Pendidikan Karakter Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab al-‘Alim wa-al Muta’allim - Test Repository

  

PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT K.H. HASYIM

ASY’ARI DALAM KITAB ADAB AL-ALIM WA-AL

MUTA’ALLIM

  

SKRIPSI

DiajukanuntukMemperolehGelar

SarjanaPendidikan Islam

  

Oleh :

ABDUL MAJID

NIM 11111074

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT K.H. HASYIM

ASY’ARI DALAM KITAB ADAB AL-ALIM WA-AL

MUTA’ALLIM

  

SKRIPSI

DiajukanuntukMemperolehGelar

SarjanaPendidikan Islam

  

Oleh :

ABDUL MAJID

NIM 11111074

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

تًقْلُخ ْمٍُُىَظْحَة تًوتَمِْٔة َهِْٕىِمْؤُمْلة ُلَمْكَة

  

“Kaum mukminin yang paling sempurna imannya, adalah orang yang paling baik

akhlaknya.”

  (HR. At- Tirmidzi, No. 1082)

  

PERSEMBAHAN

  Karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1.

  Ayah dan ibu tercinta, serta adik saya Zaidatul Ulya, yang telah memberikan motivasi, mendoakan, dan mengorbankan jiwa, raga maupun material dalam jenjang pendidikan yang telah saya tempuh.

2. Bapak M. Gufron, M. Ag beserta keluarga selaku orang tua saya di Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Salatiga.

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut nama Allah swt Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang merajai semesta alam, atas rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada kekasih Allah, Muhammad bin Abdullah, sanak saudara dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang benar dengan perantaraan Islam. Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.

  Penulis perlu sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini, serta penghargaan setinggi- tingginya penulis sampaikan kepada : 3.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  4. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur PAI pada FTIK Institut Agama Islam Negeri Salatiga 6. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M. Ag selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

  7. Guru-guru yang memberikan pengetahuannya kepada saya, semoga Allah membalasnya dengan menempatkan kalian ditempat yang layak dan dibalas dengan penuh kasih sayang-Nya.

  8. Teman-teman PAI B yang mengajak untuk sesegera mungkin menyelesaikan program S1 ini.

  9. Selvi Alviana Rafida yang selalu memberikan motivasi, mendoakan dan juga mendampingi dalam segala hal.

  10. Adik-adik Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Salatiga yang selalu memberikan pembelajaran meskipun secara tidak langsung.

  Dalam penulisan skripsi ini apabila banyak kekeliruan, kekurangan dan kesalahan, itu semua karena keterbatasan kemampuan penulis, untuk itu pula kritik dan saran yang konstruktif akan penulis terima dengan senang hati.

  Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya kepada diri saya pribadi dan kepada semua pelajar pada umumnya.

  Salatiga, 5 Maret 2016 Penulis

  Abdul Majid NIM: 11111074

  

ABSTRAK

  Abdul Majid, 2016. Pendidikan Karakter Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari dalam Kitab Adab al-

  „Alim wa-al Muta‟allim. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan

  Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr. H. Miftahuddin, M. Ag

  Kata Kunci : Pendidikan Karakter, dan Kitab Adab al-

  „Alim wa-al Muta‟allim

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana biografi intelektual K.H. Hasyim Asy‟ari?; (2) bagaimana pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari yang berkaitan dengan pendidikan karakter?; dan (3) bagaimana relevansi pemikiran pendidikan karakter menurut K.H. Hasyim Asy‟ari terhadap dunia pendidikan di Indonesia?

  Penelitian ini merupakan penelitian literatur atau naskah dengan mengambil naskah tokoh K.H. Hasyim Asy‟ari, yakni Kitab Adab al-„Alim wa-al

  

Muta‟allim. Metode yang digunakan adalah analisis isi (content analisys), dengan

pendekatan historis, hermeneutika, dan fenomenologi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) K.H.

  Hasyim Asy‟ari merupakan salah satu pemikir pendidikan karakter dalam perspektif Islam sekaligus praktisi pendidikan karakter yang K.H.

  Hasyim Asy‟ari terapkan di pondok pesantren Tebuireng Jombang; (2) Pemikiran pendidikan karakter yang ditekankan K.H.

  Hasyim Asy‟ari dapat diklasikasikan menjadi dua hal, yakni :

  

pertama menjaga ketakwaan kepada Allah swt dan selalu cinta kepada Nabi, dan

kedua adab atau akhlak kepada pendidik, anak didik, teman sebaya dan juga

  terhadap kitab atau buku pelajaran; dan(3) Relevansi pemikiran pendidikan karakter K.H.

  Hasyim Asy‟ari relevan diterapkan untuk konteks Indonesia, terutama di dunia pendidikan dalam mengoptimalkan adab pendidik dan peserta didik. Pemikiran pendidikan karakter yang K.H.

  Hasyim Asy‟ari sampaikan dapat dijadikan dasar bagi pengembangan pendidikan di Indonsesia dewasa ini yang mulai memudar pendidikan karakternya.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN KELULUSAN DEKLARASI MOTTO PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI

  BAB I : PENDAHULUAN .……………………………………………………1 A.

  Latar Belakang Masalah ...........................................................................1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………..4 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………...5 D.

  Manfaat Hasil Penelitian…………………………………………………5 E. Kajian Pustaka…………………………………………………………...6 F. Metode Penelitian………………………………………………………..7 G.

  Penegasan Istilah………………………………………………………...12 H. Sistematika Penulisan……………………………………………………21

  BAB II : BIOGRAFI INTELEKTUAL K.H. HASYIM ASY‟ARI A. Keluarga K.H. Hasyim Asy‟ari…………………………………………23 1. Kelahiran K.H. Hasyim Asy‟ari………………………………...23 2. Silsilah Keluarga………………………………………………...26 3. Masa Kecil K.H. Hasyim Asy‟ari……………………………….28 4. Pengabdian dalam Masyarakat dan Negara……………………..30 B. Riwayat Pendidikan ……..……………………………………………..39 C. Karya-karya K.H. Hasyim Asy‟ari………………………………………43 BAB III : GARIS BESAR KITAB ADAB AL-ALIM WA-A L MUTA‟ALLIM DAN NILAI KARAKTER YANG TERKANDUNG DIDALAMNYA A. Garis Besar Isi Kitab Adab al-„Alim wa-al Muta‟allim………………….47

  B.

  Nilai-nilai yang Terkandung dalam Kitab Adab al-„Alim wa-al

  Muta‟allim………………………………………………………………62

  BAB IV : ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB ADAB AL- ALIM WA-A L MUTA‟ALLIM A. Analisis Pendidikan Karakter dalam Kitab Adab al-„Alim wa-al Muta‟allim………………………………………………………………70 1. Menghargai Nilai Normatif……………………………………..72 2. Koherensi atau Membangun Rasa Percaya Diri………………...78 3. Otonomi………….……………………………………………...81 4. Keteguhan dan Kesetiaan.……………………………………….86 B. Relevansi Pemikiran Pendidikan Karakter menurut K.H. Hasyim Asy‟ari dalam Dunia Pendidikan di Indonesia ………………………………… 91

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………..101 B. Saran……………………………………………………………………103 C. Penutup…………………………………………………………………104 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter telah dicanangkan sudah sejak lama sebelum datangnya

  kemerdekaan Indonesia, bahkan beberapa tokoh sebelum kemerdekaan telah mengeluarkan pendapatnya mengenai pendidikan karakter. Pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi, karena dengan pendidikan karakter dapat menghasilkan manusia yang berkualitas, kreatif, dan bertanggungjawab. Pendidikan karakter dalam perspektif Islam senantiasa menjadi sebuah kajian yang sangat menarik, bukan karena memiliki kekhasan tersendiri, namun juga karena kaya akan konsep-konsep yang tidak kalah pentingnya dengan pendidikan yang lainnya.

  Dalam khasanah pemikiran pendidikan Islam, ditemukan tokoh-tokoh besar dengan ide-idenya yang cerdas dan kreatif yang menjadi inspirasi dan member kontribusi yang besar bagi dinamika pendidikan karakter di Indonesia.

  Salah satu peran ulama sebagai tokoh Islam yang patut dicatat adalah posisi mereka sebagai kelompok terpelajar yang membawa pencerahan kepada masyarakat sekitarnya. Berbagai lembaga pendidikan telah dilahirkan oleh mereka baik dalam bentuk sekolah maupun pondok pesantren. Semua itu adalah lembaga pendidikan yang juga mengajarkan tentang pendidikan karakter dan ikut mengantarkan bangsa yang maju dan berpendidikan. Mereka telah berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan, khususnya Islam lewat karya-karya yang telah ditulis atau melalui jalur dakwah mereka.

  Sebelum kemerdekaan Indonesia, pendidikan karakter lebih diajarkan didalam pondok pesantren yang berlangsung cukup lama sampai pada akhirnya timbul pendidikan karakter yang diajarkan di lembaga pendidikan formal. Akan tetapi lembaga-lembaga formal pada waktu itu tidak bisa secara bebas mengajarkan baik pendidikan formal maupun pendidikan karakter , karena adanya peraturan dari Belanda yang waktu itu menjajah Indonesia, sehingga lembaga pendidikan formal pada waktu itu hanya menghasilkan tenaga kantor tingkat rendah dan juga dengan gaji yang jauh lebih murah.

  Meskipun pondok pesantren lebih banyak mengajarkan pendidikan karakter, bukan berarti pendidikan karakter di pondok pesantren tidak mempunyai kekurangan. Kebanyakan pondok pesantren masih juga mengajarkan karakter dengan cara menghafal dan juga pengenalan pada nilai- nilai pendidikan karakter akan tetapi belum sampai pada tingkat penghayatan nilai-nilai daripada pendidikan karakter tersebut. Jauh daripada harapan para tokoh-tokoh pendidikan karena masih belum bisa mencapai tingkat penghayatan apalagi sampai pada tingkat menjadikan nilai-nilai pendidikan tersebut sebagai komitmen pribadi dalam kehidupan sehari-hari bersama masyarakat. Jadi masih banyak kekurangan pada saat pelaksaan pendidikan karakter, sehingga diperlukan kajian lebih mendalam tentang pendidikan karakter dari beberapa literatur klasik maupun modern yang akan memberikan sumbangan terhadap pemikiran tersebut.

  K.H. Hasyim Asy‟ari adalah salah satu tokoh pendidikan Islam dan juga pendiri gerakan Nahdlatul Ulama‟ (NU). K.H. Hasyim Asy‟ari melalui kitabnya yang berjudul Adab al-

  „Alim wa-al Muta‟allim telah mengemukakan pendapatnya tentang salah satu metode pendidikan karakter menurut beliau.

  Dalam kitab karya K.H. Hasyim Asy‟ari tersebut, telah terdapat risalah pendidikan yang memuat tentang pendidikan karakter khususnya tentang nilai-nilai karakter yang harus dimiliki baik oleh pendidik maupun peserta didik. Tidak hanya peserta didik yang harus belajar mengenai pendidikan karakter, akan tetapi pendidik pun diharuskan untuk mendalami pendidikan karakter. Agar terjadi kesinambungan antara pendidik dengan peserta didik, sehingga dalam proses belajar mengajar pun tidak akan terjadi yang namanya kesalahpahaman peserta didik terhadap perilaku pendidik di dalam kelas.

  Usaha yang dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy‟ari adalah sebuah upaya untuk mempersiapkan model pembelajaran bagi pendidik dan juga anak didik dalam rangka menyiapka generasi penerus yang penuh dengan nilai-nilai pendidikan, sehingga kelak Indonesia akan mempunyai generasi yang dapat meneruskan pembelajaran karakter yang tidak hanya teoritis. Akan tetapi generasi yang penuh akan nilai-nilai penghayatan dan juga nilai-nilai prakteknya dalam bermasyarakat. Konsep inilah yang menurut penulis penting untuk kemudian dimunculkan kembali dalam konteks melanjutkan cita-cita perjuangan beliau. Menemukan kembali ruh pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari terkait dengan pendidikan karakter menjadi sebuah keharusan agar gerakan penerus bangsa menjadi penuh dengan nilai moral dan akhlak.

  K.H. Hasyim asy‟ari adalah seorang tokoh pendiri NU yang brilian dan berjasa besar tidak hanya bagi kepentingan pendidikan Islam, pesantren, NU dan pergerakan Islam tetapi juga bagi bangsa dan negara Indonesia. Membaca konsep pendidikan karakter yang yang dilakukan beliau adalah penting untuk menemukan sebuah alur pemikiran yang sebenarnya telah disiapkan olehnya. Sebagai kader pergerakan tentunya beliau mempunyai kerangka pikir yang jelas sebelum bertindak.

  Berangkat dari latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian ilmiah dengan judul Pendidikan Karakter dalam Kitab

  Adab al- „Alim wa-al Muta‟allim karya K.H. Hasyim Asy‟ari.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka selanjutnya penulis mengemukakan pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, supaya dapat mempermudah dalam proses penelitian ini. Adapun rumusan masalah penulis paparkan sebagai berikut : 1.

  Bagaimana biografi intelektual K.H. Hasyim Asy‟ari ? 2. Bagaimana pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari yang berkaitan dengan pendidikan karakter ?

  3. Bagaimana relevansi pendidikan karakter menurut K.H. Hasyim Asy‟ari terhadap dunia pendidikan di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

  Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui biografi inteletual K.H. Hasyim Asy‟ari.

  2. Menegetahui pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari yang berkaitan dengan pendidikan karakter.

  3. Mengetahui relevansi pendidikan karakter menurut K.H. Hasyim Asy‟ari terhadap dunia pendidikan di Indonesia.

D. Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: a.

  Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis berupa tambahan dokumentasi bagi khasanah Ilmu Pendidikan Islam, terutama yang terkait dengan pemikiran tokoh pendidikan Islam mengenai pendidikan karakter.

  b.

  Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rujukan bagi para pengelola lembaga pendidikan Islam terutama para pendidik untuk mengimplementasikan mutiara-mutiara pendidikan karakter yang terdapat dalam Kitab Adab al-

  „Alim wa-al Muta‟allim. Harapannya, hasil

  dari penelitian ini bisa dijadikan sebuah rujukan praktis oleh insan-insan di lingkungan pendidikan Islam.

E. Kajian Pustaka

  Saat ini buku yang secara khusus membahas tentang pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari masih sedikit apabila dibandingkan dengan pemikir lainnya. Penulis mengemukakan penelitian yang secara khusus membahas tentang biografi KH. Hasyim Asy‟ari dan pemikirannya tentang pendidikan karakter karya Samsul Ma‟arif yang berjudul “Mutiara-mutiara Dakwah K.H. Hasyim Asya‟ri” yang telah diterbitkan oleh Kanza Khasanah Bogor pada tahun 2011.

  Diantara isi karya tersebut ada yang mengandung tentang seorang nasionalis- tradisional, sosok pejuang yang brilian, muda progresif dan pemikiran- pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari tentang pemikiran agama, politik, pergerakan, pengajaran dan pendidikan.

  Hasbullah, menulis buku “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan”, di dalamnya Hasbullah mencatat pergulatan K.H. Hasyim Asy‟ari dalam mengiringi dunia pendidikan bahwa beliau berusaha menumbuhkan jiwa pemikiran dan gagasan-gagasan yang dapat membentuk pandangan hidup bagi anak didik, menanamkan sikap terbuka, watak mandiri, kemampuan bekerja sama dengan pihak lain, keterampilan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan sikap hidup yang berorientasi kepada kehidupan duniawi dan ukhrawi sebagai sebuah kesatuan dan juga menanamkan penghayatan terhadap nilai-nilai.

  Sementara Darmiyati Zuchdi dalam “Pendidikan Karakter”, memfokuskan diri pada pemikiran beberapa tokoh pendidikan dalam memelihara dan mengembangkan pendidikan karakter. Darmiyati juga membandingkan pemikiran beberapa tokoh pendidikan. Dalam hal ini Darmiyati mengemukakan bahwa karakter adalah sebuah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menjadi cirri khas seseorang yang menjadi kebiasaan yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat.

F. Metode Penelitian

  Proses dalam penelitiani ini, penulis menggunakan pendekatan dan metode sebagai acuan dalam penulisan karya tulis ini. Secara jelas penulis paparkan sebagai berikut : 1.

   Pendekatan

  Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah : a.

  Pendekatan Historis (Historical Approach) Pendekatan yang mengurai fakta-fakta pemikiran yang dilakukan oleh KH. Hasyim Asy‟ari. Pengembangan aspek historis dalam tulisan ini adalah sebuah analisis diskriptif yang akan membawa pada kesimpulan pada pola pemikiran yang dilakukan oleh KH.

  Hasyim Asy‟ari. Melalui pendekatan sejarah, peneliti dapat melakukan periodesasi atau derivasi sebuah fakta, yang melakukan proses genesis: perubahan dan perkembangan. Melalui sejarah dapat diketahui asal-usul pemikiran dari seorang tokoh. (Suprayogo dan Tobroni, 2003;65-66).

  b. Pendekatan Hermeneutika

  Menurut Suprayogo (2003;73) hermeneutika merupakan metode bahkan aliran dalam penelitian kualitatif, khususnya dalam memahami makna teks (kitab suci, buku, undang-undang, dan lain- lain) sebagai sebuah fenomena sosial budaya. Fungsi metode hermeneutika adalah agar tidak terjadi distorsi pesan atau informasi antara teks, penulis teks, dan pembaca teks. Tujuan spesifiknya adalah mengembangkan pengetahuan yang memberikan pemahaman dan penjelasan yang menyeluruh dan dan mendalam. Arti hermeneutika disini adalah analisis yang mengarah pada pembacaan teks-teks atas fakta yang terjadi dan relasi dengan konteks kesejarahannya. Pendekatan ini hanya mampu sedikit memotret dari pemikiran KH. H asyim Asy‟ari. Namun kemudian penulis akan berusaha menyajikan dengan data dan analisis yang mendetail agar mudah dipahami.

  c. Pendekatan Fenomenologi

  Fenomenologi bisa diartikan sebagai pengalaman subyektif atau studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang.

  Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga digunakan sebagai pendidikan penelitian kualitatif (Meleong, 2008;15). Metode ini digunakan untuk menghindari pembahasan yang terjebak pada aspek historis-faktual saja namun mampu menghasilkan sebuah konsep pemikiran yang integral dengan konteks yang terjadi waktu itu.

2. Sumber Data

  Data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini diperoleh dari riset kepustakaan (library research) yaitu hasil dari penelitian berbagai buku dan karya ilmiah yang ada relevansinya dengan pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari. Dalam penelitian kualitatif menempatkan sumber data sebagai subjek yang memiliki kedudukan penting. Jenis sumber data dalam penelitian kualitatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a.

   Sumber Data Primer

  Penelitian ini menggunakan sumber data primer yakni Kitab Adab

  al- „Alim wa-al Muta‟allim karya K.H. Hasyim Asy‟ari.

b. Sumber Data Sekunder

  Sumber data sekunder dalam penelitia ini adalah informasi cetak maupun elektronika, termasuk di dalamnya buku-buku yang digunakan untuk melengkapi dan mendukung data penelitian yang terkait dengan tema pendidikan karakter dan ikhwal K.H. Hasyim Asy‟ari. Dalam hal ini yang menjadi sumber data sekunder adalah buku disertasinya Samsul Ma‟arif yang berjudul Mutiara-mutiara Dakwah K.H. Hasyim Asy‟ari, Kapita Selekta Pendidikan Islam karya Abuddin Nata dan kitab Ta‟limul Muta‟allim karya az-Zarnuji Sumber data sekunder lebih dimaksudkan sebagai sejumlah dokumen pendukung. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa di teliti dan dipahami atas dasar dokumen atau arsip (Suprayogo, Tobroni;162-164).

3. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penyusunan skripsi ini, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data :

  a. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

  Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang, antara lain bukunya Jamal Ghofir yang berjudul Biografi Singkat Ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah Pendiri dan Penggerak NU,

  Ta‟limul Muta‟allim karya az-Zarnuji dan lain sebagainya.

  b. Triangulasi

  Dalam hal ini triangulasi sebagai teknik pengecekan kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiono, 2008:329-330). Trianggulasi digunakan untuk mengecek validitas data dari suatu dokumen dengan mencocokkan dengan dokumen lain. Kemudian penulis menguji kevaliditasan pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari tentang pendidikan karakter dalam kitab Adab al-„Alim wa-

  al Muta‟allim dengan buku disertasinya Samsul Ma‟arif yang

  berjudul Mutiara- mutiara Dakwah K.H. Hasyim Asy‟ari.

4. Analisis Data

  Data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analiss dengan menggunakan teknik analisa data dengan cara :

  a. Reduksi Data

  Menurut Miles dan Huberman (1992 : 19), reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

  b. Penyajian Data

  Alur penting selanjutnya penyajian data, yang dimaksud penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

  c. Menarik Kesimpulan

  Kegiatan analisa yang terakhir adalah menarik kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, seorang menganalisa kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab- akibat, dan proposisi (Miles dan Huberman, 1992:16-19).

  Dari komponen analisis di atas, prosesnya saling berhubungan dan berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung.

G. Penegasan Istilah

  Penegasan istilah dimaksudkan untuk mendapatkan kejelasan tentang judul skripsi di atas, supaya tidak terjadi kesalahpahaman maka penulis perlu memberikan batasan-batasan dan penegasan beberapa istilah yang ada di dalamnya, yaitu :

1. Pendidikan

  Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diitilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Muhadjir, 2000: 20-21).

  Ki Hajar Dewantara (1977: 20) menyatakan bahwa pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

  Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti.

  Salah satu di antaranya mengatakan bahwa pendidikan adalah hasil peradaban duatu bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya; suatu cita-cita atau tujuan yang menjadi motif; cara suatu bangsa berpikir dan berkelakuan, yang dilangsungkan turun temurun dari generasi ke generasi (Meichati, 1975: 5).

  Sedangkan menurut Nasrudin (2008-11) pendidikan adalah upaya mencerdaskan pikiran, menghaluskan budi pekerti, memperluas cakrawala pengetahuan serta memimpin dan membiasakan anak-anak menuju arah kesehatan badan dan kesehatan ruhani bangsanya.

  Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

  Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

  Sedangkan di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk, untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

  Jadi pendidikan adalah usaha maksimal yang dilakukan untuk memperluas pengetahuan, mencerdaskan pikiran, memperbaiki moral dan juga budi pekerti, serta meningkatkan potensi yang ada pada diri setiap anak didik.

2. Karakter

  Dalam kamus bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.

  Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak (Zuchdi, 2013:16).

  Alwisol menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian karena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditunjuk ke lingkungan sosial, keduanya relative permanen serta menuntun, mengarahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu

  W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwaadalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.

  Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwaadalah sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

  Jadi karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, tingkah laku, akhlak, dan kepribadian seseorang dalam menuntun, mengarahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu seseorang.

  FW. Foester seorang pedagog dari Jerman yang menekuni dimensi etis-spiritual dalam pembentukan pribadi mengungkapkan ada empat karakteristik dasar pendidikan karakter. Menurut Foester (dalam

  

, keempat karakteristik dasar tersebut

  meliputi: 1.

  Otonomi Adanya otonomi, yaitu peserta didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, peserta didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.

  2. Menghargai Nilai Normatif Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Peserta didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.

  3. Koherensi atau Membangun Rasa Percaya Diri Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.

  4. Keteguhan atau Kesetiaan Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.

3. Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Megawangi, 2004 : 95).

  Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010).

  Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Oleh karena itu pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

  Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.

  Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: a.

  Religius b.

  Jujur c. Toleransi d.

  Disiplin e. Kerja keras f. Kreatif g.

  Mandiri h. Demokratis i. Rasa Ingin Tahu j. Semangat Kebangsaan k.

  Cinta Tanah Air l. Menghargai Prestasi m.

  Bersahabat/Komunikatif n. Cinta Damai o. Gemar Membaca p. Peduli Lingkungan q. Peduli Sosial r. Tanggung Jawab

  Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.

4. K.H. Hasyim Asy’ari

  K.H. Hasyim Asy‟ari lahir dari keluarga elit kyai Jawa pada selasa kliwon, 24 Dzulqa‟dah 1287 H/14 Februari 1871 M, di pondok pesantren Gedang, desa Tambakrejo, sekitar 2 km arah utara kota Jombang. Ayahnya, Asy‟ari adalah pendiri pondok pesantren Keras di Jombang, sementara kakeknya, Kyai Usman merupakan seorang kiai terkenal dan pendiri pondok pesantren Gedang yang didirikan pada abad ke-19. Selain itu moyangnya yang bernama Abdussalam yang biasanya disebut dengan Mbah Sichah adalah pendiri pondok pesantren Tambakberas Jombang (Ghofir, 2012 : 75).

  K.H. Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yaitu sebuah organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.

  Berdirinya NU ini dibidani oleh K.H. Hasyim Asya‟ri dan K.H. Wahab

  Hasbullah tidak lepas dari pengaruh K.H. Khalil dan juga K.H. As‟ad Sa msul Arifin (Ma‟arif, 2011 : 102).

  K.H. Hasyim Asy'ari banyak membuat tulisan dan catatan-catatan. Sekian banyak dari pemikirannya, setidaknya ada empat kitab karangannya yang mendasar dan menggambarkan pemikirannya. Kitab- kitab tersebut antara lain : a.

  

Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa

Asyrathis-sa'ah wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bid'ah (Paradigma

  Ahlussunah wal Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan Penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah).

  b.

  

Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang

Terang tentang Kecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW).

  c.

  

Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi

Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi (Etika Pengajar dan Pelajar

  dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar).

  d.

  

At-Tibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan

  (Penjelasan tentang Larangan Memutus Tali Silaturrahmi, Tali Persaudaraan dan Tali Persahabatan).

  e.

   Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam‟iyyat Nahdlatul Ulama‟.

  Dari sudut intelektual K.H. Hasyim Asy‟ari diakui sebagai orang yang ahli dibidang hadits terutama Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

  Selain sebagai intelektual yang mempunyai spesialisasi, beliau adalah tokoh yang pertama kali menciptakan sistem pendidikan terutama di pesantren dengan menggunakan metode kelas.

5. Kitab Adab al-’Alim wa-al Muta’allim

  Kitab ini adalah karya K.H. Hasyim Asy‟ari. Arti kitab ini mempunyai pengertian sopan santun atau akhlak antara pendidik dengan anak didik yang sampai sekarang masih dipelajari diberbagai lembaga pendidikan. Sebagaimana judulnya, kitab ini membahas penjelasan berbagai akhlak yang berhubungan dengan pendidik dan anak didik. Kitab ini terdiri dari atas delapan bab pembahasan, dimulai dari pengenalan terhadap pengarang (

  ta‟rif al-muallif), kemudian khutbah kitab dilanjutkan dengan

  bab satu, dua, tiga, sampai delapan. Pada bagian akhir ditulis surat

  altaqariz (surat pujian dari ulama terhadap kemunculan kitab ini) dan fahrasat (daftar isi).

  Jadi yang penulis maksud dengan judul skripsi di atas adalah konsep mutiara-mutiara pendidikan karakter yang terdapat dalam Kitab

  Adab al- „Alim wa-al Muta‟allim karya K.H. Hasyim Asy‟ari.

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi merupakam suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika akan penulis jelaskan sebagai berikut :

  Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, metode dan pendekatan penelitian, penegasan istilah, sistematika penulisan skripsi.

  Bab II Biografi inteletual K.H. Hasyim Asy‟ari. Pembahasannya meliputi riwayat hidup K.H. Hasyim Asy‟ari, mulai dari keluarga, kelahiran, silsilah keluarga, pengabdian dalam masyarakat, negara, serta latar belakang pendidikan dan karyanya.

  Bab III Berisikan tentang garis besar Kitab Adab al-

  ‟Alim wa-al

Muta‟allim karya K.H. Hasyim Asy‟ari dan mutiara-mutiara pendidikan

  karakter yang terdapat dalam kitab tersebut.

  Bab IV Analisis Pendidikan Karakter di dalam kitab Adab al-

  „Alim wa- al Muta‟allim karya K.H. Hasyim Asy‟ari.

  Bab V Penutup. Dalam bab ini meliputi : Kesimpulan, Saran-saran, Penutup.

BAB II BIOGRAFI INTELEKTUAL K.H. HASYIM ASY’ARI Uraian biografi intelektual K.H. Hasyim Asy‟ari disusun dengan rangkaian sebagai berikut: (a) keluarga; (b) riwayat pendidikan; dan (c) karya-karyanya. A. Keluarga K.H. Hasyim Asy’ari 1. Kelahiran K.H. Hasyim Asy’ari K.H. Hasyim Asy‟ari adalah salah satu tokoh yang penting di Indonesia. Beliau adalah salah satu tokoh yang mendapatkan gelar Pahlawan dimata

  pemerintah, beliau adalah pendiri organisasi yang untuk saat ini dianggap terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (1926).

  K.H. Hasyim Asy‟ari lahir dari keluarga elit kyai Jawa pada selasa kliwon, 24 Dzulqa‟dah 1287 H/14 Februari 1871 M, di pondok pesantren Gedang, desa Tambakrejo, sekitar 2 km arah utara kota Jombang. Ayahnya, Asy‟ari adalah pendiri pondok pesantren Keras di Jombang, sementara kakeknya, Kyai Usman merupakan seorang kiai terkenal dan pendiri pondok pesantren Gedang yang didirikan pada abad ke-19. Selain itu moyangnya yang bernama Abdussalam yang biasanya disebut dengan Mbah Sichah adalah pendiri pondok pesantren Tambakberas Jombang (Ghofir, 2012 : 75).

  K.H. Hasjim Asy'ari memiliki garis keturunan baik da juga mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, (Lembupeteng), yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir. Jaka Tingkir adalah Raja Pajang pertama (tahun 1568 M) dengan gelar Sultan Pajang atau Pangeran Adiwijaya.

  Brawijaya V memiliki beberapa putera, diantaranya adalah dikenal dengan sebutan Joko Tingkir atau Mas Karebet. Istilah Joko Tingkir menunjukkan asal usulnya, yakni seorang pemuda yang berasal dari Tingkir, sebuah perkampungan dekat Salatiga. Sedangkan, istilah Karebet merupakan penanda bahwa ia berasal dari keturunan priati, pangeran, atau anak bangsawan. Joko Tingkir kemudian dinikahkan dengan putri Sultan Trenggono, seorang raja ketiga pada Kerajaan Islam Demak. Kepahlawanan dan jasa Joko Tingkir terhadap Islam antara lain ia mampu mengislamkan rakyat Pasuruan.

  Dalam riwayat hidupnya, K.H. Hasyim Asy‟ari pernah menikah sebanyak empat kali, semuanya istrinya adalah anak kiai. Keempat istrinya tersebut adalah Khadijah putrid Kiai Ya‟kub dari pondok pesantren Siwalan Panji Sidoarjo, Nafisah putri Kiai Romli dari Kemuning Kediri, Nafiqah putri Kiai Ilyas daei Sewulan Madiun, Masrurah putrid saudara Kiai Ilyas pemimpin pondok pesantren Kapurejo Kediri. Pertama, pernikahannya dengan Khadijah mempunyai seorang putra laki-laki bernama Abdullah, namun ia meninggal ketika masih bayi. Kedua, pernikahan dengan Nafiqah, K.H. Hasyim Asy‟ari mempunyai 10 orang putera, yaitu Hannah, Khairiyah (Ummu Abd Djabbar), A‟isyah (Ummu Muhammad), Ummu Abdul Haq, A. Wahid Hasyim, A. Hafidz Hasyim, A. Karim Hasyim, Ubaidillah, Masrurah, dan Yusuf Hasyim. Ketiga, pernikahannya dengan Masrurah mempunyai putera, yaitu A. K adir Hasyim, Fatimah Khadijah, dan Ya‟kub (Ghofir, 2012 : 76-77).

  Pernah terjadi dialog yang mengesankan antara dua ulama besar, K.H. Hasyim Asy‟ari dengan K.H. Mohammad Cholil, gurunya. “Dulu

  

saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya nyatakan bahwa saya

adalah murid Tuan

  ,” kata Mbah Cholil, begitu Kyai dari Madura ini populer dipanggil. Kyai Hasyim menjawab, “Sungguh saya tidak

  

menduga kalau Tuan Guru akan mengucapkan kata-kata yang demikian.

Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan