KONSBP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ISLAM (Kajian Pemikiran A1 Ghazali dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin) - Test Repository

  Perpustakaan STAIN Salatiga liiiiiiiiiiiiin

  07T D 1 0 1 0 8 19 .0 1

KONSBP PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM ISLAM

(Kajian Pemikiran A1 Ghazali dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin)

  

S K R I P S I

D iajukan U n tu k M em en u h i K ew ajiban dan M elen gk ap i Syarat

G una M em peroleh Gelar Sarjana Strata I

D a la m Ilm u Tarbiyah

  

D isu su n O l e h :

M. KHOIRUL KHADIRIN

NIM. I l l 02 081

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2 0 0 7

  DEPARTEMEN A G A M A Rl SEKOLAH TIN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706 , 323433 Salatiga 50721 Website :

  

DEKLARASI

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 26 September 2007 Penulis,

  M. Khairul Khadirin

  NIM. I l l 02 081 DEPARTEMEN A G A M A Rl SEKOLAH TIN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 W ebsite:

  Drs. H. A. MAHZUMI, M.A DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudara M. KHOIRUL KHADIRIN Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu'alaikunu Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : M. KHOIRUL KHADIRIN

  NIM : 111 02 081 Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul : KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

  ISLAM (KAJIAN PEMIKIRAN AL GHAZALI DALAM KITAB IHYA' ULUMUDDIN)

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu'alaikum, wr, wb

  Salatiga, 21 September 2007 Pembimbing

  Drs. H. A. Mahzumi, M.A NIP. 150 203 325 DEPARTEMEN A G A M A Rl SEKOLAH TIN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706 , 323433 Salatiga 50721 Website :

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara : M. KHAIRUL KHADIRIN dengan Nomor Induk Mahasiswa :

  

111 02 081 yang beijudul : "KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

  

ISLAM (KAJIAN PEMIKIRAN AL GHAZALI DALAM KITAB IHYA

'ULUMUDDIN)", Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan

  Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Senin, 01

  

Oktober 2007 yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428 H dan telah

  diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

  01 Oktober 2007 M Salatiga, ----------------------------------

  19 Ramadhan 1428 H Panitia Ujian

  Sekretaris Sidang

  D/s. Imam Sutomo, M.A<j Dr. Muh. Saerozi M.Ag

  NIP. 150 2 1 6 8 14 NIP. 150 2 4 7 0 1 4 Penguji I

  Penguji II

  Muna Erawati M.Si

  NIP. 150 293 624

  

Drs. H. A. Mahzumi, M.A

  NIP. 150 2 0 3 3 2 5

  

MOTTO

Y a A l l a h b e r ila h a k u p e tu n j u k k e p a d a b u d i p e k e r ti y a n g

t e r m u lia , s e b a b tid a k a d a y a n g d a p a t m e n u n j u k k a n k e p a d a k u k e c u a li

h a n y a E n g k a u , d a n h in d a r k a n la h a k u d a r i b u d i p e k e r ti y a n g b u r u k ,

s e b a b t id a k a d a y a n g d a p a t m e n g h in d a r k a n d a r i k e b u r u k a n itu , k e c u a l i

h a n y a E n g k a u . ( H .R . I b n u M a ja h d a ri A l i b in A b i T h a lib r.a)*

  PERSEMBAHAN Skjipsi ini penuCis persem6ah^gn ^epada:

  

1. J46i EC. Sayyidina Xfiamzah dan V m i ECj. ECasriyafi

yang setaCu mensupport penuCis 6ai CaHir maupun ^ 6atin.

  

2. (Romo %H. Zoemri RVi/S w a flhCuC (Bait dan % < K .

  J4 6duCCafi saCam w a jAhtuC (Bait seCafcu Rois (pondoR, (pesantren TarCiyatuC Islam J4CEaCah.

  

3. lM6a' ECCa dan ade'^u N ur Xfianifah yang sCaCu

menyayangiku.

  4. L id EauziyaH yang sCaCu mendampingiCu 6ai £

  ^ daCam suCg dan du^a.

  

5. Safa6at-safia6at seperjuangan di (Pondo (pesantren

£

  TarSiyatuC Islam J4C EaCafi

6. Segenap eCuarga Xfaseman .

KATA PENGANTAR

  Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penuli terutama dalam menyusun skripsi ini dan dengan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak skripsi ini dapat tersusun. Oleh karena itu penulis mengucapkan jazakumullah khoiro jaza' kepada:

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M. Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Fathurohman, M. Pd., selaku Ketua Progdi PAI.

  3. Bapak H. A. Mahzumi, M.Ag., dengan penuh kesabaran berkenan membimbing penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai.

  4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik bersifat materil maupun spiritual.

  5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberi bekal ilmu dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

  __

  M \ j j > j>-\

  Salatiga, 26 September 2007 Penulis

  M. Khairul Khadirin

  

DAFTARISI

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  BAB II MENGENAL AL GHAZALI C. Keraguan yang Menimpanya ..................................................... 39

  

  

  

  

  

  I. Pandangan Ahli Terhadap A1 Ghazali dalam Bidang

  BAB III KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK ISLAM MENURUT AL GHAZALI DALAM KITAB IHYA' ULUMUDDIN A. Konsep Pendidikan Akhlak A1 Ghazali dalam Kitab Ihya'

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ISLAM A. Analisis Konsep Pendidikan Akhlak Islam Menurut A1 Ghazali.. 87

  1. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak

  88

  

  

  

  

  

  

  

  B. Relevansi Konsep Pendidikan Akhlak Islam dalam Konteks

  BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA D AFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad diyakini dapat

  menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.

  Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, nampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, anti feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya.

  Umat Islam dalam prakteknya menampilkan keadaan yang berbeda dari cita-cita ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan umat Islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji hanya berhenti sebatas membayar kewajiban dan menjadi lambang keshalehan. Buah dari ibadah yang berdimensi kepedulian sosial sudah kurang nampak. Di kalangan masyarakat telah terjadi kesalahan dalam

  2

  memahami simbol-simbol keagamaan itu. Agama lebih dihayati sebagai penyelamatan individu dan bukan sebagai keberkahan sosial secara bersama.

  Seolah Tuhan tidak hadir dalam problema sosial, kendati nama-Nya semakin rajin disebut di mana-mana. Pesan spiritualitas agama menjadi mandeg, terkristal dalam kumpulan mitos dan ungkapan simbolis tanpa makna. Agama tidak muncul di dalam satu kesadaran kritis terhadap situasi aktual.

  Sekarang, sudah saatnya kita mengembangkan indikasi keberagaman yang berbeda selama ini. Meningkatnya jumlah orang mengunjungi rumah- rumah ibadah, berduyun-duyunnya orang pergi haji, dan sering munculnya tokoh-tokoh dalam acara sosial agama, sebenarnya barulah indikasi permukaan saja dalam masyarakat. Indikasi semacam ini tidak menerangkan tentang perilaku keagamaan yang sesungguhnya. Nilai-nilai keagamaan menjadi pertimbangan utama dalam berpikir maupun bertindak oleh individu maupun sosial.

  Jika ada suatu penyimpangan akhlak seperti masalah pelacuran, maka hal demikian dinilai sebagai perbuatan haram yang hams diberantas. Padahal dengan diberantasnya masalah tersebut belum tentu dapat mengatasi masalah, terkait dengan keimanan yang tipis, kurangnya pengetahuan, keterampilan dan sempitnya lapangan kerja'.

  Dari permasalahan ini saya mencoba mendeskripsikan secara umum mengenai Pendidikan Akhlak Islam, yang membahas bagaimana mengendalikan kehendak nafsu manusia yang sering menghanyutkan manusia 1

  Metodologi Studi Islam, 1 Abuddin Nata, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, him.

  3

  kepada hal-hal yang negative dan merugikan, bagaimana suatu akhlak manusia itu benar-benar menjadi akhlak karimah. Ini dilakukan agar akhlak bangsa dan kaum muda yang saat ini akhlaknya hancur dapat diluruskan kembali.

  Kehancuran akhlak yang dihadapi oleh Islam seperti kehancuran akhlak bangsa Romawi dan Persia, tidak memberi jaminan untuk melakukan perbuatan yang manusiawi, kecuali petunjuk agamanya. Dalam agama yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki akhlak manusia, antara lain anjuran untuk selalu bertobat, bersabar, bertawakal, mencintai orang lain, mengasihani dan menolongnya. Anjuran-anjuran itu, sering didapatkan dalam ayat-ayat Qur’an, sebagai nasihat bagi orang-orang yang sering melakukan perbuatan buruk. Ini terbukti bahwa akhlak buruk dapat didik menjadi baik, kecuali tingkatan akhlak yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya. Tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut al-jahiluddhollulpaasikusyarir.2

  Dengan bekal ilmu akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang buruk, juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad, taufik, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan hidup oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati.

  4

  Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha Allah dan selalu disenangi oleh sesama makhluk.

  Walaupun demikian, untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan dan ridha Allah tidak mudah. Manusia harus dapat memilah mana yang buruk dan mana yang baik. Membedakan keduanya berarti dapat menilai. Apabila orang dapat berpegang pada kebaikan dan membuang keburukan, inilah jalan kelurusan. Lebih lanjut seseorang dapat memilih yang baik dan kemudian meninggalkan tindakan yang buruk. Orang yang sudah mencapai pemilihan terhadap kebaikan, diupayakan ada proses keyakinan dan menjadikan dirinya kontinuitas (terns menerus) dalam tindakan untuk membiasakan diri pada kebaikan, akhirnya dapat menumbuhkan kegemaran/ Kesempumaan akhlak manusia dapat dicapai melalui dua jalan.

  

Pertama, melalui kurnia Tuhan yang mencipta manusia dengan fitrahnya yang

  sempuma, akhlak yang baik, nafsu syahwat yang tunduk kepada akal dan Agama. Manusia tersebut dapat memperoleh ilmu tanpa belajar dan terdidik tanpa melalui proses pendidikan. Manusia yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah para Nabi dan Rasul Allah. Kedua, akhlak melalui cara berjuang secara bersungguh-sungguh (mujahaddah) dan latihan (riyadah) yaitu membiasakan diri melakukan akhlak-akhlak mulia. Ini yang dapat dilakukan oleh manusia biasa dengan belajar dan latihan.

  Akhlak mulia juga dapat dipupuk melalui proses melawan hawa nafsu. Seseorang memiliki akhlak mulia selagi dia berjalan melawan dan dapat 3

  5

  menundukkan hawa hafsunya. Menundukkan hawa nafsu bukan bermakna membunuhnya tetapi hanya mengawal dan mendidiknya agar mengikuti panduan akal dan agama. Menundukkan hawa nafsu merupakan satu pekerjaan yang sangat sukar. Sebab hawa nafsu ini sendiri merupakan sebahagian dari diri kita dan keberadaannya tetap diperlukan. Disinilah letak kesukaran menundukkannya. Rasulullah menyifatkan hawa nafsu sebagai musuh yang paling besar.

  Jika membahas persoalan pendidikan akhlak atau akhlak, maka dalam pembahasan ini tidak akan terlepas dari beberapa pembahasan lain yang saling memberikan pengaruh. Di antara beberapa pembahasan yang akan diberikan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pendidikan yang ditawarkan Islam.

  Selama ini pendidikan kita lebih banyak menggunakan literatur barat yang steril dan terlepas dari nilai-nilai, penanaman keimanan dan keislaman.

  Oleh karena itu sumber-sumber informasi perlu diseimbangkan dengan banyak menulis literatur ilmu pengetahuan berdasarkan nilai-nilai Islam, tapi hal itu bukan berarti mendikotomikan antara umum dan ilmu-ilmu agama.

  Pendidikan yang hanya terbatas pada belantara kulit-kulit teori hanya akan melahirkan pendidikan yang bersifat dogmatis tidak kreatif. Sebaliknya pendidikan yang berwawasan nilai, secara metodologis tidak hanya merupakan transformasi dan proses intruksional melainkan sampai pada proses intemalisasi dan trans-intemalisasi nilai. Pendidikan berwawasan nilai akan meletakkan kebenaran ilmiah adalah pada kebenaran yang bersifat

  6 hipotetika-verifikatif yang selalu mendorong para ilmuwan untuk meneruskan kebenaran yang telah diajukan oleh para ilmuwan lain.

  Sedangkan kaitannya dengan nilai Ilahiyah dalam pendidikan yang berwawasan nilai tidak berhenti sampai pada apa yang disebutkan di atas, namun sampai pada tataran hakikat dan ma'rifat dan nilai seperti itulah yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam.

  Menurut Achmadi Pendidikan ialah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).4 Pendidikan juga diartikan sebagai upaya sadar mengembangkan seluruh potensi keperibadian individu manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi, guna mencapai kehidupan pribadi sebagai nafsun thaibun warabbun ghaffur, kehidupan keluarga yang ahlun thaiyibun warabbun ghafur, kehidupan masyarakat sebagai qoryatun thaibatun wararabbun ghafur serta kehidupan bernegara sebagai baldatun thaibatun warabbun ghafurr. Gambaran ini akan terjadi jika acuan pendidikan adalah pendidikan al-akhlak al-karimah dengan pembinaan amar ma'ruf nahi munkar.

  Pendidikan Islam yang menanamkan kemuliaan dan perasaan terhormat ke dalam jiwa manusia, bahkan kesungguhan untuk mencapainya. Dalam hal ini akan ditemukan pemahaman yang lebih mendalam dari pendapatnya, menurutnya tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kehebatan, kemegahan, kegagahan atau

  Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan,

4 Achmadi, Aditya Media, Yogyakarta,

  7

  mendapatkan kedudukan dan menghasilkan uang. Karena kalau pendidikan tidak diarahkan kepada mendekatkan diri kepada Allah, akan menimbulkan kedengkian, kebencian dan permusuhan. Lebih lanjut bahwa orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhirat, sehingga orang itu derajatnya lebih tinggi di sisi Allah dan lebih luas kebahagiaannya di akhirat. Ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan menjadikan dunia itu sebagai alat.

  Tercapainya kedewasaan adalah tujuan utama pendidikan yaitu tercapainya titik optimal dari perkembangan sesama potensi manusia, baik fisikal maupun spiritual.5 Ungkapan ini menunjukkan bahwa seharusnya pendidikan bertujuan mengarahkan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia yang seimbang dengan kehidupan akhirat.

  Sesuai dengan hakekat bahwa manusia diciptakan untuk belajar sepanjang hayat dan karena lingkungan selalu berubah selama manusia ini ada, maka pendidikan itu harus berlangsung seumur hidup (long life

  education ).6

  Anak belajar melalui peroses panjang yang dimulai dari keluarga, sebagaimana pendapat A1 Ghazali:

  "Anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya suci bagaikan mutiara indah, tanpa ukiran dan gambar. Apabila dibiasakan dengan kebaikan, niscaya akan berkembang di dalamnya...dan apabila

  Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam

5 Chabib, Thoha, , Pustaka Pel ajar, Yogyakarta, 1996, him. 21.

  8 dibiasakan dengan hal-hal yang kurang baik (buruk), atau dibiarkan saja niscaya akan rusakpekertinya.... "7

  Seorang anak tergantung kepada orang tua dan pendidikannya. Hati seorang anak itu bersih, mumi, laksana permata yang amat berharga, sederhana dan bersih dari gambaran apapun, dalam kata lain adalah fitrah. Jika anak menerima ajaran yang baik dan kebiasan hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat, maka anak itu akan berakhlak jelek.

  Dalam hal ini dapat dilihat peran teori fitrah dalam pembentukan manusia yang paripuma, sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yaitu untuk mendidik warga negara mu'min dan masyarakat muslim agar dapat merealisasikan ubudiah kepada Allah semata. Dan dengan terealisasikannya atau termanifestasikan nilai penghambaan seseorang dalam kehidupannya, maka ia akan menjadi individu yang baik dan berakhlak karimah.

  Dan ini tidak bisa lepas dari pada fungsi agama, terutama Islam, di mana agama sebagai directive system dan defensive system dalam kehidupan yang juga sebagai supreme akhlakity yang memberikan landasan dan kekuatan etik spiritual masyarakat, ketika mereka berdialektika dalam proses perubahan.

  Maka pendidikan agama memegang peranan yang amat penting dan strategis dalam rangka mengaktualisasikan ajaran-ajaran, nilai-nilai luhur dan mensosialisasikan serta mentransformasikan nilai-nilai itu dalam dunia pendidikan, yang selanjutnya akan dimanifestasikan oleh peserta didik pada konteks dialektika kehidupan, untuk membentuk insan kamil.

  9

  Keberhasilan pendidikan tersebut diharapkan akan menghasilkan generasi Islam yang shaleh dan berakhlak luhur dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam surat A1

  Baqarah ayat 30:

  • . . ^ A A l J 6 Slj

  /T / /

  Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

  "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. "8

  Oleh karena itu pengorientasikan hidup yang lebih kekal dan abadi begitu pentingnya dalam dunia pendidikan. Karena pendidikan mempunyai andil dalam merubah watak anak terdidik untuk menjadi lebih baik.9

  Oleh karena itu kesimpulan yang mengorientasikan akhirat dapat dimanifestasikan dalam praktek pendidikan akhlak dalam Islam agar makna sebuah ilmu pengetahuan mempunyai konsekwensi terhadap pembentukan watak akan mengatualisasikan dirinya dalam kehidupan yang tidak lepas dari nilai-nilai hakiki.

  Oleh karena itu suatu komponen yang dapat mewamai konsep pendidikan dalam Islam. Adapun fungsi pendidikan tersebut adalah:

  1. Menyiapkan generasi penerus tersebut untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa akan datang, yang berarti kekalnya peranan-peranan itu dalam kekalnya peradaban.

  8 Departemen Agama RI, A l Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989, him. 13

  10

  2. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan- peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.

  3. Hendaklah nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi mutlak bagi kelanjutan hidup {survival) suatu masyarakat dan peradaban.10 1

  1 Sejalan dengan dasar pondasi konsep Imam A1 Ghazali, pendidikan dalam Islam bertujuan untuk pemeliharaan dan penguasaan sifat dan potensi insani sehingga dapat menumbuhkan kesadaran untuk menemukan kebenaran dan bukan bertujuan melebur nilai dan potensi insani ke dalam sifat dan potensi malakiyah (malaikat).

  Konsep ini diterapkan dalam pendidikan Islam adalah berfungsi sebagai sarana proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi insani untuk menumbuhkan kesadaran dalam mencari kebenaran, karena itu sendiri upaya semaksimal mungkin dari manusia agar hidup lebih kritis dinamis dalam bingkai ilmu kondisi fhal) dan perbuatan (amal). Karena anak harus sempurna dalam kehidupannya dan mempunyai pribadi yang indah sebagai modal mencapai kebahagiaan hidup yang abadi yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.11

  Pada sisi lain pendidikan dalam Islam dan pendidikan pada umumnya adalah berintikan pada perubahan yaitu membuat kondisi menjadi lebih baik dari pada kondisi yang sudah ada. Maka dari itu perlu dikaji ungkapan Imam A1 Ghazali tentang pendidikannya adalah:

  Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam

10 Hasan Langgulung,

  , A1 Ma'arif, Bandung, 1980, him. 92

  11 "Apabila budi pekerti atau akhlak dapat menyelamatkan anak dari neraka dunia, maka menyelamatkannya dari neraka akhirat lebih penting, dengan mendidiknya, membersihkan jiwanya, mengajarkan tata krama kepadanya, menghindarkan diri dari pergaulan yang kurang baik, membiasakan hidup sederhana, menghindarkannya dari kenikmatan duniawi dan kemewahan agar anak tidak menghabiskan umurnya (di masa tuanya nanti) untuk mencarinya hingga mengalami atau merasakan kerusakan yang abadi. ”‘2

  A1 Ghazali merupakan profil ulama ideal sebagai guru umat Islam yang pemikirannya dalam berbagai hal dapat menjembatani kontrofersi antara sains dan relegius mempertahankan konsep tradisional, mengembangkan konsep kekinian, dan meramu konsep penyeimbangan antara fungsi otak dan hati.

  Dari problematika di atas, penulis ingin mengangkat seorang figur klasik yaitu A1 Ghazali. Dikenal sebagai seorang teolog, filosof, dan sufi dari aliran Sunni, terutama dalam permasalahan akhlak, baik kaitannya dengan pendidikan maupun mu'amalah dalam masyarakat secara filosofis teoritik dan aplikatif.

  Sebelum diselami secara mendalam pemikiran A1 Ghazali tentang pendidikan akhlak penting untuk mengetahui terlebih dahulu beberapa pemikirannya. Hal ini untuk memudahkan menganalisis pemikiran tentang pendidikan akhlak dalam Islam.

  Pertama tentang tujuan manusia. A1 Ghazali menerangkan bahwa tujuan manusia sebagai individu adalah mencapai kebahagiaan dan kebahagiaan yang paling utama harus diketemukan di kehidupan yang akan datang, sarana utama kepada tujuan itu ada dua macam amal baik lahiriah berupa ketaatan kepada aturan-aturan tingkah laku yang diwahyukan dalam kitab suci dan upaya 1

  2

  12

  batiniah untuk mencapai keutamaan jiwa. Amal baik lahiriyah bermanfaat karena ketaatan di samping dibalas langsung untuk kebaikan itu sendiri, juga mendukung akan perolehan keutamaan, namun kondisi batin lebih penting dalam pandangan Tuhan daripada amal baik lahiriyah dan lebih mendatangkan pahala keutamaan. Di samping itu berpendapat bahwa kejahatan dan kebaikan hanya dapat diketahui melalui wahyu (dan tidak melalui rasio alamiah).

  Dalam masalah keutamaan, A1 Ghazali menyamakan dengan ketaatan kepada Tuhan, dan karenanya pengkajian tentang keutamaan Islami secara mendasar merupakan deskripsi tentang cara yang tepat untuk melaksanakan perintah- perintah Tuhan, A1 Ghazali selanjutnya membagi perintah-perintah ini kepada dua bagian, yaitu yang berkaitan dengan Tuhan (hablum min Allah). Dan hubungan manusia kepada sesamanya (hablum min an-Nas). Kelompok pertama disebut perbuatan-perbuatan penyembahan (ibadat), seperti shalat, bersuci, zakat, puasa dan haji. Pembagian ini dapat dilihat dalam Ihya

  

‘Ulumuddin jilid pertama. Adapun kelompok kedua adalah adat (adah)

  semacam makanan, perkawinan, transaksi yang diperbolehkan dan dilarang dan adab musyafir (bepergian). Ini dapat dilihat dalah Ihya ‘Ulumuddin jilid kedua. Sedangkan puncak daripada keutamaan dan kebahagian tertinggi adalah melihat Tuhan atau berdekatan dengan-Nya, interprestasi ini hanya dapat dilakukan oieh orang-orang yang benar-benar terpelajar (ulama) bukan ahli hukum, teolog maupun filosof, melainkan hanya ahli tasawuf (mistik).

  A1 Ghazali membahas keutamaan ini dalam R ub’u IV dari Ihya

  

1Ulumuddin , yang dapat dilihat dalam Ihya ‘Ulumuddin jilid ketiga dan empat

  13

  juga dapat pula dilihat dalam kitab al-Arba' in Fi Ushul Al-Din yang merupakan sebuah penyingkapan dari Ihya ‘Ulumuddin. Sedangkan pembahasan A1 Ghazali tentang akhlak dapat dilihat dalam kedua kitabnya Ihya ‘Ulumuddin dan Mizan al-Amal.

  Secara aplikatif dapat dilihat sebagaimana ia uraikan dalam Ihya

  

‘Ulumuddin tentang kajian beliau mengenai amal perbuatan manusia (al-

akhlaq al-insaniah). Menurut pendapat A1 Ghazali, bahwasanya semua

  tingkah laku dan perbuatan manusia baik yang bersifat baik atau buruk adalah bersumber pada maka syaitan membawa satu bawaan atas akal dan memperkuat daya tariknya.

  Ide-ide fundamental ini memiliki peranan penting dalam kontruksi akhlak tasawuf A1 Ghazali yang semata-mata bergantung pada rahmat Tuhan.

  Dan dari filsafat pemikiran itu dapat dimengerti kenapa beliau bersikap demikian, memang ini merupakan hasil dari tahun-tahun terakhir kehidupannya, ketika ia menjalani kehidupan mistiknya, perhatian utamanya selama periode ini adalah kesejahteraan manusia di akhirat dan itulah yang mendasari teori akhlaknya mumi bercprak religius dan mistik.

  Dari permasalahan di atas dapat ditarik benang merah antara permasalahan pendidikan yang tidak beres ini, dengan pengalaman A1 Ghazali dan karangan-karangan beliau yang berkaitan dengan akhlak, yaitu kosongnya pendidikan dari nilai-nilai akhlak mulia, suri tauladan dari guru. Yang berdampak pada murid-muridnya dalam mencapai tujuan pendidikan, hingga

  14 bisa dikatakan pendidikan telah gagal dalam membentuk peserta didik yang memiliki akhlak, dan budi pekerti yang baik

  Konsep pendidikan A1 Ghazali tampaknya masih tetap dapat dijadikan altematif modal pendidikan dalam keluarga yang cukup relevan sampai saat ini. Untuk dapat mencapai cita-cita pendidikan dalam mewujudkan konsep nilai pendidikan diperlukan sikap positif. Sikap dituntunkan dalam Al-Qur'an dalam surat A1 Insyirah ayat:7-8 O s s s s

  / / Artinya: "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah

  dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap"u

  Maksudnya jika telah selesai suatu tugas dalam hal ini adalah konsep pendidikan tersebut merupakan faktor yang harus diamalkan ilmunya setiap waktu. Dengan melihat realita pendidikan yang belum dapat mewujudkan nilai-nilai pendidikan itu secara praktis maka penulis berupaya mengkaji A1 Ghazali yang penulis bert judul: "KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK

  DALAM ISLAM (Kajian Pemikiran A l Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin) "

B. Penegasan Judul

  Agar mudah dipahami dan untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap judul skripsi ini, maka penulis berusaha menjelaskan maisng-masing kata yang dipandang perlu supaya pengertiannya menjadi 1

  3

  15

  lebih jelas dan mudah dalam memahaminya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

  1. Konsep Konsep ialah pengertian, pendapat paham rancangan cita-cita yang telah ada dalam pikiran.14 1 Dalam hal ini adalah pemikiran, gagasan, atau

  5 pendapat A1 Ghazali.

  2. Pendididikan Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak atau akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan akhlak dapat juga diartikan sebagai berikut: a. Perbuatan (hal, cara) mendidik.

  b. Pengetahuan tentang pendidikan (Ilmu, ilmu didik, ilmu mendidik).

  c. Pemeliharaan (latihan-latihan) badan, batin dan jasmani.13 Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan, dan pencerahan pengetahuan.

  3. Akhlak A1 Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin menerangkan tentang definisi akhlak sebagai berikut:

  Akhlak adalah perilaku jiwa, yang dapat dengan mudah melahirKan perbuatan-perbuatan, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila perilaku tersebut mengeluarkan beberapa perbuatan baik dan terpuji, baik menurut akal mau-pun tuntunan agama, perilaku tersebut dinama/can akhlak yang baik Apabila perbuatan yang dikeluarkan itu jelek, maka perilaku tersebut dinamakan akhlak yang jelek.

  Kamus Umum Bahasa Indonesia,

  14 W.J.S. Purwodarminto, Balai Pustaka, Jakarta, 1948, him. 520

  16

  4. Islam Kata "Islam" dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwama Islam. Pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam.16 Pendidikan Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah kebersamaan dan sumber daya insani, agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengenalkan ajaran-ajaran Islam.17

  5. A1 Ghazali Nama as liny a Abu Hamid Muhammad bin Muhammad A1 Ghazali.

  Ia lahir di Tusi salah satu kota di wilayah Khurasan di Persia pada tahun 450 H/1065 M.18 Jadi jelas yang dimaksud dengan konsep pendidikan akhlak dalam

  Islam adalah suatu upaya dalam pendidikan Islam dengan menitikberatkan terwujudnya nilai-nilai pendidikan, pemikiran, gagasan atau pendapat A1 Ghazali mengenai pendidikan akhlak yang dikaji dalam karya terbesamya yakni kitab Ihya 'Ulumuddin sebagai rujukan agama.

C. Pokok Permasalahan

  Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak dalam kitab Ihya' Ulumuddin?

  Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,

  16 Ahmad, Tafcir, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, him. 24 Ilmu Pendidikan Islam I,

  17 Achmadi, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Salatiga, 1987, him. 10 Sufi dari Zaman keZaman, 18 Abu A1 Qafa' A1 Ghonimi, Pustaka, Bandung, 1985, him.

  17

  2. Bagaimana konsep pendidikan akhlak dalam Islam menurut A1 Ghazali?

  3. Bagimana relevansi konsep pendidikan akhlak dalam Islam menurut A1 Ghazali dalam konteks kekinian?

D. Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian mempunyai tujuan yang hendak dicapai.

  Adapun dalam penelitan ini tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab lhya 'Ulumuddin.

  2. Untuk mengetahui pemikiran A1 Ghazali tentang konsep pendidikan akhlak dalam Islam.

  3. Untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak dalam Islam dalam konteks kekinian.

  E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:

  1. Memberikan sumbangan kepada ilmuwan sejarah, memperluas cakrawala dan mendalami bidang yang menjadi spesialisnya yaitu konsep A1 Ghazali dalam pendidikan akhlak.

  %

  2. Bagi pendidikan Islam, penelitian ini menjadi salah satu sumbangan pemikiran bagi perbaikan pendidikan Islam di masa yang akan datang untuk mewujudkan manusia seutuhnya (insan kamil) dengan mempertahankan konsep hidup yang selalu berdasarkan ilmu yang

  18

  sekaligus menjadi pijakan dalam kehidupan di dunia dan bimbingan menuju Ilahi Rabbi.

F. Metode Penelitian

  Adapun metode yang diterapkan meliputi hal-hal sebagai berikut:

  1. Sumberdata

  a. Sumber Data Primer Karena sifat dari penelitian ini literer, maka datanya bersumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah Ihya

  'Ulumuddin hasil karya Imam A1 Ghazali.

  b. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan mencari data yang berupa transkrip, buku, majalah, dokumentasi dan sebagainya.19 Atau dengan meminjam istilah Sutrisno Hadi "Research Kepustakaan".20 Melalui beberapa langkah sebagai berikut:

  1) Mencari buku-buku di perpustakaan yang ada hubungannya dengan pokok masalah.

  2) Mengkonsultasikan atau mencari penyesuaian dengan biografi yang umum atau khusus, seperti ensiklopedi, buku pegangan, sistematis, monografi, sejarah, filsafat, karangan khusus karya tokoh-tokoh pribadi dan sebagainya.

  Prosedur Penelitian,

  

19 Suharsimi Arikunto, Bina Aksara, Jakarta, 1987, him. 34

Metode Research 1,

  20 Sutrisno Hadi, Yayasan Penerbitan Fakultas Psykologi UGM,

  19

  3) Membuat dan menyusun catatan kemudian dikonsultasikan dengan buku-buku metodik yang bersangkutan.21

  2. Analisis data Mengingat objek skripsi ini adalah buku-buku “literature” yang termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan maka penelitiannya adalah “Research Kepustakaan”.22 Untuk memperoleh data pemikiran A1 Ghazali tentang konsep pendidikan akhlak dalam Islam maupun data tentang masalah pendidikan. Untuk mencari interprestasi yang tepat mengenai pemikiran A1 Ghazali tentang konsep pendidikan akhlak penulis menggunakan metode analisis deduktif, metode berfikir dengan menerangkan hubungan persamaan.23 Hasil dari interprestasi ini kemudian ditarik generalisasi dalam prespektif masalah pendidikan akhlak dalam

  Islam dalam hubungan antara keduanya (induksi) dapat disimpulkan suatu sintesis (generalisasi yang baru).

  Agar memperoleh makna dan pemikiran yang kongkrit sebagai pandangan A1 Ghazali tentang konsep pendidikan akhlak dalam Islam, penulis menggunakan metode interpretasi yaitu karya tokoh Islami untuk menangkapi arti dan nuansa yang dimaksud tokoh secara khas.24

  2'Anton Bakker, Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990, him. 11

22 Sutrisno Hadi, op.cit, him. 19

  25 Ibid., him. 36 op.citJnXm.

  20

G. Telaah Pustaka

  Pembahasan yang bertema tentang konsep pendidikan menurut A1 Ghazali sebenarnya telah banyak diangkat oleh para peneliti pendidikan, baik yang diambil dari kitab Ihya 'Ulumuddin maupun dari kitab-kitab karya A1 Ghazali yang lain. Akan tetapi para ahli pendidikan masing-masing mempunyai spesifikasi tersendiri dalam penelitiannya.

  Disertasi M. Amin Abdullah (2002) The Idea o f Universality o f

  Etichal Norms in Ghazali and Kant. Diterbitkan di Turki 1992, Edisi

  Indonesia diterbitkan oleh Mizan, 2002. dengan judul "Antara Al-Ghazali dan

  Kant Filsafat Islam". Dia menyimpulkan bahwa sumber etika menurut A1

  Ghazali adalah tindakan secara eksklusif bersumber dari Tuhan, bukan saja nilai-nilainya, namun melainkan juga kehendak dan kemampuan untuk bertindak etis itu sendiri, sedang Kant yang menggunakan pendekatan rasionalitas ia menekankan kepada kausalitas (hukum sebab akibat), sifat aktif pelaku dalam suatu tindakan, apresiasinya terhadap perubahan sosial sebagai salah satu faktor yang harus dikembangkan dalam etika dan pada kepercayaannya bahwa betapapun juga rasio masih berperan kalau tidak dalam perumusan etika dalam pemikiran-pemikiran non metafisis.

  Zainuddin dkk, dalam karyanya yang berjudul Seluk Beluk Pendidikan A1 Ghazali mengupas konsep umum pendidikan dari A1 Ghazali. Dengan menggunakan sumber primer yaitu kitab Ihya 'Ulumuddin beliau membagi buku ini dalam lima bab. Dalam buku tersebut beliau mengupas biografi A1

  21

  Ghazali, pemikirannya tentang ilmu pengetahuan dan faktor-faktor pendidikan serta aspek-aspek pendidikan.25 Fathiyah Hasan Sulaiman setelah kitab Ihya' Ulumuddin menghasilkan karyanya yang berjudul Bahts Fi'l Madzhab Al Tarbawy 'Inda 'L Ghozaly.

  Dalam edisi Indonesia berjudul Konsep Pendidikan Al Ghazali. Bahasa buku ini, hanya dibatasi pada Al Ghazali sebagai seorang filosof, pemimpin religius dan reformer sosial yang sadar bahwa pendidikan yang benar merupakan sarana untuk menvebar keutamaan (fadhilah) di antara umat manusia. Dengan begitu masyarakat menjadi lebih baik dan menjadi lebih utama.26

H. Sistematika Penulisan

  BAB I : Pendahuluan Latar belakang masalah, penegasan istilah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

  BAB II : Mengenai Al Ghazali dan Ihya 'Ulumuddin berisi: Riwayat Al Ghazali, Al Imam antara pro dan kontra, keraguan yang menimpanya, karya-karya Imam Al Ghazali, Madrasah Nizamiyah di Bagdad, Al Ghazali dan Sufisme (tasawuf), sejarah penulisan Ihya 'Ulumuddin, Al Ghazali sebagai ahli filsafat, pandangan ahli terhadap Al Ghazali dalam bidang pendidikan.

  

Se/uk Beluk Pendidikan dari A l Ghazali,

25 Zainuddin dkk, Bumi Aksara, Jakarta, cet.

  !, 1991, him. 9 Konsep Pendidikan A l Ghazali, 26 Fathiyah Hasan Sulaiman, terj: Ahmad Hakim dan M.

  22

  BAB III : Konsep Pendidikan Akhlak Islam menurut A1 Ghazali berisi tentang: A. Konsep Pendidikan akhlak A1 Ghazali dalam Kitab Ihya

  'Ulumuddin berisi:

  1. Pengertian akhlak

  2. Unsur-unsur pendidikan akhlak Islam

  3. Pokok-pokok utama dalam akhlak Islam

  B. Konsep pendidikan menurut A1 Ghazali berisi:

  1. Tujuan pendidikan

  2. Kurikukum

  3. Metode mengaj ar

  4. Kriteria guru yang baik

  5. Sifat murid yang baik

  BAB IV : Relevansinya Konsep Pendidikan Akhlak berisi tentang: A. Analisis Konsep Pendidikan akhlak Islam Menurut A1 Ghazali berisi:

  1. Dasar-dasar pendidikan akhlak

  2. Tujuan pendidikan akhlak

  3. Materi pendidikan akhlak

  4. Pentingnya pendidikan akhlak

  5. Faktor penting dalam pendidikan akhlak berisi:

  a. Faktor Intern

  b. Faktor Ekstren

  23

  B. Relevansi Konsep Pendidikan Akhlak dalam Islam dalam Konteks Kekinian

  BAB V : Penutup Simpulan dan Saran

  

B A B I I

M E N G E N A L A L G H A Z A L I

A. Riwayat AI Ghazali

  Nama lengkap Al Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali.1 Seorang pemikir Islam yang terkenal dalam sejarah Islam, teolog, filosof dan sufi termasyhur. Juga terkenal dalam sejarah intelektual manusia dengan keahlian yang secara prima dikuasai, maka beliau mendapatkan berbagai gelar yang mengharumkan namanya, seperti gelar Hujjatul Islam, Al Imam Al Jalil, Syeikh Al Sufiyyin, dan Imam Al Murabbin 1

  2 Beliau lahir tahun 450 H, yang bertepatan dengan tahun 1058 M di Gazzalah sebuah kota kecil dekat Thus3 propinsi Khurasan, wilayah Persia (Iran sekarang). Yang ketiga itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam.4 Beliau lahir dari keluarga miskin yang taat beragama dan hidup sederhana. Ayahnya Muhammad seorang penenun yang mempunyai toko di kampungnya.5

  Sebelum ayahnya meninggal, Al Ghazali dan adiknya bemama Ahmad dikirim kepada seorang guru sufi (sahabat ayahnya) yaitu Ahmad bin Muhammad Ar Razikani, sambil berkata, "Nasib saya sangat malang, karena

  1 Ramayulis H, Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam , PT. Ciputat Press, Jakarta,2005,him.3

  2 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam , Logas Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, him. 160

  3 Thus adalah ibu kota Khurasan (Persia) sedang Al Ghazali dengan z atau zz (dua), kalau

z (satu) berarti nisbah kepada tempat yaitu Gazalah zz (dua) berarti tukang pintal, nisbah kepada

ayahnya yang bekerja sebagai tukang pintal benang.

  4 Ensiklopedia Islam 2, PT. Ichtiar Barn, Van Hoeve, Jakarta, 1994, him. 25

  5 Abu Al Wafa' Al Ghonimi Al Taftazani, S u fi dari Zaman ke Zaman, Pustaka,

  25

  tidak mempunyai ilmu pengetahuan, saya ingin agar kemalangan saya dapat ditebus oleh kedua anakku ini. Peliharalah mereka dan pergunakan sampai habis semua harta warisan yang aku tinggalkan untuk mengajar mereka".6

  Selaku pemegang amanat tersebut Ar Razikani melaksanakan dengan tulus ikhlas, kedua anak tersebut kemudian mendapatkan bimbingan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, sampai harta warisan dari ayah mereka tiada yang tertinggal.