BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemulung 1. Pengertian Pemulung - KAJIAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) KALIORI DESA KALIORI KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemulung 1. Pengertian Pemulung Pemulung adalah orang-orang yang rela bergelut dengan sampah untuk

  mencari sesuatu yang masih bernilai untuk dijual kepada pembeli barang bekas (pengusaha daur ulang), antara lain besi tua, botol bekas, gelas air mineral, kardus, kertas, plastik bekas (Parmonangan, 2013 dalam Wiyatna, 2015 ).

  Menurut Jhones (dalam Silva:2014) pemulung adalah orang yang pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah kota. Barang-barang yang dikumpulkan berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, pecahan kaca, besi tua, dan barang bekas lainnya. Pemulung merupakan masyarakat berstatus rendah yang cenderung miskin dan hidup sebagai migrant (Medina, 2001 dalam Wiyatna, 2015). Pemulung menurut Shalih (2003: 29 dalam Suhendri 2015) adalah orang yang memungut, mengambil, mengumpulkan, dan mencari sampah, baik perorangan atau kelompok.

  Pemulung adalah orang yang, mengumpulkan dan memproses sampah yang ada di jalan-jalan, sungai-sungai, bak-bak sampah dan lokasi pembuangan akhir sebagai komuditas pasar. Pemulung adalah kelompok sosial yang kerjanya mengumpulkan atau memilah barang yang dianggap berguna dari sampah, baik yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) maupun diluar TPA (PPSML, 2000:36) dalam (Yusuf, 2015).

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan pengertian pemulung adalah orang atau sekelompok masyarakat yang hidup sebagai migrant atau tinggal di sekitar tempat pembuangan akhir yang pekerjaannya mengumpulkan barang bekas seperti botol, kardus dan sampah-sampah bekas lainya yang dianggap berguna yang berada di tempat sampah ataupun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk dijual.

2. Ciri-Ciri Pemulung

  Menurut Noor Effendi (1995: 91 dalam Setiawan, 2015) pemulung dicirikan sebagai berikut : a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal.

  b. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.

  c. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.

  d. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah belum sampai ke sektor ini.

  e. Unit usaha sudah keluar masuk dari satu sub sektor ke sub sektor lain.

  f. Teknologi yang digunakan masih primitive.

  g. Modal dan perputaran usaha relative kecil, sehingga skala operasional juga relative kecil. h. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankam usaha tidak memerlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja. i. Pada umumny a unit kerja termasuk golongan “One Man Enterprise” dan kalau mengerjakan buruh berasal dari keluarga. j. Sumber dana modal pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi. k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan masyarakat kota/desa berpenghasilan menengah.

3. Jenis-jenis Pemulung

  Pemulung dengan keterbatasan modal dan kurangnya lapangan pekerjaan menjadikan seseorang menjadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup.

  Berdasarkan tempat tinggalnya berbagai jenis pemulung yang ada dan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: a. Pemulung jalanan ialah pemulung yang hidup di jalanan, oleh pemerintah di deskripsikan sebagai gelandangan.

  b. Sedangkan pemulung menetap ialah pemulung yang menyewa sebuah rumah secara bersamasama pada suatu tempat, pemulung yang tinggal di rumah permanen atau semipermanen yang berlokasi di TPA atau sekitarnya atau penduduk kampung yang memiliki mata pencaharian sebagai pemulung (Febriyaningsih, 2012 dalam Wiyatna, 2015).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat menjadi pemulung

  Menurut Mudiyono (2005 : 148 dalam Siwi, 2009) faktor –faktor yang mendasari masyarakat menjadi pemulung yaitu: a. Faktor internal, yaitu kondisi kesehatan jasmani yang kuat, didesak dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks, sulit mencari pekerjaan lain, melakukan pekerjaan dengan senang, jaringan kerjasama pemulung kuat.

  b. Faktor eksternal, yaitu jumlah pemulung yang selalu bertambah, banyaknya penduduk akan selalu menghasilkan sampah yang jumlahnya akan semakin banyak.

B. Masyarakat 1. Pengertian Masyarakat

  Salah satu definisi dari masyarakat pada awalnya adalah “a union of

  families

  ” atau masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari keluarga- keluarga. Awal dari masyarakat pun dapat kita katakan berasal dari hubungan antar individu, kemudian kelompok yang lebih membesar lagi menjadi suatu kelompok besar orang-orang yang disebut dengan masyarakat (Khairuddin, 2008).

  Masyarakat adalah wahana terjadinya interaksi antara individu dan hubungan sosial terorganisasi dan terpola. Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang kontinyu antar individu. Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan bermasyarakat (Soetomo, 2009).

  Definisi Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Dalam zaman biasa masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu dan atau kehendak sewenang-wenang, untuk mengutmakan kepentingan dan keamanan bersama. Dengan paksa berati tunduk kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan (negara, perkumpulan, dan sebagainya) dengan sukarela berati menurut adat dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu (desa berdasarkan adat dan sebagainya) (Shadily, 1993).

  Istilah Masyarakat (Society) artinya tidak diberikan ciri-ciri atau ruang lingkup tertentu yang dapat dijadikan pegangan, untuk mengadakan suatu analisa secara ilmiah. Istilah masyarakat mencakup masyarakat sederhana yang buta huruf, sampai pada masyarakat-masyarakt industrial moderen yang merupakan suatu negara. Tidak jarang pula, bahwa istilah masyarakat dipergunakan untuk menggambarkan kelompok manusia yang besar, sampai pada kelompok- kolompok kecil yang terorganisasikan (Soekanto, 1983).

  Istilah masyarakat kadang-kadang dipergunakan dalam artian “gesellachaft” atau sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas sifatnya, sehingga diencanakan pembentukan organisasi- organisasi tertentu (Soekanto, 1983). Masyarakat adalah kelompok manusia yang sengaja dibentuk secara rasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.

  Suatu totalitas dari orang-orang yang saling tergantung dan yang mengembangkan suatu kebudayaan tersendiri juga disebut masyarakat. Walaupun penggunaan istilah-istilah masyarakat masih sangat samar-samar dan umum, akan tetapi hal itu dapat dinaggap sebagai indikasi dari hakikat manusia yang senantiasa ingin hidup bersama dengan orang-orang lain. Biasa bagaimanapun juga penggunaan istilah masyarakat tak akan mungkin dilepas dari nilai-nilai, norma-norma tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian (Soekanto, 1983).

  Berdasarkan pengertian menurut pendapat diatas maka dapat disimpulkan masyarakat adalah hubungan suatu orang/ sekelompok orang-orang yang hidup secara mengelompok maupun individu dan berinteraksi satu sama lain saling pengaruh dan mempengaruhi menimbulkan perubahan sosial dalam kehidupan.

2. Pembagian Masyarakat

  Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam:

  a. Masyarakat paksaan, umpanya negara, masyarakat tawanan di tempat tawanan, masyarakat pengungsi atau pelarian dan sebagainya. Kedalam (kelompoknya) bersifat Gemeinschaft keluar bersifat Gesellschaft. b. Masyarakat merdeka yang terbagi dalam: 1) Masyarakat alam yaitu yang terjadi dengan sendirinya: sugu golongan atau suku yang bertalian karena darah atau keturunan umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar umumnya bersifat Gemeinschaft.

  2) Masyarakat budidaya terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) antara lain kongsi perekonomian, koperasi, gereja, dan sebagainya. Umumnya bersifat Gesellsechaft (Shadily, 1993).

3. Ciri-ciri Masyarakat

  Sebenarnya suatu masyarakat, merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia, yang mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut: a. Manusia yang hidup bersama secara teoritis, maka jumlah manusia yang hidup bersama ada dua orang. Di dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi, tidak ada suatu ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan seberapa jumlah manusia yang harus ada.

  b. Bergaul selama jangka waktu yang cukup lama.

  c. Adanya kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu kesatuan.

  d. Adanya nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi patokkan bagi perilaku yang dianggap pantas.

  e. Menghasilkan kebudayaan yang mengembangkan kebudayaan tersebut (Soekanto, 1983).

4. Syarat Fungsional Masyarakat

  Suatu masyarakat akan dapat dianalisa dari sudut syarat-syarat fungsionalnya, yaitu: a. Fungsi mempertahankan pola (Pattern maintenance) fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub-sistem kebudayaan. Hal itu berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat. Oleh karena itu diorientasikan pada realita yang terakhir.

  b. Fungsi integrasi Hal ini mencakup jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan dengan kontribusiya pada organisasi dan berperannya keseluruhan sistem.

  c. Fungsi pencapaian tujuan (goal attainment). Hal ini menyangkut hubungan anttara masyarakat sebagai sistem sosial dengan subsistem aksi kepribadian.

  Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting bagi masyarakat, dan mobilisasi warga masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut

  d. Fungsi adaptasi yang menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub-sistem organisme perilaku dan dengan dunia fisiko organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya (Soekanto, 1983).

C. Kesejahteraan 1. Pengertian Kesejahteraan

  Kesejahteraan dalam arti sempit, makna kesejahteraan diartikan dalam pengertian yang bersifat sektoral, yaitu salah satu sektor dalam pembangunan (Adi 2008). Kesejahteraan yaitu aman, damai, dan sejahtera. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental, dan segi kehidupan spiritual (Adi 2008).

  Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual.

  Menurut Undang-undang No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1 yaitu kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Adi, 2008).

2. Indikator kesejahteraan

  Kesejahteraan masyarakat mempunyai aspek untuk menyajikan data yang mampu untuk mengukur semua aspek kesejahteraan. Indikator kesejahteraan menurut BKKBN 2013 tersebut adalah :

  a. Pendapatan rumah tangga Pendapatan rumah tangga digunakan sebagai porsi kesejahteraan karena di pandang lebih mencerminkan apa yang dinikmati oleh masyarakat wilayah.

  Pendapatan rumah tangga dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan keluarga dari semua sumber pendapatan b. Keadaan tempat tinggal

  Penilaian terhadap kondisi rumah tangga berdasarkan pada jenis dinding, rumah, jenis lantai, jenis atap serta status kepemilikan.

  c. Fasilitas tempat tinggal Fasilitas tempat tinggal merupakan salah satu hal yang digunakan sebagain ukuran kesejahteraan masyarakat, hal ini dikarenakan fasilitas tempat tinggal sangat penting untuk kegiatan rumah tangga. Fasilitas tempat tinggal didasarkan pada atau tiaknya perlengkapan rumah, kakus, alat mandi, dll.

  d. Kesehatan anggota rumah tangga Kondisi perkembangan kesehatan rakyat yang antara lain tercermin dari tingkat akses terhadap kesehatan punya hubungan yang sangat besar terhadap kesejahteraan rakyat. Selain itu, kesehatan bersama pendidikan adalah investasi yang terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia. e. Pendidikan anak Rendahnya tingkat pendidikan dapat menyebabkan terbatasnya akses kepada keluarga pada kegiatan produktif, dengan kata lain kepala keluarga mempunyai peluang yang sangat kecil untuk bekerja di sektor pekerjaan yang produktif. Oleh karena itu perlu adanya upaya dan kebijakan yang nyata dna sungguh-sungguh untuk memeratakan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Disamping itu diperlukan juga kebijakan pendidikan yang tidak saja di tunjukan untuk mengembangkan aspek intelektual, tetapi juga untuk mengembangkan karakter peserta didik. Dengan demikian pendidik menyiapkan siswa untuk memiliki kemampuan akademik, dapat beradaptasi dengan lingkungan yang cepat berubah, kreatif dalam mencari solusi masalah, dan memiliki watak yang baik.

3. Tingkat kesejahteraan keluarga

  Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Keluarga Sejahtera BKKBN 2012). Sedangkan Fungsi keluarga menurut BKKBN 2012 antara lain:

  a. Fungsi keagamaan Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama.

  Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.

  b. Fungsi sosial budaya Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan orang lain tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Setiap keluarga tinggal disuatu daerah dengan memiliki kebudayaan sendiri. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya setempat.

  c. Fungsi cinta kasih sayang Mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban orangtua untuk memenuhinya. Dengan kasih sayang orangtuanya, anak belajar bukan hanya menyayangi tetapi juga belajar menghargai orang lain.

  d. Fungsi perlindungan Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota keluarganya.

  e. Fungsi reproduksi Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan sebagai pengembangan dari tuntunan fitrah manusia. Dalam hal ini keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan suami istri

  f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia dalam kehidupannya saling membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara berkelompok dan bermasyarakat. g. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

  h. Fungsi pembinaan lingkungan.

  Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai wahana bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera.

4. Tahapan Keluarga Sejahtera

  Menurut BKKBN 2013 menjelaskan bahwa Keluarga Sejahtera diklasifikasikan keluarga dalam tahapan dengan indikator-indikator tertentu, yaitu:

  a. Tahapan Pra Sejahtera Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu kebutuhan dasar

  (basic need) sebagai indikator tahapan Keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan untuk pengajaran agama, sandang, pangan, papan, menabung, dan memperoleh informasi.

  b. Tahapan Keluarga Sejahtera I Adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator berikut: 1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

  2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

  3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai, dinding yang baik.

  4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan. 5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi. 6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

  c. Tahapan Keluarga Sejahtera II Adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator Tahapan Keluarga

  Sejahtera I (indikator 1 s/d 6) dan indikator berikut: 7) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

  8) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/ telur.

  9) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu pasang pakaian baru dalam setahun.

  10) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah. 11) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.

  12) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan.

  13) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin. 14) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi. d. Tahapan Keluarga Sejahtera III Adalah keluarga yang sudah memenuhi indikator Tahapan keluarga

  Sejahtera I dan Indikator Keluarga Sejahtera II (Indikator 1 s/d 14) dan indikator berikut: 15) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama. 16) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang. 17) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi.

  18) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. 19) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/tv.

  e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus Adalah keluarga yang memenuhi indikator Tahapan keluarga Sejahtera I,

  Indikator Keluarga Sejahtera II dan Indikator Keluarga Sewjahtera III (Indikator 1 s/d 19) dan indikator berikut : 20) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan social.

  21) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/ yayasan/ institusi masyarakat.

D. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk akhir dari program pengelolaan sampah (Depkes RI, 1987 dalam Fajar, 2012). Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, menyatakan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/ pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik (Kementerian LH, 2005) dalam (Fajar, 2012).

E. Penelitian yang Relevan

  Wiyatna, 20 15 dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Analisis Pengaruh Faktor Sosial Demografi dan Aktivitas Ekonomi terhadap Kesejahteraan Keluarga Pemulung di Kota Denpasar”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis hubungan antara analisis pengaruh faktor sosial demografi dan aktivitas ekonomi terhadap kesejahteraan keluarga pemulung di kota denpasar. Menganalisis hubungan dan pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi sosial demografi pemulung, aktivitas ekonomi pemulung, terhadap tingkat kesejahteraan keluarga pemulung. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode survei.

  Penelitian Dewi, 2015 dengan tujuan penelitiannya yaitu Mengetahui Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan anak pemulung di Desa Kedungrandung Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Menganalisis tentang kondisi sosial dan ekonomi terhadap pendidikan anak pemulung di Desa Kedung randung Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Penelitian menggunakan Metode survei, Teknik pengambilan sampel diambil menggunakan total sampling sebanyak 28 kepala keluarga. Penelitian Yusuf, 2015 dengan penelitiannya yang berjudul “Pola Kerja Pemulung dan Relasinya Terhadap Kehidupan Sosial serta Kesejahteraan Pemulung di TPA Bukit Pinang Samarinda”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pola kerja pemulung dan relasinya terhadap kehidupan sosial serta kesejahteraan pemulung di TPA Bukit Pinang Samarinda. Menganalisis pola kerja para pemulung dan relasinya pada kehidupan sosial dan kesejahteraan pemulung di TPA Bukit Pinang Samarinda. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Berikut Tabel 2.1 perbandingan penelitian sebelumnya dengan peneliti penulis disajikan di bawah ini:

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis.

  Peneliti Tujuan Metode Hasil Made Mengetahui Metode survai. Data Menunjukkan bahwa pekerjaan Yustisa hubungan dianalisis secara pemulung sebagian besar dilakukan Putri antara Analisis deskriptif dan oleh kaum laki-laki dengan usia 30- Wiyatna pengaruh keruangan. 49 tahun. Hampir seluruh responden , 2015 faktor sosial Pengambilan sampel berstatus menikah dengan demografi menggunakan kecenderungan lama menikah 21-30

  Dan aktivitas metode tahun dan umumnya memiliki 2 ekonomi nonprobability anak. Selain itu hampir seluruh terhadap samping responden adalah kaum migran Kesejahteraan Dengan teknik pendapatan sebesar kurang dari Rp. keluarga accidental sampling. 1.000.000,- pemulung memiliki pemulung Teknik analisis data persepsi bahwa pendapatan tersebut Di kota penelitian ini adalah cukup untuk mensejahterakan denpasar analisis ekonomi keluarga.hasil analisis PLS

  Dekriptif dan analisis menyimpulkan bahwa faktor sosial

  Peneliti Tujuan Metode Hasil PLS. demografi dan aktivitas ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan berperan memediasi faktor sosial demografi terhadap kesejahteraan keluarga pemulung di Kota Denpasar

  Laely Kurnia Dewi, 2015

  Mengetahui Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan anak pemulung di Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas

  Metode surve sampel diambil menggunakan total sampling sebanyak 28 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, yang dikumpulkan dengan kuisioner meliputi data sosial ekonomi dan pendidikan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tabulasi frekuensi dan skoring. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif

  Hasil menunjukan bahwa kondisi sosial ekonomi dalam krikteria sedang yakni 25 kepala keluarga (89,28%), yang termasuk dalam krikteria tinggi sebanyak 2 kepala keluarga (7,15%) dan yang termasuk dalam kategori rendah 1 Kepala keluarga (3,47%). Pendidikan anak pemulung dari hasil penelitian yang mempunyai anak usia SD sebanyak

  51 Kepala Keluarga (53,57%), SMP sebanyak

  10 Kepala Keluarga (35,72%) dan SMA Sebanyak 3 Kepala Keluarga (10,71%)

  Yusuf sosiatri, 2015 Mengetahui

  Pola Kerja Pemulung dan Relasinya Terhadap Kehidupan Sosial serta Kesejahteraan Pemulung di TPA Bukit Pinang Samarinda Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, Teknik pengumpulan data yaitu dengan penelitian lapangan dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Penelitian ini melibatkan pemulung, pengepul, aparatur kelurahan dan petugas TPA atau Tempat Pembuangan Akhir.

  Pemulung disekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Bukit Pinang Kecamatan Samarinda Ulu, memiliki pola kerja sebagai berikut : ada pembagian kerja/Sistem pembagian kerja, Jenis Barang yang dipulung dan di kumpulkan, aktivitas memulung dilakukan secara berkelompok dengan anggota kelompok yang berbeda, Jam kerja pemulung tidak ditentukan, Jam kerja/ pemulung bebas datang kapan saja, Pola distribusi barang sampai ke tingkat pengepul. Pemulung dapat menerima kehidupan sebagai pemulung sebagai sebuah realitas sosial Kesejahteraan Pemulung relatif cukup baik atau cukup

  Peneliti Tujuan Metode Hasil sejahtera.

  Silvi Mengetahui Metode survai. Hasil penelitian menujukan bahwa Irwana Tingkat Pendekatan tingkat kesejahteraan masyarakat Monica Kesejahteraan penelitian Kualitatif. pemulung di Tempat Tempat sari, masyarakat Pengolahan data Pembuagan Akhir (TPA) Kaliori 2016 pemulung di menggunakan Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor Tempat skoring sederhana. Kabupaten Banyumas termasuk Pembuangan Metode Analisis data dalam tingkat Prasejahtera sebesar Akhir (TPA) menggunakan

  Kaliori, Desa Metode Matching 24 keluarga pemulung (63,1%) dan Kaliori, Pengambilan sample termasuk dalam tingkat Kecamatan menggunakan Total kesejahteraan Sejahtera I sebesar 14 Kalibagor, Sampling. keluarga pemulung (36,8%). Dapat Kabupaten disimpulkan bahwa dari 38 kepala Banyumas keluarga di Tempat Tempat Pembuagan Akhir (TPA) Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas termasuk dalam tingkat Prasejahtera dengan hasil sebesar 24 keluarga pemulung (63,1%).

F. Landasan Teori

  Berdasarkan Tinjauan Pustaka di atas, maka dapat disusun landasan teori sebagai berikut:

  1. Pemulung adalah orang atau sekelompok masyarakat yang hidup sebagai migrant

atau tinggal di sekitar tempat pembuangan akhir yang pekerjaannya mengumpulkan

barang bekas seperti botol, kardus dan sampah-sampah bekas lainya yang dianggap

berguna yang berada di tempat sampah ataupun di Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) untuk dijual.

  2. Definisi Masyarakat merupakan golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa

manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan

pengaruh-mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1993). Masyarakat adalah

hubungan suatu orang/ sekelompok orang-orang yang hidup secara mengelompok

  

maupun individu dan berinteraksi satu sama lain saling pengaruh dan mempengaruhi

menimbulkan perubahan sosial dalam kehidupan.

3. Kesejahteraan dalam arti sempit, makna kesejahteraan diartikan dalam pengertian yang bersifat sektoral, yaitu salah satu sektor dalam pembangunan (Adi 2008).

  

Kesejahteraan yaitu aman, damai, dan sejahtera. Kesejahteraan sosial dalam artian

yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk

mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak

hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek

sosial, mental, dan segi kehidupan spiritual (Adi 2008). Fungsi keluarga menurut

BKKBN 2012 meliputi Fungsi keagamaan Fungsi sosial budaya Fungsi cinta kasih,

Fungsi melindungi, Fungsi reproduksi, Fungsi sosialisasi dan pendidikan, Fungsi

ekonomi, Fungsi pembinaan lingkungan. Indikator Keluarga Sejahtera menurut

BKKBN (2013) dibagi menjadi 5 indikator kesejahteraan, yaitu Prasejahtera,

Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III, dan Sejahtera III plus.

  4. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008

tentang pengelolaan sampah, menyatakan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam

pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/

pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

G. Kerangka Pikir

  Berdasarkan Landasan teori diatas penulis dapat menyusun kerangka pikir sebagai berikut:

  

Tempat Pembuangan

Akhir (TPA)

Peluang menjadi

Pemulung

  

Pendapatan

Tingkat

Kesejahteraan

Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir H.

   Hipotesis

  Kesejahteraan masyarakat pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kaliori Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas lebih dari 10% tergolong dalam keluarga prasejahtera.

Dokumen yang terkait

STUDI PERENCANAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) PADA TOPOGRAFI EKSTRIM DI DESA DONOWARIH KECAMATAN KARANG PLOSO KABUPATEN MALANG

4 28 2

PERENCANAAN ULANG TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH PADA TOPOGRAFI EKSTRIM DI DESA NGAGLIK - KOTA BATU

1 35 19

PENDAPATAN PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI GAMPONG JAWA BANDA ACEH

1 6 1

KONDISI SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) MUARA FAJAR RUMBAI PEKANBARU: FENOMENA DAN SOLUSI

0 1 15

EMPRAK KARYA KIJO DI DESA KUANGSAN KECAMATAN KALIORI KABUPATEN REMBANG - Institutional Repository ISI Surakarta

0 2 103

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok Wanita Tani - PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SARI MAKMUR” DALAM PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA ALASMALANG KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KABUPATEN PURBALINGGA - INFORMASI TEMPAT WISATA KABUPATEN PURBALINGGA BERBASIS ANDROID - repository perpustakaan

0 10 18

TUGAS AKHIR - ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. Y DENGAN FOKUS UTAMA PADA IBU A MENDERITA HIPERTENSI DI DESA SROWOT KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Definisi Perilaku - STUDI FENOMENOLOGI PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI MEDIA MCK DI DESA SOKARAJA KULON KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi - PERSEPSI KEPALA PUSKESMAS TERHADAP PERAN APOTEKER DI PUSKESMAS KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 4 8