SUSI LESTARI BAB II
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang anak dididik, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab ini biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar ada problem pribadi, dan sebagainya. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang tidak mempunyai motivasi tak mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus tanpa motivasi, baik motivasi yang datang dari luar maupun dari dalam diri seseorang, maka ia tidak akan mendapatkan hasil/prestasi belajar yang memuaskan.
9 Kata “motif”,diartikan sabagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk mlakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern.
Berawal dari kata “motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai” (Sardiman, 2014: 75).
b. Fungsi Motivasi Belajar Mc. Donald sebagaimana dikutip Sardiman (1990: 73) dan Msyan
(1989: 100) menyatakan bahwa motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu:
1. Motivasi itu mengawasi terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia dan penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan.
Fungsi motivasi menurut Sardiman dalam Majid (2013:309) adalah sebagai berikut :
1. Mendorong manusia untuk berbuat.Artinya motivasi biasa dijadikan sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai.Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.Seseorang melakukan suatu karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengana adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapain prestasi belajarnya.
c. Sumber Motivasi Belajar Perilaku manusia tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri manusia.
Alasan yang menjadikan siswa termotivasi bisa berbeda-beda. Beberapa alasan-alasan yang berpengaruh terhadap motivasi belajar : 1) Lingkungan di rumah, yang membentuk perilaku dalam belajar semenjak usia belia; 2) Cara siswa memandang diri mereka sendiri, kepercayaan diri, harga diri maupun martabat, 3) Sifat dari siswa yang bersangkutan: tingkat kesabaran dan komitmen. Berkaitan dengan sumber motivsi, dapat dibagi menjadi dua yaitu: a) Motivasi yang berasal dari dalam diri individu (faktor internal) yang terdiri atas :
1) Adanya kebutuhan Menurut Ngalim Purwanto dalam Majid
(2013:311) “tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis”. Dari pendapat tersebut, ketika keluarga memberikan motivasi kepada anak haruslah diawali dengan berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan anak yang akan dimotivasi.
2) Persepsi individu mengenai diri sendiri.
Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak bergantung pada proses kognitif berupa persepsi.
Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak.
3) Adanya cita-cita dan harapan masa depan Cita-cita dan harapan merupakan informasi obyektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subyektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku yang selanjutnya menjadi pendorong.
4) Harga diri dan prestasi Faktor ini mendorong atau mengarahkan individu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat, serta dapat mendorong individu untuk berprestasi. 5) Keinginan tentang kemajuan dirinya.
a) Keinginan tentang kemajuan dirinya Menurut Sardiman “melalui aktualisasi diri pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang.
Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu”.
b) Minat Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivsi yang pokok. Proses belajar akan berjalan kalau disertai dengan minat.
c) Kepuasan kinerja Kepuasaan kinerja lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku. b) Motivasi yang berasal dari luar individu (faktor eksternal) 1) Pemberian hadiah
Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan fungsinya sebagai alat pendidik represif positif.Hadiah juga merupakan alat pendorong untuk belajar lebih aktif.Keluarga sakinah dapat memilih macam-macam hadiah dengan disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.Motivasi dalam bentuk hadiah ini dapat membuahkan semangat belajar dalam mempelajari materi-materi pelajaran. 2) Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar anak, baik persaingan individu maupun kelompok dalam rangka meningkatkan prestasi belajar anak.Memang unsur persaingan itu banyak digunakan dalam dunia industri dan perdagangan, tetapi sangat baik jika digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar anak.
3) Hukuman Hukuman merupakan pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negative.Namun demikian, hukuman dapat menjadi alat motivasi atau pendorong untuk mempergiat belajar anak. Anak akan berusaha untuk mendapatkan tugas yang menjadi tanggung jawabnya agar terhindar dari hukuman.
4) Pujian Menurut Sadirman pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Apabila anak berhasil dalam kegiatan belajar, pihak keluarga perlu memberikan pujian pada anak.Positifnya pujian tersebut dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan prestasi jika pujian yang diberikan kepada anak tidak berlebihan.
5) Setiap lingkungan pada umumnya Setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya. 6) Sistem imbalan yang diterima
Imbalan merupakan karakteriktik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat memengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujian. Perilaku dipandang sebagai tujuan sehingga ketika tujuan tercapai, akan timbul imbalan.
d. Pengukuran motivasi belajar Dale H. Schunk dkk dalam terjemahan Ellys Tjo (2012:16) mengatakan bahwa pengukuran motivasi merupakan sebuah topik penting bagi para peneliti dan para praktisi yang memperhatikan pemahaman tentang pengoperasian proses-proses motivasi dan cara mengoptimalkan motivasi murid. Beberapa indek yang dapt digunakan untuk mengukur motivasi adalah: pilihan tugas atau aktivitas, usaha, kegigihan, dan prestasi.
Motivasi dapat diukur dengan berbagai cara yaitu:
1. Observasi langsung yaitu penilaian Yaitu penilaian individu mengenai dirinya sendiri mengacu pada contoh-contoh perilaku dari pilihan tugas, usaha yang dikeluarkan,dan kegigihan.
2. Penilaian skala oleh individu lain.
Cara ini dilakukan dengan meminta para pengamat (yakni para guru, para orang tua,para peneliti) melakukan penilaian skala terhadap murid pada berbagai karakteristik yang mengidentifikasikan motivasi.
3. Pelaporan diri.
Yaitu penilaian individu menganai dirinya sendiri yang bisa berupa: a. Kuesioner.
Yaitu penilaian skala tertulis pada item (unit-unit pertanyaan), atau jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan.
b. Wawancara.
Yaitu respon lisan tehadap pertanyaan-pertanyaan.
c. Ingatan kembali yang terstimulasi.
Yaitu Ingatan kembali tentang berbagai pemikiran yang menyertai kinerja diri pada berbagai waktu.
d. Penyuaraan pemikiran.
Yaitu verbalisasi pemikiran, tindakan dan emosi diri sambil mengerjakan tugas.
e. Dialog.
Yaitu percakapan antara dua atau lebih individu.
2. Keterampilan Bercerita a. Hakekat dan Tujuan Berbicara
Berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat aktif, produktif, dan kreatif, pada umumnya dilakukan dengan cara bertatap muka. Berbicara dilakukan secara oral (bunyi-bunyi ujar) dilengkapi tekanan, intonasi yang disesuaikan dengan situasi atau kepentingannya.
Keterampilan berbicara berkaitan erat dengan keterampilan menggunakan unsur-unsur kebahasaan (fonologi, morfologi, sintaksis, dan fungtuasi); kosa-kata; diksi (pilihan kata); teknik-teknik berbicara menurut situasi dan keperluannya; penguasaan ide atau gagasan; pendekatan situasional, meliputi pemahaman situasi dan lingkungan orang-orang yang diajak berbicara, misalnya: lingkungan anak-anak, remaja, orang tua, para cendekiawan.
Berbicara merupakan suatu peristiwa menyampaikan maksud, gagasan, pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain secara jemih, logis, terarah, dan sistematis dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang, lain.
Keterampilan berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berupa proses perubahan bentuk pikiran, perasaan, ide menjadi wujud bunyi bahasa yang bermakna. Keteramplian berbicara merupakan keterampilan yang produktif karena terjadi secara langsung dan ekspresif.
Chaer, dkk (2010: 11) mengatakan bahwa fungsi utama bahsa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia.Sebagai alat komunikasi dan interaksi pada mulanya berbentuk lisan, kemudian setelah manusia mengenal huruf atau simbol- simbol bunyi, bahasa yang digunakan dalam bentuk tulisan.Pengertian bahasa dalam kehidupan sehari-hari sering dimaknai sebagai bahasa lisan.
Bahasa lisan artinya bahasa yang digunakan secara lisan, yakni bahasa yang dikeluarkan dari alat ucap manusia dalam bentuk ucapan atau perkataan.Bahasa merupakan sebuah sistem, sebagaimana dijelaskan oleh Chaer, dkk (201
0: 12) “bahasa adalah berupa lambang- lambang dalam bentuk bunyi yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa.” Antara bahasa dan berbicara merupakan dua hal yang berbeda, bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia, sedangkan berbicara adalah proses penggunaan bahasa atau proses berbahasa.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan peranan. Tarigan (2008:16) mengungkapkan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan- tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Selanjutnya, dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Dengan demikian, berbicara lebih dari sekadar pengucapan bunyi- bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikangagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Mulgrave dalam Tarigan(2008:16) mengungkapkan bahwa berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir- hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya, di samping juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar dan harus prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan,baik secara umum maupun perorangan.Apakah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional (business or professional tool ).
Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum,yaitu:
1. Memberitahukan dan melaporkan (to inform) Bila pembicaraan ingin memberitahukan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar agar mereka dapat mengerti tentang suatu hal, maka tujuan pembicaraan tersebut adalah memberitahukan, dengan tujuan agar pendengar mendapat pengertian yang tepat, menambah pengetahuan mereka tentang hal-hal yang kurang atau belum diketahuinya. Berbicara untuk melaporkan atau memberi informasi (informative speaking)dilaksanakan kalau seseorang berkeinginan untuk: 1) memberi atau menanamkan pengetahun; 2) menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda- benda; 3) menerangkan atau menjelaskan suatu proses, dan 4) menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun menguraikan sesuatu tulisan (Tarigan 2008: 30).
2. Menjamu dan menghibur (to entertain) Bila pembicara bermaksud menghibur, menyenangkan, mengembirakan pendengar, menimbulkan suasana gembira pada suatu jam kan atau pertemuan, maka tujuan pembicaraan itu adalah menghibur. Humor merupakan alat yang paling penting dalam pembicaraan yang bertujuan untuk menghibur. Berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah- kisah jenaka dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira.
3. Membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade) Menurut Tarigan (2008: 35), Aristoteles pernah mengatakan bahwa “persuasi” (bujukan, desakan, dan meyakinkan adalah seni penanaman alasan-alasan atau motif-motif yang menuntun ke arah tindakan bebas yang konsekwen. Persuasi merupakan tujuan kalau kita menginginkan tindakan atau aksi. Pembicaraan yang bersifat persuasif disampaikan kepada para pendengar bila kita menginginkan penampilan suatu tindakan atau pengajaran suatu bagian tertentu dari suatu tindakan. Pembicaraan berusaha untuk mempengaruhi keyakinan atau sikap mental pendengar, maka pembicaraan ini bertujuan untuk meyakinkan. Pada umumnya berbicara yang disampaikan sekarang ini mengandung tujuan untuk meyakinkan.Pembicaraan dengan tujuan ini diperlukan bukti-bukti dan fakta-fakta kongkret.
Suatu pembicaraan mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan. Ochs and Winker dalam Tarigan (2008: 17).
b. Prinsip-prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara.
1 Membutuhkan paling sedikit dua orang.
2 Mempergunakan suatu sandi linguiatik yang dipahami bersama.
3 Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.
Daerah referensi yang umum mungkin tidak selalu mudah dikenal atau ditentukan,namun pembicaraan menerima kecenderungan untuk menemukan satu diantaranya.
4 Merupakan suatu pertukaran antara partisipan. Kedua pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan saling bertukar sebagai pembicara dan penyimak.
5 Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera. Perilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan, dari sang penyimak, dan sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat timbal- balik atau dua arah.
6 Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
7 Hanya melibatkan perlengkapan yang berhubungan dengan suara bunyi bahasa dan pendengaran.
8 Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima secara adil.
c. Pembelajaran Keterampilan Berbicara Pembelajaran berbicara merujuk pada prinsip stimulus-respons.
Seperti halnya keterampilan menyimak, keterampilan berbicara mempunyai peran yang sangat penting dalam memberi dan menerima informasi serta memajukan hidup dalam peradaban dunia modem. Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara.
Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain. Oleh karena itu, proses pembelajaran berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik terlibat aktif berkomunikasi.
Nurgiyantoro (2010:399) mengungkapkan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah menyimak atau mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.
Dalam situasi yang normal, orang melakukan kegiatan berbicara dengan motivasi ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain, atau karena ingin memberikan reaksi terhadap sesuatu yang didengarnya. Pembicaraan dalam situasi yang demikian, kejelasan penuturan tidak semata-mata ditentukan oleh ketepatan bahasa (verbal) yang, dipergunakan saja, melainkan amat dibantu oleh unsur-unsur paralinguistik seperti gerakan-gerakan tertentu, ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya, suatu yang tidak ditemui dalam situasi tertulis. Situasi pembicaraan (serius, santai, wajar, tertekan) dalam banyak hal juga akan memengaruhi keadaan dan kelancaran pembicaraan. Agar keterampilan berbicara dapat bedalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kemudahan Berbicara Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.
Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.
2. Kejelasan Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut dapat dicapai.
3. Bertanggungjawab Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak bicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya. Latihan demikian akan menghindarkan peserta didik dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah yang mengelabuhi kebenaran
4. Membentuk pendengaran yang kritis Latihan berbicara yang baik, untuk itu peserta didik perlu untuk dapat mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara yang, secara implisit.
5. Membentuk kebiasaan Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang.
Pernbelajaran berbicara perlu ditingkatkan, karena pada keyataannya masih banyak siswa yang sulit berbicara ketika didaulat berbicara. ke depan kelas. Banyak yang masih malu-malu. atau tersendat-sendat serta berkeringat dingin bila disuruh berbicara ke depan kelas.
Apabila terjadi keadaan seperti di atas, maka guru harus berupaya keras untuk memberikan kesempatan kepada siswa berbicara secara bergiliran dalam setiap proses pembelajaran. Agar siswa terampil berbicara, guru harus memandu siswa dan mengetahui metode pembelajaran yang tepat. Jika metode dikaitkan dengan pengalaman belajar, maka metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pembelajaran pokok bahasan tertentu. Guru harus menciptakan berbagai pengalaman belajar berbicara agar siswa dapat berlatih berbicara. Berbicara sebagai sebuah keterampilan memerlukan banyak latihan. Metode pembelajaran berbicara. yang baik harus memenuhi berbagai kriteria. Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman belajar. Kriteria yang harus dipenuhi oleh metode pembelajaran berbicara, antara lain:
a) relevan dengan tujuan;
b) memudahkan siswa memahami materi pembelajaran;
c) mengembangkan butir-butir keterampilan proses;
d) dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang; e) mecrangsang siswa untuk belajar;
f) mengembangkan penampilan siswa;
g) mengembangkan keterampilan siswa;
h) tidak menuntut peralatan yang rumit; i) mudah dilaksanakan, dan menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
d. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Pembicaraan yang baik harus memberikan kesan menguasai masalah yang sedang dibicarakan, juga harus memperhatikan keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara juga harus berkomunikasi dengan jelas dan tepat. Berkaitan dengan hal itu, Arsjad dan Mukti dalam Rokhman (2011:77) mengemukakan untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Faktor kebahasaan yaitu aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah bahasa, yang seharusnya dipenuhi pada waktu seseorang menjadi pembicara. Faktor kebahasaan terdiri atas (1) ketepatan pengucapan atau lafal; (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi/intonasi; (3) pilihan kata/diksi; (4) pemakaian kalimat.
Sedangkan faktor nonkebahasaan yaitu aspek-aspek yang menentukan keberhasilan seseorang dalam berbicara yang tidak berkaitan dengan masalah bahasa. Faktor nonkebahasaan terdiri atas (1) sikap yang tenang, wajar dan tidak kaku; (2) pandangan/penguasaan medan; (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain; (4) gerak-gerik dan mimik; (5) kenyaringan suara; (6) kelancaran; (7) relevansi atau penalaran; (8) penguasaan topik.
Dalam penelitian ini kedua faktor penunjang keefektifan berbicara ini sekaligus menjadi faktor penunjang keterampilan berbicara, karena faktor-faktor itu merupakan pedoman dalam menilai keterampilan berbicara seseorang.
e. Tes Kompetensi Berbicara
Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan .Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.Untuk dapat berbicara dalam suatu hahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah dan atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara.
Dalam kegiatan berbicara diperlukan penguasaan terhadap lambang bunyi baik untuk keperluan menyampaikan maupun menerima gagasan. Lambang yang berupa tanda-tanda visual seperti yang dibutuhkan dalam kegiatan membaca dan menulis tidak diperlukan.
Dalam situasi yang normal, orang melakukan kegiatan berbicara dengan motivasi ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain, atau karena ingin memberikan reaksi terhadap sesuatu yang didengarnya. Pembicaraan dalam situasi yang demikian, kejelasan penuturan tidak semata-mata ditentukan oleh ketepatan bahasa (verbal) yang dipergunakan melainkan amat dibantu oleh unsur-unsur paralinguistik seperti gerak-gerakan tertentu, ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya, suatu hal tidak ditemui dalam komunikasi tertulis. Situasi pembicaraan (serius, santai, wajar, tertekan) dalam banyak hal juga akan memengaruhi keadaan dan kelancaran pembicaraan. 1) Tugas Berbicara
Tugas berbicara dimaksudkan sebagai tes berbicara yang memenuhi kriteria asesmen. Dalam tugas berbicara terdapat dua hal pokok yang tidak boleh dihilangkan, yaitu benar-benar tampil berbicara (kinerja bahasa) dan isi pembicaraan mencerminkan kebutuhan realitas kehidupan (bermakna). Jadi dalam asesmen peserta didik tidak sekedar ditugasi untuk berbicara, berbicara dalam arti sekedar praktik memergunakan bahasa secara lisan, melainkan juga menyangkut isi pesan yang dijadikan bahan pembicaraan.
Tugas berbicara sebagai bentuk asesmen harus berupa tugas- tugas yang ditemukan dan dibutuhkan dalam kehidupan nyata.Jadi tugas berbicara mengambil model aktivitas bentuk-bentuk berbicara sehari-hari sehingga kompetensi yang dikuasai pesertadidik bersifat aplikatif.
2) Bentuk tugas kompetensi berbicara Ada banyak bentuk tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik untuk mengukur kompetensi berbicaranya dalam bahasa target. Apa pun bentuk tugas yang dipilih haruslah yang memungkinkan peserta didik untuk tidak saja mengekspresikan kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, atau menyampaikan informasi. Dengan demikian, tes tersebut bersifat fungsional, disamping dapat juga mengungkap kemampuan peserta didik berbicara dalam bahasa yang bersangkutan mendekati pemakainnya secara normal.
a) Bicara berdasarkan Gambar Untuk mengungkap kempuan berbicara pembelajar dalam suatu bahasa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang baik. Rangsang yang berupa gambar sangat baik untuk dipergunakan anak-anak usia sekolah dasar maupun pembelajar-pembelajar bahasa asing tahap awal. Akan tetapi, rangsang gambar pun dapat pula dipergunakan pada pembelajar kemampuan berbahasanya telah (lebih) tinggi tergantung pada keadaan gambar yang dipergunakan itu sendiri. Burt dkk. Oiler (Nurgiyantoro, 2013:402) menyusun gambar- gambar menarik yang dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan berbicara peserta didik yang potensial untuk tes yang berkedar pragmatik.Gambar yang dimaksud kemudian disebutnya sebagai the Bilingual Syntax measure.
Rangsang yang dapat dipakai sebagairangsang berbicara dapat dikelompokkan kedalamgambar objek dan gambar cerita.Gambar objek merupakan gambar tentang objek tertentu yang berdiri sendiri seperti binatang, kendaraan, pakaian, alam, dan berbagai objek yang lain kehadirannya tidak memerlukan bantuan objek gambar yang lain. Gambar cerita adalah gambar susun yang terdiri dari sejumlah panel gambar yang salingberkaitan yang secara keseluruhan membentuk sebuah cerita.
b) Berbicara Berdasarkan Rangsang Suara Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim dipergunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio atau rekaman yang sengaja dibuat untuk maksud itu. Program radio yang dimaksud dapat bermacam, misalnya siaran berita sandiwara, atau program-program lain yang layak. Jika program siaran radio yang dipilih waktunya tidak berkesesuaian dengan waktu pembelajaran di sekolah, kita dapat merekam program itu dan menghadirkannya dalam bentuk rekaman. Atau, kita sengaja menugasi peserta didik untuk mendengarkan siaran tertentu pada radio tertentu pada jam tertentu untuk kemudian menceritakannya di sekolah.
c) Berbicara Berdasarkan Rangsang Visual dan Suara Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan gabungan antara berbicara berdasarkan gambar dan suara di atas.
Wujud visual yang dimaksud sebenarnya lebih dari sekedar gambar. Selain wujud gambar diam, ia juga berupa gambar gerak dan gambar aktivitas.
Tugas bentuk ini terlihat didominasi danterkait dengan kompetensi menyimak, namun juga terdapat bentuk-bentuk lainyang memerlukan pengamatan dan pencermatan seperti gambar, gerak, tulisan, penting dan lain-lain yang terkait langsung dengan unsur suara dan yang secara keseluruhan menyampaikan suatu kesatuan informasi.
d) Bercerita Tugas bercerita yang dimaksudkan di siniadakemiripan tugas bercerita berdasarkan beberapa rangsang diatas, namun lebih luas cakupannya.Ia dapat berdasarkan
“rangsang” apasaja tergantung perintah guru. Tugas ini dalam jenis asesmen berupa tugas menceritakankembali teks atau cerita (retelling text or story).Jadi, rangsang yang dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca, berbagai cerita (fiksi dan cerita lama), berbagai pengalaman (pengalaman bepergian, pengalaman berlomba, pengalaman berseminar), dan lain-lain.
f. Penilaian Berbicara
Berbicara merupakan suatu perbuatan atau keterampilan, maka hasil belajarnya termasuk dalam ranah psikomotoris.Oleh karena itu penilaiannya dilakukan dengan teknik pengukuran atau tes yang berupa unjuk kerja (perbuatan).Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu, seperti: praktik di laboratorium, praktek olahraga, diskusi, bercerita, bermain, peran, bernyanyi, dan sebagainya.
Alat penilaian tes penampilan berupa skala penilaian (rating
scale) , atau daftar cek (checklist), keduanya dapat digunakan sebagai
lembar pengamatan atau penilaian. Sedangkan kriteria penilaian yang utama meliputi: aspek vokal atau suara, aspek diksi, aspek kebahasaan, aspek kelancaran, aspek ekspresi, aspek penampilan, dan aspek isi
(content) . Hampir semua materi pembelajaran berbicara akan menilai
aspek-aspek tersebut, misalnya dalam materi pembelajaran bercerita (re , maka sasaran penilaiannya meliputi: vokal (kejelasan, intonasi,
tell)
artikulasi, dan diksi), penampilan (movement, gesture, ekspresi, dan penghayatan), penggunaan bahasa (struktur kata dan kalimat) dan kelancaran.
3. Multimedia
Secara sederhana multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media. Ia bisa berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan vidio. Komputer merupakan pengendali dari seluruh jenis peralatan itu adalah komputer, vidio kamera, vidio cassette, recorder, CD player, compact disc, CD player. Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indera, terutama telinga dan mata, yang digunakan untuk menyerap informasi. multimedia yang dapat digunakan bisa berupa:
a. Media Visual
Hamalik dalam Arsyad (2013:19) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada saat orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Media berbasis visual memegang peran sangat penting dalam proses belajar.Media visual dapat memperlancar pemahaman dan ingatan. Media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata (Arsyad,2013:89).
Bentuk visual bisa berupa : (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya suatu benda; (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi,dan struktur isi materi; (c) peta yang menunjukkan hubungan- hubungan ruang antara unsur-unsur isi materi: (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran atau kencenderungan data atau antarhubungan seperangkat gambar atau angka-angka.
Prinsip-prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis visual sebagai berikut:
1. Usahakan visual itu sederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan dan diagram. Gambar realistis harus hati-hati karena gambar yang amat rinci dengan realisme sulit diproses dan dipelajari bahkan seringkali mengganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya diperhatikan.
2. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
3. Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh siswa mengorganisasikan informasi.
4. Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untukmeningkatkan daya ingat. Meskipun dengan visual dapat dengan mudah diperoleh informasinya, sebagian lagi memerlukan pengamatan dengan hati- hati. Untuk visual yang kompleks siswa perlu diminta untuk mengamatinya.
5. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang divisualkan itu secara berdampingan.
6. Hindari visual yang tak berimbang.
7. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
8. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca.
9. Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi yang agak kompleks.
10. Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan khusus.
11. Unsur-unsur dalam visual itu harus ditonjolkan.
12. Warna harus digunakan secara realistik.
b. Media Audio
Mendengarkan sesungguhnya suatu proses rumit yang melibatkan empat unsur, (Munadi 2013:59) yaitu :
1. Mendengar Mendengar merupakan proses psiologis otomatik penerimaan rangsangan pendengaran (aural stimuli). Dalam tahap inilah gangguan fisik pada alat pendengaran seseorang dapat menimbulkan kesulitan dalam proses mendengarkan. Mendengar adalah sebuah proses dimana gelombang suara masuk melalui saluran telingga bagian luar terhubung dengan gendang telinga, dibagian tengah telinga dan menimbulkan geteran-getaran yang kemudian merangsang implus- implus saraf sampai ke otak.
Pendengaran kita mampu menangkap apa yang kita dengarjauh lebih cepat daripada kemampuan pembicara melisankan pikirannya, sehingga menjadi sebuah kewajaran saat seorang guru menyampaikan materi ajar dengan menggunakan metode ceramah dipandang monoton dan berakibat para siswanya menjadi bosan dan mulai mengantuk.
2. Memperhatikan Memperhatikan rangsangan dilingkungan kita berarti memusatkan kesadaran kita pada rangsangan khusus tertentu. Indera penerima kita secara konstan dihujani sekian banyak rangsangan sehingga kita tidak mungkin menaggapi semuanya sekaligus pada saat yang sama.
3. Memahami Unsur ini adalah yang paling rumit dalam mendengarkan.
Memahami biasanya diartikan sebagai proses pemberian makna pada kata yang kita dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan.
4. Mengingat Mengungat adalah informasi untuk diperoleh kembali.
Kebanyakan tes mendengarkan sampai tingkat tertentu menguji beberapa banyak kita dapat mengingat apa yang kita dengar dan apa yang kita pahami.
c. Media Audiovisual
Media audio visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Alat-alat yang termasuk media audio
- –visual adalah:
1. Televisi Televisi sebagai lembaga penyiaran, telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran. Televisi sebagi media pendidikan dan pengajaran tentu tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan.
a) Kelebihan media televisi.
1) Memiliki daya jangkauan yang sangat luas. 2) Memiliki daya tarik yang besar, karena sifat audi visualnya. 3) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 4) Dapat menginformasikan pesan-pesan yang aktual. 5) Dapat menampilkan obyek belajar seperti benda atau kejadian aslinya.
6) Membantu pengajar memperluas referensi dan pengalaman. 7) Sebutan televisi sebagai jendela dunia, membawa khalayak untuk dapat melihat secara langsung peristiwa, suasana dan situasi tempat diberbagai belahan dunia. b) Kelemahan media televisi.
1) Pengadaannya memerlukan biaya mahal. 2) Tergantung ada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan disegala tempat.
3) Sifat komunikasi searah. 4) Sulit dikontrol terutama jika terkait dengan soal jadual belajar sekolah.
5) Mudah tergoda pada penyajian acara yang bersifat hiburan.
2. Video-VCD
a) Karakteristik Video-VCD 1) Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara.
2) Dapat digunakan untuk sekolah jarak jauh. 3) Memiliki perangkat slow motion untuk memperlambat proses atau peristiwa yang sedang berlangsung.
b) Kelebihan media Video-VCD 1) Menyajikan obyek belajar secara konkret.
2) Memiliki daya tarik tersendiri yang dapat memicu atau memotivasi pembelajar untuk belajar.
3) Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik. 4) Dapat mengurangi kejenuhan belajar. 5) Menambah daya tahan ingatan. c) Kelemahan media Video-VCD.
1) Pengadaannya memerlukan biaya mahal. 2) Tergantung pada energi listrik. 3) Bersifat komunikasi searah. 4) Mudah tergoda untuk menayangkan kaset VCD yang bersifat hiburan.
3. Media Sound Slide a. Kelebihan media Sound Slide.
1) Dapat menyajikan gambar dengan proyeksi depan maupun belakang.
2) Berukuran kecil dan mudah didistribusikan sehingga praktis penggunaannya.
3) Dapat dikontrol sesuai dengan keinginan pengguna. 4) Memberikan visualisasi tentang obyek belajar apa adanya atau autentik.
b. Kelemahan media Sound Slide.
1) Pengadaannya memerlukan biaya mahal. 2) Untuk menggunakan proyeksi memerlukan ruangan gelap. 3) Gambar yang disajikan tidak bergerak. 4) Tergantung pada energi listrik. 5) Cukup rumit pembuatannya, karena harus memiliki kamera foto.
d. Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lentz dalam Arsyad (2013:20) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
1) Fungsi atensi media visual merupakan inti,yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tetarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu karena merupakan merupakan salah satu pelajaran yang kurang disenangi, oleh karena itu mereka tidak memperhatikan pada saat pelajaran berlangsung. Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui layar LCD dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima.Dengan demikian kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau melihat) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. 3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memehami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengigatnya kembali.
Dengan kata lain,media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat dalam memahami dan menerima isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
e. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran.
1. Tujuan Media Pembelajaran.
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk:
a) mempermudah proses pembelajaran di kelas,
b) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,
c) menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar, d) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran Manfaat media pembelajaran baik secara umum maupun khusus adalah sebagai alat bantu pembelajaran baik pengajar dan pembelajar. Jadi manfaat media pembelajaran adalah. a) pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, b) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya,sehingga dapat lebih mudah difahami oleh pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai pembelajaran dengan baik,
c) metode pembelajaran yang bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbalmelalui peneturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga,
d) pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain.
Selain itu, manfaat media pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar adalah sebagai berikut: 1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, sebagai berikut:
a) memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan pembelajaran, b) menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,
c) memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik,
d) memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran,
e) membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran, f) membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar, g) meningkatkan kualitas pengajaran,
h) memberikan dan meningkatkan variasi belajar, i) menyajikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik, sehingga memudahkan penyampaian, dan menciptakan kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan. 2) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar, adalah:
a) meningkatkan motivasi belajar pembelajar,
b) memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi pembelajar, c) memudahkan pembelajar untuk belajar