BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCL E BERBANTUAN APLIKASI CABRI 3D DIKELAS VIII F SMP MUHAMMADIYAH AJIBARANG - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual

  1. Kemampuan Spasial

  a. Pengertian Kemampuan Spasial Menurut Amstrong (dalam Yuliani dan Bambang, 2010), kemampuan spasial merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar didalam pemikiran seseorang. Sulistyarini dan Santoso (2015), menyatakan bahwa kemampuan spasial merupakan kecerdasan berpikir dalam bentuk visualisasi, gambar dan bentuk tiga dimensi. Sedangkan menurut Yaumi(2013:16), kemampuan spasial adalah kepekaan pada garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, pola dan hubungan antar unsur tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual dan spasial dan mengorientasikan secara tepat. Komponen inti dari kecerdaan spasial bertumpu pada ketajaman melihat dan ketelitian pengamatan.

  Dari tiga pendapat pakar diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan spasial merupakan kemampuan menanggapi suatu objek pada posisi yang berbeda dengan memvisualisasi bentuk-bentuk bangun datar dan bangun ruang. Kemampuan tersebut bertumpu pada ketajaman melihat pada bangun ruang pada saat dirotasikan. Dengan mengutamakan ketelitian pengamatan sehingga dapat

  5 mempresentasikan ide keruangan secara akurat dan mengorientasikan secara tepat.

  Kemampuan spasial menjadi tujuan utama dalam pembelajaran matematika terutama geometri di sekolah. Maier (1996), menyatakan bahwa kemampuan spasial tidak hanya digunakan dalam berbagai tugas matematika sekolah, akan tetapi pada mata pelajaran lainnya dan pada lingkup yang lebih luas seperti dunia kerja. Dalam matematika kemampuan spasial lebih dikaitkan dengan penyelesaian permasalahan geometri. Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari tentang titik, garis, bidang dan benda- benda ruang beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungannya antara yang satu dengan yang lain. Di banyak negara pengembangan kemampuan spasial merupakan tujuan utama dari pembelajaran geometri.

  Yaumi (2013), menyatakan seseorang dengan kemampuan spasial yang baik dicirikan antara lain sebagai berikut :

  1. Selalu mengembangkan ide-ide yang menarik

  2. Senang mengatur dan menata ruang

  3. Senang menciptakan seni dengan menggunakan media yang bermacam-macam

  4. Menggunakan graphic organizer sangat membantu dalam belajar dan mengingat sesuatu

  5. Merasa puas ketika mampu memeperlihatkan kemampuan seni

  6. Senang menggunakan spreadsheet ketika membuat grafik, diagram dan tabel

  7. Menyukai teka-teki tiga dimensi

  8. Musik video memberikan motivasi dan inspirasi dalam belajar dan bekerja

  9. Dapat mengingat kembali berbagai peristiwa melalui gambar-gambar

  10. Sangat mahir membaca peta dan denah.

  b. Indikator Kemampuan Spasial Indikator kemampuan spasial tergantung pada kemampuan untuk menggambar bentuk dan ruang dari suatu objek. Menurut

  Maier (1996), berikut beberapa indikator kemampuan spasial : 1) Persepsi Keruangan (Spatial Perception)

  Persepsi keruangan merupakan kemampuan mengamati suatu bangun ruang atau bagian-bagian bangun ruang yang diletakan pada posisi horisontal atau vertikal. Proses mental elemen ini adalah statis artinya hubungan antara subjek (pengamat) dengan objek (benda yang diamati) berubah, sedangkan hubungan keruangan antar bagian dari objek tersebut tidak berubah. Unsur ini bisa dilatih menggunakan water level

  test dan rod and frame test. (Prabowo dan Ristiani, 2011)

  A B C D E

Gambar 2.1 Model Tes Untuk Melatih Elemen Persepsi Keruangan

  Penjelasan : Siswa diminta memilih gambar permukaan air mana yang terbentuk jika kubus tersebut dimiringkan.

  2) Visualisasi Keruangan (Spatial Visualisation) Visualisasi keruangan sebagai kemampuan untuk membayangkan atau memberikan gambaran tentang suatu bentuk bangun ruang yang bagian-bagiannya mengalami perubahan atau perpindahan. Proses mental elemen ini adalah dinamis, artinya hubungan keruangan antara objek-objek berubah. Contohnya bangun ruang identik dengan gambar objek. (Prabowo dan Ristiani, 2011)

  A B C D E

Gambar 2.2 Model Tes Untuk Melatih Elemen Visualisasi Keruangan

  Penjelasan : siswa diminta menemukan gambar

  • – gambar mana saja yang identik dengan gambar objek

  3) Rotasi Pikiran (Mental Rotation) Rotasi pikiran mencakup kemampuan merotasikan suatu bangun dimensi dua ataupun dimensi tiga secara cepat dan tepat.

  Kemampuan ini sekarang semakin penting karena banyak orang bekerja dengan software grafis. Proses mental elemen ini adalah dinamis. (Prabowo dan Ristiani, 2011)

  A B C D E

Gambar 2.3 Model Tes Untuk Melatih Elemen Rotasi Pikiran

  Penjelasan : siswa diminta menemukan bangun yang tepat jika dirotasikan dengan sudut tertentu.

  4) Relasi Keruangan (Spatial Relation) Relasi keruangan merupakan kemampuan untuk memahami bentuk suatu benda ataupun bagian-bagian dari benda tersebut serta memahami hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain. Misalnya seseorang harus dapat mengenal identitas suatu benda yang ditunjukan dengan posisi berbeda. Proses mental dari elemen ini adalan statis. (Prabowo dan Ristiani, 2011)

  Dan A B C D E Gambar 2.4 Model Tes Untuk Melatih Elemen Relasi Keruangan.

  Penjelasan : siswa diminta menemukan dadu yang benar jika dilihat dari berbagai sisi dengan memperhatikan identitas/unsur- unsur dari dadu tersebut. 5) Orientasi Keruangan (Spatial Orientation)

  Orientasi keruangan adalah kemampuan untuk mencari pedoman sendiri secara fisik atau mental di dalam ruang, atau berorientasi dari seseorang di dalam situasi keruangan yang istimewa. Proses mental dari elemen ini adalah dinamis. Contohnya sebuah bangun dilihat dari berbagai arah. (Prabowo dan Ristiani, 2011)

  A B C D E

Gambar 2.5 Model Tes Untuk Melatih Elemen Orientasi Keruangan

  Penjelasan : siswa diminta menentukan wujud yang terlihat dari suatu benda jika dilihat dari berbagai macam arah.

  Kemampuan spasial yang terdiri dari 5 indikator mempuanyai karakteristik masing-masing untuk mengukur kemampuan spasial siswa. Adapun pada indikator pertama kemampuan spasial dapat diukur dengan water level test, kemudian indikator kedua kemampuan spasial siswa dapat dilatih dengan melihat bangun ruang jika bagiannya mengalami perubahan/perpindahan. Lalu indikator ketiga, kemampuan spasial dapat diukur dengan merotasikan bangun dua ataupun tiga dimensi secara tepat. Indikator keempat dapat diukur dengan relasi keruangan dimana kemampuan untuk memahami bagian suatu benda jika ditunjukan dengan posisi yang berbeda. Dan indikator yang terakhir dapat diukur dengan melihat suatu benda jika dilihat dari berbagai macam arah. Masing-masing indikator mempunyai karakteristik tes yang berbeda-beda dengan tujuan yang sama yaitu mengukur tingkat kemampuan spasial siswa.

  c. Geometri di Sekolah Menengah Pertama Untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama/sederajat jenis geometri yang diajarkan lebih kepada geometri ruang yang diajarkan dengan nama “Dimensi Tiga”. Materi ini diajarkan saat kelas VIII. Rincian materi geometri yang tercantum pada kurikulum KTSP 2006 yang berlaku di Indonesia sebagai berikut :

Tabel 2.1 Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Geometri

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Geometri

  5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian- bagiannya, serta menentukan ukurannya

  5. 1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya

  5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas

  5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas

  Rincian materi dimensi tiga diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:a. Rusuk bangun ruang, b. Bidangsisi, c. Diagonalbidang, d. Diagonalruang, e. Bidang diagonal, f. Jaring-jaring, g. Luas permukaan dan volume bangun ruang.

  2. Cabri 3D

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟,‟perantara‟ atau „pengantar‟. Maka dapat diartikan

  media berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Menurut Yunus Johan dkk (2015), media digunakan sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mana dikemukakan oleh Martin dan Briggs (dalam Wena, 2009), media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti komputer, televisi, proyektor dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut.

  Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dikenal sebagai

  hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat,

  didengar atau diraba dengan panca indera. Selain itu, media pendidikan juga memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras dan merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.

  Menurut Accascina dan Rogora (2006), Cabri 3D merupakan perangkat lunak dinamis-geometri yang dapat digunakan untuk membantu siswa dan guru untuk mengatasi beberapa kesulitan dalam

  Berdasarkan uraian tersebut, media pembelajaran Cabri 3D merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam pembelajaran geometri khususnya bangun ruang. Selain itu, melalui media Cabri 3D ini dapat membantu materi pelajaran bangun ruang yang terlihat abstrak menjadi lebih mudah untuk dipahami. Adapun kelemahan yang didapat pada cabri 3D antara lain hasil pengukuran kurang akurat karena menggunakan desimal dan kurang baik dalam kepekaan atau keasliannya.

  3. Model Learning Cycle

  a. Pengertian Learning Cycle Menurut Moyer RH (2007:12), pembelajaran siklus atau model Learning Cyclemerupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi- kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. Siklus belajar pada mulanya terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu fase eksplorasi

  (exploration) , pengenalan konsep (concept introduction), penerapan

  konsep (concept application). Akan tetapi, Learning Cycle tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menajdi lima fase, yakni ditambahkan tahap engagement pada awal siklus dan diakhiri dengan evaluation pada akhir siklus. Pada pembelajaran ini, tahap

  concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explanation dan elaboration, sehingga

  Learning Cycle saat ini sering disebut dengan “Learning Cycle 5-

E”

  b. Tahap Pembelajaran siklus (Learning Cycle) 1) Fase Engagement (Pendahuluan)

  Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan diri pembelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat serta keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. (Wena, 2009)

  Pengetahuan awal siswa tentang penguasaan terhadap kompetensi sebelumnya akan berkaitan dengan kompetensi yang akan diajarkan dan akan digali kembali dengan menambahkan ilustrasi masalah kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan menghubungkan masalah tersebut dengan matematika.

  2) Fase Exploration (Eksplorasi) Pada tahap eksplorasi akan dibentuk kelompok- kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian masing-masing siswa dengan kelompoknya diberi kesempatan untuk bekerja sama tanpa pembelajaran langsung dari guru. Pada dasarnya tujuan dari tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah atau mungkin sebagian salah, sebagian benar. Dengan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. (Wena, 2009).

  Fase exploration memungkinkan siswa menguji prediksi-prediksi yang siswa dapatkan pada fase sebelumnya. Pengujian tersebut dapat dilakukan siswa dengan bekerja sama mendiskusikan pikiran-pikiran siswa tentang kaitan antar topik matematika yang sedang dibahas dengan mengkaitkan masalah dikehidupan sehari-hari. Peran guru adalah sebagai fasilitator dengan memberikan petunjuk apabila ada siswa yang belum paham dalam menjawab soal yang diberikan pada Lembar Kerja Siswa. Dan sekaligus guru menajdi motivator dengan terus mengeksplorasi dirinya dan mendorong semangat siswa untuk tidak mudah menyerah.

  3) Fase Explaination (Penjelasan) Pada tahap ini, guru dituntut untuk mendorong siswa menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. (Wena, 2009).

  Siswa menjelaskan konsep-konsep hasil pemikiran diskusi baik dalam hal kaitan anatar topik matematika maupun penjelasan yang berkaitan dengan masalah sehari- hari dengan konsep matematika. Siswa menjelaskan konsep tersebut dengan cara mempresentasikan hasil diskusi kepada anggota kelompok lain.

  4) Fase Elaboration (Perluasan) Pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan ketrampilan yang telah dipelajari dalam konteks yang berbeda. Dengan demikian siswa akan dapat belajar secara bermakna karena telah dapat menerapkan atau mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi yang baru (Wena, 2009)

  Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru secara individu. Soal yang diberikan berupa kaitan konsep yang telah diketahui siswa dahulu dalam menyelesaikan masalah sehingga akan tetap teringat oleh siswa akan konsep yang dulu pernah siswa terima

  5) Fase Evaluation (Evaluasi) Pada fase ini, guru mendorong siswa melakukan evaluasi diri, memahami kekurangan dan kelebihan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi diri, siswa dapat mengambil keputusan lanjut atau situasi belajar yang dilakukannya. Siswa mampu melihat dan menganalisis kekurangan dan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran saat itu. (Wena, 2009).

  Pada fase ini, dilakukan pengkoreksian bersama terhadap hasil pekerjaan siswa yang telah dikerjakan siswa pada fase elaboration. Pengkoreksian hasil pekerjaan siswa dilakukan agar siswa melakukan evaluasi diri dengan menganalisis kekurangan dan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga melakukan pengambilan kesimpulan untuk kompetensi yang telah dipelajari.

  Berdasarkan tahapan dalam pembelajaran siklus

  (Learning Cycle) yang telah dipaparkan, siswa diharapkan

  tidak hanya terfokus oleh penjelasan yang guru berikan, namun juga ikut berperan aktif dalam menggali, menganalisis dan mengevaluasi pemahamannya mereka terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari. (Wena, 2009).

  c. Kelebihan dan Kekurangan model Learning Cycle (Shoimin A, 2014:61)

  Dilihat dari dimensi pembelajar, penerapan strategi ini memberikan keuntungan sebagai berikut : 1) Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran (student centered) 2) Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal

  3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena mengutamakan pengalaman nyata 4) Siswa akan mengilustrasikan pengetahuan lewat pemecahan masalah dan informasi yang didapat

  Disamping kelebihan yang bisa didapat dalam Learning Cycle juga terdapat kekurangan, yaitu : 1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran 2) Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran 3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi 4) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksakan pembelajaran d. Langkah

  • – langkah model Learning Cycle Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Tahap engagement (pendahuluan)

  Pada tahap ini diberikan motivasi untuk menggali minat dan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari

  2) Tahap exploration (eksplorasi) Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya, serta guru hanya berperan sebagai fasilitator

  3) Tahap explaination (penjelasan) Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi dengan kalimat mereka sendiri dan guru mengarahkan jalannya diskusi

  4) Tahap elaboration (perluasan) Pada tahap ini guru memberikan latihan soal pada siswa

  5) Tahap evaluation (evaluasi) Pada tahap ini siswa diminta melakukan evaluasi diri untuk memahami kekurangan dan kelebihannya selama proses pembelajaran

  Berdasarkan penjelasan tentang model Learning Cycle, dapat disimpulkan bahwa model belajar siklus atau model

  Learning Cycle merupakan suatu pembelajaran yang

  berdasarkan pada pandangan kontruktivisme dimana pengetahuan siswa dibangun dari pengetahuan yang siswa miliki. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered) daripada teacher centered.

  4. Pokok Bahasan Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan

  Pendidikan (KTSP), materi geometri dan pengukuran mencakup beberapa sub pokok bahasan, yaitu : a. ngun ruang

  b. Unsur-unsur kubus dan balok yang terdiri dari rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal

  c. Jaring-jaring kubus dan balok

  d. Rumus luas permukaan kubus dan balok

  e. Rumus volume kubus dan balok B.

Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Tambunan (2006) yang berjudul “Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Matematika”. Penelitian

  ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika. Penelitian ini mengambil sampel 220 anak usia sekolah 7-11 tahun dengan memberikan tes kemampuan spasial yang terdiri dari hubungan spasial topologi, proyektif, euclids dan tes matematika. Hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara kemampuan spasial total, topologi dan euclids dengan prestasi belajar matematika, tetapi tidak terdapat hubungan antara kemampuan spasial proyektif dengan prestasi belajar matematika.

  Menurut Runisah (2017), meneliti mengenai model Learning Cycle dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa keals VIII SMP di Indramayu. Penelitian tersebut menggunakan metode eksperimen dengandesain kelompok kontrol pretest-posttest.Pada penelitian yang dilakukan Rusinah juga menunjukan bahwa siswa yang menerima pembelajaran dengan Learning Cycle lebih baik dari siswa yang menerima pembelajaran konvensional. Adapun sampel yang diambil terdiri dari tiga kelas siswa kelas VIII dari sekolah level tinggi dan tiga kelas dari sekolahlevel sedang. Hasil menunjukan bahwa tidak ada pengaruhinteraksi antara model pembelajaran dan level sekolah terhadap peningkatan dan pencapaiankemampuan berpikir kritis matematis siswa.

  Penelitian yang dilakukan Irsadi dan Lusiana (2012) dengan judul “Penggunaaan Perangkat Lunak Cabri 3D Pada Pokok Bahasan Bangun

Ruang Sisi Lengkung Di Kelas IX SMP Negeri 24 Palembang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep belajar

  matematika siswa kelas IX SMP 24 Palembang pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung setelah penggunaan perangkat lunak Cabri 3D. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dimana pertemuan pertama dan kedua adalah pemberian materi sedangkan pertemuan ketiga yaitu tes akhir untuk melihat hasil akhir dari penelitian. Penelitian ini dilakukan di kelas IX 5 yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis yang digunakan untuk memperoleh data mengenai indikator kemampuan pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran menggunakan media komputer. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh positif pembelajaran menggunakan perangkat lunak Cabri 3D kepada siswa kelas IX 5 SMP Negeri 24 Palembang pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Dimana kemampuan pemahaman konsep berdasarkan indikator pemahamn konsep dengan hasil penilaian presentasenya dikategorikan sangat tinggi dengan rata-rata presentase skor dari 7 indikator pemahaman konsep sebesar 82,85%.

  Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan spasial merupakan penelitian untuk menguji hubungan kemampuan spasial dengan prestasi belajar siswa. Adapun penelitian yang dilakukan Runisah menunjukan bahwa pembelajaran dengan Learning Cycle lebih baik dari pada pembelajaran dengan konvensional. Penelitian tersebut dilakukan kepada siswa kelas VIII SMP di Indramayu. Sedangkan perangkat lunak Cabri 3D mampu menunjukan adanya pengaruh positif pada hasil belajar siswa kelas IX SMP

  24 Palembang pada materi bangun ruang sisis lengkung. Sedangkan pada penelitian yang akan saya lakukan akan membahas mengenai bangun ruang sisi datar dengan berbantuan aplikasi Cabri 3D.

  Mayoritas penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif. Sehingga peneliti lebih tertarik menggunakan metode kualitatif dimana peneliti dapat melihat secara lebih detail bagaimana gambaran kemampuan spasial siswa SMP meliputi lima unsur kemampuan spasial menggunakan media flash Cabri 3D dengan model Learning Cycle.

C. Kerangka Pikir

  Berdasarkan landasan teori dapat dibuat diagram dan dapat dideskripsikan. Adapun diagramnya sebagai berikut:

  Kondisi awal siswa :

  1. Hasil pretes masih rendah dengan rata-rata siswa baru mencapai kategori cukup dan kurang pada setiap indikator

  2. Dari 32 siswa, hanya 50% yang mampu mencapai nilai diatas rata-rata dan masuk pada kategori baik Indikator Kemampuan Spasial a.

  Persepsi Keruangan ( Spatial Perception) b. Visualisasi Keruangan (Spatial Visualitation) c. Rotasi Pikiran (Mental Rotation) d. Relasi Keruangan (Spatial Relation) e. Orientasi Keruangan (Spatial Orientation)

  Dari permasalahan yang terlihat diberikan sebuah solusi menggunakan model Learning Cycle . Adapun langkap-langkah sebagai berikut

  Cabri 3D :

  Cabri 3D merupakan perangkat

  a. Tahap Engagement

  lunak dinamis-geometri yang dapat

  Guru memberikan motivasi kepada

  digunakan untuk membantu siswa

  siswanya

  dan guru untuk mengatasi

  b. Tahap Exploration

  beberapa kesulitan dalam

  Guru memberikan kesempatan kepada

  pembelajaran geometri ruang dan

  siswanya untuk berdiskusi dalam kelompoknya

  membuat belajar geometri dimensi

  c. Tahap Explaination

  tiga (geometri ruang) menjadi

  Guru mendorong siswa untuk lebih mudah dan lebih menarik. menjelaskan konsep

  d. Tahap Elaboration Guru memberikan latihan soal

  e. Tahap Evaluation Guru mendorong siswanya melakukan

  Dengan adanya perlakuan Learning Cycle berbantuan Cabri 3D, kemampuan spasial siswa kelas VIII F SMP Muhammadiyah Ajibarang meningkat

  Adapun kerangka pikirnya yaitu kemampuan spasial merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk visualisasi, gambar dan bentuk tiga dimensi menggunakan bentuk-bentuk bangun datar dan bangun ruang. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas VIII F SMP Muhammadiyah Ajibarang dengan perwujudan dari indikator

  • – indikator kemamuan spasial siswa masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perlakuan yang tepat yaitu dengan model Learning Cycle berbantuan Cabri 3D. Dengan model Learning Cycle menggunakan Cabri 3D diharapkan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan spasial siswa. Untuk meningkatkan kemampuan dengan menggunakan

  

Learning Cycle berbantuan Cabri 3D yaitu dengan langkah sebagai berikut:

  Tahap I, engagement, proses mengidentifikasi masalah yang berguna untuk menentukan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan. Didalam tahapan ini siswa dituntut untuk berfikir dan menganalisa sebuah permasalahan yang ada, apa saja yang diketahui dan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan.

  Tahap II, exploration, jadi siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya dan merencanakan penyelesaian masalah dalam soal.

  Pada tahap ini siswa dituntut untuk bekerja secara berkelompok. Dalam kegiatan diskusi ini diharapkan siswa lebih memahami materi yang sedang dikerjakan. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi keruangan.

  Tahap III, explaination, guru meminta kepada pasangan yang telah ditentukan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan dengan cara presentasi dan jika ada pasangan lain yang mempunyai jawaban yang berbeda maka pasangan itu diminta untuk mempresentasikan jawabannya. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat mengkomunikasikan jawaban dari hasil diskusinya dengan kelompok lain.

  Selain itu pada tahapan ini dimungkinkan ada jawaban yang berbeda maka mendorong siswa yang gagal untuk memperbaiki jawabannya di kemudian hari. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan, visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi keruangan.

  Tahap IV, elaboration, setelah siswa menemukan solusi dalam memecahkan masalah maka siswa dituntut untuk melaksanakan rencana tersebut melalui latihan soal secara mandiri tidak tergantung dengan orang lain. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan, visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi keruangan.

  Tahap V, evaluation, mengkaji kembali kebenaran hasil dan proses sehingga siswa dibiasakan untuk memeriksa kembali jawaban yang diperoleh.

  Dalam tahap ini siswa diharapkan dapat lebih teliti dalam mengerjakan suatu permasalahan. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan, visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi keruangan.

  D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : Melalui pembelajaran bersiklus (Learning Cycle) dengan berbantuan aplikasi Cabri 3D,kemampuan spasial siswa SMP Muhammadiyah Ajibarang meningkat dari siklus I ke siklus selanjutnya

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN CD PEMBELAJARAN BERBANTU CABRI 3D DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Manajemen a. Pengertian Manajemen Pembelajaran - BAB 2 Revisi Cetak 2017

0 1 28

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Akuntabilitas Manajerial a. Definisi Akuntabilitas - AKUNTABILITAS MANAJERIAL (Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Manajerial di PTAIS Kopertais Wilayah 1 Jakarta) - Raden Intan Reposito

0 0 122

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian 1. Definisi Pengelolaan - Pengelolaan program ekstrakurikuler di MTs. Negeri 1 Tulang Bawang - Raden Intan Repository

0 0 25

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 14 SUR

0 0 25

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan - APLIKASI PEMILIHAN KACAMATA DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) - repository perpustakaan

0 1 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Informasi Geografi - SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PEMETAAN PENYEBARAN PENYAKIT DI KECAMATAN AJIBARANG - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual - NUR EKA SARI BAB II

0 0 32

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. UNSUR KIMIA - PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR MENGENALI UNSUR ZAT KIMIA BERBASIS ANDROID - repository perpustakaan

0 1 19

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan - PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 3 SOKARAJA TAHUN AJARAN 2012-2013 - repository perpustaka

0 3 25