PESAN GURUTTA PADA NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

PESAN GURUTTA PADA NOVEL RINDU

KARYA TERE LIYE MENURUT PERSPEKTIF

PENDIDIKAN AKHLAK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

OLEH

ANA ALLAILY MUSYARROFAH

NIM: 11111092

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

2015

  

PESAN GURUTTA PADA NOVEL RINDU

KARYA TERE LIYE MENURUT PERSPEKTIF

PENDIDIKAN AKHLAK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

OLEH

ANA ALLAILY MUSYARROFAH

NIM: 11111092

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

2015

  

MOTTO

Mata air yang dangkal tetap saja bermanfaat jika jernih dan tulus, tetap

segar airnya.

  

(Gurutta Ahmad Karaeng)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis persembahkan skripsi ini kepada:

  1. Bapak dan Ibundaku tercinta, Bapak Chabib Mushtofa dan Ibu Alfi Salamah yang telah banyak berkorban tanpa letih dan pamrih demi kesuksesan putrinya.Terimakasih atas cinta, kasih sayang, doa, bimbingan dan nasihat dalam kehidupan ini. Semoga selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan mendapat limpahan kasih sayang Allah Swt dunia akhirat.

2. Kakak-kakakku tersayang, Mas Mu‟allim, Mba Malihatun, Mba Nur Laelatul,

  Mba Fathin, Mas Barok, Mas Musa, Mba Umi, Mba Endah, Mas Imron, Mas Hasan, Mas Rasikin, Mba Nur Khoeriyah, Mas Awan, Mba Dewi yang selalu memberi arahan, motivasi, doa dan sumber inspirasi dalam hidupku. Semoga sehat selalu, dimudahkan rezekinya dan selalu dalam kebahagiaan dan lindungan Allah Swt.

  3. Mas Muhammad Ainnurofik yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan. Semoga sehat selalu, dimudahkan rezekinya dan selalu dalam lindungan Allah Swt.

KATA PENGANTAR

  Assalamu‟alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Saw, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.

  Skripsi ini adalah “PESAN GURUTTA PADA NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan ikhlas dan sabar serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah membantu peneliti selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  7. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

  8. Sahabat-sahabatku Azizah, Icha, Titik, Ema, lastri, Nida, Mba Sukrilah, Mba Diyah, Silvi, Mba Fajar terima kasih atas dukungan, motivasi serta inspirasinya.

  9. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2011, khususnya teman-teman PAI kelas C.

  10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah Swt.

  Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah Swt serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda amiin. Peneliti sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Aamiin ya robbal „alamiin.

  Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 29 Agustus 2015 Peneliti, Ana Allaily Musyarrofah

  

ABSTRAK

  Musyarrofah, Ana Allaily. 2015. Pesan Gurutta pada Novel Rindu Karya Tere

  LiyeMenurut Perspektif Pendidikan Akhlak. Skripsi. Jurusan Pendidikan

  Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Maslikhah, S.Ag., M.Si..

  Kata Kunci: Pesan Gurutta, Pendidikan Akhlak

  Pendidikan akhlak merupakan modal terpenting dalam pembentukan diri pribadi suatu insan yang berguna untuk menghadapi masa depan yang lebih cerah. Remaja adalah penerus pembangunan dalam semua Negara. Merosotnya moral generasi muda merupakan pertanda akan merosotnya moral anak bangsa. Penyebab merosotnya akhlak bangsa adalah kurangnya pemahaman agama di tengah-tengah masyarakat dan kurangnyapendidikan akhlak. Kemerosotan akhlak dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu bukti gagalnya pendidikan selama ini terutama dalam bidang akhlak.Pendidikan akhlak pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini tidak hanya dapat diperoleh di rumah, di sekolah atau lembaga pendidikan formal lewat pembelajaran di kelas. Pendidikan akhlak dapat diperoleh dari mana saja. Salah satunya adalah melalui karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Selain sebagai sarana hiburan, karya sastra novel juga bisa sebagai sarana belajar atau pendidikan. salah satunya adalah novel Rindu karya Tere Liye.Fokus penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana pesan Guruttayang berkaitan dengan akhlak terpuji pada novel Rindu karangan Tere Liye. 2. Bagaimana pesan Gurutta pada novel Rindu dalam perspektif pendidikan Akhlak. 3. Apaimpilkasi pesan Guruttadalam pendidikan Akhlak.

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), menggunakan pendekatan deskriptif analisis dengan menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung tentang pendidikan akhlak dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.Sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumetasi (documentation research methode),analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1. Pesan Gurutta mengandung 23 macam akhlak terpuji yaitu menerima takdir, bersyukur, menaati perintah Allah Swt, tobat, khauf dan raja‟, tawakal, adil terhadap diri sendiri, pantang menyerah, tidak mementingkan diri sendiri, sabar, ikhlas, tegar, optimis, lapang dada, ta

  ‟awun, berkumpul dengan orang baik, berbuat baik, menutup aib, solidaritas, menghargai orang lain, pemaaf, memaafkan kesalahan orang tua, dan kasih sayang terhadap orang tua. 2. Pesan Gurutta mengandung akhlak terhadap Allah Swt (menerima takdir, bersyukur, menaati perintah Allah Swt, tobat, khauf dan

  raja‟,dan tawakal); akhlak

  terhadap diri sendiri (adil terhadap diri sendiri, gigih, tidak mementingkan diri sendiri, sabar, ikhlas, tegar, optimis,dan lapang dada); akhlak terhadap sesama yang meliputi ta‟awun, berkumpul dengan orang baik, berbuat baik, menutup aib, solidaritas, menghargai orang lain, dan pemaaf); akhlak terhadap orang tua (memaafkan kesalahan orang tua dan kasih sayang terhadap orang tua). 3. Implikasi pesan Gurutta dalam pendidikan akhlak yaitu pesan Gurutta diterapkan dengan menceritakan kisah- kisah yang terdapat dalam al-

  Qur‟an, memberikan contoh perilaku terpuji yang dilakukan orang lain, dan menasihati dengan menyertakan dalil al- Qur‟an dan hadits serta harus dimanifestasikan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

  DAFTAR ISI

  Halaman SAMPUL .................................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii JUDUL .................................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iv PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... .. vi MOTTO ................................................................................................................ vii PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix ABSTRAK ............................................................................................................ xi DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

  

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Fokus Penelitian .............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 6 E. Metode Penelitian ............................................................................ 7 F. Penegasan Istilah ............................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 12

  

BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 14

A. Gambaran Umum Novel .................................................................. 14 1. Pengertian Novel ......................................................................... 14 2. Unsur-unsur Novel ...................................................................... 15 3. Tujuan Novel .............................................................................. 27 4. Hubungan Novel dengan Karya Ilmiah ...................................... 28 5. Novel Rindu dan Pesan Akhlak Terpuji ..................................... 30 B. Pendidikan Akhlak .......................................................................... 32 1. Pendidikan .................................................................................. 32 2. Akhlak ......................................................................................... 35 3. Pendidikan Akhlak ...................................................................... 40 4. Ruang Lingkup Akhlak ............................................................... 46

BAB III BIOGRAFI ......................................................................................... 53

A. Biografi Pengarang .......................................................................... 53 B. Biografi Novel ................................................................................. 56 1. Tema ........................................................................................... 56 2. Penokohan ................................................................................... 56 3. Alur ............................................................................................. 63 4. Sudut Pandang ............................................................................ 65 5. Latar atau Setting ........................................................................ 66 6. Gaya Bahasa ............................................................................... 67 C. Pesan Gurutta dalam Novel Rindu .................................................. 68

  

BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................... 85

A. Pesan Gurutta yang Berkaitan dengan Akhlak Terpuji ................... 85 B. Pesan Gurutta pada Novel Rindu dalam Perspektif Pendidikan Akhlak

  ......................................................................................................... 105 1.

  Akhlak terhadap Allah Swt ......................................................... 105 2. Akhlak terhadap Diri Sendiri ...................................................... 110 3. Akhlak terhadap Sesama ............................................................. 120 4. Akhlak terhadap Orang Tua ........................................................ 128 C. Implikasi pesan Gurutta dalam Pendidikan Akhlak ........................ 130

  

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 134

A. Kesimpulan ...................................................................................... 134 B. Saran ................................................................................................ 135 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 137 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran

  1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran

  2 Daftar Nilai SKK Lampiran

  3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran

  4 Riwayat Hidup Penulis Lampiran

  5 Sinopsis Novel Rindu Karya Tere Liye

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan

  manusia. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, baik kehidupan keluarga, diri sendiri maupun kehidupan dalam bermasyarakat dan negara.

  Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, menuliskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Zakiah Daradjat dalam Majid (2005: 130)mendefinisikan bahwaPendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Akhlak dalam ajaran Islam merupakan ukuran/barometer yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai kadar iman seseorang. Seseorang dapat dikatakan memiliki kesempurnaan iman apabila dia memiliki budi pekerti/akhlak yang mulia. Oleh karena itu, masalah akhlak/budi pekerti merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang diutamakan dalam Pendidikan Agama Islam untuk ditanamkan/diajarkan kepada anak didik.

  Pendidikan agama berkaitan dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah yang dianggap buruk oleh agama, sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan-keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama, sehingga seorang muslim tidak sempurna agamanya kecuali akhlaknya menjadi baik (Ahid, 2010: 142).

  Kedudukan akhlak penting dalam kehidupan, sehingga pendidikan akhlak harus ditanamkan sedini mungkin. Pendidikan akhlak merupakan modal terpenting dalam pembentukan diri pribadi suatu insan yang berguna untuk menghadapi masa depan yang lebih cerah. Pendidikan akhlak yang baik diharapkan kehidupan suatu umat akan semakin baik dan maju sehingga dengan ini akan menimbulkan adanya saling peduli dan menyayangi satu sama lain.

  Pendidikan akhlak merupakan bagian dalam pemikiran Islam sehingga salah satu fokus penting dalam pendidikan Islam yaitu pendidikan akhlak. Akhlak menurut Al-Ghazali adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dulu (Mansur, 2007: 222). Pendidikan akhlak adalah usaha sungguh-sungguh untuk mengubah akhlak buruk menjadi akhlak yang baik.

  Dapat diartikan bahwa akhlak itu adalah dinamis tidak statis, terus mengarah kepada kemajuan, dari tidak baik menjadi baik, bukan sebaliknya (Mansur, 2007: 274).

  Pendidikan akhlak dimulai dari lingkungan keluarga yaitu dengan diberi bimbingan, petunjuk-petunjuk, dan contoh yang benar agar anak terbiasa melakukan kebiasaan yang baik. Hidupnya mempunyai pedoman baik di rumah, di madrasah maupun di lingkungan masyarakat yang dihadapinya.

  Akhlak Nabi Muhammad Saw menjadi salah satu contoh akhlak yang baik. Sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi Rasul terkenal mempunyai akhlak yang baik. Orang Islam wajib mencontoh akhlak Nabi Muhammad Saw sebagaimana firman Allah Swt:

  َرَكَذَو َرِخَلأْا َمْوَ يْلاَو َللها اوُجْرَ ي َناَك نَمِّل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِللها ِلوُسَر ِفِ ْمُكَل َناَك ْدَقَّل اًيرِثَك َللها

  "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

  bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

  " (Q.S. Al- Ahzab/33: 21). Remaja adalah penerus pembangunan dalam semua negara. Merosotnya moral generasi muda merupakan pertanda akan merosotnya moral anak bangsa.

  Penyebab merosotnya akhlak bangsa adalah kurangnya pemahaman agama di tengah-tengah masyarakat dan kurangnya pendidikan akhlak. Kemerosotan akhlak dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu bukti gagalnya pendidikan selama ini terutama dalam bidang akhlak.

  Pendidikan akhlak pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini tidak hanya dapat diperoleh di rumah, di sekolah atau lembaga pendidikan formal lewat pembelajaran di kelas. Pendidikan akhlak dapat diperoleh dari mana saja. Salah satunya adalah melalui karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Selain sebagai sarana hiburan, karya sastra novel juga bisa sebagai sarana belajar atau pendidikan.

  Ada beberapa penulis yang memasukkan nilai-nilai pendidikan terutama pendidikan akhlak dalam setiap karya sastranya. Salah satu karya sastra yang sarat dengan pendidikan akhlak adalah novel Rindu karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika, Jakarta.

  Novel ini menceritakan tentang perjalanan panjang ibadah haji yang berlatar waktu pada masa pemerintahan Hindia Belanda masih menduduki Indonesia. Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda memberikan pelayanan perjalanan haji untuk rakyat pribumi yang tergolong kaya dan memiliki uang.

  Perjalanan ini menggunakan kapal uap besar yakni kapal Blitar Holland.

  Diceritakan tokoh Gurutta Ahmad Karaeng, ulama tersohor asal Makassar yang mengikuti perjalanan haji. Beliau rutin melakukan shalat berjama ‟ah bersama penumpang yang lain dan mengisi pengajian di kapal setiap sehabis shalat shubuh. Beliau adalah sosok yang selalu memberikan jawaban terbaik dan nasihat-nasihat indah untuk menyelesaikan permasalahan masa lalu yang kelam yang dibawa penumpang dalam kapal tersebut.

  Novel ini dibuka dengan cerita yang unik. Penulis novel ini (Tere Liye) menuliskan fakta sejarah nusantara pada tahun 1938. Salah satunya Indonesia (yang masih bernama Hindia Belanda) mengikuti piala dunia di Prancis untuk pertama kalinya. Novel ini tidak hanya menghibur tetapi juga menyajikan kisah- kisah teladan dari para tokohnya dan juga nasihat-nasihat atau pesan-pesan dari

  

Gurutta Ahmad Karaeng yang bisa diambil nilai-nilainya bagi kehidupan

khususnya pendidikan akhlak.

  Kisah-kisah tersebut diceritakan dengan bahasa yang menarik sehingga tidak membosankan ketika dibaca dan yang lebih penting secara tidak langsung kisah-kisah tersebut menginspirasi dan memotivasi karena sarat dengan nilai-nilai pendidikan terutama pendidikan akhlak.

  Dengan melihat isi dari novel Rindu yang penuh dengan pelajaran dan makna kehidupan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai PESAN GURUTTA PADA NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK sebagai sebuah karya sastra yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pesan Guruttayang berkaitan dengan akhlak terpuji pada novel

  Rindu karangan Tere Liye? 2. Bagaimana pesan Gurutta pada novel Rindu dalam perspektif pendidikan akhlak?

  3. Apa implikasi pesan Gurutta dalampendidikan akhlak? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pesan Guruttayang berkaitan dengan akhlak terpuji pada novel Rindu karangan Tere Liye;

  2. Untuk mengetahui pesan Gurutta dalam perspektif pendidikan akhlak; 3.

  Untuk mengetahui implikasi pesan Gurutta dalam pendidikan akhlak.

D. Kegunaan Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi yaitu secara teoretis dan praktis:

  1. Secara Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontibusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagipengembangan nila-nilai pendidikan baik umum maupun pendidikan Islam melalui pemanfaatan karya sastra serta untuk menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra (novel) yang memuat tentang pendidikan.

  2. Secara Praktis a.

  Bagi Peneliti Menambah wawasan peneliti mengenai pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel Rindu untuk selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku.

  b.

  Bagi Dunia Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penggunaan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui media cerita yang inspiratif dalam mendidik siswa.

  c.

  Bagi Civitas Akademica Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

  d.

  Bagi Dunia Sastra Diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yaitu tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual namun juga memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut.

E. Metode Penelitian

  Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan keabsahannya (Ruslan, 2010: 24).

  1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze research).

  Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung pendidikan akhlak dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

  2. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan berbagai sumber data dalam penelitian kali ini adalah metode dokumentasi (documentation

  . Model metode dokumentasi yaitu model penelitian dengan

  research methode)

  mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

  Metode dokumentasi ini dilakukan penelusuran dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur, baik artikel, jurnal, majalah, maupun buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Dari pencarian data model dokumentasi tersebut diharapkan terkumpulnya dokumen atau berkas untuk melengkapi seluruh unit kajian data yang akan diteliti dan dianalisa lebih lanjut.

3. Sumber Data

  Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah beberapa sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

  a.

  Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini berupa Novel Rindu karya Tere Liye yang diterbitkan oleh

  Republika, Jakarta pada tahun 2014.

  b.

  Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu berbagai literatur yang berhubungan dan relevan dengan objek penelitian. Peneliti mengambil dari kumpulan berbagai artikel, jurnal, buku, blog diinternet dan karya tulis lain yang berkaitan dengan penelitian ini demi memperkaya khazanah intelektual dalam kajian dan analisis.

4. Metode Analisis Data

  Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis), dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

  Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah isi sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana terwujud dalam hubungan naskah dengan konsumen (Ratna, 2007: 48).

  Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007: 49).

  Langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: a.

  Langkah deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Rindu yang berhubungan dengan pendidikan akhlak.

  b.

  Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel Rindu yang berhubungan dengan pendidikan akhlak. c.

  Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel Rindu yang berhubungan dengan pendidikan akhlak.

  d.

  Langkah pengambilan kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari analisis yang telah penulis lakukan dari novel Rindu yang berhubungan dengan pendidikan akhlak.

F. Penegasan Istilah

  Agar pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran yang pasti terhadap istilah pokok yang tekandung dalam judul tersebut, maka peneliti akan menjabarkan terlebih dahulu yaitu: 1.

  Pesan Pesan adalah suruhan (perintah, nasihat, permintaan, amanat) yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain (poerwadarminta, 1982: 746).

  Pesan yang dimaksud adalah pesan atau nasihat Gurutta dalam novel rindu.

  Gurutta merupakan bahasa dari etnis Bugis dan Makassar di Sulawesi

  Selatan yang menyebut ulama dengan sebutanGurutta . Penambahan “ta” pada “gurutta” berarti kita. Jadi makna Gurutta adalah guru kita (Kadir, 2013: 1).

2. Pendidikan Akhlak

  Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Akhlak menurut Al-Ghazali berasal dari kata Al-Khuluq (jamaknya Al-

  Akhlaq ) ialah ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan

  meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan (Zainuddin, 1991: 102). Ibnu Maskawaih dalam Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih (2008: 59) mendefinisikan akhlak adalah sikap seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu).

  Peneliti mendefinisikan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikir lagi dan dalam kehendak yang mantap. Jadi, pendidikan akhlak adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh untuk merubah akhlak buruk menjadi akhlak baik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari lima bab yaitu pendahuluan, kajian pustaka, biografi, analisis data, dan penutup.

  Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan memuat tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan memuat tentang: gambaran umum tentang novel yang meliputi pengertian novel, unsur-unsur novel, dan pendidikan akhlak yang mencakup pengertian pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak, dan ruang lingkup akhlak.

  BAB III BIOGRAFI Bab ini akan memuat tentang biografi penulis, biografi novel yang mencakup tema, alur cerita, penokohan, gaya bahasa dan latar dalam novel Rindu.

  BAB IV ANALISIS DATA Bab ini memuat tentang pesan Gurutta pada novel Rindu; pesan Gurutta dalam perspektif pendidikan akhlak; dan pesan

  

Gurutta implikasinya pada pendidikan akhlak.

  BAB IV PENUTUP Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran.

  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Novel 1. Pengertian Novel Secara etimologis, novel berasal dari bahasa latin “novus” berarti baru

  dan dalam bahasa Italia disebut “novella”. Suatu prosa naratif yang lebih panjang daripada cerita pendek yang biasanya memerankan tokoh-tokoh atau peristiwa imajiner. Novel merupakan karangan sastra prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekitarnya dengan cara menonjolkan sifat dan watak tokoh-tokoh itu (Komaruddin dan Yooke, 2006: 162).

  Badudu dan Zain dalam Aziezdan Abdul Hasim (2010: 2) mendefinisikan bahwa novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka-duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan sebagainya.

  Novel lebih panjang dan lebih kompleks dari cerpen. Umumnya setiap novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan menitikberatkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak (Haryanta, 2012: 181).

  Nurgiyantoro (2012: 4) menyebutkan bahwa novel merupakan sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif. Novel menampilkan suatu kejadian luar biasa pada kehidupan pelakunya, yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya. Novel merupakan roman yang lebih pendek (Wiyanto, 2012: 213).

2. Unsur-unsur Novel a.

  Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membangun prosa

  (Wiyanto, 2012: 213). Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Keterpaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca novel. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2012: 23). 1)

  Tema Tema adalah sumber gagasan atau ide cerita yang dikembangkan menjadi sebuah karangan yang digunakan pengarang dalam menyusun cerita(Haryanta, 2012: 270). Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (2012: 67) mendefinisikan bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2012: 74) tema dalam sebuah karya sastra, fiksi, hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah kemenyeluruhan.

  Dapat disimpulkan bahwa tema merupakan ide pokok atau gagasan yang terkandung dalam sebuah cerita. Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya, ia akan tersembunyi dibalik cerita yang mendukungnya (Nurgiyantoro, 2012: 68).

  Stanton dalam Nurgiyantoro (2012: 87) mengemukakan sejumlah kriteria yang dapat diikuti untuk menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel yaitu sebagai berikut:

  a) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol.

  b) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita.

  c) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. d) Penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita.

  2) Penokohan (Perwatakan)

  Jones dalam Nurgiyantoro (2012: 165) mendefinisikan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh cerita satu dan yang lainnya tentu tidak sama. Sebab, masing-masing tokoh itu mempunyai watak. Pemberian watak pada tokoh itu dinamakan perwatakan (Wiyanto, 2012: 216).

  Para tokoh dalam sebuah novel yang baik itu yang menarik, menimbulkan rasa ingin tahu, konsisten, menyakinkan, kompleks, dan realistis (Aziez dan Abdul Hasim, 2010: 61).Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berikut ini adalah pembedaan tokoh menurut Nurgiyantoro (2012: 176) dilihat dari sudut pandang dan tinjauan tertentu.

  a) Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita ada 2 yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan

  (1) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan dan selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik penting yang mempengaruhi plot.

  (2) Tokoh tambahan adalah tokoh yang pemunculannya dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung.

  b) Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis

  (1) Tokoh protagonis merupakan tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca.

  (2) Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik.

  Tokoh antagonis berperan sebagai penghalang tokoh protagonis dan menggagalkan segala rencana yang dibuat tokoh protagonis (Sambu, 2013: 64)

  c) Berdasarkan perwatakannya tokoh dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tokoh sederhana dan tokoh bulat.

  (1) Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja.

  (2) Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.

  d) Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam novel, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis dan tokoh berkembang.

  (1) Tokoh statis adalah tokoh yang memiliki sifat dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang dari awal hingga akhir cerita.

  (2) Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan watak, sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot.

  e) Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap

  (sekelompok) manusia dari kehidupan nyata, dibedakan ke dalam tokoh tipikal dan tokoh netral.

  (1) Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya.

  (2) Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri.

  3) Alur (Plot)

  Alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab akibat)(Haryanta, 2012: 12). Aziez dan Abdul Hasim (2010: 68) mendefinisikan alur adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang teratur dan terorganisasi. Istilah alur sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam (Aminuddin, 1991: 83).

  Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Kejelasan tentang kaitan antar peristiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanaan plot berarti kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya, plot sebuah karya fiksi yang kompleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antarperistiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami (Nurgiyantoro, 2012: 110).

  Wiyanto (2012: 215-216) membagi plot atau alur menjadi 3, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran: a)

  Alur maju yaitu apabila peristiwa-peristiwa dalam cerita berurutan, baik berurutan waktu maupun berurutan kejadiannya.

  b) Alur mundur yaitu apabila peristiwa terakhir didahulukan kemudian bergerak ke peristiwa-peristiwa sebelumnya.

  c) Alur campuran yaitu apabila susunan peristiwanya ada yang maju dan ada yang mundur.

  4) Sudut pandang

  Sudut pandang adalah cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Haryanta, 2012: 256).

  Sudut pandang dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu: a) Sudut pandang orang pertama

  (1) Sudut pandang orang pertama sentral

  Tokoh sentralnya adalah pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. Kata ganti yang digunakannya adalah kata ganti orang pertama (saya, aku, kita) (Wiyanto, 2012: 218).

  (2) Sudut pandang orang pertama sebagai pembantu

  Sudut pandang ini menampilkan “aku” hanya sebagai pembantu yang mengantarkan tokoh yang menjadi tumpuan cerita (Wiyanto, 2012: 218).

  b) Sudut pandang orang kedua

  Dalam sudut pandang ini, penulis menempatkan pembaca sebagai karakter utama. Penulis sebagai narator, menjelaskan apa saja yang dilakukan, dirasakan, dan dipikirkan karakter utama sekaligus pembaca. Sudut pandang ini menggunakan kata ganti orang kedua “kamu, kau, anda atau dikau.” (Sambu, 2013: 78).

  c) Sudut pandang orang ketiga

  (1) Sudut pandang orang ketiga serba tahu

  Pengarang berada di luar cerita dan menjadi pengamat yang tahu segalanya. Kata ganti yang digunakannya adalah kata ganti orang ketiga (dia, mereka, atau menyebutkan nama pelaku) (Wiyanto, 2012: 218).

  (2) Sudut pandang orang ketiga terbatas

  Pengarang sebagai pengamat yang terbatas hak ceritanya. Ia hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang menjadi tumpuan cerita (Wiyanto, 2012: 218). 5)

  Latar atau Setting Latar atau setting adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Haryanta, 2012:

  150). Latar menunjukkan tempat, waktu atau kondisi dari narasi atau dialog yang disampaikan oleh beberapa tokoh yang terdapat di dalam cerita tersebut (Nugroho, 2014: 200). Latar atau setting berkaitan dengan elemen-elemen yang memberikan kesan abstrak tentang lingkungan, baik tempat maupun waktu, di mana para tokoh menjalankan perannya. Latar ini biasanya diwujudkan dengan menciptakan kondisi-kondisi yang melengkapi cerita. Baik dalam dimensi waktu maupun tempatnya, suatu latar bisa diciptakan dari tempat dan waktu imajiner ataupun faktual (Aziez dan Abdul Hasim, 2010: 74).Setting bukan hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis tetapi juga memiliki fungsi psikologis sehingga setting mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya (Aminuddin, 1991: 67).

  Latar atau setting mencakup tiga hal, yaitu setting tempat, setting waktu, dan setting suasana. a) Setting tempat, yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi(Nurgiyantoro, 2012: 227).

  b) Setting waktu, yaitu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sebuah peristiwa bisa saja terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu, zaman majapahit, zaman revolusi fisik, atau zaman sekarang. Bisa juga pagi, siang, sore, atau malam hari (Wiyanto, 2012: 217).