BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATENKABUPATEN 10.1 Petunjuk Umum - DOCRPIJM 1508999115bab 10 Kelembagaan daerah
BAB X
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KABUPATEN
10.1
Petunjuk Umum
Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan prasarana
Kabupaten Donggala bidang PU/Ciptakarya, yaitu agar investasi
dilaksanakan
secara optimal oleh Pemerintah
pembangunan dapat
Kabupaten Donggala serta terjamin
keberlanjutannya.
Dalam hal kegiatan pembangunan prasarana Kabupaten, wilayah kegiatan pembangunan
lebih dari satu wilayah Kabupaten, maka aspek kelembagaan perlu di bahas ditingkat
propinsi dan tingkat nasional melalui pembahasan tersebut diharapkan dapat diwujudkan
fungsi koordinasi dan kerja sama antar daerah.
Aspek kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan
dengan
memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan
prasarana Kabupaten, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi
/instansi. Kelembagaan di Kabupaten/Kabupaten perlu dioptimalkan dan dikoordinasikan
serta disinkronisasikan uraian jabaran dan fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas
masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan
kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasaran Kabupaten/Kabupaten
termasuk di dalamnya Bappeda, Dinas-dinas, PDAM dll.
10.1
Kelayakan kelembagaan untuk investasi Pembangunan Daerah
10.1.1 Batasan
1. Kelayakan adalah hasil telaah (assesment) tentang kapasitas suatu subyek
yang mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan tujuan
yang ditetapkan.
2. Kelembagaan merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menunjukkan
kepada bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya (build in) yang terkait
Bab X - 205
(involve), berkepentingan (concern) dan tanggung jawab
(responible)
untuk tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.
3. Investasi adalah salah satu masukan dalam propses pembangunan untuk
mampu melahirkan menciptakan tujuan-tujuan yang ditetapkan.
4. Pembangunan Daerah, dimaksudkan sebagai proses, obyek dan sekaligus
juga subyek
untuk memenuhi tuntutan
“stakeholder”-nya, bagi
tercapainya masyarakat yang adil, tentram dan sejahtera di Daerah .
10.1.1.1 Perlunya Kelayakan
Kelayakan yang tinggi bagi suatu institusi yang terkait dan bertanggung
jawab atas terselenggaranya visi dan misi-nya. sangat penting artinya
bagi tercapai tujuan yang dikehendaki dengan efektif dan efisien. Makin
layak ia makin tinggi
tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya demikian juga sebaliknya.
John L. Tailor, Ph.D dalam “Indonesia Urban Infrastrukutre Development:
A Practical Guide for Urban Manager, hal XII-7 menulis bahwa
berdasarkan paradigma baru
tentang pemerintahan desentralisasi di
Indonesia, perubahan-perubahan berikut sedang berlangsung, yakni:
1) Ada gerakan bagi pelaksanaan “Good Urban Governance” termasuk
di dalamnya transparansi, partisipasi, akuntabilaitas,
demeokrasi, negara hukum, dan aspek-aspek
tanggap,
lainnya dari
masyarakat madani.
2) Sistem yang dikembangkan
“stakeholders”
meliputi keterlibatan
kelompok
atau mitra dalam pembangunan yang lebih luas,
termasuk masyaraakt lokal, pemerintah daerah, wira swasta, LSM
dan lain-lainnya.
3) Adanya perubahan atas sistem keseimbangan kemitraan (balanced
partnership system”) , melibatkan konsultasi dan arus dua arah
dalam
paradigma yang desang
tumbuh, yang mencakup unsur
Bab X - 206
eksekutif
dan unsur legislatif
Pemerintah Daerah, Wiraswasta,
masyarakat lokal, konsultan dan LSM dan furum Kabupaten,
sebagaimana berlangsung di tingkat pemerintah yang lebih tinggi.
Perubahan-perubahan dimaksud tentu menuntut adanya kapasitas baru
atau kapasitas tambahan yang diperlukan, agar suatu institusi menjadi
“layak” (mampu secara efektif dan efisien) melaksanakan tugas-tugasnya.
Dan
masih banyak alasan-alasan lainya, seperti kemajuan teknologi,
informasi dan komunikasi yang terus berkembang, menuntut perlunya
selalu kelayakan suatu kelembagaan ditingkatkan.
Pembahasan tentang kelembagaan, tidak cukup denganmemandang
“lembaga’ sebagai wadah, dengan struktur aaorganisasinya
dll-nya,
karena itu baru “raga” dari lembaga tersebut. Disamping ada “raga”,
lembaga mempunyai “spirit” atau dapat disebut juga sebagai “roh”. Roh
itu berada pada manusia-manusianya, yang mendadi anggota lembaga
tersebut. Sehingga upaya meningkatkan kelayakan suatulembaga, tidak
cukup dengan hanya menyempurnakan struktur organisasinya dan hal-hal
lainya yang bersifat fisik saja, tetapi juga penting untuk meningkatkan
kapasitas/kemampuan (pengetahuan, ketrampilan dan moral-etika) orangorang yang bertugas dalam lembaga tersebut.
10.1.1.2 Kendala Pelaksanaan Otonomi
Pemerintah menyadari bahwa penyelenggaraan otonomi daerah dalam
realitasnya masih mengalami kendala yang tidak kecil, yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kendala Regulasi, Regulasi untuk pelaksanan otonomi masih
menyisakan persoalan yang berarti, dilihat dari kelengkapan, kejelasan
dan kemantapannya, yang berakibat penyelenggaraan otonomi daerah
yang
kini
berjalan
ditanggapi
secara
beragam
dan
bahkan
menimbulkan ekses berupa konflik kepentingan.
Bab X - 207
2. Kendala koordinasi, Proses koordinasi pelaksanaan otonomi daerah
antara instansi Pemerintah Pusat (khususnya yang terkait dengan
penyusunan peraturan-peaturan dan pedoman baru) belum berjalan
dengan baik. Sehingga berakibat kurang konsistennya peraturan yang
dikeluarkan.
3. Kendala persepsi, Proses keterbukaan yang berkembang telah
berdampak
pada munculnya kecenderungan
keragaman persepsi
dalam menyikapi otonomi luas, sehingga menimbulkan friksi
pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan distribusi kewenangan;
4. Kendala Waktu, Euporia otonomi daerah yang begitu menggebugebu di era reformai ini menuntut kecepatan dan ketanggapan yang
tinggi
untuk menyusun berbagai
peraturan dan kebijakan yang
diperlukan. Sementara pemerintah (Pusat dan Daerah) tidak punya
cukup waktu untuk melakukannya, walaupun sadar bahwa yang ada
memang belum lengkap.
5. Kendala keterbatasan sumberdaya, Rendahnya kualitas/kapasitas
SDM jelas merupakan faktor yang dominan dalam ketidakmampuan
memberdayakan kapasitasnya. Juga masih terbatasnya
jasa/layanan
(service
provider)
untuk
mendukung
desentralisasi. Demikian juga ada keterbatasan
keuangan untuk membiayai
penyedia
percepatan
kemampuan
penyelenggaraan dresentralisasi, yang
ternyata membutuhkan biaya yang tidak kecil.
10.2 Peningkatan Kapasitas (Capacity Building)
10.2.1 Pengertian Dan Tujuan
Semangat
desentralisasi
penyelenggaraan
pemerintah
daerah,
sebagaimana
dituangkan dalam UU 22/1999 dan kemudian diubah menjadi UU 32/2004, serta
aturan-aturan pelaksanaannya, membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar dapat
menjamin bahwa tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai.
Bab X - 208
Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana
dirumuskan
dalam “Kerangka Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas “ (KNP2K) dalam
rangka mendukung Desentralisasi yang dikeluarkan bersama oleh Mentri Dalam
Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas,
6 Nopember 2002 merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan
perundangan, melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki
mekanisme
koordinasi, peningkatan kapasitas SDM,
tata kerja
dan
ketrampilan dan
kualifikasinya, perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan
otonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanan “good governance”, sistem
administrasi dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan, agar dapat memenuhi
tuntutan untuk lebih dalam melaksanakan demokrasi.
Lebih jauh dirumuskan
bahwa
tujuan
KNP2K adalah: (i) mengakselerasi
pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (ii) penataan
secara proporsional tugas, fungsi sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab
dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah, (iii) mobilisasi sumbersumber dana Pemerintah, Daerah, dan lainnya, dan (iv) penggunaan sumbersumber dana secara efektif dan efisien.
10.2.2 Prinsip Peningkatan Kapasitas
Adapun prinsip dari pelaksanan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah:
(i) pengembangan kapasitas bersifat
multidimensional, mencakup
kerangka waktu, jangka panjang, jangka menengah, dan jangka
beberapa
pendek; (ii)
pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stakeholders” (iii) pengembangan
kapasitas harus bersifat “demand driven” , dimana kebutuhannya tidak ditentukan
dari atas/luar, tetapi harus datang dari
stakeholdernya sendiri, dan (iv)
pengembangan kapasitas mengacu, pada kebijakan Nasional, seperti RPJMN 20042009 (Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005), dan Rencana Kerja Pemerintah (Contoh
PP 20/2004).
peningkatan
Faktor utama
untuk mewujudkan upaya
pengembangan dan
kapasitas yang berhasil adalah adanya komitmen dari Pimpinan
Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang bersangkutan atas
Bab X - 209
niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan program/proyek peningkatan
kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.
10.2.2.1
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup peningkatan kapasitas pada umumnya meliputi tiga
tingkatan intervensi (three level intervension) agar pencapaian peningkatan
kapasitas dapat efektif dan berkelanjutan (effective dan sustainable) , yakni
: (i) pada tingkat (level) sistem, seperti perumusan kembali kerangka
kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu, (ii)
pada tingkatan (level) kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses
pengambilan keputusan, mekanisme tata-kerja, instrumen manajemen, tatahubungan dan jejaring organisasi, dll, dan (iii) pada tingakatan (level)
individu, yakni peningkatan ketrampilan (skills), kualifikasi, pengetahuan,
sikap, etika, dan motivasi kerjanya.
Kemudian KNP2KDMD merumuskan 8 (delapan) agenda pengembangan
kapasitas untuk mendukung desentralisasi, yakni:
a) Pengembangan peraturan perundangan
yang dibutuhkan untuk
mendukung desentralisasi
b) Pengembangan Kelembagaan Daerah
c) Pengembangan personil daerah
d) Pengembangan keuangan daerah
e) Peningkatan kapasitas DPRD, Badan Perwakilan Desa, ORNOP, dan
Organisasi Kemasyarakatan
f) Pengembangan Sistem Peencanaan
g) Pengembangan Ekonomi Daerah dan
h) Pengembangan Kemampuan Mengelola Masa Transisi
Bab X - 210
Adapun
program-program
nasional
yang
terkait
dengan
aspek
pengembangan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung desentralisasi
adalah,. Meliputi:
1. Bidang Pembangunan Hukum
a) Program pembentukan Peraturan Perundangan
2. Bidang Pembangunan ekonomi
a) Program implementasi Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
3. Bidang Pembangunan Politik
a) Program peningkatan kualitas Proses Politik
b) Program Pengawasan Aparatur Negara
c) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
d) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
e) Program Peningkatan Kapasitas SDM
4. Bidang Pembangunan Daerah
a) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah
b) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Derah
c) Program Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah
d) Program penguatan Lembaga Non Pemerintah
e) Program Peningkatan Ekonomi Wilayah
f) Program Pembangunan PerKabupatenan
g) Program Penataan Ruang
h) Program Pengelolaan Pertanahan
i) Program Penguatan Organisasi Masyarakat
Bab X - 211
10.2.2.2 Tahapan
Dalam garis besar tahapan kegiatan untuk mendukung tercapainya prinsip
dan tujuan pengembangan dan peningkatan kapasitas antara lain sebagai
berikut:
a) Mengidentifikasikan
dan
merumuskan
kebutuhan-kebutuhan
pengembangan dan peningkatan kapasitas secara komprehensif.
b) Mengidentifikasikan dan merumuskan prioritas bagi prakarsa-prakarsa
pengembangan dan peningkatan kapasitas.
c) Menetapkan rencana tindak (action plan)
peningkatan kapasitas
pengembangan dan
secaa keseluruhan yang terkoordinar dan
efisien.
d) Menyediakan acuan atau rujukan dalam mengalokasikan kegiatan dan
anggaran nguna mendukung precepatan pelaksanaan otonomi daerah.
e) Pelaksanan Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
f) Monitoring
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
g) Perencanaan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
7.2.2.3 Koordinasi Pelaksanaan
Pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan pengembangan dan peningkatan
kapasitas dalam desentralisasi dan otonomi daerah tidak akan dapat berjalan
hanya oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi merupakan usaha bersama
dari berbagai instansi dan lembaga non pemerintah, baik di pusat dan di
daerah. Berkaitan dengan itu, telah dibentuk suatu tim koordinasi antar
departemen di pusat (Tim Keppres No- 157 tahun 2000) untuk mendukung
pelaksanaan UU tentang Pemerintahan Daerah dan UU tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah tersebut telah menetapkan sub-sub tim kerja,
dimana salah satu nya adalah sub Tim Kerja VI yang ditugaskan untuk
mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta memfasilitasi
prakarsa-prakarsa pengembangan dan
peningkatan
kapasitas, termasuk
prakarsa yang didukung oleh lembaga donor.
Bab X - 212
Koordinasi dan pengkajian
akan terus dilakukan Pemerintah /Sub Tim
Kerja VI Keppres 157 Tahun 2000 terhadap upaya pengembangan dan
peningkatan kapasitas, berkaitan dengan hal-hal berikut:
a) Mengkoordinasikan
informasi berkaitan
dengan program/kegiatan
pengembangan
peningkatan
kepada
dan
kapasitas
semua
‘stakeholders”
b) Memberikan pembinaan kepada Daerah berkenaan dengan strategistrategi
dan
program-program
pengembangan
dan
peningkatan
kapasitas.
c) Memfasilitasi akses Daerah terhadap program-program yang didanai
oleh pemerintah dan bila diperlukan dari lembaga-lembaga Donor.
d) Melakukan
identifikasi
dan
koordinasi
program
program
pengembangan dan peningkatan kapasitas Pusat dan Daerah yang akan
dilakukan oleh Departemen Teknis/Sektoral maupun oleh Pemda, serta
pembiayaannya agar dapat memfasilitasi penyelenggaraan Otonomi
Daerah dengan baik.
e) Mengkaji kebutuhan-kebutuhan
pengembangan
dan
memperbaharui/merevisi
Daerah (need assesment)
peningkatan
strategi-strategi
kapasitas
dan
akan
serta
program-program
berdasarkan perubahan-perubahan kebutuhan Daerah dan Instansi
Pusat.
f) Melakukan Identifikasi, menyusun data base dan memberikan
informasi mengenai lembaga poenyedia pelayanan (service provider)
untuk pengembangan dan peningaktan kapasitas.
Pemerintah akan melibatkan secara erat asosiasi-asosiasi Pemerintah Daerah
dan DPRD, Asosiali profesional, ORNOP, dan lembaga kemasyarakatan
lainnya,
dan
masyarakat donor (Donor Community) serta
pihak-pihak
lainya yang terkait dalam rangka pengembangan dan peningaktan kapasitas.
Bab X - 213
10.3 Kondisi Kelembagaan
10.3.1 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Donggala dalam menjalankan urusan pemerintahan terhadap
tugas dan kewenangannya yang terdsentralisasi untuk bidang-biang pemerintahan dan
pembangunan terdiri dari 17 (Tujuh belas) dinas, 13 (Tiga Belas) badan / Kantor yang
merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada
dibawah tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dimana setiap
fungsi dari dinas masing-masing akan di koordinasikan oleh Assisten Sekretaris Daerah
yang terkait. Struktur Organisasi Daerah sebahagian besar masih berpedoman pada
Peraturan Daerah Nomor:15 Tahun 2003 yang implementasinya akan dikaji sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan tugas organisasi. terutama dengan
adanya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, dan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Berikut adalah struktur organisasi yang
ada dilingkup Pemerintah Kabupaten Donggala sesuai Perda Kelembagaan No. 12
Tahun 2010 :
1.
Dinas Pekerjaan Umum,
2.
Dinas Perumahan Dan Tata Kabupaten
3.
Dadan Perencanaan Pembangunan Daerah &Penanaman Modal Daerah,
4.
Dinas Kesehatan,
5.
Dinas Pendidikan dan Pengajaran,
6.
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan,
7.
Dinas Perhubungan,
8.
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi,
9.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
10. Dinas Sumber Daya Mineral,
11. Dinas Pariwisata,
12. Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan Dan Kesehatan Hewan,
13. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,
14. Dinas Kesejahteraan Sosial,
15. Dinas Pemberdayaan Masyarakat .
Bab X - 214
16. Badan Kepegawaian Daerah
17. Badan Penanggulangan Bencana,
18. Badan Penanggulangan Narkotika
*) No.11 & 17 telah mengacu Pada PP.41
1.
Organisasi penyelenggara RPIJM di Kabupaten Donggala
Keterkaitan langsung dengan penyelenggaran RPIJM bidang keciptakaryaan diantaranya
adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral sebagai instansi perencana,
pelaksana dengan merumuskan aspek teknis dan manajemen kegiatan keciptakaryaan.
Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral yang ada
sekarang dibentuk melalui Peraturan Daerah Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010
tentang Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten
Donggala. dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya
Mineral memiliki peran yang sangat strategis untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan tugas umum Pemerintah, pelayanan kemasyarakat dan
pelaksanaan pembangunan dibidang Permukiman dan penataan wilayah. Sesuai dengan
Visi dan Misinya yaitu :
Visi
:
Terwujudnya Penyehatan lingkungan Permukiman dan Penataan Wilayah
yang dinamis dan fungsional
Misi
:
a. Menciptakan Penyehatan lingkungan permukiman yang sehat, aman,
harmonis dan berkelanjutan;
b. Mandirinya masyarakat melalui pembangunan dibidang Permukiman dan
Penataan Wilayah
Kedudukannya sebagai unsur pelaksana teknis Pemerintah Daerah yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Wilayah Daerah
mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan dalam rangka Desentralisasi dibidang
Pemerintahan
Daerah
dibidang
Permukiman
dan
Penetaan
Wilayah.
Dalam
Bab X - 215
penyelenggaran tugas tersebut Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi
sesuai
Keputusan Bupati Poso Nomor: 188.45/2568/ Tahun 2003 sbb :
a. Merumuskan Kebijakan teknis di bidang Keciptakaryaan;
b. Pemberian bimbingan, Perizinan, Perjanjian dan Pelaksanaan Pelayanan Umum;
c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dan Cabang Dinas
d. Pengelolaan urusan ketata usahaan;
e. Pelaksanaan tugas pembantuan
Kewenangan :
a. perencanaan di bidang CiptaKarya,
Bangunan gedung, Bangunan Rakyat, dan
Bangunan-bangunan sipil lainnya;
b. Pengujian bahan bangunan;
c. Perumusan, perencanaan, Kebijakan Teknis Pembangunan dan Pengelolaan,
Pembinaan, Bimbingan dan Perizinan di bidang perumahan, bangunan kantor,
gedung lainnya dan penyehatan lingkungan serta tata permukiman/tata Kabupaten;
d. Pengawasan dan pengendalian teknis di bidang Keciptakaryaan
pembangunan
gedung, bangunan rakyat dan bangunan sipil lainnya serta Tata Ruang / Tata
Kabupaten;
e. Perencanaan dengan pengawasan teknis pembangunan Sarana Air Bersih
Kabupatan;
f. Pengelolaan kebersihan dan Pertamanan, penerangan, pemakaman dan kebakaran;
g. Perencanaan dan pengawasan serta pengendalian pemanfaatan ruang;
h. Pemberian dan penerbitan izin pemanfaatan ruang untuk pembinaan;
i. melakukan penelitian dan pencadangan areal permukiman;
j. Pembangunan / Pengelolaan permukiman.
Untuk mengetahui Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Donggala
sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 10 Tahun 2003 dapat diperhatikan
Gambar 10.1
Bab X - 216
2.
Program dan Kegiatan yang menjadi Tupoksi Dinas Pekerjaan Umum :
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh unit satuan kerja dalam hal ini dinas KIMTAWIL adalah sebagai
berikut :
1.
Program Pengembangan Perumahan
Program ini dimaksudkan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang
layak, sehat, aman, dan terjangkau, dengan menitikbertkan kepada kepada
masyarakat berpendapatan rendah, dan aparat pemerintah Kabupaten Donggala
dengan
sasaran
meningkatkan
jumlah
perumahanyang
disediakan
untuk
masyarakat. Program ini bersifat program SKPD karena hanya Dinas Permukiman
dan Penataan Wilayah yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program ini
khususnya yang berhubungan dengan pengembangan perumahan bagi masyarakat.
2.
Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perumahan sehingga
terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan
dengan sasaran tertatanya lingkungan permukiman perumahan yang serasi yang
ditandai dengan adanya sistem pengamanan lingkungan dari bahaya kebakaran,
adanya sistem pengamanan lingkungan, adanya sistem pengelolaan air limbah,
jaringan jalan setapak dan lingkungan dilengkapi dengan drainase serta MCK dan
saraan pendukung lainnya.
Dari ketiga Sub Dinas yang ada ketiga-tiganya mempunyai tugas dan fungsi sesuai
pendistribuaian kewenangan yang ada. Dan berperan langsung mulai dari
perencanaan pelaksanaan konstruksi, pengawasan dan operasinal. Berupa tugas dari
masing-masing Subdin yang ada :
Bab X - 217
3.
Sub Din Program :
Tugas :
melaksanakan tugas dibidang program yang meliputi urusan penyusunan
rencana dan program, data dan informasi, pemantauan dan pengendalian serta
pelaporan
Untuk menyelenggarakan tugas-tugas tersebut Subdin tersebut mempunyai fungsi
a. penataan penyelenggaraan tugas dibidang program
b. pengkoordinasian terhadap penyelenggaran tugas dibidang program
c. pengevaluasian terhadap penyelenggaraan tugas dibidang program
4. Sub Din Permukiman dan Tata Ruang:
Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang permukiman dan tata ruang, meliputi urusan
penyelenggaraan penyehatan lingkungan dan permukiamn, peneglolaan perizinan
penggunaan ruang dan pendirian bangunan serta melakukan pengaturan
pengawasan bangunan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :
a. mengelola administrasi dan menyusun program kerja tahunan
b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan tugas seksi pengendalian dan evaluasi
c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan
pengawasan serta pengendali, evaluasi dan pelaporan
d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan, serta pengendalian dan evaluasi
e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program pemukiman dan penataan wilayah
Bab X - 218
f. menyiapkan bahan dan data serta menyusun dan melaporkan pelaksanaan tugas
seksi penataan
5. Sub Din Kebersihan Dan Pertamanan
Tugas :
melaksanakan tugas dinas dibidang kebersihan, pemakaman dan kebakaran serta
urusan pengelolaan kebersihan Kabupaten dan pertamanan, penerangan jalan serta
pengelolaan pemakaman dan penanganan bahaya kebakaran.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :
a. mengelola administrasi dan penyusunan program kerja tahunan Sub Dinas
Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;
b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan tugas Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;
c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan
pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran
d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran,
e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program kebersihan, pemakaman dan kebakaran
f. menyiapkan bahan dan data serta menyususn dan melaporkan pelaksanaan tugas
Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran
Untuk menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya, pendistribusian pelaksanannya
melekat pada subdin masing-masing yang berada dalam struktur organisasi dinas
KIMTAWIL dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas.
1. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM
Awal proses perencanaan, pelaksanaan dan operasional kegiatan di bidang
keciptakaryaan secara sistimatis, Dinas KIMTAWIL bersama dengan organisasi
pelaksana lainnya yang terkait saling melakukan koordinasi, sesuai dengan tugas
Bab X - 219
dan fungsinya masing-masing. Fungsi koordinasi ini akan lebih efektif dan berdaya
guna, jika setiap tahapan kegiatan telah melibatkan unsur terkait untuk saling
berkoordinasi agar tercipta singkronisasi kegiatan sesuai tujuan yang diharapkan.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Donggala telah mengesahkan Peraturan daerah
Kabupaten Donggala Nomor:04 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inpektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Donggala, sebagai dasar pertimbangan Peraturan Pemerintah Nomor 41
tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang rencana evektif
pemberlakuannya bulan januari thn 2009. Dengan demikian struktur lembaga yang
ada sekarang ini akan ditata kembali yang dimungkin akan ada penggabungan
Instansi, dan hilangnnya beberapa struktur jabatan dan digantikan dengan sruktur
jabatan yang baru. Yang selanjutnya akan dibentuk beberapa kelembagaan yang
baru sesuai dengan kebutuhan Peraturan Daerah No.04 Tahun 2007. Implementasi
dari PP No.04 Tahun 2007 diharapkan akan menciptakan kondisi kerja
pemerintahan yang lebih efisien dan evektif, profesional, memberikan pelayan
prima dan struktur yang ada akan lebih berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya
sehingga terwujud suatu kelembagaan yang kaya fungsi miskin struktur.
Bab X - 220
Gambar 10.1. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
SUMBER DAYA AIR
BIDANG
BINAMARGA
BIDANG
CIPTA KARYA
BIDANG
TATA RUANG
SEKSI
PELESTARIAN
SUMBER DAYA AIR
SEKSI
PERENCANAAN JALAN
DAN JEMBATAN
SEKSI
AIR MINUM, DRAINASE
DAN PLP
SEKSI
PERENCANAAN
TATA RUANG
SEKSI
IRIGASI
SEKSI
PENINGKATAN JALAN
DAN JEMBATAN
SEKSI
BANGUNAN GEDUNG
SEKSI
PEMANFAATAN
RUANG
SEKSI NORMALISASI
SUNGAI, PANTAI &
RAWA
SEKSI
PEMELIHARAAN JALAN
DAN JEMBATAN
SEKSI
PERIZINAN DAN JASA
KONSTRUKSI
SEKSI
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN
PROGRAM
U PT D
Bab X - 221
Gambar 10.2 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH & PENANAMAN MODAL
KABUPATEN DONGGALA
KEPALA BADAN
SEKRETARIAT
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
PERENCANAAN
PROGRAM
SUB BAGIAN
KEUANGAN DAN
ASET
BIDANG
EKONOMI DAN KERJASAMA
BIDANG
SOSIAL BUDAYA
BIDANG
PENGEMBANGAN WILAYAH
DAN INFRASTRUKTUR
BIDANG
PENGENDALIAN EVALUASI
DAN STATISTIK
SUB BIDANG
EKONOMI
SUB BIDANG
SOSBUD I
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
WILAYAH
SUB BIDANG
STATISTIK DAERAH
SUB BIDANG
KERJASAMA
PEMBANGUNAN
SUB BIDANG
SOSBUD II
SUB BIDANG
INFRASTRUKTUR
SUB BIDANG
MONITORING DAN
EVALUASI
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
PENANAMAN MODAL
BIDANG
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
SUB BIDANG
KERJASAMA DAN
PROMOSI
SUB BIDANG
IPTEK
SUB BIDANG
PENGENDALIAN
SUB BIDANG
SUMBER DAYA
Bab X - 222
Gambar 10.3 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA
KEPALA BADAN
SEKRETARIS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN PROGRAM
DAN PELAPORAN
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG
PENELITINA
BIDANG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN I
BIDANG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN II
BIDANG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN III
SUB BIDANG
PENELITIAN
SUB BIDANG
PERTANIAN
SUB BIDANG
PARIWISATA DAN SENI
BUDAYA
SUM BER DAYA ALAM DAN
SUMBER DAYA LAUT
SUB BIDANG
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN SISTEM
PERENCANAAN
INDUSTRI PERDAGANGAN
DAN INVESTASI
SUB BIDANG
SUB BIDANG
MONITORING DAN
EVALUASI
KOPERASI DAN
DUNIA USAHA
SUB BIDANG
AGAMA DAN PENDIDIKAN
KEBUDAYAAN
SUB BIDANG
TENAGA KERJA,
TRANSMIGRASI DAN KB
SUB BIDANG
SUB BIDANG
PERMUKIMAN DAN
PEMBANGUNAN WILAYAH
SUB BIDANG
PERTAMBANGAN DAN
ENERGI
SUB BAGIAN
UMUM
BIDANG
PERENCANAAN ANTAR
DAERAH
SUB BIDANG
KERJASAMA PEMB.
PROPINSI /KABUPATEN
SUB BIDANG
KERJASAMA PEMB.
KEC. KEL. DAN DESA
SUB BIDANG
VISUALISASI
SUB BIDANG
TENAGA KERJA,
TRANSMIGRASI DAN KB
Bab X - 223
Gambar 10.4 STRUKTUR ORGANISASI PDAM KABUPATEN DONGGALA
WALIKABUPATEN
DIREKTUR UTAMA
KABAG ADM
/KEUANGAN
SUBAG
KEUANGAN
SEKSI KAS
SEKSI
PEMBUKUAN
SEKSI
REKENING
SUBAG
HUBLANG
SEKSI
PENYAMBUNG
AN
KABAG TEKNIK
SUBAG UMUM DAN
PERSONALIA
SEKSI
PERSONALIA
SEKSI PEMBELIAN
SEKSI BACA
METER
SEKSI GUDANG
SEKSI
KOMPUTERISASI
SUBAG
PRODUKSI/DIS
TRIBUSI
SUBAG
PERENCANAAN
SEKSI
PENGOLAHAN/
LAB
SEKSI
PERENCANAAN
SEKSI SUMBER
SEKSI
PENGAWASAN
SUBAG PERALATAN
SEKSI MEKANIK
DAN LISTRIK
SEKSI
PEMELIHARAAN
SEKSI
PERPIPAAN
SEKSI
PERPIPAAN
Bab X - 224
Gambar 10.5 STRUKTUR ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN DONGGALA
KEPALA BADAN
SEKRETARIAT
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
PERENCANAAN
PROGRAM
BIDANG
ANALISA DAMPAK
LINGKUNGAN
BIDANG
PENGAWASAN
BIDANG
PENGENDALIAN DAN
PENYULUH
SUB BIDANG
PENELITIAN DAN
LABORATORIUM
SUB BIDANG
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
PENGENDALIAN
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
ANALISA DAN
EVALUASI
SUB BIDANG
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
PENYULUH
SUB BAGIAN
KEUANGAN DAN
ASET
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
KONSERVASI SUMBER
DAYA ALAM
SUB BIDANG
PERENCANAAN
KONSERVASI SDA
SUB BIDANG
PENGENDALIAN DAN
PENGAWASAN KONSERVASI
Bab X - 225
10.3.2 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah
Menguarikan kondisi kelembagaan non-pemerintah yang terkait dengan
RPIJM
sehingga terjalin kerja sama yang baik dalam rangka
mensukseskan pengembangan infrastruktur bidang PU /Cipta Karya.
Tabel 10.1 Kondisi Kelembagaan Non-Pemerintah Terkait dengan RPIJM
PROGRAM/
No
MERUPAKAN
NAMA
BADAN
LEMBAGA
HUKUM
BENTUK
LEMBAGA
PROYEK
TUJUAN
ORGANIS
PERAN
ASI
YANG
BIAYA
TELAH/AKAN
(Rp)
DILAKSANAK
SUMB
ER
DANA
AN
1
LSM “A”
Bukan
Non Profit
Sosial
Program
PLP
2
LSM ‘B”
Ya
Non Profit
Sosial
Hidran
Persampahan
Umum
3
10.4
LSM “C”
Ya
Non Profit
Sosial
Drainase
Masalah Analisis Dan Usulan Program
Setiap organisasi dibahas dalam sub bab. Pemdahasan meliputi masalah analisis
dan usulan untuk rencana tindakan
peningkatan
Organisasi atau instansi yang dibahas adalah
kemampuan kelembagaan.
yang telah di daftar
atau di
disinggung dalam bagian I.
10.4.1 Masalah Yang Dihadapi
Menguraikan masalah yang dihadapi dalam kelompok:
1. Optimalisasi
pelaksanaan fungsi organisasi
meliputi tugas dan
wewenang dan tanggung jawab instansi;
2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah
Kabupaten
Bab X - 226
3. Sumber daya manusia yang meliputi rendahnya kualitas, kurangnya
kuantitas dsb;
4. Prasarana fisik yang meliputi
masalah-masalah
yang mengenai
kurangnya kualitas dan kuantitas prasaran kantor.
10.4.2 Analisis Permasalahan
Analisis Permasalahan yang dipergunakan menyangkut :
1. Pada umumnya analisis organisasi yang digunakan adalah analisis
SWOT (Strenght, Weakness, Oportunity, Threat)
2. Analisis juga mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku;
3. Analisis juga mengacu pada kebutuhan penyelenggaraan RPIJM
10.4.3 Usulan Program
Usulan program untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan ini antara
lain dengan:
1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi
Menguraikan tentang rincian
kewenangan, tugas dan tanggung
jawab instansi yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan
prasarana Kabupaten
2. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM di Instansi Pemerintah
Menguraikan kebutuhan pembentukan peraturan daerah baru untuk
mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana
Kabupaten di daerah.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Menguraikan tentang usulan penambahan tenaga atau mengusulkan
kebutuhan training.
4. Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja
Menguraikan usulan tentang penambahan kebutuhan akan prasarana
dan peralatan
Bab X - 227
10.5
Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi
Kedudukan,Fungsi,Tugas Dalam Pelaksanaan RPIJM
Menguraikan usulan kedudukan fungsi dan tugas serta tanggung jawab antar
instansi yang terkait dalam RPIJM sebsagai draft surat keputusan untuk ditanda
tangani Bupati.
10.5.1 Diagram Hubungan Antar Instansi
Berisi narasi dan diagram hubungan antar instansi untuk pelaksanaan dan
pengelolaan serta pengembangan RPIJM.
Tabel 10.2 Instansi terkait kegiatan Bidang Cipta Karya
No
Sektor
Kegiatan
Instansi
Penyusunan SPPIP
BAPPEDA
Penyusunan RPKPP
BAPPEDA
Penanganan
Kawasan
Kumuh Semua Instansi
Kabupaten
1
2
3
4
Bangkim
PBL
PLP
Air Minum
Pembangunan Rusunawa
BAPPEDA
Penanganan Kawasan Perdesaan
Petanian, Perkebunan
Kawasan Agropolitan
Petanian, Perkebunan
Kawasan Minapolitan
Kelautan
Revitalisasi Kawasan sejarah/wisata
Pariwisata
Revitalisasi Bangunan Bersejarah
Pariwisata
Pembangunan RTH
Lingkungan Hidup
Penanggulangan Kebakaran
BPBND
Penanganan Air Limbah
Pengelola IPLT
Penanganan Persampahan
Pengelola Persampahan
Penanganan Drainase
Bina Marga
Fasilitasi PDAM
PDAM
Pembangunan SPAM MBR
PDAM
Bab X - 228
5
RANDAL
Pembangunan SPAM IKK
PDAM
Pembangunan SPAM Perdesaan
BAPPEDA
Pembangunan SPAM Kwsn Khusus
KEK
Perencanaan Program
BAPPEDA
Bab X - 229
ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KABUPATEN
10.1
Petunjuk Umum
Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan prasarana
Kabupaten Donggala bidang PU/Ciptakarya, yaitu agar investasi
dilaksanakan
secara optimal oleh Pemerintah
pembangunan dapat
Kabupaten Donggala serta terjamin
keberlanjutannya.
Dalam hal kegiatan pembangunan prasarana Kabupaten, wilayah kegiatan pembangunan
lebih dari satu wilayah Kabupaten, maka aspek kelembagaan perlu di bahas ditingkat
propinsi dan tingkat nasional melalui pembahasan tersebut diharapkan dapat diwujudkan
fungsi koordinasi dan kerja sama antar daerah.
Aspek kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan
dengan
memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan
prasarana Kabupaten, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi
/instansi. Kelembagaan di Kabupaten/Kabupaten perlu dioptimalkan dan dikoordinasikan
serta disinkronisasikan uraian jabaran dan fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas
masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan
kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasaran Kabupaten/Kabupaten
termasuk di dalamnya Bappeda, Dinas-dinas, PDAM dll.
10.1
Kelayakan kelembagaan untuk investasi Pembangunan Daerah
10.1.1 Batasan
1. Kelayakan adalah hasil telaah (assesment) tentang kapasitas suatu subyek
yang mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan tujuan
yang ditetapkan.
2. Kelembagaan merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menunjukkan
kepada bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya (build in) yang terkait
Bab X - 205
(involve), berkepentingan (concern) dan tanggung jawab
(responible)
untuk tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.
3. Investasi adalah salah satu masukan dalam propses pembangunan untuk
mampu melahirkan menciptakan tujuan-tujuan yang ditetapkan.
4. Pembangunan Daerah, dimaksudkan sebagai proses, obyek dan sekaligus
juga subyek
untuk memenuhi tuntutan
“stakeholder”-nya, bagi
tercapainya masyarakat yang adil, tentram dan sejahtera di Daerah .
10.1.1.1 Perlunya Kelayakan
Kelayakan yang tinggi bagi suatu institusi yang terkait dan bertanggung
jawab atas terselenggaranya visi dan misi-nya. sangat penting artinya
bagi tercapai tujuan yang dikehendaki dengan efektif dan efisien. Makin
layak ia makin tinggi
tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya demikian juga sebaliknya.
John L. Tailor, Ph.D dalam “Indonesia Urban Infrastrukutre Development:
A Practical Guide for Urban Manager, hal XII-7 menulis bahwa
berdasarkan paradigma baru
tentang pemerintahan desentralisasi di
Indonesia, perubahan-perubahan berikut sedang berlangsung, yakni:
1) Ada gerakan bagi pelaksanaan “Good Urban Governance” termasuk
di dalamnya transparansi, partisipasi, akuntabilaitas,
demeokrasi, negara hukum, dan aspek-aspek
tanggap,
lainnya dari
masyarakat madani.
2) Sistem yang dikembangkan
“stakeholders”
meliputi keterlibatan
kelompok
atau mitra dalam pembangunan yang lebih luas,
termasuk masyaraakt lokal, pemerintah daerah, wira swasta, LSM
dan lain-lainnya.
3) Adanya perubahan atas sistem keseimbangan kemitraan (balanced
partnership system”) , melibatkan konsultasi dan arus dua arah
dalam
paradigma yang desang
tumbuh, yang mencakup unsur
Bab X - 206
eksekutif
dan unsur legislatif
Pemerintah Daerah, Wiraswasta,
masyarakat lokal, konsultan dan LSM dan furum Kabupaten,
sebagaimana berlangsung di tingkat pemerintah yang lebih tinggi.
Perubahan-perubahan dimaksud tentu menuntut adanya kapasitas baru
atau kapasitas tambahan yang diperlukan, agar suatu institusi menjadi
“layak” (mampu secara efektif dan efisien) melaksanakan tugas-tugasnya.
Dan
masih banyak alasan-alasan lainya, seperti kemajuan teknologi,
informasi dan komunikasi yang terus berkembang, menuntut perlunya
selalu kelayakan suatu kelembagaan ditingkatkan.
Pembahasan tentang kelembagaan, tidak cukup denganmemandang
“lembaga’ sebagai wadah, dengan struktur aaorganisasinya
dll-nya,
karena itu baru “raga” dari lembaga tersebut. Disamping ada “raga”,
lembaga mempunyai “spirit” atau dapat disebut juga sebagai “roh”. Roh
itu berada pada manusia-manusianya, yang mendadi anggota lembaga
tersebut. Sehingga upaya meningkatkan kelayakan suatulembaga, tidak
cukup dengan hanya menyempurnakan struktur organisasinya dan hal-hal
lainya yang bersifat fisik saja, tetapi juga penting untuk meningkatkan
kapasitas/kemampuan (pengetahuan, ketrampilan dan moral-etika) orangorang yang bertugas dalam lembaga tersebut.
10.1.1.2 Kendala Pelaksanaan Otonomi
Pemerintah menyadari bahwa penyelenggaraan otonomi daerah dalam
realitasnya masih mengalami kendala yang tidak kecil, yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kendala Regulasi, Regulasi untuk pelaksanan otonomi masih
menyisakan persoalan yang berarti, dilihat dari kelengkapan, kejelasan
dan kemantapannya, yang berakibat penyelenggaraan otonomi daerah
yang
kini
berjalan
ditanggapi
secara
beragam
dan
bahkan
menimbulkan ekses berupa konflik kepentingan.
Bab X - 207
2. Kendala koordinasi, Proses koordinasi pelaksanaan otonomi daerah
antara instansi Pemerintah Pusat (khususnya yang terkait dengan
penyusunan peraturan-peaturan dan pedoman baru) belum berjalan
dengan baik. Sehingga berakibat kurang konsistennya peraturan yang
dikeluarkan.
3. Kendala persepsi, Proses keterbukaan yang berkembang telah
berdampak
pada munculnya kecenderungan
keragaman persepsi
dalam menyikapi otonomi luas, sehingga menimbulkan friksi
pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan distribusi kewenangan;
4. Kendala Waktu, Euporia otonomi daerah yang begitu menggebugebu di era reformai ini menuntut kecepatan dan ketanggapan yang
tinggi
untuk menyusun berbagai
peraturan dan kebijakan yang
diperlukan. Sementara pemerintah (Pusat dan Daerah) tidak punya
cukup waktu untuk melakukannya, walaupun sadar bahwa yang ada
memang belum lengkap.
5. Kendala keterbatasan sumberdaya, Rendahnya kualitas/kapasitas
SDM jelas merupakan faktor yang dominan dalam ketidakmampuan
memberdayakan kapasitasnya. Juga masih terbatasnya
jasa/layanan
(service
provider)
untuk
mendukung
desentralisasi. Demikian juga ada keterbatasan
keuangan untuk membiayai
penyedia
percepatan
kemampuan
penyelenggaraan dresentralisasi, yang
ternyata membutuhkan biaya yang tidak kecil.
10.2 Peningkatan Kapasitas (Capacity Building)
10.2.1 Pengertian Dan Tujuan
Semangat
desentralisasi
penyelenggaraan
pemerintah
daerah,
sebagaimana
dituangkan dalam UU 22/1999 dan kemudian diubah menjadi UU 32/2004, serta
aturan-aturan pelaksanaannya, membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar dapat
menjamin bahwa tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai.
Bab X - 208
Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana
dirumuskan
dalam “Kerangka Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas “ (KNP2K) dalam
rangka mendukung Desentralisasi yang dikeluarkan bersama oleh Mentri Dalam
Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas,
6 Nopember 2002 merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan
perundangan, melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki
mekanisme
koordinasi, peningkatan kapasitas SDM,
tata kerja
dan
ketrampilan dan
kualifikasinya, perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan
otonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanan “good governance”, sistem
administrasi dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan, agar dapat memenuhi
tuntutan untuk lebih dalam melaksanakan demokrasi.
Lebih jauh dirumuskan
bahwa
tujuan
KNP2K adalah: (i) mengakselerasi
pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (ii) penataan
secara proporsional tugas, fungsi sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab
dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah, (iii) mobilisasi sumbersumber dana Pemerintah, Daerah, dan lainnya, dan (iv) penggunaan sumbersumber dana secara efektif dan efisien.
10.2.2 Prinsip Peningkatan Kapasitas
Adapun prinsip dari pelaksanan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah:
(i) pengembangan kapasitas bersifat
multidimensional, mencakup
kerangka waktu, jangka panjang, jangka menengah, dan jangka
beberapa
pendek; (ii)
pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stakeholders” (iii) pengembangan
kapasitas harus bersifat “demand driven” , dimana kebutuhannya tidak ditentukan
dari atas/luar, tetapi harus datang dari
stakeholdernya sendiri, dan (iv)
pengembangan kapasitas mengacu, pada kebijakan Nasional, seperti RPJMN 20042009 (Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005), dan Rencana Kerja Pemerintah (Contoh
PP 20/2004).
peningkatan
Faktor utama
untuk mewujudkan upaya
pengembangan dan
kapasitas yang berhasil adalah adanya komitmen dari Pimpinan
Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang bersangkutan atas
Bab X - 209
niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan program/proyek peningkatan
kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.
10.2.2.1
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup peningkatan kapasitas pada umumnya meliputi tiga
tingkatan intervensi (three level intervension) agar pencapaian peningkatan
kapasitas dapat efektif dan berkelanjutan (effective dan sustainable) , yakni
: (i) pada tingkat (level) sistem, seperti perumusan kembali kerangka
kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu, (ii)
pada tingkatan (level) kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses
pengambilan keputusan, mekanisme tata-kerja, instrumen manajemen, tatahubungan dan jejaring organisasi, dll, dan (iii) pada tingakatan (level)
individu, yakni peningkatan ketrampilan (skills), kualifikasi, pengetahuan,
sikap, etika, dan motivasi kerjanya.
Kemudian KNP2KDMD merumuskan 8 (delapan) agenda pengembangan
kapasitas untuk mendukung desentralisasi, yakni:
a) Pengembangan peraturan perundangan
yang dibutuhkan untuk
mendukung desentralisasi
b) Pengembangan Kelembagaan Daerah
c) Pengembangan personil daerah
d) Pengembangan keuangan daerah
e) Peningkatan kapasitas DPRD, Badan Perwakilan Desa, ORNOP, dan
Organisasi Kemasyarakatan
f) Pengembangan Sistem Peencanaan
g) Pengembangan Ekonomi Daerah dan
h) Pengembangan Kemampuan Mengelola Masa Transisi
Bab X - 210
Adapun
program-program
nasional
yang
terkait
dengan
aspek
pengembangan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung desentralisasi
adalah,. Meliputi:
1. Bidang Pembangunan Hukum
a) Program pembentukan Peraturan Perundangan
2. Bidang Pembangunan ekonomi
a) Program implementasi Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
3. Bidang Pembangunan Politik
a) Program peningkatan kualitas Proses Politik
b) Program Pengawasan Aparatur Negara
c) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
d) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
e) Program Peningkatan Kapasitas SDM
4. Bidang Pembangunan Daerah
a) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah
b) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Derah
c) Program Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah
d) Program penguatan Lembaga Non Pemerintah
e) Program Peningkatan Ekonomi Wilayah
f) Program Pembangunan PerKabupatenan
g) Program Penataan Ruang
h) Program Pengelolaan Pertanahan
i) Program Penguatan Organisasi Masyarakat
Bab X - 211
10.2.2.2 Tahapan
Dalam garis besar tahapan kegiatan untuk mendukung tercapainya prinsip
dan tujuan pengembangan dan peningkatan kapasitas antara lain sebagai
berikut:
a) Mengidentifikasikan
dan
merumuskan
kebutuhan-kebutuhan
pengembangan dan peningkatan kapasitas secara komprehensif.
b) Mengidentifikasikan dan merumuskan prioritas bagi prakarsa-prakarsa
pengembangan dan peningkatan kapasitas.
c) Menetapkan rencana tindak (action plan)
peningkatan kapasitas
pengembangan dan
secaa keseluruhan yang terkoordinar dan
efisien.
d) Menyediakan acuan atau rujukan dalam mengalokasikan kegiatan dan
anggaran nguna mendukung precepatan pelaksanaan otonomi daerah.
e) Pelaksanan Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
f) Monitoring
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
g) Perencanaan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
7.2.2.3 Koordinasi Pelaksanaan
Pemerintah menyadari bahwa pelaksanaan pengembangan dan peningkatan
kapasitas dalam desentralisasi dan otonomi daerah tidak akan dapat berjalan
hanya oleh satu instansi pemerintah saja, tetapi merupakan usaha bersama
dari berbagai instansi dan lembaga non pemerintah, baik di pusat dan di
daerah. Berkaitan dengan itu, telah dibentuk suatu tim koordinasi antar
departemen di pusat (Tim Keppres No- 157 tahun 2000) untuk mendukung
pelaksanaan UU tentang Pemerintahan Daerah dan UU tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah tersebut telah menetapkan sub-sub tim kerja,
dimana salah satu nya adalah sub Tim Kerja VI yang ditugaskan untuk
mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi, serta memfasilitasi
prakarsa-prakarsa pengembangan dan
peningkatan
kapasitas, termasuk
prakarsa yang didukung oleh lembaga donor.
Bab X - 212
Koordinasi dan pengkajian
akan terus dilakukan Pemerintah /Sub Tim
Kerja VI Keppres 157 Tahun 2000 terhadap upaya pengembangan dan
peningkatan kapasitas, berkaitan dengan hal-hal berikut:
a) Mengkoordinasikan
informasi berkaitan
dengan program/kegiatan
pengembangan
peningkatan
kepada
dan
kapasitas
semua
‘stakeholders”
b) Memberikan pembinaan kepada Daerah berkenaan dengan strategistrategi
dan
program-program
pengembangan
dan
peningkatan
kapasitas.
c) Memfasilitasi akses Daerah terhadap program-program yang didanai
oleh pemerintah dan bila diperlukan dari lembaga-lembaga Donor.
d) Melakukan
identifikasi
dan
koordinasi
program
program
pengembangan dan peningkatan kapasitas Pusat dan Daerah yang akan
dilakukan oleh Departemen Teknis/Sektoral maupun oleh Pemda, serta
pembiayaannya agar dapat memfasilitasi penyelenggaraan Otonomi
Daerah dengan baik.
e) Mengkaji kebutuhan-kebutuhan
pengembangan
dan
memperbaharui/merevisi
Daerah (need assesment)
peningkatan
strategi-strategi
kapasitas
dan
akan
serta
program-program
berdasarkan perubahan-perubahan kebutuhan Daerah dan Instansi
Pusat.
f) Melakukan Identifikasi, menyusun data base dan memberikan
informasi mengenai lembaga poenyedia pelayanan (service provider)
untuk pengembangan dan peningaktan kapasitas.
Pemerintah akan melibatkan secara erat asosiasi-asosiasi Pemerintah Daerah
dan DPRD, Asosiali profesional, ORNOP, dan lembaga kemasyarakatan
lainnya,
dan
masyarakat donor (Donor Community) serta
pihak-pihak
lainya yang terkait dalam rangka pengembangan dan peningaktan kapasitas.
Bab X - 213
10.3 Kondisi Kelembagaan
10.3.1 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Donggala dalam menjalankan urusan pemerintahan terhadap
tugas dan kewenangannya yang terdsentralisasi untuk bidang-biang pemerintahan dan
pembangunan terdiri dari 17 (Tujuh belas) dinas, 13 (Tiga Belas) badan / Kantor yang
merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada
dibawah tanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dimana setiap
fungsi dari dinas masing-masing akan di koordinasikan oleh Assisten Sekretaris Daerah
yang terkait. Struktur Organisasi Daerah sebahagian besar masih berpedoman pada
Peraturan Daerah Nomor:15 Tahun 2003 yang implementasinya akan dikaji sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan tugas organisasi. terutama dengan
adanya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, dan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Berikut adalah struktur organisasi yang
ada dilingkup Pemerintah Kabupaten Donggala sesuai Perda Kelembagaan No. 12
Tahun 2010 :
1.
Dinas Pekerjaan Umum,
2.
Dinas Perumahan Dan Tata Kabupaten
3.
Dadan Perencanaan Pembangunan Daerah &Penanaman Modal Daerah,
4.
Dinas Kesehatan,
5.
Dinas Pendidikan dan Pengajaran,
6.
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan,
7.
Dinas Perhubungan,
8.
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi,
9.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
10. Dinas Sumber Daya Mineral,
11. Dinas Pariwisata,
12. Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan Dan Kesehatan Hewan,
13. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,
14. Dinas Kesejahteraan Sosial,
15. Dinas Pemberdayaan Masyarakat .
Bab X - 214
16. Badan Kepegawaian Daerah
17. Badan Penanggulangan Bencana,
18. Badan Penanggulangan Narkotika
*) No.11 & 17 telah mengacu Pada PP.41
1.
Organisasi penyelenggara RPIJM di Kabupaten Donggala
Keterkaitan langsung dengan penyelenggaran RPIJM bidang keciptakaryaan diantaranya
adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral sebagai instansi perencana,
pelaksana dengan merumuskan aspek teknis dan manajemen kegiatan keciptakaryaan.
Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral yang ada
sekarang dibentuk melalui Peraturan Daerah Perda Kelembagaan No. 12 Tahun 2010
tentang Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten
Donggala. dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya
Mineral memiliki peran yang sangat strategis untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan tugas umum Pemerintah, pelayanan kemasyarakat dan
pelaksanaan pembangunan dibidang Permukiman dan penataan wilayah. Sesuai dengan
Visi dan Misinya yaitu :
Visi
:
Terwujudnya Penyehatan lingkungan Permukiman dan Penataan Wilayah
yang dinamis dan fungsional
Misi
:
a. Menciptakan Penyehatan lingkungan permukiman yang sehat, aman,
harmonis dan berkelanjutan;
b. Mandirinya masyarakat melalui pembangunan dibidang Permukiman dan
Penataan Wilayah
Kedudukannya sebagai unsur pelaksana teknis Pemerintah Daerah yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Wilayah Daerah
mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan dalam rangka Desentralisasi dibidang
Pemerintahan
Daerah
dibidang
Permukiman
dan
Penetaan
Wilayah.
Dalam
Bab X - 215
penyelenggaran tugas tersebut Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi
sesuai
Keputusan Bupati Poso Nomor: 188.45/2568/ Tahun 2003 sbb :
a. Merumuskan Kebijakan teknis di bidang Keciptakaryaan;
b. Pemberian bimbingan, Perizinan, Perjanjian dan Pelaksanaan Pelayanan Umum;
c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dan Cabang Dinas
d. Pengelolaan urusan ketata usahaan;
e. Pelaksanaan tugas pembantuan
Kewenangan :
a. perencanaan di bidang CiptaKarya,
Bangunan gedung, Bangunan Rakyat, dan
Bangunan-bangunan sipil lainnya;
b. Pengujian bahan bangunan;
c. Perumusan, perencanaan, Kebijakan Teknis Pembangunan dan Pengelolaan,
Pembinaan, Bimbingan dan Perizinan di bidang perumahan, bangunan kantor,
gedung lainnya dan penyehatan lingkungan serta tata permukiman/tata Kabupaten;
d. Pengawasan dan pengendalian teknis di bidang Keciptakaryaan
pembangunan
gedung, bangunan rakyat dan bangunan sipil lainnya serta Tata Ruang / Tata
Kabupaten;
e. Perencanaan dengan pengawasan teknis pembangunan Sarana Air Bersih
Kabupatan;
f. Pengelolaan kebersihan dan Pertamanan, penerangan, pemakaman dan kebakaran;
g. Perencanaan dan pengawasan serta pengendalian pemanfaatan ruang;
h. Pemberian dan penerbitan izin pemanfaatan ruang untuk pembinaan;
i. melakukan penelitian dan pencadangan areal permukiman;
j. Pembangunan / Pengelolaan permukiman.
Untuk mengetahui Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Donggala
sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 10 Tahun 2003 dapat diperhatikan
Gambar 10.1
Bab X - 216
2.
Program dan Kegiatan yang menjadi Tupoksi Dinas Pekerjaan Umum :
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh unit satuan kerja dalam hal ini dinas KIMTAWIL adalah sebagai
berikut :
1.
Program Pengembangan Perumahan
Program ini dimaksudkan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang
layak, sehat, aman, dan terjangkau, dengan menitikbertkan kepada kepada
masyarakat berpendapatan rendah, dan aparat pemerintah Kabupaten Donggala
dengan
sasaran
meningkatkan
jumlah
perumahanyang
disediakan
untuk
masyarakat. Program ini bersifat program SKPD karena hanya Dinas Permukiman
dan Penataan Wilayah yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program ini
khususnya yang berhubungan dengan pengembangan perumahan bagi masyarakat.
2.
Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perumahan sehingga
terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan
dengan sasaran tertatanya lingkungan permukiman perumahan yang serasi yang
ditandai dengan adanya sistem pengamanan lingkungan dari bahaya kebakaran,
adanya sistem pengamanan lingkungan, adanya sistem pengelolaan air limbah,
jaringan jalan setapak dan lingkungan dilengkapi dengan drainase serta MCK dan
saraan pendukung lainnya.
Dari ketiga Sub Dinas yang ada ketiga-tiganya mempunyai tugas dan fungsi sesuai
pendistribuaian kewenangan yang ada. Dan berperan langsung mulai dari
perencanaan pelaksanaan konstruksi, pengawasan dan operasinal. Berupa tugas dari
masing-masing Subdin yang ada :
Bab X - 217
3.
Sub Din Program :
Tugas :
melaksanakan tugas dibidang program yang meliputi urusan penyusunan
rencana dan program, data dan informasi, pemantauan dan pengendalian serta
pelaporan
Untuk menyelenggarakan tugas-tugas tersebut Subdin tersebut mempunyai fungsi
a. penataan penyelenggaraan tugas dibidang program
b. pengkoordinasian terhadap penyelenggaran tugas dibidang program
c. pengevaluasian terhadap penyelenggaraan tugas dibidang program
4. Sub Din Permukiman dan Tata Ruang:
Tugas : melaksanakan tugas dinas dibidang permukiman dan tata ruang, meliputi urusan
penyelenggaraan penyehatan lingkungan dan permukiamn, peneglolaan perizinan
penggunaan ruang dan pendirian bangunan serta melakukan pengaturan
pengawasan bangunan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :
a. mengelola administrasi dan menyusun program kerja tahunan
b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan tugas seksi pengendalian dan evaluasi
c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan
pengawasan serta pengendali, evaluasi dan pelaporan
d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan, serta pengendalian dan evaluasi
e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program pemukiman dan penataan wilayah
Bab X - 218
f. menyiapkan bahan dan data serta menyusun dan melaporkan pelaksanaan tugas
seksi penataan
5. Sub Din Kebersihan Dan Pertamanan
Tugas :
melaksanakan tugas dinas dibidang kebersihan, pemakaman dan kebakaran serta
urusan pengelolaan kebersihan Kabupaten dan pertamanan, penerangan jalan serta
pengelolaan pemakaman dan penanganan bahaya kebakaran.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut mempunyai fungsi :
a. mengelola administrasi dan penyusunan program kerja tahunan Sub Dinas
Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;
b. menghimpun peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan tugas Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran;
c. menyiapkan bahan dan melakukan analisa penggunaan pedoman pembinaan dan
pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran
d. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan, serta kebersihan, pemakaman dan kebakaran,
e. menyiapkan bahan dan memfasilitasi terselenggaranya pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program kebersihan, pemakaman dan kebakaran
f. menyiapkan bahan dan data serta menyususn dan melaporkan pelaksanaan tugas
Sub Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran
Untuk menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya, pendistribusian pelaksanannya
melekat pada subdin masing-masing yang berada dalam struktur organisasi dinas
KIMTAWIL dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas.
1. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM
Awal proses perencanaan, pelaksanaan dan operasional kegiatan di bidang
keciptakaryaan secara sistimatis, Dinas KIMTAWIL bersama dengan organisasi
pelaksana lainnya yang terkait saling melakukan koordinasi, sesuai dengan tugas
Bab X - 219
dan fungsinya masing-masing. Fungsi koordinasi ini akan lebih efektif dan berdaya
guna, jika setiap tahapan kegiatan telah melibatkan unsur terkait untuk saling
berkoordinasi agar tercipta singkronisasi kegiatan sesuai tujuan yang diharapkan.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Donggala telah mengesahkan Peraturan daerah
Kabupaten Donggala Nomor:04 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inpektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Donggala, sebagai dasar pertimbangan Peraturan Pemerintah Nomor 41
tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang rencana evektif
pemberlakuannya bulan januari thn 2009. Dengan demikian struktur lembaga yang
ada sekarang ini akan ditata kembali yang dimungkin akan ada penggabungan
Instansi, dan hilangnnya beberapa struktur jabatan dan digantikan dengan sruktur
jabatan yang baru. Yang selanjutnya akan dibentuk beberapa kelembagaan yang
baru sesuai dengan kebutuhan Peraturan Daerah No.04 Tahun 2007. Implementasi
dari PP No.04 Tahun 2007 diharapkan akan menciptakan kondisi kerja
pemerintahan yang lebih efisien dan evektif, profesional, memberikan pelayan
prima dan struktur yang ada akan lebih berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya
sehingga terwujud suatu kelembagaan yang kaya fungsi miskin struktur.
Bab X - 220
Gambar 10.1. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
SUMBER DAYA AIR
BIDANG
BINAMARGA
BIDANG
CIPTA KARYA
BIDANG
TATA RUANG
SEKSI
PELESTARIAN
SUMBER DAYA AIR
SEKSI
PERENCANAAN JALAN
DAN JEMBATAN
SEKSI
AIR MINUM, DRAINASE
DAN PLP
SEKSI
PERENCANAAN
TATA RUANG
SEKSI
IRIGASI
SEKSI
PENINGKATAN JALAN
DAN JEMBATAN
SEKSI
BANGUNAN GEDUNG
SEKSI
PEMANFAATAN
RUANG
SEKSI NORMALISASI
SUNGAI, PANTAI &
RAWA
SEKSI
PEMELIHARAAN JALAN
DAN JEMBATAN
SEKSI
PERIZINAN DAN JASA
KONSTRUKSI
SEKSI
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN
PROGRAM
U PT D
Bab X - 221
Gambar 10.2 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH & PENANAMAN MODAL
KABUPATEN DONGGALA
KEPALA BADAN
SEKRETARIAT
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
PERENCANAAN
PROGRAM
SUB BAGIAN
KEUANGAN DAN
ASET
BIDANG
EKONOMI DAN KERJASAMA
BIDANG
SOSIAL BUDAYA
BIDANG
PENGEMBANGAN WILAYAH
DAN INFRASTRUKTUR
BIDANG
PENGENDALIAN EVALUASI
DAN STATISTIK
SUB BIDANG
EKONOMI
SUB BIDANG
SOSBUD I
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
WILAYAH
SUB BIDANG
STATISTIK DAERAH
SUB BIDANG
KERJASAMA
PEMBANGUNAN
SUB BIDANG
SOSBUD II
SUB BIDANG
INFRASTRUKTUR
SUB BIDANG
MONITORING DAN
EVALUASI
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
PENANAMAN MODAL
BIDANG
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
SUB BIDANG
KERJASAMA DAN
PROMOSI
SUB BIDANG
IPTEK
SUB BIDANG
PENGENDALIAN
SUB BIDANG
SUMBER DAYA
Bab X - 222
Gambar 10.3 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA
KEPALA BADAN
SEKRETARIS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN PROGRAM
DAN PELAPORAN
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG
PENELITINA
BIDANG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN I
BIDANG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN II
BIDANG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN III
SUB BIDANG
PENELITIAN
SUB BIDANG
PERTANIAN
SUB BIDANG
PARIWISATA DAN SENI
BUDAYA
SUM BER DAYA ALAM DAN
SUMBER DAYA LAUT
SUB BIDANG
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN SISTEM
PERENCANAAN
INDUSTRI PERDAGANGAN
DAN INVESTASI
SUB BIDANG
SUB BIDANG
MONITORING DAN
EVALUASI
KOPERASI DAN
DUNIA USAHA
SUB BIDANG
AGAMA DAN PENDIDIKAN
KEBUDAYAAN
SUB BIDANG
TENAGA KERJA,
TRANSMIGRASI DAN KB
SUB BIDANG
SUB BIDANG
PERMUKIMAN DAN
PEMBANGUNAN WILAYAH
SUB BIDANG
PERTAMBANGAN DAN
ENERGI
SUB BAGIAN
UMUM
BIDANG
PERENCANAAN ANTAR
DAERAH
SUB BIDANG
KERJASAMA PEMB.
PROPINSI /KABUPATEN
SUB BIDANG
KERJASAMA PEMB.
KEC. KEL. DAN DESA
SUB BIDANG
VISUALISASI
SUB BIDANG
TENAGA KERJA,
TRANSMIGRASI DAN KB
Bab X - 223
Gambar 10.4 STRUKTUR ORGANISASI PDAM KABUPATEN DONGGALA
WALIKABUPATEN
DIREKTUR UTAMA
KABAG ADM
/KEUANGAN
SUBAG
KEUANGAN
SEKSI KAS
SEKSI
PEMBUKUAN
SEKSI
REKENING
SUBAG
HUBLANG
SEKSI
PENYAMBUNG
AN
KABAG TEKNIK
SUBAG UMUM DAN
PERSONALIA
SEKSI
PERSONALIA
SEKSI PEMBELIAN
SEKSI BACA
METER
SEKSI GUDANG
SEKSI
KOMPUTERISASI
SUBAG
PRODUKSI/DIS
TRIBUSI
SUBAG
PERENCANAAN
SEKSI
PENGOLAHAN/
LAB
SEKSI
PERENCANAAN
SEKSI SUMBER
SEKSI
PENGAWASAN
SUBAG PERALATAN
SEKSI MEKANIK
DAN LISTRIK
SEKSI
PEMELIHARAAN
SEKSI
PERPIPAAN
SEKSI
PERPIPAAN
Bab X - 224
Gambar 10.5 STRUKTUR ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN DONGGALA
KEPALA BADAN
SEKRETARIAT
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
PERENCANAAN
PROGRAM
BIDANG
ANALISA DAMPAK
LINGKUNGAN
BIDANG
PENGAWASAN
BIDANG
PENGENDALIAN DAN
PENYULUH
SUB BIDANG
PENELITIAN DAN
LABORATORIUM
SUB BIDANG
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
PENGENDALIAN
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
ANALISA DAN
EVALUASI
SUB BIDANG
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
PENYULUH
SUB BAGIAN
KEUANGAN DAN
ASET
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
KONSERVASI SUMBER
DAYA ALAM
SUB BIDANG
PERENCANAAN
KONSERVASI SDA
SUB BIDANG
PENGENDALIAN DAN
PENGAWASAN KONSERVASI
Bab X - 225
10.3.2 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah
Menguarikan kondisi kelembagaan non-pemerintah yang terkait dengan
RPIJM
sehingga terjalin kerja sama yang baik dalam rangka
mensukseskan pengembangan infrastruktur bidang PU /Cipta Karya.
Tabel 10.1 Kondisi Kelembagaan Non-Pemerintah Terkait dengan RPIJM
PROGRAM/
No
MERUPAKAN
NAMA
BADAN
LEMBAGA
HUKUM
BENTUK
LEMBAGA
PROYEK
TUJUAN
ORGANIS
PERAN
ASI
YANG
BIAYA
TELAH/AKAN
(Rp)
DILAKSANAK
SUMB
ER
DANA
AN
1
LSM “A”
Bukan
Non Profit
Sosial
Program
PLP
2
LSM ‘B”
Ya
Non Profit
Sosial
Hidran
Persampahan
Umum
3
10.4
LSM “C”
Ya
Non Profit
Sosial
Drainase
Masalah Analisis Dan Usulan Program
Setiap organisasi dibahas dalam sub bab. Pemdahasan meliputi masalah analisis
dan usulan untuk rencana tindakan
peningkatan
Organisasi atau instansi yang dibahas adalah
kemampuan kelembagaan.
yang telah di daftar
atau di
disinggung dalam bagian I.
10.4.1 Masalah Yang Dihadapi
Menguraikan masalah yang dihadapi dalam kelompok:
1. Optimalisasi
pelaksanaan fungsi organisasi
meliputi tugas dan
wewenang dan tanggung jawab instansi;
2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah
Kabupaten
Bab X - 226
3. Sumber daya manusia yang meliputi rendahnya kualitas, kurangnya
kuantitas dsb;
4. Prasarana fisik yang meliputi
masalah-masalah
yang mengenai
kurangnya kualitas dan kuantitas prasaran kantor.
10.4.2 Analisis Permasalahan
Analisis Permasalahan yang dipergunakan menyangkut :
1. Pada umumnya analisis organisasi yang digunakan adalah analisis
SWOT (Strenght, Weakness, Oportunity, Threat)
2. Analisis juga mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku;
3. Analisis juga mengacu pada kebutuhan penyelenggaraan RPIJM
10.4.3 Usulan Program
Usulan program untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan ini antara
lain dengan:
1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi
Menguraikan tentang rincian
kewenangan, tugas dan tanggung
jawab instansi yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan
prasarana Kabupaten
2. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM di Instansi Pemerintah
Menguraikan kebutuhan pembentukan peraturan daerah baru untuk
mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana
Kabupaten di daerah.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Menguraikan tentang usulan penambahan tenaga atau mengusulkan
kebutuhan training.
4. Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja
Menguraikan usulan tentang penambahan kebutuhan akan prasarana
dan peralatan
Bab X - 227
10.5
Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi
Kedudukan,Fungsi,Tugas Dalam Pelaksanaan RPIJM
Menguraikan usulan kedudukan fungsi dan tugas serta tanggung jawab antar
instansi yang terkait dalam RPIJM sebsagai draft surat keputusan untuk ditanda
tangani Bupati.
10.5.1 Diagram Hubungan Antar Instansi
Berisi narasi dan diagram hubungan antar instansi untuk pelaksanaan dan
pengelolaan serta pengembangan RPIJM.
Tabel 10.2 Instansi terkait kegiatan Bidang Cipta Karya
No
Sektor
Kegiatan
Instansi
Penyusunan SPPIP
BAPPEDA
Penyusunan RPKPP
BAPPEDA
Penanganan
Kawasan
Kumuh Semua Instansi
Kabupaten
1
2
3
4
Bangkim
PBL
PLP
Air Minum
Pembangunan Rusunawa
BAPPEDA
Penanganan Kawasan Perdesaan
Petanian, Perkebunan
Kawasan Agropolitan
Petanian, Perkebunan
Kawasan Minapolitan
Kelautan
Revitalisasi Kawasan sejarah/wisata
Pariwisata
Revitalisasi Bangunan Bersejarah
Pariwisata
Pembangunan RTH
Lingkungan Hidup
Penanggulangan Kebakaran
BPBND
Penanganan Air Limbah
Pengelola IPLT
Penanganan Persampahan
Pengelola Persampahan
Penanganan Drainase
Bina Marga
Fasilitasi PDAM
PDAM
Pembangunan SPAM MBR
PDAM
Bab X - 228
5
RANDAL
Pembangunan SPAM IKK
PDAM
Pembangunan SPAM Perdesaan
BAPPEDA
Pembangunan SPAM Kwsn Khusus
KEK
Perencanaan Program
BAPPEDA
Bab X - 229