BAB I PENDAHULUAN    1.1. LATAR BELAKANG  - DOCRPIJM c01f21efc9 BAB IBAB 1 Pendahuluan kobar OK

BAB I 
PENDAHULUAN 
 
1.1. LATAR BELAKANG 
Untuk  dapat  mewujudkan  bangsa  yang  mandiri,  maju,  adil,  dan 
makmur  seperti  yang  dicita‐citakan  pada  Rencana  Pembangunan  Jangka 
Panjang  Nasional  (RPJPN)  2005‐2025,  diperlukan  penyelenggaraan 
pembangunan  nasional  yang  mantap,  termasuk  penyelenggaraan 
pembangunan Bidang Cipta Karya/Permukiman. Peran pembangunan Bidang 
Cipta  Karya  khususnya  dalam  peningkatan  sosial  ekonomi  masyarakat 
Indonesia  antara  lain  dengan  (i)  mewujudkan  kota  tanpa  permukiman 
kumuh,  (ii)  mewujudkan  lingkungan  perkotaan  dan  perdesaan  yang  sesuai 
dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai 
tambah bagi masyarakat, serta (iii) pembangunan dan penyediaan air minum 
dan  sanitasi  yang  diarahkan  untuk  mewujudkan  terpenuhinya  kebutuhan 
dasar  masyarakat  serta  kebutuhan  sektor‐sektor  terkait  lainnya,  seperti 
industri,  perdagangan,  transportasi,  pariwisata,  dan  jasa  sebagai  upaya 
mendorong pertumbuhan ekonomi. 
Penyelenggaraan  infrastruktur  Bidang  Cipta  Karya,  sesuai  dengan 
amanat  Undang‐Undang  No.  32  Tahun  2004  tentang  Pemerintahan  Daerah 
dan  Peraturan  Pemerintah  No.  38  Tahun  2007  tentang  Pembagian  Urusan 

Pemerintahan  antara  Pemerintah,  Pemerintahan  Daerah  Provinsi,  dan 
Pemerintahan  Daerah  Kabupaten/Kota,  merupakan  tanggung  jawab 
bersama,  antara  Pemerintah  Pusat,  Pemerintah  Provinsi,  serta  Pemerintah 
Kabupaten/Kota,  yang  diselenggarakan  bersama  dengan  masyarakat  dan 
dunia usaha. Pemerintah Pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan, dan 


pengawasan,  sedangkan  Pemerintah  Provinsi  dan  Kabupaten/Kota  memiliki 
peran  yang  lebih  besar  dalam  pelaksanaan  pembangunan  infrastruktur 
Bidang  Cipta  Karya.  Dengan  dengan  kerjasama  berbagai  stakeholders 
pembangunan  Bidang  Cipta  Karya,  diharapkan  3  (tiga)  strategic  goals 
Kementerian  Pekerjaan  Umum  dapat  tercapai,  yaitu  (i)  meningkatkan 
pertumbuhan  ekonomi  kota  dan  desa,  (ii)  meningkatkan  kesejahteraan  
masyarakat, serta (iii) meningkatkan kualitas lingkungan. 
Dalam  rangka  pengembangan  permukiman  yang  layak  huni  dan 
berkelanjutan,  Direktorat  Jenderal  Cipta  Karya,  Kementerian  Pekerjaan 
Umum,  mengembangkan  konsep  perencanaan  pembangunan  infrastruktur 
Bidang Cipta Karya yang terintegrasi berupa Rencana Terpadu dan Program 
Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai 
upaya  mewujudkan  keterpaduan  pembangunan  di  kabupaten/kota.  RPIJM 

Bidang  Cipta  Karya  disusun  oleh  Pemerintah  Kabupaten/Kota  melalui 
fasilitasi  Pemerintah  Provinsi  yang  mengintegrasikan  kebijakan  skala 
nasional,  provinsi,  dan  kabupaten/kota,  baik  kebijakan  spasial  maupun 
sektoral.  Melalui  perencanaan  yang  rasional  dan  inklusif,  diharapkan 
keterpaduan  pembangunan  Bidang  Cipta  Karya  dapat  terwujud,  dengan 
mempertimbangkan  aspek  lingkungan,  kelembagaan,  dan  kemampuan 
keuangan daerah. 
 
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 
Maksud  disusunnya  RPIJM  Bidang  Cipta  Karya  adalah  untuk 
mewujudkan 

kemandirian 

kabupaten/kota 

dalam 

penyelenggaraan 


infrastruktur  permukiman  yang  berkelanjutan,  baik  di  perkotaan  maupun 
perdesaan.  


Adapun  tujuan  dari  disusunnya  RPIJM  Bidang  Cipta  Karya  adalah 
sebagai  dokumen  acuan  dalam  perencanaan,  pemrograman,  dan 
penganggaran  pembangunan  infrastruktur  Bidang  Cipta  Karya.  RPIJM 
memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang 
mencakup multi sektor, multi sumber pendanaan, dan multi stakeholders. 
 
1.3. KEDUDUKAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 
Rencana  Terpadu  dan  Program  Investasi  Infrastruktur  Jangka 
Menengah  (RPIJM)  Bidang  Cipta  Karya  merupakan  dokumen  perencanaan 
dan  pemrograman  pembangunan  infrastruktur  Bidang  Cipta  Karya  yang 
disusun  oleh  Pemerintah  Kabupaten/Kota  dengan  jangka  waktu  5  (lima) 
tahun,  dan  dilaksanakan  oleh  Pemerintah  Pusat,  Pemerintah  Provinsi, 
Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, dan dunia usaha dengan mengacu 
pada  rencana  tata  ruang  dan  kebijakan  skala  nasional,  provinsi,  dan 
kabupaten 


kota, 

untuk 

mewujudkan 

keterpaduan 

pembangunan 

permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. 
RPIJM Bidang Cipta  Karya  disusun dengan mengintegrasikan  berbagai 
dokumen  perencanaan  spasial  maupun  sektoral,  mulai  dari  tingkat  pusat, 
provinsi,  hingga  kabupaten/kota.  RPIJM  Bidang  Cipta  Karya  disusun  sebagai 
dokumen teknis operasional pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya 
sesuai dengan dokumen rencana yang ada, dengan perkuatan pada rencana 
investasi  sesuai  dengan  kebutuhan  dan  kapasitas  Daerah.  Gambar  1.1 
memaparkan  kedudukan    RPIJM  Bidang  Cipta  Karya  pada  sistem 
perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. 
 



Gambar 1.1. Kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada Sistem 
Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 
 

 
Pada  Gambar  1.1.  dapat  di  lihat  bahwa  RPIJM  Bidang  Cipta 
Karya,selain  mengacu    pada  Rencana  Strategis  Cipta  Karya,  juga 
mengintegrasikan  rencana  sektoral  Bidang  Cipta  Karya,  antara  lain  Rencana 
Induk  Sistem  Penyediaan  Air  Minum  (RISPAM),  Strategi  Sanitasi  Kota  (SSK), 
serta  Rencana  Tata  Bangunan  dan  Lingkungan  (RTBL),  dalam  rangka 
mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. 
 
1.3.1. Keterkaitan RPIJM Bidang Cipta Karya dengan RPIJM Bidang PU 
Rencana  Terpadu  dan  Program  Investasi  Infrastruktur  Jangka 
Menengah (RPIJM) adalah rencana dan program pembangunan infrastruktur 
tahunan  dalam  periode  tiga  hingga  lima  tahun,  yang  mensinkronkan 
kegiatan  pembangunan  infrastruktur,  baik  yang  dilaksanakan  dan  dibiayai 
pemerintah,  pemerintah  daerah,  maupun  oleh  masyarakat/dunia  usaha. 

Khusus  untuk  Bidang  Cipta  Karya,  rencana  dan  program  pembangunan 


infrastruktur  yang  terdapat  pada  RPIJM  dioperasionalkan  melalui  RPIJM 
Bidang  Cipta  Karya,  untuk  selanjutnya  dilaksanakan  pembangunannya  oleh 
seluruh pelaku pembangunan Bidang Cipta Karya. Gambar 1.2 memaparkan 
Keterkaitan  RPIJM  Bidang  Cipta  Karya  dengan  RPIJM  Bidang  Pekerjaan 
Umum dan dokumen perencanaan pembangunan di daerah. 
 
Gambar 1.2. Sinergi Dokumen Perencanaan  
Program Bidang Bidang Cipta Karya 

 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
Pada  Gambar  1.2.  dapat  dilihat  bahwa  arah  kebijakan,  rencana  dan 
indikasi  program  terkait  khusus  untuk  Bidang  Cipta  Karya  yang  tercantum 
pada Perda RTRWK, Perda Perbup/Perwali RPJMD, RPI2‐ JM Bidang PU, dan 
Perda  Bangunan  Gedung  merupakan  acuan  dasar  integrasi  rencana 
pembangunan  permukiman.    Integrasi  rencana  pembangunan  permukiman 
berisikan  arahan  kebijakan  pengembangan  permukiman  di  Kabupaten/Kota 
tersebut,  untuk  selanjutnya  diterjemahkan  pada  rencana  induk  masing‐
masing  sektor,  seperti  Rencana  Induk  Sistem  Penyediaan  Air  Minum 


(RISPAM),  Strategi  Sanitasi  Kota  (SSK),  dan  Rencana  Tata  Bangunan  dan 
Lingkungan (RTBL). 
 
Khusus  untuk  Kawasan  Strategis  Kabupaten/Kota  (KSK),  yaitu  wilayah 
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat 
penting  dalam  lingkup  kabupaten/kota  terhadap  pertumbuhan  ekonomi, 
kesejahteraan  sosial  masyarakat,  budaya,  dan/atau  lingkungan,  rencana 
pembangunan  infrastruktur  permukiman  dapat  dikembangkan  lebih  rinci 

melalui  Rencana  Tata  Bangunan  dan  Lingkungan  di  Kawasan  Strategis 
Kabupaten/Kota  (RTBL  KSK).  RTBL  KSK  berisikan  rencana  aksi  program 
strategis  dalam  penanganan  kegiatan  permukiman  dan  pembangunan 
infrastruktur Bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan, dalam 
hal ini di KSK berdasarkan RTRW Kabupaten/Kota. 
 
Seluruh dokumen perencanaan yang ada selanjutnya dioperasionalkan 
melalui  RPIJM  Bidang  Cipta  Karya,  memuat  rencana  investasi  yang 
melibatkan 

Pemerintah 

Pusat, 

Pemerintah 

Provinsi, 

Pemerintah 


Kabupaten/Kota,  dunia  usaha,  masyarakat,  dan  bantuan  pembiayaan 
pembangunan  lainnya.  Seluruh  rencana  investasi,  yang  disusun  dengan 
mempertimbangkan  aspek  lingkungan  dan  sosial,  kelembagaan,  serta 
kapasitas  keuangan  daerah,  kemudian  disusun  dalam  matriks  program  lima 
tahunan dan untuk selanjutnya dibagi dalam rencana tahunan. 
 
1.3.2. Prinsip Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya 
Pengembangan Prinsip dasar RPIJM secara sederhana adalah: 



1. Multi  Tahun,  yang  diwujudkan  dalam  kerangka  waktu  5  (lima) 
tahun untuk rencana investasi yang disusun. 
 
2. Multi  Sektor,  yaitu  mencakup  sektor/bidang  pengembangan 
sistem  penyediaan  air  minum,  pengembangan  sistem  pelayanan 
persampahan,  pengembangan  sistem  pelayanan  air  limbah, 
pengembangan  sistem  pematusan  kota/drainase,  peningkatan 
kualitas  kawasan  kumuh  dan  peremajaan  permukiman, 
penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang 

terbuka  hijau,  serta  penanggulangan  kebakaran  dan  penataan 
bangunan gedung. 
 
3. Multi  Sumber  Pendanaan,  yaitu  memadukan  sumber  pendanaan 
pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber 
pendanaan  pemerintah  dapat  terdiri  dari  APBN,  APBD  Provinsi, 
APBD  Kabupaten/Kota,  sedangkan  dana  swasta  dapat  berupa 
Kerjasama  Pemerintah  Swasta  (KPS)  dan  Coorporate  Social 
Responsibility  (CSR).  Masyarakat  dapat  berkontribusi  dalam 
pemberdayaan masyarakat, antara lain dalam bentuk barang  dan 
jasa. 
 
4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan masyarakat, pemerintah, dan 
swasta  sebagai  pelaku  pembangunan  dalam  proses  penyusunan 
RPIJM  Bidang  Cipta  Karya  maupun  pada  saat  pelaksanaan 
program. 



5. Partisipatif,  yaitu  memperhatikan  kebutuhan  dan  kemampuan 

daerah  (Kabupaten/Kota  dan  provinsi)  sesuai  karakteristik 
setempat (bottom‐up). 
Dengan  5  (lima)  prinsip  dasar  tersebut,  diharapkan  kemandirian 
daerah dapat terwujud, sehingga pembangunan yang efektif dan efisien 
dapat  tercapai.  RPIJM  Bidang  Cipta  Karya  bersifat  dinamis  dan  dapat 
dikaji  (review)  setiap  tahunnya  dalam  rangka  penyesuaian  dengan 
arahan pembangunan yang ada sesuai dengan kebutuhan daerah 
 
1.3.3. Landasan Hukum 
Penyusunan  RPIJM  Kabupaten  Seruyan  bertitik  tolak  pada  peraturan 
perundangan  maupun  kebijakan  yang  berlaku  saat  RPIJM  disusun  serta 
mengacu terhadap referensi hukum, adalah sebagai berikut: 
1. Undang‐Undang Nomor 5 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten 
Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah    
2. Perangkat  peraturan  perundangan  maupun  kebijakan  yang  dijadikan 
acuan sebagai landasan hukum penysunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya 
adalah sebagai berikut: 
A. Undang‐Undang : 
 UU No. 02 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan 
untuk Kepentingan Umum; 
 Undang‐undang  Nomor  01  Tahun  2011  tentang  Perumahan  dan 
Kawasan Permukiman; 
 Undang‐undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun; 


 Undang‐undang  Nomor  32  Tahun  2009  tentang  Perlindungan  dan 
Pengelolaan Lingkungan Hidup; 
 Undang‐undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 
 Undang‐undang  Nomor  17  Tahun  2007  tentang  Rencana 
Pembangunan Jangka Panjang Nasional; 
 Undang‐undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal; 
 Undang‐undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 
 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air; 
 Undang‐undang  Nomor  25  Tahun  2004  tentang  Sistem  Perencanaan 
Pembangunan Nasional; 
 Undang‐undang  Nomor  32  Tahun  2004  tentang  Pemerintahan 
Daerah; 
 Undang‐undang  Nomor  33  Tahun  2004  tentang  Perimbangan 
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 
 Undang‐undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; 
 Undang‐undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 
 Undang‐undang  Nomor  1  Tahun  2004  tentang  Perbendaharaan 
Negara; 
 Undang‐undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 
B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesi (PP RI) 
 PP  No.  81  Tahun  2012  tentang  Pengelolaan  Sampah  Rumah  Tangga 
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga; 
 PP  No.  10  Tahun  2011  tentang  Tata  Cara  Pengadaan  Pinjaman  Luar 
Negeri dan Penerimaan Hibah; 


 PP No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah; 
 PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; 
 PP  No.  34  Tahun  2009  tentang  Pedoman  Pengelolaan  Kawasan 
Perkotaan; 
 PP No. 07 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 
 PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 
 PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 
 PP  No.  38  Tahun  2007  tentang  Pembagian  Urusan  Pemerintahan 
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan 
Daerah Kabupaten/Kota; 
 PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 
 PP  No.  6  Tahun  2006  tentang  Pengelolaan  Barang  Milik  Negara  atau 
Daerah; 
 PP No. 5 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 
 PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM; 
 PP No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang 
Undang Bangunan Gedung); 
 PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 
 PP  No.  65  Tahun  2005  tentang  Pedoman  Penyusunan  Penerapan 
Sistem Penyediaan Air Minum. 
C. Peraturan Presiden (Perpres) 
 Perpres  No.  67  Tahun  2005  tentang  Kerjasama  Pemerintah  Dengan 
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur; 

10 

 Perpres  No.  05  Tahun  2010  tentang  Rencana  Pembangunan  Jangka 
Menengah Nasional 2010‐2014; 
 Perpres  No.  13  Tahun  2010  tentang  Perubahan  Atas  Peraturan 
Presiden  Nomor  67  Tahun  2005  tentang  Kerjasama  Pemerintah 
dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur; 
 Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 
2010‐2025; 
 Perpres No. 56 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Perpres No. 67 
Tahun  2005  tentang  Kerjasama  Pemerintah  dengan  Badan  Usaha 
Dalam Penyediaan Infrastruktur; 
 Perpres  No.  32  Tahun  2011  tentang  Masterplan  Percepatan  dan 
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); 
 Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan 
Emisi Gas Rumah Kaca. 
D. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) 
 Permen  PU  No.  01/PRT/M/2014  tentang  Standar  Pelayanan  Minimal 
(SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; 
 Peraturan Menteri PU No.  03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan 
Prasarana  dan  Sarana  Persampahan  Dalam  Penanganan  Sampah 
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga 
 Permen  PU  No.  14/PRT/M/2011  tentang  Pedoman  Pelaksanaan 
Kegiatan  Kementerian  PU  yang  Merupakan  Kewenangan  Pemerintah 
dan Dilaksanakan Sendiri; 
 Permen  PU  No.  02/PRT/M/2010  tentang  Rencana  Strategis 
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010‐2014; 
11 

 Permen  PU  No.  12/PRT/M/2010  tentang  Pedoman  Kerjasama 
Pengusahaan Pengembangan SPAM; 
 Permen  PU  No.  15/PRT/M/2010  tentang  Penggunaan  DAK  Bidang 
Infrastruktur; 
 Permen  PU  No.  16/PRT/M/2010  tentang  Pedoman  Teknis 
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung; 
 Permen  PU  No.  01/PRT/M/2009  tentang  Penyelenggaraan 
Pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan; 
 Permen  PU  No.  10/PRT/M/2008  tentang  Penetapan  Jenis  Rencana 
Usaha  dan/atau  Kegiatan  Bidang  PU  yang  Wajib  Dilengkapi  Dengan 
UKL dan UPL; 
 Permen  PU  No.  16/PRT/M/2008  tentang  Kebijakan  dan  Strategi 
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman 
(KSNP‐SPALP); 
 Permen  PU  No.  06/PRT/M/2007  tentang  Pedoman  Umum  Rencana 
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); 
 Permen PU No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan SPAM; 
 Permen  PU  No.  20/PRT/M/2006  tentang  Kebijakan  dan  Strategi 
Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP‐SPAM); 
 Permen  PU  No.  21/PRT/M/2006  tentang  Kebijakan  dan  Strategi 
Nasional  Pengembangan  Sistem  Pengelolaan  Persampahan  (KSNP‐
SPP); 
 Permen  PU  No.  494/PRT/M/2005  tentang  Kebijakan  dan  Strategi 
Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP Kota). 
 
12 

E. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) 
 Permen LH No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau 
Kegiatan Wajib AMDAL; 
 Permen LH No. 09 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum KLHS; 
 Permen LH No. 13 Tahun 2010 tentang UKL – UPL dan SPPLH; 
 Permen  LH  No.  14  Tahun  2010  tentang  Dokumen  Lingkungan  Hidup 
Bagi  Usaha  dan/atau  Kegiatan  yang  Telah  Memiliki  Izin  Usaha 
dan/atau  Kegiatan  Tetapi  Belum  Memiliki  Dokumen  Lingkungan 
Hidup. 
F. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) 
 Permendagri  No.  57  Tahun  2010  tentang  Standar  Pelayanan 
Perkotaan; 
 Permendagri  No.  33  Tahun  2008  tentang  Pedoman  Hubungan  Kerja 
Organisasi  Perangkat  Daerah  dalam  Penyelenggaraan  Pemerintah 
Daerah; 
 Permendagri  No.  57  Tahun  2007  tentang  Petunjuk  Teknis  Penataan 
Organisasi Perangkat Daerah; 
 Permendagri  No.  13  Tahun  2006  tentang  Pedoman  Pengelolaan 
Keuangan Daerah yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59 Tahun 
2007. 
G. Peraturan Kementerian Lainnya 
 Peraturan  Menteri  Bappenas  No  3  Tahun  2012  tentang  Panduan 
Umum Pelaksanaan KPS dalam Pembangunan Infrastruktur; 

13 

 Peraturan  Menteri  Kesehatan  RI  Nomor  492/Menkes/Per/IV/2010 
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum; 
 Keputusan  Menteri  PAN  Nomor:  KEP/75/M.PAN/7/2004  tentang 
Pedoman  Perhitungan  Kebutuhan  Pegawai  Berdasarkan  Beban  Kerja 
dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil. 
 
1.4. MUATAN DOKUMEN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 
Secara  substansi  muatan  RPIJM  Bidang  Cipta  Karya  terdiri  dari  8 
(delapan) bab yaitu: 
Bab 1. Pendahuluan 

Pada  bab  ini  berisikan  penjelasan  mengenai  latar  belakang,maksud 
dan  tujuan  RPIJM  Bidang  Cipta  Karya,  serta  Muatan  RPIJM  Bidang 
Cipta Karya.  
Bab 2. Profil Kabupaten/Kota 

Bagian ini  membahas mengenai wilayah administrasi, potensi wilayah, 
demografi  dan  urbanisasi,  serta  isu  strategis  Kabupaten/Kota.  Untuk 
RPIJM  ini  akan  membahas  mengenai  profil  Kabupaten  Kotawaringin 
Barat. 
Bab 3. Arahan  Kebijakan  dan  Rencana  Strategis  Infrastruktur  Bidang  Cipta 

Karya 
Bagian  ini  berisikan  arahan  RTRW  Nasional  (PP  No.  26  Tahun  2008), 
RTRW Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional 
(KSN).  Indikasi  program  Bidang  Cipta  Karya  pada  RTRW  Nasional, 
RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan 
kabupaten/kota  setempat  dipaparkan  pada  bagian  ini.  Tidak  hanya 
14 

memaparkan  arahan  kebijakan  spasial,  bagian  ini  juga  memaparkan 
kedudukan  kota  pada  rencana  pengembangan  kawasan  khusus, 
antara  lain  dalam  rangka  pengembangan  MP3EI  dan  KEK  (jika 
kabupaten/kota  tersebut  termasuk  dalam  KPI  MP3EI  dan/atau 
kawasan pengembangan KEK). 
Bab 4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan  

Pada  bab  ini  berisikan  penjelasan  mengenai  gambaran  umum  dan 
kondisi  eksisting  lingkungan,  analisis  perlindungan  lingkungan  dan 
sosial seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL – 
UPL,  dan  SPPLH,  serta  perlindungan  sosial  pada  tahap  perencanaan, 
pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta 
Karya. 
Bab 5. Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya 

Bab  ini  berisikan  penjelasan  mengenai  Profil  APBD  Kabupaten/Kota, 
profil  investasi  dan  proyeksi  investasi  dalam  pembangunan  Bidang 
Cipta  Karya,  serta  strategi  peningkatan  investasi  bidang  Cipta  Karya 
Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten/Kota. 
Bab 6. Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupate/Kota 

Bab ini berisikan penjelasan mengenai aspek kelembagaan Cipta Karya 
di  daerah  yang  fokus  kepada  aspek  keorganisasian,  aspek 
ketatalaksanaan,  dan  aspek  sumber  daya  manusia.  Dari  ketiga  aspek 
tersebut  dijelaskan  kondisi  eksisting,  analisis  permasalahan  dan 
rencana pengembangannya. 
 
 
15 

Bab 7. Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya 

Bagian  ini    membahas  mengenai  rencana  program  investasi 
infrastruktur  Bidang  Cipta  Karya  untuk  masing‐masing  sektor,  yaitu 
sektor Pengembangan Kawasan Permukiman, Penataan Bangunan dan 
Lingkungan,  Pengembangan  SPAM,  dan  Pengembangan  PLP.  Pada 
setiap  sektor  dijelaskan  kondisi  eksisting,  analisis  kebutuhan,  serta 
usulan kebutuhan program dan pendanaan masing‐masing sektor. 
Bab 8. Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 

Pada  bab  ini  berisi  mengenai  matriks  program  investasi  RPIJM 
Kabupaten/Kota  dan  matriks  keterpaduan    program  pada  kawasan 
prioritas Kabupaten/Kota. 

16