PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR SKRIPSI

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER

  

DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI

PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII

DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR

SKRIPSI

oleh :

LISTYA DEVINA

  

NIM : 131630105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PONTIANAK

  

2018

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER

  

DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI

PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII

DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR

SKRIPSI

  

Oleh :

LISTYA DEVINA

NIM : 131630105

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

  

Sarjana Pendidikan Pada Program Studi

Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PONTIANAK

  

2018

  

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER

DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI

PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII

  

DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR

SKRIPSI

Disusun oleh :

LISTYA DEVINA

  

NPM : 131630105

Disetujui untuk disidangkan

Pembimbing I Pembimbing II

Ari Sunandar, S.Pd., M.Si Adi Pasah Kahar, M.Pd.

NIDN. 1123088501 NIDN. 1124068801

  

Mengetahui,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak Arif Didik Kurniawan, M.Pd NIDN. 0708048701

  

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI FOUR-TIER

DIAGNOSTIC TEST UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI

PADA MATERI FOTOSINTESIS KELAS VIII

  

DI MS AL-HIKMAH TAYAN HILIR

SKRIPSI

Tanggung Jawab Yuridis pada

  

LISTYA DEVINA

NPM : 131630105

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

  

Ari Sunandar, S.Pd., M.Si Adi Pasah Kahar, M.Pd.

NIDN. 1123088501 NIDN. 1124068801 Mengetahui, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak Arif Didik Kurniawan, S.Pd., M.Pd NIDN. 0708048701

  

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

  Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Listya Devina NPM : 131630105 Program Studi : Pendidikan Biologi Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Judul Skripsi : Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test

  Untuk Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas

  VIII Di MS Al-Hikmah Tayan Hilir Skripsi ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak, pada : Hari : Selasa Tanggal : 13 Febuari 2018

  

TIM PENGUJI

  Nama Tanda Tangan 1 Ari Sunandar, S.Pd., M.Si .......................

  Ketua 2 Adi Pasha Kahar,M.Pd ....................... Sekretaris 3 Hanum Mukti Rahayu, S.Pd., M.Sc ....................... Penguji I 4 Anandita Eka Setiadi., M.Si ....................... Penguji II 5 Ari Sunandar, S.Pd., M.Si ....................... Pembimbing I 6 Adi Pasha Kahar, M.Pd ....................... Pembimbing II

PERNYATAAN KEASLIAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Listya Devina NPM : 131630105 Program Studi : Pendidikan Biologi Menyatakan dengan sebenarnya bahawa skripsi yang berjudul

  “ Pengembangan

Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi

Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MS Al-Hikmah Tayan Hilir

  adalah

  hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

  Pontianak, 28 Januari 2018 Peneliti Listya Devina NPM. 131630105

  

MOTTO

  Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai ( dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap. (QS. Surat Al-Insyirah : 6-8 )

  

Success is no accident. It is hark work, perseverance, learning, studying, sacrifice

and most of all, love of what you are doing.

  (Pele) Ketika kamu telah berusaha dan hasil yang kamu dapatkan tak sesuai dengan keinginanmu, maka cobalah lagi, lagi dan lagi. Sampai akhirnya kamu berkata ba hwa “ini yang aku inginkan”. (Penulis) Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia.

  (Nelson Mandela)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil’alamin.

  Di atas segala asa, kupanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Dialah puncak segala ketaatan. Akhirnya, teriring penghargaan, terima kasih, cinta dan ketulusan kupersembahkan sebuah karya sederhana untuk mereka yang menantikan saat-saat ini:

  Mamak dan Bapak Tercinta

  Mamak (Rosdiana) dan Bapak (Syahdan) tercinta sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Mamak dan Bapak yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Mamak dan Bapak bahagia dan menjadi sebuah hadiah kecil yang indah bagi kalian. Karena, selama ini aku belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Mamak dan Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu mendoakanku, Terima Kasih Mamak... Terima Kasih Bapak...

  Orang-orang Spesial Dalam Hidupku

  Untuk abang-abang ku tersayang (Andriansyah, Pebuaretno, Aris Purnama) dan adikku (Mila Fitriani), terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku persembahkan. Untuk sahabat-sahabatku (Ade, Anggi, Aldi, Puput, Wara, dan Wawan ), terima kasih atas perhatian, kesabaran, doa, semangat dan dukungannya. Walau tidak selalu bertemu, Semoga persahabatan dan persaudaraan ini semakin erat nantinya. Finally, thank’s to rekan-rekan biologi 2013 terima kasih atas bantuan, doa, nasihat dan semangat yang telah diberikan.

  Terima kasih kepada semua pihak yang setiap hari tidak lupa memberikan semangat dan doa selama ini.

  

ABSTRAK

  LISTYA DEVINA. 131630105. Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier

  

Diagnostic Test Untuk Mengungkapkan Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis

  Kelas VIII Di MS Al-Hikmah Tayan Hilir. Dibimbing oleh ARI SUNANDAR, S.Pd.,M.Si dan ADI PASAH KAHAR, M.Pd. Miskonsepsi yang dimiliki siswa akan berdampak pada pemahaman materi dan kesulitan belajar. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan soal four-tier

  

diagnostic test pada materi fotosintesis. Pengembangan soal four-tier diagnostic

test dengan menentukan kevalidan, reliabilitas, karakteristik butir soal, serta

  mendeskripsikan profil miskonsepsi siswa. Jenis penelitian ini adalah Research and

  

Development (R&D). Subjek uji coba adalah siswa kelas IX dan subjek uji

  implementasi adalah siswa kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir. Metode yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, data tes essay, angket, dan four-tier

  

diagnostic test . Four-tier diagnostic test terdiri atas empat tingkatan, yaitu:

  pertanyaan dengan satu kunci jawaban dan tiga pengecoh, tingkat keyakinan jawaban, alasan, dan tingkat keyakinan alasan. Instrumen yang dihasilkan terdiri atas kisi-kisi, soal tes, dan kunci jawaban. Pengujian validitas oleh validator ahli menunjukkan instrumen yang dikembangkan valid. Reliabilitas tes yang dilakukan sebanyak tiga kali yang memiliki nilai rata-rata 0,76 yang tergolong kuat. Dari 40 soal yang dinyatakan valid, hanya 18 soal yang dapat digunakan sampai tahap akhir yaitu uji implementasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 41.77% dari 76 siswa yang terbagi atas 3 indikator. Indikator atau sub pokok pembahasan yang mengalami miskonsepsi pada materi fotosintesis terbesar adalah indikator yang membahas tentang menunjukkan bagian daun yang berperan dalam fotosintesis tentang penentuan bagian-bagian daun yang berperan dalam proses fotosintesis dengan rata-rata 43.75% . Dari hasil pengembangan four-tier diagnostic test didapatkan kesimpulan bahwa produk yang dikembangkan efektif serta layak digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada materi fotosintesis.

  Kata Kunci : Four-Tier Diagnostic Test, Materi Fotosintesis, Miskonsepsi.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MTS Al-Hikmah Tayan Hilir ”.

  Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Arif Didik Kurniawan, M.Pd Selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak dan Validator yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar

  2. Ari Sunandar, S.Pd., M.Si Selaku Ketua Prodi Pendidikan Biologi dan Pembimbing I atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.

  3. Adi Pasah Kahar, M.Pd Selaku Pembimbing II atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.

  4. Hanum Mukti Rahayu, S.Pd., M.Sc Selaku Penguji I atas masukan dan saran yang diberikan.

  5. Anandita Eka Setiadi, S.Si., M.Si Selaku Penguji II atas masukan dan saran yang diberikan.

  6. H. Syeh Indra, S.E selaku Kepala MTS Al-Hikmah Tayan Hilir yang telah memberikan izin penelitian.

  7. Susi Susanti, S.Pd Selaku Guru IPA MTS Al-Hikmah Tayan Hilir yang telah memberikan izin penelitian.

  8. Dosen dan staf administrasi prodi Biologi Universitas Muhammadiyah Pontianak yang selalu membantu dan memberikan dukungan.

  9. Garuda, S.Pd,. M.Si Selaku Validator yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

10. Resti Suryani, S.Pd Selaku Validator yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

  Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut.

  Aamiin .

  Pontianak, Januari 2018 Peneliti

  

DAFTAR ISI

  

  

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

  

  

  

  

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A

  

  Lampiran B

  

  

  

  Lampiran C

  

  

  

  

  

  

  

  

  Lampiran D

  

  

  Lampiran E

  

  1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa berusaha membentuk pengetahuan dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk konsepsi awal. Pembentukan konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan

  pengalaman pembelajaran di sekolah maupun dilingkungannya sendiri. Para pakar di bidang miskonsepsi juga menemukan hal lain yang menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa, diantaranya adalah dari siswa itu sendiri, guru, buku teks, dan metode pembelajaran yang digunakan (Suparno, 2013 : 4). Berbagai macam cara dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa diantaranya ialah menggunakan peta konsep, tes pilihan ganda dengan disertai alasan terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, serta praktikum dengan disertai tanya jawab (Suparno, 2013 : 121- 128). Tes pilihan ganda disertai alasan terbuka memiliki keunggulan dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa karena guru dapat menentukan tipe kesalahan siswa dalam suatu konsep berdasarkan jawaban yang dipilih serta dapat mengurangi jawaban tebakan siswa (Suyono, 2011 : 31). Materi fotosintesis merupakan bagian dari pembelajaran biologi yang dipelajari oleh siswa kelas VIII. Konsep-konsep pada materi ini antara lain berhubungan dengan studi pustaka untuk merumuskan tentang konsep fotosintesis dan transformasi fotosintesis, dan mencari informasi tentang faktor- faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Agar dapat menguasai materi ini dengan baik,maka siswa harus paham dan belajar dengan sungguh-sungguh. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru IPA (Lampiran A-4), salah satu mata pelajaran IPA kelas VIII yang bersifat konseptual dan sering membuat siswa mengalami miskonsepsi terutama di bidang biologi adalah materi fotosintesis. Guru menganggap bahwa materi ini agak sulit bagi kelas VIII Karena siswa tidak mengulang pelajaran dan siswa cendrung pasif

  2 dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, tidak adanya praktikum pun menjadi salah satu faktor sehingga anak kurang paham dalam materi fotosintesis.

  Dari penjelasan di atas rendahnya persentase nilai pembelajaran biologi pada materi fotosintesis siswa kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir (Lampiran A-1 dan Lampiran A-2) kemungkinan di sebabkan adanya miskonsepsi. Oleh sebab itu, diadakan suatu upaya untuk meminimalisir kesalahan konsep tersebut yaitu dengan menganalisis proses pembelajaran yang berlangsung, sehingga dapat merancang suatu proses pembelajaran yang bertolak dari prakonsep atau konsep awal yang telah ada pada siswa dan melakukan suatu tes diagnostik untuk mengetahui konsep yang dibentuk oleh siswa setelah proses pembelajaran. Pembelajaran yang tidak memperhatikan konsepsi siswa akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar dan berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa (Howe,1993) dalam Aryantha (2013 : 3). Siswa tersebut memerlukan bantuan secara tepat dan sedini mungkin agar kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan dapat berhasil dan efektif terlebih dahulu harus dipahami dimana letak kesulitan yang mereka hadapi. Salah satu teknik untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yaitu dengan tes diagnostik. Tes diagnostik menurut Arikunto (2012 : 34) merupakan tes yang dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hasil tes tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. Salah satu tes untuk diagnosis miskonsepsi yaitu Four tier diagnostic test. Four-tier diagnostic test (tes diagnostik empat tingkat) merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat. Pengembangan tersebut terdapat pada ditambahkannya tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban maupun alasan. Tingkat pertama merupakan soal pilihan ganda dengan tiga pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat ke dua merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban. Tingkat ke tiga merupakan alasan siswa menjawab pertanyaan, berupa tiga pilihan alasan yang telah disediakan dan satu alasan terbuka. Tingkat ke empat merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih alasan. Tingkat keyakinan yang dikembangkan berada pada rentang

  3 angka satu sampai enam sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Caleon & Subramaniam (2010 : 315-317). Keunggulan yang dimiliki tes diagnostik pilihan tingkat adalah melalui tes diagnostik empat tingkat, guru dapat: (1) membedakan tingkat keyakinan jawaban dan tingkat keyakinan alasan yang dipilih siswa sehingga dapat menggali lebih dalam tentang kekuatan pemahaman konsep siswa, (2) mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa lebih dalam, (3) menentukan bagian-bagian materi yang memerlukan penekanan lebih, (4) merencanakan pembelajaran yang lebih baik untuk membantu mengurangi miskonsepsi siswa. Berdasarkan uraian diatas,peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Dan Implementasi Four-Tier Diagnostic Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi Pada Materi Fotosintesis Kelas VIII Di MS Al-

  Hikmah Tayan Hilir”. Adapun Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test diharapkan dapat menjadi suatu alat terbarukan untuk mengidentifikasi miskonsepsi terutama di materi fotosintesis.

  B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka fokus penelitian yang diajukan peneliti ini adalah bagaimana pengembangan four-tier diagnostic

  test pada materi fotosintesis kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir ? C.

   Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan four-tier diagnostic test pada materi fotosintesis kelas VIII MS Al-Hikmah Tayan Hilir.

  D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini bersifat teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis

  Secara teoritis,hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah kajian ilmu pengetahuan khususnya biologi. Penelitian ini juga diharapkan dan menjadi bahan referensi terkait dengan miskonsepsi yang terjadi pada siswa.

  4

2. Manfaat praktis a.

  Bagi Guru IPA, membantu dalam penyusunan tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan belajar siswa b.

  Bagi sekolah, Sebagai pertimbangan bagi institusi pendidikan dalam menentukan kebijakan penggunaan teknik evaluasi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan terutama masalah miskonsepsi pada siswa.

  c.

  Bagi peneliti, dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan diri dan pengalaman untuk mengetahui letak miskonsepsi yang dimiliki siswa pada materi fotosintesis E.

   Definisi Operasional

  Definisi operasional dalam penelitian ini dapat memberikan penjelasan terhadap beberapa pengertian dan istilah-istilah yang dijelaskan oleh peneliti. Adapun penjelasannya meliputi : 1.

  Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013: 297). Menurut Sugiyono (2013 : 298), langkah-langkah penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal. Dalam penelitian ini, peneliti hanya sampai tahap revisi produk tidak di produksi massal karena keterbatasan biaya. Produk yang akan dihasilkan adalah tes diagnostik dengan menerapkan four-tier diagnostic test.

  2. Miskonsepsi adalah pemahaman materi/konsep yang tidak sesuai dengan penertian ilmiah atau pengertian yang di kemukakan oleh para ahli (Suparno,2013:4). Menurut Depdiknas miskonsepsi dapat di ukur melalui tes diagnostik (Depdiknas,2007:2). Identifikasi miskonsepsi dapat dilakukan dengan cara pembuatan peta konsep, tes pilihan ganda dengan alasan terbuka,tes uraian,wawancara, diskusi dalam kelas dan praktikum melalui tanya jawab (Suparno,2013:121-128). Miskonsepsi dalam penelitian ini

  5 adalah untuk melihat pemahaman materi/konsep yang terjadi di materi smp khusus nya di bidang biologi yaitu fotosintesis.

  3. Tes diagnostik adalah tes untuk mengetahui kelemahan khusus yang dimiliki oleh peserta didik yang tidak berhasil, juga untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan peserta didik itu dalam suatu mata pelajaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Azwar (2009:11) juga menjelaskan tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam belajar,mendeteksi kelemahan

  • –kelemahan siswa yang dapat diperbaiki segera. Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengindentifikasi kesulitan belajar siswa agar dapat diatasi sesuai kesulitannya.

4. Four-tier diagnostic test adalah instrumen yang didasarkan pada pola

  Pesman yang menyusun instrumen soal dengan bentuk pengembangan three-

tier disgnostic test tipe semi tertutup pada pilihan jawaban bagian alasan.

pengembangan instrumen ini juga mengacu pada penelitian Engelhardt dan McDermott sebagai ragam kontruksi soal. Format instrumen four-tier

  

diagnostic test disusun dalam 4 tingkatan, yaitu : tingkat pertama untuk soal

  pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban, tingkat ke dua berisi tentang tingkat keyakinan atas jawaban pada tingkat pertama, tingkat ketiga berisi penyajian alasan dengan tiga pilihan alasan dan satu pilihan kosong yang dapat disi sendiri,serta tingkat ke empat berisi tentang keyakinan atas alasan jawaban pada tingkat ketiga.

  5. Fotosintesis adalah materi SMP kelas VIII yang termasuk ke dalam materi semester ganjil kurikulum 2013. Materi fotosintesis dilaksanakan selama 2 jam 1 kali pertemuan. Materi fotosintesis terdiri dari studi pustaka untuk merumusukan tentang konsep fotosintesis daan transformasi energi, melakukan percobaan proses fotosintesis dan mencari informasi tentang faktor

  • – faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis.

  6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tes Diagnostik Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat

  untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. (Widoyoko, 2010:45). Menurut Mardapi (2008:67) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.

  Ditinjau dari segi tujuannya ada empat macam tes yang digunakan di lembaga pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan yang tepat (Arikunto, 2012:34). Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep (Widoyoko, 2010: 29). Tes diagnostik adalah pengukuran terhadap sasaran didik untuk mengetahui latar belakang dan keadaannya pada suatu saat tertentu, agar dapat didesain pelajaran dan strategi mengajar yang sesuai dengan karakteristiknya (Daryanto, 2010:152). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes diagnostik adalah tes yang dibuat untuk mengetahui dalam hal- hal apa siswa tertentu mempunyai kelemahan dan dalam hal apa ia sudah mempunyai dasar yang kuat, dengan demikian anak tersebut dapat diberikan perlakuan yang tepat.

  7 Di samping itu, tes diagnostik juga dapat dipakai untuk mengetahui apakah bantuan yang diberikan kepada sasaran didik sudah mengena, apabila seorang siswa telah menerima suatu bantuan tertentu yang berhubungan dengan materi belajar, maka untuk mengetahui sejauh mana manfaat tersebut perlu dilakukan tes diagnostik.

  Tes diagnostik ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah (Mardapi, 2008:69).

2. Pendekatan dan Penyusunan Tes Diagnostik

  Tahap penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran dapat dianalisis dari serangkaian tugas pendidik dalam menjalankan tugak pokoknya yaitu mulai dari merancang, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran. Sistem pembelajaran yang dikembangkan bermakna luas, karena system terdiri dari komponen input, proses, dan output. Komponen input pembelajaran terdiri dari karakteristik peserta didik, karakteristik guru, sarana prsarana, dan perangkat pendukung pembelajaran. Komponen output berupa hasil dan dampak pembelajaran dapat memilih salah satu dari komponen sistem yang lain (Mulyatiningsih, 2012). Ada beberapa model penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan, salah satunya model Sugiyono. Menurut Sugiyono (2011:298), langkah-langkah penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal. Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

  8 a.

  Potensi dan Masalah Penelitian berawal dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan akan memiliki nilai tambah. Contoh dalam bidang khasanah budaya dan pendidikan adalah Indonesia kaya akan budaya dari setiap propinsi seperti cerita rakyat, permainan tradisional, tarian tradisional, rumah adat dan masing-masing jenis kearifan lokal tersebut jika dieksplor dapat digunakan sebagai konteks untuk mengajarkan materi biologi di sekolah. Selanjutnya, menurut Sukardi (2011:299) masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan relita yang terjadi. Masalah juga dapat dijadikan potensi apabila dapat mendayagunakannya. Misalnya limbah yang dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat atau masalah rendahnya keaktifan dan hasil belajar matematika siswa yang dinggap sebagai masalah nasional. Masalah ini dapat diatasi dengan melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola, atau system penanganan terpadu efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini akan ditemukan dan dapat diaplikasikan secara efektif jika dilakukan melalui penelitian dan pengembangan. Tahap pertama adalah melakukan penelitian untuk menghasilkan informasi. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dapat dirancang model penanganan yang efektif. Untuk mengetahui efektivitas model tersebut maka perlu diuji. Pengujian dapat menggunakan metode eksperimen. Setelah model teruji maka dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah yang dimaksud. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.

  9 b.

  Mengumpulkan Informasi Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan up

  to date , selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yag dapat

  digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Metode yang akan digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

  c.

  Desain Produk Produk yang dihasilkan dalam penelitian research and development bermacam-macam. Untuk menghasilkan sistem kerja baru maka peneliti harus membuat rancangan kerja baru yang dibuat berdasarkan penilaian terhadap sistem kerja lama, sehingga dapat ditemukan kelemahan- kelemahan terhadap sistem tersebut. Selain itu, peneliti harus mengadakan penelitian terhadap unit lain yang dipandang sistem kerjanya bagus. Selain itu harus mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan sistem kerja yang modern berikut indikator system kerja yang baik.

  Hasil akhir dari kegiatan tersebut berupa desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain ini masih bersifat hipotetik. Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti, dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian pengujian. Desain produk harus diwujudkan dengan gambar atau bagan, sehingga akan memudahkan pihak lain untuk memahaminya.

  d.

  Validasi Desain Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama. Dikatakan secara rasional karena validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum merupakan fakta di lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai

  10 desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, sekaligus keunggulannya.

  e.

  Perbaikan Desain Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para pakar dan ahli lainnya, selanjutnya dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang hendak menghasilkan produk tersebut.

  f.

  Uji Coba Produk Uji coba produk dapat dilakukan melalui eksperimen, yaitu membandingkan efektifitas dan efisiensi keadaan sebelum dan sesudah memakai sistem baru (before-after) atau dengan membandingkan dengan kelompok yang tetap menggunakan sistem lama. Dalam hal ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga model eksperimen pertama dan kedua dapat digambarkan seperti gambar 2.1 berikut :

  Gambar 2. 1 Desain eksperimen (before-after) Keterangan: O1 nilai sebelum treatmen, O2 nilai sesudah treatment, dan X adalah treatmen.

  Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan bahwa eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil observasi O1 dan O2. Model eksperimen yang kedua ditunjukkan oleh gambar 2.2 berikut ini : Gambar 2. 2 Desain eksperimen dengan kelompok control (Pretest-

  postest control group design)

  Keterangan: O1 : nilai kemampuan awal kelompok eksperimen

  11 O2 : nilai kemampuan kelompok eksperimen setelah menggunakan treatment baru O3 : nilai kemampuan awal kelompok kontrol O4 : nilai kemampuan kelompok kontrol dengan tetap menggunakan treatment lama Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan sebagai berikut. Sebelum treatmen baru diujicobakan, dipilih kelompok kerja tertentu yang akan menggunakan treatment tersebut. Bila kelompok tersebut jumlahnya banyak, eksperimen dilakukan pada sampel yang dipilih secara random. Kelompok pertama yang akan menggunakan metode baru disebut kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tetap menggunakan metode lama disebut kelompok kontrol. R berarti pengambilan kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan secara random. Kedua kelompok tersebut selanjutnya diberi pretes atau melalui pengamatan untuk mengetahui posisi kemampuan kedua kelompok tersebut. Bila kedua kelompok tersebut mempunyai kemamuan yang sama atau tidak berbeda secara signifikan maka kelompok terseut sudah sesuai untuk dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Bila posisi kemampuan kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan maka pengambilan kelompok perlu diulang sampai diperoleh posisi kemampuan tidak berbeda secara signifikan. Pengujian signifikansi efektivitas dan efisiensi treatment baru, bila data berbentuk interval dan dilakukan pada dua kelompok maka dapat menggunakan t-test berpasangan (related), sedangkan bila dilakukan pada lebih dari dua kelompok dapat menggunakan Analisis Varians (Anava). Selanjutnya, menurut Sugiyono (2011:307), untuk membuktikan signifikansi perbedaan tindakan lama dan baru tersebut, perlu diuji secara statistic dengan test berkorelasi (related). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

  12 Keterangan: :

  : Rata-rata sampel 1 (tindakan lama) : Rata-rata sampel 2 (tindakan baru)

  S1 : Simpangan baku sampel 1 (tindakan lama) S2 : Simpangan baku sampel 2 (tindakan baru)

  : Varians sampel 1 : Varians sampel 2

  r : Korelasi antara data dua kelompok g.

  Revisi Produk Pengujian produk pada sampel yang terbatas menunjukkan bahwa kinerja tindakan baru tersebut lebih baik dari tindakan lama.

  h.

  Uji coba Pemakaian Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting. i.

  Revisi Produk Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah sistem kerja atau tindakan. j.

  Pembuatan Produk Masal Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi massal.

3. Pengembangan instrument Four Tier Diagnostic Test format

  Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu (Widoyoko, 2010:59). Pada

  13 jumlah alternatif tersebut tidak boleh terlalu banyak. Bila alternatif lebih dari lima maka akan sangat membingungkan peserta tes, dan juga akan sangat menyulitkan penyusunan butir soal. Tipe tes ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama multiple choice item (butir soal pilihan majemuk atau ganda). Tipe tes ini adalah yang paling popular dan banyak digunakan dalam kelompok tes objektif karena banyak sekali materi yang dapat dicakup. Pengembangan instrumen four tier test didasarkan pada pola Pesman (Pesman, 2005:7) yang menyusun instrumen soal dengan bentuk pengembangan dari three tier test tipe semi tertutup pada pilihan jawaban bagian alasan. Four-tier diagnostic test (tes diagnostik empat tingkat) merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat. Pengembangan tersebut terdapat pada ditambahkannya tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban maupun alasan. Tingkat pertama merupakan soal pilihan ganda dengan tiga pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat ke dua merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban. Tingkat ke tiga merupakan alasan siswa menjawab pertanyaan, berupa tiga pilihan alasan yang telah disediakan dan satu alasan terbuka. Tingkat ke empat merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih alasan. Tingkat keyakinan yang dikembangkan berada pada rentang angka satu sampai enam sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Caleon & Subramaniam, 2010:315-317). Keunggulan yang dimiliki tes diagnostik pilihan tingkat adalah melalui tes diagnostik empat tingkat guru dapat (Qisthi,dkk, 2015:42) : a. membedakan tingkat keyakinan jawaban dan tingkat keyakinan alasan yang dipilih siswa sehingga dapat menggali lebih dalam tentang kekuatan pemahaman konsep siswa, b. mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa lebih dalam, c. menentukan bagian-bagian materi yang memerlukan penekanan lebih, d. merencanakan pembelajaran yang lebih baik untuk membantu mengurangi miskonsepsi siswa.

  14 Salah satu tes untuk diagnosis miskonsepsi yaitu Four tier test. Four tier test merupakan pengembangan dari three tier test yang dipadukan dengan

  1 Y TY

   Miskonsepsi a.

  Y = Yakin TY = Tidak Yakin U = understand (siswa memiliki konsepsi yang baik) PU = Partial Understanding ( siswa yang memiliki konsepsi yang tidak utuh) M = Misconception (miskonsepsi) NU = Not Understanding (siswa tidak paham konsep) UC = Uncode ( tidak dapat dilakukan coding) 4.

  2 = Jawaban salah

  1 = Jawaban benar

  UC Sumber : (Aldi,dkk, 2017) Keterangan :

  1 TY Y Y M Y TY TY Y NU TY TY Terdapat tier yang tidak dijawab atau menjawab lebih dari satu pilihan yang tersedia

  1 Y TY

  1 TY TY

  1 Y Y

  1 TY TY Y

  1 TY Y PU

  1 Y Y

  Confidence Rating pada alasan jawaban, sehingga lebih akurat tingkat

  1 TY

  1 TY

  1 Y

  1 TY

  1 TY

  1 Y

  1 Y U

  1 Y

  Level konsepsi

  Tier-1 Tier-2 Tier-3 Tier-4

  keyakinan atas jawaban dan alasan jawaban. Adapun kategori dari kombinasi jawaban Four tier test yaitu pada tabel berikut ( Aldi,dkk, 2017:46) : TABEL 2. 1 Kombinasi Jawaban Four Tier Test

  Definisi Miskonsepsi Miskonsepsi merupakan kesalahan pemahaman suatu peristiwa atau

  15 dibangunnya tidak sesuai dengan pengertian ilmiah para ahli dalam bidang itu. Miskonsepsi dapat berupa konsep awal yang salah dan kesalahan dalam menghubungkan konsep-konsep. Menurut Feldsine miskonsepsi adalah suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep- konsep (Suparno, 2005:4). Miskonsepsi adalah kepercyaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diterima umum dan terbukti sahih tentang suatu fenomena atau peristiwa. Dalam pelajaran sains, misalnya, miskonsepsi siswa mungkin bertentangan dengan data hasil penelitian ilimiah yang terkumpul selama puluhan bahkan ratusan tahun (Jeanne, 2009:338). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan siswa-siswa tingkat sekolah menengah untuk menemukan miskonsepsi dalam topik-topik:

  

“light, electric and simple circuits, heat and temperature, force and

motion, the gaseous state, the particulate nature of matter in the gaseous

phase, beyond appearances: the conservation of matter under physical

and chemical transformations”, Driver (1985) mengemukakan hal-hal

  berikut (Ratna, 2011:154) : 1). Miskonsepsi bersifat pribadi

  Bila dalam suatu kelas anak-anak disuruh menulis tentang percobaan yang sama, mereka memberikan berbagai interpretasi. Setiap anak “melihat” dan menginterpretasikan eksperimen itu menurut caranya sendiri. Setiap anak menngkonstruksi kebermaknaannya sendiri. 2). Miskonsepsi memiliki sifat yang stabil

  Kerap kali terlihat bahwa gagasan anak yang berbeda dengan gagasan ilmiah ini tetap dipertahankan anak, walaupun guru sudah berusaha memberikan suatu kenyataan yang berlawanan. 3). Menyangkut koherensi

  Bila menyangkut koherensi anak tidak merasa butuh pandangan yang koheren sebab interpretasi dan prediksi tentang peristiwa- peristiwa alam praktis kelihatannya cukup memuaskan. Kebutuhan

  16 akan koherensi dan kriteria untuk koherensi menurut persepsi anak tidak sama dengan yang dipersepsi ilmuan.

  b.

  Penyebab Miskonsepsi Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya miskonsepsi pada siswa. Faktor tersebut dapat berupa dari dalam diri siswa maupun dari luar. Penyebab miskonsepsi secara garis besar dapat disebabkan karena beberapa hal sebagai berikut (Suparno, 2005:29) : 1) Siswa

  Kesalahan pada siswa dapat berupa kesalahan pemahaman awal (prakonsepsi) siswa mengenai suatu fenomena/peristiwa tertentu, kemampuan siswa dalam memahami suatu peristiwa, tahap perkembangan, minat siswa dalam suatu hal yang akhirnya dapat mempengaruhi cara berpikir siswa, kesalahan siswa dalam menarik kesimpulan yang terkadang hanya berdasarkan pada apa yang mereka lihat, dan teman yang dapat mempengaruhi siswa dalam memahami berbagai hal. 2) Guru

  Kesalahan dari guru biasanya disebabkan karena ketidakmampuan guru dalam menjelaskan suatu konsep kepada siswa, sehingga siswa sulit untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru. Pemahaman konsep guru yang kurang, cara mengajar yang kurang tepat atau sikap guru yang kurang baik dalam berhubungan dengan siswa. Padahal jika guru bersikap ramah dan terbuka terhadap siswa, siswa tidak akan segan untuk bertanya mengenai materi yang belum mereka pahami. 3) Buku teks

  Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya diakibatkan karena kesalahan dalam memberikan penjelasan, kurangnya gambar yang dimuat di buku teks yang dapat menyebabkan siswa harus menggambarkan sendiri dalam pikirannya tentang suatu fenomena tertentu dan terkadang gambaran yang dibuat tidak sesuai dengan peristiwa yang terjadi.

  17 4) Konteks

  Kesalahan konteks dalam hal ini dapat berupa masyarakat sekitar, budaya, agama, dan bahasa sehari-hari yang digunakan siswa. Penggunaan ungkapanungkapan yang umum dalam bahasa terkadang salah menginterprestasikan makna sebenarnya dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. 5) Metode mengajar

  Beberapa guru kurang variatif dalam mengajar. Metode yang digunakan pun monoton dan tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran, yang akhirnya pembelajaran hanya berpusat pada guru, siswa hanya mendengarkan apa yang guru sampaikan. Sehingga membuat siswa jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang akhirnya siswa tidak memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Metode mengajar yang digunakan guru yang hanya menekankan kebenaran dari satu sisi sering memunculkan kesalahan pemahaman pada siswa.

  c.

  Teknik Mendeteksi Miskonsepsi Terdapat beberapa teknik dalam mendeteksi miskonsepsi, yaitu: peta konsep, tes uraian tertulis, wawancara klinis, dan diskusi dalam kelas yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Suparno, 2013:121-128) : 1) Peta Konsep