BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATENKOTA 10.1 Petunjuk Umum - DOCRPIJM 72ae9fed26 BAB Xbab. 10 Kelembagaan daerah

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA

10.1 Petunjuk Umum

  Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan prasarana Kota Palu bidang PU/Ciptakarya, yaitu agar investasi pembangunan dapat dilaksanakan secara optimal oleh Pemerintah Kota Palu serta terjamin keberlanjutannya.

  Dalam hal kegiatan pembangunan prasarana Kota, wilayah kegiatan pembangunan lebih dari satu wilayah Kota, maka aspek kelembagaan perlu di bahas ditingkat propinsi dan tingkat nasional melalui pembahasan tersebut diharapkan dapat diwujudkan fungsi koordinasi dan kerja sama antar daerah.

  Aspek kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan dengan memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan prasarana Kota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi /instansi. Kelembagaan di Kabupaten/Kota perlu dioptimalkan dan dikoordinasikan serta disinkronisasikan uraian jabaran dan fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasaran Kabupaten/Kota termasuk di dalamnya Bappeda, Dinas-dinas, PDAM dll.

10.1 Kelayakan kelembagaan untuk investasi Pembangunan Daerah

10.1.1 Batasan 1.

  Kelayakan adalah hasil telaah (assesment) tentang kapasitas suatu subyek yang mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan tujuan yang ditetapkan.

  2. Kelembagaan merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menunjukkan kepada bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya (build in) yang terkait (involve), berkepentingan (concern) dan tanggung jawab (responible) untuk tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.

  Investasi adalah salah satu masukan dalam propses pembangunan untuk mampu melahirkan menciptakan tujuan-tujuan yang ditetapkan.

  4. Pembangunan Daerah, dimaksudkan sebagai proses, obyek dan sekaligus juga subyek untuk memenuhi tuntutan “stakeholder”-nya, bagi tercapainya masyarakat yang adil, tentram dan sejahtera di Daerah .

10.1.1.1 Perlunya Kelayakan

  Kelayakan yang tinggi bagi suatu institusi yang terkait dan bertanggung jawab atas terselenggaranya visi dan misi-nya. sangat penting artinya bagi tercapai tujuan yang dikehendaki dengan efektif dan efisien. Makin layak ia makin tinggi tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya demikian juga sebaliknya. John L. Tailor, Ph.D dalam “Indonesia Urban Infrastrukutre Development: A Practical Guide for Urban Manager, hal XII-7 menulis bahwa berdasarkan paradigma baru tentang pemerintahan desentralisasi di Indonesia, perubahan-perubahan berikut sedang berlangsung, yakni:

  1) Ada gerakan bagi pelaksanaan “Good Urban Governance” termasuk di dalamnya transparansi, partisipasi, akuntabilaitas, tanggap, demeokrasi, negara hukum, dan aspek-aspek lainnya dari masyarakat madani.

  2) Sistem yang dikembangkan meliputi keterlibatan kelompok

  “stakeholders” atau mitra dalam pembangunan yang lebih luas, termasuk masyaraakt lokal, pemerintah daerah, wira swasta, LSM dan lain-lainnya. 3)

  Adanya perubahan atas sistem keseimbangan kemitraan (balanced partnership system”) , melibatkan konsultasi dan arus dua arah dalam paradigma yang desang tumbuh, yang mencakup unsur eksekutif dan unsur legislatif Pemerintah Daerah, Wiraswasta, sebagaimana berlangsung di tingkat pemerintah yang lebih tinggi. Perubahan-perubahan dimaksud tentu menuntut adanya kapasitas baru atau kapasitas tambahan yang diperlukan, agar suatu institusi menjadi “layak” (mampu secara efektif dan efisien) melaksanakan tugas-tugasnya. Dan masih banyak alasan-alasan lainya, seperti kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi yang terus berkembang, menuntut perlunya selalu kelayakan suatu kelembagaan ditingkatkan. Pembahasan tentang kelembagaan, tidak cukup denganmemandang “lembaga‟ sebagai wadah, dengan struktur aaorganisasinya dll-nya, karena itu baru “raga” dari lembaga tersebut. Disamping ada “raga”, lemba ga mempunyai “spirit” atau dapat disebut juga sebagai “roh”. Roh itu berada pada manusia-manusianya, yang mendadi anggota lembaga tersebut. Sehingga upaya meningkatkan kelayakan suatulembaga, tidak cukup dengan hanya menyempurnakan struktur organisasinya dan hal-hal lainya yang bersifat fisik saja, tetapi juga penting untuk meningkatkan kapasitas/kemampuan (pengetahuan, ketrampilan dan moral-etika) orang- orang yang bertugas dalam lembaga tersebut.

10.1.1.2 Kendala Pelaksanaan Otonomi

  Pemerintah menyadari bahwa penyelenggaraan otonomi daerah dalam realitasnya masih mengalami kendala yang tidak kecil, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1.

  Kendala Regulasi, Regulasi untuk pelaksanan otonomi masih menyisakan persoalan yang berarti, dilihat dari kelengkapan, kejelasan dan kemantapannya, yang berakibat penyelenggaraan otonomi daerah yang kini berjalan ditanggapi secara beragam dan bahkan menimbulkan ekses berupa konflik kepentingan.

  Kendala koordinasi, Proses koordinasi pelaksanaan otonomi daerah antara instansi Pemerintah Pusat (khususnya yang terkait dengan penyusunan peraturan-peaturan dan pedoman baru) belum berjalan dengan baik. Sehingga berakibat kurang konsistennya peraturan yang dikeluarkan.

  3. Kendala persepsi, Proses keterbukaan yang berkembang telah berdampak pada munculnya kecenderungan keragaman persepsi dalam menyikapi otonomi luas, sehingga menimbulkan friksi pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan distribusi kewenangan;

  4. Kendala Waktu, Euporia otonomi daerah yang begitu menggebu- gebu di era reformai ini menuntut kecepatan dan ketanggapan yang tinggi untuk menyusun berbagai peraturan dan kebijakan yang diperlukan. Sementara pemerintah (Pusat dan Daerah) tidak punya cukup waktu untuk melakukannya, walaupun sadar bahwa yang ada memang belum lengkap.

5. Kendala keterbatasan sumberdaya, Rendahnya kualitas/kapasitas

  SDM jelas merupakan faktor yang dominan dalam ketidakmampuan memberdayakan kapasitasnya. Juga masih terbatasnya penyedia jasa/layanan (service provider) untuk mendukung percepatan desentralisasi. Demikian juga ada keterbatasan kemampuan keuangan untuk membiayai penyelenggaraan dresentralisasi, yang ternyata membutuhkan biaya yang tidak kecil.

10.2 Peningkatan Kapasitas (Capacity Building)

10.2.1 Pengertian Dan Tujuan

  Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, sebagaimana dituangkan dalam UU 22/1999 dan kemudian diubah menjadi UU 32/2004, serta aturan-aturan pelaksanaannya, membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar dapat menjamin bahwa tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai. dalam “Kerangka Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas “ (KNP2K) dalam rangka mendukung Desentralisasi yang dikeluarkan bersama oleh Mentri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas,

  6 Nopember 2002 merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan perundangan, melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas SDM, ketrampilan dan kualifikasinya, perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan otonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanan “good governance”, sistem administrasi dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan, agar dapat memenuhi tuntutan untuk lebih dalam melaksanakan demokrasi. Lebih jauh dirumuskan bahwa tujuan KNP2K adalah: (i) mengakselerasi pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (ii) penataan secara proporsional tugas, fungsi sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah, (iii) mobilisasi sumber- sumber dana Pemerintah, Daerah, dan lainnya, dan (iv) penggunaan sumber- sumber dana secara efektif dan efisien.

10.2.2 Prinsip Peningkatan Kapasitas

  Adapun prinsip dari pelaksanan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah: (i) pengembangan kapasitas bersifat multidimensional, mencakup beberapa kerangka waktu, jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek; (ii) pengembangan kapasitas menyangkut

  “multiple stakeholders” (iii) pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven” , dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri, dan (iv) pengembangan kapasitas mengacu, pada kebijakan Nasional, seperti RPJMN 2004- 2009 (Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005), dan Rencana Kerja Pemerintah (Contoh PP 20/2004). Faktor utama untuk mewujudkan upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas yang berhasil adalah adanya komitmen dari Pimpinan Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang bersangkutan atas kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.

10.2.2.1 Ruang Lingkup

  Adapun ruang lingkup peningkatan kapasitas pada umumnya meliputi tiga tingkatan intervensi (three level intervension) agar pencapaian peningkatan kapasitas dapat efektif dan berkelanjutan (effective dan sustainable) , yakni : (i) pada tingkat (level) sistem, seperti perumusan kembali kerangka kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu, (ii) pada tingkatan (level) kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses pengambilan keputusan, mekanisme tata-kerja, instrumen manajemen, tata- hubungan dan jejaring organisasi, dll, dan (iii) pada tingakatan (level) individu, yakni peningkatan ketrampilan (skills), kualifikasi, pengetahuan, sikap, etika, dan motivasi kerjanya. Kemudian KNP2KDMD merumuskan 8 (delapan) agenda pengembangan kapasitas untuk mendukung desentralisasi, yakni: a)

  Pengembangan peraturan perundangan yang dibutuhkan untuk mendukung desentralisasi b)

  Pengembangan Kelembagaan Daerah

  c) Pengembangan personil daerah

  d) Pengembangan keuangan daerah

  e) Peningkatan kapasitas DPRD, Badan Perwakilan Desa, ORNOP, dan

  Organisasi Kemasyarakatan

  f) Pengembangan Sistem Peencanaan

  g) Pengembangan Ekonomi Daerah dan

  h) Pengembangan Kemampuan Mengelola Masa Transisi pengembangan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung desentralisasi adalah,. Meliputi:

1. Bidang Pembangunan Hukum

  a) Program pembentukan Peraturan Perundangan 2.

  Bidang Pembangunan ekonomi

  a) Program implementasi Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah 3.

  Bidang Pembangunan Politik

  a) Program peningkatan kualitas Proses Politik

  b) Program Pengawasan Aparatur Negara

  c) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

  d) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

  e) Program Peningkatan Kapasitas SDM 4.

  Bidang Pembangunan Daerah

  a) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah

  b) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Derah

  c) Program Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah

  d) Program penguatan Lembaga Non Pemerintah

  e) Program Peningkatan Ekonomi Wilayah

  f) Program Pembangunan Perkotaan

  g) Program Penataan Ruang

  h) Program Pengelolaan Pertanahan i)

  Program Penguatan Organisasi Masyarakat Dalam garis besar tahapan kegiatan untuk mendukung tercapainya prinsip dan tujuan pengembangan dan peningkatan kapasitas antara lain sebagai berikut:

  a) Mengidentifikasikan dan merumuskan kebutuhan-kebutuhan pengembangan dan peningkatan kapasitas secara komprehensif.

  b) Mengidentifikasikan dan merumuskan prioritas bagi prakarsa-prakarsa pengembangan dan peningkatan kapasitas.

  c) Menetapkan rencana tindak (action plan) pengembangan dan peningkatan kapasitas secaa keseluruhan yang terkoordinar dan efisien.

  d) Menyediakan acuan atau rujukan dalam mengalokasikan kegiatan dan anggaran nguna mendukung precepatan pelaksanaan otonomi daerah.

  e) Pelaksanan Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

  f) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas

  Kelembagaan

  g) Perencanaan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

7.2.2.3 Koordinasi Pelaksanaan

  Pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas dalam desentralisasi dan otonomi daerah tidak akan dapat berjalan hanya oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi merupakan usaha bersama dari berbagai instansi dan lembaga non pemerintah, baik di pusat dan di daerah. Berkaitan dengan itu, telah dibentuk suatu tim koordinasi antar departemen di pusat (Tim Keppres No- 157 tahun 2000) untuk mendukung pelaksanaan UU tentang Pemerintahan Daerah dan UU tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah tersebut telah menetapkan sub-sub tim kerja, dimana salah satu nya adalah sub Tim Kerja VI yang ditugaskan untuk mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta memfasilitasi prakarsa-prakarsa pengembangan dan peningkatan kapasitas, termasuk prakarsa yang didukung oleh lembaga donor.

  Kerja VI Keppres 157 Tahun 2000 terhadap upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas, berkaitan dengan hal-hal berikut: a)

  Mengkoordinasikan informasi berkaitan dengan program/kegiatan pengembangan dan peningkatan kapasitas kepada semua „stakeholders”

  b) Memberikan pembinaan kepada Daerah berkenaan dengan strategi- strategi dan program-program pengembangan dan peningkatan kapasitas.

  c) Memfasilitasi akses Daerah terhadap program-program yang didanai oleh pemerintah dan bila diperlukan dari lembaga-lembaga Donor.

  d) Melakukan identifikasi dan koordinasi program program pengembangan dan peningkatan kapasitas Pusat dan Daerah yang akan dilakukan oleh Departemen Teknis/Sektoral maupun oleh Pemda, serta pembiayaannya agar dapat memfasilitasi penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan baik.

  e) Mengkaji kebutuhan-kebutuhan Daerah (need assesment) akan pengembangan dan peningkatan kapasitas serta memperbaharui/merevisi strategi-strategi dan program-program berdasarkan perubahan-perubahan kebutuhan Daerah dan Instansi Pusat.

  f) Melakukan Identifikasi, menyusun data base dan memberikan informasi mengenai lembaga poenyedia pelayanan (service provider) untuk pengembangan dan peningaktan kapasitas.

  Pemerintah akan melibatkan secara erat asosiasi-asosiasi Pemerintah Daerah dan DPRD, Asosiali profesional, ORNOP, dan lembaga kemasyarakatan lainnya, dan masyarakat donor (Donor Community) serta pihak-pihak lainya yang terkait dalam rangka pengembangan dan peningaktan kapasitas.

10.3.1 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten

  Pemerintah Kota Palu dalam menjalankan urusan pemerintahan terhadap tugas dan kewenangannya yang terdsentralisasi untuk bidang-biang pemerintahan dan pembangunan terdiri dari 17 (Tujuh belas) dinas, 13 (Tiga Belas) badan / Kantor yang merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada dibawah tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dimana setiap fungsi dari dinas masing-masing akan di koordinasikan oleh Assisten Sekretaris Daerah yang terkait. Struktur Organisasi Daerah sebahagian besar masih berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor:15 Tahun 2003 yang implementasinya akan dikaji sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan tugas organisasi. terutama dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Berikut adalah struktur organisasi yang ada dilingkup Pemerintah Kota Palu sesuai Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010 : 1.

  Dinas Pekerjaan Umum, 2. Dinas Perumahan Dan Tata Kota 3. Dadan Perencanaan Pembangunan Daerah &Penanaman Modal Daerah, 4. Dinas Kesehatan, 5. Dinas Pendidikan dan Pengajaran, 6. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, 7. Dinas Perhubungan, 8. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, 9. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 10.

  Dinas Sumber Daya Mineral, 11. Dinas Pariwisata, 12. Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan Dan Kesehatan Hewan, 13. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 14. Dinas Kesejahteraan Sosial, 15. Dinas Pemberdayaan Masyarakat .

16. Badan Kepegawaian Daerah

  Badan Penanggulangan Bencana, 18. Badan Penanggulangan Narkotika

  No.11 & 17 telah mengacu Pada PP.41

  • )

1. Organisasi penyelenggara RPIJM di Kota Palu

  Keterkaitan langsung dengan penyelenggaran RPIJM bidang keciptakaryaan diantaranya adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral sebagai instansi perencana, pelaksana dengan merumuskan aspek teknis dan manajemen kegiatan keciptakaryaan. Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral yang ada sekarang dibentuk melalui Peraturan Daerah Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010 tentang Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral Kota Palu. dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral memiliki peran yang sangat strategis untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan tugas umum Pemerintah, pelayanan kemasyarakat dan pelaksanaan pembangunan dibidang Permukiman dan penataan wilayah. Sesuai dengan Visi dan Misinya yaitu : Visi : Terwujudnya Penyehatan lingkungan Permukiman dan Penataan Wilayah yang dinamis dan fungsional Misi :

  a. Menciptakan Penyehatan lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan; b. Mandirinya masyarakat melalui pembangunan dibidang Permukiman dan

  Penataan Wilayah Kedudukannya sebagai unsur pelaksana teknis Pemerintah Daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Wilayah Daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan dalam rangka Desentralisasi dibidang Pemerintahan Daerah dibidang Permukiman dan Penetaan Wilayah. Dalam penyelenggaran tugas tersebut Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi sesuai Keputusan Bupati Poso Nomor: 188.45/2568/ Tahun 2003 sbb : b. Pemberian bimbingan, Perizinan, Perjanjian dan Pelaksanaan Pelayanan Umum;

  c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dan Cabang Dinas

  d. Pengelolaan urusan ketata usahaan;

  e. Pelaksanaan tugas pembantuan Kewenangan :

  a. perencanaan di bidang CiptaKarya, Bangunan gedung, Bangunan Rakyat, dan Bangunan-bangunan sipil lainnya;

  b. Pengujian bahan bangunan;

  c. Perumusan, perencanaan, Kebijakan Teknis Pembangunan dan Pengelolaan, Pembinaan, Bimbingan dan Perizinan di bidang perumahan, bangunan kantor, gedung lainnya dan penyehatan lingkungan serta tata permukiman/tata kota; d. Pengawasan dan pengendalian teknis di bidang Keciptakaryaan pembangunan gedung, bangunan rakyat dan bangunan sipil lainnya serta Tata Ruang / Tata Kota; e. Perencanaan dengan pengawasan teknis pembangunan Sarana Air Bersih

  Kabupatan;

  f. Pengelolaan kebersihan dan Pertamanan, penerangan, pemakaman dan kebakaran;

  g. Perencanaan dan pengawasan serta pengendalian pemanfaatan ruang;

  h. Pemberian dan penerbitan izin pemanfaatan ruang untuk pembinaan; i. melakukan penelitian dan pencadangan areal permukiman; j. Pembangunan / Pengelolaan permukiman.

  Untuk mengetahui Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu sesuai Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 10 Tahun 2003 dapat diperhatikan Gambar 10.1

  Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh unit satuan kerja dalam hal ini dinas KIMTAWIL adalah sebagai berikut :

  1. Program Pengembangan Perumahan Program ini dimaksudkan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau, dengan menitikbertkan kepada kepada masyarakat berpendapatan rendah, dan aparat pemerintah Kota Palu dengan sasaran meningkatkan jumlah perumahanyang disediakan untuk masyarakat. Program ini bersifat program SKPD karena hanya Dinas Permukiman dan Penataan Wilayah yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program ini khususnya yang berhubungan dengan pengembangan perumahan bagi masyarakat.

  2. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perumahan sehingga terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan dengan sasaran tertatanya lingkungan permukiman perumahan yang serasi yang ditandai dengan adanya sistem pengamanan lingkungan dari bahaya kebakaran, adanya sistem pengamanan lingkungan, adanya sistem pengelolaan air limbah, jaringan jalan setapak dan lingkungan dilengkapi dengan drainase serta MCK dan saraan pendukung lainnya.

  Dari ketiga Sub Dinas yang ada ketiga-tiganya mempunyai tugas dan fungsi sesuai pendistribuaian kewenangan yang ada. Dan berperan langsung mulai dari perencanaan pelaksanaan konstruksi, pengawasan dan operasinal. Berupa tugas dari masing-masing Subdin yang ada : Tugas : melaksanakan tugas dibidang program yang meliputi urusan penyusunan rencana dan program, data dan informasi, pemantauan dan pengendalian serta pelaporan

  Untuk menyelenggarakan tugas-tugas tersebut Subdin tersebut mempunyai fungsi

  a. penataan penyelenggaraan tugas dibidang program

  b. pengkoordinasian terhadap penyelenggaran tugas dibidang program

  c. pengevaluasian terhadap penyelenggaraan tugas dibidang program 4.

   Sub Din Permukiman dan Tata Ruang:

  Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang permukiman dan tata ruang, meliputi urusan penyelenggaraan penyehatan lingkungan dan permukiamn, peneglolaan perizinan penggunaan ruang dan pendirian bangunan serta melakukan pengaturan pengawasan bangunan.

  Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :

  a. mengelola administrasi dan menyusun program kerja tahunan

  b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas seksi pengendalian dan evaluasi c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan pengawasan serta pengendali, evaluasi dan pelaporan d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, serta pengendalian dan evaluasi e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program pemukiman dan penataan wilayah f. menyiapkan bahan dan data serta menyusun dan melaporkan pelaksanaan tugas seksi penataan

   Sub Din Kebersihan Dan Pertamanan

  Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang kebersihan, pemakaman dan kebakaran serta urusan pengelolaan kebersihan kota dan pertamanan, penerangan jalan serta pengelolaan pemakaman dan penanganan bahaya kebakaran. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :

  a. mengelola administrasi dan penyusunan program kerja tahunan Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;

  b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran; c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran, e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program kebersihan, pemakaman dan kebakaran f. menyiapkan bahan dan data serta menyususn dan melaporkan pelaksanaan tugas

  Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran Untuk menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya, pendistribusian pelaksanannya melekat pada subdin masing-masing yang berada dalam struktur organisasi dinas KIMTAWIL dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas.

1. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM

  Awal proses perencanaan, pelaksanaan dan operasional kegiatan di bidang keciptakaryaan secara sistimatis, Dinas KIMTAWIL bersama dengan organisasi pelaksana lainnya yang terkait saling melakukan koordinasi, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Fungsi koordinasi ini akan lebih efektif dan berdaya guna, jika setiap tahapan kegiatan telah melibatkan unsur terkait untuk saling berkoordinasi agar tercipta singkronisasi kegiatan sesuai tujuan yang diharapkan. Saat ini Pemerintah Kota Palu telah mengesahkan Peraturan daerah Kota Palu Nomor:04 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inpektorat, Badan dasar pertimbangan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang rencana evektif pemberlakuannya bulan januari thn 2009. Dengan demikian struktur lembaga yang ada sekarang ini akan ditata kembali yang dimungkin akan ada penggabungan Instansi, dan hilangnnya beberapa struktur jabatan dan digantikan dengan sruktur jabatan yang baru. Yang selanjutnya akan dibentuk beberapa kelembagaan yang baru sesuai dengan kebutuhan Peraturan Daerah No.04 Tahun 2007. Implementasi dari PP No.04 Tahun 2007 diharapkan akan menciptakan kondisi kerja pemerintahan yang lebih efisien dan evektif, profesional, memberikan pelayan prima dan struktur yang ada akan lebih berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga terwujud suatu kelembagaan yang kaya fungsi miskin struktur.

  Bab

  • 221

  X

Gambar 10.1. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM

  KEPALA DINAS SEKRETARIS

  SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG SUMBER DAYA AIR BIDANG BINAMARGA BIDANG CIPTA KARYA BIDANG TATA RUANG SEKSI PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR SEKSI

  IRIGASI SEKSI PERENCANAAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI AIR MINUM, DRAINASE DAN PLP

  SEKSI BANGUNAN GEDUNG SEKSI PERENCANAAN TATA RUANG SEKSI PEMANFAATAN RUANG SUB BAGIAN PROGRAM SEKSI NORMALISASI SUNGAI, PANTAI & RAWA

  SEKSI PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI PERIZINAN DAN JASA KONSTRUKSI SEKSI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG U PT D

  Bab

  • 222

  X

Gambar 10.2 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH & PENANAMAN MODAL KOTA PALU

  KEPALA BADAN SEKRETARIAT

  SUB BAGIAN KEUANGAN DAN ASET SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN

PERENCANAAN

PROGRAM

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG EKONOMI DAN KERJASAMA BIDANG SOSIAL BUDAYA BIDANG PENGEMBANGAN WILAYAH DAN INFRASTRUKTUR BIDANG PENGENDALIAN EVALUASI DAN STATISTIK BIDANG PENANAMAN MODAL BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUB BIDANG EKONOMI SUB BIDANG KERJASAMA PEMBANGUNAN SUB BIDANG SOSBUD I SUB BIDANG SOSBUD II SUB BIDANG PENGEMBANGAN WILAYAH SUB BIDANG

  INFRASTRUKTUR SUB BIDANG STATISTIK DAERAH SUB BIDANG MONITORING DAN EVALUASI SUB BIDANG KERJASAMA DAN PROMOSI SUB BIDANG PENGENDALIAN SUB BIDANG

  IPTEK SUB BIDANG SUMBER DAYA

Gambar 10.3 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PALU

  KEPALA BADAN SEKRETARIS

  KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN PROGRAM DAN PELAPORAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN KEUANGAN UMUM BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG PENELITINA PERENCANAAN PERENCANAAN PERENCANAAN PERENCANAAN ANTAR PEMBANGUNAN I PEMBANGUNAN II PEMBANGUNAN III DAERAH SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUM BER DAYA ALAM DAN PENELITIAN PERTANIAN PARIWISATA DAN SENI KERJASAMA PEMB. SUMBER DAYA LAUT BUDAYA PROPINSI /KABUPATEN SUB BIDANG

  SUB BIDANG PENGEMBANGAN SISTEM INDUSTRI PERDAGANGAN PERMUKIMAN DAN SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG AGAMA DAN PENDIDIKAN PERENCANAAN DAN INVESTASI PEMBANGUNAN WILAYAH KEBUDAYAAN KERJASAMA PEMB. KEC. KEL. DAN DESA SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG MONITORING DAN KOPERASI DAN SUB BIDANG SUB BIDANG TENAGA KERJA, PERTAMBANGAN DAN EVALUASI DUNIA USAHA TRANSMIGRASI DAN KB ENERGI

  VISUALISASI TRANSMIGRASI DAN KB TENAGA KERJA, SUB BIDANG Bab

  • 223

  X

Gambar 10.4 STRUKTUR ORGANISASI PDAM KOTA PALU

  WALIKOTA DIREKTUR UTAMA KABAG ADM KABAG TEKNIK /KEUANGAN

  SUBAG SUBAG UMUM DAN SUBAG SUBAG SUBAG SUBAG PERALATAN HUBLANG PERSONALIA KEUANGAN

  PRODUKSI/DIS PERENCANAAN TRIBUSI SEKSI MEKANIK SEKSI

  SEKSI DAN LISTRIK SEKSI SEKSI KAS SEKSI PERSONALIA PERENCANAAN PENGOLAHAN/ PENYAMBUNG

  LAB AN SEKSI SEKSI SEKSI PEMBELIAN PEMBUKUAN

  SEKSI SEKSI SUMBER PEMELIHARAAN SEKSI BACA PENGAWASAN METER SEKSI REKENING

  SEKSI SEKSI GUDANG PERPIPAAN SEKSI SEKSI PERPIPAAN KOMPUTERISASI Bab

  • 224

  X

  Bab

  • 225

  X

Gambar 10.5 STRUKTUR ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PALU

  KEPALA BADAN SEKRETARIAT

  SUB BAGIAN KEUANGAN DAN ASET SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN PERENCANAAN PROGRAM KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG PENGAWASAN BIDANG PENGENDALIAN DAN PENYULUH BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM SUB BIDANG PENELITIAN DAN LABORATORIUM SUB BIDANG ANALISA DAN EVALUASI SUB BIDANG PEMANTAUAN LINGKUNGAN SUB BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN SUB BIDANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN SUB BIDANG PENYULUH SUB BIDANG PERENCANAAN KONSERVASI SDA SUB BIDANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN KONSERVASI

10.3.2 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

  RPIJM sehingga terjalin kerja sama yang baik dalam rangka mensukseskan pengembangan infrastruktur bidang PU /Cipta Karya.

Tabel 10.1 Kondisi Kelembagaan Non-Pemerintah Terkait dengan RPIJM

  Kabupaten

  Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi meliputi tugas dan wewenang dan tanggung jawab instansi;

  Menguraikan masalah yang dihadapi dalam kelompok: 1.

  Setiap organisasi dibahas dalam sub bab. Pemdahasan meliputi masalah analisis dan usulan untuk rencana tindakan peningkatan kemampuan kelembagaan. Organisasi atau instansi yang dibahas adalah yang telah di daftar atau di disinggung dalam bagian I.

  3 LSM “C” Ya Non Profit Sosial Drainase

  2 LSM „B” Ya Non Profit Sosial Hidran Umum Persampahan

  1 LSM “A” Bukan Non Profit Sosial Program PLP

  ER DANA

  DILAKSANAK AN BIAYA (Rp) SUMB

  PROGRAM/ PROYEK YANG TELAH/AKAN

  No NAMA LEMBAGA MERUPAKAN BADAN HUKUM BENTUK LEMBAGA TUJUAN ORGANIS ASI PERAN

10.4 Masalah Analisis Dan Usulan Program

10.4.1 Masalah Yang Dihadapi

2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah

3. Sumber daya manusia yang meliputi rendahnya kualitas, kurangnya 4.

  Prasarana fisik yang meliputi masalah-masalah yang mengenai kurangnya kualitas dan kuantitas prasaran kantor.

   10.4.2 Analisis Permasalahan

  Analisis Permasalahan yang dipergunakan menyangkut : 1.

  Pada umumnya analisis organisasi yang digunakan adalah analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oportunity, Threat) 2. Analisis juga mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku; 3.

  Analisis juga mengacu pada kebutuhan penyelenggaraan RPIJM

  10.4.3 Usulan Program

  Usulan program untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan ini antara lain dengan:

  1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi Menguraikan tentang rincian kewenangan, tugas dan tanggung jawab instansi yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan prasarana Kabupaten 2. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM di Instansi Pemerintah

  Menguraikan kebutuhan pembentukan peraturan daerah baru untuk mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana Kabupaten di daerah.

  3. Peningkatan Sumber Daya Manusia Menguraikan tentang usulan penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan training.

  4. Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja Menguraikan usulan tentang penambahan kebutuhan akan prasarana dan peralatan

   Kedudukan,Fungsi,Tugas Dalam Pelaksanaan RPIJM

  Menguraikan usulan kedudukan fungsi dan tugas serta tanggung jawab antar instansi yang terkait dalam RPIJM sebsagai draft surat keputusan untuk ditanda tangani Bupati.

10.5.1 Diagram Hubungan Antar Instansi

  Berisi narasi dan diagram hubungan antar instansi untuk pelaksanaan dan pengelolaan serta pengembangan RPIJM.

Tabel 10.2 Instansi terkait kegiatan Bidang Cipta Karya

  No Sektor Kegiatan Instansi

  1 Bangkim Penyusunan SPPIP BAPPEDA Penyusunan RPKPP BAPPEDA Penanganan Kawasan Kumuh Kota Semua Instansi Pembangunan Rusunawa BAPPEDA Penanganan Kawasan Perdesaan Petanian, Perkebunan Kawasan Agropolitan Petanian, Perkebunan Kawasan Minapolitan Kelautan

  2 PBL Revitalisasi Kawasan sejarah/wisata Pariwisata Revitalisasi Bangunan Bersejarah Pariwisata Pembangunan RTH Lingkungan Hidup Penanggulangan Kebakaran BPBND

  3 PLP Penanganan Air Limbah Pengelola IPLT Penanganan Persampahan Pengelola Persampahan Penanganan Drainase Bina Marga

  4 Air Minum Fasilitasi PDAM PDAM Pembangunan SPAM MBR PDAM Pembangunan SPAM IKK PDAM

  Pembangunan SPAM Perdesaan BAPPEDA Pembangunan SPAM Kwsn Khusus KEK

  5 RANDAL Perencanaan Program BAPPEDA