Pengaruh Pola Asuh Single Parent Terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja : studi kasus terhadap siswa SMA Negeri 10 Bandung.

(1)

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP

PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA

(Studi Kasus terhadap Siswa SMA Negeri 10 Kota Bandung)

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Universitas Pendidikan Indonesia

oleh

Yusni Oktaviani 1100884

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA

(Studi Kasus terhadap Siswa SMA Negeri 10 Kota Bandung)

oleh

Yusni Oktaviani 1100884

Diajukan untuk memenuhi sebagaian syarat gelar sarjana Pendidikan Sosiologi

©Yusni Oktaviani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan cetakan ulang, di foto copi, atau cara lainnya tanpa seizin penulis


(3)

YUSNI OKTAVIANI

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA

(Studi Kasus terhadap Siswa SMA Negeri 10 Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D NIP 196804031991032002

Pembimbing II

Dra. Wilodati, M.Si NIP 196801141992032002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

Siti Komariah, M. Si., Ph. D. NIP 196804031991032002


(4)

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP

PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA

(STUDI KASUS TERHADAP SISWA SMA NEGERI 10 BANDUNG)

Yusni Oktaviani (1100884) ABSTRAK

Seiring perkembangan zaman dan tranformasi budaya, baik budaya masa maupun budaya populer di masyarakat, hal ini berdampak terhadap banyaknya para remaja yang mengubah gaya hidupnya. Pada kenyataannya perubahan gaya hidup ini berdampak kepada meningkatnya perilaku menyimpang di masyarakat. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah semakin meningkatnya perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja di kota Bandung terutama siswa SMA, serta kurangnya pengawasan dari orang tua dalam mencegah perilaku ini. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki orang tua single parent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola asuh single parent yang diterapkan dan kondisi perilaku seks pranikah siswa serta adakah pengaruh dari pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja atau siswa di SMA Negeri 10 Bandung. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pola asuh single parent dan perilaku seks pranikah remaja. Dimensi yang digunakan untuk pola asuh single parent ini adalah: pola asuh demokratis, permisif, dan otoriter, sedangkan dimensi perilaku seks pranikah remaja adalah bermesraan, bercumbu dan berhubungan kelamin. Penelitian ini menggunakan metode explanatory survey, teknik pengumpulan data dengan cara penyebaran angket (kuesioner). Instrumen yang digunakan adalah angket model skala Likert. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang paling dominan dalam pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent pada siswa SMAN 10 Bandung, (2) Perilaku seks pranikah pada siswa SMAN 10 Bandung tergolong tinggi dimana memiliki rata-rata sebesar 2,77, (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari pola asuh

single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja.


(5)

THE INFLUENCE OF SINGLE PARENT PARENTING STYLE ON

ADOLESCENTS’ PREMARITAL SEX BEHAVIOR

(A CASE STUDY OF 10 SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN

BANDUNG)

Yusni Oktaviani 1100884 ABSTRACT

The development and transformation of culture, either mass or popular culture among society, result in changes in many adolescents’ lifestyles. In fact, the changes affect the increase of deviant behavior among society. Two problems proposed in this current study are the increase of adolescents’ premarital sex behavior committed by adolescents, particularly high school students in Bandung, and the lack of monitoring by parents to prevent this behavior. This study is conducted to 10 Senior High School students’ who have single parent parenting style. The aims of the study are to discover the pattern of single parent parenting style implemented by the parents and to discover the influence of single parent parenting style on Bandung 10 Senior High School students’ premarital sex behavior. The variable analyzed in the current study is single parent parenting style pattern and adolescents’ premarital sex behavior. The dimensions utilized for single parent parenting style are: democratic, permissive and authoritative styles. Meanwhile, the dimensions for adolescents’ premarital sex behavior are intimacy, flattery and sexual activity. This study employs explanatory survey method, which settles questionnaire to collect the data. Likert scale is utilised as the research instrument. The data is analyzed through simple regression analysis. The study reveals that : (1) Permissive style is the most dominant parenting style implemented by single parent of Bandung 10 Senior High School Bandung students, (2) The premarital sex behavior among the students is considered high in which it counts 2,77 on average, (3) There is positive and significant influence of single parent parenting pattern on adolescents’ premarital sex behavior.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KERANGKA TEORETIS ... 10

2.1 Konsep Keluarga ... 10

2.1.1 Pengertian Keluarga ... 10

2.1.2 Fungsi Keluarga ... 12

2.1.3 Peranan Keluargaatau Orang Tua ... 15

2.2 Konsep Pola Asuh Orang Tua ... 17

2.2.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 17


(7)

2.2.3 Dampak Pola Asuh Orang Tua ... 25

2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pola Asuh ... 30

2.3 Single Parent ... 31

2.3.1 Pengertian Single Parent ... 31

2.3.2 Permasalahan-permasalahan Umum yang Dihadapi Oleh Single Parent ... 31

2.3.3 Pola AsuhSingle Parent ... 33

2.4 Perilaku Seks Pranikah ... 34

2.4.1 Pengertian Perilaku Seks Pranikah... 34

2.4.2 Aspek Perilaku Seksual ... 35

2.4.3 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah ... 37

2.4.4 Dampak Perilaku Seks Pranikah ... 40

2.5 Remaja... 41

2.5.1 Pengertian Remaja ... 41

2.5.2 Batas Usia Remaja ... 42

2.5.3 Ciri-ciri Remaja ... 44

2.5.4 Tugas Perkembangan Remaja ... 47

2.6 Penelitian Terdahulu ... 50

2.7 Kerangka Pikir ... 52

2.8 Hipotesis ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

3.1 Desain Penelitian ... 55

3.2 Lokasi Penelitian ... 58


(8)

3.4 Instrumen Penelitian... 60

3.4.1 Sumber Data ... 60

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.4.3 Instrumen Penelitian ... 63

3.4.3.1 Variabel Penelitian ... 63

3.4.3.2 Uji Validitas ... 66

3.4.3.3 Uji Realibilitas ... 68

3.5 Prosedur Penelitian... 69

3.6 Analisis Data ... 71

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 72

3.6.2 Metode Succesive Interval (MSI) ... 73

3.6.3 Uji Normalitas ... 74

3.6.4 Uji Linieritas ... 76

3.6.5 Analisis Regresi Sederhana ... 79

3.6.6 Pengujian Hipotesis ... 80

3.6.7 Koefisien Determinasi ... 81

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 82

4.1 Profil Tempat Penelitian ... 82

4.2 Temuan Penelitian ... 86

4.2.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ... 86

4.2.2 Hasil Identitas Responden ... 92

4.2.3 Gambaran Variabel Penelitian ... 94

4.2.4 Analisis Regresi Sederhana ... 164


(9)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 179

5.1 Simpulan ... 179

5.2 Implikasi ... 181

5.3 Rekomendasi ... 181

DAFTAR PUSTAKA ... 183


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, pergaulan bebas merupakan fenomena yang tidak asing lagi. Pergaulan bebas dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari pergaulan yang benar, pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk dari pergaulan luar batas dan sering dihubungkan dengan perilaku seks bebas.

Perilaku seksual remaja Indonesia dapat dikatakan sangat kompleks, karena telah banyak pula penelitian mengenai hal tersebut diantaranya yang terdapat pada data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada 2007 lalu menemukan bahwa perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia. Satu prosen remaja perempuan dan enam prosen remaja pria mengaku telah menjalani perilaku seks bebas, begitupun pada remaja yang mengetahui teman mereka melakukan seks bebas di luar nikah jumlahnya sangat besar, mencapai 26 prosen. Masih berdasarkan sumber data yang sama menunjukkan pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin berani dan terbuka seperti, berpegangan tangan, berciuman serta meraba dan merangsang.

Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan remaja diperkuat oleh data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2009 dari penelitian di empat kota. Sebanyak 35,9 prosen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, bahkan, 6,9 prosen responden telah melakukan hubungan seks pranikah. Keempat kota itu adalah Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya. (Tersedia:http://pergaulanremaja-1992.blogspot.com/2011/11/blog-post.html)

Kenakalan remaja kini lebih sering ditemukan dalam bentuk kasus seks pranikah. Data Adolescent Reproductive Health, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) menemukan kasus ini mencapai angka 14,6 prosen pada laki-laki dan 1,8 pada perempuan. Hal tersebut lebih dikuatkan lagi dengan adanya data dari Tim


(11)

Ahli Komisi Perlindungan Anak berdasarkan survei terhadap kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan pada tahun 2007 remaja usia 15-19 tahun baik putra maupun putri tidak sedikit yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Data terhadap 10.833 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun didapatkan sekitar 72 prosen sudah berpacaran, 92 prosen sudah pernah berciuman, 62 prosen sudah pernah meraba-raba pasangan dan sekitar 10,2 prosen sudah pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan hasil survei dari 9.344 remaja putri yang berusia 15-19 tahun didapatkan data sekitar 77 prosen sudah berpacaran, 92 prosen sudah pernah berciuman, 62 prosen sudah pernah meraba-raba pasangan dan 6,3 prosen sudah pernah melakukan hubungan seksual. (Tersedia:http://poskotanews.com/2012/11/06/perilaku-seksual-remaja-kian-mengkhawatirkan/)

Al-Mighwar (2006, hlm. 63) mengemukakan bahwa:

Masa remaja dapat dikatakan sebagai suatu fase yang penting dalam setiap kehidupan sesorang, dimana pada masa tersebut mulai terjadi banyak perubahan baik fisik maupun non fisik, dan dapat dikatakan pula bahwa masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak yang berarti mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan mempelajari pola tingkah laku serta sikap baru, remaja juga masa mereka melakukan pencarian jati diri atau identitas diri. Ketika masa peralihan tersebut, mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk jasmani, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Pada masa ini karakteristik remaja secara psikologis ditandai dengan kondisi yang penuh gejolak, mudah mengambil jalan pintas, mudah larut dalam pergaulan, hidup penuh dengan khayalan, bahkan seringkali berpikir kurang realistis.

Masa pra-pubertas dan pubertas sebenarnya itu penuh dengan titik-titik kritis dan banyak kesulitan. Sehingga usaha bimbingan dan pendidikan bagi anak-anak puber itu jadi berat, sulit, dan memerlukan kebijaksanaan (Kartono, 2007, hlm. 181). Pada masa pubertas ini juga remaja lebih rentan terhadap masalah seksual, karena remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari pergaulan, teman maupun media massa karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk dapat memberikan


(12)

pendidikan seks yang baik kepada anak dan melakukan komunikasi yang terbuka mengenai hal ini. Namun kenyataannya banyak orang tua yang menganggap pendidikan seks pada anak merupakan hal yang tabu, sehingga jarang sekali pendidikan seks tersebut diterapkan dalam sebuah keluarga.

Ketika hal tersebut terjadi, maka remaja cenderung akan mencari tahu melalui sumber lain diantaranya melalui teman-temannya ataupun melalui berbagai media cetak dan elektronik. Media ini dapat diakses siapa saja dan kapan saja sehingga dapat mengakibatkan salah pengertian dan menjerumuskan remaja pada perilaku seks bebas yang tidak sesuai dengan norma budaya ketimuran.

Dengan adanya berbagai fenomena pergaulan bebas di kalangan remaja yang semakin banyak terjadi, membuat orang tua semakin khawatir dengan perilaku seks para remaja mereka. Namun, seharusnya remaja mampu menyelesaikan tugas perkembangan seksualitas mereka dengan baik. Karena bukan saja dapat menimbulkan kehamilan, tapi perilaku seks yang salah dan sebelum waktunya seperti itu juga dapat memperbesar resiko tertularnya banyak penyakit seksual.

Berbagai fenomena yang telah terjadi serta akibat yang ditimbulkan seperti di atas dapat menjadi alasan bahwa perilaku seksual remaja merupakan permasalahan yang sangat serius dan perlu dikaji lebih lanjut jalan keluarnya, karena hal tersebut terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan juga berkaitan erat dengan aspek-aspek sosial lainnya dan salah satu aspek yang paling berpengaruh diantaranya adalah lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan lembaga sosialisasi primer pertama bagi seorang individu, dimana setiap individu pertama kali mendapatkan pendidikan mengenai berbagai hal termasuk pendidikan nilai, norma, ataupun pendidikan agama adalah melalui adanya keluarga terutama orang tua. Dalam hal ini sangat berkaitan erat pula dengan pola asuh yang diterapkan oleh para orang tua dari masing-masing keluarga yang tentunya belum tentu sama.

Sebagai lembaga sosial yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan diri

seorang individu, maka “keutuhan” orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga


(13)

dasar-dasar disiplin diri. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah dan atau ibu di rumah tetap dirasakan kehadirannya. Ini diperlukan agar pengaruh, arahan, bimbingan, dan sistem nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati, mewarnai sikap dan pola perilaku anak-anaknya.

Salah satu kondisi yang banyak dijumpai pada masyarakat saat ini adalah keberadaan orang tua tunggal atau yang biasa disebut sebagai single parent.

Kematian salah seorang dari kedua orang tua sangatlah mungkin terjadi pada hidup seseorang, hal tersebut merupakan penyebab seseorang terpaksa harus menjalani kehidupan sebagai seorang single parent dan masih terdapat alasan lain yaitu dikarenakan perceraian, dan jika memang pasangan yang berpisah karena perceraian atau kematian yang memiliki anak dari perkawinan tersebut maka mau tidak mau akan terjadi pola asuh single parent dalam kurun waktu permanen atau sementara waktu. Tidak sedikit dari ibu yang memilih menjadi

single parent karena merasa cukup mampu mendirikan suatu keluarga meski tanpa didampingi pasangan (Hude, 2001, hlm. 34).

Maka ketika hal tersebut terjadi baik ayah atau ibu harus mampu menjalankan peran ganda nya dengan baik, tentu bukanlah hal yang mudah terlebih lagi bagi seorang ibu single parent terlepas dari perannya yang harus menafkahi anak-anaknya sekaligus juga tidak melupakan hal penting lainnya dalam mendidik dan menjaga anak-anaknya dari perilaku menyimpang. Karena berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan bahwa pada sebagian remaja yang memiliki ibu single parent sering kali jarang mendapatkan kualitas dan intensitas hubungan yang baik dikarenakan sibuknya sang ibu untuk mencari nafkah. Jadi, saat seorang remaja membutuhkan pendidikan agama maupun pendidikan seks yang baik dari orang tuanya agar terhindar dari pergaulan bebas, terkadang hal itu sulit didapatkan pada keluarga single parent. Oleh karena itulah sangat dibutuhkan suatu pola pengasuhan yang tepat untuk ibu single parent. Pola asuh sendiri berperan sangat penting dalam mendidik dan membesarkan serta pembentukan dari suatu tingkah laku yang diharapkan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMAN 10 Bandung pada 5 siswa kelas XII yang memiliki orang tua single parent menyatakan bahwa mereka sudah pernah berciuman dan mengatakan bahwa berciuman itu sudah


(14)

wajar, asalkan mereka tidak sampai senggama. Selain itu, berdasarkan data BK guru di SMA tersebut, pada tahun 2012 telah terjadi kasus seks bebas yang dilakukan siswa dan siswi kelas X di kelas nya sendiri sepulang sekolah, dan siswa lain ada yang mengetahuinya sehingga melaporkan peristiwa tersebut pada guru. Selain data tersebut juga penulis sebagai guru yang sedang praktek di SMA tersebut, melakukan berbagai pengamatan diantaranya dalam hal interaksi antara siswa siswi di kelas

ataupun di area sekolah yang semakin “bebas”, bahkan pacaran di kelas adalah suatu

hal yang sudah tidak dianggap aneh bagi siswa. Pada umumnya mereka tidak mendapatkan pengetahuan tentang seksual dari orang tuanya tapi didapatkan dari media massa baik cetak maupun elektronik. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan di SMAN 10 Bandung untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pola asuh yang diterapkan dalam keluarga single parent

serta hubungan pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja. Maka dari itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH POLA ASUH

SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA (studi deskriptif analitis terhadap siswa SMAN 10 Kota Bandung).

1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan

rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: “Apakah terdapat pengaruh pola asuh

single parent terhadap perilaku seks remaja di SMAN 10 Bandung?”.

Mengingat luasnya kajian permasalahan pada masalah penelitian ini, maka penulis membatasi masalah ke dalam beberapa rumusan, antara lain :

1. Bagaimana gambaran pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent

pada siswa SMAN 10 Bandung?

2. Bagaimana gambaran/kondisi perilaku seks pranikah pada siswa SMAN 10 Bandung?


(15)

3. Seberapa besar pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran tentang pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung.

2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus antara lain:

a. Untuk mendapatkan gambaran pola asuh yang diterapkan oleh orang tua

single parent pada siswa SMAN 10 Bandung;

b. Untuk mendapatkan gambaran/kondisi perilaku seks pranikah pada siswa SMAN 10 Bandung;

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh single parent

terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah : 1. Secara Teoretis

Secara teoretis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sosiologi pada umumnya yang berhubungan dengan pola asuh terhadap perilaku seks pranikah remaja.

2. Secara Praktis a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dalam bidang ilmu sosiologi khususnya mengenai permasalahan dalam kajian sosiologi keluarga yang berkenaan dengan pola asuh single parent.


(16)

b. Bagi Orang Tua

Memberi informasi kepada para orang tua khususnya pada ibu single parent dalam menerapkan pola asuh anak yang tepat serta sebagai masukan untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak-anaknya terutama dalam mencegah perilaku seks pranikah pada remaja.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya untuk memberikan pendidikan seks yang benar bagi para remaja.

d. Bagi Pembaca

Memberikan informasi baik tertulis maupun sebagai referensi mengenai pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja sehingga tidak terjadi penyimpangan perilaku pada remaja yang memiliki orang tua tunggal (single parent).

e. Bagi Penelitian Berikutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

1.5 STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Struktur organisasi skripsi berisi rincian mengenai urutan dari setiap bab dan bagian bab dalam seluruh penulisan skripsi yang terdiri dari dari bab satu sampai bab terakhir. Skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab terdapat keterkaitan antara satu dengan lainnya. Adapun gambaran yang jelas, akan diuraikan dalam sistematika sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, berisi sub-sub bab yang terdiri dari latar belakang penelitian yang memaparkan berbagai alasan peneliti sehingga tertarik untuk mengangkat topik dan isu yang ditujukan untuk bahan penulisan skripsi, sub bab lainnya adalah rumusan masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian berupa identifikasi spesifik mengenai permasalahan yang akan diteliti. Selanjutnya adalah sub bab tujuan


(17)

penelitian yang menyajikan hasil yang ingin dicapai peneliti setelah penelitian tersebut selesai dilakukan, serta manfaat penelitian yang berisi tentang gambaran mengenai nilai lebih atau kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang dilakukan, dan sub bab yang terakhir yaitu struktur organisasi skripsi, memaparkan sistematika penulisan skripsi dengan memberikan gambaran kandungan setiap bab, urutan penulisannya, serta keterkaitan antara satu bab dengan bab lainnya dalam membentuk sebuah kerangka utuh skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini, akan dipaparkan mengenai teori-teori/sumber-sumber yang digunakan seperti buku-buku atau bahan-bahan rujukan utama yang relevan dengan masalah yang dikaji oleh peneliti. Kajian pustaka akan memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini serta memuat berbagai teori mengenai variabel-variabel yang ada di dalam penelitian, juga teori pendukung variabel tersebut dan juga penelitian terdahulu. Selain itu, dalam bab ini berisi kerangka pikir peneliti dalam melakukan penelitian dan ditutup dengan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, berisi paparan secara rinci mengenai rancangan alur penelitian yang dilakukan oleh peneliti, mulai dari pendekatan penelitian yang diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, dipaparkan mengenai pembahasan dari hasil penelitian yang telah diteliti oleh peneliti berupa informasi dan hasil data-data statistik yang telah diperoleh sesuai dengan temuan di lapangan dalam rangka penulisan skripsi tentang pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung. Pada bab ini, memuat dua hal utama yaitu: temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.


(18)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini, berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN 3.1.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Cresweel (2010, hlm. 24) menyatakan bahwa, “pendekatan kuantitatif adalah pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survey untuk menentukan frekuensi dan prosentase tanggapan mereka”.

Menurut Cresweel (2010) dalam pendekatan kuantitatif ini penelitian akan bersifat pre-determinded, analisis data statistik serta interpretasi data statistik. Peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif akan menguji suatu teori dengan cara merinci suatu hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data untuk mendukung atau membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis kuantitatif berdasarkan informasi statistika. Pendekatan penelitian yang dalam menjawab permasalahan penelitian memerlukan pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel dari objek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terlepas dari konteks waktu, tempat dan situasi.

Selain itu, penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2012, hlm. 11) adalah sebagai berikut:

Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan di dalam penelitian untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji data statistik yang akurat. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan, penelitian ini


(20)

menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian harus ditentukan oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitiannya agar memberikan gambaran serta arahan dan pedoman dalam penelitian. Menurut Cresweel (2010) ”metode penelitian merupakan suatu cara untuk memeroleh pemecahan terhadap berbagai permasalahan penelitian”. Sugiyono (2012, hlm. 1) mengungkapkan bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian dapat dijadikan pedoman bagi penulis dan memudahkan penulis dalam mengarahkan penelitiannya, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan serta meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Peneliti menggunakan metode deskriptif untuk melihat sebab-akibat antara variabel bebas (pola asuh single parent) dengan variabel terikat (perilaku seks pranikah remaja).

West (dalam Darmawan, 2013, hal.38) mengungkapkan bahwa:

Metode deskriptif merupakan metode penelitian berupa pengumpulan data untuk mengetes hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Melaporakan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Tujuan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Metode deskriptif dapat dilakukan pada penelitian studi kasus ataupun survei, dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan format deskriptif survei. Survei dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja.

Penelitian ini menggunakan metode survei eksplanasi (explanatory survey method). Sugiyono (2011, hlm. 7) menyatakan bahwa “metode explanatory survey


(21)

merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan-hubungan antar variabel”.

Konsekuensi metode survey eksplanasi ini adalah diperlukannya operasional variabel-variabel yang lebih mendasar kepada indikator-indikatornya (ciri-cirinya). Metode ini dibatasi pada pengertian survey sampel yang bertujuan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (testing research).

Sugiyono (2011, hlm. 7) mengatakan bahwa:

Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, sehingga ditemukan kejadian kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survey merupakan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah individu atau unit analisis, sehingga ditemukan fakta atau keterangan secara faktual mengenai gejala suatu kelompok atau perilaku individu dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pembuat rencana atau pengambilan keputusan. Penelitian survey ini merupakan studi bersifat kuantitatif dan umumnya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul datanya.

Tingkat eksplanasi dalam hal ini adalah tingkat penjelasan. Penelitian eksplanasi yang dimaksud adalah menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sugiyono, 2011, hlm. 11). Sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan, dalam penelitian ini akan digunakan statistika yang tepat untuk tujuan hubungan sebab akibat. Walaupun uraiannya juga mengandung deskripsi, tetapi sebagai penelitian eksplanasi asosiatif, fokus penelitian terletak pada penjelasan hubungan-hubungan antar variabel. Dengan digunakannya metode dan pendekatan yang telah disebutkan di atas peneliti melakukan pengamatan untuk memperoleh gambaran antara dua variabel yaitu variabel pola asuh single parent dan variabel perilaku seks pranikah serta menganalisis apakah terdapat pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah siswa di SMA Negeri 10 bandung.


(22)

3.2 LOKASI PENELITIAN

Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 kota Bandung yang terletak di Jalan CikutraNo 77, telepon 022-7213367. Sekolah ini memiliki nuansa yang terbilang berbeda dibanding sekolah negeri lainnya, karena sekolah ini berdekatan dengan pasar, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat belajar para siswa karena situasi belajar cukup mendukung dan menyenangkan.

Objek dalam penelitian ini adalah pola asuh single parent dan perilaku seks pranikah siswa SMA Negeri 10 Bandung. Adapun yang menjadi objek penelitian variabel bebas (independent variable) adalah pola asuh single parent sebagai variabel X dan variabel terikatnya (dependent variable) adalah perrilaku seks pranikah sebagai variabel Y. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki orang tua tunggal (single parent).

Alasan dipilihnya SMA Negeri 10 Bandung sebagai lokasi penelitian didasarkan pada aspek aspek berikut:

a. Peneliti memilih SMA Negeri 10 Bandung karena berdasarkan informasi guru BK di sekolah ini yang menyatakan bahwa pernah ada suatu kasus prostitusi terselubung di sekolah tersebut, dimana siswanya lah yang menjadi pelaku induk semang perempuan lacur (muncikari) dalam kasus tersebut. Dengan mengetahui hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku seks pranikah siswa di SMA tersebut saat ini.

b. Hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan sebelumnya dengan cara wawancara terhadap lima orang siswa sekolah tersebut yang memiliki orang tua tunggal, menunjukkan bahwa lima siswa tersebut pernah melakukan hubungan seks pranikah dengan pacarnya, diantaranya berpegangan tangan, berpelukan bahkan berciuman. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana perilaku seks pranikah subjek penelitian di sekolah ini beserta kaitannya dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent terhadap siswa tersebut.


(23)

c. Lokasi ini merupakan tempat peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) sebagai guru sehingga selama kurang lebih lima bulan peneliti telah mengamati bagaimana dan sejauh mana kedekatan siswa dengan siswi di sekolah tersebut dalam bergaul.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2013, hlm. 173), “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 80) mengemukakan bahwa:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karaketristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek itu.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi fokus dalam penelitian dengan memerhatikan beberapa karakteristik yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi yang bersekolah di SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki orang tua tunggal (single parent). Gambaran tentang jumlah populasi dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Populasi Siswa yang Memiliki Orang Tua Tunggal

No Kelas Jumlah Siswa

1. X 35 Orang

2. XI 39 Orang

3. XII 36 Orang

Jumlah 110 Orang


(24)

Penelitian ini merupakan penelitian populasi, di mana peneliti akan meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Metode pengumpulan data dengan jalan mencatat seluruh elemen yang menjadi objek penelitian adalah sensus (Supranto, 2003, hlm. 68). Kelebihan yang ada pada penelitian sensus diantaranya adalah peneliti akan mendapatkan nilai yang sebenarnya dari data yang diperoleh. Selain itu, kesimpulan yang diambil berlaku umum dan pasti. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2007, hlm. 126), “apabila jumlah subjek penelitian berjumlah 100-150 dan menggunakan metode pengumpulan data dengan angket atau kuesioner, maka peneliti dapat mempertimbangkan untuk menggunakan semua subjek penelitian atau dengan kata lain menggunakan sensus”. Hal ini didasari oleh elemen populasi yang jumlahnya relatif sedikit dan mendukung ketelitian dan kecermatan yang tinggi sehingga mampu mencerminkan hasil penelitian yang sebenarnya dari subjek yang diamati dibandingkan sampling.

3.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 118) “… sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi”. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh atau sampel total yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

3.4 INSTRUMEN PENELITIAN 3.4.1 Sumber Data

Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kuantitaif dari sumber


(25)

primer dan sumber sekunder. Menurut Arikunto (2010, hlm. 172) “sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan objek penelitian, data tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada responden siswa SMAN 10 Bandung yang menjadi partisipan dalam penelitian ini yaitu siswa yang memiliki orangtua single parent.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak berhubungan langsung dengan masalah penelitian tetapi data ini mendukung untuk memperoleh data. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa buku, dokumen-dokumen, artikel-artikel, situs internet, kepustakaan, jurnal baik berupa teori maupun data yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Sumber Data

No Keterangan Jenis Data

1. Data siswa SMAN 10 Bandung dengan orangtua single parent

Primer

2. Data Kuesioner pra-penelitian Primer

3. Data kuisioner penelitian Primer


(26)

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Lapangan

Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 145) ‘observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan’. Observasi dalam penelitian ini dilakukan sebelum dilaksanakannya pengambilan data yaitu untuk mengamati perilaku siswa siswi di SMAN 10 Bandung secara umum dalam pergaulannya. Hal ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun instrumen penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Studi ini digunakan sebagai pembanding atau untuk mendukung informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Teknik ini digunakan untuk melengkapi data-data dalam rangka menganalisis masalah yang sedang diteliti. Dalam hal ini terutama menyangkut masalah pola asuh serta perilaku seks menyimpang remaja. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan masukan berupa konsep-konsep, prinsip, teori dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.

c. Kuesioner

Sugiyono (2012, hlm. 142) menyatakan “kuesioner merupakan teknik pemgumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya”. Dalam penelitian ini kuisioner digunakan untuk mengumpulakan data dari para responden yang telah ditentukan. Kuisioner berisi pertanyaan yang menyangkut tentang pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa yang single parent serta perilaku seks pranikah siswa di SMAN 10 Bandung. Pertanyaan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip penulisan angket seperti isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan, panjang pertanyaan, urutan pertanyaan, penampilan fisik angket dan sebagainya.

Merurut Sugiyono (2012, hlm. 142) “dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat”.


(27)

Oleh karena itu, peneliti melakukan kontak langsung dengan responden yang berada di SMAN 10 Bandung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup yang disajikan dengan serangkaian alternatif dan responden cukup memberi tanda silang, melingkar ataupun mencentang (sesuai permintaan) pada jawaban yang dianggapnya sesuai dengan keadaan dirinya.

3.4.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner

(angket), dengan skala likert. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 93) “skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Pernyataan yang dijawab oleh responden mendapat nilai sesuai dengan alternatif jawaban yang bersangkutan. Kriteria penilaian dari pernyataan tersebut memiliki 4 alternatif jawaban, yaitu untuk pernyataan positif mempunyai nilai SS=4. S=3, TS=2, dan STS=1 sedangkan untuk pernyataan negatif mempunyai nilai SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.

Berikut digambarkan rentang skala pada model likert.

Tabel 3.3 Rentang Skala Likert

Pernyataan sikap

Sangat sesuai

Sesuai Tidak sesuai

Sangat tidak sesuai

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

3.4.3.1 Variabel Penelitian

Operasional variabel penelitian dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan memudahkan dalam penetapan pengukuran terhadap variabel yang diamati. Menurut Uep dan Sambas (2011, hlm. 86) “variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan”. Muhidin dan Sontani (2011, hlm. 93) menjelaskan bahwa “operasionalisasi variabel merupakan kegiatan menjabarkan


(28)

konsep variabel menjadi konsep yang lebih sederhana, yaitu indikator”. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu:

1) Variabel Independen (X)

Pengertian variabel independen menurut Sugiyono (2012, hlm. 64) menyatakan bahwa, “variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

predictor, antecedent, dalam bahasa Indonesia sering disebut juga variabel bebas, variabel bebas adalah merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah pola asuh

single parent (X)

2) Variabel Dependen (Y)

Pengertian variabel dependen menurut Sugiyono (2012, hlm. 39) “sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat, variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Pengertian variabel output menurut Sugiyono (2011, hlm. 4) menyatakan bahwa:

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat, variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structura Equation Modeling) Pemodelan Persamaan Struktural, variabel devenden disebut juga sebagai variabel indogen.

Maka yang menjadi variabel dependen atau variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah perilaku seks pranikah remaja. Jadi dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digambarkan dalam sebuah pola sebagai berikut:

Untuk lebih jelas mengenai gambaran kedua variabel tersebut dan agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu

Variabel Bebas (X)

Pola Asuh Single

Parent

Variabel Terikat (Y)

Perilaku Seks

Pranikah Remaja


(29)

dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai beriku.

Tabel 3.4 Operasional Variabel

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA NO. ITEM

Pola asuh

single parent

(X)

1. Pola Asuh Permisif

 Kurang membimbing.  Kurang kontrol

terhadap anak  Memberi

kebebasan penuh.  Anak lebih

berperan daripada orang tua.

 Tidak pernah menghukum ataupun memberi ganjaran pada anak.

 Tidak diberi hadiah jika berperilaku baik.

Ordinal 20

2, 23

14, 24

16, 17

19

12

2. Pola Asuh Demokratis

 Mendengarkan keluhan anak.  Suka berdiskusi

dengan anak.  Adanya

bimbingan dan kontrol dari orang tua.  Anak diberi

kepercayaan.  Memberi

tanggapan.  Tidak kaku /

luwes.

 komunikasi yang baik.

Ordinal 9, 25 26 1, 3 5 8 22 27


(30)

Sumber: Diolah Oleh Peneliti

3.4.3.2 Uji Validitas

Sugiyono (2011, hlm. 267) mengatakan bahwa “validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti”. Validitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur yang hendak diukur. Arikunto (2007, hlm. 65) mengemukakan bahwa “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur”. Suatu tes dikatakan valid apabila mampu mengukur tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan judul penelitian.

3. Pola Asuh Otoriter

 Tak ada

toleransi / kaku.  Semua

perintahnya harus ditaati.  Anak tidak

boleh berpendapat, kurang komunikasi.  Suka menghukum.  Amat berkuasa.  Suka mendikte,

mengatur.

Ordinal 7, 18

4,6

13

15 11 21, 10 Perilaku seks

pranikah remaja (Y)

1. Bermesraan  Pengungkapan rasa dalam kata-kata manis.  Pandangan mata

mesra.  Berpegangan

tangan.

Ordinal 1

2,3 4,5,6 2. Bercumbu  Berciuman.

 Berpelukan atau berangkulan.  Menempelkan

alat kelamin.

Ordinal 7,8,9,10,11 12,13,14,15 16,17,18,19,20 3.berhubungan

kelamin


(31)

Untuk menguji validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini digunakan analisis item dengan menguji karakteristik masing-masing item yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Teknik penyusunan yang akan digunakan adalah penyusunan skala sikap pada validitas konstruk. Validitas konstruk (construk validity) dilihat dari bagaimana alat ukur yang dikembangkan mampu mengemukakan seluruh aspek yang membangun kerangka dari konsep-konsep yang diteliti. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap bulir item dengan skor total. Rumus ini menggunakan Korelasi product moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson (Arikunto, 2010, hlm. 213), seperti berikut:

] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( ) ( 2 2 2 2 i i i i i i i i xy Y Y n X X n Y X Y X n r            Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi product moment

n = Jumlah responden ∑Xi = Jumlah skor item ke i

2 = Jumlah dari kuadrat item ke i

∑Y = Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden

∑ �2 = Total dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden Setelah koefisien korelasi product moment setiap item pertanyaan didapatkan, penentuan valid atau tidaknya suatu item pertanyaan dilakukan dengan membandingkan nilai rxy dengan nilai r tabel. Nilai tabel r ditentukan pada

derajat bebas (db=n-2) dan tingkat signifikansi 95% atau α = 0.05. Nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan objek 110 responden adalah 0,187. Keputusan uji validitas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

Jika rxy > r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid.

Jika rxy < r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid

Instrumen yang valid dapat dilihat kriteria penafsirannya melalui indeks kriteria validitas sebagai berikut :


(32)

Tabel 3.5 Kriteria Validitas

Angka Validitas Keterangan

0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 – 1,00

Sangat Rendah Rendah

Cukup Tinggi Sangat Tinggi

(Sugiyono, 2012, hlm. 184)

3.4.3.3 Uji Reliabilitas

Pengujian terhadap tingkat reliabilitas atau keandalan sebuah instrumen, dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat ukur dipakai lebih dari satu kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Pengukuran reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha

dari Cronbach (Arikunto, 2010, hlm. 239), yaitu:

2

11 1 2

1       b t Σ k r k   Keterangan : 11

r = Koefisien Reliabilitas Alpha

k = Jumlah item pertanyaan σi2 = Varians item pertanyaan σt2 = Varians skor total

Rumus perhitungan nilai varians adalah sebagai berikut : 2

2 ( X)

X N N   


(33)

Keterangan: σ = Varians

∑X = Jumlah skor item pertanyaan ∑X2

= Jumlah dari kuadrat item pertanyaan

N = Jumlah responden

Koefisien reliabilitas Alpha yang dihasilkan kemudian dilihat nilainya dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

Jika r11 > r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan reliabel

Jika r11 < r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan tidak reliable

3.5 PROSEDUR PENELITIAN

Suatu penelitian haruslah berdasarkan data yang empiris dan juga harus berdasarkan prosedur yang benar dengan sistematika yang jelas pula. Mengenai prosedur penelitian, Arikunto (2013, hlm. 13) mengemukakan bahwa:

Alur pemikiran penelitian, apapun jenis penelitiannya selalu dimulai dari adanya permasalahan atau ganjalan, yang merupakan suatu kesenjangan yang dirasakan oleh peneliti. Kesenjangan tersebut terjadi karena adanya perbedaan kondisi antara kondisi nyata dengan kondisi harapan. Dengan adanya kesenjangan ini peneliti mencari teori yang tepat untuk mengatasi permasalahan melalui penelitian, yaitu mencari tahu tentang kemungkinan penyebab kondisi yang menjadi permasalahan itu. Hasil dari penelitiannya akan digunakan untuk mengatasi permasalahan yang dirasakan.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari berbagai teori pendukung atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Setelah teori pendukung ditemukan, kemudian peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian dalam bentuk rumusan masalah. Di dalam rumusan masalah ini berisi hal-hal yang menjadi fokus peneliti dalam mencari serta menganalisis data. Setalah pengumpulan data dan analisis data selesai dilakukan, maka tahap terakhir dalam penelitian ini adalah membuat kesimpulan. Penting sekali diingat bahwa kesimpulan yang diperoleh haruslah merupakan jawaban dari rumusan masalah dan merupakan pemecahan masalah. Menurut Arikunto (2013, hlm. 13) “alur


(34)

penalaran untuk berbagai jenis penelitian sebetulnya sama, yaitu seperti tergambar dalam bagan berikut.

Gambar 3.1 Alur Penalaran Penelitian

Selain alur pemikiran di atas, peneliti juga melakukan beberapa tahap penelitian sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

a. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada beberapa siswa di SMA Negeri 10 Bandung mengenai pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah siswa;

b. Merumuskan masalah penelitian yang akan peneliti lakukan;

c. Peneliti melakukan kajian teori yang relevan dari beberapa referensi;

d. Untuk menguji hipotesis yang telah dibuat peneliti memilih metode/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Dalam penelitian

Permasalahan Teori Pendukung

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

Analisis Data


(35)

ini peneliti menggunakan metode deskriptif survei dengan pendekatan kuantitatif;

e. Menentukan dan menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang berbentuk angket; f. Judgement instrumen;

g. Uji coba instrumen;

h. Analisis ujicoba instrumen berupa validitas dan realibilitas.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyebaran angket kepada 30 orang responden untuk melakukan uji coba validitas dan realibilitas pertanyaan pada instrumen angket; b. Penyebaran angket yang telah diuji coba validitas dan

realibilitasnya kepada 110 orang responden yang telah ditentukan.

3. Tahap Penyusunan Laporan

a. Pengumpulan data;

b. Menganalisis hasil data penelitian;

c. Melihat apakah hipotesis yang diajaukan ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak berdasarkan analisis data sebelumnya;

d. Membuat kesimpulan.

3.7 ANALISIS DATA

Data penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan metode kuantitatif yang terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini:

1. Editing

Proses yang dilakukan setelah data terkumpul untuk melihat apakah jawaban-jawaban pada daftar pertanyaan sudah terisi dengan lengkap atau belum.

2. Cooding

Data yang telah di edit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis

3. Tabulating

Pengolahan data secara teratur dihitung dan dijumlah secara teratur dan sempurna


(36)

4. Teknik Analisis Data 3.5.1 Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini, statistika deskriptif dilakukan untuk menjawab identifikasi masalah penelitian pertama dan kedua yang telah ditetapkan. Sugiyono (2011, hlm. 169) menyatakan bahwa:

Statistika deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Teknik analisis deskriptif digunakan untuk manganalisis gambaran variabel. Secara khusus, analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung ukuran pemusatan dan penyebaran data yang telah diperoleh, dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 dan rumusan masalah nomor 2, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Langkah-langkah analisis data deskriptif yaitu sebagai berikut :

a. Penyajian data melalui tabel, berdasarkan angka frekuensi dan persentase (%). Seperti contoh tabel di bawah ini :

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1. Sangat Sesuai 2. Sesuai

4. Tidak Sesuai

5. Sangat Tidak Sesuai

b. Membuat grafik. Penyajian data melalui tabel, yang kemudian

ipersentasekan dan dibuat grafiknya, sehingga terlihat gambaran pola asuh

single parent dan perilaku seks pranikah dalam bentuk grafik

c. Perhitungan skor rata-rata digunakan untuk mengetahui gambaran varibel penelitian.


(37)

d. Perhitungan rata-rata jawaban responden dibandingkan dengan menggunakan nilai kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 3.7 Kriteria Penafsiran Deskripsi

Rentang Penafsiran

X Y

1 – 1.75 Sangat Buruk Sangat Rendah

1.76 – 2.50 Buruk Rendah

2.51 – 3.25 Baik Tinggi

3.26 – 4 Sangat Baik Sangat Tinggi

Sumber : Diadaptasi dari skor kategori Likert skala 4 (Sambas dan Maman, 2007, hlm. 146).

3.5.2 Metode Succesive Interval (MSI)

Mengingat data variabel penelitian seluruhnya diukur dalam bentuk skala ordinal, sementara pengolahan data dengan penerapan statistik parametrik yaitu analisis regresi linier sederhana mensyaratkan data sekurang-kurangnya harus diukur dalam skala interval. Dengan demikian semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasikan menjadi skala interval.

Pola pengubahan di atas digunakan untuk setiap item dari seluruh item instrumen, secara teknis operasional pengubahan data dari ordinal ke interval menggunakan Metode Succesive Interval (MSI). Metode Succesive Interval (MSI) dapat dioperasikan dengan salah satu program tambahan pada Microsoft Excel, yaitu Program Succesive Interval. Langkah kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan.

2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapatkan skor 1, 2, 3, 4 dan 5 yang disebut sebagai frekuensi.

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.


(38)

4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan per kolom skor.

5. Gunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh Nilai Densitas =

) 2 1 exp( ) 2 (

1

2 5

, 0

z

 

Z = nilai z

exp = nilai eksponensial

(Riduwan dan Engkos, 2008, hlm. 30)

7. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut:

Nilai Skala = (Dencity at Lower Limit) - (Dencity at Upper Limit) (Area Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit)

8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus :

(Riduwan dan Engkos, 2008, hlm. 30)

Data hasil transformasi dapat dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana karena syarat data berupa data interval telah terpenuhi.

3.5.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi suatu data. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapatkan berdistribusi normal sehingga dapat dipakai dalam pengujian statistic parametric seperti analisis regresi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengujian normalitas dengan Liliefors. Kelebihan Liliefors Test adalah penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat sekalipun dengan ukuran sampel kecil (Rasyid dalam Muhidin dan Sontani, 2010, hlm. 93).

Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut Muhidin (2010, hlm. 93) adalah sebagai berikut:


(39)

a. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada beberapa data yang sama.

b. Periksa data, berapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

c. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

d. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi). e. Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z. f. Menghitung Theoretical Proportion.

g. Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar titik observasinya.

h. Buatlah kesimpulan, dengan kriteria uji, tolak H0 jika D > D(n,α)

Berikut adalah tabel distibusi pembantu untuk pengujian normalitas data.

Tabel 3.8 Tabel Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas

X F fk � Z �0 − �0 [� − �0 ] (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

(Muhidin, 2010, hlm. 93)

Keterangan :

Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif, dengan fki = fi + fkisebelumnya

Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi), dengan � ( ) = fki : n Kolom 5 : Nilai Z, dengan rumus :

i X X Z s   Dimana : 2

2 ( )

1 i i X X n S n   

= Nilai observasi X = Nilai rata-rata X

i

X

i


(40)

= Nilai kuadrat X n = populasi

s = Simpangan baku (Muhidin, 2010, hlm. 93)

Kolom 6 : Theoretical Proportion (tabel z) : Proporsi Kumulalif Luas Kurva Normal Baku dengan melihat nilai z pada label distribusi normal. Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion

dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)

Kolom 8 : Nilai mutlak artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai selisih yang terbesar nilainya. Nilai tersebut adalah D hitung. Selanjutnya menghitung D tabel pada α = 0,05 dengan rumus perhitungan nilai sebagai berikut : 0,886

n

n= populasi

(Muhidin, 2010, hlm. 93)

Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dengan kriteria :  D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal.

 D hitung ≥ D tabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.

3.5.4 Uji Linieritas

Uji linieritas, dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas bersifat linier. Uji linieritas dilakukan dengan uji kelinieran regresi.

Langkah-langkah uji linearitas regresi (Somantri dan Muhidin, 2006, hlm. 296):

1. Menyusun tabel kelompok data variabel x dan variabel y. 2. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK reg(a)) dengan rumus:

JK reg(a) =

2

( Y)

n

= skor total Y n = populasi

2 i X


(41)

3. Menghitung jumlah kuadrat regresi b І a (JK reg(a)) dengan rumus:

JK reg(b/a) =

. X Y b XY n     

 

4. Menghitung jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus:

JKres = Jumlah Kuadrat Residu JKreg (b/a) = Jumlah Kuadrat Regresi JKreg (a) = Jumlah Kuadrat Regresi Intersep

5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKreg(a)) dengan rumus:

JKreg (a) = Jumlah Kuadrat Regresi Intersep

RJKreg (a) = Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi Intersep

6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKreg(a)) dengan rumus:

JKreg (b/a) = Jumlah Kuadrat Regresi

RJKreg (a) = Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi Intersep

7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:

RJKres =

2 res JK N  

JKres = Jumlah Kuadrat Residu

RJKres = Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu N= populasi

8. Menghitung jumlah kuadrat error (JKE) dengan rumus:

 

2 E k Y JK Y n         

 

JKE = Jumlah Kuadrat Residu

= skor total Y n = populasi

Untuk menghitung JKE urutkan data x mulai dari data yang paling kecil

sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya. 9. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus:

JKres = ΣY2– JKreg (b/a) – JK reg (a)

RJKreg(a) = JK reg (a)

RJKreg(a) = JKreg (b/a)

JK = JK – JK


(42)

JKTC = Jumlah kuadrat tuna cocok

JKres = Jumlah Kuadrat Residu JKE = Jumlah Kuadrat Residu

10.Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus:

2

TC TC

JK RJK

k

RJKTC = Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

JKTC = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

k = jumlah variabel bebas

11.Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus:

E E

JK RJK

N k

 

RJKE = Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu

JKE = Jumlah Kuadrat Residu

k = jumlah variabel bebas N= populasi

12.Mencari nilai uji F dengan rumus:

TC

E RJK F

RJK

RJKTC = Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

RJKE = Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu

13.Menentukan kriteria pengukuran: Jika nilai uji F < nilai tabel F, maka distribusi berpola linier.

14.Mencari nilai Ftabelpada taraf signifikan 95% atau α = 5 %

15.Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F kemudian membuat kesimpulan.


(43)

3.5.5 Analisis Regresi Sederhana

Dalam penelitian ini, statistika inferensial dilakukan untuk menjawab identifikasi masalah penelitian ketiga yang telah ditetapkan. Sugiyono (2011, hlm. 170) menyatakan bahwa “statistika inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan hasilnya diberlakukan untuk populasi”. Ciri analisis data inferensial adalah digunakan rumus statistik tertentu (misalnya uji t, uji F, dan lain sebagainya).

Dalam penelitian ini, analisis regresi sederhana adalah alat statistik inferensial yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Analisis regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2011, hlm. 170). Analisis regresi sederhana dimulai berdasarkan persamaan regresi sederhana sebagai berikut (Sugiyono, 2011, hlm. 237):

Ŷ= a + bX

Keterangan: Ŷ = variabel tak bebas (nilai duga) X = variabel bebas

a = penduga bagi intersap (α)

b = penduga bagi koefisien regresi (β) Rumus mencari nilai a dan b:



2 2 Xi Xi n Yi Xi XiYi n b        

 



2 2 2 Xi Xi n XiYi Xi Xi Yi a         

Keterangan: n = jumlah populasi Xi

 = jumlah total nilai variabel bebas Yi

 = jumlah total nilai variabel terikat

2

Xi

 = jumlah total nilai kuadrat variabel bebas XiYi

 = jumlah total nilai variabel bebas dikali nilai variabel terikat


(44)

3.5.6 Pengujian Hipotesis

Pengujian adanya pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) memerlukan pengujian hipotesis atau pengujian signifikansi. Uji hipotesis akan membawa pada kesimpulan untuk menerima atau menolak hipotesis.Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan menggunakan rumus uji t. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut :

H0: β=0: Tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y

H1: β≠0: Ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y

Untuk mengetahui apakah hubungan yang ditemukan dapat digeneralisasikan atau tidak, rumus pengujian hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

2 2 1

r n t

r

 

(Muhidin, 2010. hlm. 105)

Keterangan :

t : nilai t hitung n : jumlah sampel

r : nilai koefisien korelasi

Nilai t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan t tabel sebagai titik kritis atau daerah kritis. Kriteria yang digunakan adalah :

1. H0 ditolak dan H1 diterima, apabila thitung>ttabel dinyatakan signifikan

(diterima) atau nilai sig. < α.

2. H0 dterima dan H1 ditolak, apabila thitung≤ ttabel dinyatakan tidak signifikan


(45)

3.5.7 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variasi perubahan variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen. Koefisien determinasi akan menghasilkan persentase yang menunjukkan persentase variabel independen dalam mempengaruhi perubahan nilai variabel dependen di dalam model regresi. Adapun perhitungannya adalah dengan menggunakan rumus Muhidin (2010, hlm. 105) sebagai berikut :

KD = r² x 100%

Keterangan :

KD : koefisien determinasi r : koefisien korelasi 100% : bilangan tetap


(46)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab V simpulan, implikasi dan rekomendasi merupakan bagian terakhir dalam penelitian ini, bab ini didasarkan pada seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti untuk menjawab semuan pertanyaan atau hipotesis penelitian. Pada bab terakhir ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Single Parentterhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja”.

Pada bagian akhir dari penyusunan skripsi akan dikemukakan hal-hal pokok yang disajikan sebagai pemaknaan penelitian terhadap hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan simpulan dan rekomendasi.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap siswa SMAN 10 Bandung untuk mengetahui pengaruh dari pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja dan berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya serta pembahasan yang disertai teori-teori yang mendukung mengenai pengaruh pola asuh single parent, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent pada siswa SMAN 10 Bandung tergolong tinggi dimana memiliki rata-rata sebesar 2,72. Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang paling dominan dalam pola asuh yang diterapkan oleh orang tua single parent pada siswa SMAN 10 Bandung dimana pola asuh ini ini memiliki nilai rata-rata sebesar 2,81. Pola asuh yang dominan selanjutnya adalah pola asuh otoriter dimana dimensi ini memiliki rata-rata sebesar 2,73. Sementara itu, pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang paling sedikit penerapannya dimana dimensi ini memiliki rata-rata sebesar 2,62.


(47)

2. Perilaku seks pranikah pada siswa SMAN 10 Bandung tergolong tinggi dimana memiliki rata-rata sebesar 2,77. Dimensi bermesraan merupakan dimensi yang paling dominan dalam perilaku seks pranikah pada siswa SMAN 10 Bandung dimana dimensi ini memiliki nilai rata-rata sebesar 3,07. Dimensi yang dominan selanjutnya adalah dimensi bercumbu dimana dimensi ini memiliki rata-rata sebesar 2,74. Sementara itu, dimensi berhubungan kelamin merupakan dimensi yang paling lemah dimana dimensi ini memiliki rata-rata sebesar 2,51.

3. Berdasarkan analisis regresi, pola asuh single parent memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung dimana pengaruh pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah siswa SMAN 10 Bandung adalah sebesar 42,60% dan 57,40% dipengaruhi oleh faktor lain di luar pola asuh. Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang paling berpengaruh terhadap tingginya perilaku seks pranikah dimana hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa semakin diterapkannya pola asuh permisif, maka perilaku seks pranikah semakin meningkat.


(48)

5.2 Implikasi

Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain terhadap bidang kajian sosiologi, terhadap guru maupun siswa, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Implikasi dalam bidang sosiologi, berkenaan dengan teori mengenai pola asuh. Penelitian ini telah membuktikan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari adanya pola asuh single parent terhadap perilaku seks pranikah remaja. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukan bahwa orang tua yang single parent lebih dominan menggunakan pola asuh yang permisif kepada anak-anaknya, dengan demikian lebih berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah. Hal ini juga mengandung implikasi agar kedepannya para orang tua terutama orang tua single parent, walaupun memiliki waktu yang terbatas pada anak-anaknya, namun harus tetap memberikan pola asuh yang baik serta lebih meningkatkan bimbingan terhadap anak-anaknya.

2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswa SMAN 10 Bandung memiliki perilaku seks pranikah yang tergolong tinggi. Hal ini mengandung implikasi agar kedepannya guru-guru dapat memberikan pendidikan seks pada siswa-siswinya baik dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas seperti dengan mengadakan suatu seminar khusus mengenai pengetahuan seks yang sehat.

5.3 Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data serta memberikan kesimpulan atas hasilnya, maka penulis akan mencoba mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:


(49)

1. Bagi siswa

Para pelajar khususnya siswa SMA adalah para remaja yang sangat rentan terjerumus akan perilaku-perilaku menyimpang seperti perilaku seks pranikah. Oleh karena itu, siswa SMA perlu memiliki keterampilan mengolah informasi yang mereka dapatkan dari internet maupun dari teman sebaya terutama informasi seputar seks, sehingga mereka tidak akan terpengaruh untuk melakukan perilaku seks pranikah.

2. Bagi lembaga pendidikan

Perlu adanya peningkatan kualitas lembaga pendidikan yang ada, terutama para pendidik di sekolah untuk memberikan pendidikan seks yang benar bagi para siswa SMA.

3. Bagi orang tua

Para orang tua khususnya orang tua yang menjadi single parent, perlu meningkatkan pengawasan serta bimbingan terhadap anak-anaknya terutama dalam mencegah perilaku seks pranikah pada remaja. Selain itu juga penting untuk menerapkan pola asuh yang efektif diterapkan pada anak yang sedang remaja, diantaranya dengan memberikan pola asuh yang lebih demokratis. 4. Bagi penelitian selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini, masih terdapat 57,40% faktor lain yang memengaruhi perilaku seks pranikah remaja selain pengaruh dari pola asuh orang tua single parent. Sehingga perlu ada penelitian selanjutnya mengenai fakor lain yang memengaruhi perilaku seks pranikah remaja seperti faktor dari media massa ataupun teman sebaya.


(50)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku :

Ahmadi, Abu dan Unbiyati, N. (2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Al-Mighwar, Muhammad. (2006). Psikologi Remaja: Petunjuk bagi Guru dan

Orang Tua. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmawan, Deni. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Djamarah, Syaiful Bahri. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga: Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hude, Darwis. (2001). Menjadi Single Parent Bukan Sebuah Pilihan. Jakarta : PT. Grafindo Persada.

Gerungan. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gunarsa, Singgih D. (1995). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta : Gunung mulia.

Haditono, Siti Rahayu. (2001). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Haffman, L.dkk. (1997). Young Adulthood Selecting The Options. New Jersey : Prentice Hall.

Hufad, Achmad. (2000). Peran Keluarga Inti dalam Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Hurlock, E.B. (1999). Perkembangan Anak II. Edisi 6. Alih bahasa : dr. Metasari


(1)

188

Anonim. (2011).

Pergaulan Remaja

. [Online]. Tersedia:

(http://pergaulanremaja-1992.blogspot.com/2011/11/blog-post.html, diakses pada tanggal 29

Agustus 2014).

Fadillah, H. (2001).

Waspadai seks bebas kalangan remaja

. [Online]. Tersedia:

(http://hqweb01/bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map124waspadai.html, diakses

pada tanggal 29 Agustus 2014).

Farah, Vera. (2010).

Perilaku Seksual Remaja di Indonesia

. [Online]. Tersedia:

(http://health.detik.com/read/2010/06/23/165015/1384945/763/perilaku-seksual-remaja-di-indonesia?u18=1, diakses pada tanggal 15 Oktober

2014).

Mia. (2013).

Seks Pranikah di Kalangan Remaja Naik, Sinetron Bisa Disalahkan

.

[Online]. Tersedia:

http://health.liputan6.com/read/687811/seks-pranikah-di-kalangan-remaja-naik-sinetron-bisa-disalahkan, diakses pada tanggal 15

Oktober 2014).

Nancy, D. (1999).

Parenting Styles and Its Correlares

. [Online]. Tersedia:

(http://ericeece.org/pubs/digest/1999/darling.html, diakses pada tanggal 26

Oktober 2014).

Nova, Nopa. (2012).

Pengertian dan Penyebab Perilaku Seks Bebas

. [Online].

Tersedia:

(http://nopanova1.blogspot.com/p/pengertian-dan-penyebab-prilaku-seks_23.html, diakses pada tanggal 29 Agustus 2014).


(2)

LEMBARAN KUESIONER PENELITIAN

A.

Kuisioner Data Demografi Responden

1.

Usia

:

……… Tahun

2.

Jenis Kelamin

:

( ) Laki laki

( ) Perempuan

3.

Agama

:

( ) Islam

( ) Budha

( ) Kristen Protestan ( ) Hindu

( ) Katolik

( ) Kong Hu Cu

4.

Tinggal bersama orang tua

:

( ) Ayah

( ) Ibu

( ) Keluarga Lainnya

B.

Petunjuk Pengisian Skala

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang berupaya membantu Anda

memahami keadaan diri Anda. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama,

kemudian pilihlah salah satu dari empat pilihan berikut ini:

SS

Apabila peryataan tersebut

sangat sesuai

dengan diri Anda

S

Apabila peryataan tersebut

sesuai

dengan diri Anda

TS

Apabila peryataan tersebut

tidak sesuai

dengan diri Anda

STS

Apabila peryataan tersebut

sangat tidak sesuai

dengan diri Anda

Berilah tanda

contreng

(

) pada lembar tanggapan yang Anda pilih di bagian

kanan pernyataan. Pada pernyataan ini tidak ada yang salah. Semua jawaban benar

jika Anda isi pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan diri Anda.

Kerahasiaan jawaban Anda dijamin oleh etika akademik penelitian dan

sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti. Periksalah kembali pekerjaan Anda

dan jangan sampai ada nomor yang kosong.


(3)

Skala A

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1. Orangtua sering mengingatkan saya untuk belajar 2. Orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak

tahu jika saya sedang mengalami masalah dalam belajar

3. Orangtua mendorong saya agar dapat melakukan sesuatu dengan hasil yang memuaskan

4. Orang tua memaksa saya untuk selalu mengisi waktu luang dengan belajar.

5. Orangtua selalu menganggap saya mampu bertanggung jawab atas tugas yang diberikan 6. Jika orang tua saya mempunyai pendapat, tidak ada

satu pun anggota keluarga yang boleh menyangkal 7. Jika saya terlibat masalah di sekolah, orang tua tidak

mau mengerti dengan

alasan yang saya kemukakan.

8. Bila saya memberi tahu mengenai prestasi belajar yang baik, orang tua memberikan tanggapan yang hangat. 9. Orang tua ikut memberikan solusi pada saat saya

mengeluh mengenai ketidaksukaan saya pada mata pelajaran tertentu

10. Orangtua cenderung memaksa ketika saya memilih penjurusan minat di sekolah (IPA/IPS/BAHASA) yang hendak saya pilih

11. Orang tua mengatur les yang harus saya ikuti 12. Orangtua saya tidak memberikan hadiah yang

menarik untuk setiap prestasi saya

13. Orang tua jarang mengajak ngobrol di rumah 14. Orang tua memberikan kebebasan penuh kepada

saya untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler 15. Orangtua saya pernah memukul saya ketika saya

bersalah

16. Orang tua tidak mengatur kegiatan belajar saya, tetapi hanya memberikan fasilitas yang saya perlukan


(4)

17. Pada saat saya punya keinginan untuk nonton bersama dengan teman-

teman pada malam hari, orang tua tidak berani melarang

18. Orangtua saya melarang keras saya berpacaran dengan siapapun

19. Orang tua tidak menghukum saya tetapi memakluminya, meskipun saya

membolos sekolah.

20. Orangtua saya jarang sekali memberikan bimbingan dalam pelajaran sekolah

21. Saya selalu di telpon orangtua terus menerus ketika sedang bermain dengan teman-teman saya

22. Orang tua memberikan kesempatan kepada saya untuk bermain bersama

teman – teman

23. Orang tua tidak tahu hasil ulangan saya, yang penting saya selalu berangkat sekolah

24. Orang tua memberikan kebebasan kepada saya untuk bermain kemanapun yang saya suka

25. Pada saat saya bercerita mengenai kesulitan dalam belajar, orang tua mau mendengarkannya dengan serius.

26. Orang tua mengajak berdiskusi dalam menentukan hukuman bila saya tidak

menaati peraturan yang telah disepakati bersama 27. Orang tua selalu meminta saya untuk rajin belajar


(5)

Skala B

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1. Ketika berpacaran, pacar saya memanggil saya dengan kata sayang

2. Rasanya memandangi lawan jenis yang disukai adalah hal yang ingin selalu dilakukan setiap hari

3. Pacar saya selalu menatap saya dengan mesra 4. Wajar bagi seorang pria menggandeng pacarnya saat

berjalan

5. Menyenangkan duduk berduaan sambil memegang tangan pacar

6. Hal yang lumrah duduk sambil memegang tangan pacar

7. Hal yang umum mencium pipi untuk menunjukan rasa sayang pada pacar

8. Menyenangkan dapat berciuman dengan pacar asal bukan di tempat umum

9. Tanpa berciuman sebuah hubungan cinta akan terasa hambar

10. Berciuman merupakan variasi dalam berpacaran 11. Mencium pipi tidak menjadi soal bila dilakukan pada

saat-saat khusus

12. Berpelukan dengan pacar adalah hal yang lumrah 13. Asal bukan di tempat umum, berpelukan dengan

pacar akan meyenangkan

14. Menyenangkan memeluk pacar sambil berboncengan sepeda motor

15. Hal yang wajar merangkul pacar sambil berjalan-jalan 16. Tidak masalah meraba alat kelamin pacar asal masih

diluar pakaian

17. Menyenangkan untuk berduaan di tempat yang tertutup, sambil mengelus tubuh bagian atas pacar di dalam pakaian

18. Tidak boleh meraba alat kelamin dari dalam pakaian di tempat umum, walaupun tidak akan sampai


(6)

ketahuan

19. Hal yang lumrah saling menempelkan alat kelamin asal masih berpakaian lengkap

20. Agar berpengalaman ketika menikah maka kita perlu melakukan seks pranikah dengan pacar

21. Hubungan seks perlu dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan seks masing-masing

22. Hubungan seks dapat dilakukan, asal sama-sama mau 23. Tidak perlu ragu untuk berhubungan seks dengan


Dokumen yang terkait

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SD SEKELURAHAN Pengaruh Pola Asuh Single Parent Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Tinggi Di Sd Sekelurahan Gunungtumpeng Tahun 2014/ 2015.

0 2 17

PENGARUH POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SD SEKELURAHAN Pengaruh Pola Asuh Single Parent Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Tinggi Di Sd Sekelurahan Gunungtumpeng Tahun 2014/ 2015.

0 2 14

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 6 BINJAI.

0 1 13

PERILAKU AGRESI SISWA DITINJAU DARI POLA ASUH DEMOKRATIS PADA ORANG TUA TUNGGAL ( SINGLE PARENT ) Perilaku Agresi Siswa Ditinjau Dari Pola Asuh Demokratis Pada Orang Tua Tunggal ( Single Parent ).

0 0 17

PERILAKU AGRESI SISWA DITINJAU DARI POLA ASUH DEMOKRATIS PADA ORANG TUA TUNGGAL ( SINGLE PARENT ) Perilaku Agresi Siswa Ditinjau Dari Pola Asuh Demokratis Pada Orang Tua Tunggal ( Single Parent ).

0 0 10

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK : Studi Kasus Terhadap Siswa SMA Pasundan 2 Bandung.

4 15 11

Pengaruh Pola Asuh Single Parent Terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja : studi kasus terhadap siswa SMA Negeri 10 Bandung - repository UPI S SOS 1100884 Title

0 1 3

PERANAN POLA ASUH SINGLE PARENT TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK (Studi Kasus Keluarga Single Parent di Desa Tangkilkulon Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan) -

0 0 55

POLA ASUH PEREMPUAN YANG BERSTATUS SINGLE PARENT PADA PENDIDIKAN ANAK (STUDI KASUS PEREMPUAN BERSTATUS SINGLE PARENT DI PASURUAN)

0 0 18

POLA ASUH PEREMPUAN YANG BERSTATUS SINGLE PARENT PADA PENDIDIKAN ANAK (STUDI KASUS PEREMPUAN BERSTATUS SINGLE PARENT DI PASURUAN)

0 0 18