BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - WENI ASTUTI BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

  1. Sikap Bersahabat Menurut Kemendiknas (2010) karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan

  (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Sementara pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai sebagai karakter dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.

  Menurut Wibowo (2012: 26) karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Sementara, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan.

  Menurut Sulistyowati (2012: 19) bahwa pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi siswa, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut kearah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang. Sedangkan karakter adalah sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Landasan pedagogis pendidikan karakter adalah penyesuaian dan pengembangan nilai-nilai warisan menjadi nilai budaya dan karakter bangsa.

  Dari berbagai definisi yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter- karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikan dalam kehidupan, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

  Menurut Zaenul (2012: 21) menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan karakter ditentukan oleh konsistensi perilaku seseorang yang sesuai dengan apa yang diucapkan dan harus didasari atas ilmu dan pengetahuan dari sumber- sumber nilai yang dapat dipertanggungjawabkan.

  Menurut Wibowo (2012: 102) menyatakan bahwa sikap bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

  Dari pengertian-pengertian di atas menurut Wibowo (2012: 102) indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam pendidikan karakter untuk sikap bersahabat/komunikatif antara lain:

  1. Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah.

  Menurut Effendi (2009: 9) komunikasi adalah bersifat dasariah dan minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat.

  Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif , yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.

  Menurut Effendi (2009: 11) Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pikiran bisa merupakan gegasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

  a. Proses komunikasi secara primer Menurut Effendi (2009: 11) Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

  Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi secara primer adalah proses komunikasi secara langsung dari komunikator kepada komunikan tanpa menggunakan alat.

  b. Proses komunikasi secara sekunder Menurut Effendi (2009: 16) Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau saran sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televise, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Jadi proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.

  Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu proses komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan sikap persahabatan yang baik dan menyenangkan, maka dari itu dalam komunikasi dibutuhkan sebuah proses yang lancar dan saling mengerti satu sama lain.

  2. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun.

  Menurut Mustari (2011: 157) Sikap santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

  Sikap kesantunan memang bisa mengorbankan diri sendiri demi demi masyarakat atau orang lain. Demikian karena masyarakat atau orang-orang itu sudah sudah mempunyai aturan yang solid, yang setiap kita hanya kebahagian itu saja. Itulah inti bersifat santun yaitu berperilaku interpersonal sesuai tataran norma dan adat istiadat setempat. Esensi dari perilaku santun itu hati harus bersih. Karena perilaku adalah cerminan hati kita dan perilaku itu bermacam-macam seperti ada yang terpuji dan ada yang tercela, maka hati pun bermacam-macam pula, ada yang lembut dan ada pula yang keras.

  Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan budi yang tinggi menjadi sendi kepribadian wajib dipelihara dan dipupuk dengan sebaik- baiknya, agar jalan pikiran, akal, kehendak, dan perasaan berjalan melalui saluran yang benar dengan berjalan tegak di atas dasar yang hak dan kuat.

  Kata hati adalah perasaan jiwa yang berfungsi sebagai penjaga dan pelindung seorang manusia. Ia mengajak orang untuk menunaikan apa yang telah menjadikan kewajibannya, melarangnya kalau sampai berlaku sembrono dan menyeleweng, maka akan memberikan nilai dan perhitungan setelah amalnya itu dilaksanakan. Cara bersikap santun itu terdapat banyak hal dalam hidup ini yang harus kita perbuat atau ucapkan yang harus disesuaikan dengan kesantunan. Kesantunan kita dan orang lain akan berbahagia, karena apa yang dilakukan itu adalah sesuai dengan harapan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesantunan adalah hal yang memang sewajarnya dalam kehidupan ini.

  Sehingga yang tidak mempunyai kesantunan akan dianggap orang yang tidak wajar dan kesantunan itu ternyata sudah berumur panjang seumur manusia itu sendiri.

  3. Saling menghargai dan menjaga kehormatan Sikap saling menghargai dan saling menjaga kehormatan sikap yang dimiliki oleh orang yang suka terhadap kedamaian. Cinta damai itu sendiri merupakan sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Sikap saling menghormati dan menghargai itu dapat menciptakan suasana di sekolah dan bekerja dengan nyaman, tentram dan harmonis serta membiasakan berperilaku anti kekerasan.

  4. Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban Sikap tersebut merupakan sikap yang penuh dengan kasih sayang dan menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan bertugas sehingga dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.

  5. Tidak menjaga jarak atau tidak membeda-bedakan dalam berkomunikasi Maksudnya dalam berkomunikasi antara siswa dengan guru terjalin dengan baik. Tindakan tersebut harus memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,dan bekerja sama antara yang satu dengan yang lainnya.

  Berdasarkan uraian di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa indikator sikap bersahabat atau komunikasi terdiri dari lima indikator yaitu: suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah untuk dapat mengembangkan sikap berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun, saling menghargai dan menjaga kehormatan serta pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban, tidak menjaga jarak atau tidak membeda-bedakan dalam berkomunikasi.

  Dari indikator di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap bersahabat itu sangat penting. Hal tersebut ditunjukan pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas manusia. Manusia termasuk ke dalam makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain dan tanpa disadari manusia tersebut membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik.

  Jadi berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap bersahabat itu sangat penting. Bersahabat dengan orang lain membutuhkan sebuah ilmu komunikasi yang baik sehingga sikap bersahabat akan berjalan lancar.

  Sikap bersahabat itu tidak sama dengan komunikasi hal tersebut dapat dibuktikan dengan masing-masing pengertian di bawah ini: a. Sikap bersahabat merupakan suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama yang dapat terbentuk karena kebiasaan individu tersebut. Maka untuk membentuk karakter sikap bersahabat membutuhkan waktu lama, dikarenakan tedapat beberapa penyebab diantaranya: karakter itu merupakan sesuatu yang mengualifikasi seseorang pribadi, keadaan jiwa yang menyebabkan seseorang bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu, keadaan atau kondisi jiwa yang bersifat batiniah, sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

  b. Komunikasi bersifat dasariah dan minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif , yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Pentingnya komunikasi bagi kehidupan social, budaya, pendidikan dan politik sudah disadari oleh para cendikiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke-20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronika, setelah ditemukan kapal kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi dan sebagainya, maka para cendikiawan pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan menjadi ilmu. Dalam interaksi membutuhkan suatu komunikasi yang baik sehingga dalam menjalin sebuah hubungan, baik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok.

  Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap bersahabat dan komunikasi itu berbeda karena sikap bersahabat merupakan suatu tindakan sedangkan komunikasi itu lebih bersifat dasariah kita sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik dan lancar pastilah akan menghasilkan sikap bersahabat antara individu satu dengan individu yang lainnya.

  2. Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi

  1. Menulis

  a. Pengertian Menulis Menurut Tarigan (1993: 3) Menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah trampil memanfaatkan grafologi, stuktur bahasa dan kosa kata. Ketrampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Menulis merupakan salah satu dari ke empat komponen dalam ketrampilan berbahasa. Ketrampilan itu erat kaitannya dengan tiga ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui hubungan urutan yang teratur yaitu berawal dari kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang dan membuat surat. Selain itu, menulis dapat diartikan sebagai proses ketrampilan menuangkan pikiran dengan bahasa tulis yang tertata.

  Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian menulis adalah suatu ketrampilan untuk menyapaikan sesuatu selain dengan menggunakan lisan, tetapi menggunakan simbol-simbol yang mengandung arti sehingga orang lain akan mengerti dan memahami apa yang disampaikan.

  b. Tujuan Menulis Menurut Syarif (2009: 6) Seorang tergerak menulis karena memiliki tujuan objektif yang bisa dipertanggungjawabkan dihadapan publik pembacanya. Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuan menulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks pengembangan peradapan dan kebudayaan mesyarakat itu sendiri. Adapun tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut.

  1) Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yangdapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.

  2) Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembacadengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna.

  3) Mendidik; salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.

  4) Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan- bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas.

  Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan menulis pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan demikian menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk menjangkau khalayak masa yang luas. c. Jenis-Jenis Menulis Menurut Syarif (2009: 7) keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atau empat kategori, yaitu; karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Di berikut ini akan dijelaskan satu persatu. 1) Eksposisi

  Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Eksposisi merupakan tulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, desertasi, atau artikel pada surat kabar atau majalah. Jika hendak menulis bagaimana peraturan bermain sepak bola, cara kerja pesawat, bagaimana membuat tempe, misalnya, maka jenis tulisan eksposisi sangat tepat untuk digunakan. Ekposisi berusaha menjelaskan atau menerangkan. Contoh eksposisi : Masa remaja adalah saat yang penuh kesenangan dan kegembiraan.

  Namun, masa itu juga merupakan saat mulai timbulnya jerawat. Suatu pertanda bahwa Anda telah memasuki masa dewasa, namun merupakan suatu hal yang Anda harapkan tidak begitu tampak. Cobalah Clearasil krem pengobatan jerawat. Clearasil memiliki tiga daya ampuh yang khas untuk membantu mempercepat proses penyembuhan jerawat serta membantu menghindari timbulnya jerawat baru. Jadikanlah dirimu salah satu dari berjuta-juta pemakai Clearasil di dunia dan tampilkan wajah Anda dengan banggga

  2) Deskripsi Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisanny

  a, dapat „melihat‟ apa yang dilihatnya, dapat „mendengar‟ apa yang didengarnya, „merasakan‟ apa yang dirasakanya, serta sampai kepada „kesimpulan‟ yang sama dengannnya. Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari obesrvasi melalui panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata.

  Contoh deskripsi: Pasar Blaura merupakan pasar perbelanjaan yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di bagian terdepan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri.

  Di lantai satu terdapat toko pakaian yang lengkap berderet-deret. Di sampaing kanan pasar terdapat stan-stan kecil penjual perkakas dapur. Di samping kiri ada pula jenis buah-buahan. Pada bagian belakang kita dapat menemukan berpuluh-puluh pedagang kecil yang berjualan makanan dan minuman.

  3) Narasi (kisahan) Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Paragraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami oleh penulisnya. Narasi lebih menekankan pada dimensi waktu dan adanya konflik.

  Contoh Narasi: Sore itu kami pergi ke rumah Puspa. Sopir kusuruh memakirkan mobil.

  Kemudian, kami memasuki gang kecil. Beberapa waktu kemudian, kami sampai di sebuah rumah yangh sederhana seperti rumah-rumah di sekitarnya. Rumahrumah itu tanpak tidak semewah rumah-rumah gedung yang terletak di pinggir jalan. Pintu rumah yang sederhana itu terbuka pelan. Seorang gadis berlari dan memelukku. Gadis itu tiba-tiba pinsan dan terkulai lemas dalam pelukanku.

  4) Argumentasi Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar amenerima pendapanya. Argumentasi berusaha meyakinkan pembaca. Cara menyakinkan pembaca itu dapat dilakukan dengan jalan menyajikan data, bukti, atau hasil penalaran.

  Contoh Argumentasi Kedisiplinan lalu lintas masayarakat di Jakarta cenderung menurun. Hal ini terbukti pada bertambahnaya jumlah pelanggarannya yang tercatat di kepolisian. Selain itu, jumlah korban yang meninggal akibat kecelakaan pun juga semakin meningkat. Oleh karena itu, kesadaran mesyarakat tentang kedisplinan berlalu lintas perlu ditingkatkan. 5) Persuasi

  Persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya-ajuk, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa. Contoh Persuasi: Bahasa adalah alat komunikasi. Sebagai alat, bahas saangat luwes dalam menjalankan fungsinya, bahasabdapat dipakai oleh pemakaiannya untuk kepentingan apa saja selama dalam batas-batas fungsinya sebagai alat komunikasi. Anda tenttunya dapat mengatakan pikiran ini dengan kenyataan kehidupan sehari-hari. Karena pemakaian bahasa yang luwes ini kita dapat menemukan akibatnya dalam masyarakat: terjadi penipuan, kesuksesan, kedengkian, percekcokan, dan sejenisnya. Kita bisa mengaitkan masalah ini misalnya dengan kemampuan seorang ”penjual obat” Obat atau jamu yang dibawanya biasanya disangsikan orang ketinggian mutunya. Tetapi mengapa dia bisa berhasil memperdayakan orang lain untuk membeli obat atau jamunya? Salah satu faktor yang tidak bisa diingkari adalah karena bahasa yang dipakainya. Dia berhasil memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk mempengaruhi orang lain.

  Jadi dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jenis-jenis menulis karangan dapat dibedakan menjadi lima kategori yaitu karangan eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi dan persuasi. Menulis karangan tersebut membutuhkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menstimulus siswa agar bisa menulis karangan dengan baik dan lengkap.

  d. Tahap-tahap Menulis Menurut Syarif (2009: 11) Setelah mengetahui cara-cara memulai dan teknik memberikan nafas ke dalam tulisan. Sekarang kita melangkah ke proses penulisan. Pada tahap ini, kita hanya membangun suatu fondasi untuk topik yang berdasarkan pada pengetahuan, gagasan, dan pengalaman. Adapun proses penulisan tersebut sebagai berikut. 1) Darf kasar disini dimulai menelusuri dan mengembangkan gagasangagasan. Pusatkan pada isi daripada tanda baca, tata bahasa, atau ejaan. Ingat untuk menunjukkan bukan memberitahukan saat menulis. 2) Berbagi; sebagi penulis kita sangat dekat tulisan kita sehingga sulit bagi kitauntuk menulai secara objektif. Untuk mengambil jarak dengan tulisan.

  Oleh sebab itu perlu meminta orang lain untuk membaca dan memberikan umpan balik. Mintalah seorang teman membacanya dan mengatakan bagian manayang benar

  • –benar kuat dan menunjukkan ketidakkonsistenan, kalimat yany tidak jelas, atau transisi yang lemah. Inilah beberapa petunjuk untuk berbagi.

  3) Perbaikan (revisi); setelah mendapat umpan balik dari teman tentang mana yang baik dan mana yang perlu digarap lagi, ulangi dan perbaikilah. Ingat bahwa penulis adalah tauan dari tulisan Anda jadi Andalah yang membuat umpan balik itu. Manfaatkanlah umpan balik yang dianggap membantu.

  Ingat tujuan menulis membuat sebaik mungkin. 4)

  Menyunting (editing); inilah saatnya untuk membiarkan “editor” otak kini melangkah masuk. Pada tahap ini, perbaikilah semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca. Pastikanlah semua transisi berjalan mulus, penggunaan kata kerja tepat, dan kalimat-kalimat lengkap.

  5) Penulisan kembali ; tulis kembali tulisan Anda, masukkan isi yang baru dan perubahan

  • –perubahan penyuntingkan. 6) Evaluasi; periksalah kembali untuk memastikan bahwa Anda telah menyelesaikan apa yang Anda rencanakan dan apa yang ingin Anda sampaikan.

  Jadi dari uraian di atas tentang tahap-tahap menulis dapat disimpulkan bahwa proses yang terus berlangsung tahap ini menandai akhir kegiatan menulis dibaratkan seperti seorang arsitektur akan membangun sebuah gedung, biasanya ia membuat rancangan terlebih dahulu dalam bentuk gambar di atas kertas. Demikian pula seorang penulis, membuat kerangka tulisan atau outline merupakan kebiasaan yang perlu dipupuk terus untuk menghasilkan sebuah karya tulis yang baik.

  e. Manfaat menulis Menurut Arti (2007: 12) menyatakan ada beberapa manfaat menulis adalah sebagai berikut:

  1. Memperoleh keberanian Sebagian besar orang takut menulis karena khawatir kalau-kalau tulisannya ditolak, dicemooh, disalahkan, dan kekhawatiran lainnya. Jika ingin menulis seseorang harus memaksa dan melawan ketakutan agar bisa menulis. penulis professional pada awalnya juga memiliki pengalaman, salah satunya adalah kekhawatiran dianggap jelek. Dengan optimisme tinggi dan keberanian, mereka akhirnya mereka berhasil mengatasi ketakutan itu sendiri.

  2. Menyehatkan wajah Pada tahun 1990 seorang psikologi yang melakukan penelitian selama lima tahun tentang hubungan menulis dengan membuka diri terhadap kesehatan fisik. Hasil penelitian itu diperoleh bahwa pengalaman-pengalaman pahit dalam bentuk tulisan akan mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan kesehatan tubuh seseorang. Menulis memang menyenangkan dan mengasyikan.

  3. Membantu Memecahkan Masalah Menulis sebenarnya merupakan proses berfikir jangka panjang. Dalam jangka waktu tertentu, aktivitas menulis telah memaksa orang untuk merenung dan memusatkan perhatian lebih panjang pada suatu masalah.

  4. Membantu Memperoleh dan Mengingat Informasi Menulis merupakan suatu proses pengungkapn kembali tentang segala sesuatu yang telah terekam dalam otak seseorang. Jika masalah itu ditulis, sama artinya dengan mengulang kembali memori yang ada. Semakin sering menulis, ingatan seseorang semakin kuat dan daya analisisnya semakin tajam.

  5. Mengatasi Trauma Dalam perkembangan sejarah hidup, seseorang pernah mengalami hal-hal yang traumatis. Kondisi ini tidak mudah dihilangkan begitu saja. Oleh karena itu, menulis dapat dijadiakan sebagai salah satu media untuk mengurangi hal-hal yang dianggap trauma oleh seseorang.

  6. Menjernihkan Pikiran Menulis pada hakikatnya adalah usaha untuk mengekspresikan berbagai kebosanan, ketidakadilan, kejengkelan dan perasaan lain. Apabila dikeluarkan melalui tulisan, kebosanan itu dapat berkurang, hilang dan ada kepuasan tersendiri.

  Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah penulis karangan dapat dikatakan sebagai guru dan dengan kesadaran tinggi menyebarkan ilmu pengetahuan, ajaran dan tata nilai kepada masyarakat. Para penulis professional mengaku telah mendapatkan banyak manfaat dari kebiasaan menulis.

  2. Karangan Deskripsi

  a. Pengertian Karangan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa pengertian karangan adalah hasil mengarang, tulisan, cerita, artikel, buah pena, ciptaan dan lain sebagainya.Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

  b. Pengertian Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari kata bahasa latin “ deskribere” yang berarti menggambarkan atau memberikan suatu hal. Dari segi istilah, deskripsi adalah

  suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencintrai ( melihat, mendengar, mencium dan merasakan) sesuatu yang dilukiskan sesuai dengan citra penulisnya. Karangan deskripsi bermaksud untuk menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-gerakannya atau sesuatu yang lain kepada pembaca.

  Menurut Suparno, (2002: 111) menyatakan bahwa “deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan dan menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan- kesan dari pengamatan, pengalaman dan peranan penulisnya”. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga, pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri suatu obyek yang dialami penulis. Deskripsi ialah tulisan yang berusaha memberikan perincian atau melukiskan dan mengemukakan obyek yang sedang dibicarakan (sepert orang, tempat, suasana, atau hal lain). Deskripsi berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendegarkan atau merasakan hal tersebut.

  Menurut Menurut Syarif (2009: 8) deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan.

  Berdasarkan pengertian deskripsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang disusun unuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal yang mendalam kepada membaca. Karangan deskripsi memiliki ciri- ciri seperti 1) Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.

  2) Penggambaran dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra 3) Membuat pembaca merasaka, melihat, serta mengalami sendiri obyek yang disampaikan penulis.

  Menulis deskripsi harus mampu menghidupkan obyek yang dilukiskan sehidup-hidupnya, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengarkan, dan merasakan yang penulis alami. Supaya dapat melukiskan sesuatu sehidup-hidupny. Langkah Pertama adalah melatih diri mengamati sesuatu dilingkungan sekitar. Makin lama mengamati sesuatu dilingkungan sekitar. Langkah Kedua, melukiskan bagian-bagian yang penting sedetail mungkin. Berdasarkan paragraf di atas, dalam menulis deskripsi yang baik dituntut tiga hal: 1) Kesanggupan berbahasa yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk 2) Kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan tentang sifat, ciri dan wujud obyek yang dideskripsikan 3) Memampuan memilih detail yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan deskripsi.

  Berdasarkan kategori yang lazim, karangan deskripsi dipilih atas dua kategori yakni orang dan deskripsi tempat.

  1) Deskripsi orang adalah karangan yang menggabarkan tentang orang dengan tujuan untuk mengenali lebih mendalam deskripsi orang 2) Deskripsi tempat adalah karangan yang menggambarkan tempat-tempat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap peristiwa. Jalannya peristiwa akan lebih menarik jika dikaitkandengan tempat terjadinya peristiwa. Setiap peristiwa tidak terlepas dari lingkungan dan tempat.

  Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi adalah sebuah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencintrai ( melihat, mendengar, mencium dan merasakan) sesuatu yang dilukiskan sesuai dengan citra penulisnya dan merupakan suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.

  3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Jauhar (2011: 86) Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan ketrampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik dan menjadi pelajar yang mandiri. Pengertian “masalah” dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan . kesenjangan ini dapat dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau kecemasan. Oleh karena itu, materi pelajaran atau topic tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber pada buku dari buku saja, tetapi juga dari sumber-sumber lain, seperti peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam pembelajaran berbasis masalah paling tidak terdapat 5 kriteria dalam memilih materi pelajaran.

  1. Materi pelajaran mengandung konflik yang dapat bersumber dari berita, rekaman video dan lainnya.

  2. Materi yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa sehingga setiap siswa dapat mengikuti dengan baik.

  3. Materi yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan keperluan orang banyak sehingga dirasakan manfaatnya.

  4. Materi yang dipilih merupakan bahan yang mendukung kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

  5. Materi yang dipilih sesuai dengan minat siswa, sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya Menurut Rusmono ( 2012: 79) Pada tingkat yang paling dasar, model pembelajaran berbasis masalah ditandai oleh siswa yang bekerja berpasangan atau kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki masalah kehidupan nyata yang tidak terdevinisikan secara ketat. Karena jenis pembelajaran ini sangat interaktif, beberapa pihak memandang perencanaan rinci tidak perlu dan bahkan tidak mungkin dilakukan. Pandangan ini jelas tidak benar. Perencanaan untuk proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang lain, bahkan mambutuhkan upaya perencanaan yang lebih banyak. Perencanaan yang dibuat oleh guru itulah yang memfasilitasi kelancarannya perpindahan di sepanjang tahap-tahap pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Menentukan tujuan pembelajaran umum dan khusus. Pertama, guru mendeskripsikan bagaiman pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti memperkaya penyelidikan, memahami peran-peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi siswa yang mandiri. Beberapa pelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, mungkin ditunjuk untuk mencapai suatu tujuan itu secara serentak. Dalam praktiknya, lebih besar kemungkinan guru akan menekankan pada satu atau dua tujuan dalam pelajaran tertentu. Misalnya seorang guru dapat merancang sebuah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah tentang isu-isu lingkungan. Guru bukannya meminta siswa mensimulasikan peran-peran orang dewasa atau mencari solusi untuk masalah-masalah lingkungan, tetapi guru meminta siswa melakukan penelusuran lewat jaringan computer tentang topik itu, dengan maksud mengembangkan jenis ketrampilan penyelidikan ini. Tidak memandang apakah sebuah penalaran berfokus pada tujuan tunggal atau memiliki rangkaian tujuan yang luas, penting bagi guru untuk menetapkan terlebih dahulu tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus itu sehingga guru dapat mengkomunikasikan dengan jelas tujuan itu kepada siswa. Contoh tujuan pembelajaran berbasis masalah, siswa dapat menganalisis membuat denah/grafik berdasarkan informasi-informasi yang ada.

  Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan model dalam proses pembelajarannya berpusat pada siswa karena siswa diajak untuk bekerja berpasangan atau kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki masalah kehidupan nyata yang tidak terdevinisikan secara ketat.

  Menurut Jauhar (2011: 87) Ciri-ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

  a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara social penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

  b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai contoh masalah solusi yang dimunculkan dalam pelajaran di Teluk Buyat mencakup berbagai subyek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata dan pemerintahan.

  c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yangsedang dipelajari.

  d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artifak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat seperti pa da pelajaran “Roots and wings”. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

  e. Kolaborasi. Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog untuk mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berpikir.

  Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 ciri yaitu pengajuan pertanyaan, berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk dan memamerkannya dan kolaborasi.

  Menurut Rusmono (2012: 80) Langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa, untuk mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah tidak diracang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi dikembangkan untuk membantu siswa. Terdapat lima langkah model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: a. Orientasi siswa kepada masalah; guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipiihnya.

  b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar; guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut.

  c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

  d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses peecahan masalah; guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

  Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model untuk membelajarkan siswa dalam rangka mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan dalam memecahkan masalah.

  Menurut Jauhar (2011: 86) model pembelajaran berbasis masalah terdapat kekurangan dan kelebihan diantaranya:

  • Kekurangan

  a. Untuk siswa yang malas tujuan dari model pembelajaran tersebut tidak dapat tercapai.

  b. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

  c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan model ini

  • Kelebihan

  a. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar belajar sehingga pengetahuan benar- benar diserap dengan baik.

  b. Dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain.

  c. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.

  Jadi berdasarkan kelemahan dan kelebihan model pembelajaran berbasis masalah dapat diambil kesimpulan bahwa siswa dilibatkan secara langsung dan siswa juga diajak untuk bekerja sama pada kegiatan belajar mengajar guna tercapainya tujuan yang diinginkan.

  4. Media Puzzle denah

  a. Pengertian Media Menurut Djamarah (2010: 120) media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.

  Peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

  Menurut Djamarah (2010: 121) peran media antara lain:

  a. Media sebagai Alat Bantu Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan- pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik.

  Guru sadar tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks. b. Media Sebagai Sumber Belajar Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana: di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audiovisual. Penggunaan ketiga sumber belajar ini tidak sembarang, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri dan sebagainya.

  Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat bantu dan sebagai sumber belajar bagi guru maupun bagi siswa.

  Media yang baik itu sebagai penyalur informasi atau pesan. Media juga sangat penting untuk mendukung proses pembelajaran.

  b. Pengertian Puzzle Denah Menurut Kusmayadi (2009: 96) Puzzle bukan merupakan permainan asing bagi anak-anak. Biasanya anak-anak sangat senang menyusun dan mencocokkan bentuk dan tempat. Anak akan suka memainkan puzzle dengan berbagai macam gambar yang menarik. Puzzle bisa dimainkan anak mulai dari usia 12 bulan. Puzzle bisa memberi kesempatan belajar anak. Memainkan puzzle bersama-sama pun dapat merekatkan hubungan antara orang tua dan anak. Anak yang baruberusia 12 bulan dapat memainkan puzzle yang sederhana, misalnya puzzle dua keeping. Kemudian anak pun akan meminta kepingan puzzle diperbanyak karena hal itu merupakan tantangan tersendiri bagi anak-anak. Saat anak berada dalam kondisi bingung dan frustasi dalam menyelesaikan permainan ini, maka anda bisa menyemangati anak agar tidak patah semangat. Sehingga rasa percaya diri anak pun tumbuh dan merasa mampu menyelesaikan permaianan puzzlenya. Rasa percaya diri dapat menambah rasa rasa aman kepada anak sehingga akan lebih aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan lainnya.

  Cara bermain puzzle, biasanya anak sudah langsung mengenali permainan ini dan langsung bisa memainkannya. Adapun langkah-langkah dalam memainkan permainan puzzle yaitu sebagai berikut: a. Lepaskan kepingan puzzle dari papannya.

  b. Acak kepingan puzzle tersebut.

  c. Mintalah anak memasangkannya kembali.

  d. Berikan tantangan kepada anak untuk melakukannya dengan cepat. Bisa dengan hitungan angka dari 1 sampai dengan 10, stopwatch, dll.

  Manfaat bermain puzzle yaitu sebagai berikut:

  a. Mengasah otak. Dengan bermain puzzle, kecerdasan otak anak akan terlatih karena permainan ini melatih sel-sel otak untuk memecahkan masalah.

  b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Bermain puzzle melatih koordinasi tangan dan mata anak. Hal itu dikarenakan anak harus mencocokkan keeping- keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar yang utuh. c. Melatih membaca. Membantu mengenal bentuk dan langkah penting menuju pengembangan ketrampilan membaca.

  d. Melatih nalar. Bermain puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar anak-anak karena anak-anak akan menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, kaki, dan lain-lain sesuai dengan logika.

  e. Melatih kesabaran. Dengan bermain puzzle, kesabaran akan terlatih karena saat bermain puzzle dibutuhkan kesabaran dalam menyelesaikan permasalahan.

  f. Pengetahuan. Dengan belajar puzzle, anak-anak akan mengenal warna dan bentuk. Anak juga akan belajar konsep dasar binatang, alam sekitar, jenis- jenis benda, anatomi tubuh manusia, dan lain-lain.

  Jadi dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan tentang puzzle merupakan kepingan-kepingan bagian yang terpisah, tugas anak untuk mencocokan dan menyusun sesuai bentuk dan tempatnya.