BAB II LANDASAN TEORI A. Menyimak 1. Pengertian Menyimak - Kukuh Fajar Darmawan Bab II

BAB II LANDASAN TEORI A. Menyimak

1. Pengertian Menyimak

  Berbagai kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari menuntut keterampilan menyimak. Keterampilan menyimak sangatlah berarti bagi seseorang terutama yang berkaitan dengan profesinya dan bagi siswa keterampilan menyimak dapat menentukan keberhasilan dalam belajarnya. Menyimak merupakan awal dari manusia memperoleh bahasa. Di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat diperlukan keterampilan menyimak sebagai sarana berinteraksi dan berkomunikasi.

  Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1984: 28).

  Menyimak merupakan sebuah proses pengalihan rangsangan secara konstan. Kita memusatkan pada satu rangsangan selama beberapa detik saja. Seperti pencarian sebuah objek oleh antena radar, indera manusia secara konstan melihat sepintas rangsangan yang datang untuk mendapatkan informasi yang menurut kita penting. Keltner (dalam Hermawan, 2012: 32). Hermawan (2012: 35) menyatakan bahwa menyimak merupakan sebuah keahlian yang harus banyak dipelajari seperti halnya berbicara karena sesungguhnya setiap orang lebih banyak menyimak tetapi sedikit yang dapat melakukannya dengan baik.

  Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dengan penuh

  6 pemahaman, perhatian, apresiasi,dan respon dari orang lain yang disampaikan melalui ujaran atau bahasa lisan.

2. Tujuan Menyimak

  Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu adalah alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami, atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.

  Tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam:

  a. Menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujar sang pembicara, dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.

  b. Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama sekali dalam bidang seni), pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.

  c. Menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, dll), dia menyimak untuk mengevaluasi.

  d. Menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, dialog, dll) orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.

  e. Menyimak dengan maksud agar dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan- gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Dia menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide. f. Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membeda-bedakan bunyi dengan tepat. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli.

  g. Menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

  h. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif. Disarikan dari [et al], shrope, (dalam Tarigan 1987:56).

  Pembicara terlebih dahulu telah mengemukakan bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran (Tarigan, 1987:35).

3. Tahap-Tahap Menyimak

  Ruth G. Strickland dalam Tarigan (1994:29) menyebutkan ada Sembilan tahap menyimak. Tahap-tahap menyimak tersebut adalah: a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.

  b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicara.

  c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu untuk mengekspresikan isi hati, mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak. d. Menyimak serapan, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan karena anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.

  e. Menyimak sekali-sekali, yaitu menyimak sebentar-sebentar apa yang disimak, karena perhatian seksama berganti dengan keasyikan lain, hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja.

  f. Menyimak asosiatif, hanya menyimak pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan sang anak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.

  g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan.

  h. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara. i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.

  Sementara itu tahap-tahap menyimak menurut Logan (1972:39) dan Loban (1969:243) (dalam Tarigan, 1994:58-59) antara lain:

  a. Tahap mendengar (hearing),

  b. Tahap memahami (understanding),

  c. Tahap menginterpretasi (interpreting),

  d. Tahap mengevaluasi (evaluating), e. Tahap menanggapi (responding).

  Dari dua tahap menyimak tersebut, peneliti setuju dengan pendapat Logan dan Loban yang menyatakan bahwa tahap menyimak meliputi: tahap mendengar, tahap memahami, tahap menginterpretasi, tahap mengevaluasi, dan tahap menanggapi.

4. Ragam Menyimak

  Di samping tujuan umum terdapat pula berbagai tujuan khusus, yang menyebabkan adanya aneka ragam menyimak antara lain:

a. Menyimak Ekstensif

  Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak ekstensif dapat memberi kesempatan dan kebebasan bagi para siswa untuk mendengar dan menyimak butir- butir kosa kata dan struktur-struktur yang masih asing atau baru yang terdapat dalam arus ujaran yang berada di dalam jangkauan dan kapasitas untuk menanganinya.

  Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok menyimak ekstensif antara lain:

  1) Menyimak Sosial

  Menyimak sosial atau menyimak sopan biasanya berlangsung dalam situasi- situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkeraman mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan. Dawson [et all], dalam Tarigan (1994:37).

  2) Menyimak Sekunder

  Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif. Berikut ini merupakan dua contoh menyimak sekunder.

  (a) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada seorang teman di rumah. (b) Menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah. Dawson (1963:153) dan Anderson (1972:69) (dalam Tarigan, 1994:38).

  3) Menyimak Ekstetik

  Menyimak ekstetif atau menyimak apresiasif adalah fase teakhir dari kegiatan menyimak kebetulan termasuk ke dalam menyimak ekstensif. Berikut ini merupakan dua contoh menyimak ekstetik. (a) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman- rekaman.

  (b) Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemrincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor. Dawson [et all], dalam Tarigan (1994:38).

  4) Menyimak Pasif

  Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.

b. Menyimak Intensif

  Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Jenis-jenis yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif antara lain:

  1) Menyimak Kritis

  Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung meneliti di mana letak kekurangan, kekeliruan, ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Dalam menyimak kritis para penyimak perlu menilai dengan teliti dan menyimak secara kritis segala ucapan atau informasi lisan yang diucapkan oleh si pembicara.

  2) Menyimak Konsentratif Menyimak konsentratif disebut juga menyimak yang merupakan sejenis telaah.

  Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: (a) Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.

  (b) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.

  (c) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu. (d) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam. (e) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya.

  (f) Memahami urutan ide-ide sang pembicara. (g) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting. Anderson (1972:70) dan Dawson [et all] (1963:153) (dalam Tarigan, 1994:45).

  3) Menyimak Kreatif

  Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya. Dawson [et all], dalam Tarigan (1987:46).

  4) Menyimak Eksploratif

  Menyimak eksploratif, menyimak yang bersifat menyelidiki adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian, informasi tambahan mengenai suatu topik, isyu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.

  5) Menyimak Interogatif

  Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dan ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara. Dawson [et all], dalam Tarigan (1994:48).

  6) Menyimak Selektif

  Beberapa bahasa menuntut adaptasi atau penyesuaian tertentu terhadap urutan prosedur yang disarankan berikut ini, tetapi bagi sebagian terbesar ciri-ciri bahasa yang berurutan ini hendaklah disimak secara selektif dalam urutan sebagai berikut; nada suara, bunyi-bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, dan bentuk-bentuk ketatabahasaan (Tarigan, 1987:35).

B. Berita

1. Pengertian Berita

  Pengertian berita dalam http:// ramlannarie. wordpress. Com / 2010 /10 / 31 /

  pengertian-berita / adalah sebagai berikut: Berita berasal dari bahsa sansekerta vrit yang dalam bahasa Inggris disebut write yang arti sebenarnya adalah ada atau terjadi.

  Ada juga yang menyebut dengan vritta artinya kejadian atau yang telah terjadi. Menurut kamus besar, berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.

  Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet.

  News atau berita mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah

  berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.

  Menurut William S Maulsby, berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi para pembaca surat kabar, atau karena jika dapat menarik pembaca-pembaca tersebut. Selain itu, penuturan dalam sebuah berita juga harus disajikan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.

  Menurut J.B. Wahyudi, berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, fakta atau ide terbaru yang benar, penting atau menarik bagi sebagian khalayak, dan dipublikasikan melalui media massa periodik seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet. Menurut Amak Syarifuddin, berita adalah suatu laporan kejadian yang disajikan sebagai bahan yang menarik perhatian publik media massa.

  Dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu peneliti menyimpulkan bahwa berita merupakan laporan kejadian atau peristiwa atau pendapat yang menarik dan penting yang disajikan secepat mungkin kepada khalayak luas.

2. Jenis-Jenis Berita

  a. Straight News , adalah berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas.

  b. Depth News, adalah berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.

  c. Investigation News, adalah berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

  d. Interpretative News, adalah berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisnya/reporter.

  e. Opinion News, adalah berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.

3. Unsur-Unsur Berita

  Unsur-unsur berita dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/06/21/unsur-

  berita-5w1h/ , didalam membuat sebuah berita ada unsur-unsur yang perlu diparhatikan

  yaitu 5W + 1H. unsur ini adalah untuk mengetahui dengan tepat apa yang akan disiarkan atau disampaikan dalam bentuk berita. Unsur-unsur dalam penulisan berita yaitu,

  a. What Pertanyaan apa, tidak selalu menggambarkan akibat dari suatu tindakan. Adakalanya pertanyaan apa merupakan penyebab dari suatu kejadian. Pertanyaan apa atau What digunakan untuk menanyakan tentang apa yang akan kita tulis, tema apa yang akan diangkat dalam berita, atau hal apa yang akan dibahas dalam berita tersebut.

  b. Who Pertanyaan siapa tokoh yang terlibat dalam berita, dalam hal ini yang menjadi objek berita adalah manusia. Unsur siapa ini harus dijelaskan dengan menunjukkan ciri-cirinya seperti nama, umur, pekerjaan, alamat serta atribut lainnya berupa gelar bangsawan, suku, pendidikan, pangkat atau jabatan. Unsur siapa selalu menarik perhatian pembaca, apalagi manusia yang menjadi objek berita itu adalah seorang yang aktif di bidangnya. Semua manusia yang terlibat dalam suatu peristiwa harus diliput. Lengkap fakta yang terkait dalam unsur siapa atau manusia itu, akan menggambarkan lengkapnya sebuah berita.

  c. When Unsur waktu yang merupakan jawaban atas pertanyaan kapan terjadi harus diingat dengan baik oleh jurnalis. Unsur waktu akan mempunyai nilai penting, jika sudah bertepatan dengan waktu yang sudah menjadi milik umum. Misalnya istri seorang presiden melahirkan bertepatan dengan tanggal Proklamasi Kemerdekaan.

  Nilai beritanya akan naik saat di waktu yang bersamaan sang presiden memberi pidato resmi dalam rangka ulang tahun negaranya. Sekalipun unsur waktu sangat jarang mempunyai nilai berita, namun sewaktu-waktu ia bisa bermakna khusus.

  d. Where Pertanyaan di mana harus menjelaskan dengan tepat tempat suatu kejadian atau peristiwa berlangsung. Nama tempat harus digambarkan jelas yakni dengan cara menjelaskan cirri-cirinya. Nama tempat ini perlu dijelaskan, sebab kasus yang sama bisa pula terjadi di tempat lain.

  e. Why Jawaban atas pertanyaan mengapa adalah merupakan kelanjutan dari pertanyaan apa. Kekayaan sebuah berita atas fakta yang dikumpulkan wartawan, biasanya kita temukan atas jawaban pertanyaan mengapa ini. Pertanyaan mengapa, harus menjelaskan latar belakang suatu peristiwa atau kejadian yang dijadikan objek berita oleh jurnalis.

  f. How Pertanyaan bagaimana harus menggambarkan keadaan atau proses dan susunan atas sebuah peristiwa yang terjadi. Fakta-fakta yang terkait dengan proses terjadinya sesuatu itu harus dicatat dengan sebaik-baiknya oleh jurnalis.

C. Metode Pembelajaran Kooperatif Nubered Heads Together

  1. Ciri–Ciri Pembelajaran Kooperatif

  Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Sanjaya (2006: 241) ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Adanya peserta dalam kelompok

  b. Adanya aturan kelompok

  c. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok d. Adanya tujuan yang harus dicapai.

  Menurut Ibrahim (2006: 6) kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Siswa bekerja secara kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

  b. Kelompok dibentuk oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

  c. Kalau mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda- beda.

  d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

  2. Prinsip pembelajaran kooperatif

  Model pembelajaran kooperatif mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 61), adalah: a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

  b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini berfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

  c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tergantung untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

3. Pengertian Metode Numbered Heads Together

  Metode Numbered Heads Together merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif. Menurut Suprijono (2009:15) pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuk kelompok adalah untuk memberikan kesempatan pada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan- kegiatan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yaitu mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Pembelajaran kooperatif meliputi beberapa macam. Dari beberapa pembelajaran kooperatif yang paling tepat digunakan pada penelian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

  Model pembelajaran tipe Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam penerapannya melalui tiga langkah yaitu pembentukan kelompok, diskusi masalah, dan tukar jawab antar kelompok.

4. Langkah-Langkah Numbered Heads Together

  Langkah-langkah pembelajaran tipe Numbered Heads Together sebagaimana dijelaskan oleh Suprijono (2009:93) di bawah.

  a. Apersepsi.

  b. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, jumlah anggota minimal 4 orang dan setiap siswa dalam kelompok diberi nomor.

  c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.

  d. Guru membagikan lembar tugas pada masing-masing kelompok supaya dikerjakan.

  e. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap siswa dalam kelompoknya mengerjakan dan mengetahui jawabannya.

  f. Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya.

  g. Siswa yang lain memberikan tanggapan atas laporan tersebut, kemudian guru menunjuk nomor yang lain untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya secara bergantian. h. Guru menyimpulkan dari laporan hasil kelompok siswa. i. Evaluasi.

D. Penelitian yang Relevan Penelitian menyimak dengan menggunakan media sudah banyak dilakukan.

  Meskipun demikian, penelitian ini masih menarik untuk diadakan penelitian lebih lanjut. Penelitian yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penelitian Napsiah (2001), Ika Mardiana Rahayu (2009), dan Eko Priyawan (2010).

  Napsiah (2001) melakukan penelitian tentang Penggunaan Media Rekaman

  dalam Pengajaran Menyimak Siswa Kelas VI SD Karangandri 03 Cilacap. Penelitian

  tersebut menunjukkan bahwa penelitian menyimak dengan menggunakan media rekaman hasilnya lebih baik dibandingkan dengan dibacakan langsung. Hal ini terlihat dari data skor rata-rata hasil tes keterampilan menyimak yang dibacakan langsung diperoleh nilai rata-rata 5,83, dengan nilai tertinggi 8 dan nilai terendah 3, sedangkan dengan menggunakan media rekaman diperoleh nilai rata-rata 6,5, dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 4.

  Ika Mardiana Rahayu (2009) dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan

  Menyimak Cerita Pendek Bahasa Jawa (Cerkak) Melalui Media Rekaman pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Kroya Kabupaten Cilacap menunjukkan hasil yang serupa yaitu

  peningkatan hasil tes. Dari hasil penelitian diperoleh data hasil nilai rata-rata pratindakan 59,90, pada siklus I rata-rata 63,88, dan siklus II 69,90.

  Penelitian Eko priyawan (2010) dengan judul Upaya Meningkatkan

  Keterampilan Menyimak Berita Melalui Pembelajaran yang Menggunakan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 7 Purwokerto Tahun Ajaran

  2009/2010 juga menunjukkan hasil yang serupa, yaitu penelitian menyimak dengan

  menggunakan media audio visual hasilnya lebih baik dibandingkan dengan cara mengajar konvensional yakni cara mengajar yang banyak didominasi oleh guru. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pre test 58,76, yang mencapai tuntas belajar sebanyak 8 siswa atau 19,51 %, sedangkan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 70,17, yang mencapai tuntas 18 siswa atau 43,90 %.

  Dari tiga kajian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Jika penelitian sebelumnya penelitian dilakukan dengan media rekaman maupun audio-visual, pada penelitian ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Jadi yang membedakan penelitian ini adalah metode yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

E. Kerangka Berpikir

  Tujuan pengajaran bahasa adalah untuk membantu dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan maupun tertulis. Keterampilan menyimak adalah satu keterampilan yang mendasar dalam pengajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan tersebut sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena manusia selalu dituntut untuk menyimak, baik dalam lingkungan, keluarga, masyarakat maupun lingkungan.

  Keterampilan menyimak berita siswa kelas VIII A MTs Muhammadiyah Merden Kabupaten Banjarnegara masih tergolong sangat rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya, cara mengajar guru yang masih mendominasi kegiatan pembelajaran dan guru mata pelajaran yang mengajar tidak sesuai pada bidangnya. Hal ini tentunya menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurang termotivasi dalam pembelajaran menyimak yang menyebabkan rendahnya hasil belajar khususnya keterampilan menyimak berita.

  Berdasarkan analisis permasalahan tersebut, peneliti ingin meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran menyimak berita. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIIA MTs Muhammadiyah merden, Kabupaten Banjarnegara.

F. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka pikir di atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe

  Numbered Heads Together dapat meningkatkan keterampilan menyimak berita pada siswa kelas VIII A MTs Muhammadiyah Merden, Kabupaten Banjarnegara.