HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

  

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN

KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM

PROSES BELAJAR MENGAJAR

Studi Kasus : Pada Guru-Guru SMK YPKK 1 Sleman, Yogyakarta

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi

  

Oleh :

Ari Wibowo

NIM: 031334054

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

   

   

  MOTTO

  Jangan takut ! Hidup bersama Tuhan merupakan suatu petualangan yang mengagumkan

  (Paus Yohanes Paulus II) ”Masa depan harus dipikirkan, direncanakan, dan dipersiapkan sebaik- baiknya tetapi jangan sekali-kali khawatir akan hari esok.”

  (Dele Carnegie)

  ”Kita berasal dari Tuhan, kita bergantung pada Tuhan, Tuhan mempunyai rencana bagi hidup, tubuh, jiwa dan masa depan kita.” (Paus Yohanes Paulus II)

  Skripsi ini saya persembahkan kepada : ™ Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria pembimbingku yang terus bekerja dalam hidupku.

  ™ Kepada Bapak Ibuku tercinta yang dengan tulus dan doa restunya aku bisa menjadi seperti ini. ™ Kakak-kakakku yang terkasih yang telah

mendukung dan mendoakanku.

™ Dwi yang telah menyayangi dan mendoakanku. ™ Seluruh keluarga besarku terimakasih untuk semuanya. ™ Teman-temanku semua dan sahabatku.

   

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ari Wibowo Nomor Mahasiswa : 031334054

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP GURU DALAM ROSES BELAJAR MENGAJAR Studi Kasus : Pada Guru-Guru SMK YPKK 1 Sleman, Yogyakarta Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan loyalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Maret 2008 Yang menyatakan, (Ari Wibowo)

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “HUBUNGAN

  

ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN SIKAP

GURU DALAM PROSES BELAJAR”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi

  salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berupa dorongan, motivasi, bimbingan, sarana, materi. Oleh karena dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan ini, antara lain :

  1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama SJ., M.Sc. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Drs. T. Sarkim., M.Ed., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

  4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

  5. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing I yang dengan sabar membimbing serta memberi masukan dan dorongan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

  6. Ibu Corenelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempuranaan skripsi ini.

  7. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd. selaku Dosen Penguji skripsi

  8. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

  9. Bapak Drs., Joko Purwanto selaku kepala sekolah SMK YPKK 1 yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

  10. Ibu Sunarti, S.Pd., yang telah membantu kelancaran dalam pengumpulan data untuk penyelesaian skripsi ini.

  11. Segenap Bapak/Ibu guru SMK YPKK I Sleman yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dalam penelitian, serta seluruh karyawan yang telah bersedia membantu dalam mengumpulan informasi yang dibutuhkan penulis.

  12. Bapak Y. Broto Purwanto, S.Pd yang telah membantu untuk penyelesaian skripsi ini.

  13. Kedua orang tuaku (FX. Sugeng dan Th. Sunarti Yuni) yang telah memberikan semangat, perhatian, doa yang diberikan kepadaku sampai saat ini akhirnya aku lulus.

  14. Kakak-kakakku (Bang Komar, Mbak Lis, Mbak Novi), adik-adikku (Linda, Nanda, Siska, Sari) terimakasih untuk doa, dan kasih sayang.

  15. Dwi yang telah memberi semangat, kasih sayang, nasehat kepadaku dan doanya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

  16. Keluarga besar di Bangka, Demangan, Solo dan Jakarta yang telah banyak berdoa dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini terimakasih untuk semuanya.

  17. Teman-teman seperjuangan di PAK B ’03 Agus ”Pakdhe”, Anes “Om”, Encep, Wawan “Wanted”, Santi, Siska, Nining, Tiara “Bibir”, Yeni “Yenol”, Mety, Yiska, Septi, Wulan, Lala, Ana, Dewi, Hana, Koko, aku belajar banyak dari kalian, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini, dan kapan kita kumpul lagi ni.

  18. Mas Pyank, Mbak Vero, Hugo, Mas Nawan, Angga, Nonok, Mas Gogon, Ko

  19. Motor Supra X ku AB 5990 SU yang banyak membantuku kemana-mana, terimakasih untuk jasa mu, aku akan selalu menjagamu.

  20. Semua pihak yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu terimakasih untuk semuannya ya.

  Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kemajuan yang akan datang. Yogyakarta, 11 Maret 2008 Penulis

  Ari Wibowo

  

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPUASAN KERJA

DENGAN SIKAP GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

  Studi Kasus pada Guru-Guru SMK YPKK 1 Sleman, Yogyakarta

  

Ari Wibowo

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar; (2) hubungan antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.

  Penelitian dilaksanakan di SMK YPKK 1 Sleman pada bulan November 2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru-guru SMK YPKK yaitu 42 guru. Data dikumpulkan dengan metode wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Untuk mengetahui masing-masing hubungan antara konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar digunakan teknik korelasi parsial.

  Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar dengan = 0,349; (2)

  r hitung y . x x 1 2

  ada hubungan antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar dengan r = 0,310. y . x x 2 1 hitung

  

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF CONCEPT, JOB

SATISFACTION AND TEACHERS’ ATTITUDE IN TEACHING

LEARNING PROCESS

  A Case Study at Teachers’ SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta

  

Ari Wibowo

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2008

  This research aims to know whether: (1) the relationship between self concept and teachers’ attitude in teaching learning process; (2) the relationship between job satisfaction and teachers’ attitude in teaching learning process.

  This research was conducted in “SMK YPKK 1”, Sleman, in November 2007. The population of this research were 42 teachers’. The techniques for collective the data were interviews, questionnaire, and documentation. To know each relationship between self concept, job satisfaction and teachers’ attitude in teaching learning process partial correlation technique was used.

  The results of this research show that: (1) there is a relationship between self concept and teachers’ attitude in teaching learning process ( r = y . x x 1 2 count 0,349); (2) there is a relationship between job satisfaction and teachers’ attitude in teaching learning process ( r = 0,310). y . x x 2 1 count

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... ix ABSTRACT ..................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

  BAB I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Batasan Masalah .................................................................................. 4 C. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri .......................................................................................... 6

  1. Terbentuknya Konsep Diri ............................................................. 9

  2. Struktur Konsep Diri ...................................................................... 10

  3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri .... 11

  B. Kepuasan Kerja .................................................................................... 14

  1. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja ....................................................... 17

  2. Aspek Sikap ................................................................................... 23

  3. Faktor-Faktor Pembentukan Sikap ................................................. 24

  D. Proses Belajar Mengajar ...................................................................... 27

  E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 32

  F. Kerangka Berpikir ................................................................................ 33

  1. Hubungan antara Konsep Diri dengan Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ................................................................ 33

  2. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ............................................................................ 33

  G. Model Penelitian .................................................................................. 34

  H. Hipotesis ............................................................................................... 34

  BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 36 B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 36

  1. Tempat Penelitian .......................................................................... 36

  2. Waktu Penelitian ............................................................................ 36

  C. Subyek dan Obyek Penelitian .............................................................. 36

  1. Subyek Penelitian ........................................................................... 36

  2. Obyek Penelitian ............................................................................ 36

  D. Populasi ................................................................................................ 37

  E. Variabel Penelitian ............................................................................... 37

  1. Variabel Bebas ............................................................................... 37

  2. Variabel Terikat ............................................................................. 38

  F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40

  1. Kuesioner ....................................................................................... 40

  2. Dokumentasi .................................................................................. 41

  3. Observasi ........................................................................................ 41

  4. Wawancara ..................................................................................... 41

  2. Pengujian Reliabilitas .................................................................... 46

  H. Hubungan SMK dengan Institusi Lain ................................................. 59

  1. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ............................................................................ 69

  C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 69

  2. Pengujian Hipotesis Penelitian ....................................................... 65

  1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ................................................. 63

  B. Analisis Data ........................................................................................ 63

  3. Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar .................................. 62

  2. Kepuasan Kerja .............................................................................. 61

  1. Konsep Diri .................................................................................... 60

  BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ...................................................................................... 60

  G. Fasilitas atau peralatan sekolah ............................................................ 58

  H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 48

  F. Kondisi Fisik dan Lingkungan ............................................................. 58

  E. Siswa .................................................................................................... 57

  D. Sumber Daya Manusia ......................................................................... 55

  C. Organisasi Sekolah SMK YPKK 1 Sleman ......................................... 55

  B. Tujuan Pendidikan di SMK .................................................................. 54

  2. Visi dan Misi SMK YPKK 1 Sleman ............................................ 53

  1. Sejarah SMK YPKK 1 Sleman ...................................................... 53

  BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Mengenal Sekolah ................................................................................ 53

  2. Pengujian Hipotesis Penelitian ....................................................... 49

  1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ................................................. 48

  2. Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Sikap Guru Dalam

  BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 73 B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 73 C. Saran ..................................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengaruh Konsep Diri dan Kepuasaan Kerja Terhadap Sikap

  Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ........................................ 34

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Konsep Diri, Kepuasan Kerja dan Sikap Guru Dalam

  Proses Belajar Mengajar ................................................................ 39

Tabel 3.2 Tabel Validitas Konsep Diri........................................................... 43Tabel 3.3 Tabel Validitas Kepuasan kerja ..................................................... 44Tabel 3.4 Tabel Validitas Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ......... 45Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ........................................................................ 47Tabel 3.6 Hasil Pengujian Reliabilitas ........................................................... 47Tabel 3.7 Indeks dan Interprestasi Korelasi ................................................... 52Tabel 4.1 Daftar Nama Guru SMK YPKK 1 ................................................. 56Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Konsep Diri .................................................. 61Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja............................................. 62Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar . 63Tabel 5.4 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Konsep Diri, Kepuasan

  Kerja, dan Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar ................. 64

Tabel 5.5 Tabel Linieritas .............................................................................. 65

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I. Kuesioner .............................................................................. 79 Lampiran II. Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 84 Lampiran III. Data Induk Penelitian ........................................................... 90 Lampiran IV. Daftar Distribusi Frekuensi ................................................... 94 Lampiran V. Pengujian Normalitas Dan Linieritas .................................... 98 Lampiran VI. Perhitungan Korelasi Partial ................................................. 99 Lampiran VII. Perhitungan Persentase Kuesioner ........................................ 102 Lampiran VIII. Tabel Statistik ...................................................................... 103 Lampiran IX. Surat Ijin Penelitian ............................................................... 106 Lampiran X. Surat Keterangan ................................................................... 108 Lampiran XI. Struktur Organisasi Sekolah .................................................. 109

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran dunia pendidikan baik informal maupun formal sangatlah

  berpengaruh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dalam hal ini adalah peserta didik atau siswa. Pendidikan yang bermutu tentu saja akan menghasilkan output yang baik dan berkualitas. Dalam rangka meningkatkan kualitas output, guru merupakan faktor yang paling penting.

  Menurut Bafadal (kompas, 23 maret 2007) pembelajaran di sekolah mustahil terlaksana tanpa pengembangan profesionalisme guru. Ibarat penyakit terpuruknya kualitas guru ini sudah seperti penyakit kronis, bahkan sudah dalam tahap sekarat. Oleh karena itu, setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Usaha-usaha itu meliputi peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kemampuan guru melalui penataran- penataran, pendidikan lanjutan, diskusi kelompok, studi banding serta secara kolektif guru ditawarkan pembuatan pendalaman materi pelajaran, pengembangan bahan ajar, penelitian tindakan kelas, pengembangan model uji kompetensi dan proses sertifikasi bagi pendidik, serta penulisan karya ilmiah (kompas, 7 maret 2007).

  Misalnya, ada guru yang mengajar tanpa membuat persiapan dan kurang memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam proses belajar mengajar serta dalam penyampaian materi terlalu cepat sehingga membuat siswa kesulitan untuk menerima materi tersebut. Guru yang seperti ini belum mempunyai dorongan yang kuat dari dalam diri guru itu sendiri untuk merasakan atau mengecap kepuasan profesinya melalui bidang studi yang diampunya, penerapan metode yang benar dalam proses belajar dan kemampuan melaksanakan evaluasi yang baik sesuai dengan ketentuan yang ada.

  Dalam proses belajar mengajar seorang guru memiliki sikap yang berbeda-beda dihadapan para anak didiknya. Sikap guru yang diperlihatkan kepada para anak didiknya merupakan pancaran kepribadian individu seorang guru yang sebenarnya. Sikap yang dimiliki guru dalam proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki guru serta tingkat kepuasan yang dicapai oleh guru tersebut.

  Sikap senantiasa mengikutsertakan segi evaluasi yang berasal dari komponen karakteristik afeksi. Komponen afeksi mengandung sistem penilaian emosional yang dapat bersikap positif atau negatif atau dapat menimbulkan perasaan senang maupun tidak senang. Guru merupakan pelaksana utama dalam kegiatan proses belajar mengajar, maka sikap positif maupun negatif terhadap pekerjaannya akan sangat berpengaruh terhadap memberlakukannya ketika dia masih anak-anak, ketika ia belum mampu menyaring benar tidaknya perkataan orang lain terhadap dirinya.

  Seorang guru pasti memiliki konsep diri yang tegas dan jelas dalam hidupnya, konsep diri yang seperti ini akan mendukungnya dalam bersikap ketika harus menghadapi siswanya maupun ketika akan menyampaikan materi pelajaran dengan pemilihan metode pengajaran yang tepat. Guru yang memiliki konsep diri yang baik akan memiliki sikap yang baik pula terhadap siswa maupun teman sejawatnya dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, guru yang memiliki konsep diri yang tidak baik maka sikap yang ditunjukan juga akan tidak baik sehingga akan mengurangi rasa hormat dan simpati dari para siswanya. Oleh karena itu, konsep diri akan membatasi bagaimana seseorang menilai tentang dirinya sendiri, apa yang mungkin dapat dilakukan dimasa depan dan bagaimana seseorang tersebut menilai penampilannya sendiri, sehingga ia akan bersikap sesuai dengan karakteristik.

  Selain konsep diri yang baik, kepuasan kerja juga dapat mempengaruhi sikap yang ditunjukan kepada para siswa maupun pada teman-teman sejawatnya sehingga menjadi lebih baik dan positif. Kepuasan kerja juga sangat menentukan kepribadian seseorang, karena mempunyai kaitan yang erat dengan kebutuhan individual guru. Kepuasan kerja guru akan timbul apabila guru tersebut merasakan bahwa pengalaman-pengalaman yang diperolehnya dalam bekerja dapat memenuhi kebutuhannya sebagai individu

  Oleh sebab itu, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk melihat sejauh mana konsep diri dan kepuasan kerja memiliki hubungan dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan Antara Konsep Diri dan Kepuasaan Kerja Dengan Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar”.

  B. Batasan Masalah

  Dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti konsep diri, kepuasan kerja dan sikap guru dalam proses belajar mengajar.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut.

  1. Apakah ada hubungan positif antara konsep diri dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar?

  2. Apakah ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar?

  D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk memperoleh bukti :

  2. Ada atau tidaknya hubungan antara kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar.

E. Manfaat Penelitian

  1. Kegunaan akademik (teoritik) Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan dan sebagai pembanding bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pengembangan topik ini.

  2. Kegunaan praktis-empiris a. Mahasiswa.

  1) Sebagai calon guru, peneliti semakin mengetahui dan memahami bahwa peranan penting konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar. 2) Melatih dan mengaplikasikan antara pengetahuan teoritik dengan kenyataan.

  b. Bagi Guru Sebagai bahan untuk mengevaluasi diri dan sebagai masukan serta pedoman untuk melihat sejauh mana konsep diri serta kepuasaan kerja serta menentukan sikap dalam proses belajar mengajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri Kunci keberhasilan hidup kita adalah konsep diri yang positif. Konsep

  diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu

  

operating system yang menjalankan suatu komputer. Terlepas dari sebaik

  apapun perangkat keras komputer dan program yang di-install, apabila sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka komputer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia. Ada berbagai macam definisi mengenai konsep diri yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli bahkan dari beberapa definisi tersebut telah dicantumkan di dalam berbagai buku. Beberapa ahli telah mendefenisikan konsep diri secara berbeda-beda meskipun pada dasarnya konsep yang ingin disampaikan sama.

  Ada berbagai definisi tentang konsep diri, diantaranya, konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter- install akan masuk dipikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil

  Demikian pula sebaliknya. Konsep diri dapat juga didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa- apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup (www.e-psikologi.com). Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.

  Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan di pandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan (www.e-psikologi.com). Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan orang lain, spontan dan orisinil, bebas mengemukakan pendapat dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang serta tidak takut untuk bergaul dengan siapa saja karena dia dapat

  Konsep diri ideal juga dapat diartikan adalah seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakan (Hurlock, 1999:237). Menurut Burns (Susanto, 2001:7) mengatakan bahwa konsep diri merupakan pengertian, harapan dan penilaian seseorang mengenai bagaimaana dirinya yang dicita-citakan dan dirinya dalam realita yang sesungguhnya secara fisik maupun psikologis. Pada saat seseorang mempunyai satu rangkaian pengertian tentang dirinya ia juga mempunyai satu rangkaian pandangan lain yaitu kemungkinan menjadi apa dimasa yang akan datang.

  Menurut Traver (Ananda, http://www.geocities.com/jipsumbar) bahwa konsep diri memiliki energi yang berpengaruh terhadap perilaku guru, menghasilkan kegiatan pembelajaran yang penuh semangat, dan adanya rasa percaya bahwa pembelajaran tersebut sangat bermanfaat.

  Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri guru muncul dari dalam guru itu sendiri dan merupakan bagian dari sikap guru itu sendiri. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak p erilaku inferior lainnya sehingga orang tidak berani melakukan sesuatu yang terbaik dan menilai dirinya tidak mempunyai kemampuan yang lebih.

1. Terbentuknya Konsep Diri

  Konsep diri tumbuh dan berkembang melalui proses internalisasi pengalaman psikologis. Pengalaman tersebut tumbuh atas dasar eksplorasi individu terhadap lingkungannya dan merupakan hasil refleksinya sendiri terhadap reaksi dan perlakuan orang lain yang sangat berpengaruh atas dirinya. Jadi konsep diri merupakan hasil pengalaman belajar, bukan pembawaan sejak lahir tetapi berkembang secara bertahap sebagai hasil pemahaman tentang dirinya dan orang lain yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman (Burns, 1993:186).

  Konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu orang lain. Artinya konsep diri terbentuk dari pengalaman seseorang dalam membangun relasi dengan orang lain. Dalam berinteraksi, seseorang akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan sebagai cermin bagi seseorang untuk menilai dan memandang dirinya sendiri.

  Selanjutnya Roger (Burns, 1993:47) mengemukakan bahwa gambaran diri yang sudah tertanam dengan baik di masa kecil akan berkembang dan mengambil cara khusus untuk mengungkapnya. Salah satu alasan mengapa rasa hormat dan penghargaan terhadap diri seseorang sangat penting adalah ketika orang melepaskan sikap kekanak-kanakannya dan memperluaskan pandangannya dimasa dewasa, dia tetap

2. Struktur Konsep Diri

  Secara hierakis, konsep diri terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat pertama adalah konsep diri global. Konsep diri global merupakan gambaran atau kenyakinan seseorang dalam memahami dirinya sendiri secara menyeluruh. Selanjutnya dibawahnya, pada tingkat kedua adalah konsep diri mayor merupakan gambaran serta keyakinan seseorang dalam memahami aspek sosial, fisik dan akademis dirinya. Tingkat ketiga adalah konsep diri spesifik merupakan cara individu memahami dirinya sendiri terhadap setiap jenis kegiatan dalam aspek akademis sosial maupun fisik.

  Menurut James (pudjijogyanti, 1985:5) konsep diri global merupakan suatu arus kesadaran dari seluruh keunikan individu. Dalam arus kesadaran itu ada “The I” yaitu aku subyek dan “The Me” yaitu aku obyek. Kedua “aku” ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dibedakan atau dipisahkan satu sama lain. Aku obyek ada karena proses menjadi tahu dan proses ini bisa terjadi karena manusia mampu merefleksi dirinya sendiri.

  Dalam konsep diri global, apa yang dinilai oleh individu tentang dirinya sendiri dapat dibagi, sebagai berikut.

  a. Konsep diri yang disadari, yaitu pandangan individu akan kemampuan dan perannya.

  b. Konsep diri sosial atau konsep diri menurut orang lain yaitu, c. Konsep diri ideal yaitu harapan seseorang akan dirinya sendiri atau cita-cita yang akan dicapai.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri.

  Fitt (Kusumatuti, 2000:18) mengemukakan lima faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut antara lain:

  a. Diri fisik (psysical self); Dilihat dari segi fisik, kesehatan, penampilan luar dan gerakan motoriknya, bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri. Perasaan yang dimiliki oleh seseorang mengenai diri fisik serupa dengan perasaan yang ia pegang mengenai dirinya sendiri secara umum.

  Penilaian yang positif terhadap keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun orang lain sangat mempengaruhi pembentukan perkembangan konsep diri ke arah positif. Sebaliknya pandangan atau penilaian seseorang yang bersifat negatif terhadap diri seseorang akan mengarahkan pada perkembangan konsep diri yang negatif.

  Hal ini sependapat Burns (1993:197) yang mengatakan bahwa penilaian yang positif terhadap keadaan fisik seseorang, baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain sangat membantu perkembangan konsep diri ke arah yang positif. Penilaian yang positif ini akan menumbuhkan rasa puas terhadap diri sebagai individu menyebabkan individu sulit untuk menerima dirinya, rendah diri atau minder dan kurang percaya diri.

  b. Diri pribadi (personal selft) Di dalam individu masing-masing orang memilik kemampuan untuk menilai dirinya sendiri dan bagaimana ia melihat dirinya diri pribadinya sendiri. Seseorang yang dapat memandang dirinya sendiri secara positif tentu akan lebih mudah untuk menerima keberadaan dirinya yaitu kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, serta tidak mempunyai rasa malu dan takut untuk mengungkapkan diri pribadinya kepada setiap orang, dan sebaliknya apabila seseorang memandang rendah diri pribadinya sendiri tentu akan mengalami kendala untuk menerima keadaan dirinya sendiri dan orang lain serta akan memiliki rasa takut untuk mengungkapkan diri pribadinya kepada orang lain.

  c. Diri keluarga (family self) Keluarga merupakan lingkungan pertama yang menanggapi perilaku individu baik orang tua, saudara kandung, atau orang lain yang tinggal dalam satu atap dengan individu (Burns, 1993:256). Selanjutnya, Stoot (Burns, 1993:257) mengemukakan bahwa pola membesarkan anak berasal dari keluarga di mana terdapat penerimaan, rasa saling percaya, dan kecocokan antara anak dan orang tua, diberi kebebasan untuk berkembang, diberi batasan yang tegas mengenai mengenai diri mereka sendiri. Hal ini tentu saja akan membawa konsep diri seseorang yang positif.

  d. Diri etika moral (moral ethical self) Individu yang memiliki etika moral matang akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bila tidak memenuhi harapan sosial ia tidak akan merasa bersalah terhadap perilakunya, mampu memilih dan mampu menentukan perilaku yang di inginkan.

  Sebaliknya, individu yang tidak memiliki etika moral yang matang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan standar-standar moral yang telah ditetapkan oleh masyarakat dan penerimaan dirinya rendah.

  e. Lingkungan sosial (social self) Perkembangan konsep diri juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi konsep diri ke arah positif atau negatif dipengaruhi oleh adanya perbedaan perilaku orang tua dari status sosial ekonomi yang tinggi dan menengah akan menekankan kemandirian, memberi tingkat aspirasi yang tinggi, mendukung dan memberi perhatian serta kasih sayang kepada mereka.

  Hal ini akan mempengaruhi konsep diri pada lingkungan sosial yang positif. Sebaliknya, bila orang tua dari status sosial ekonomi rendah menekankan pada memberikan hukuman, aspirasi rendah dan memberikan sedikit rasa kasih sayang serta perhatian kepada mereka

  Berzonsky (Yulianti, 1997:21) mengemukakan bahwa konsep diri memiliki beberapa faktor sebagai berikut: 1). faktor fisik, merupakan penilaian seseorang terhadap segala sesuatu yang dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, benda-benda yang menjadi miliknya dan sebagainya;

  2). faktor psikis, merupakan pikiran sikap dan perasaan yang ia miliki terhadap dirinya sendiri; 3). faktor sosial, adalah bagaimana peranan sosial yang dimainkan seseorang dan penilaian seseorang terhadap peran tersebut; 4). faktor moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi konsep diri tersebut secara garis besar mencakup faktor penilaian individu terhadap diri sendiri dari sudut pandangnya sendiri dan berdasarkan pandangan orang lain di sekitarnya.

B. Kepuasan Kerja

  Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual, di mana setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang beraneka ragam sesuai dengan sistem yang berlaku dalam dirinya. Semakin besar aspek-aspek

  Kebutuhan seseorang memang beraneka ragam, tetapi ada kebutuhan utama yang harus diinginkan oleh seseorang untuk dipenuhi tetapi ada juga kebutuhan utama yang harus diutamakan dalam pemenuhannya, misalnya saja ada balas jasa yang adil, pekerjaan aman secara ekonomis, rekan kerja yang dapat bekerja sama, serta lingkungan kerja yang harmonis Dibawah ini adalah pendapat beberapa ahli tentang kepuasan kerja.

  1. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja termasuk di dalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis (As,ad, 1978:62).

  2. Menurut Handoko (1985:143) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

  3. Kepuasan kerja merupakan suatu keadaan emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan bersangkutan (Martoyo, 2000:142).

  Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja menyangkut sikap karyawan terhadap pekerjaan dan kondisi yang terkait

  Ada beberapa teori-teori yang terkenal dalam hal ini adalah equity

  

theory dan two factor theory (Siagian, 1995: 164). Intisari dari teori-teori

tersebut adalah teori keadilan dan teori dua faktor.

  1. Teori keadilan (Equity theory) Teori keadilan menjelaskan bahwa orang atau karyawan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas situasi atau keadaan yang ada. Perasaan adil atau tidak adil atas situasi yang diperoleh karyawan dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas atau sederajat.

  2. Teori dua faktor (Two factor theory) Teori dua faktor yang dikembangkan oleh Herzberg yang dikutip oleh Siagian (1995:164) pada prinsipnya membedakan faktor-faktor penyebab kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja. Pemenuhan terhadap faktor ketidakpuasan kerja tidak akan menyebabkan kepuasan kerja tetapi hanya akan mengurangi ketidakpuasan kerja. Kesimpulan dari teori ini adalah memberikan gambaran bahwa kepuasan akan hasil pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh faktor pemuas. Faktor pemuas tersebut adalah prestasi, pengakuan, memperoleh kemajuan, telah mengerjakan sesuatu hal yang cukup penting dan tanggung jawab.

1. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja

  Harold E. Burt (As’ad, 1995:112) mengemukakan pendapatnya tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

  a. faktor hubungan antar karyawan, antara lain hubungan langsung antara atasan dengan karyawan, faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan sosial antara karyawan, sugesti dari teman sekerja, emosi dan situasi kerja; b. faktor individual yaitu berhubungan dengan sikap, umur, jenis kelamin; c. faktor-faktor luar yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan, rekreasi dan pendidikan.

  Menurut Tiffin dan Cormick yang dikutip oleh (As’ad, 1995:362) yang mempelajari hasil penelitian kemudian mengelompokkan faktor- faktor kepuasan kerja sebagai berikut.

  a. Ketenagakerjaan, yaitu keadaan yang dirasakan aman adalah merupakan faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi perasaan nyaman karyawan.

  b. Kompensasi-kompensasi, yaitu penerimaan fasilitas yang bukan berupa uang.

  c. Keuntungan-keuntungan finansial, meliputi: gaji, tunjangan, dan lain- d. Kesempatan untuk maju. Seseorang akan merasa puas apabila dirinya sudah pernah merasakan maju di depan tempat ia bekerja, e. Kejelasan tentang status atau kedudukan tiap karyawan. Setiap karyawan ingin mengetahui status yang ada di tempat kerja sehingga tidak terjadi kesalahpahaman karyawan satu dengan yang lainnya. De Santis dan Durst (Emilisa, 2001:232) menjelaskan beberapa faktor pembentuk kepuasan kerja sebagai berikut.

  a. Upah finansial dan nonfinansial

  Finansial reward dan promotion opportunities merupakan variabel

  yang secara nyata berhubungan dengan kepuasan kerja. Selain itu

  fringe benefits seperti waktu libur merupakan mekanisme lain untuk memberi kompensasi berdasarkan jasa yang telah diberikan.

  b. Karakteristik pekerjaan Karyawan yang melakukan tugasnya dengan memiliki sifat-sifat dalam

  skill variety, job significance, autonomy dan feedback akan

  menggunakan pengalaman mereka untuk mencapai kepuasan kerja lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang tidak menanggapi hal tersebut di atas.

  c. Karakteristik lingkungan kerja Lingkungan kerja dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Hal- hal lain yang dapat meningkatkan kepuasan kerja adalah office d. Karakteristik personal Variabel yang terakhir adalah karakteristik pribadi dari seseorang. Para peneliti mempelajari beberapa atribut seperti sex, age, role and

  educations yang diperoleh dalam hubungannya dengan kepuasan kerja.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dirangkum menjadi faktor-faktor kepuasan kerja sebagai berikut (As’ad, 1995:113).

  a. Faktor finansial (jaminan kerja), merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, meliputi: sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan penghargaan prestasi kerja.

  b. Faktor fisik, merupakan fakta yang berhubungan dengan kondisi kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, kondisi kesehatan, dan lainnya.

  c. Faktor sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasan atau pimpinan maupun dengan bawahan yang berbeda jenis pekerjaannya dalam satu lingkungan kerja.

  d. Faktor psikologis, merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejiwaan yang meliputi: minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja dan bakat.

C. Sikap Guru

  Bagaimana guru memandang dan menyikapi profesinya, akan sangat menjalani tersebut bersikap, berperilaku dalam proses pembelajarannya itu. Dengan kata lain pandangan seorang guru belum tentu cukup untuk melihat atau menunjukan secara langsung keberhasilan kerjanya, tetapi dengan adanya sikap yang dilandasi oleh pandangan itulah yang bisa dikaitkan dengan keberhasilan proses pembelajaran.

  Untuk dapat mengupayakan agar sikap dan perilaku guru dapat seperti yang diharapkan, terlebih dahulu kita perlu memahami apa arti sikap itu sendiri. Menurut Y oung (Ananda, 2001) dalam

  h ttp://www.geocities.com/jipsumbar, “As primary motives (attitudes) arouse behavior; they sustain or terminate an activity and progress, they regulate and organize behavior ... and they lead to the acquisition of motives, stable dispositions to act.”

  

Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat

membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan perilaku individu terhadap sekumpulan objek. Walaupun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan perilaku manusia .

  Menurut Peak (Ananda, 2001) dalam

  http://www. geocities.com/jipsumbar sikap memiliki "the effect emphasizing