BAB X - ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATENKOTA - DOCRPIJM 1509339594DOCRPIJM 1507843148RPI2JM kuansing BAB 10 Aspek Kelembagaan

BAB X - ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai
hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai
motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan
baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata
laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk
melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana
merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja
yang diciptakan dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua
komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu
lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara
bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam
pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya
pada pemerintahan kabupaten/kota.
1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Dalam


UU

mengatur

32/2004

dan

disebutkan

mengurus

bahwa

sendiri

urusan

Pemerintah


Daerah

pemerintahan

dan

menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing
daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan
otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu
organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke
dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya

mempertimbangkan

faktor


kemampuan

keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran

tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas
wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan
penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan
ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena
itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masingmasing daerah tidak senantiasa sama atau seragam
2) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum
merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah,
dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap
pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga

memberikan

kewenangan


yang

lebih

besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan
pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal
7 Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan

oleh

pemerintahan

daerah

provinsi

dan


pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan
dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum
merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah,
sehingga penyusunan RPI2JM sebagai salah satu perangkat
pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang
Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang
Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang
PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk
dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak

4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan
masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
4) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 20102014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk

meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan
adanya

upaya

penataan

kelembagaan

dan

ketalalaksanaan,

peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan
teknologi

informasi

dan


komunikasi,

penyempurnaan sistem

perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
5) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010
Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Untuk

mendukung penataan kelembagaan,

secara

beriringan

telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan
di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi
dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai
instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di

lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah
diharapkan

secara

bertahap

dalam

memperbaiki

sistem

ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme
kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya
peningkatan akuntabilitas kinerja.
6) Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan
Aparaturn


Negara

telah

mengeluarkan

Peraturan

Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi
Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri
ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai

tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan
sesuai

dengan


kemampuan

pemerintah

daerah.

Permen

ini

memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta
prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan
pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010
Tentang Standar Pelayanan Minimum
Upaya pembenahan Birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta
Karya telah dimulai
dilakukan


adalah

sejak

tahun

menyangkut

2005.

Pembenahan

yang

3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu

kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu
dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi
pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :
a) Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan
strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L
dan

Pemda,

sosialisasi

dan

internalisasi

manajemen

perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
b) Program

Penataan

Peraturan

Perundang-undangan,

meliputi: Penataan berbagai peraturan perundang-undangan
yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
c) Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi :
Restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan
unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana,pelayanan
publik, kepagawaian dan diklat;
d) Penataan

Tata laksana,

meliputi : Penyusunan

SOP

penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan
pengembangan e-government;
e) Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi:
penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi
jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen
individiu berdasarkan kompetensi;
f) Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan
peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
g) Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas
kinerja

instansi

pemerintah,

pengembangan

sistem

manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator
Kinerja Utama (IKU);
h) Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar
pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM
pada Kab/Kota.
i) Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
8) Peraturan Menteri
tentang

Dalam

Negeri Nomor

57 Tahun 2007

Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat

Daerah
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke
dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan
lembaga

pemerintah

ditingkat

Pusat

dan

Daerah.

Presiden

menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender
guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan,

dan

evaluasi

atas

kebijakan

dan

program

pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada
umumnya

telah

mulai

menerapkan

PUG

dalam

tiap

program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam
pengembangan
memasukkan

kelembagaan
prinsip-prinsip

bidang

PUG,

Cipta

demikian

Karya
pula

di

untuk
dalam

pengelolaan RPI2JM Bidang Cipta Karya.
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan
dasar

bidang

PU

yang

menjadi

tanggungjawab

pemerintah

kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam
Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian
dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani

bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang
dituangkan di dalam dokumen RPI2JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung
jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang
PU,

sedangkan

Bupati/Walikota

bertanggung

jawab

dalam

penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan
penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung
jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam
penataan perangkat daerah.
hukum

penetapan

(Perda).
ditetapkan

perangkat

Penjabaran
dengan

tupoksi
Pergub,

Berdasarkan

Permen

ini

dasar

daerah adalah Peraturan Daerah
masing-masing
dan

SKPD

SKPD

Provinsi

Kab/Kota

dengan

Perbup/Perwali.
9) Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah
sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi
masyarakat. SPP adalah standar pelayanan
perkotaan,

yang

sesuai

dengan

fungsi

minimal
kawasan

kawasan
perkotaan

merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya
jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air
minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air
limbah.
10) Kepmen

PAN

Nomor

75

tahun

2004

tentang

Pedoman

Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja
Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi
pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan
beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam

perhitungan

kebutuhan

pegawai,

aspek

pokok

yang

harus

diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan
waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan
dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota
melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk
mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan
perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang
Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk
menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka
diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
10.2.

Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting

kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani Bidang Cipta
Karya.
10.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari
Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud
dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah
yang menangani Bidang Cipta karya.
Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian Bidang Cipta Karya,
informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:


Peraturan

Daerah

yang

menjadi

dasar

penetapan

Struktur

Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.


Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.



Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan
Bidang Cipta Karya.



Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi Bidang Cipta
Karya dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/KotA

A. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
Bappeda Kabupaten Kuantan Singingi berfungsi sebagai leading sector
pembangunan bidang keciptakaryaan. Ditangani langsung oleh Bidang Fisik
dan Prasarana. Bappeda Kab. Kuantan Singingi menjalankan fungsi
perencanaan,

koordinasi

dan

pengawasan

untuk

program-program

keciptakaryaan.
Bagan Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kuantan Singingi

B. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang adalah SKPD Teknis yang langsung
menangani urusan keciptakaryaan di bawah Bidang Permukiman dan
Lingkungan Terdiri dari 3 seksi , yaitu:
1. Seksi Permukiman
2. Seksi Prasarana Lingkungan
3. Seksi Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan
Bagan Susunan Organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Kabupaten Kuantan Singingi

C. Badan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kuantan Singingi yang menangani
terkait Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang adalah Bidang Konservasi dan
Pemulihan Lingkungan, yang berperan dalam pengelolaan persampahan.
Bagan Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kuantan Singingi

D. UPTD PAB
Peraturan Bupati Kuantan Singingi Nomor 22 Tahun 2013 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Unit Pelaksana teknik Dinas
Penyedia Air Bersih Pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten
Kuantan Singingi Tanggal 6 Maret 2013.
Ruang lingkup lapangan usaha UPTD PAB antara lain:
a. Membangun dan memelihara dan menajalankan sistem penyediaan
air minum
b. Mengadakan penjualan air kepada masyarakat dengan sistem
pendistribusian melalui pipanisasi dan mobil tangki secara merata
dan efisien
c. Menyelenggarakan pengaturan dalam proses pendistribusian kepada
konsumen dengan merata dan adil, tertib dan teratur serta tidak
memandang suku, agama dan ras.

10.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana
merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas
kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah
menciptakan

hubungan

menumbuhkembangkan
melaksanakan

beban

kerja
rasa

kerja

antar

perangkat

kebersamaan
dan

tanggung

dan
jawab

daerah

dengan

kemitraan

dalam

bagi

peningkatan

produktifitas dan kinerja.
Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah
Bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai
dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu
dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di
dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja
lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi
program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program
dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip

hubungan

kerja

yang diuraikan

di atas perlu

dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah
Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi
pemerintah Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang. Selain itu, guna memperjelas
pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan
tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar
Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat
dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Tabel 12.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No
(1)
1

Instansi
(2)
Bappeda

Peran Instansi dalam
Pembangunan Bidang CK
(3)
Perencanaan, Koordinator dan

Unit/Bagian yang menangnani
Pembangunan Bidang CK
(4)
Bidang Fisik dan Prasarana

fungsi Pengawasan bidang CK
2

3

Dinas Cipta
Karya dan
Tata Ruang
BLH

4

UPTD PAB

Perencanaan, Pelaksana Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang
Fungsi Pengawasan dampak
lingkungan dan penyusunan
dokumen lingkungan
Sebagai operator (pelaksana)
terkait pelayanan air minum

Bidang Permukiman dan
Lingkungan dan Bidang Tata
Bangunan
Bidang Konservasi dan pemulihan
lingkungan

Secara garis besar fungsi oleh intansi terkait keciptakaryaan di
Kabupaten Kuantan Singingi dibagi atas 3 yaitu fungsi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan.
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan
kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antara
satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap
pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam
melakukan tugasnya.
Inventarisasi SOP Dinas Cipta Karya
No
(1)

Nama SOP

Instansi yang terlibat

(2)
Bangkim

(3)
Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang

PBL

Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang

PLP

Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang
Dinas Pasar Kebersihan dan
Pertamanan
Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang dan UPTD PAB

AM

Tugas dan fungsi Instansi
dalam SOP
(4)

SOP Non Teknis

10.2.3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan system
manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program
Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas
tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian
instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan
mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang
Cipta Karya.
Tabel 12.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Golongan (Orang)
No

UNIT KERJA
I

1

BAPPEDA

2

DINAS PU
DINAS
KEBERSIHAN
DAN PERTAMANAN
DINAS KESEHATAN
KANTOR LINGKUNGAN
HIDUP
PERUSAHAAN DAERAH
AIR MINUM (PDAM)

3
4
5
6

10.3.

II

III

Jenis
Kelamin
(Orang)

IV

L

P

Latar Belakang Pendidikan
(Orang)

SMA

D3

S1

S2

S3

Jabatan
Fungsional
TBP

Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat

daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan
Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
10.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan

analisis

keorganisasian

adalah

untuk

mengetahui

permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap
kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku?
2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

TPL

3.

Apa

saja

faktor-faktor

eksternal

yang

mempengaruhi struktur

organisasi?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja
daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini
adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPI2-JM.
10.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang
cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat
jawaban adalah sebagai berikut:
1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah
menguraikan tupoksi masing-masing dinas/unit kerja yang ada?
2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi
terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini?
3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti
ketentuan dalam PP 41 tahun 2007 Juga perlu dicermati apakah semua
sector bidang cipta karya yaitu bidang air minum,

pengembangan

permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan
dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat
kerja daerah yang terkait dengan bidang Cipta Karya?
5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan
perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
10.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui
permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat
dijawab adalah sebagai berikut :

1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi
jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta
Karya?
2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM
perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang cipta karya?
3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan
bidang cipta karya?
Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia
No.
1

2

3

4

UNIT KERJA

Tingkat Pendidikan

BAPPEDA

SMA Sederajat
Diploma
D3 Teknik
D3 Sekretaris
dst
S1/ Sederajat
S1 Teknik
S1 Ekonomi
S1 Lingkungan
S1 Kesehatan
S2
S3

DINAS CIPTA KARYA
DAN TATA RUANG

BLHPI

UPTD PAB

Orang

Jumlah
Pegawai yang
Ada
Orang

Jumlah Pegawai
yang Diperlukan
Orang

:
:

Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang

:
:
:
:
:
:

Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

SMA Sederajat
Diploma
D3 Teknik
D3 Sekretaris
dst
S1/ Sederajat
S1 Teknik
S1 Ekonomi
S1 Lingkungan
S1 Kesehatan
S2
S3

:

Orang

Orang

Orang

:
:

Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang

:
:
:
:
:
:

Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

SMA Sederajat
Diploma
D3 Teknik
D3 Sekretaris
dst
S1/ Sederajat
S1 Teknik
S1 Ekonomi
S1 Lingkungan
S1 Kesehatan
S2
S3

:

Orang

Orang

Orang

:
:

Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang

:
:
:
:
:
:

Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

SMA Sederajat
Diploma
D3 Teknik
D3 Sekretaris
dst
S1/ Sederajat
S1 Teknik
S1 Ekonomi

:

Orang

Orang

Orang

:
:

Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang

Orang
Orang
Orang

:
:

Orang
Orang

Orang
Orang

Orang
Orang

No.

UNIT KERJA

Tingkat Pendidikan
S1 Lingkungan
S1 Kesehatan

:
:
:
:

S2
S3

Orang
Orang
Orang
Orang

Jumlah
Pegawai yang
Ada
Orang
Orang
Orang
Orang

Jumlah Pegawai
yang Diperlukan
Orang
Orang
Orang
Orang

10.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan
strategis

yang

digunakan

untuk

mengevaluasi

kekuatan

(strengths),

kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di
bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat
faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan
penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan
yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan
analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang meliputi aspek organisasi,
tata laksana dan sumber daya manusia.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu
mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O) bagaimana cara
mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada
(strategi W-O) bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada
(strategi S-T) dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan
yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah
ancaman baru (strategi W-T).
Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis
tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada subbab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT
Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis
SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan
kelembagaan.

FAKTOR

PELUANG (O)

ANCAMAN (T)

EXTERNAL

a.

a.

FAKTOR

b.

b.

INTERNAL

c.

c.

KEKUATAN (S)

Strategi SO (Kuadran 1)

Strategi ST (Kuadran 2)

Strategi WO (Kuadran 3)

Strategi WT (Kuadran 4)

a.
b.
c.
KELEMAHAN (W)
a.
b.
c.

10.4.

Rencana Pengembangan Kelembagaan
Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah

kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi
yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan
tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi
pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya
manusia.

Berdasarkanmstrategi-strategi

tersebut,

dapat

dikembangkan

rencana pengembangan kelembagaan di daerah.
10.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian
Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan
mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi
yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.
Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu
pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk
perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di
lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam
rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan
organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah,
khususnya bidang Cipta Karya.
10.4.2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan
mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi
tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian
kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi
di lingkungan Pemerintah Daerah khususnya di bidang Cipta Karya.
10.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia,
dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan
karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan
organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan
pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai
dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat
dilakukan

dengan

peningkatan

jenjang

pendidikan

serta

mendukung

pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup
kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM
terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel
12.6

Tabel 12.6 Pelatihan Bidang Cipta Karya

No

Instansi

1

Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan
Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan
Gedung dan Lingkungan
Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan
Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan
Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan
Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya
Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat
Bencana
Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara
Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
Diklat Jabatan Fungsional

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Tabel

12.7

Rangkuman

Rencana

Aksi

Pengembangan

Kapasitas

Kelembagaan
Aspek Kelembagaan

Strategi

Rencana Aksi

(1)

(2)

(3)

Organisasi

Tata Laksana

Sumber Daya Manusia