji Homogenitas 55

Tabel 4.6. Data Hasil Uji Kelinieran Model Regresi Kelas Eksperimen 56

Tabel 4.7. Data Hasil Uji Kelinieran Model Regresi Kelas Kontrol 56

Tabel 4.8. Data Hasil Uji Keberartian Model Regresi Kelas Eksperimen 58

Tabel 4.9. Data Hasil Uji Keberartian Model Regresi Kelas Kontrol 59


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Struktur Pembelajaran 18

Gambar 2.2. Tabung 29

Gambar 2.3. Tabung Dan Rangkaiannya 30

Gambar 2.4. Kerucut 31

Gambar 2 5. Kerucut dan Rangkaiannya 31

Gambar 2.6. Tabung dan Kerucut 33

Gambar 3.1. Diagram Prosedur Penelitian 44

Gambar 4.1 Persamaan Garis Regresi Kelas Eksperimen 57

Gambar 4.2 Persamaan Garis Regresi Kelas Kontrol 57


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen)-I 72

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen)-II 79

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen)-III 86

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Kontrol) -I 93

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Kontrol)-II 97

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Kontrol)-III 101

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa- 1 106

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa- II 110

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa- III 115

Lampiran 10. Kisi-Kisi Pretes 122

Lampiran 11. Soal Pretes 123

Lampiran 12. Kunci jawaban Pretes 125

Lampiran 13. Pedoman Penskoran Pretes 127

Lampiran 14. Kisi-Kisi Postes (Tes Pemecahan Masalah) 128

Lampiran 15. Soal Postes (Tes Pemecahan Masalah) 130

Lampiran 16. Kunci Jawaban Postes (Tes Pemecahan Masalah) 132

Lampiran 17. Pedoman Penskoran Postes (Tes Pemecahan Masalah) 134

Lampiran 18. Lembar Validasi Pretes 135

Lampiran 19. Lembar Validasi Postes 138

Lampiran 20. Daftar Nama Validasi 141

Lampiran 21. Data Nilai Pretes dan Postes Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 142

Lampiran 22. Prosedur Perhitungan Rata-rata, Varians,dan Simpangan Baku 146

Lampiran 23. Perhitungan Uji Normalitas 149

Lampiran 24. Perhitungan Uji Homogenitas 154

Lampiran 25. Perhitungan Uji Hipotesis 156

Lampiran26. Menentukan Besar Pengaruh Model Pembelajaran

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 170

Lampiran 27. Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors 172

Lampiran 28. Dokunentasi Penelitian 173


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia demi kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan kualitas sumber daya manusia dan kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikannya. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan suatu bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar dan sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, mengkomunikasikan gagasan, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat serta peningkatan sumber daya manusia. Matematika merupakan poros yang paling diutamakan di sekolah karena pelajaran matematika adalah salah mata pelajaran yang diikutsertakan dalam Ujian Nasional.

Sihombing (2013:89) mengemukakan :

Tujuan pembelajaran matematika adalah (1) melatih cara berpikir dalam nalar atau menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten; (2) mengembangkan aktifitas kreatif yang menyebabkan imajinasi, intuisi dan penemuan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba; (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah; (4)


(10)

mengkomunikasikan gagasan antara lain memlalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Oleh karena peranan matematika yang sangat besar, seharusnya matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik , sehingga dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya . Akan tetapi kenyataan yang sering ditemukan di lapangan adalah bahwa masih sering terjadi kritikan dan sorotan tentang rendahnya mutu pendidikan oleh masyrakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, maupun para pengajar pendidikan terutama para guru matematika. Baik itu yang dilakukan secara terang-terangan melalui media cetak maupun media elektronik. Terutama terhadap pelajaran matematika, pada kenyataan sampai saat ini masih rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Hal ini dapat kita lihat dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)

menunjukkan bahwa : “Peringkat Indonesia dalam bidang matematika turun dari

58 menjadi 62 dari 130 negara di dunia”. Hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan bagi kelulusan sebagian besar siswa.

Turmudi (2009: 1) juga mengatakan bahwa “Bertahun-tahun ahli pendidikan matematika telah mengupayakan agar matematika dapat dikuasai dengan baik. Namun, hasilnya masih menunjukkan bahwa tidak banyak siswa

yang menyukai matematika dari setiap kelasnya”.

Hal ini disebabkan masih banyaknya guru dalam menyampaikan materi pelajaran hanya menjelaskan tanpa melibatkan siswa, kemudian memberikan contoh soal dan pekerjaan rumah sehingga model pembelajarannya masih

konvensional atau sering dikatakan bersifat “teacher-centered”. Pendekatan pembelajaran ini mengakibatkan rendahnya kemampuam pemecahan masalah siswa. Padahal salah satu tujuan pembelajaran matematika yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan pemecahan masalah dan dapat mengkomunikasikannya.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Metode pemecahan masalah adalah suatu cara pembelajaran dengan


(11)

menghadapkan siswa kepada suatu masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan. Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dan tujuan yang harus dicapai. Pemecahan masalah sebagai pendekatan digunakan untuk menemukan dan memahami materi atau konsep matematika. Sedangkan

pemecahan masalah sebagai tujuan diharapkan agar siswa dapat

mengidentifikasikan unsur yang diketahui, ditanya serta kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah dan menjelaskan hasil sesuai dengan permasalahan asal. Dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan seluaas-luasnya untuk berinisisatif dan berpikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya. Polya menggambarkan kemampuan pemecahan masalah yang harus dibangun siswa meliputi kemampuan siswa memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan memeriksa kembali prosedur hasil penyelesaian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah memegang peranan penting dan perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran. Akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.

Bangun ruang merupakan salah satu pokok bahasan pada mata pelajaran matematika SMP Kelas IX. Pada sub pokok bahasan ini masih banyak yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru mata pelajarannya terutama pada materi tabung dan kerucut. Ibu D. Manik, salah seorang guru matematika kelas IX SMP Negeri Satu Atap 6 Pakkat Humbahas, mengatakan bahwa:

Siswa mengalami kesulitan dalam memahami rumus pada materi tabung

dan kerucut. Banyak siswa masih kurang mampu menerjemahkan soal –

soal tersebut sehingga tidak mampu menjawab soal tersebut. Mungkin itu disebabkan oleh dasar mereka kurang bagus. Selama ini guru juga sudah mengajarkan materi tabung dan kerucut secara jelas dan memberikan contoh soal-soal serta tugas latihan sesuai dengan materi yang diajarkan tetapi, tetap saja siswa sulit dalam memahami dan menemukan rumus pada soal-soal yang diberikan oleh guru karena siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh gurunya tanpa mau mencari sumber lain.


(12)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa materi tabung dan kerucut merupakan salah satu materi yang memang cukup sulit bagi siswa karena siswa sulit untuk menyelesaikan soal-soal pada materi tabung dan kerucut yang diberikan oleh guru, apalagi jika soal-soal yang diberikan oleh guru berbeda dengan contoh soal yang diberikan. Padahal perbedaan contoh soal dengan soal yang diberikan guru hanya pada apa yang diketahui dan apa yang akan dicari. Dengan begitu, berarti kemampuan siswa dalam memahami soal masih rendah. Siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam memahami soal otomatis hasil belajarnya juga rendah. Sehingga hasil belajar yang dicapai siswa tidak kompeten.

Observasi selanjutnya adalah pemberian tes yang berhubungan dengan pemecahan masalah bentuk soal cerita. Siswa kesulitan memecahkan soal cerita seperti berikut :

1.Diketahui sebuah tangki air berbentuk tabung tertutup mempunyai volume 2.156 ��3. Jika tinggi tangki tersebut 14 cm dan �= 22

7 maka berapa luas alas tangki tersebut?

2.Taman kota memiliki keliling 60 m. Taman tersebut berbentuk persegi panjang dengan panjangnya 5 m lebih dari lebarnya. Berapakah luas dari taman kota itu?

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

No Hasil Pekerjaan Siswa Analisis Kesalahan

1  Tidak menuliskan

apa yang diketahui dan ditanyakan.

 Salah memodelkan

data ke dalam model matematika.

 Salah pengerjaan penyelesaian soal.


(13)

 Tidak ada

pemisalan besaran kepada variabel tertentu.

 Salah menuliskan

yang diketahui dan ditanya karena tidak memahami soal.

 Tidak ada

pemodelan matematika dari masalah.

 Salam pengerjaan

penyelesaian soal

2,  Salah menuliskan

diketahui dan ditanya karena Salah mengartikan informasi dari soal.

 Salah memodelkan

data untuk panjang

 Salah menuliskan

diketahui dan ditanya karena Salah mengartikan informasi dari soal.

 Salah memodelkan

data untuk panjang.

 Salah


(14)

Dari tabel di atas yang merupakan hasil pekerjaan siswa diketahui bahwa siswa tidak memahami masalah yang diberikan sehingga yang terjadi siswa tidak mengerti menyusun langkah awal penyelesaian seperti mengumpulkan informasi yang diperoleh dari masalah tersebut dan siswa kesulitan merencanakan penyelesaiannya lalu jawabannya salah karena tidak mampu mengerjakannya.

Hasil wawancara pada siswa yang juga dilakukan oleh peneliti pada bulan Februari 2014 menyimpulkan bahwa, untuk menyelesaikan masalah pada suatu soal cerita siswa sering kali tidak tahu bagaimana membuat model matematika sehingga soal tersebut dianggap sulit untuk dikerjakan. Padahal untuk menyelesaikan suatu masalah diperlukan langkah-langkah dimana siswa harus memahami masalah, menyusun model matematikanya, lalu menyelesaikannya dengan pengetahuan dasar mereka kemudian menarik kesimpulan dari penyelesaian tersebut.

Oleh karena itu kemampuan pemecahan masalah matematika perlu mendapatkan perhatian karena merupakan kemampuan yang diperlukan dalam belajar. Kemampuan pemecahan masalah matematika dapat mendorong siswa dalam belajar bermakna dan belajar kebersamaan, selain itu dapat membantu siswa dalam menghadapi permasalahan keseharian secara umum. Dengan demikian pemecahan masalah matematika memiliki peran yang cukup besar bagi siswa. Akan tetapi kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran belum menjadi kegiatan utama sehingga masih banyak siswa yang merasa kesulitan dan merasa menderita menghadapi pemecahan masalah.

Penyebab lain adalah pendekatan pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, bahkan siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham terhadap materi yang disajikan oleh guru. Di samping itu, guru senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki siswa akibatnya pembelajaran bermakna yang diharapkan tidak akan terjadi. Anak akan belajar dengan cara menghapal, mengingat materi, rumus-rumus, defenisi, unsur-unsur dan sebagainya. Guru yang


(15)

tidak lain merupakan penyampaian informasi dengan lebih mengaktifkan guru sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan sesekali siswa menjawab, guru memberikan contoh soal dilanjutkan dengan memberikan latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih daya nalar, kemudian guru memberikan penilaian.

Dari masalah-masalah yang ditemukan peneliti, maka perlu adanya perubahan dalam pembelajaran matematika, dalam hal ini peneliti menawarkan model pembelajaran matematika yang menyenangkan dan mendukung perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan konsep pembelajaran yang nyaman serta penuh motivasi yaitu model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition ( AIR ). Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah model pembelajaran dimana guru sebagai fasilitator dan siswalah yang lebih aktif. Model pembelajaran ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan Auditory Intellectually dan Repetition. Auditory bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectually bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mind on) , harus dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan. Sedangkan Repetition adalah pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

Melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR), diharapkan siswa akan lebih baik dalam memahami materi tabung dan kerucut serta mampu membangun pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam yang akan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR),

dengan judul: “Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Auditory


(16)

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP N Satu Atap 6 Pakkat Humbahas.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2. Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran matematika karena dianggap membosankan.

3. Metode mengajar yang digunakan guru masih konvensional.

4. Kemampuan siswa dalam memahami soal masih rendah.

5. Siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah

matematika.

6. Guru kurang melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan belajar mengajar.

1.3. Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi

dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih mendalam dan terarah. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini terbatas yaitu pada proses kemampuan masalah siswa serta pengaruh model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) pada materi pokok tabung dan kerucut di kelas IX SMP Negeri Satu Atap 6 Pakkat Humbahas.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam dalam hal ini adalah: Apakah ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pokok tabung dan kerucut di kelas IX SMP Negeri Satu Atap 6 Pakkat Humbahas?


(17)

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk memperoleh gambaran adanya pengaruh yang signifikan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pokok tabung dan kerucut di kelas IX SMP Negeri Satu Atap 6 Pakkat Humbahas.

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu:

1. Bagi siswa, melalui model pembelajaran auditory intelectually repetition (AIR) diharapkan terbina sikap belajar yang positif dan kreatif dalam memecahkan masalah.

2. Bagi guru, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran matematika dalam membantu siswa memecahkan masalah matematika.

3. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan bagi diri sendiri, terutama mengenai perkembangan serta kebutuhan siswa, sebelum memasuki proses belajar mengajar yang sesungguhnya.

4. Bagi peneliti berikutnya, sebagai bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian dalam permasalahan yang sama.

1.7. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran terhadap apa yang akan diteliti, maka peneliti mengajukan defenisi operasional sebagai berikut:

a. Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition ( AIR ) adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan Auditory, Intellectually dan Repetition. Dimana Auditory berati bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak,

berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan


(18)

mengidentifikasi, menemukan, memecahkan masalah dan menerapkan. Sedangkan Repetition adalah pengulangan yang berarti pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

b. Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan yang ditunjukkan

siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang ditinjau dari (1)memahami masalah; (2)membuat rencana pemecahan; (3)melaksanakan rencana; (4)memeriksa kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh.

c. Pembelajaran konvensional adalah prosedur dalam pembelajaran yang biasa digunakan guru dalam mengajar. Adapun langkah-langkahnya adalah guru menyiapkan bahan pelajaran secara sistematis dan rapi, menjelaskan materi pelajaran, siswa diberi kesempatan bertanya, siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan guru, siswa dan guru membahas soal latihan, kemudian guru memberi soal-soal pekerjaan rumah.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ainia, Qurotuh, (2012), Eskperimen Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetion (AIR)Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Karakteristik Belaja Siswa Kelas VII SMP Negeri Se-Kecamatan Kaligesing T.A 2011/201, Prosiding, Yogyakarta:UNY.

Akhmadsudrajat,(2008),http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendek atan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/ (diakses pada tanggal 12/2/2014).

Fauzan,

(2008),http://eprints.ung.ac.id/1203/5/2012-2-84202-411408032-gaya-belajar-auditorial-06022013031029.pdf, (diakses pada tanggal 10/04/2014).

FMIPA, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Program Studi Pendidikan, FMIPA UNIMED: Medan.

Hudojo, Herman., (1988), Belajar Mengajar Matematika, Depdikbud P2LPTK: Jakarta.

Hudojo,Herman, (2005), Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran

Matematika, IKIP MALANG: Malang.

Ivo, Ino, (2012), Pengaruh Pendekatan Strategi Belajar matematika, Tesis, UNIMED: Medan.

Labarasi, (2011),

http://labarasi.wordpress.com/2011/10/25/matematika-smp-tabung-kerucut-dan-bola/ (diakses pada tanggal 12/04/2014).

Maharani, (2012), Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajar Menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik dengan Pembelajaran Konvensional di Kelas IX SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2012 / 2013,Skripsi, FMIPA UNIMED: Medan.

Mustaqimah, (2012), Efektivitas Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetion (AIR) Dengan Setting Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Pemahaman Konsep dan motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Yogyakarta, Disertasi,UIN Sunan Kalijaga:Yogyakarta.

Nasution, Wahyuni., (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah pertama Melalui Pendekatsn Matematika Realistik., Tesis, FMIPA Unimed : Medan.


(20)

Nindaayuasmara,(2013),http://nindaayuasmara.blogspot.com/2013/01/pengertian -rumus-sifat-sifat-tabung.html (diakses pada tanggal 10/04/2014).

Purniawati,Sisca, (2013), Implementasi Model Pembelajaran Auditory

Intellectually Repetition (Air) Pada Materi Bangun Datar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Vii N 1 Pabelan, Skripsi, Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga.

Robert, (2010), Penggunaan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetion (AIR) Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Malang, Skripsi, IKIP MALANG: Malang.

Rose, dkk, (2003), Auditory (Belajar membaca dan mendengar).

http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif. (diakses pada tanggal 21/3/2014 ).

Rusdi, (2011), http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-polya.pdf. (diakses pada tanggal 6/3/2014 ).

Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media Group, Jakarta.

Septi, W, Prihastuti, dkk, (2011), Pemecahan Masalah Matematis Siswa Ditinjau Dari Tingkat Kemampuan Dasar Matematika, Jurnal, FKIP Universitas Tanjungpura: Pontianak.

Sihombing, W.L, (2013), Telaah Kurikulum Matematika Sekolah. FMIPA UNIMED : Medan.

Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta: Jakarta.

Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito: Bandung.

Sugiyono, (2012), Metoda Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta: Bandung.

Suherman, Erman, (2008), http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa/ (diakses pada tanggal 6/04/2014).

Syah, Muhibbin, (2003), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya: Bandung.

Syamsuddin,Abin,2003,http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache: ef4yfyG9nXIJ:file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLA H/195404021980112001IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_stra


(21)

tegi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf+&cd=3&hl=en&ct=clnk&client= opera (diakses pada 12/2/2014).

Turmudi, (2009), Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika, Leuser Cita Pustaka: Jakarta.

Yudhaanggara,(2008),http://yudhaanggara147.wordpress.com/artikel/pembelajar


(1)

8

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP N Satu Atap 6 Pakkat Humbahas.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2. Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran matematika karena dianggap membosankan.

3. Metode mengajar yang digunakan guru masih konvensional. 4. Kemampuan siswa dalam memahami soal masih rendah.

5. Siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah matematika.

6. Guru kurang melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan belajar mengajar.

1.3. Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih mendalam dan terarah. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini terbatas yaitu pada proses kemampuan masalah siswa serta pengaruh model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) pada materi pokok tabung dan kerucut di kelas IX SMP Negeri Satu Atap 6 Pakkat Humbahas.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam dalam hal ini adalah: Apakah ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pokok tabung dan kerucut di kelas IX SMP Negeri Satu Atap 6 Pakkat Humbahas?


(2)

9

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk memperoleh gambaran adanya pengaruh yang signifikan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pokok tabung dan kerucut di kelas IX SMP Negeri Satu Atap 6 Pakkat Humbahas.

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu:

1. Bagi siswa, melalui model pembelajaran auditory intelectually repetition (AIR) diharapkan terbina sikap belajar yang positif dan kreatif dalam memecahkan masalah.

2. Bagi guru, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran matematika dalam membantu siswa memecahkan masalah matematika.

3. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan bagi diri sendiri, terutama mengenai perkembangan serta kebutuhan siswa, sebelum memasuki proses belajar mengajar yang sesungguhnya.

4. Bagi peneliti berikutnya, sebagai bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian dalam permasalahan yang sama.

1.7. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran terhadap apa yang akan diteliti, maka peneliti mengajukan defenisi operasional sebagai berikut:

a. Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition ( AIR ) adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan Auditory, Intellectually dan Repetition. Dimana Auditory berati bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectually berarti bahwa belajar dengan menyelidiki,


(3)

10

mengidentifikasi, menemukan, memecahkan masalah dan menerapkan. Sedangkan Repetition adalah pengulangan yang berarti pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

b. Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan yang ditunjukkan siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang ditinjau dari (1)memahami masalah; (2)membuat rencana pemecahan; (3)melaksanakan rencana; (4)memeriksa kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh.

c. Pembelajaran konvensional adalah prosedur dalam pembelajaran yang biasa digunakan guru dalam mengajar. Adapun langkah-langkahnya adalah guru menyiapkan bahan pelajaran secara sistematis dan rapi, menjelaskan materi pelajaran, siswa diberi kesempatan bertanya, siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan guru, siswa dan guru membahas soal latihan, kemudian guru memberi soal-soal pekerjaan rumah.


(4)

69

DAFTAR PUSTAKA

Ainia, Qurotuh, (2012), Eskperimen Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetion (AIR)Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Karakteristik Belaja Siswa Kelas VII SMP Negeri Se-Kecamatan Kaligesing T.A 2011/201, Prosiding, Yogyakarta:UNY.

Akhmadsudrajat,(2008),http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendek atan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/ (diakses pada tanggal 12/2/2014).

Fauzan, (2008),http://eprints.ung.ac.id/1203/5/2012-2-84202-411408032-gaya-belajar-auditorial-06022013031029.pdf, (diakses pada tanggal 10/04/2014).

FMIPA, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Program Studi Pendidikan, FMIPA UNIMED: Medan.

Hudojo, Herman., (1988), Belajar Mengajar Matematika, Depdikbud P2LPTK: Jakarta.

Hudojo,Herman, (2005), Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran Matematika, IKIP MALANG: Malang.

Ivo, Ino, (2012), Pengaruh Pendekatan Strategi Belajar matematika, Tesis, UNIMED: Medan.

Labarasi, (2011), http://labarasi.wordpress.com/2011/10/25/matematika-smp-tabung-kerucut-dan-bola/ (diakses pada tanggal 12/04/2014).

Maharani, (2012), Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajar Menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik dengan Pembelajaran Konvensional di Kelas IX SMP Negeri 3 Lubuk Pakam T.A 2012 / 2013,Skripsi, FMIPA UNIMED: Medan.

Mustaqimah, (2012), Efektivitas Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetion (AIR) Dengan Setting Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Pemahaman Konsep dan motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Yogyakarta, Disertasi,UIN Sunan Kalijaga:Yogyakarta.

Nasution, Wahyuni., (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah pertama Melalui Pendekatsn Matematika Realistik., Tesis, FMIPA Unimed : Medan.


(5)

70

Nindaayuasmara,(2013),http://nindaayuasmara.blogspot.com/2013/01/pengertian -rumus-sifat-sifat-tabung.html (diakses pada tanggal 10/04/2014).

Purniawati,Sisca, (2013), Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (Air) Pada Materi Bangun Datar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Vii N 1 Pabelan, Skripsi, Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga.

Robert, (2010), Penggunaan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetion (AIR) Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Malang, Skripsi, IKIP MALANG: Malang. Rose, dkk, (2003), Auditory (Belajar membaca dan mendengar).

http://pendidikan.infogue.com/modelpembelajaraninovatif. (diakses pada tanggal 21/3/2014 ).

Rusdi, (2011), http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-polya.pdf. (diakses pada tanggal 6/3/2014 ).

Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media Group, Jakarta.

Septi, W, Prihastuti, dkk, (2011), Pemecahan Masalah Matematis Siswa Ditinjau Dari Tingkat Kemampuan Dasar Matematika, Jurnal, FKIP Universitas Tanjungpura: Pontianak.

Sihombing, W.L, (2013), Telaah Kurikulum Matematika Sekolah. FMIPA UNIMED : Medan.

Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta: Jakarta.

Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito: Bandung.

Sugiyono, (2012), Metoda Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta: Bandung.

Suherman, Erman, (2008), http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa/ (diakses pada tanggal 6/04/2014).

Syah, Muhibbin, (2003), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya: Bandung.

Syamsuddin,Abin,2003,http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache: ef4yfyG9nXIJ:file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLA H/195404021980112001IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_stra


(6)

71

tegi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf+&cd=3&hl=en&ct=clnk&client= opera (diakses pada 12/2/2014).

Turmudi, (2009), Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika, Leuser Cita Pustaka: Jakarta.

Yudhaanggara,(2008),http://yudhaanggara147.wordpress.com/artikel/pembelajar


Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

KEEFEKTIFAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) BERBANTUAN LKPD TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP

0 20 259

PENINGKATAN KARAKTER DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) PADA MATERI SEGI EMPAT KELAS VII

0 16 263

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (Air) Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Prestasi Belajar Matematika Si

0 1 15

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

PROFIL KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA.

4 12 95

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI WAKTU, JARAK, DAN KECEPATAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 AJIBARANG KELAS VII MELALUI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan pemecahan masalah matematika - PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 PADAMARA - repository perpustakaan

0 0 11