BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATENKOTA - DOCRPIJM c33164afce BAB Xbab. 10 Kelembagaan daerah
BAB X
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
10.1
Petunjuk Umum
Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan prasarana
Kabupaten Buol bidang PU/Ciptakarya, yaitu agar investasi
dilaksanakan
secara optimal oleh Pemerintah
pembangunan dapat
Kabupaten Buol serta terjamin
keberlanjutannya.
Dalam hal kegiatan pembangunan prasarana Kota, wilayah kegiatan pembangunan lebih dari
satu wilayah Kota, maka aspek kelembagaan perlu di bahas ditingkat propinsi dan tingkat
nasional melalui pembahasan tersebut diharapkan dapat diwujudkan fungsi koordinasi dan
kerja sama antar daerah.
Aspek kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan
dengan
memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan
prasarana Kota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi /instansi.
Kelembagaan di Kabupaten/Kota perlu dioptimalkan dan dikoordinasikan
serta
disinkronisasikan uraian jabaran dan fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas
masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan
kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasaran Kabupaten/Kota termasuk
di dalamnya Bappeda, Dinas-dinas, PDAM dll.
10.1
Kelayakan kelembagaan untuk investasi Pembangunan Daerah
10.1.1 Batasan
1.
Kelayakan adalah hasil telaah (assesment) tentang kapasitas suatu subyek
yang mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan tujuan yang
ditetapkan.
2.
Kelembagaan merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menunjukkan
kepada bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya (build in) yang terkait
Bab X - 237
(involve), berkepentingan (concern) dan tanggung jawab (responible) untuk
tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.
3.
Investasi adalah salah satu masukan dalam propses pembangunan untuk
mampu melahirkan menciptakan tujuan-tujuan yang ditetapkan.
4.
Pembangunan Daerah, dimaksudkan sebagai proses, obyek dan sekaligus
juga subyek untuk memenuhi tuntutan “stakeholder”-nya, bagi tercapainya
masyarakat yang adil, tentram dan sejahtera di Daerah .
10.1.1.1 Perlunya Kelayakan
Kelayakan yang tinggi bagi suatu institusi yang terkait dan bertanggung
jawab atas terselenggaranya visi dan misi-nya. sangat penting artinya bagi
tercapai tujuan yang dikehendaki dengan efektif dan efisien. Makin layak
ia makin tinggi tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya demikian juga sebaliknya.
John L. Tailor, Ph.D dalam “Indonesia Urban Infrastrukutre Development:
A Practical Guide for Urban Manager, hal XII-7 menulis bahwa berdasarkan
paradigma baru
tentang pemerintahan desentralisasi di
Indonesia,
perubahan-perubahan berikut sedang berlangsung, yakni:
a) Ada gerakan bagi pelaksanaan “Good Urban Governance” termasuk
di dalamnya transparansi, partisipasi, akuntabilaitas,
tanggap,
demeokrasi, negara hukum, dan aspek-aspek lainnya dari masyarakat
madani.
b) Sistem yang dikembangkan meliputi keterlibatan kelompok
“stakeholders”
atau mitra dalam pembangunan yang lebih luas,
termasuk masyaraakt lokal, pemerintah daerah, wira swasta, LSM
dan lain-lainnya.
Bab X - 238
c) Adanya perubahan atas sistem keseimbangan kemitraan (balanced
partnership system”) , melibatkan konsultasi dan arus dua arah dalam
paradigma yang desang tumbuh, yang mencakup unsur eksekutif dan
unsur legislatif Pemerintah Daerah, Wiraswasta, masyarakat lokal,
konsultan dan LSM dan furum Kabupaten, sebagaimana berlangsung
di tingkat pemerintah yang lebih tinggi.
Perubahan-perubahan dimaksud tentu menuntut adanya kapasitas baru atau
kapasitas tambahan yang diperlukan, agar suatu institusi menjadi “layak”
(mampu secara efektif dan efisien) melaksanakan tugas-tugasnya. Dan
masih banyak alasan-alasan lainya, seperti kemajuan teknologi, informasi
dan komunikasi yang terus berkembang, menuntut
perlunya selalu
kelayakan suatu kelembagaan ditingkatkan.
Pembahasan tentang kelembagaan, tidak cukup denganmemandang
“lembaga‟ sebagai wadah, dengan struktur aaorganisasinya dll-nya, karena
itu baru “raga” dari lembaga tersebut. Disamping ada “raga”, lembaga
mempunyai “spirit” atau dapat disebut juga sebagai “roh”. Roh itu berada
pada manusia-manusianya, yang mendadi anggota
Sehingga
upaya meningkatkan
lembaga tersebut.
kelayakan suatulembaga, tidak cukup
dengan hanya menyempurnakan struktur organisasinya dan hal-hal lainya
yang bersifat fisik
saja, tetapi juga
penting untuk
meningkatkan
kapasitas/kemampuan (pengetahuan, ketrampilan dan moral-etika) orangorang yang bertugas dalam lembaga tersebut.
10.1.1.2 Kendala Pelaksanaan Otonomi
Pemerintah menyadari bahwa penyelenggaraan otonomi daerah dalam
realitasnya masih mengalami kendala yang tidak kecil, yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
Bab X - 239
1. Kendala Regulasi, Regulasi untuk pelaksanan otonomi masih
menyisakan persoalan yang berarti, dilihat dari kelengkapan, kejelasan
dan kemantapannya, yang berakibat penyelenggaraan otonomi daerah
yang kini
berjalan
ditanggapi
secara
beragam
dan
bahkan
menimbulkan ekses berupa konflik kepentingan.
2. Kendala koordinasi, Proses koordinasi pelaksanaan otonomi daerah
antara instansi Pemerintah Pusat (khususnya yang terkait dengan
penyusunan peraturan-peaturan dan pedoman baru) belum berjalan
dengan baik. Sehingga berakibat kurang konsistennya peraturan yang
dikeluarkan.
3. Kendala persepsi, Proses keterbukaan yang berkembang telah
berdampak
pada munculnya kecenderungan
keragaman persepsi
dalam menyikapi otonomi luas, sehingga menimbulkan friksi
pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan distribusi kewenangan;
4. Kendala Waktu, Euporia otonomi daerah yang begitu menggebugebu
di era reformai ini menuntut kecepatan dan ketanggapan yang tinggi
untuk menyusun berbagai peraturan dan kebijakan yang diperlukan.
Sementara pemerintah (Pusat dan Daerah) tidak punya cukup waktu
untuk melakukannya, walaupun sadar bahwa yang ada memang belum
lengkap.
5. Kendala keterbatasan sumberdaya, Rendahnya kualitas/kapasitas SDM
jelas merupakan
faktor yang dominan dalam ketidakmampuan
memberdayakan kapasitasnya. Juga masih terbatasnya
jasa/layanan
(service
provider)
untuk
mendukung
penyedia
percepatan
desentralisasi. Demikian juga ada keterbatasan kemampuan keuangan
untuk membiayai
penyelenggaraan dresentralisasi, yang ternyata
membutuhkan biaya yang tidak kecil.
Bab X - 240
10.2
Peningkatan Kapasitas (Capacity Building)
10.2.1 Pengertian Dan Tujuan
Semangat
desentralisasi
penyelenggaraan
pemerintah
daerah,
sebagaimana
dituangkan dalam UU 22/1999 dan kemudian diubah menjadi UU 32/2004, serta
aturan-aturan pelaksanaannya, membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar dapat
menjamin bahwa tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai.
Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana
dirumuskan
dalam “Kerangka Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas “ (KNP2K) dalam
rangka mendukung Desentralisasi yang dikeluarkan bersama oleh Mentri Dalam
Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas,
6 Nopember 2002 merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan
perundangan, melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki
tata kerja
dan
mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas SDM, ketrampilan dan kualifikasinya,
perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan otonomi daerah
bagi pendekatan baru untuk pelaksanan “good governance”, sistem administrasi dan
mekanisme partisipasi dalam pembangunan, agar dapat memenuhi tuntutan untuk
lebih dalam melaksanakan demokrasi.
Lebih jauh dirumuskan
bahwa
tujuan
KNP2K adalah: (i) mengakselerasi
pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (ii) penataan secara
proporsional tugas, fungsi sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam
rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah, (iii) mobilisasi sumbersumber
dana Pemerintah, Daerah, dan lainnya, dan (iv) penggunaan sumbersumber dana
secara efektif dan efisien.
10.2.2 Prinsip Peningkatan Kapasitas
Adapun prinsip dari pelaksanan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah: (i)
pengembangan kapasitas bersifat multidimensional, mencakup beberapa kerangka
waktu, jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek; (ii) pengembangan
Bab X - 241
kapasitas menyangkut “multiple stakeholders” (iii) pengembangan kapasitas harus
bersifat “demand driven” , dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi
harus datang dari stakeholdernya sendiri, dan (iv) pengembangan kapasitas mengacu,
pada kebijakan Nasional, seperti RPJMN 20042009 (Peraturan Presiden No. 7 tahun
2005), dan Rencana Kerja Pemerintah (Contoh PP 20/2004). Faktor utama untuk
mewujudkan upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas yang berhasil adalah
adanya komitmen dari Pimpinan Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit
Kerja yang bersangkutan atas niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan
program/proyek peningkatan kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua
konsekuensinya.
10.2.2.1
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup peningkatan kapasitas pada umumnya meliputi tiga
tingkatan intervensi (three level intervension) agar pencapaian peningkatan
kapasitas dapat efektif dan berkelanjutan (effective dan sustainable) , yakni
: (i) pada tingkat (level) sistem, seperti perumusan kembali kerangka
kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu, (ii)
pada tingkatan (level) kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses
pengambilan keputusan, mekanisme
tata-kerja, instrumen manajemen,
tatahubungan dan jejaring organisasi, dll, dan (iii) pada tingakatan (level)
individu, yakni peningkatan ketrampilan (skills), kualifikasi, pengetahuan,
sikap, etika, dan motivasi kerjanya.
Kemudian KNP2KDMD merumuskan 8 (delapan) agenda pengembangan
kapasitas untuk mendukung desentralisasi, yakni:
a) Pengembangan peraturan perundangan
yang dibutuhkan untuk
mendukung desentralisasi
b) Pengembangan Kelembagaan Daerah
Bab X - 242
c) Pengembangan personil daerah
d) Pengembangan keuangan daerah
e) Peningkatan kapasitas DPRD, Badan Perwakilan Desa, ORNOP, dan
Organisasi Kemasyarakatan
f) Pengembangan Sistem Peencanaan
g) Pengembangan Ekonomi Daerah dan
h) Pengembangan Kemampuan Mengelola Masa Transisi
Adapun
program-program
nasional
yang
terkait
dengan
aspek
pengembangan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung desentralisasi
adalah,. Meliputi:
1. Bidang Pembangunan Hukum
a) Program pembentukan Peraturan Perundangan
2. Bidang Pembangunan ekonomi
a) Program implementasi Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
3. Bidang Pembangunan Politik
a) Program peningkatan kualitas Proses Politik
b) Program Pengawasan Aparatur Negara
c) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
d) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
e) Program Peningkatan Kapasitas SDM
4. Bidang Pembangunan Daerah
a) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah
b) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Derah
Bab X - 243
c) Program Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah
d) Program penguatan Lembaga Non Pemerintah
e) Program Peningkatan Ekonomi Wilayah
f) Program Pembangunan Perkotaan
g) Program Penataan Ruang
h) Program Pengelolaan Pertanahan
i) Program Penguatan Organisasi Masyarakat
10.2.2.2 Tahapan
Dalam garis besar tahapan kegiatan untuk mendukung tercapainya prinsip
dan tujuan pengembangan dan peningkatan kapasitas antara lain sebagai
berikut:
a) Mengidentifikasikan
dan
merumuskan
kebutuhan-kebutuhan
pengembangan dan peningkatan kapasitas secara komprehensif.
b) Mengidentifikasikan dan merumuskan prioritas bagi prakarsa-prakarsa
pengembangan dan peningkatan kapasitas.
c) Menetapkan rencana tindak (action plan)
pengembangan dan
peningkatan kapasitas secaa keseluruhan yang terkoordinar dan efisien.
d) Menyediakan acuan atau rujukan dalam mengalokasikan kegiatan dan
anggaran nguna mendukung precepatan pelaksanaan otonomi daerah.
e) Pelaksanan Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
f) Monitoring
Kapasitas
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Peningkatan
Kelembagaan
g) Perencanaan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
7.2.2.3 Koordinasi Pelaksanaan
Pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan pengembangan dan peningkatan
kapasitas dalam desentralisasi dan otonomi daerah tidak akan dapat berjalan
Bab X - 244
hanya oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi merupakan usaha bersama
dari berbagai instansi dan lembaga non pemerintah, baik di pusat dan di
daerah. Berkaitan dengan itu, telah dibentuk suatu tim koordinasi antar
departemen di pusat (Tim Keppres No- 157 tahun 2000) untuk mendukung
pelaksanaan UU tentang Pemerintahan Daerah dan UU tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah tersebut telah menetapkan sub-sub tim kerja,
dimana salah satu nya adalah sub Tim Kerja VI yang ditugaskan untuk
mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta memfasilitasi
prakarsa-prakarsa pengembangan dan
peningkatan
kapasitas, termasuk
prakarsa yang didukung oleh lembaga donor.
Koordinasi dan pengkajian akan terus dilakukan Pemerintah /Sub Tim Kerja
VI Keppres 157 Tahun 2000 terhadap upaya pengembangan dan peningkatan
kapasitas, berkaitan dengan hal-hal berikut:
a) Mengkoordinasikan
informasi berkaitan
dengan program/kegiatan
pengembangan dan peningkatan kapasitas kepada semua
„stakeholders”
b) Memberikan pembinaan kepada Daerah berkenaan dengan strategistrategi
dan
program-program
pengembangan
dan
peningkatan
kapasitas.
c) Memfasilitasi akses Daerah terhadap program-program yang didanai
oleh pemerintah dan bila diperlukan dari lembaga-lembaga Donor.
d) Melakukan identifikasi dan koordinasi program program pengembangan
dan peningkatan kapasitas Pusat dan Daerah yang akan dilakukan oleh
Departemen Teknis/Sektoral maupun oleh Pemda, serta pembiayaannya
agar dapat memfasilitasi penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan
baik.
Bab X - 245
e) Mengkaji kebutuhan-kebutuhan
Daerah (need assesment)
akan
pengembangan dan peningkatan kapasitas serta
memperbaharui/merevisi
strategi-strategi
dan
program-program
berdasarkan perubahan-perubahan kebutuhan Daerah dan Instansi Pusat.
f) Melakukan Identifikasi, menyusun data base dan memberikan informasi
mengenai lembaga poenyedia pelayanan (service provider) untuk
pengembangan dan peningaktan kapasitas.
Pemerintah akan melibatkan secara erat asosiasi-asosiasi Pemerintah Daerah
dan DPRD, Asosiali profesional, ORNOP, dan lembaga kemasyarakatan
lainnya, dan masyarakat donor (Donor Community) serta pihak-pihak lainya
yang terkait dalam rangka pengembangan dan peningaktan kapasitas.
10.3 Kondisi Kelembagaan
10.3.1 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Buol dalam menjalankan urusan pemerintahan terhadap tugas dan
kewenangannya
yang
terdsentralisasi
untuk
bidang-biang
pemerintahan
dan
pembangunan terdiri dari 17 (Tujuh belas) dinas, 13 (Tiga Belas) badan / Kantor yang
merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada
dibawah tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dimana setiap fungsi
dari dinas masing-masing akan di koordinasikan oleh Assisten Sekretaris Daerah yang
terkait. Struktur Organisasi Daerah sebahagian besar masih berpedoman pada Peraturan
Daerah Nomor:15 Tahun 2003 yang implementasinya akan dikaji sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan perkembangan tugas organisasi. terutama dengan adanya
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah. Berikut adalah struktur organisasi yang ada dilingkup
Pemerintah Kabupaten Buol sesuai Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010 :
1.
Dinas Pekerjaan Umum,
Bab X - 246
2.
Dinas Perumahan Dan Tata Kota
3.
Dadan Perencanaan Pembangunan Daerah &Penanaman Modal Daerah,
4.
Dinas Kesehatan,
5.
Dinas Pendidikan dan Pengajaran,
6.
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan,
7.
Dinas Perhubungan,
8.
9.
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi,
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
10. Dinas Sumber Daya Mineral,
11. Dinas Pariwisata,
12. Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan Dan Kesehatan Hewan,
13. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,
14. Dinas Kesejahteraan Sosial,
15. Dinas Pemberdayaan Masyarakat .
16. Badan Kepegawaian Daerah
17. Badan Penanggulangan Bencana,
18. Badan Penanggulangan Narkotika
*) No.11 & 17 telah mengacu Pada PP.41
1.
Organisasi penyelenggara RPIJM di Kabupaten Buol
Keterkaitan langsung dengan penyelenggaran RPIJM bidang keciptakaryaan diantaranya
adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral sebagai instansi perencana,
pelaksana dengan merumuskan aspek teknis dan manajemen kegiatan keciptakaryaan.
Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral yang ada sekarang
dibentuk melalui Peraturan Daerah Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010 tentang
Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Buol. dalam
melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral memiliki
peran yang sangat strategis untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
tugas umum Pemerintah, pelayanan kemasyarakat dan pelaksanaan pembangunan dibidang
Permukiman dan penataan wilayah. Sesuai dengan Visi dan Misinya yaitu :
Bab X - 247
Visi : Terwujudnya Penyehatan lingkungan Permukiman dan Penataan Wilayah yang
dinamis dan fungsional
Misi : a. Menciptakan Penyehatan lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis
dan berkelanjutan;
b. Mandirinya masyarakat melalui pembangunan dibidang Permukiman dan Penataan
Wilayah
Kedudukannya sebagai unsur pelaksana teknis Pemerintah Daerah yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Wilayah Daerah
mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan dalam rangka Desentralisasi dibidang
Pemerintahan
Daerah
dibidang
Permukiman
dan
Penetaan
Wilayah.
Dalam
penyelenggaran tugas tersebut Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi
sesuai
Keputusan Bupati Poso Nomor: 188.45/2568/ Tahun 2003 sbb :
a. Merumuskan Kebijakan teknis di bidang Keciptakaryaan;
b. Pemberian bimbingan, Perizinan, Perjanjian dan Pelaksanaan Pelayanan Umum;
c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dan Cabang Dinas
d. Pengelolaan urusan ketata usahaan;
e. Pelaksanaan tugas pembantuan
Kewenangan :
a. perencanaan di bidang CiptaKarya, Bangunan gedung, Bangunan Rakyat, dan
Bangunan-bangunan sipil lainnya;
b. Pengujian bahan bangunan;
c. Perumusan, perencanaan, Kebijakan Teknis Pembangunan dan Pengelolaan,
Pembinaan, Bimbingan dan Perizinan di bidang perumahan, bangunan kantor,
gedung lainnya dan penyehatan lingkungan serta tata permukiman/tata kota;
Bab X - 248
d. Pengawasan dan pengendalian teknis di bidang Keciptakaryaan
pembangunan
gedung, bangunan rakyat dan bangunan sipil lainnya serta Tata Ruang / Tata Kota;
e. Perencanaan dengan pengawasan teknis pembangunan Sarana Air Bersih
Kabupatan;
f. Pengelolaan kebersihan dan Pertamanan, penerangan, pemakaman dan kebakaran;
g. Perencanaan dan pengawasan serta pengendalian pemanfaatan ruang;
h. Pemberian dan penerbitan izin pemanfaatan ruang untuk pembinaan;
i. melakukan penelitian dan pencadangan areal permukiman;
j. Pembangunan / Pengelolaan permukiman.
Untuk mengetahui Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buol sesuai
Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 10 Tahun 2003 dapat diperhatikan Gambar 10.1
2.
Program dan Kegiatan yang menjadi Tupoksi Dinas Pekerjaan Umum :
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan
oleh unit satuan kerja dalam hal ini dinas KIMTAWIL adalah sebagai berikut :
1.
Program Pengembangan Perumahan
Program ini dimaksudkan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang
layak, sehat, aman, dan terjangkau, dengan menitikbertkan kepada kepada
masyarakat berpendapatan rendah, dan aparat pemerintah Kabupaten Buol dengan
sasaran meningkatkan jumlah perumahanyang disediakan untuk masyarakat.
Program ini bersifat program SKPD karena hanya Dinas Permukiman dan Penataan
Wilayah yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program ini khususnya yang
berhubungan dengan pengembangan perumahan bagi masyarakat.
2.
Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perumahan sehingga
terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan dengan
sasaran tertatanya lingkungan permukiman perumahan yang serasi yang ditandai
Bab X - 249
dengan adanya sistem pengamanan lingkungan dari bahaya kebakaran, adanya
sistem pengamanan lingkungan, adanya sistem pengelolaan air limbah, jaringan jalan
setapak dan lingkungan dilengkapi dengan drainase serta MCK dan saraan
pendukung lainnya.
Dari ketiga Sub Dinas yang ada ketiga-tiganya mempunyai tugas dan fungsi sesuai
pendistribuaian kewenangan yang ada. Dan berperan langsung mulai dari
perencanaan pelaksanaan konstruksi, pengawasan dan operasinal. Berupa tugas dari
masing-masing Subdin yang ada :
3.
Sub Din Program :
Tugas : melaksanakan tugas dibidang program yang meliputi urusan penyusunan rencana
dan program, data dan informasi, pemantauan dan pengendalian serta pelaporan
Untuk menyelenggarakan tugas-tugas tersebut Subdin tersebut mempunyai fungsi
a. penataan penyelenggaraan tugas dibidang program
b. pengkoordinasian terhadap penyelenggaran tugas dibidang program
c. pengevaluasian terhadap penyelenggaraan tugas dibidang program
4. Sub Din Permukiman dan Tata Ruang:
Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang permukiman dan tata ruang, meliputi urusan
penyelenggaraan penyehatan lingkungan dan permukiamn, peneglolaan
perizinan penggunaan ruang dan pendirian bangunan serta melakukan
pengaturan pengawasan bangunan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :
a. mengelola administrasi dan menyusun program kerja tahunan
Bab X - 250
b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan tugas seksi pengendalian dan evaluasi
c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan
pengawasan serta pengendali, evaluasi dan pelaporan
d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan, serta pengendalian dan evaluasi
e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program pemukiman dan penataan wilayah
f. menyiapkan bahan dan data serta menyusun dan melaporkan pelaksanaan tugas
seksi penataan
5. Sub Din Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran
Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang kebersihan, pemakaman dan kebakaran serta
urusan pengelolaan kebersihan kota dan pertamanan, penerangan jalan serta
pengelolaan pemakaman dan penanganan bahaya kebakaran.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :
a. mengelola administrasi dan penyusunan program kerja tahunan Sub Dinas
Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;
b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan tugas Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;
c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan
pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran
d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran,
e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program kebersihan, pemakaman dan kebakaran
Bab X - 251
f. menyiapkan bahan dan data serta menyususn dan melaporkan pelaksanaan tugas
Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran
Untuk menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya, pendistribusian pelaksanannya
melekat pada subdin masing-masing yang berada dalam struktur organisasi dinas
KIMTAWIL dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas.
1. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM
Awal proses perencanaan, pelaksanaan dan operasional kegiatan di bidang keciptakaryaan
secara sistimatis, Dinas KIMTAWIL bersama dengan organisasi pelaksana lainnya yang
terkait saling melakukan koordinasi, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Fungsi koordinasi ini akan lebih efektif dan berdaya guna, jika setiap tahapan kegiatan telah
melibatkan unsur terkait untuk saling berkoordinasi agar tercipta singkronisasi kegiatan sesuai
tujuan yang diharapkan.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Buol telah mengesahkan Peraturan daerah Kabupaten Buol
Nomor:04 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inpektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah kabupaten Buol, sebagai dasar
pertimbangan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah yang rencana evektif pemberlakuannya bulan januari thn 2009. Dengan demikian
struktur lembaga yang ada sekarang ini akan ditata kembali yang dimungkin akan ada
penggabungan Instansi, dan hilangnnya beberapa struktur jabatan dan digantikan dengan
sruktur jabatan yang baru. Yang selanjutnya akan dibentuk beberapa kelembagaan yang baru
sesuai dengan kebutuhan Peraturan Daerah No.04 Tahun 2007. Implementasi dari PP No.04
Tahun 2007 diharapkan akan menciptakan kondisi kerja pemerintahan yang lebih efisien dan
evektif, profesional, memberikan pelayan prima dan struktur yang ada akan lebih berperan
sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga terwujud suatu kelembagaan yang kaya fungsi
miskin struktur.
Bab X - 252
Bab X - 253
Gambar 10.1. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum
Bab X - 253
Gambar 10.2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buol
Bab X - 255
Gambar 10.4 Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buol
Gambar 10.3 Struktur Organisasi Pdam Kabupaten Buol
WALIKOTA
DIREKTUR UTAMA
KABAG ADM
/KEUANGAN
SUBAG
KEUANGAN
SEKSI KAS
SEKSI
PEMBUKUAN
SEKSI
REKENING
SUBAG
HUBLANG
SEKSI
PENYAMBUNG
AN
KABAG TEKNIK
SUBAG UMUM DAN
PERSONALIA
SEKSI
PERSONALIA
SEKSI PEMBELIAN
SEKSI BACA
METER
SEKSI GUDANG
SEKSI
KOMPUTERISASI
SUBAG
PRODUKSI/DIS
TRIBUSI
SUBAG
PERE NCANAAN
SEKSI
PENGOLAHAN/
LAB
SEKSI
PERENCANAAN
SEKSI SUMBER
SEKSI
PENGAWASAN
SUBAG PERALATAN
SEKSI MEKANIK
DAN LISTRIK
SEKSI
PEMELIHARAAN
SEKSI
PERPIPAAN
SEKSI
PERPIPAAN
Bab X - 256
Bab X - 257
10.3.2 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah
Menguarikan kondisi kelembagaan non-pemerintah yang terkait dengan RPIJM
sehingga terjalin kerja sama yang baik dalam rangka
mensukseskan
pengembangan infrastruktur bidang PU /Cipta Karya.
Tabel 10.1 Kondisi Kelembagaan Non-Pemerintah Terkait dengan RPIJM
No
PROGRAM/
NAMA
LEMBAGA
PROYEK
MERUPAKAN
BADAN
TUJUAN
BENTUK
LEMBAGA
ORGANIS
HUKUM
PERAN
ASI
YANG
BIAYA
TELAH/AKAN
(Rp)
DILAKSANAK
SUMB
ER
DANA
AN
1
LSM “A”
Bukan
Non Profit
Sosial
Program
PLP
2
LSM „B”
Ya
Non Profit
Sosial
Hidran
Persampahan
Umum
3
10.4
LSM “C”
Ya
Non Profit
Sosial
Drainase
Masalah Analisis Dan Usulan Program
Setiap organisasi dibahas dalam sub bab. Pemdahasan meliputi masalah analisis dan usulan
untuk rencana tindakan peningkatan kemampuan kelembagaan. Organisasi atau instansi
yang dibahas adalah yang telah di daftar atau di disinggung dalam bagian I.
10.4.1 Masalah Yang Dihadapi
Menguraikan masalah yang dihadapi dalam kelompok:
1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi meliputi tugas dan wewenang dan
tanggung jawab instansi;
2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah Kabupaten
Bab IX - 258
3. Sumber daya manusia yang meliputi rendahnya kualitas, kurangnya kuantitas
dsb;
4. Prasarana fisik yang meliputi masalah-masalah yang mengenai kurangnya
kualitas dan kuantitas prasaran kantor.
10.4.2 Analisis Permasalahan
Analisis Permasalahan yang dipergunakan menyangkut :
1. Pada umumnya analisis organisasi yang digunakan adalah analisis SWOT
(Strenght, Weakness, Oportunity, Threat)
2. Analisis juga mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku;
3. Analisis juga mengacu pada kebutuhan penyelenggaraan RPIJM
10.4.3 Usulan Program
Usulan program untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan ini antara lain dengan:
1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi
Menguraikan tentang rincian kewenangan, tugas dan tanggung jawab instansi
yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan prasarana Kabupaten
2. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM di Instansi Pemerintah
Menguraikan kebutuhan pembentukan peraturan daerah baru untuk mendukung
penyelenggaraan program pembangunan prasarana Kabupaten di daerah.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Menguraikan tentang usulan penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan
training.
4. Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja
Menguraikan usulan tentang
penambahan kebutuhan
akan prasarana dan
peralatan
Bab IX - 259
10.5 Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi
Kedudukan,Fungsi,Tugas Dalam Pelaksanaan RPIJM
Menguraikan usulan kedudukan fungsi dan tugas serta tanggung jawab antar instansi yang
terkait dalam RPIJM sebsagai draft surat keputusan untuk ditanda tangani Bupati.
10.5.1 Diagram Hubungan Antar Instansi
Berisi narasi dan diagram hubungan antar instansi untuk pelaksanaan dan pengelolaan
serta pengembangan RPIJM.
Tabel 10.2 Instansi terkait kegiatan Bidang Cipta Karya
No
Sektor
1
Bangkim
2
3
4
PBL
PLP
Air Minum
Kegiatan
Instansi
Penyusunan SPPIP
BAPPEDA
Penyusunan RPKPP
BAPPEDA
Penanganan Kawasan Kumuh Kota
Semua Instansi
Pembangunan Rusunawa
BAPPEDA
Penanganan Kawasan Perdesaan
Petanian, Perkebunan
Kawasan Agropolitan
Petanian, Perkebunan
Kawasan Minapolitan
Kelautan
Revitalisasi Kawasan sejarah/wisata
Pariwisata
Revitalisasi Bangunan Bersejarah
Pariwisata
Pembangunan RTH
Lingkungan Hidup
Penanggulangan Kebakaran
BPBND
Penanganan Air Limbah
Pengelola IPLT
Penanganan Persampahan
Pengelola Persampahan
Penanganan Drainase
Bina Marga
Fasilitasi PDAM
PDAM
Pembangunan SPAM MBR
PDAM
Pembangunan SPAM IKK
PDAM
Bab IX - 260
5
RANDAL
Pembangunan SPAM Perdesaan
BAPPEDA
Pembangunan SPAM Kwsn Khusus
KEK
Perencanaan Program
BAPPEDA
Bab IX - 261
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
10.1
Petunjuk Umum
Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan prasarana
Kabupaten Buol bidang PU/Ciptakarya, yaitu agar investasi
dilaksanakan
secara optimal oleh Pemerintah
pembangunan dapat
Kabupaten Buol serta terjamin
keberlanjutannya.
Dalam hal kegiatan pembangunan prasarana Kota, wilayah kegiatan pembangunan lebih dari
satu wilayah Kota, maka aspek kelembagaan perlu di bahas ditingkat propinsi dan tingkat
nasional melalui pembahasan tersebut diharapkan dapat diwujudkan fungsi koordinasi dan
kerja sama antar daerah.
Aspek kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan
dengan
memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan
prasarana Kota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi /instansi.
Kelembagaan di Kabupaten/Kota perlu dioptimalkan dan dikoordinasikan
serta
disinkronisasikan uraian jabaran dan fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas
masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan
kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasaran Kabupaten/Kota termasuk
di dalamnya Bappeda, Dinas-dinas, PDAM dll.
10.1
Kelayakan kelembagaan untuk investasi Pembangunan Daerah
10.1.1 Batasan
1.
Kelayakan adalah hasil telaah (assesment) tentang kapasitas suatu subyek
yang mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan tujuan yang
ditetapkan.
2.
Kelembagaan merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menunjukkan
kepada bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya (build in) yang terkait
Bab X - 237
(involve), berkepentingan (concern) dan tanggung jawab (responible) untuk
tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.
3.
Investasi adalah salah satu masukan dalam propses pembangunan untuk
mampu melahirkan menciptakan tujuan-tujuan yang ditetapkan.
4.
Pembangunan Daerah, dimaksudkan sebagai proses, obyek dan sekaligus
juga subyek untuk memenuhi tuntutan “stakeholder”-nya, bagi tercapainya
masyarakat yang adil, tentram dan sejahtera di Daerah .
10.1.1.1 Perlunya Kelayakan
Kelayakan yang tinggi bagi suatu institusi yang terkait dan bertanggung
jawab atas terselenggaranya visi dan misi-nya. sangat penting artinya bagi
tercapai tujuan yang dikehendaki dengan efektif dan efisien. Makin layak
ia makin tinggi tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya demikian juga sebaliknya.
John L. Tailor, Ph.D dalam “Indonesia Urban Infrastrukutre Development:
A Practical Guide for Urban Manager, hal XII-7 menulis bahwa berdasarkan
paradigma baru
tentang pemerintahan desentralisasi di
Indonesia,
perubahan-perubahan berikut sedang berlangsung, yakni:
a) Ada gerakan bagi pelaksanaan “Good Urban Governance” termasuk
di dalamnya transparansi, partisipasi, akuntabilaitas,
tanggap,
demeokrasi, negara hukum, dan aspek-aspek lainnya dari masyarakat
madani.
b) Sistem yang dikembangkan meliputi keterlibatan kelompok
“stakeholders”
atau mitra dalam pembangunan yang lebih luas,
termasuk masyaraakt lokal, pemerintah daerah, wira swasta, LSM
dan lain-lainnya.
Bab X - 238
c) Adanya perubahan atas sistem keseimbangan kemitraan (balanced
partnership system”) , melibatkan konsultasi dan arus dua arah dalam
paradigma yang desang tumbuh, yang mencakup unsur eksekutif dan
unsur legislatif Pemerintah Daerah, Wiraswasta, masyarakat lokal,
konsultan dan LSM dan furum Kabupaten, sebagaimana berlangsung
di tingkat pemerintah yang lebih tinggi.
Perubahan-perubahan dimaksud tentu menuntut adanya kapasitas baru atau
kapasitas tambahan yang diperlukan, agar suatu institusi menjadi “layak”
(mampu secara efektif dan efisien) melaksanakan tugas-tugasnya. Dan
masih banyak alasan-alasan lainya, seperti kemajuan teknologi, informasi
dan komunikasi yang terus berkembang, menuntut
perlunya selalu
kelayakan suatu kelembagaan ditingkatkan.
Pembahasan tentang kelembagaan, tidak cukup denganmemandang
“lembaga‟ sebagai wadah, dengan struktur aaorganisasinya dll-nya, karena
itu baru “raga” dari lembaga tersebut. Disamping ada “raga”, lembaga
mempunyai “spirit” atau dapat disebut juga sebagai “roh”. Roh itu berada
pada manusia-manusianya, yang mendadi anggota
Sehingga
upaya meningkatkan
lembaga tersebut.
kelayakan suatulembaga, tidak cukup
dengan hanya menyempurnakan struktur organisasinya dan hal-hal lainya
yang bersifat fisik
saja, tetapi juga
penting untuk
meningkatkan
kapasitas/kemampuan (pengetahuan, ketrampilan dan moral-etika) orangorang yang bertugas dalam lembaga tersebut.
10.1.1.2 Kendala Pelaksanaan Otonomi
Pemerintah menyadari bahwa penyelenggaraan otonomi daerah dalam
realitasnya masih mengalami kendala yang tidak kecil, yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
Bab X - 239
1. Kendala Regulasi, Regulasi untuk pelaksanan otonomi masih
menyisakan persoalan yang berarti, dilihat dari kelengkapan, kejelasan
dan kemantapannya, yang berakibat penyelenggaraan otonomi daerah
yang kini
berjalan
ditanggapi
secara
beragam
dan
bahkan
menimbulkan ekses berupa konflik kepentingan.
2. Kendala koordinasi, Proses koordinasi pelaksanaan otonomi daerah
antara instansi Pemerintah Pusat (khususnya yang terkait dengan
penyusunan peraturan-peaturan dan pedoman baru) belum berjalan
dengan baik. Sehingga berakibat kurang konsistennya peraturan yang
dikeluarkan.
3. Kendala persepsi, Proses keterbukaan yang berkembang telah
berdampak
pada munculnya kecenderungan
keragaman persepsi
dalam menyikapi otonomi luas, sehingga menimbulkan friksi
pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan distribusi kewenangan;
4. Kendala Waktu, Euporia otonomi daerah yang begitu menggebugebu
di era reformai ini menuntut kecepatan dan ketanggapan yang tinggi
untuk menyusun berbagai peraturan dan kebijakan yang diperlukan.
Sementara pemerintah (Pusat dan Daerah) tidak punya cukup waktu
untuk melakukannya, walaupun sadar bahwa yang ada memang belum
lengkap.
5. Kendala keterbatasan sumberdaya, Rendahnya kualitas/kapasitas SDM
jelas merupakan
faktor yang dominan dalam ketidakmampuan
memberdayakan kapasitasnya. Juga masih terbatasnya
jasa/layanan
(service
provider)
untuk
mendukung
penyedia
percepatan
desentralisasi. Demikian juga ada keterbatasan kemampuan keuangan
untuk membiayai
penyelenggaraan dresentralisasi, yang ternyata
membutuhkan biaya yang tidak kecil.
Bab X - 240
10.2
Peningkatan Kapasitas (Capacity Building)
10.2.1 Pengertian Dan Tujuan
Semangat
desentralisasi
penyelenggaraan
pemerintah
daerah,
sebagaimana
dituangkan dalam UU 22/1999 dan kemudian diubah menjadi UU 32/2004, serta
aturan-aturan pelaksanaannya, membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar dapat
menjamin bahwa tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai.
Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana
dirumuskan
dalam “Kerangka Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas “ (KNP2K) dalam
rangka mendukung Desentralisasi yang dikeluarkan bersama oleh Mentri Dalam
Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas,
6 Nopember 2002 merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan
perundangan, melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki
tata kerja
dan
mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas SDM, ketrampilan dan kualifikasinya,
perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan otonomi daerah
bagi pendekatan baru untuk pelaksanan “good governance”, sistem administrasi dan
mekanisme partisipasi dalam pembangunan, agar dapat memenuhi tuntutan untuk
lebih dalam melaksanakan demokrasi.
Lebih jauh dirumuskan
bahwa
tujuan
KNP2K adalah: (i) mengakselerasi
pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (ii) penataan secara
proporsional tugas, fungsi sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam
rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah, (iii) mobilisasi sumbersumber
dana Pemerintah, Daerah, dan lainnya, dan (iv) penggunaan sumbersumber dana
secara efektif dan efisien.
10.2.2 Prinsip Peningkatan Kapasitas
Adapun prinsip dari pelaksanan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah: (i)
pengembangan kapasitas bersifat multidimensional, mencakup beberapa kerangka
waktu, jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek; (ii) pengembangan
Bab X - 241
kapasitas menyangkut “multiple stakeholders” (iii) pengembangan kapasitas harus
bersifat “demand driven” , dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi
harus datang dari stakeholdernya sendiri, dan (iv) pengembangan kapasitas mengacu,
pada kebijakan Nasional, seperti RPJMN 20042009 (Peraturan Presiden No. 7 tahun
2005), dan Rencana Kerja Pemerintah (Contoh PP 20/2004). Faktor utama untuk
mewujudkan upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas yang berhasil adalah
adanya komitmen dari Pimpinan Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit
Kerja yang bersangkutan atas niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan
program/proyek peningkatan kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua
konsekuensinya.
10.2.2.1
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup peningkatan kapasitas pada umumnya meliputi tiga
tingkatan intervensi (three level intervension) agar pencapaian peningkatan
kapasitas dapat efektif dan berkelanjutan (effective dan sustainable) , yakni
: (i) pada tingkat (level) sistem, seperti perumusan kembali kerangka
kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu, (ii)
pada tingkatan (level) kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses
pengambilan keputusan, mekanisme
tata-kerja, instrumen manajemen,
tatahubungan dan jejaring organisasi, dll, dan (iii) pada tingakatan (level)
individu, yakni peningkatan ketrampilan (skills), kualifikasi, pengetahuan,
sikap, etika, dan motivasi kerjanya.
Kemudian KNP2KDMD merumuskan 8 (delapan) agenda pengembangan
kapasitas untuk mendukung desentralisasi, yakni:
a) Pengembangan peraturan perundangan
yang dibutuhkan untuk
mendukung desentralisasi
b) Pengembangan Kelembagaan Daerah
Bab X - 242
c) Pengembangan personil daerah
d) Pengembangan keuangan daerah
e) Peningkatan kapasitas DPRD, Badan Perwakilan Desa, ORNOP, dan
Organisasi Kemasyarakatan
f) Pengembangan Sistem Peencanaan
g) Pengembangan Ekonomi Daerah dan
h) Pengembangan Kemampuan Mengelola Masa Transisi
Adapun
program-program
nasional
yang
terkait
dengan
aspek
pengembangan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung desentralisasi
adalah,. Meliputi:
1. Bidang Pembangunan Hukum
a) Program pembentukan Peraturan Perundangan
2. Bidang Pembangunan ekonomi
a) Program implementasi Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
3. Bidang Pembangunan Politik
a) Program peningkatan kualitas Proses Politik
b) Program Pengawasan Aparatur Negara
c) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
d) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
e) Program Peningkatan Kapasitas SDM
4. Bidang Pembangunan Daerah
a) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah
b) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Derah
Bab X - 243
c) Program Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah
d) Program penguatan Lembaga Non Pemerintah
e) Program Peningkatan Ekonomi Wilayah
f) Program Pembangunan Perkotaan
g) Program Penataan Ruang
h) Program Pengelolaan Pertanahan
i) Program Penguatan Organisasi Masyarakat
10.2.2.2 Tahapan
Dalam garis besar tahapan kegiatan untuk mendukung tercapainya prinsip
dan tujuan pengembangan dan peningkatan kapasitas antara lain sebagai
berikut:
a) Mengidentifikasikan
dan
merumuskan
kebutuhan-kebutuhan
pengembangan dan peningkatan kapasitas secara komprehensif.
b) Mengidentifikasikan dan merumuskan prioritas bagi prakarsa-prakarsa
pengembangan dan peningkatan kapasitas.
c) Menetapkan rencana tindak (action plan)
pengembangan dan
peningkatan kapasitas secaa keseluruhan yang terkoordinar dan efisien.
d) Menyediakan acuan atau rujukan dalam mengalokasikan kegiatan dan
anggaran nguna mendukung precepatan pelaksanaan otonomi daerah.
e) Pelaksanan Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
f) Monitoring
Kapasitas
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Peningkatan
Kelembagaan
g) Perencanaan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
7.2.2.3 Koordinasi Pelaksanaan
Pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan pengembangan dan peningkatan
kapasitas dalam desentralisasi dan otonomi daerah tidak akan dapat berjalan
Bab X - 244
hanya oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi merupakan usaha bersama
dari berbagai instansi dan lembaga non pemerintah, baik di pusat dan di
daerah. Berkaitan dengan itu, telah dibentuk suatu tim koordinasi antar
departemen di pusat (Tim Keppres No- 157 tahun 2000) untuk mendukung
pelaksanaan UU tentang Pemerintahan Daerah dan UU tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah tersebut telah menetapkan sub-sub tim kerja,
dimana salah satu nya adalah sub Tim Kerja VI yang ditugaskan untuk
mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta memfasilitasi
prakarsa-prakarsa pengembangan dan
peningkatan
kapasitas, termasuk
prakarsa yang didukung oleh lembaga donor.
Koordinasi dan pengkajian akan terus dilakukan Pemerintah /Sub Tim Kerja
VI Keppres 157 Tahun 2000 terhadap upaya pengembangan dan peningkatan
kapasitas, berkaitan dengan hal-hal berikut:
a) Mengkoordinasikan
informasi berkaitan
dengan program/kegiatan
pengembangan dan peningkatan kapasitas kepada semua
„stakeholders”
b) Memberikan pembinaan kepada Daerah berkenaan dengan strategistrategi
dan
program-program
pengembangan
dan
peningkatan
kapasitas.
c) Memfasilitasi akses Daerah terhadap program-program yang didanai
oleh pemerintah dan bila diperlukan dari lembaga-lembaga Donor.
d) Melakukan identifikasi dan koordinasi program program pengembangan
dan peningkatan kapasitas Pusat dan Daerah yang akan dilakukan oleh
Departemen Teknis/Sektoral maupun oleh Pemda, serta pembiayaannya
agar dapat memfasilitasi penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan
baik.
Bab X - 245
e) Mengkaji kebutuhan-kebutuhan
Daerah (need assesment)
akan
pengembangan dan peningkatan kapasitas serta
memperbaharui/merevisi
strategi-strategi
dan
program-program
berdasarkan perubahan-perubahan kebutuhan Daerah dan Instansi Pusat.
f) Melakukan Identifikasi, menyusun data base dan memberikan informasi
mengenai lembaga poenyedia pelayanan (service provider) untuk
pengembangan dan peningaktan kapasitas.
Pemerintah akan melibatkan secara erat asosiasi-asosiasi Pemerintah Daerah
dan DPRD, Asosiali profesional, ORNOP, dan lembaga kemasyarakatan
lainnya, dan masyarakat donor (Donor Community) serta pihak-pihak lainya
yang terkait dalam rangka pengembangan dan peningaktan kapasitas.
10.3 Kondisi Kelembagaan
10.3.1 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Buol dalam menjalankan urusan pemerintahan terhadap tugas dan
kewenangannya
yang
terdsentralisasi
untuk
bidang-biang
pemerintahan
dan
pembangunan terdiri dari 17 (Tujuh belas) dinas, 13 (Tiga Belas) badan / Kantor yang
merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada
dibawah tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dimana setiap fungsi
dari dinas masing-masing akan di koordinasikan oleh Assisten Sekretaris Daerah yang
terkait. Struktur Organisasi Daerah sebahagian besar masih berpedoman pada Peraturan
Daerah Nomor:15 Tahun 2003 yang implementasinya akan dikaji sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan perkembangan tugas organisasi. terutama dengan adanya
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah. Berikut adalah struktur organisasi yang ada dilingkup
Pemerintah Kabupaten Buol sesuai Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010 :
1.
Dinas Pekerjaan Umum,
Bab X - 246
2.
Dinas Perumahan Dan Tata Kota
3.
Dadan Perencanaan Pembangunan Daerah &Penanaman Modal Daerah,
4.
Dinas Kesehatan,
5.
Dinas Pendidikan dan Pengajaran,
6.
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan,
7.
Dinas Perhubungan,
8.
9.
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi,
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
10. Dinas Sumber Daya Mineral,
11. Dinas Pariwisata,
12. Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan Dan Kesehatan Hewan,
13. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,
14. Dinas Kesejahteraan Sosial,
15. Dinas Pemberdayaan Masyarakat .
16. Badan Kepegawaian Daerah
17. Badan Penanggulangan Bencana,
18. Badan Penanggulangan Narkotika
*) No.11 & 17 telah mengacu Pada PP.41
1.
Organisasi penyelenggara RPIJM di Kabupaten Buol
Keterkaitan langsung dengan penyelenggaran RPIJM bidang keciptakaryaan diantaranya
adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral sebagai instansi perencana,
pelaksana dengan merumuskan aspek teknis dan manajemen kegiatan keciptakaryaan.
Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral yang ada sekarang
dibentuk melalui Peraturan Daerah Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010 tentang
Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Buol. dalam
melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral memiliki
peran yang sangat strategis untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
tugas umum Pemerintah, pelayanan kemasyarakat dan pelaksanaan pembangunan dibidang
Permukiman dan penataan wilayah. Sesuai dengan Visi dan Misinya yaitu :
Bab X - 247
Visi : Terwujudnya Penyehatan lingkungan Permukiman dan Penataan Wilayah yang
dinamis dan fungsional
Misi : a. Menciptakan Penyehatan lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis
dan berkelanjutan;
b. Mandirinya masyarakat melalui pembangunan dibidang Permukiman dan Penataan
Wilayah
Kedudukannya sebagai unsur pelaksana teknis Pemerintah Daerah yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Wilayah Daerah
mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan dalam rangka Desentralisasi dibidang
Pemerintahan
Daerah
dibidang
Permukiman
dan
Penetaan
Wilayah.
Dalam
penyelenggaran tugas tersebut Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi
sesuai
Keputusan Bupati Poso Nomor: 188.45/2568/ Tahun 2003 sbb :
a. Merumuskan Kebijakan teknis di bidang Keciptakaryaan;
b. Pemberian bimbingan, Perizinan, Perjanjian dan Pelaksanaan Pelayanan Umum;
c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dan Cabang Dinas
d. Pengelolaan urusan ketata usahaan;
e. Pelaksanaan tugas pembantuan
Kewenangan :
a. perencanaan di bidang CiptaKarya, Bangunan gedung, Bangunan Rakyat, dan
Bangunan-bangunan sipil lainnya;
b. Pengujian bahan bangunan;
c. Perumusan, perencanaan, Kebijakan Teknis Pembangunan dan Pengelolaan,
Pembinaan, Bimbingan dan Perizinan di bidang perumahan, bangunan kantor,
gedung lainnya dan penyehatan lingkungan serta tata permukiman/tata kota;
Bab X - 248
d. Pengawasan dan pengendalian teknis di bidang Keciptakaryaan
pembangunan
gedung, bangunan rakyat dan bangunan sipil lainnya serta Tata Ruang / Tata Kota;
e. Perencanaan dengan pengawasan teknis pembangunan Sarana Air Bersih
Kabupatan;
f. Pengelolaan kebersihan dan Pertamanan, penerangan, pemakaman dan kebakaran;
g. Perencanaan dan pengawasan serta pengendalian pemanfaatan ruang;
h. Pemberian dan penerbitan izin pemanfaatan ruang untuk pembinaan;
i. melakukan penelitian dan pencadangan areal permukiman;
j. Pembangunan / Pengelolaan permukiman.
Untuk mengetahui Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buol sesuai
Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 10 Tahun 2003 dapat diperhatikan Gambar 10.1
2.
Program dan Kegiatan yang menjadi Tupoksi Dinas Pekerjaan Umum :
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan
oleh unit satuan kerja dalam hal ini dinas KIMTAWIL adalah sebagai berikut :
1.
Program Pengembangan Perumahan
Program ini dimaksudkan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang
layak, sehat, aman, dan terjangkau, dengan menitikbertkan kepada kepada
masyarakat berpendapatan rendah, dan aparat pemerintah Kabupaten Buol dengan
sasaran meningkatkan jumlah perumahanyang disediakan untuk masyarakat.
Program ini bersifat program SKPD karena hanya Dinas Permukiman dan Penataan
Wilayah yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program ini khususnya yang
berhubungan dengan pengembangan perumahan bagi masyarakat.
2.
Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perumahan sehingga
terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan dengan
sasaran tertatanya lingkungan permukiman perumahan yang serasi yang ditandai
Bab X - 249
dengan adanya sistem pengamanan lingkungan dari bahaya kebakaran, adanya
sistem pengamanan lingkungan, adanya sistem pengelolaan air limbah, jaringan jalan
setapak dan lingkungan dilengkapi dengan drainase serta MCK dan saraan
pendukung lainnya.
Dari ketiga Sub Dinas yang ada ketiga-tiganya mempunyai tugas dan fungsi sesuai
pendistribuaian kewenangan yang ada. Dan berperan langsung mulai dari
perencanaan pelaksanaan konstruksi, pengawasan dan operasinal. Berupa tugas dari
masing-masing Subdin yang ada :
3.
Sub Din Program :
Tugas : melaksanakan tugas dibidang program yang meliputi urusan penyusunan rencana
dan program, data dan informasi, pemantauan dan pengendalian serta pelaporan
Untuk menyelenggarakan tugas-tugas tersebut Subdin tersebut mempunyai fungsi
a. penataan penyelenggaraan tugas dibidang program
b. pengkoordinasian terhadap penyelenggaran tugas dibidang program
c. pengevaluasian terhadap penyelenggaraan tugas dibidang program
4. Sub Din Permukiman dan Tata Ruang:
Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang permukiman dan tata ruang, meliputi urusan
penyelenggaraan penyehatan lingkungan dan permukiamn, peneglolaan
perizinan penggunaan ruang dan pendirian bangunan serta melakukan
pengaturan pengawasan bangunan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :
a. mengelola administrasi dan menyusun program kerja tahunan
Bab X - 250
b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan tugas seksi pengendalian dan evaluasi
c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan
pengawasan serta pengendali, evaluasi dan pelaporan
d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan, serta pengendalian dan evaluasi
e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program pemukiman dan penataan wilayah
f. menyiapkan bahan dan data serta menyusun dan melaporkan pelaksanaan tugas
seksi penataan
5. Sub Din Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran
Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang kebersihan, pemakaman dan kebakaran serta
urusan pengelolaan kebersihan kota dan pertamanan, penerangan jalan serta
pengelolaan pemakaman dan penanganan bahaya kebakaran.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :
a. mengelola administrasi dan penyusunan program kerja tahunan Sub Dinas
Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;
b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan tugas Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;
c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan
pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran
d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran,
e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program kebersihan, pemakaman dan kebakaran
Bab X - 251
f. menyiapkan bahan dan data serta menyususn dan melaporkan pelaksanaan tugas
Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran
Untuk menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya, pendistribusian pelaksanannya
melekat pada subdin masing-masing yang berada dalam struktur organisasi dinas
KIMTAWIL dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas.
1. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM
Awal proses perencanaan, pelaksanaan dan operasional kegiatan di bidang keciptakaryaan
secara sistimatis, Dinas KIMTAWIL bersama dengan organisasi pelaksana lainnya yang
terkait saling melakukan koordinasi, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Fungsi koordinasi ini akan lebih efektif dan berdaya guna, jika setiap tahapan kegiatan telah
melibatkan unsur terkait untuk saling berkoordinasi agar tercipta singkronisasi kegiatan sesuai
tujuan yang diharapkan.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Buol telah mengesahkan Peraturan daerah Kabupaten Buol
Nomor:04 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inpektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah kabupaten Buol, sebagai dasar
pertimbangan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah yang rencana evektif pemberlakuannya bulan januari thn 2009. Dengan demikian
struktur lembaga yang ada sekarang ini akan ditata kembali yang dimungkin akan ada
penggabungan Instansi, dan hilangnnya beberapa struktur jabatan dan digantikan dengan
sruktur jabatan yang baru. Yang selanjutnya akan dibentuk beberapa kelembagaan yang baru
sesuai dengan kebutuhan Peraturan Daerah No.04 Tahun 2007. Implementasi dari PP No.04
Tahun 2007 diharapkan akan menciptakan kondisi kerja pemerintahan yang lebih efisien dan
evektif, profesional, memberikan pelayan prima dan struktur yang ada akan lebih berperan
sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga terwujud suatu kelembagaan yang kaya fungsi
miskin struktur.
Bab X - 252
Bab X - 253
Gambar 10.1. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum
Bab X - 253
Gambar 10.2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buol
Bab X - 255
Gambar 10.4 Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buol
Gambar 10.3 Struktur Organisasi Pdam Kabupaten Buol
WALIKOTA
DIREKTUR UTAMA
KABAG ADM
/KEUANGAN
SUBAG
KEUANGAN
SEKSI KAS
SEKSI
PEMBUKUAN
SEKSI
REKENING
SUBAG
HUBLANG
SEKSI
PENYAMBUNG
AN
KABAG TEKNIK
SUBAG UMUM DAN
PERSONALIA
SEKSI
PERSONALIA
SEKSI PEMBELIAN
SEKSI BACA
METER
SEKSI GUDANG
SEKSI
KOMPUTERISASI
SUBAG
PRODUKSI/DIS
TRIBUSI
SUBAG
PERE NCANAAN
SEKSI
PENGOLAHAN/
LAB
SEKSI
PERENCANAAN
SEKSI SUMBER
SEKSI
PENGAWASAN
SUBAG PERALATAN
SEKSI MEKANIK
DAN LISTRIK
SEKSI
PEMELIHARAAN
SEKSI
PERPIPAAN
SEKSI
PERPIPAAN
Bab X - 256
Bab X - 257
10.3.2 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah
Menguarikan kondisi kelembagaan non-pemerintah yang terkait dengan RPIJM
sehingga terjalin kerja sama yang baik dalam rangka
mensukseskan
pengembangan infrastruktur bidang PU /Cipta Karya.
Tabel 10.1 Kondisi Kelembagaan Non-Pemerintah Terkait dengan RPIJM
No
PROGRAM/
NAMA
LEMBAGA
PROYEK
MERUPAKAN
BADAN
TUJUAN
BENTUK
LEMBAGA
ORGANIS
HUKUM
PERAN
ASI
YANG
BIAYA
TELAH/AKAN
(Rp)
DILAKSANAK
SUMB
ER
DANA
AN
1
LSM “A”
Bukan
Non Profit
Sosial
Program
PLP
2
LSM „B”
Ya
Non Profit
Sosial
Hidran
Persampahan
Umum
3
10.4
LSM “C”
Ya
Non Profit
Sosial
Drainase
Masalah Analisis Dan Usulan Program
Setiap organisasi dibahas dalam sub bab. Pemdahasan meliputi masalah analisis dan usulan
untuk rencana tindakan peningkatan kemampuan kelembagaan. Organisasi atau instansi
yang dibahas adalah yang telah di daftar atau di disinggung dalam bagian I.
10.4.1 Masalah Yang Dihadapi
Menguraikan masalah yang dihadapi dalam kelompok:
1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi meliputi tugas dan wewenang dan
tanggung jawab instansi;
2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah Kabupaten
Bab IX - 258
3. Sumber daya manusia yang meliputi rendahnya kualitas, kurangnya kuantitas
dsb;
4. Prasarana fisik yang meliputi masalah-masalah yang mengenai kurangnya
kualitas dan kuantitas prasaran kantor.
10.4.2 Analisis Permasalahan
Analisis Permasalahan yang dipergunakan menyangkut :
1. Pada umumnya analisis organisasi yang digunakan adalah analisis SWOT
(Strenght, Weakness, Oportunity, Threat)
2. Analisis juga mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku;
3. Analisis juga mengacu pada kebutuhan penyelenggaraan RPIJM
10.4.3 Usulan Program
Usulan program untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan ini antara lain dengan:
1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi
Menguraikan tentang rincian kewenangan, tugas dan tanggung jawab instansi
yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan prasarana Kabupaten
2. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM di Instansi Pemerintah
Menguraikan kebutuhan pembentukan peraturan daerah baru untuk mendukung
penyelenggaraan program pembangunan prasarana Kabupaten di daerah.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Menguraikan tentang usulan penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan
training.
4. Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja
Menguraikan usulan tentang
penambahan kebutuhan
akan prasarana dan
peralatan
Bab IX - 259
10.5 Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi
Kedudukan,Fungsi,Tugas Dalam Pelaksanaan RPIJM
Menguraikan usulan kedudukan fungsi dan tugas serta tanggung jawab antar instansi yang
terkait dalam RPIJM sebsagai draft surat keputusan untuk ditanda tangani Bupati.
10.5.1 Diagram Hubungan Antar Instansi
Berisi narasi dan diagram hubungan antar instansi untuk pelaksanaan dan pengelolaan
serta pengembangan RPIJM.
Tabel 10.2 Instansi terkait kegiatan Bidang Cipta Karya
No
Sektor
1
Bangkim
2
3
4
PBL
PLP
Air Minum
Kegiatan
Instansi
Penyusunan SPPIP
BAPPEDA
Penyusunan RPKPP
BAPPEDA
Penanganan Kawasan Kumuh Kota
Semua Instansi
Pembangunan Rusunawa
BAPPEDA
Penanganan Kawasan Perdesaan
Petanian, Perkebunan
Kawasan Agropolitan
Petanian, Perkebunan
Kawasan Minapolitan
Kelautan
Revitalisasi Kawasan sejarah/wisata
Pariwisata
Revitalisasi Bangunan Bersejarah
Pariwisata
Pembangunan RTH
Lingkungan Hidup
Penanggulangan Kebakaran
BPBND
Penanganan Air Limbah
Pengelola IPLT
Penanganan Persampahan
Pengelola Persampahan
Penanganan Drainase
Bina Marga
Fasilitasi PDAM
PDAM
Pembangunan SPAM MBR
PDAM
Pembangunan SPAM IKK
PDAM
Bab IX - 260
5
RANDAL
Pembangunan SPAM Perdesaan
BAPPEDA
Pembangunan SPAM Kwsn Khusus
KEK
Perencanaan Program
BAPPEDA
Bab IX - 261