PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI KIMIA, MODEL PRAKTIKUM, DAN LKS UNTUK MENGUNGKAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami siswa selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, suasana belajar yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar siswa.

Kimia adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Banyak siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit untuk dipahami karena materi kimia umumnya bersifat abstrak. Contohnya atom yang tak dapat dilihat secara nyata dan pemodelannya juga diliputi ketidakpastian sehingga prinsip-prinsip atau konsep-konsep kimia pada umumnya juga bersifat abstrak. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis. Cara pembelajaran seperti itu menyebabkan siswa pada umumnya hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hapalan tanpa makna. Selain itu, banyaknya konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains yang perlu dipelajari siswa,


(2)

menyebabkan timbul kejenuhan siswa belajar kimia secara hapalan. Dengan demikian belajar sains hanya diartikan sebagai pengenalan sejumlah konsep-konsep dan peristilahan dalam bidang sains saja. Diupayakan penanaman konsep-konsep harus disajikan secara mantap kepada siswa yaitu dengan menggunakan sistem pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif serta efisien seperti membiasakan siswa untuk melakukan pengamatan langsung maupun tak langsung sehingga dapat membangun konsep siswa. Oleh karena itu kreativitas guru sangat menentukan sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Untuk konsep kimia yang bersifat abstrak seorang guru dapat menggunakan sistem pembelajaran yang dapat memvisualisasikan konsep abstrak sebagai sesuatu yang mirip atau sejenis dengan konsep konkrit.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, siswa seringkali dihadapkan dengan bermacam-macam masalah. Salah satu masalah yang dihadapi siswa adalah sulitnya memahami materi kimia, khususnya pada materi termokmia yang berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-hitungan. Karakteristik materi termokimia adalah suatu pembelajaran yang bersifat abstrak.

Pembelajaran termokimia yang bersifat abstrak dengan contoh konkrit dapat dilakukan dengan pembelajaran melalui metode eksperimen atau praktikum yaitu pada sub materi sistem, lingkungan, reaksi eksoterm, reaksi endoterm, dan

penentuan H reaksi melalui percobaan. Melalui praktikum yang disertai dengan penggunaan LKS sebagai media pembelajaran, guru dapat melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mengamati secara langsung dan tak


(3)

langsung. Sedangkan yang bersifat abstrak yang menyatakan prinsip dan simbol dapat dilakukan dengan cara pengamatan terhadap data-data hasil percobaan, yaitu pada sub materi jenis-senis entalpi molar, penentuan H reaksi

menggunakan hukum hess, dan penentuan H reaksi dengan menggunakan energi ikatan. Melalui pengamatan terhadap data-data hasil percobaan yang disertakan dengan penggunaan LKS dan animasi kimia sebagai media pembelajaran, guru dapat melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk menemukan suatu konsep, mengunakan bahasa simbolik, menerapkan kerangka logika taat asas, dan menggunakan pemodelan matematik.

Pembelajaran di atas merupakan pembelajaran yang melatih keterampilan siswa untuk berfikir secara sains mereka sendiri. Keterampilan mengamati secara tak langsung, membangun konsep, bahasa simbolik, pemodelan matematik, dan menerapkan kerangka logika taat asas merupakan beberapa indikator keterampilan generik sains menurut Brotosiswoyo (2001).

Pada sub materi sistem dan lingkungan, siswa dilatih untuk menjelaskan hukum kekekalan energi dari data-data yang sudah didapat siswa sebelumnya seperti lingkaran energi dalam fotosintesis sehingga dapat membangun konsepnya sendiri tentang hukum kekekalan energi. Bila siswa telah benar membangun konsepnya sendiri tentang hukum kekekalan energi berarti siswa itu telah menerapkan kerangka logika taat asas. Keterampilan ini termasuk ke dalam indikator keterampilan generik sains Brotosiswoyo (2001) yaitu membangun konsep dan kerangka logika taat asas.


(4)

Pada sub materi sistem dan lingkungan, reaksi eksoterm, reaksi endoterm, dan penentuan H reaksi melalui percobaan siswa dilatih untuk melakukan pengamatan langsung melalui praktikum mereaksi zat, memipet larutan, dan melakukan pengamatan langsung menggunakan panca inderanya. Keterampilan ini termasuk ke dalam indikator keterampilan generik sains pengamatan

langsung. Selain itu siswa dilatih untuk melakukan pengamatan tak langsung melalui praktikum menggunakan alat bantu seperti termometer dan gelas ukur. Keterampilan ini termasuk ke dalam indikator keterampilan generik sains pengamatan tak langsung. Setelah melakukan praktikum, siswa dilatih untuk membangun konsepnya sendiri untuk menjelaskan tentang sistem, lingkungan, reaksi eksoterm, dan reaksi endoterm yang termasuk dalam indikator keterampilan generik sains membangun konsep. Setelah praktikum penentuan H reaksi, siswa akan menghitung besarnya H reaksi yang terjadi dari bahan-bahan yang digunakan. Keterampilan ini termasuk ke dalam indikator keterampilan generik sains pemodelan matematik.

Pada sub materi jenis-jenis entalpi molar, hukum hess, dan energi ikatan siswa dilatih untuk dapat membangun konsepnya sendiri tentang jenis-jenis entalpi molar, hukum hess, dan energi ikatan dari data-data yang telah valid, seperti data entalpi pembentukan standar beberapa zat, data entalpi penguraian standar beberapa zat, data entalpi pembakaran standar beberapa zat, reaksi-reaksi kimia, dan data-data energi ikatan dari beberapa zat. Keterampilan ini termasuk ke dalam indikator keterampilam generik sains membangun konsep. Selain itu siswa juga dilatihkan keterampilan generik sains pemodelan matematik untuk


(5)

suatu reaksi dengan menerapkan hukum hess, maka siswa tersebut telah menerapkan keterampilan generik sains kerangka logika taat asas. Pada sub materi reaksi eksoterm dan reaksi endoterm, siswa dilatih untuk membuat diagram perubahan entalpi (∆H). Pada sub materi jenis-jenis entalpi molar siswa dilatih untuk menuliskan reaksi dari berbagai jenis entalpi molar dan pada sub materi lain siswa dilatih menuliskan reaksi-reaksi dan lambang-lambang unsur yang mempermudah penyampaian dengan meringkas dalam bentuk bahasa simbolik. Keterampilan ini termasuk ke dalam indikator keterampilam generik sains bahasa simbolik.

Uraian di atas menjelaskan bahwa dalam pembelajaran materi termokimia yang meliputi sistem,lingkungan, reaksi eksoterm, reaksi endoterm, jenis-jenis entalpi molar, dan perhitungan kalor reaksi, indikator keterampilan generik sains menurut Brotosiswoyo (2001) yang dapat dilatihkan atau dimunculkan ada 6 indikator yaitu (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3) bahasa simbolik; (4) kerangka logika taat asas; (5) pemodelan matematika; dan (6) membangun konsep.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 11 guru dari 11 SMA di Bandar Lampung, proses pembelajaran pada materi pokok termokimia dengan menggunakan pedoman wawancara diperoleh bahwa 54,5 % guru hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal, 9 % dengan menggunakan metode ceramah dan eksperimen atau praktikum, dan 36,4% dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi. Eksperimen dan demonstrasi yang dilakukan di beberapa sekolah hanya untuk sub materi reaksi eksoterm dan reaksi endoterm


(6)

sedangkan untuk sub materi sistem, lingkungan, dan penentuan H reaksi melalui percobaan tidak dilakukan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar yaitu 54,5 % siswa SMA di Bandar lampung belum diajak untuk berfikir menemukan suatu konsep sendiri karena guru hanya menjelaskan dan memberikan latihan soal-soal sehingga siswa hanya mengandalkan informasi dari guru. Sebesar 36,4 % siswa SMA diajarkan melalui demonstrasi dengan

menggunakan petunjuk demonstrasi, tetapi petunjuk demonstrasi yang digunakan tidak mengarahkan siswa untuk bekerja dan berpikir sendiri. Petunjuk yang digunakan hanya berisi langkah-langkah demonstrasi dan latihan soal sehingga siswa tidak diajak untuk menemukan konsep. Adapun sebagian kecil SMA di Bandar Lampung, yaitu 9 % guru mengajarkan materi termokimia dengan metode eksperimen atau praktikum menggunakan LKS ekperimen tetapi LKS yang digunakan tidak disusun berdasarkan indikator keterampilan generik sains, LKS yang digunakan hanya berisi langkah-langkah percobaan, materi, dan latihan-latihan soal sehingga siswa tidak digiring untuk menemukan konsep melalui keterampilan generik sains yang mereka miliki. Demikian pula penelitian Sunyono, dkk (2009) menunjukan bahwa materi termokimia termasuk materi kimia yang sulit diajarkan oleh guru dan sulit dipahami oleh siswa. Guru-guru kimia di Provinsi Lampung terutama pada SMA potensial dan rintisan umumnya tidak melaksanakan praktikum dan tidak memanfaatkan media dalam

pembelajaran kimia.

Dari kenyataan di atas bahwa 91 % guru dalam proses pembelajaran pada materi pokok termokimia, guru belum menggunakan LKS dalam proses penemuan konsep. 9% guru SMA di Bandar Lampung telah menggunakan LKS, namun


(7)

LKS yang digunakan belum melatih siswa untuk berpikir melalui KGS. Hal ini disebabkan karena sebagian besar guru belum mengetahui tentang keterampilan generik sains, dan belum tersedianya media LKS yang dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan generik sains.

Berdasarkan masalah tersebut maka diperlukan media pembelajaran berupa LKS berbasis generik sains, dimana media pembelajaran berupa LKS berbasis

keterampilan generik sains ini diharapkan dapat mengembangkan, melatih dan meningkatkan keterampilan generik sains siswa. Pembelajaran menggunakan LKS sudah dilakukan 9% SMA di Bandar Lampung, namun LKS yang digunakan belum membimbing siswa untuk meningkatkan keterampilan generik sainsnya. Dari hasil diskusi dengan salah satu guru kimia, diperoleh informasi bahwa kurangnya keterlibatan siswa disebabkan LKS yang digunakan siswa kurang efektif hal ini disebabkan LKS tidak disertai langkah-langkah yang kronologis yang menggiring siswa untuk meningkatkan keterampilan generik sainsnya. LKS yang digunakan hanya berisi materi dan soal-soal. Bagi siswa yang kemampuan akademisnya tinggi, hal ini tidak menjadi masalah, tetapi untuk siswa yang kemampuan akademisnya kurang atau rendah mereka akan merasa kesulitan. Oleh karena itu, salah satu alternatif harapan yang dapat membantu

penyelenggaraan pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung adalah dengan tersedianya suatu media belajar berupa LKS berbasis keterampilan generik sains. Ada 2 jenis LKS yang dikembangkan yaitu LKS yang berisi

pertanyaan yang dapat membantu mengungkap keterampilan generik sains siswa dan LKS yang tidak hanya berisi pertanyaan- pertanyaan tetapi juga prosedur percobaan.


(8)

LKS yang berisi prosedur percobaan dikembangkan karena 54.5% SMA di Bandar Lampung belum melakukan praktikum pada sub materi sistem,

lingkungan, reaksi eksoterm, reaksi endoterm, dan penentuan H reaksi melalui percobaan. 36,4% SMA di Bandar Lampung hanya melakukan demonstrasi pada sub materi reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. 9% SMA di Bandar Lampung hanya melakukan praktikum pada sub materi reaksi eksoterm dan reaksi

endoterm. Dari hasil wawancara dengan 10 orang responden, diperoleh informasi bahwa tidak dilakukannya praktikum karena tidak tersedianya alat dan bahan. Dari hasil wawancara dengan 4 orang responden diperoleh informasi bahwa untuk sub materi reaksi eksoterm dan endoterm saja dilakukan demonstrasi karena alat dan bahan yang dimiliki sekolah sangat terbatas sehingga tidak dilakukan eksperimen untuk materi sistem, lingkungan,dan penentuan H reaksi melalui percobaan. Untuk mengatasi tidak tersedianya alat dan bahan untuk melakukan praktikum, maka alat dan bahan yang tidak tersedia di sekolah diganti dengan alat dan bahan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan praktikum dan lebih melengkapi model praktikum yang ada.

Untuk membantu siswa agar lebih mudah membangun konsep materi-materi yang tidak dilakukan praktikum, maka dikembangkan juga animasi kimia seperti pada sub materi penentuan kalor reaksi menggunakan hukum hess dan energi ikatan. Animasi kimia yang dikembangkan hanya sebatas membangun konsep siswa tentang pengertian hukum hess dan energi ikatan. Animasi kimia belum pernah dilakukan di sekolah-sekolah di Bandar Lampung sehingga dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa. Diharapkan dengan penggunaan media animasi


(9)

kimia pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak menoton dengan gambar-gambar yang bergerak.

Hasil penelitian Gusnida (2008), pada materi pokok laju reaksi dan hasil penelitian Maresty (2008), pada materi pokok kesetimbangan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pengembangan LKS berbasis keterampilan generik sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir menurut sains mereka sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase tingkat keterbacaan dan

keterlaksanaan yaitu sebesar 73,55% dengan kriteria tinggi, artinya sebagian besar siswa mampu menyerap pesan yang terkandung dalam LKS yang telah diterapkan dan mampu melaksanakan pembelajaran menggunakan LKS dengan baik.

Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka dipandang perlu dilakukan suatu penelitian yang berjudul ”Pengembangan LKS dan Animasi Kimia Untuk Mengungkap Keterampilan Generik Sains Siswa Pada Materi Pokok Termokimia ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat keterlaksanaan dan keterbacaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia?


(10)

2. Bagaimanakah tingkat keterampilan generik sains siswa setelah penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia?

3. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap keunggulan dan kelemahan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Tingkat keterlaksanaan dan keterbacaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia.

2. Tingkat keterampilan generik sains siswa setelah penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia.

3. Tanggapan siswa dan guru terhadap keunggulan dan kelemahan penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menghasilkan media pembelajaran seperti LKS dan animasi kimia yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa berdasarkan


(11)

1. Siswa

Mendapat pengalaman belajar secara langsung dan mempermudah dalam mengkonstruksi konsep pada materi pokok termokimia, sehingga dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa.

2. Guru

Penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran kimia di sekolah, dapat melaksanakan pembelajaran efektif, efisien dan mempermudah guru dalam pelaksanaan pembelajaran

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia.

2. Keterampilan generik sains merupakan suatu kemampuan dimana seseorang dapat memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan kemampuan sains yang dimilikinya. Dalam penelitian ini ada 6 dari 9 keterampilan generik


(12)

sains menurut Brotosiswoyo yang dilatihkan yaitu: (1) pengamatan langsung, (2) pengamatan tak langsung, (3) bahasa simbolik, (4) pemodelan matematik, (5) membangun konsep, dan (6) kerangka logika taat asas. Indikator

pengamatan langsung dan pengamatan tak langsung merupakan bagian dari keterampilan psikomotor siswa.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dalam penelitian ini berorientasi pada peningkatan keterampilan generik sains siswa. LKS ini berisi prosedur dan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung berbagai indikator keterampilan generik sains yang dapat mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi dan meningkatkan keterampilan generik sainsnya.

4. Praktikum dilakukan pada sub materi sistem, lingkungan, reaksi eksoterm, reaksi endoterm dan perhitungan H reaksi melalui percobaan dan disusun dalam bentuk LKS. Praktikum dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Animasi kimia yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa gambar bergerak yang digunakan untuk membantu siswa membangun konsep tentang pengertian hukum hess dan energi ikatan yang tidak dapat dijelaskan melalui praktikum.

6. Materi pokok pada penelitian ini adalah termokimia yang meliputi sistem, lingkungan, reaksi eksoterm, reaksi endoterm, jenis-jenis entalpi molar, dan perhitungan H reaksi.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan

Pengembangan diartikan sebagai proses atau cara perbuatan mengembangkan (Anonim,1991). Jika dibuat suatu pengertian, maka pengembangan adalah suatu proses (perbuatan) yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu.

Pengembangan senantiasa didasarkan kepada pengalaman, prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali.

Menurut Arifin (1995 : 23) pengembangan program pengajaran dengan pendekat-an sistem dalam bentuk satupendekat-an pelajarpendekat-an diharapkpendekat-an dapat mendukung perbaikpendekat-an antara lain dalam usaha untuk:

1. Mengubah cara mengajar secara tradisional yang umumnya menekankan pada “bercerita” dan “mendengarkan” (komunikasi satu arah) menjadi cara mengajar yang memberikan kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses belajar (belajar aktif).

2. Merubah rasa enggan menggunakan media menjadi suatu kebiasaan menggunakan media secara efektif.

Sastrawijaya (1991 : 14) menyatakan bahwa: pengembangan sistem pembelajaran merupakan proses yang mempelajari masalah pengajaran secara sistem agar mem-peroleh pemecahan yang teruji kesahihannya serta dapat dilaksanakan secara praktis. Pengembangan berusaha mengubah kondisi dan lingkungan belajar sehingga diperoleh perubahan yang diharapkan.


(14)

Menurut Sastrawijaya (1991 : 14-15) pengembangan sistem dan perancang pengajaran mempunyai kegiatan pokok antara lain adalah:

1. Menentukan hasil belajar yang bisa diamati dan diukur. 2. Mengenal ciri siswa yang akan belajar.

3. Memilih dan menyelenggarakan kegiatan. 4. Memilih dan menentukan media.

5. Memantau perilaku siswa.

6. Menentukan pernyataan keberhasilan siswa.

7. Menentukan metode yang tepat untuk menilai kemampuan siswa. 8. Mengadakan perbaikan pengajaran.

B. Sains

Sains berasal dari natural science atau science saja, biasanya disebut Ilmu

Pengetahuan Alam merupakan sekumpulan ilmu-ilmu serumpun yang terdiri atas Biologi, Fisika, Kimia, Geologi, dan Astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Mengingat bidang kajiannya berbeda, tentu saja terminologi yang digunakan dalam setiap disiplin ilmu tersebut juga berbeda.

Sains sesungguhnya tidak terpecah-pecah meskipun ada disiplin-disiplin tersebut, karena ada sejumlah pemikiran yang “menembus” antar disiplin Sains yang disebut tema umum, yaitu sistem, model, kekekalan, pola perubahan, skala dan evolusi (Rutherford and Ahlgren, 1990). Uraian dari tema-tema tersebut adalah:

(a) Sistem terbentuk apabila ada sekumpulan benda yang berhubungan satu dengan yang lain dan dalam hubungannya setiap komponen dengan fungsinya masing-masing berupaya membentuk satu kesatuan. Sistem dapat dibentuk dari beberapa sub-sistem.


(15)

(b) Model merupakan tiruan yang lebih sederhana dari fenomena yang sesungguh-nya dipelajari, yang diharapkan dapat menolong kita memahamisesungguh-nya secara lebih baik. Model ini dapat berupa model fisis, model matematis dan model konseptual.

(c) Kekekalan merupakan bagian yang tidak berubah yang ditemukan dalam semua perubahan. Misalnya pada akhir dari banyak sistem fisis yang melibatkan energi, selalu akan menuju kondisi kesetimbangan. Pada reaksi kimia ada bagian yang tidak berubah yaitu massa zat.

(d) Pola perubahan tertentu ditemukan pada setiap perubahan. Dalam alam ada tiga jenis perubahan yaitu: (1) perubahan yang cenderung berpola tetap; (2) perubahan yang berlangsung dalam siklus; dan (3) perubahan yang tak teratur. Perubahan yang berpola tetap misalnya peluruhan radioaktif. Terjadinya hujan menggambarkan perubahan yang berpola siklus. Mengembangnya alam semesta menggambarkan perubahan yang tak teratur.

(e) Skala besaran dalam alam semesta bervariasi, misalnya ukuran, tenggang waktu, kecepatan. Banyak ukuran-ukuran dalam alam yang besarnya tidak sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari, seperti kecepatan cahaya, jarak bintang terdekat, jumlah bintang di galaksi, umur matahari, yang ukurannya jauh lebih besar daripada yang dapat dijelaskan secara intuisi. Sebaliknya kecilnya ukuran atom, jumlahnya yang sangat banyak dalam materi, cepatnya interaksi antar atom juga jauh dari jangkauan sehari-hari siswa. Melalui ukuran-ukuran yang tidak biasa ini sains ingin menitipkan kemampuan untuk memperkirakan ukuran (sense of scale) bagi


(16)

siswa yang mempelajarinya, sehingga dapat membayangkan perkiraan ukuran benda, jarak, kecepatan, yang dipelajarinya itu secara tepat.

(f) Evolusi merupakan perubahan yang sangat lambat. Segala sesuatu di bumi selalu berubah setiap saat secara perlahan-lahan. Segala sesuatu yang sekarang ada dianggap berasal dari yang ada pada masa lalu dan telah mengalami perubahan secara perlahan-lahan. Suatu evolusi tak dapat berlangsung dalam keadaan terisolasi, karena segala sesuatu akan

mempengaruhi keadaan sekelilingnya untuk berubah pula, seleksi alam akan menyebabkan makhluk hidup berevolusi.

Melalui keenam tema ini sains dipersatukan dalam pola pemikiran, sehingga meskipun berbeda bidang kajiannya, sains selalu menjadi wahana pengembangan berpikir yang sama bagi mereka yang mempelajarinya. Apabila guru sains hanya menguasai terminologi sains secara hapalan, maka hakekat berpikir sains tidak dimilikinya.

C. Keterampilan Generik Sains

Menurut Brotosiswoyo (2001) kemampuan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan menjadi 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3) kesadaran tentang skala besar; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika taat asas; (6) inferensi logika; (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematik; (9) membangun konsep. Makna dari setiap keterampilan generik sains tersebut adalah (Liliasari, 2007) :


(17)

1. Pengamatan langsung

Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku alam sepanjang masih dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan manusia untuk melakukan pengamatan langsung dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab akibat dari pengamatan tersebut.

2. Pengamatan tak langsung

Dalam melakukan pengamatan langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterbatasan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut manusia

melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Beberapa gejala alam lain juga terlalu berbahaya jika kontak langsung dengan tubuh manusia seperti arus listrik, zat-zat kimia beracun, untuk mengenalnya diperlukan alat bantu seperti Ampermeter, indikator dan lain-lain. Cara ini dikenal sebagai pengamatan tak langsung.

3. Kesadaran akan skala besar

Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar sains akan memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai objek yang dipelajarinya. Dengan demikian ia dapat membayangkan bahwa yang dipelajarinya itu tentang dari ukuran yang sangat besar seperti jagad raya sampai yang sangat kecil seperti keberadaan pasangan elektron. Ukuran jumlah juga sangat mencengangkan, misalnya penduduk dunia lebih dari satu milyar, jumlah molekul dalam 1 mol zat mencapai 6,02 x 1023 buah.

4. Bahasa simbolik

Untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu


(18)

sehingga mempermudah penyampaian dengan meringkas dalam bentuk bahasa simbolik. Dalam sains misalnya bidang kimia mengenal adanya lambang unsur, persamaan reaksi, simbol-simbol untuk reaksi searah, reaksi kesetimbangan, dan banyak lagi bahasa simbolik yang telah disepakati dalam bidang ilmu tersebut.

5. Kerangka logika taat asas

Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat asasnya secara logika. Untuk membuat hukum-hukum itu agar taat asas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka logika taat asas. Misalnya keganjilan antara model atom Rutherford dan teori mekanika klasik Maxwell yang akhirnya dibuat taat asas dengan lahirnya model atom Bohr.

6. Inferensi logika

Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensi logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains. Misalnya titik nol derajad Kelvin sampai saat ini belum dapat direalisasikan keberadaannya, tetapi orang yakin bahwa itu benar.

7. Hukum sebab akibat

Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat.


(19)

Untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang diamati diperlukan bantuan pemodelan matematik agar dapat diprediksikan dengan tepat bagaimana kecenderungan hubungan atau perubahan suatu fenomena alam.

9. Membangun konsep

Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus yang disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep, agar bisa ditelaah lebih lanjut untuk memerlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep inilah diuji ketertera-pannya.

D. Keterkaitan Keterampilan Generik Sains dan Konsep-Konsep Sains Dengan berkembang pesatnya pengetahuan sains, maka pertambahan konsep-konsep sains yang perlu dipelajari siswa juga sangat banyak. Sebagai akibatnya perlu ada pemilihan konsep-konsep essensial yang dipelajari siswa. Konsep-konsep essensial ini dipilih berdasarkan pada pentingnya Konsep-konsep tersebut untuk kehidupan siswa dan pentingnya memberi pengalaman belajar tertentu kepada siswa, agar memperoleh bekal keterampilan generik sains yang memadai. Untuk menentukan pengetahuan sains yang perlu dipelajari siswa, pengajar perlu terlebih dahulu melakukan analisis konsep-konsep sains yang ingin dipelajari (Liliasari, 2007). Hasil analisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Hubungan jenis konsep dan keterampilan generik sains

NO Keterampilan generik sains Jenis konsep


(20)

2 Pengamatan langsung/ tak langsung, inferensi logika

Konsep abstrak dengan contoh konkrit

3 Pengamatan tak langsung, inferensi logika Konsep abstrak

Tabel. 1 (Lanjutan)

NO Keterampilan generik sains Jenis konsep

4 Kerangka logika taat azas, hukum sebab akibat, inferensi logika

Konsep

berdasarkan prinsip 5 Bahasa simbolik, pemodelan matematik Konsep yang

menyatakan simbol 6 Pengamatan langsung/ tak langsung, hukum

sebab akibat, kerangka logika taat azas, inferensi logika

Konsep yang menyatakan proses

7 Pengamatan langsung/ tak langsung, hukum sebab akibat, kerangka logika taat azas, inferensi logika

Konsep yang menyatakan sifat

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dalam mempelajari konsep-konsep sains dibekalkan kemampuan berpikir yang kompleks. Pada umumnya setiap konsep sains dapat mengembangkan lebih dari satu macam keterampilan generik sains, kecuali konsep konkrit. Jenis konsep ini sangat terbatas jumlahnya dalam sains, karena itu mempelajari konsep sains pada hakekatnya adalah mengembangkan keterampilan berpikir sains, yang merupakan berpikir tingkat tinggi. (Liliasari, 2007)

E. Macromediaflash

Macromediaflash adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan para animator untuk mneghasilkan animasi yang profesional. Di antara


(21)

program-program animasi yang ada, macromediaflash merupakan program-program yang paling fleksibel dalam pembuatan animasi, seperti Animasi Interaktif, Game, Company Profile, Movie, dan tampilan animasi lainnya.

Keunggulan dari program macromedia flash dibandingkan dengan program lain yang sejenis, antara lain :

a) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain.

b) Dapat membuat perubahan transparansi warna dalam movie.

c) Membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.

d) Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan.

e) Dapat dikonversi dan dipublikasi (publish) ke dalam beberapa tipe antara lain .swf, .html, .gif, .jpg, .png, .exe, .mov. (Pramono, 2005)

F. Animasi Kimia

Animasi komputer merupakan rangkaian gambar visual yang memberikan ilusi gerak pada layar komputer (Burke, Greenbowe, dan Windschitl, 1998). Beberapa fungsi animasi diantaranya dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian siswa pada aspek penting dari materi yang dipelajarinya; dapat digunakan untuk mengajarkan pengetahuan prosedural, penunjang belajar siswa dalam melakukan proses kognitif. Siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah sangat

membutuhkan animasi karena siswa tersebut tidak mampu melakukan internal mental simulation berdasarkan gambar statis. Bagi siswa yang memiliki

pengetahuan awal tinggi, animasi dapat digunakan sebagai sarana yang dapat menambah daya tarik dalam belajar.


(22)

Menurut Rieber (1990) animasi memiliki tiga fungsi dalam pembelajaran: (1) mengambil perhatian, (2) presentasi, dan (c) latihan. Animasi membantu mengurangi waktu yang diperlukan untuk memanggil kembali informasi dari memori jangka panjang dan kemudian merekonstruksi kembali informasi dalam memori jangka pendek. Salah satu strategi yang digunakan dalam studi ini yaitu proses membelahnya sel yang digunakan untuk menarik perhatian siswa. Animasi untuk menarik perhatian dimaksudkan agar siswa dapat memilih persepsi ciri-ciri tampilan tertentu dari pembelahan sel saat informasi tersebut disimpan dan diproses dalam memori jangka pendek (Gagne, 1985). Hasil penelitian Rieber (1990) menunjukkan bahwa dengan menggunakan animasi untuk

mengkomunikasikan gagasan dan proses yang berubah di akhir, akan mengurangi abstraksi yang berhubungan dengan transisi temporal dari proses tersebut.

Manfaat dari grafik ternyata berkaitan dengan teori dual-coding (Paivio, 1991), yang menyarankan bahwa retensi memori jangka panjang difasilitasi oleh

gabungan antara isyarat verbal dan visual. Karena itu, animasi membantu dalam memperpanjang aspek visual dari memori jangka panjang. Semua siswa akan terbantu dengan pengunaan animasi, terutama siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah.

G. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisi materi pelajaran, tujuan percobaan, alat dan bahan, petunjuk praktikum, hasil pengamatan, serta diskusi berupa pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara kronologis untuk

memudahkan siswa dalam membangun konsep. LKS ini digunakan sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk


(23)

mengajak siswa mengkonsruksi konsep. Penggunaan LKS dalam pembelajaran akan memudahkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan

mengefisienkan waktu, serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Sriyono (1992), LKS merupakan salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2000), fungsi LKS adalah:

a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.

f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama karena siswa dituntun untuk mengemukakan pendapat dan menganalisis pertanyaan dalam LKS sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Manfaat dan tujuan LKS, menurut Prianto dan Harnoko (1997): a) Mengefektifkan siswa dalam proses belajar mengajar. b) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangan proses belajar mengajar.

d) Sebagai pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

e) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

f) Membantu siswa dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.


(24)

h) Memadukan konsep-konsep terdahulu hingga ditemukan konsep-konsep baru

Pada proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa dari suatu materi pokok atau sub materi pokok yang telah atau sedang disajikan. Melalui LKS siswa dituntut mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.


(25)

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia untuk SMA sesuai dengan standar isi BSNP. Sasaran pengembangan adalah materi termokimia. Subjek uji coba terdiri atas ahli bidang isi atau materi, uji ahli komputerisasi, dan uji coba terbatas. Uji ahli materi dilakukan oleh ahli bidang isi untuk mengevaluasi isi materi pada LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains, dan uji ahli media/desain dilakukan oleh seorang master desain grafis untuk mengevaluasi kemenarikan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains. Kemudian uji coba terbatas untuk mendapatkan informasi tentang efektivitas LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains. Uji coba terbatas dilakukan pada kelas XI IPA1 SMA Negeri 16 Bandar Lampung yang berjumlah 31 orang.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian diawali dengan observasi di berbagai SMA di Bandar Lampung, melaksanakan pre-tes, uji coba terbatas LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains, post-tes, dan pengisian angket.


(26)

Alur penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian pengembangan Borg and Gall (2003).

Gambar 1 : Alur penelitian Analisis Kebutuhan (Identifikasi masalah)

Penyusunan LKS Kimia dan Animasi Kimia Berbasis Keterampilan Generik

Sains Uji Ahli

Temuan dan Analisis Data Keterbacaan dan Keterlaksanaan LKS, animasi kimia,

N-gain, keterampilan psikomotor Revisi LKS dan Animasi Kimia Tahap I

Uji Coba Terbatas

(Pretes, Uji coba LKS, uji coba animasi kimia, angket siswa, dan pos-tes)

Revisi LKS dan Animasi Kimia Tahap II

Implementasi

Diseminasi


(27)

animasi kimia tahap II maka tahap selanjutnya adalah implementasi (uji coba utama) menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen lalu dilanjutkan dengan tahap diseminasi. Namun dalam penelitian pengembangan seperti yang peneliti lakukan hanya sampai pada revisi LKS kedua karena beban SKS untuk mahasiswa Strata 1 (S1) hanya 4 SKS, maka pengembangan ini untuk hanya sampai pada revisi LKS dan animasi kimia tahap II dan untuk tahap selanjutnya dapat dilanjutkan oleh peneliti lain.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997 : 77). Berdasarkan pada tujuan penelitian dan bagan alur penelitian, dirancang dan disusun 6 jenis instrumen sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara terhadap guru untuk mengidentifikasi kebutu-

han LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia.

2. Instrumen uji kesesuaian LKS Kimia dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains, berupa angket uji kesesuaian yang mencakup uji kesesuaian materi LKS, uji kesesuaian animasi kimia, uji kemenarikan LKS, dan uji kemenarikan animasi kimia.


(28)

kemenarikan dan keterlaksanaan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains, berupa angket siswa.

4. Soal pre-tes dan post-tes untuk menjaring keterampilan generik sains siswa dalam menerapkan kerangka logika taat asas, membangun konsep,

menggunakan pemodelan matematik, dan menggunakan bahasa simbolik sebelum dan sesudah penerapan LKS kimia dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains.

5. Lembar penilaian psikomotor siswa untuk menjaring keterampilan generik sains siswa dalam melakukan pengamatan langsung dan pengamatan tak langsung.

6. Pedoman wawancara terhadap guru dan siswa untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran menggunakan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Secara umum model pengembangan ini terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Kegiatan dalam tahap persiapan meliputi:

a. Analisis kebutuhan dan analisis kurikulum. Analisis kebutuhan yang dimaksud adalah analisis kebutuhan belajar siswa berupa sumber belajar terkait sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Analisis ini dilakukan pada 11 responden dari 11 SMA di Bandar


(29)

mengidentifikasi bahwa sekolah-sekolah tersebut membutuhkan suatu model praktikum dan media pembelajaran berupa LKS dan animasi kimia. Analisis ini dilakukan melalui wawancara terhadap guru bidang studi kimia untuk mengetahui media yang digunakan yang mendukung proses pembelajaran. Selanjutnya analisis kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk mendapatkan analisis materi pelajaran.

b. Merancang LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains. c. Membuat instrumen penelitian berupa angket uji kesesuaian materi dan

angket uji kemenarikan, angket uji keterbacaan dan keterlaksanaan LKS (angket siswa), angket uji keterbacaan dan keterlaksanaan animasi kimia (angket siswa), soal pre-tes dan post-tes, lembar penilaian psikomotor, serta pedoman wawancara untuk menjaring data tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan LKS kimia berbasis keterampilan generik sains dalam pembelajaran.

d. Melakukan uji ahli yang bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan materi, kebenaran materi, sistematika materi, dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi seperti contoh-contoh dan fenomena serta pengembangan soal-soal latihan. Juga untuk mengevaluasi kualitas produk, kemenarikan, dan efektivitas visual siswa atau pembaca. Uji ahli ini dilakukan oleh 1 orang dosen Pendidikan Kimia Universitas Lampung dan 1 orang dosen Jurusan Matematika Universitas Lampung.


(30)

1. Menentukan indikator penilaian untuk validitas LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains.

2. Membuat instrumen uji ahli yang berupa angket uji kemenarikan dan uji kesesuaian materi LKS dan animasi kimia.

3. Melaksanakan uji ahli.

4. Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli.

5. Melakukan perbaikan berdasarkan analisis hasil uji ahli. 6. Mengkonsultasikan hasil perbaikan.

2. Tahap pelaksanaan (Uji coba terbatas)

Desain yang digunakan dalam uji coba terbatas ini adalah one group pre-tes and post-tes design (Arikunto, 2002). Di dalamnya terdapat langkah-langkah

yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Pre-tes Perlakuan Post-tes

O adalah pre-tes dan post-tes yang berfungsi untuk mengukur tingkat keterampilan generik sains siswa sebelum dan sesudah uji coba LKS dan animasi kimia. X adalah perlakuan berupa uji coba LKS dan animais kimia berbasis keterampilan generik sains. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen . Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Tes yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-tes dan sesudah eksperimen disebut post-tes. soal


(31)

yang akan diukur pada masing-masing nomor sama. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini meliputi:

a. Pelaksanaan pre-tes untuk menjaring keterampilan generik sains siswa dalam menerapkan kerangka logika taat asas, membangun konsep, menggunakan pemodelan matematik, dan menggunakan bahasa simbolik sebelum diterapkannya praktikum, LKS, dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains. Soal pre-tes terdiri dari 20 soal pilihan berganda dan 5 soal essai.

b. Uji coba LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Uji coba dilakukan di SMA Negeri 16 Bandar Lampung siswa kelas XI IPA1 yang kemudian dilakukan prosedur sebagai berikut:

1) Melakukan uji keterbacaan dan keterlaksanaan LKS serta uji

keterbacaan dan keterlaksanaan animasi kimia menggunakan angket siswa yang telah disusun.

2) Menganalisis hasil uji keterbacaan dan keterlaksanaan untuk mem- peroleh desain LKS serta menganalisis hasil uji keterbacaan dan

keterlaksanaan animasi kimia pembelajaran yang lebih baik. 3) Melakukan perbaikan berdasarkan hasil uji keterbacaan dan

keterlaksanaan.


(32)

LKS dan animasi kimia yang ada yang merupakan produk akhir pengembangan.

c. Pelaksanaan post-tes untuk menjaring keterampilan generik sains siswa dalam menerapkan kerangka logika taat asas, membangun konsep, menggunakan pemodelan matematik, dan menggunakan bahasa simbolik setelah diterapkannya LKS kimia dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains. Soal post-tes terdiri dari 20 soal pilihan berganda dan 5 soal essay yang berbeda dengan soal pre-tes

d. Wawancara untuk menjaring data tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains dalam pembelajaran dilaksanakan kepada guru dan siswa setelah

penerapan pembelajaran kimia menggunakan LKS kimia berbasis keterampilan generik sains.

3. Tahap analisis data

Kegiatan dalam tahap analisis data meliputi:

a. Mengolah angket uji keterbacaan dan keterlaksanaan (angket siswa) dengan cara :

1) Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket. Dalam pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.


(33)

memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya sampel. 3) Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan

informasi tentang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih siswa dalam setiap pertanyaan angket. Untuk setiap siswa yang memilih satu jawaban maka diberi point satu.

4) Menghitung persentase jawaban siswa, bertujuan untuk melihat

besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban siswa per substansi adalah sebagai berikut:

% 100

% 

N J

Jin i (Sudjana, 2002 : 64)

Keterangan : %Jin= Persentase pilihan jawaban-i pada LKS ke-n

Ji= Jumlah siswa yang memilih pilihan jawaban-i N = Jumlah seluruh siswa

5) Menghitung rata-rata persentase jawaban siswa per substansi pada tiap percobaan dengan rumus berikut:

n J Ji

% in

% (Sudjana, 2002 : 67)

Keterangan : %Ji = Rata-rata persentase jawaban-i

%Jin = Jumlah persentase jawaban-i pada tiap LKS n = Jumlah LKS


(34)

temuan dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).

7) Menafsirkan data, harga persentase setiap jawaban pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan dengan menggunakan tafsiran harga

persentase jawaban menurut Arikunto (1997 : 155) berikut: Tabel 2: Tafsiran harga persentase tiap jawaban pertanyaan

Persentase Kriteria 80,1%-100%

60,1%-80% 40,1%-60% 20,1%-40% 0,0%-20%

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

8) Menghitung skor jawaban siswa.

Penskoran setiap jawaban siswa dalam kesesuaian adalah: Tabel 3: Penskoran pada angket keterbacaan dan keterlaksanaan

pertanyaan positif

NO Pilihan Jawaban Skor

1 A 1

2 B 2

3 C 3

4 D 4

Pertanyaan positif pada angket keterbacaan dan keterlaksanaan untuk LKS terdapat pada nomor 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14. Pertanyaan positif pada angket keterbacaan dan keterlaksanaan untuk animasi kimia terdapat pada nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.


(35)

pertanyaan negatif

NO Pilihan Jawaban Skor

1 A 4

2 B 3

3 C 2

4 D 1

Pertanyaan negatif pada angket keterbacaan dan keterlaksanaan untuk LKS terdapat pada nomor 4, 6, dan 15. Pertanyaan negatif pada angket keterbacaan dan keterlaksanaan untuk animasi kimia terdapat pada nomor 4 dan 11.

9) Menghitung persentase jawaban angket pada tiap percobaan per siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100 % 

maks in S S

X (Sudjana, 2002 : 69)

Keterangan : %Xin = Persentase jawaban angket-i pada LKS ke-n

S= Jumlah skor jawaban Smaks = Skor maksimum

10) Menghitung rata-rata persentase jawaban angket pada tiap percobaan per siswa untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan tingkat

keterlaksanaan siswa terhadap LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains dengan rumus sebagai berikut:

n X Xi

% in

% (Sudjana, 2002 : 67)

Keterangan : %Xi = Rata-rata persentase angket-i


(36)

11)Menafsirkan persentase jawaban angket untuk mengetahui kemampuan siswa secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997 : 155) :

Tabel 5: Tafsiran persentase jawaban angket Persentase Kriteria

80,1%-100% 60,1%-80% 40,1%-60% 20,1%-40% 0,0%-20%

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

b. Mengolah data pre-tes dan post-tes siswa dengan cara uji N-gain

Data yang diolah yaitu data yang diperoleh pada tahap pre-tes dan post-tes (20 soal pilihan berganda dan 5 soal essai) yaitu data tentang tingkat

keterampilan generik sains siswa ( kerangka logika taat asas, membangun konsep, pemodelan matematik dan bahasa simbolik ) pada pokok bahasan termokimia sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS dan animasi kimia. Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang ditetapkan maka pengolahan data dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

1.Menentukan kunci jawaban dari soal – soal yang diberikan. 2.Menentukan skor pada jawaban dengan skor maksimum 40.

- Skor pilihan berganda nomor 1-20 masing-masing 1

- Skor essai nomor 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, 2c, 2d, masing-masing 1 - Skor essai nomor 1d = 3

- Skor essai nomor 3 dan 4 masing-masing 3 - Skor essai nomor 5 = 4


(37)

siswa dengan cara uji N-Gain. Pengujian N-gain dilakukan untuk mengetahui tingkat Keterampilan Generik Sains antara sebelum dan sesudah pembelajaran, dihitung dengan rumus :

pre maks pre post S S S S g   

Keterangan : Spre = Skor pre-test Spost = Skor post test Smaks = Skor maksimum

Menurut Hake (1998), tingkat perolehan skor dikategorikan atas tiga kategori, yaitu :

1) Tinggi : g ≥ 0,7

2) Sedang : 0,3 ≤ g < 0,7 3) Rendah : g < 0,3

c. Mengolah data aspek psikomotor siswa

Aspek psikomotor merupakan bagian dari keterampilan generik sains indikator pengamatan langsung dan pengamatan tak langsung. Data psikomotor yang diolah yaitu data yang diperoleh dari penilaian praktikum siswa pada saat proses pembelajaran di laboratorium yaitu dengan

menggunakan skala Likert dengan 3 (tiga) pilihan. Skor tertinggi adalah 3 dan terendah adalah 1. Pemberian skor 3 apabila aktivitas yang dilakukan tepat, skor 2 jika aktivitas yang dilakukan cukup tepat, dan skor 1 apabila aktivitas yang dilakukan oleh siswa tidak tepat. Data ini digunakan untuk


(38)

tak langsung.

Pengukuran keterampilan siswa menggunakan penskoran sesuai dengan kriteria aspek keterampilan yang akan dinilai. Lembar keterampilan siswa yang telah diisi oleh guru dibagi terlebih dahulu menjadi dua bagian yaitu untuk mengukur keterampilam generik sains siswa indikator pengamatan langsung dan tak langsung. Setelah itu dihitung dan dijumlahkan untuk masing-masing keterampilan generik sains. Hasil penilaian tersebut kemudian dimasukkan kedalam kriteria keterampilan siswa. Untuk pengamatan langsung yang diukur adalah memipet air atau asam cuka dengan pipet tetes serta memegang dan merasakan perubahan suhu pada dinding erlenmeyer. Sedangkan untuk pengamatan tak langsung yang diukur adalah mengukur volume air atau asam cuka dengan gelas ukur dan mengukur perubahan suhu menggunakan termometer. Kriteria keterampilan siswa dapat dilihat pada tabel 6, 7, dan 8. Skor maksimum memeriksa mengukur volume air atau asam cuka dengan gelas ukur dan memipet air atau asam cuka dengan pipet tetes masing-masing 18. Skor maksimum untuk mengukur perubahan suhu menggunakan termometer adalah 12. Skor maksimum untuk memegang dan merasakan perubahan suhu pada dinding erlenmeyer adalah 9.

Tabel 6. Kriteria keterampilan siswa untuk memipet air atau asam cuka dengan pipet tetes dan mengukur volume air atau asam cuka dengan gelas ukur ( skor maksimum masing-masing 18)


(39)

1. 2. 3. 4.

Lebih besar sama dengan 15 11 sampai dengan 14

7 sampai dengan 10 Kurang dari 7

Sangat terampil Terampil

Kurang terampil Tidak terampil

Tabel 7. Kriteria keterampilan siswa untuk mengukur perubahan suhu menggunakan termometer (skor maksimum 12)

No. Nilai Siswa Kriteria Siswa

1. 2. 3. 4.

Lebih besar sama dengan 10 7 sampai dengan 9

4 sampai dengan 6 Kurang dari 4

Sangat terampil Terampil

Kurang terampil Tidak terampil

Tabel 8. Kriteria keterampilan siswa untuk memegang dan merasakan perubahan suhu (skor maksimum 9)

No. Nilai Siswa Kriteria Siswa

1. 2. 3. 4.

Lebih besar sama dengan 7 5 sampai dengan 6

3 sampai dengan 4 Kurang dari 3

Sangat terampil Terampil

Kurang terampil Tidak terampil

Mencari kriteria keterampilan siswa pada tabel :

1. Skor batas bawah pada kriteria sangat terampil adalah 0,8 x skor tertinggi dan skor batas atasnya adalah skor tertinggi pada masing-masing praktikum.

2. Skor batas bawah pada kriteria terampil adalah 0,6 x skor tertinggi dan skor batas atasnya adalah skor batas bawah kriteria sangat terampil dikurangi 1.

3. Skor batas bawah pada kriteria kurang terampil adalah 0,4 x skor

tertinggi dan skor batas atasnya adalah skor batas bawah kriteria terampil dikurangi 1.


(40)

batas bawah kriteria kurang terampil. (Anonim, 2005)

Untuk menghitung persentase keterampilan generik sains pengamatan langsung dan tak langsung per kegiatan digunakan rumus:

% 100

% x

N Ki Ki

Keterangan:

Ki

% : Persentase kategori keterampilan siswa

Ki : Jumlah siswa yang termasuk ke dalam kriteria keterampilan tertentu (i)

N : Jumlah siswa keseluruhan

Untuk Menghitung rata-rata persentase keterampilan generik sains pengamatan langsung dan tak langsung pada saat praktikum digunakan rumus :

n K Ki

% i

%

Keterangan : %Ki = Rata-rata persentase katergori keterampilan siswa

%Ki = Jumlah persentase kategori keterampilan siswa n = Jumlah kegiatan


(41)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. a. Tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan LKS berkriteria tinggi, artinya siswa mampu menyerap pesan yang terkandung dalam LKS yang telah diterapkan dan mampu melaksanakan pembelajaran menggunakan LKS dengan baik.

b. Tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan animasi kimia berkriteria tinggi, artinya siswa mampu menyerap isi pesan yang terkandung dalam animasi kimia yang disajikan oleh guru dengan baik

2. a. Tingkat keterampilan generik sains siswa untuk indikator membangun konsep dan pemodelan matematik memiliki kriteria tinggi sedangkan unutuk indikator kerangka logika taat asas dan bahasa simbolik memiliki kriteri sedang, artinya LKS dan animasi kimia yang dikembangkan

membuat siswa dapat lebih aktif menggunakan semua panca inderanya dan alat bantu dalam proses pembelajaran.

b. Tingkat keterampilan generik sains untuk pengamatan langsung masing-masing sebesar 64,52% dengan kriteria sangat terampil dan 35,48% dengan kriteria terampil; untuk pengamatan tak langsung masing-masing


(42)

terampil, dan 3.22% dengan kriteria tidak terampil. Hal ini membuktikan bahwa siswa aktif dalam kegiatan praktikum.

3. a. Keunggulan dari penggunaan LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains ini sangat membantu siswa melakukan percobaan, membuat siswa lebih antusias karena pennggunaan animasi kimia yang merupakan pengalaman yang baru bagi mereka, siswa dapat merumuskan kesimpulan dan membuat siswa lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, penggunaan LKS ini juga membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

b. Kelemahan dari penggunaan LKS yang dikembangkan ini adalah N-gain untuk setiap siswa bervariasi seperti bahasa simbolik (kategori sedang) dengan N-Gain 0,51 sehingga masih perlu menumbuhkan keterampilan generik sains bahasa simbolik. Untuk animasi kimia tentang energi ikatan perlu diperbaiki dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga dapat lebih baik meningkatan keterampilan generik sains siswa.

B. Saran

1. Media pembelajaran yang dikembangkan hanya melibatkan beberapa keterampilan generik sains, oleh sebab itu, bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian seperti ini sebaiknya dilakukan upaya pengembangan terhadap indikator keterampilan generik sains yang lain ada konsep materi kimia yang berbeda.


(43)

sehingga untuk mendapatkan hasil yang lebih baik seyogyanya pelaksanaan praktikum dapat lebih baik lagi agar praktikum yang dilakukan dengan menggunakan bahan sehari-hari tidak mengalami hambatan, tidak bertentangan dengan teori, dan tidak berbeda bila dilaksanakan dengan menggunakan bahan kimia buatan pabrik.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Depdikbud. Jakarta. ______. 2005. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Psikimotor. Depdiknas. Jakarta.

Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Airlangga Universiti Press. Surabaya.

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. _________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. PT.

Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. PT. Raja grafindo Persada. Jakarta.

Borg, W.R. and M. D. Gall. 2003. Educational Research. Allyn and Bacon. United States of America.

Brotosiswoyo, B.S. 2001. Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Proyek pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Jakarta .

Burke, K.A., T.J. Greenbowe, dan M.A. Windschitl. Developing and Using Conceptual ComputerAanimations for Chemistry Instruction. J. Of Chemical. 75: 1658. Tersedia: http://www.library.uq.edu.au

Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif. Rineka Cipta. Jakarta. ____________ dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Gagne, R.M. (1985). The conditions of learning (4th ed.). New York: Holt, Rinehart, & Winston.

Gusnida, N. 2008. Pengembangan LKS Kimia Berbasis Keterampilan Generik Sains pada Materi Pokok Laju Reaksi Siswa Kelas XI IPA1 SMA Adiguna Bandar Lampung. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(45)

Liliasari. 2007. Model-Model Pembelajaran Berbasis IT Untuk mengembangkan

Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa Sma Pada Topik Hidrilisis Garam. (Penelitian HPTP). Sekolah Pasca SarjanaUPI. Bandung.

Maresty, R. 2008. Pengembangan LKS Kimia Berbasis Keterampilan Generik Sains pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 8 Bandar Lampung. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Marzuki. 1997. Metodologi Riset. FEUII. Yogyakarta.

Nurhadi, B.Y dan AG. Senduk. 2004. Pembelajran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Dirjen pendidikan tinggi. Depdiknas. Jakarta. Pramono, A. 2005. Mahir Dalam 7 Hari Macroomediaflash MX 2004.Penerbit Andi dan

MADCOMS,Yogyakarta

Prianto dan Harmoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Paivio, A. (1991). Dual coding theory: retrospect and current status. Dalam Canadian Journal Psychology 45, 255-287.

Priyanto dan Harmoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Rieber, L.P. (1990). Using Animation in Science Instruction with Young Children. Dalam J. Of Educational Pshychology. 82: 135-140. Tersedia:

http://www.library.uq.edu.au

Rohani, A. dan A. Ahmad.1995. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Rutherford, F. J. and A. Ahlgren. 1990. Science for All Americans. Oxford

University Press. New York.

Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sastrawijaya, A.T. 1991. Pengembangan Program Pengajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Suleiman, A.H. 1998. Media Audio Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan. PT. Gramedia. Jakarta.


(46)

Sunyono, I. W. Wirya, E. Suyanto, dan G. Suyadi.2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berorientasi Keterampilan generik Sains pada Siswa SMA di Lampung. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Lampung.


(47)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI KIMIA, MODEL PRAKTIKUM, DAN LKS UNTUK MENGUNGKAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA

Oleh

DESTI ARI YANI

Berdasarkan hasil observasi di SMAN 8 Bandar Lampung diketahui bahwa pembelajaran menggunakan LKS telah dilakukan di SMAN 8 Bandar Lampung. Namun, LKS yang digunakan belum membimbing siswa untuk meningkatkan keterampilan generik sainsnya. Dari hasil diskusi dengan salah satu guru kimia diperoleh informasi bahwa kurangnya keterlibatan siswa disebabkan LKS yang digunakan siswa kurang efektif hal ini disebabkan LKS tidak disertai langkah-langkah kronologis yang mengiring siswa untuk meningkatkan keterampilan generik sainsnya. Oleh karena itu, peneliti merancang pembelajaran dengan mengembangkan LKS kimia berbasis keterampilan generik sains.

Tujuan penelitian ini adalah membuat model praktikum, LKS, dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains, kemudian menentukan (1) tingkat


(48)

Maresty keterbacaan dan keterlaksanaan LKS dan animasi kimia; (2) Tingkat

keterampilan generik sains siswa; dan (3) tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan praktikum, LKS, dan animasi kimia. Sampel dalam penelitian ini adalah 31 orang siswa kelas XI IPA1 dan dua orang guru kimia SMAN 16 Bandar Lampung. Penelitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Metode yang digunakan tahap pelaksanaan (uji coba terbatas) one group pre-tes and pos-tes. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan menggunakan teknik penskoran.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) LKS kimia berbasis keterampilan generik sains mempunyai persentase tingkat keterbacaan yaitu dan keterlaksanaan yaitu 78,81% dengan kriteria tinggi, artinya sebagian besar siswa mampu menyerap isi pesan dan melaksanakan LKS dengan baik; (2) peningkatan keterampilan

generik sains siswa sebesar 0,77 untuk bahasa simbolik dengan kriteria tinggi, 0,57 untuk hukum sebab akibat dengan kriteria sedang, 0,42 untuk pemodelan matematika dengan kriteria sedang, dan 0,56 untuk membangun konsep dengan kriteria sedang; (3) guru dan sebagian besar siswa berpendapat bahwa

penggunaan LKS berbasis keterampilan generik sains ini sangat membantu siswa melakukan percobaan, merumuskan kesimpulan dan membuat siswa lebih

terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Kata kunci : Pengembangan,Model praktikum, LKS, Animasi kimia, Keterampilan generik sains.


(49)

(50)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 26 2. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ukuran tulisan ... 49 3. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian variasi jenis

tulisan ... 51 4. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesesuaian tata letak dan

ukuran gambar ... 52 5. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesesuaian ilustrasi

pendukung materi ... 54 6. Persentase jawaban siswa pada substansi kesesesuaian ilustrasi warna

pendukung materi ... 55 7. Persentase jawaban siswa pada substansi penggunaan hanya warna hitam

pada tulisan... 57 8. Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan memahami bahasa yang digunakan ... 58 9. Persentase jawaban siswa pada substansi asal konsep yang dipelajari

siswa dalam pembelajaran... 60 10.Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan memahami materi

dengan cara diskusi antar kelompok ... 61 11.Persentase jawaban siswa pada substansi kemampuan LKS

membangkitkan perhatian siswa dalam pembelajaran ... 63 12.Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan pengisian

sistematika lembar pengamatan dan diskusi ... 64 13.Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan memahami materi


(51)

dengan kehidupan sehari-hari ... 67 15.Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan dalam memahami

fenomena kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi ... 69 16.Persentase jawaban siswa pada substansi tidak menggunakan LKS

berbasis keterampilan generik sains ... 70 17.Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian ukuran tulisan pada

animasi kimia ... 73 18.Persentase jawaban siswa pada substansi kesesuaian variasi jenis

tulisan pada animasi kimia ... 75 19.Persentase jawaban siswa pada substansi kesesesuaian ukuran gambar

pada animasi kimia ... 76 20.Persentase jawaban siswa pada substansi penghilangan gambar

pendukung materi pada animasi kimia ... 77 21.Persentase jawaban siswa pada substansi kesesesuaian ilustrasi warna

pendukung materi pada animasi kimia ... 78 22.Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan memahami bahasa yang digunakan pada animasi kimia ... 79 23.Persentase jawaban siswa pada substansi kemampuan animasi kimia

membangkitkan perhatian siswa dalam pembelajaran ... 81 24.Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan memahami materi

kimia melalui penggunaan animasi kimia ... 82 25.Persentase jawaban siswa pada substansi hubungan materi yang ada

dengan kehidupan sehari-hari pada animasi kimia ... 83 26.Persentase jawaban siswa pada substansi kemudahan dalam memahami

fenomena kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pada

animasi kimia ... 85 27.Persentase jawaban siswa pada substansi tidak menggunakan animasi

kimia ... 86 28.Tingkat keterampilan generik sains siswa ... 89 29.Rata-rata persentase tingkat keterampilan generik sains siswa indikator


(52)

(53)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN ... .. 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Pengembangan ... 13

B. Sains ... 14

C. Keterampilan Generik Sains ... 16

D. Keterkaitan Keterampilan Generik Sains dan Konsep-Konsep Sains.. 19

E. Macromediaflash ... 20

F. Animasi Kimia ... 21

G. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Setting Penelitian ... 25


(54)

D. Instrumen Penelitian... 27

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Data hasil uji ahli ... 41

2. Data tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan LKS berbasis keterampilan generik sains ... 47

2. Data tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains ... 72

3. Data uji N-Gain dan keterampilan psikomotor ... 87

4. Data tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan LKS... 91

B. Pembahasan ... 92

1. Karakteristik LKS dan animasi kimia ... 97

2. Tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan LKS ... 106

3. Tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan animasi kimia ... 114

4. Analisis keterampilan generik sains... 121

3. Tingkat keterampilam genrik sains siswa... 123

4. Keunggulan dan kelemahan LKS dan animasi kimia yang dikembangkan... 126

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 127

A. Simpulan ... 127

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130

LAMPIRAN 1.Silabus dan Sistem Penilaian ... 134

2.Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 137

3.Kisi-kisi hubungan materi pokok termokimia, instrumen pembelajaran, dan keterampilan generik sains ... 144

4.Kisi-kisi soal pre-tes dan pos-tes ... 145

5.Kisi-kisi instrumen uji keterbacaan dan keterlaksanaan media pembelajaran kimia menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains... ... 148 6.Kisi-kisi instrumen uji keterbacaan dan keterlaksanaan media


(55)

7.Keterangan keterampilan generik sains siswa... 150

8.Soal pre-tes dan pos-tes ... 157

10.Kunci jawaban pre-tes dan pos-tes……….. ... 167

11.Lembar kerja siswa………...……….. 172

12.Persentase keterampilan generik sains indikator pengamatan langsung dan pengamatan tak langsung ... 240

13.Surat izin penelitian pendahuluan ... 242

14.Surat izin penelitian... 243

15.Surat keterangan penelitian ... 244

16.Surat bukti penelitian dari tempat penelitian ... 245

17.Daftar hadir seminar proposal ... 246

18.Daftar hadir seminar hasil ... 247


(56)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hubungan jenis konsep dan keterampilan generik sains... 20 2. Tafsiran harga persentase tiap jawaban... 34 3. Penskoran pada angket keterbacaan dan keterlaksanaan pertanyaan

positif ... 34 4. Penskoran pada angket keterbacaan dan keterlaksanaan pertanyaan

negatif ... 35 5. Tafsiran persentase jawaban angket ... 36 6. Kriteria keterampilan siswa untuk memipet air atau asam cuka dengan

pipet tetes dan mengukur volume air atau asam cuka dengan gelas

ukur ... 39 7. Kriteria keterampilan siswa untuk mengukur perubahan suhu

menggunakan termometer ... 39 8. Kriteria keterampilan siswa untuk memegang dan merasakan perubahan

suhu pada dinding erlenmeyer ... 39 9. Hasil uji kesesuaian materi LKS berbasis keterampilan generik sains ... 42 10.Hasil uji kemenarikan desain LKS berbasis keterampilan generik sains ... 43 11.Hasil uji kesesuaian materi animasi kimia berbasis keterampilan generik

sains ... 45 12.Hasil uji kemenarikan desain animasi kimia berbasis keterampilan generik

sains ... 46 13.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang ukuran


(57)

jenis huruf yang digunakan dalam LKS pembelajaran telah sesuai ... 50

15.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang tata letak dan ukuran gambar yang digunakan dalam LKS telah sesuai kimia... 52

16.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang

penghilangan gambar pendukung materi yang digunakan dalam LKS ... 53 17.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang ilustrasi

warna pendukung materi yang digunakan dalam LKS telah sesuai ... 55 18.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang penggunaan

hanya tinta warna hitam ... 56 19.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang bahasa yang

digunakan dalam LKS mudah dipahami ... 58 20.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang asal

konsep-konsep yang dipelajari siswa ... 59 21.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang diskusi antar

anggota kelompok menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains memudahkan memahami materi termokimia ... 61 22.Persentase jawaban angket pada massing-masing LKS tentang penggunaan

LKS membangkitkan perhatian siswa ... 62 23.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang pengisian

lembar pengamatan dan diskusi dalam LKS telah sistematik ... 64 24.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang penggunaan

LKS memudahkan siswa memahami materi termokimia ... 65 25.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang adanya

hubungan antara materi dengan kehidupan sehari-hari ... 67 26.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang kemudahan

memahami fenomena kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan

materi ... 68 27.Persentase jawaban angket pada masing-masing LKS tentang persetujuan

ila dalam pembelajaran tidak digunakan LKS berbasis keterampilan

generik sains ... 70 28.Tingkat keterbacaan LKS ... 71 29.Tingkat keterlaksanaan LKS ... 71


(58)

ukuran tulisan yang digunakan dalam animasi kimia telah sesuai ... 73 31.Persentase jawaban angket pada masing-masing animasi kimia tentang

variasi jenis huruf yang digunakan dalam animasi kimia telah

sesuai ... 74 32.Persentase jawaban angket pada masing-masing animasi kimia tentang

gambar yang digunakan dalam animasi kimia telah sesuai ... 75 33.Persentase jawaban angket pada masing-masing animsai kimia tentana

persetujuan bila animsi kimia menggunakann gambar tidak bergerak ... 77 34.Persentase jawaban angket pada masing-masing animasi kimia tentang

ilustrasi warna pendukung materi yang digunakan dalam animasi kimia

telah sesuai ... 78 35.Persentase jawaban angket pada masing-masing animasi kimia tentang

Bahasa yang digunakan mudah dipahami ... 79 36.Persentase jawaban angket pada masing-masing animasi kimia tentang

penggunaan animsi kimia membangkitkan perhatian siswa ... 80 37.Persentase jawaban angket pada masing-masing animasi kimia tentang

penggunaan LKS memudahkan siswa memahami materi termokimia ... 82 38.Persentase jawaban angket pada masing-masing animasi kimia tentang

adanya hubungan antara materi yang ada dengan kehidupan sehari-hari .. 83 39.Persentase jawaban angket pada masing-masing animasi kimia tentang

kemudahan memahami fenomena kehidupan sehari-hari yang berkaitan

dengan materi termokimia... 84 40.Persentase jawaban angket pada masing-masing animasi kimia tentang

persetujuan bila dalam pembelajaran tidak digunakan animasi kimia…… 85 41.Tingkat keterbacaan animasi kimia ... 87 42.tingkat keterlaksanaan animasi kimia ... 87 43.Rata-rata skor pre-tes, pos-tes, dan N-gain keterampilan genierik sains ... 88 44.Persentase kriteria untuk pengamatan langsung ... 89 45.Persentase kriteria untuk pengamatan tak langsung... 90


(59)

47.Hubungan antara konsep dengan indikator keterampilan generik sains .... 97

48.Indikator keterampilan generik sains pada masing-masing LKS ... 98

49.Indikator keterampilan generik sains pada masing-masing animasi kimia ... 98

50.Hubungan indikator keterampilan generik sains dan nomor soal pre-tes atau pos-tes ... 106

51.Persentase jawaban angket pada LKS 1 ... 183

52.Persentase jawaban angket pada LKS 2 ... 186

53.Persentase jawaban angket pada LKS 3 ... 189

54.Persentase jawaban angket pada LKS 4 ... 192

55.Persentase jawaban angket pada LKS 5 ... 195

56.Persenatse jawaban angket pada LKS 6 ... 198

57.Persentase jawaban angket pada LKS 7 ... 201

58.Rata-rata persentase jawaban angket pada LKS ... 204

59.Tingkat keterbacaan pada LKS 1 ... 207

60.Tingkat keterbacaan pada LKS 2 ... 207

61.Tingkat keterbacaan pada LKS 3 ... 208

62.Tingkat keterbacaan pada LKS 4 ... 208

63.Tingkat keterbacaan pada LKS 5 ... 209

64.Tingkat keterbacaan pada LKS 6 ... 209

65.Tingkat keterbacaan pada LKS 7 ... 210

66.Rata-rata tingkat keterbacaan LKS ... 211

67.Tingkat keterlaksanaan pada LKS 1 ... 212


(60)

70.Tingkat keterlaksanaan pada LKS 4 ... 213

71.Tingkat keterlaksanaan pada LKS 5 ... 214

72.Tingkat keterlaksanaan pada LKS 6 ... 214

73.Tingkat keterlaksanaan pada LKS 7 ... 215

74.Rata-rata tingkat keterlaksanaan LKS ... 216

75.Persentase jawaban angket pada animasi kimia tentang hukum hess ... 217

76.Persentase jawaban angket pada animasi kimia tentang energi ikatan ... 219

77.Rata-rata persentase jawaban angket pada animasi kimia ... 221

78.Tingkat keterbacaan pada animasi kimia tentang hukum hess ... 223

79.Tingkat keterbacaan pada animasi kimia tentang energi ikatan... 223

80.Rata-rata tingkat keterbacaan animasi kimia ... 224

81.Tingkat keterlaksanaan pada animasi kimia tentang hukum hess ... 225

82.Tingkat keterlaksanaan pada animasi kimia tentang energi ikatan ... 225

83.Rata-rata tingkat keterlaksanaan animasi kimia ... 226

84.Skor total pre-tes, pos-tes, dan N-gain ... 227

85.N-gain KGS kerangka logika taat asas... 228

86.N-gain KGS membangun konsep... 229

87.N-gain KGS bahasa simbolik ... 230

88.N-gain KGS pemodelan matematik ... 231

89.Kriteria keterampilan siswa untuk mengukur volume air atau asam cuka dengan gelas ukur (pengamatan tak langsung) ... 232

90.Kriteria keterampilan siswa untuk memipet air atau asam cuka dengan pipet tetes (pengamatan langsung) ... 234

91.Kriteria keterampilan siswa untuk memegang dan merasakan perubahan suhu pada dinding erlenmeyer (pengamatan langsung) ... 236


(61)

92.Kriteria keterampilan siswa untuk mengukur perubahan suhu


(62)

MOTTO

“If you can DREAM it, you can DO it”.

(Walt Disney)

“Bekerja ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain

bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap”

(William A. Ward)

“Hidup takkan indah dengan satu warna”


(63)

PENGEMBANGAN LKS DAN ANIMASI KIMIA UNTUK MENGUNGKAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS

SISWA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA

(Skripsi)

Oleh

DESTI ARI YANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(64)

PENGEMBANGAN LKS DAN ANIMASI KMIA UNTUK MENGUNGKAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS

SISWA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA

Oleh

DESTI ARI YANI Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(65)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LKS DAN ANIMASI KIMIA UNTUK MENGUNGKAP

KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA

Nama Mahasiswa : Desti Ari Yani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613023017 Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Drs. Sunyono, M. Si. Drs. I Wayan Wirya, M. Kes. NIP 196512301991111001 NIP 194606171981031001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M. Si. NIP 195708031986031004


(66)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Sunyono, M. Si. __________________

Sekretaris: : Drs. I Wayan Wirya, M. Kes. __________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. M. Setyorini, M. Si. __________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. Sudjarwo, M. S. NIP 195305281981031002


(67)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada: Teristimewa untuk Ayahku (alm) dan Ibuku tercinta... Terimakasih, karena Ibu selalu mendoakanku, memberikan cinta, kasih sayang dan materi serta harapan atas keberhasilan studiku. Jerih payah dan kerja keras Ibu tidak akan terlupakan

dan semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu.

Kakak dan adikku (Kiyay, Duli, Susan, dan Nia) tersayang,... Terima kasih atas keceriaan dan semangat

yang telah kalian berikan.

Seseorang yang dijanjikan Allah SWT untukku

(Insya Allah) disaat yang tepat, dengan cara yang bersih, untuk berdampingan denganku bersama meraih Surga.


(68)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 11 Desember 1988, anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Sarbini (Alm) dan Ibu Irzah AR.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK muslimin yang diselesaikan pada tahun 1994. Tahun 1994 diterima di SD Negeri 2 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2000. Tahun 2000 diterima di SMP Negeri 7 Kotabumi yang

diselesaikan pada tahun 2003. Tahun 2003 masuk SMA Negeri 3 Kotabumi yang diselesaikan tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur SPMB.

Dalam bidang akademik, penulis pernah menjadi asisten dosen pada praktikum Kimia Dasar 2, Kimia Organik 1, Kimia Organik 2, dan Dasar-Dasar Kimia Analitik. Penulis juga pernah aktif di Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra dan Himasakta FKIP Unila sebagai eksakta muda. Selain itu penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke PDAM Way Rilau pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 2 Bandar Lampung. Penulis juga pernah menjadi asisten untuk LKLK yang diselenggarakan oleh Himasakta dan menjadi juara 1 lomba senam aerobik untuk MKU Olahraga di Universitas Lampung.


(1)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LKS DAN ANIMASI KIMIA UNTUK MENGUNGKAP

KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA Nama Mahasiswa : Desti Ari Yani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613023017 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Drs. Sunyono, M. Si. Drs. I Wayan Wirya, M. Kes. NIP 196512301991111001 NIP 194606171981031001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M. Si. NIP 195708031986031004


(2)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Sunyono, M. Si. __________________

Sekretaris: : Drs. I Wayan Wirya, M. Kes. __________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. M. Setyorini, M. Si. __________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. Sudjarwo, M. S. NIP 195305281981031002


(3)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk Ayahku (alm) dan Ibuku tercinta...

Terimakasih, karena Ibu selalu mendoakanku, memberikan cinta, kasih sayang dan materi serta harapan atas keberhasilan studiku. Jerih payah dan kerja keras Ibu tidak akan terlupakan

dan semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu.

Kakak dan adikku (Kiyay, Duli, Susan, dan Nia) tersayang,...

Terima kasih atas keceriaan dan semangat yang telah kalian berikan.

Seseorang yang dijanjikan Allah SWT untukku

(Insya Allah) disaat yang tepat, dengan cara yang bersih, untuk berdampingan denganku bersama meraih Surga.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 11 Desember 1988, anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Sarbini (Alm) dan Ibu Irzah AR.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK muslimin yang diselesaikan pada tahun 1994. Tahun 1994 diterima di SD Negeri 2 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2000. Tahun 2000 diterima di SMP Negeri 7 Kotabumi yang

diselesaikan pada tahun 2003. Tahun 2003 masuk SMA Negeri 3 Kotabumi yang diselesaikan tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur SPMB.

Dalam bidang akademik, penulis pernah menjadi asisten dosen pada praktikum Kimia Dasar 2, Kimia Organik 1, Kimia Organik 2, dan Dasar-Dasar Kimia Analitik. Penulis juga pernah aktif di Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra dan Himasakta FKIP Unila sebagai eksakta muda. Selain itu penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke PDAM Way Rilau pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 2 Bandar Lampung. Penulis juga pernah menjadi asisten untuk LKLK yang diselenggarakan oleh Himasakta dan menjadi juara 1 lomba senam aerobik untuk MKU Olahraga di Universitas Lampung.


(5)

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Pengembangan LKS dan Animasi Kimia Untuk Mengungkap Keterampilan

Generik Sains Siswa Pada Materi Pokok Termokimia

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs.Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA.

3. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Bapak Drs. Sunyono, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

masukan, semangat, bimbingan dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Drs. I Wayan Wirya, M.Kes, selaku Pembimbing II atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Ibu Dra. M. Setyorini, M.Si., selaku Pembahas atas segala masukan dan bimbingan, saran, nasehat, dan doa yang diberikan.

7. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan PMIPA Universitas Lampung.

8. Ibu Dra. Zaini Yusuf, selaku kepala SMA Negeri 16 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian dan


(6)

Bapak Iwan Izudin,S.Pd, selaku guru mitra atas kerjasamanya.

9. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, kakak-kakakku, dan adik-adikku yang sudah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidupku. Terima kasih untuk segala doa serta dukungan kalian untuk harapan dan keberhasilanku.

10.Untuk seseorang yang selama 3 tahun telah senantiasa setia menemani keluh kesahku, terima kasih atas kasih sayang, keikhlasan dan dorongan semangat yang tak pernah lelah kau berikan setiap waktu.

11.Teman-temanku di P. Kimia’06 : Bambang, Nur H, Ila, Nuri, Sabet, Eva, Yuni, Sri, Diah, Dian, Fitri D, Fitri W, Ratu, Ami, Mumun, Rina, Rini, Wiwit, Mb Devi F, Mb Devi S, Mb Desti Y, Yani, Sule, Sitta, Janna, Nina, Ade, Ricky, Rohni, Amin, Dadi, Romli, Anita, Miya, Ela, Sanit, Vina, dan Uli 12.Kakak-Kakak dan Adik-adik tingkatku, semuanya baik angkatan ’04, ’05, ’07

’08, dan ’09. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Mei 2010

Penulis