PENGATURAN PAJAK LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MESUJI

  

PENGATURAN PAJAK LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MESUJI

  (Skripsi) Oleh

  Ahmad Nur Hidayat 1212011022

  FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

  

PENGATURAN PAJAK LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MESUJI

Ahmad Nur Hidayat, Muhammad Akib, Marlia Eka Putri

  Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Lampung Jalan, Prof, Dr, Ir, Soemantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung

  

E-mail

Abstrak: Pajak Lingkungan atau yang dunia internasional dikenal dengan green tax

  adalah salah satu instrumen fiskal dalam upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup. Dalam kenyataannya pengaturan hukum dan implementasinya masih lemah. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah; 1). Bagaimanakah Pengaturan Pajak Lingkungan sebagai upaya perlindungan lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji?. 2). Bagaimanakah implementasi pajak lingkungan sebagai upaya perlindungan lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji? Metode yang digunakan dalam penelitian adalah normatif-empiris, dengan menggunakan data primer dan data sekunder, kemudian dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan, pengaturan hukum pajak lingkungan di Kabupaten Mesuji belum diatur secara eksplisit, namun berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, terdapat dua jenis pajak yang berhubungan dengan lingkungan hidup yaitu Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan serta Pajak Air Bawah Tanah. Implementasi pajak lingkungan di Kabupaten Mesuji belum berorientasi kepada perlindungan lingkungan hidup, masih lebih banyak berorientasi kepada peningkatan Pendapatan Asli Daerah, selain itu kurangnya peran pemerintah dalam pengawasan terhadap kegiatan perlindungan lingkungan serta bentuk pengembalian pajak yang kurang terhadap upaya perlindungan lingkungan hidup.

  

Kata kunci: Pengaturan Pajak Lingkungan, Implementasi Pajak Lingkungan,

Perlindungan Lingkungan Hidup

  

THE REGULATION OF ENVIRONMENTAL TAX AS SAFEGUARD OF

LIVING ENVIRONMENTAL IN THE MESUJI REGENCY

Hidayat Nur Ahmad, Muhammad Akib, Marlia Eka Putri

  Administrative Law, Faculty of Law, University of Lampung Road, Prof Dr Ir, Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

  

E-mail

Abstract: Environmental Tax or internationally known as the green tax is a fiscal

  instrument for the protection of the environment. In reality the rule of law and its implementation is still weak. Based on this background, the problem of this research is; 1). How is the environmental tax settings as safeguard of living environmental in the Mesuji Regency ?, 2). How is the implementation of an environmental tax as safeguard of living environmental in the Mesuji Regency? This research used normative-empirical method, primary and secondary data, and will be analyzed by descriptive qualitative.

  The results showed that set of the tax environmental law in the Mesuji Regency has not been set explicitly, but by District Regulation Mesuji No. 2 of 2012 on Local Taxes, there are two types of taxes related to the living environment that the Tax Non Metallic Minerals, Rocks and Water Tax Underground. Implementation of living environmental tax in the Mesuji Regency has not yet oriented to living environmental protection, more oriented to increase regional revenue, in addition to the lack of the government's role in the oversight of the activities of environmental protection as well as the form of tax refunds less to safeguard the environment.

  

Keywords : Tax arrangements Environment, Implementation of Environmental

  Taxes, Environmental Protection Judul Skripsi :PENGATURAN PAJAK LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MESUJI

  Nama Mahasiswa : Ahmad Nur Hidayat Nomor Pokok Mahasiswa : 1212011022 Bagian : Hukum administrasi Negara Fakultas : Hukum

  

MENYETUJUI

1.

  Komisi Pembimbing

  Prof. Dr. Muhammad Akib S.H,. M.H. Marlia Eka Putri S.H.,M.H

  NIP. 1963091618031005 NIP. 198403212006042001 2.

  Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

  

Upik Hamidah S.H,.M.H

  NIP. 196006061987032012

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia, artinya sumber daya alam yang ada di Indonesia digunakan hanya untuk kemakmuran rakyat Indonesia hal ini dipertegas dalam Pasal

  33 UUD 1945 yang menyatakan “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Termasuk mengenai lingkungan yang harus digunakan atau dilestarikan berdasarkan pembanguan berkelanjutan.

  Lingkungan hidup merupakan tempat dimana kesatuan ruang dan waktu menjadi satu kesatuan yang utuh, yang memberikan manfaat kepada manusia dan mahluk hidup pada umumnya. Menurut Pasal 1 angka 1 UU No 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup (UUPPLH), menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

  Pemanfaatan lingkungan hidup harus memberikan dampak positif baik untuk keberlangsungannya maupun untuk wilayah disekitarnya, misalnya dengan melakukan penggundulan hutan daerah disekitarnya akan merasakan akibatnya, yaitu terjadinya longsor, maupun kekeringan yang berkepanjangan karena tidak adanya daerah resapan air, termasuk terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang dihasilkan adanya pemanfaatan lingukungan tersebut. Artinya pemanfaatan tersebut akan berimbas kepada wilayah yang lainnya apabila tidak memperhatikan pelestarian lingkungan, sehingga upaya perlindungan lingkungan hidup harus mampu dijalankan dengan baik. Pembangunan adalah salah satu pemanfaatan lingkungan yang perkembangan zaman, dimana banyaknya pembangunan yang dilakukan memberikan dampak kepada lingkungan, yaitu semakin sempitnya ruang terbuka yang menjadi hak konstitusional warga untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan bersih. Banyak yang berpendapat bahwa pemerintah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara banyaknya pembangunan yang dilakukan untuk menarik investor ke Indonesia, tetapi dalam aspek lingkungan pemerintah gagal yaitu aspek sosial dan lingkungan. Emil salim mengemukakan bahwa pembangunan di Indonesia masih jauh dari yang digaungkan dengan nama pembangunan berkelanjutan

  (sustainable development), dimana

  diperlukan keterkaitan antara dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan, agar pembangunan tetap berlanjut dalam situasi yang ajeg untuk jangka waktu yang panjang. Diperlukan pengelolaan yang baik untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang berawasan lingkungan.

  Keterkaitan antara kegiatan ekonomi dengan sumber daya alam dan lingkungan menjadi penting. Hal ini dikarenakan proses produksi dan konsumsi tidak hanya membutuhkan sumber daya alam sebagai salah satu faktor input, tetapi juga akan menghasilkan output sisa (limbah) yang akan mempengaruhi kondisi maupun kelangsungan lingkungan. Persoalan yang berdampak kepada lingkungan mengharuskan pengelolaan atas dampak negatif yang muncul akibat dampak negatif atas manfaat yang diperoleh dari sumber daya alam yang dikelola tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan sehingga biaya yang membengkak harus ditanggung. Permasalahan yang timbul karena karakteristik dari beberapa sumber daya alam dan lingkungan dikategorikan sebagai barang publik yang berimbas kepada tindakan konsumsi maupun eksploitasi yang berlebihan.

  Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup, terdiri dari tiga hal yaitu pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan lingkungan hidup dengan menerapkan kebijakan instrumen hukum. Instrumen kebijakan hukum diantaranya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Tata Ruang, Baku Mutu Lingkungan, kriteria baku mutu kerusakan lingkungan hidup, AMDAL, UKL-UPL, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan yang berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis resiko lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lingkungan hidup lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.

  Pajak lingkungan hidup harus melindungi lingkungan, yaitu melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Mesuji, yaitu Peraturan Daerah No 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, namun pengawasan yang dilakukan belum maksimal, untuk menekan tingkat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, oleh karena itu, perlu peningkatan pajak lingkungan hidup dan/atau disensitif.

  Pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan terjadi akibat eksploitasi yang berlebihan sehingga akibat yang dihasilkan harus adanya pemulihan terkait pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan, oleh karena itu diperlukan kebijakan yang efektif untuk menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan sebagai wujud pembangunan berkelanjutan, hal ini yang terjadi di salah satu Kabupaten di Lampung, yaitu Kabupaten Mesuji. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :

  “Pengaturan Pajak Lingkungan sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup di Kabupaten Mesuji”

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka beberapa pokok permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah pengaturan pajak lingkungan sebagai upaya Kabupaten Mesuji? 2. Bagaimanakah implementasi pajak lingkungan upaya perlindungan lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji ?

1.3 Ruang Lingkup

  Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi dan hanya pada Pajak Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji No 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. Yaitu tentang implementasi Pajak Air Bawah Tanah dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.

  1..4 Tujuan dan Manfaat penelitian a.

  Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui pengaturan pajak lingkungan sebagai upaya perlindungan lingkungan di Kabuptaten Mesuji.

  2. Mengetahui implementasi pajak lingkungan, sebagai upaya perlindungan lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji.

  b.

  Manfaat dari penulisan skripsi antara lain: Manfaat teoritis karya tulis atau skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan acuan untuk mengembangkan wawasan terutama tentang Hukum Lingkungan Hidup dan Pajak. khususnya tentang kekuatan hukum kekuatan hukum lingkungan dalam mencegah terhadap pencemaran dan/atau krusakan lingkungan.

  2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam karya tulis atau skripsi ini adalah untuk : I.

  Memperluas wawasan penulis dalam lingkup Hukum Lingkungan dan Pajak khususnya tentang kekuatan hukum kekuatan hukum lingkungan dalam mencegah terhadap pencemaran dan/atau krusakan lingkungan.

  II. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat, akademisi, dan kalangan birokrat pemerintahan yang kaitannya dengan Hukum III.

  Referensi bahan bacaan dan sebagai sumber data atau acuan bagi peneliti yang berhubungan dengan Hukum Lingkungan dan Hukum Pajak khususnya tentang keberadaan hukum sebagai upaya pencegahan dan/atau kerusakan lingkungan.

  Metode penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan perundang-undangan (in abstracto) serta penerapannya pada peristiwa hukum (in

  concreto ). Fokus penelitian hukum

  normatif-empiris adalah pada penerapan atau implementasi ketentuan hukum normatif (in abstracto) pada peristiwa hukum tertentu (inconcreto) dan hasilnya. Eksistensi dari pemberlakuan atau implementasi hukum normatif itu dapat berupa:

  a) Perbuatan hukum nyata; dan

  2.2. Pendekatan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu:

  1. Pendekatan normatif, adalah pendekantan yang dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bahan-bahan literatur yang erat kaitannya dengan Kebijakan Pemerintah Daerah, yang dalam hal ini lebih khusus terhadap Kabupaten Mesuji dalam hal Pengaturan Pajak Lingkungan sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup Di Kabupaten Mesuji.

BAB II METODE PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian

  2. Pendekatan empiris, adalah pendekatan yang dilakukan melalui pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya dan terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan Implementasi sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan

b) Dokumen hukum.

2.3. Sumber Data

  d) Undand-Undang Nomor Nomor

  Daerah Mesuji

  h) Peraturan

  Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

  g) Peraturan Pemerintah No 27

  Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji Di Provinsi Lampung

  f) Undang-Undang Nomor 49

  Lingkungan Hidup

  e) Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

  23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

  Penelitian ini menggunakan bahan penelitian yang bersumber dari data-data sebagai berikut :

  1) Data Primer

  c) Undang-Undang Nomor 28

  Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

  b) Undang-Undang Nomor 32

  Republik Indonesia Tahun 1945

  a) Undang-Undang Dasar Negara

  Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukm yang mengikat, adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

  a. Bahan Hukum Primer

  Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum

  2) Data Sekunder

  Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Pengumupalan data primer dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah, dan Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupten Mesuji. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara proses penegakan dan penerapan Pajak Lingkungan sebagai Upaya pelindungan Lingkungan Hidup sebagai data pelengkap.

  Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retrbusi Daerah Pajak Daerah tanpa kesalahan. i)

  2) Peraturan Daerah Kaupeten Penandaan Data (coding)

  Mesuji No 3 Tahun 2012 Yaitu pembenaran tanda pada data Tentang Retribusi Jasa Umum yang diperoleh, baik berupa penomoran ataupun penggunaan tanda atau simbol atau kata tertentu

b. Bahan Hukum Sekunder

  Bahan yang memberikan yang menunjukkan penjelasan mengenai bahan hukum golongan/kelompok/klasifikasi primer, anatar lain buku-buku data menurut jenis dan sumbernya, literatur ilmu hukum, baik hukum dengan tujuan untuk menyajikan administrasi negara, karya ilmiah data secara sempurna, dari kalangan hukum, jurnal hukum, memudahkan rekonstruksi serta dan artikel, serta bahan-bahan lain analisis data. yang terkait dengan permasalahan 3)

  Penyusunan/Sisteatisasi Data dalam penelitian ini. (constructing/sistematizing) Yaitu kegiatan menabulasi secara

  

3). Metode Pengumpulan dan sistematis data yang sudah diedit

Pengelolaan Data

  dan diberi tanda menurut klasifikasi Untuk memperoleh data yang benar dan urutan masalah. dan akurat dalam penelitian ini

  Penyusunan/klasifikasi data akan ditempuh prosedur sebagai berikut: memudahkan analisis data. 1)

  Pemeriksaan Data (editing) Yaitu pembenaran apakah data

  4). Analisis Data

  yang terkumpul melalui studi Data hasil pengolahan tersebut pustaka, dokumen dan wawancara dianalisis secara deskriptif yang berhubungan dengan kualitatif yaitu menguraikan data

  Pengaturan Pajak Lingkungan secara berkualitas dalam bentuk sebagai Perlindungan Lingkungan kalimat yang teratur, logis dan Hidup sudah dianggap lengkap, efektif sehingga memudahkan relevan, jelas, tidak berlebihan dan hasil analisis guna menjawab permasalahan yang ada.

  3.1. Gambaran Umum Kabupaten Mesuji

  Kabupaten Mesuji adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Kabupaten ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung serta Kabupaten OKI Provinsi Sumatera Selatan.

  Kabupaten ini memisahkan diri dari Kabupaten Tulang Bawang dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada tanggal 29 Oktober 2008. Sesuai dengan amanah UU No. 49 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji, ditetapkan bahwa ibu kota Kabupaten Mesuji adalah kecamatan Mesuji, berdasarkan hasil musyawarah tokoh-tokoh masyarakat ditetapkan bahwa ibukota terletak tepatnya di Kampung Wiralaga Mulya Kecamatan Mesuji. Nama Wiralaga Mulya diambil dari penggabungan dua Kampung Di

  Kecamatan Mesuji yaitu Kampung Wiralaga dan Kampung Sidomulya yang juga berdasarkan hasil musyawarah tokoh masyarakat dan para tetua adat yang ada di Kabupaten Mesuji. Pemilihan ibukota kabupaten di Kecamatan Mesuji merupakan solusi terbaik dalam hal pemerataan kesempatan pembangunan, dalam hal ini Kabupaten Mesuji menggunakan prinsip “Segitiga Emas” yakni Kecamatan Mesuji sebagai pusat pemerintahan, Kecamatan Mesuji Timur sebagai sentra pertanian dan perikanan yang didukung oleh Kecamatan Rawa Jitu Utara, dimana Kecamatan Mesuji Timur sendiri terdapat Kota Terpadu Mandiri dan yang terakhir adalah Kecamatan Simpang Pematang dan Way Serdang yang secara geografis dilalui Jalan Lintas Timur Sumatera dijadikan sentra Perdagangan dan Pengembangan ekonomi. Serta Kecamatan Panca Jaya dan Kecamatan Tanjung Raya yang terdapat di ditengah tengah segitiga emas tersebut dengan sendirinya dapat menikmati pembangunan secara langsung dan/atau tidak langsung akibat

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  pertanian serta perdagangan di Kabupaten Mesuji. Kabupaten Mesuji masih sangat jauh terbelakang di banding kabupaten-kabupaten di Lampung lainnya. Jalan sebagian besar masih dari tanah sehingga waktu hujan aktivitas ekonomi agak tersendat karena jalan rusak.

  Wilayah Kabupaten Mesuji meliputii 7 Kecamatan yaitu:

  1. Way Serdang

  2. Simpang Pematang

  3. Panca Jaya

  4. Tanjung Raya

  5. Mesuji

  6. Mesuji Timur

  7. Rawajitu Utara Letak georafis tersebut menempatkan Kabupaten Mesuji pada posisi yang potensial dan strategis dalam pengembangan produk sumber daya alam baik pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Dalam bidang hutan, Kabupaten Mesuji menetapkan dalam rencana tata ruang dalam kawasan, yaitu yang berada di Kecamatan Way Serdang dan Kecamatan Mesuji Timur, yang pengelolaanya telah menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan luas kurang lebih 42.762 Ha. Kawasan Hutan Rakyat yang luasanya kurang lebih 2.600 Ha. Sesuai dengan luas hutan yang ada di Kabupaten Mesuji menjadikan beberapa orang atau perusahaan untuk memanfaatkan hutan tersebut sesuai dengan peruntukannya untuk menunjang kearifan lokal Kabupaten Mesuji, hal ini terbukti beberapa perusahaan menanamkan sahamnya untuk memanfaatkan hutan tersebut diantaranya, PT BSMI, PT SILVA INHUTANI, PT SINAR MAS, BTLA, LAMBANG JAYA, PPA, dan lain-lainnya. Perusahaan tersebut juga menambahkan sahamnya dibidang perkebenunan, yaitu Perkebunan sawit, karet, dan singkong yang mayoritas menjadi komoditas di Kabupaten Mesuji.

  3.2. Pengaturan Pajak Lingkungan sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup di Kabupaten Mesuji

  Memandang esensi pajak lingkungan logam yang sama. Disatu sisi, pajak lingkungan diperlukan sebagai salah satu instrumen lingkungan hidup, dalam hal pengendalian, demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, di sisi lain, ada dampak yang dipertentangkan dimasyarakat dan dunia usaha, untuk itu perlu format yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan.

  Undang-undang No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa: “Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakya t”. Pajak adalah iuran yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan undang-undang yang bersifat memaksa untuk penyelenggaraan pemerintahan, dalam hal ini peneliti mengunakan bahwa pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak tidak hanya menyelenggarakan pemerintahan, namun untuk melestarikan dan mengembalikan fungsi lingkungan hidup.

  Pajak sebagai melestarikan dan mengembalikan fungsi lingkungan hidup adalah upaya yang dilakukan sesuai dengan fungsi pajak, yaitu fungsi

  regulerend, pajak digunakan untuk

  mengarahkan masyarakat agar bertindak sesuai keinginan pemerintah. Artinya pajak bukan hal untuk mendapatkan sumber dana yang sebanyak-banyaknya, namun untuk dijadikan kebijakan yang mampu mengarahkan baik perseorangan maupun kelompok dalam menjaga dan merawat lingkungan, yang mencirikan pembangunan yang berkelanjutan. Asas pencemar membayar merupakan hal yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjaga lingkungan, sebagai himbauan yang dilakukan sehingga mengurangi dampak pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh swasta. Inilah yang kemudian sebagai upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup. Pengaturan pajak lingkungan sendiri juga ditemukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji No 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, bahwa terdapat ketentuan yang sebenarnya berhubungan dengan lingkungan hidup. Jenis-jenis pajan tersebut berhubungan dengan lingkungan hidup, terdiri dari :

a. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

  Berdasarkan Pasal 1 angka (20) Perda No 2 Tahun 2012 pajak mineral bukan logam dan batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan dibidang mineral dan batubara.

  Objek pajak mineral bukan logam dan bantuan adalah kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Objek pajak yang termasuk mineral bukan logam meliputi, asbes, bentonik, marmer, tawas, zeolit dan lain-lainya, melihat obyek yang dikenakan dalam pajak ini berkaitan langsung dengan lingkungan hidup. Sesuai dengan tujuan membayar karena sudah menjadi kewajiabnnya, namun bagaimana kemudian pemanfaatan ini tidak menimbulkan sebuah kerugiakan, terlebih masyarakat yang disekelilingnya yang merasakan kerugian tersebut, sehingga pemanfaatan ini harusnya mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupten Mesuji, agar tidak mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup akibat kegiatan/usaha tersebut.

  Melihat fungsi pajak regulerend, dimana pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu diluar bidang keuangan, kemudian dikaitkan dengan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagai upaya perlindungan terhadap kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan ini bisa diselarasakan dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Mesuji. Hal ini yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Mesuji, dimana Pemerintah menerapkan upaya disintensif bagi perusahaan dan/atau penanggung jawab kegiata atas lingkungan yang diakibatkan, yaitu upaya pemulihan yang harus dilakukan dan apabila tidak dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka BPPLH akan memuat di media bahwa perusahan dan/atau penanggung jawab kegiatan tersebut akan di blacklist dari daftar perusahaan yang yang mendapatkan izin di Kabupaten Mesuji.

  Berdasarkan Pasal 1 angka (24), Perda No 2 Tahun 2012, Pajak air tanah adalah pajak atas pengembalian dan/atau pemenfaatan air tanah. Sedangkan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

  Pasal 67A Perda No 2 Tahun 2012 menyatakan bahwa, setiap wajib pajak atas pemanfaatan air tanah maka diwajibkan untuk mendaftar diri dan melaporkan usahanya Pada dinas Pendapatan Kabupaten Mesuji. Pemanfaatan air tanah ini berkaitan dengan lingkungan, karena apabila tidak ada sebuah instrument hukum maka pemanfaatan akan merusak lingkungan kegiatan pemanfaatan air tanah ini mempunyai potensi untuk merusak dan/atau pencemaran lingkungan hidup. Pemanfaatan air tanah juga bisa mengakibatkan pencemaran baku mutu air, hal ini sesuai dengan dengan Pasal

  20 UU No 32 Tahun 2009 PPLH yang menyatakan bahwa, Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Selanjutnya, baku mutu lingkungan meliputi, baku mutu air, baku mutu air limbah, baku mutu air laut, baku mutu udara, ambient, baku mutu emisi, baku mutu ganggungan, serta baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Pajak Air Tanah

  Bahwa dalam hal ini setiap orang diperbolehkan membuang limbah air ke media lingkungan dengan ketentuan memenuhi baku mutu lingkungan hidup dan mendapatkan izin dari pemerintah yang sesuai dengan kewenangannya, melihat hal ini pemanfaatan air tanah sangat bersentuhan langsung dengan lingkungan, sehingga perlunya sebuah intrumen dalan rangka pengedalian Pemerintah Kabupaten Mesuji dapat melakukan pengaturan dan pemberian izin bagi orang atau badan hukum yang akan mengambil dan/atau memanfaatkan air tanah untuk keperluan air minum, rumah tangga, industri, perternakan, pertanian, irigasi, pertambangan, dan kepententingan lainnya. Luasnya pemanfaatan air tanah ini apabila tidak dibarengi dengan peran aktif Pemerintah Daerah, misalnya dalam bentuk pengawasan atau lainnya, makan akan rentan terhadap kerusakan dan/atau pencemaran air tanah tersebut.

  Melihat fungsi pajak

  regulerend,

  dimana pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu diluar bidang keuangan, kemudian dikaitkan dengan Pajak Air Bawah Tanah sebagai upaya perlindungan terhadapat kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan ini bisa diselarasakan dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Mesuji. Hal ini yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Mesuji, dimana Pemerintah menerapkan upaya disintensif bagi perusahaan dan/atau kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan yang diakibatkan, yaitu upaya pemulihan yang harus dilakukan dan apabila tidak dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka BPPLH akan memuat di media bahwa perusahan dan/atau penanggung jawab kegiatan tersebut akan di blacklist dari daftar perusahaan yang yang mendapatkan izin di Kabupaten Mesuji.

  Dari penjabaran dua jenis pajak tersebut menunjukkan pajak lingkungan hidup walaupun tidak secara eksplisit, sudah diatur dalam rangka pengaturan pajak lingkungan hidup, yaitu berkaitan adalah Pajak Air Tanah, yang menunjukkan sebagai upaya pengendalian maupun pemanfaatan air tanah, yang pemanfaatannya digunakan untuk, misalnya pengairan pertanian, dan perikanan rakyat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, begitu pula dengan Pajak Mineral Bukan Logam dan Buatan merupakan instrumen untuk mengedalikan lingkungan hidup yang dikenakan biaya. Namun dalam Perda langsung upaya untuk perlindungan lingkungan hidup, masih didalam tahapan pemanfaatan pengelolaan lingkungan yang dikenakan pajak, sehingga orientasi yang diamanahkan berdasarkan pasal 43 UUPPLH masih belum terpenuhi secara penuh. Sejauh ini pengenaan jenis-jenis pajak berdasarkan Perda Kabupaten Mesuji No 2 Tahun 2012 masih sebatas peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

  Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Drs. Hamdani, bahwa kebijakan pemerintah Kabupaten Mesuji dalam melakukan tindakan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan atau kegiatan ialah melalui paket Perda No 2 tahun 2012 yaitu tentang Pajak Daerah, serta perizinan-perizinan yang dilakukan oleh penanggung jawab kegaiatan.

  Dari Perda tersebut pemerintah Kabupaten Mesuji melakukan penarikan paksa sesuai dengan pengertian pajak terhadap subyek pajak, atas pemanfaatan dan penggunakan sumber daya alam di kabupaten Mesuji. Seperti diketahu terdapat 11 (sebelas) komponen yang dijadikan pungutan atas obyek pajak. Pungutan tersebut diakumulasikan menjadi PAD Kabeputen Mesuji.

  Mengingat pajak menjadi sumber utama bagi Kabupaten Mesuji dalam menyelenggarakan roda pemerintahan. Dari pajak tersebut pemerintah menjalankan kebijakan pemerntahan, termasuk terhadap lingkungan hidup yang kemudian dinaungin oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Mesuji, walaupun, tidak rinci diatur terkait pengelolaan lingkungan berdasarkan APBD Kabupaten Mesuji. Upaya-upaya Pemerintah melalui selain memasukan dalam anggaran, juga melakukan dari instruen lainnya yaitu perizinan. Perizinan tersebut yang menjadi parameter pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup ialah syarat-syarat yang sudah dipenuhi oleh perusahaan atau penanggung jawab kegiatan.

3.3. Impelentasi Pajak Lingkungan Sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup di Kabupten Mesuji

  dari AMDAL untuk perusahaan dan kosultan. Sedangkan untuk usaha menengah yang diawasi melalui UKL-UPL. Serta SPPL menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh usaha-usaha kecil. Apabila dalam izin tersebut ada yang dilanggar oleh perusahaan dan/atau penangung jawab kegiatan kemudian dilakukan observasi dan apabila terbukti melakukan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan melebihi batas baku mutu lingkungan yang dilakukan maka Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup memanggil perusahaan dan/atau penangung jawab kegiatan untuk dilakukanya dan dimintai keterangan serta diumumkan kemedia-media yang ada, bahwa perusahaan atau kegiatan yang dilakukan telah melakukan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. Izin lingkungan menjadi pokok setiap perusahaan dan/atau penanggung jawab kegiatan untuk melakukan kegiatan di Kabupaten Mesuji, sehingga proses pencegahan serta pemulihan akan lebih mudah dikendalikan apabila pencemaran terjadi. Izin yang diperoleh harus melalui prosedur yang sudah di tetapkan. Selain pemerintah Kabupaten Mesuji melaukan upaya-upaya bagi masyarakat Mesuji agar tetap taat terhadap hukum, maka dilakukannya proses-prosesnya sebagai berikut : a.

   Pembinaan

  Pembinaan ini diperuntukan untuk perusahaan dan masyaratkat. Pada tingkat perusahaan pembinaan dilakukan melalui monitoring dan pengawasan pengelolaan limbah dari kegiatan yang dihasilkan, monitoring ini sendiri dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali. Pengawasan itu sendiri diharapkan setiap perusahaan yang ada di Kabupaten Mesuji mentaati peraturan perundang-undangan yang belaku serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.

  b. Pemulihan

  Selain pembinaan Badan pengelolaan Lingkungan Hidup juga mempunyai kebijakan pemulihan lingkungan hidup, pemulihan tersebut dilakukan dengan cara penambahan ruang terbuka hijau, serta penanaman bibit kayu yang Mekarsari serta Taman Kota di Brabasan.

  Kebijakan lingkungan hidup dalam perpajakan, di Kabupaten Mesuji belum diatur secara regulasi, karena pajak yang selama ini ada dan sudah diatur dalam regulasi belum ada yang mengacu pada lingkungan hidup. Hal ini terlihat pada jenis-jenis pajak yang menjadi sumber pendapatan daerah diantarnya : 1). Pajak Hotel, 2) Pajak Restoran, dan 3) Pajak sarang burung walet. Namun, dalam retribusi daerah yang mengarah kelingkungan hidup, kebijakan tersebut diataur dalam Perda Kabupaten Mesuji No. 3 Tahun 2012 Tentang Jasa. Khususnya pada Pasal 2 huruf b yang menyatakan retribusi pelayanan sampah/kebersihan. Kebijakan ini walau tidak secara rinci namun kebijakan pemerintah sebagai uapaya perlindungan lingkungan hidup sudah megatur upaya pelestarian lingkungan hidup. Pungutan Pajak Daerah masih menjadi permasalahan bagi Kabupaten Mesuji apalagi di bidang lingkungan hidup, mengingat Kabupaten Mesuji masih hal ini menyebabkan priotas utamanya adalah pembangunan, baik yang bersifat jangka menengah maupun jangka panjang. Artinya dari ini alokasi pengembalian pajak untuk lingkungan hidup melalui Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Mesuji masih minim dari segi anggaran, karena ada prioritas lainnya. Selain itu melihat pengembalian pajak yang secara tidak langsung dirasakan oleh subyek pajak, karena memamng tidak pengertian secara eksplisit pengembalian pajak dalam bentuk materi, namun pengembalian dirsakan secara tidak langsung yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Mesuji. faktor inilah menjadi hambatan pengelolaan lingkungan Hidup melalui Badan Pengelolaan Lingkungan belum maksimal, karena keterbatasan anggaran yang selama ini terjadi. Namun pemerintah tetap melalukan upaya-upaya dalam rangka menjaga Kabupaten Mesuji tetap asri, hijau dan jauh dari kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup.

BAB IV KESEIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

  Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat dari peneliti ini adalah sebagai berikut: 1.

   Pajak lingkungan hidup secara

  pengaturan belum diatur secara eksplisit namun dibeberapa undang-undang secara tidak langsung sebenarnya mengatur pajak lingkungan yang berorientasi pembangunan berkelanjutan, pengaturan pajak lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji, secara tidak langsung diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji No 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, dimana jenis-jenis pajak yang berorintasi terhadap lingkungan hidup ialah Pajak Air Tanah dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Pemerintah Kabupaten Mesuji masih menekankan kebijakannya melalui Peraturan Daerah tersebut masih dalam rangka peningkatan Pendapatan

  2. Implentasi pajak lingkungan di

  Kabupaten Mesuji kurang berjalan dengan baik, hal ini berdasarkan pengaturan yang kurang eksplisit, serta perlindungan berdasarkan aturan tersebut masih sebatas peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Mesuji. Faktor penghambat implementasi pajak lingkungan yaitu Pajak Air Tanah dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ini adalah kurangnya peran pemerintah dalam rangka pengawasan serta bentuk pengembalian pajak yang tidak langsung, yaitu untuk menyelengaakan pemerintahan sehingga proses perlindungan lingkungan hidup melalui pemerintah berjalan dengan maksimal.

  4.2 Saran

  Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan-kesimpulan yang telah diuraikan diats, terdapat saran yang diajukan penulis sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Mesuji Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup agar dapat membuat aturan yang jelas dan tegas dalam rangka pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan hidup Mesuji, hal ini didasarkan padapentinganya pengaruh ingkungan terhdapat keberlangsungan Kabupaten Mesuji, yang tidak hanya mengedepankan ekonomi dalam pembanguna Kabupaten Mesuji.

  DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

  penelitisn Hukum, Jakarta: Universitas

  Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pajak

  Dampak Lingkungan Hidup.

  Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

  Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Adminitrasi Pemerintahan.

  Lingkungan Hidup.

  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan

  Peraturan Perundang-undangan

  

  Website

  Indonesia Press. 1986

  Malang. Yayasan A3. 1990 Soekanto, Soerjono. Pengantar

  Asikin, Amirudin dan Zainal. Pengantar

  Dasar-Dasar dan Aplikasi.

  Berkelanjutan, Jakarta: Keputuan Populer Gramedia 2010.

  Citra Aditya Bakti, 2004) Salim,Emil. Paradigma Pembengunan

  Penelitian Hukum , (Bandung: PT

  GramediaPustaka Utama 2006 Muhammad, Abdulkadir. Hukum Dan

  Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

  2015 Fauzi, Ahmad, Ekonomi Sumber Daya

  Sebagai Instrumen Ekonomi Lingkungan HIdup Menuju Pembangunan Berkelajutan yang berwawasan Lingkungan.

  Raja Garfindo Persada. 2012 A.T. Marlia Eka Putri . Green Tax

  penelitin Hukum. Jakarta. PT

  Daerah