BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K P4A0 NIFAS HARI KE-0 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT POST MOW DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

  reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

  Masa nifas adalah di mulai dari satu jam setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2009).

  Periode post partus adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru. (Mitayani, 2011).

  Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi kepada kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat obatan (Prawiroharjo,2008)

  Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa partus spontan adalah periode periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak dan plasenta keluar lepas dari rahim dengan ketentuan tanpa anjuran atau obat-obatan.

  B. Etiologi

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 Penyebab persalinan belum pasti di ketahui, namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah,2011).

  2.1 Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progresterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

  2.2 Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

  2.3 Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss).

  Bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

  2.4 Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017

  2.5 Induksi partus Dapat pula di timbulkan denggan jalan ganggang laminaria yang di masukan kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban.

  C. Tanda dan gejala 2.1 Tanda permulaan persalinan.

  Pada permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi tanda -tanda sebagai berikut :

  • Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
  • Perasaan sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
  • Lightening atau setting, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
  • Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim.
  • Terjadi pengeluaran lendir, di mana lendir menutup seviks di lepaskan dan bisa bercampur darah (Bloody show).

  2.2 Tanda tanda Post partus sebagai berikut : Menurut Hafiffah, (2011) post partus di tandai oleh :

  • Sistem reproduksi

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017

  • Uterus di tandai dengan kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.
  • Siklus menstruasi Siklus menstruasi akan mengalami perubahan saat ibu mulai menyusui.
  • Serviks Setelah lahir serviks akan mengalami edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur interna akan kembali setelah 2 minggu.
  • Vagina Nampak berugae kembali pada 3 minggu.
  • Payudara Payudara akan membesar karena vaskuralisasi dan engorgemen (bengkang karena peningkatan prilaktin).
  • Perineum Akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 D. Anatomi dan Fisiologi Anatomi

  Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga pelvis dan di topang oleh lantai pelvis, dan genetalia externa, yang terletak di perium. Stuktur reproduksi interna dan 9 eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsangan hormone ekstrogen dan progesterone (Syarifudin & Fratidhini, 2009).

  1. Struktur Eksterna

Gambar 2.1 struktur eksterna

  (Icesmi Sukarni K & Margareth ZH 2013)

  • Vulva

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 Vulva adalah nama yang di berikan untuk struktur genetalia eksterna. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri di batasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.

  • Mons pubis

  Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea.

  • Labia mayora

  Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Labia mayora melindungi Labiya minora, meatus urinarius dan introitus vagina. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayora.

  • Labia minora

  Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, tidak berambut yang memanjang ke arah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchett. Kelenjar-kelenjar dilabia minola juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitive, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.

  • Klitoris

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus pubis. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substasi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon.

  2. Struktur Internal

Gambar 2.2 Struktur internal MOW

  (Syarifudin & Fratidhini, 2009)

  • Ovarium Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua fungsi ovarium adalah menyelanggarakan ovulasi dan memproduksi hormone.
  • Tuba Fallopi

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.

  • Uterus Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung, yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris. Uterus terdiri dari 3 bagian, fundus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum oteri dan istmus. Diding uterus terdiri dari 3 lapisan
  • Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapis : lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan miometrium.
  • Peritoneum suatu membrane serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan serviks.
  • Vagina

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapay melipat dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulasi ekstrogen dan progesterone. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Apabila pH naik di atas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relative vagina.

  Fisiologi reproduksi wanita bagian interna terdiri dari :

  • Liang senggama (vagina) adalah liang atau saluran fibromuskuler elastis yang menghubungkan uterus dan vulva, terletak di antara saluran kemih dan liang dubur. Di bagian ujung yang atasnya terletak mulut rahim. Ukuran panjang dinding 8cm dan dinding belakang 10cm bentuk dinding bagian dalamnya berlipat-lipat, disebut rugae sedangkan dinding tengahnya dan bagian yang lebih keras di sebut kolumne rugalum. Lipatan lipatan ini memungkinkan vagina pada persalinan melebar, sesuai fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir. Sedangkan fungsi penting dari vagina adalah saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir waktu bersalin, dengan sekretnya yang asam. Vagina merupakan barier untuk menghalangi perjalanan infeksi secara asenderen.
  • Rahim (uterus) adalah suatu struktur otot yang cukup kuat , bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum dan bagian dalamnya di lapisi oleh mukosa rahim. Uterus berbentuk seperti buah pear atau alpukat yang sedikit gepeng

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga atau dindingnya terdiri dari otot otot polos.

  Bagian uterus antara lain :

  • Fundus uteri adalah bagian uteri proksimal, disini kedua tubafalopi masuk ke uterus.
  • Korpus uteri adalah bagian uterus terbesar pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.
  • Servik uteri terdiri dari pars vaginalis servisis uteri dan pars supra vaginalis servisis uteri

  Dinding uterus terdiri dari : endometrium melapisi kavun uteri dan mempunyai arti penting setiap bulan berfungsi dalam siklus haid pada wanita dalam masa produksi, tempat janin tumbuh dan berkembang. Saluran telur (Tubafalopi) : adalah saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri. Panjangnya 12 sampai 13cm, diameternya 3 sampai 8mm. Fungsi tuba sangat penting yaitu sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang di lepaskan saat ovulasi, tempat terjadi pembuhan.

  E. Patofisiologi Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan pesikologis, pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 terjadi peningkatan kadar ocytosis, peningkatan kontraks uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan perineum terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis, personal hygine yang kurang baik, pembulu darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan terjadi juga pendarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko infeksi. Perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara. Laktasi di pengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah di payudara berurai dari uterus (involusi) dan refensi darah di pembuluh payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada duktus intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidakefektif. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan), taking hold ( ketergantungan kemandirian), letting go (kemandirian). Pada perubahan taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ibu akan cenderung berfokus pada diri sendiri dan lemas, sehingga muncul maslah keperawatan gangguan pola tidur, taking hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan bayi , akan cenderrung informasi karena mengalami masalah keperawatan kurang pengetahuan.

  Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 Adaptasi Post Partum Anestesi MOW Insisi

  Psikologis Fisiologis Bed rest Laktasi Involusi Takingin Takinghold Letting go Penurunan MK. MK.

  Nyeri Resiko Prolektin Pelepasan Pristaltik akut infeksi

  Belajar Kondisi tubuh meningkat desi dua Mengenal mengalami Perawatan diri perubahan

  Obstipas MK .

  Gangguan pola tidur dan bayi MK.

  Mk. Defisiensi pengetahuan Butuh Informasi Produksi ASI Kontraksi Konstipasi meningkat meningkat

  MK. Ketidakefektifan pemberian ASI Lochea

  19 Asuhan Keperawatan Pada..., Lisa Margareta, Fakultas Ilmu Ksehatan UMP, 2017 G. Diagnosa keperawatan dan Intervensi keperawatan Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.

  2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI.

  3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpaparnya informasi tentang ASI Eksklusif.

  4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

  5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, post MOW.

  6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan volume fases.

  Fokus Intervensi dan Rasional

  1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus. Nyeri setelah post MOW NIC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang NOC :

  • Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4 - 5
  • Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bias tidur nyaman Intervensi :

  • Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST (P : Faktor penambah dan pengurang nyeri, Q : Kualitas atau jenis nyeri, R : Regio atau daerah yang mengalami nyeri, S : Skala nyeri, T : Waktu dan frekuensi). Rasional : Untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
  • Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri Rasional : Sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien
  • Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang Rasional : Membantu klien rileks dan mengurangi nyeri
  • Kolaborasi pemberian analgenik Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

  2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI.

  NIC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ASI dapat keluar NOC :

  • Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
  • Payudara bersih
  • Bayi mau menetek
  • Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri Intervensi :

  • Kaji pengetahuan klien mengenai laktasi dan perawatan payudara Rasional : Mengetahui tingkat pengetahuan klien dan untuk menemukan intervensi selanjutnya
  • Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyusui Rasional : Memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi bayi
  • Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan brest care Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien dan mencegah terjadinya bengkak pada payudara
  • Jelaskan cara menyusui yang benar Rasional : Mencegah terjadinya aspirasi pada bayi

  3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpaparnya informasi tentang ASI Ekslusif NIC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan mengerti tentang pentingnya ASI NOC :

  • Klien mengatakan tidak mengerti tentang ASI
  • Klien tampak mengerti apa yang sudah di jelaskan Intervensi : Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan Rasional : Klien merespon adanya penkes

  4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

  NIC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi, pengetahuan bertambah NOC :

  • Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
  • Klien bisa membersihkan luka bekas operasi post MOW secara mandiri
  • Perawatan luka berkurang
  • Luka bersih dan tidak infeksi
  • Vital sign dalam batas normal Intervensi : Pantau vital sign Rasional : Peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adanya infeksi
  • Kaji daerah luka Rasional : Menentukan adakah tanda peradangan di daerah luka bekas operasi
  • Kaji pengetahuan klien mengenai cara perawatan ibu post MOW Rasional : Pasien mengetahui cara perawatan bagi dirinya
  • Ajarkan perawat luka bagi klien
  • Meminimalkan terjadinya infeksi

  5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, post MOW.

  NIC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan istirahat tidur terpenuhi

  NOC :

  • Mengidentifikasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang di perlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru. Melaporkan peningkatan rasa sejahtera istirahat. Intervensi : Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Rasional : Post MOW bila malam meningkatkan tingkat kelelahan
  • Kaji faktor-faktor bila ada mempengaruhi istirahat Rasional : Membantu meningkatkan istirahat, tidur, dan relaksasi
  • Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali kerumah Rasional : Rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta menyadari kelelahan berlebih, kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan refleks secara psikologis.

  6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan frekuensi fases. NIC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan eliminasi klien terpenuhi NOC :

  • Klien mengatakan tidak konstipasi
  • Klien mengatakan perasaan nyamannya
  • Klien mengatakan sudah BAB Intervensi :
  • Auskultasi bising usus, apakah peristaltic menurun Rasional : Penurunan peristaltic usus menyebabkan konstipasi
  • Anjurkan klien makan-makanan tinggi serat Rasional : Makanan tinggi serat melancarkan BAB
  • Kolaborasi pemberian laksatif (pelunak fases) jika di perlukan Rasional : Penggunaan laksatif mungkin perlu untuk merangsang peristaltic usus dengan perlahan atau evakuasi feses
  • Anjurkan klien banyak minum terutama air putih hangat Rasional : Mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB
  • Observasi adanya nyeri abdomen Rasional : Nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB

  MOW

  A. Pengertian MOW (medis operatif wanita) juga dapat disebut dengan sterilisasi.

  MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wanita tidak akan turun (BKKBN, 2007).

  Kontrasepsi mantap wanita (kontap wanita) adalah cara kontrasepsi untuk tujuan mencegah terjadinya kehamilan pada seorang wanita dari suatu pasangan usia subur (PUS) atas dasar alasan jumlah anaknya telah cukup dan tidak ingin menambah anak lagi, dengan cara penutupan kedua saluran telur melalui cara MOW atau mekanik dengan pemasangan cincin atau klip, melalui sesuatu tindakan pembedahan minilaparatomi atau laparaskopi.

  MOW adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan ferilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tuba fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak bertemu (Hanafi, 2008)

  Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya : 1.1 Program rumah sakit.

  • Pelaksanaan MOW pasca operasi atau pasca melahirkan
  • Mempunyai penyakit ginekologi 1.2 Reguler : MOW dapat di lakukan pada masa interval.

  1. Syarat melakukan MOW (Medis operasi wanita) Syarat di lakukan MOW menurut Saiffudin (2007) yaitu sebagai berikut :

  2.1 Syarat Sukarela Syarat Sukarela meliputi antara lain pengetahuan tentang cara kontrasepsi mantap serta pengetahuan sifat permanen pada kontrasepsi ini (Sarwono, 2007)

  2.2 Syarat Bahagia Syarat Bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun (Sarwono, 2007)

  2.3 Syarat Medik

  Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak di temukan hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap.

  Pemeriksaan seorang dokter di perlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalami peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil atau di curigai sedang hamil (BKKBN, 2007)

  2. Teknik melakukan MOW

  3.1 Tahap Persiapan Pelaksanaan

  • Informed consent
  • Riwayat medis atau kesehatan
  • Pemeriksaan laboratorium
  • Pengosongan kandung kencing, asepsis dan anti sepsis daerah abdomen
  • Anestesi

  3.2Tindakan Pembedahan, teknik yang di gunakan dalam pelayanan MOW antara lain :

  • Minilaparotomi

  Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3cm ) baik pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subum bilikal 13 (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat di lakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat di lakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan kusus. Operasi ini juga lebih aman dan efektif (Syaiffudin,2009).

  • Laparoskopi Prosedur ini memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat di lakukan pada 6-8 minggu pasca persalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya di gunakan pada jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat di gunakan dengan anestesi lockal dan di perlukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan. ( Syaiffudin, 2008).

  3.3 Perawatan post operasi

  • Istirahat 2-3 jam
  • Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu
  • Ambulasi dini
  • Diet biasa

  • Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu, cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap, perdarahan luka insisi.

  3. Waktu pelaksanaan MOW Menurut Wiknjosastro (2007) pelaksanaan MOW dapat di lakukan pada saat:

  4.1 Masa interval (selama waktu selama siklus menstruasi)

  4.2 Pasca persalinan ( post partum ) MOW pasca persalinan sebaiknya di lakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. MOW pasca persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat-alat genetal lainya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.

  4.3 Pasca keguguran Sesudah abortus dapat langsung di lakukan sterilisasi.

  4.4 Waktu operasi membuka perut Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya harus di pikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk di lakukan sterilisasi. Hal ini harus di terangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat di pergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap.

  4. Indikasi MOW Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun 1976 di Medan menganjurkanagar MOW dilakukan pada umur 25 - 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30

  • – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35
  • – 40 dengan 1 anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya ber umur 30 tahun. (Wiknjosastro, 2007). Indikasi MOW dilakukan yaitu sebagai berikut :
    • Indikasi medis umum

  Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi.

  5. Efek samping

  • Reaksi alergi
  • Infeksi luka bila terdapat abses
  • Luka pada kandung kemih
  • Perdarahan dalam
TEORI NYERI

  A. Definisi Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Musrifatul., Hidayat. 2008).

  Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan yang tiba-tiba atau dapat di ramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Judith M.

  Wilkinson, 2012) Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Pilharjo, 2006).

  Nyeri dapat diartikan berbeda-beda antara individu, bergantung pada persepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan sehingga individu menderita yang akhirnya akan mengganggu aktifitas sehari-hari, dan lain-lain (Asmadi, 2008)

  B. Etiologi

  A. Persepsi Nyeri Persepsi tentang nyeri bergantung pada jaringan kerja neurologis yang utuh. Neurofisiologi nyeri mengikuti proses yang dapat di perkirakan :

  • Rangsangan bahaya diketahui melalui reseptor yang ditemukan di kulit, jaringan subkutan, sendi, otot. Nosiseptor (reseptor nyeri) adalah terminal serat delta A kecil yang diaktifitasi oleh rangsangan mekanis dan serat aferen C yang diaktifitasi oleh rangsangan mekanik, dan kimiawi ( Bonicadan McDonald. 2007).
  • Rangsangan kemudian ditransmisikan melalui struktur yang sangat rumit yang mengandung berbagai susunan neuron dan sinaptik yang memfasilitasi drajat tinggi pemprosesan input sensori. Beberapa impuls kemudian ditransmisikan melalui neuron internunsial ke sel kornu anterior dan anterolateral, tempatnya merangsang neuron yang mempersarafi otot skelet dan neuron simpatik yang mempersarafi pembuluh darah, visera, dan kelenjar keringat.
  • Impuls yang naik ke otak kemudian masuk ke hipotalamus yang mengatur sistem autonomic dan respon neuroendokrin terhadap stress dan ke korteks serebral yang memberi fungsi kognitif yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, dan penilaian.

  B. Ekspresi Nyeri

  Rasa nyeri muncul akibat respon pskis dan reflek fisik. Kualitas rasa nyeri fisik dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa sakit, rasa mual, dan kram. Rasa nyeri dalam post MOW menimbulkan gejala yang dapat dikenali. Peningkatan saraf simpatik timbul sebagai respon terhadap nyeri dan dapat mengakibatkan perubahan tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan. Serangan mual, muntah dan keringat berlebihan (Bobak, 2007).

  C. Klasifikasi Nyeri Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu :

  • Nyeri akut

  Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang. Tidak melebihi enam bulan, serta ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.

  • Nyeri kronis Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikomatis (Musrifatul., Hidayat. 2008).

  D. Faktor yang mempengaruhi nyeri

  Nyeri yang dialami oleh klien dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk pengalaman masa lalu dengan nyeri, usia, budaya dan pengharapan tentang penghilang nyeri. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri klien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri (Suddarth., Brunner. 2007).

  E. Pengukuran Nyeri Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi nyeri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) mudah dimengerti dan digunakan, (2) memiliki sedikit upaya pada pihak klien, (3) mudah dinilai, dan (4) sensitive terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. Individu merupakan penilaian terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya (Suddarth., Brunner. 2007). SKALA INTENSITAS NYERI

  1. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana

Gambar 2.6 intensitas nyeri vas dan face

  Yang dapat terjadi Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili insensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal sedangkan face di gunakan untuk menentukan ekspresi wajah nyeri pada setiap ujungnya. Intensitas nyeri di bedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik yaitu : Keterangan

  : Tidak nyeri 1 - 2 : Nyeri ringan 3 - 5 : Nyeri sedang 6 -7 : Nyeri berat 8 - 10 : Nyeri sangat berat (Perry., Potter. 2007)

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN MASALAH UTAMA NYERI AKUT POST SALPINGEKTOMI OVARIUM DEKSTRA HARI KE-1 ATAS INDIKASI KEHAMILAN EKTOPIK DI RUANG BOUGENVILE RSUD. dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

1 1 21

TUGAS AKHIR - ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Ny. K P2 A0 DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 1 17

TUGAS AKHIR - ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH UTAMA NYERI AKUT PADA NY. R ET CAUSA P2A0 POST SECTIO CAESAREA HARI KE-1 A.I. GAGAL INDUKSI DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 2 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP POST PARTUM 1. Definisi - ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH UTAMA NYERI AKUT PADA NY. R ET CAUSA P2A0 POST SECTIO CAESAREA HARI KE-1 A.I. GAGAL INDUKSI DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA -

0 0 50

BAB 1 PENDAHULUAN - ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S P2A0 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT POST SECTIO CAESAREA HARI KE-0 ATAS INDIKASI RIWAYAT POST SECTIO CAESAREA DAN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG BOUGENVIL RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

0 0 8

TUGAS AKHIR - ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S P3A0 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT POST SECTIO CAESAREA HARI KE-0 ATAS INDIKASI KALA I LAMA DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 1 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN BRONKHOPNEUMONIA DI RUANG KENANGA RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 14

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. K DENGAN MASALAH UTAMA NYERI AKUT POSTPARTUM SPONTAN H-1 DENGAN GEMELLI DIRUANG BOUGENVIL RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI RUANG KENANGA RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

1 1 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K P4A0 NIFAS HARI KE-0 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT POST MOW DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 17