DOCRPIJM c0095d6d3a BAB IBAB I OK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mewujudkan bangsa yang mandiri, adil, dan makmur seperti
yang dicita-citakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025, salah satu caranya adalah dengan mewujudkan
pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan melalui perwujudan
permukiman tanpa kumuh. Untuk menunjang lingkungan
tanah
air,
perlu
dibangun
prasarana
dan
permukiman
di
sarana permukiman yang
mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel,
mandiri, dan efisien. Di samping itu, RPJPN juga mengamanatkan bahwa
pembangunan bidang air minum dan sanitasi diarahkan pada upaya
pemenuhan
kebutuhan
dasar
masyarakat
serta
untuk
menunjang
pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditekankan kembali dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang
menyatakan
bahwa
salah
satu
arahan
kebijakan
dalam
bidang
pengembangan perumahan permukiman adalah meningkatkan aksesibiltas
masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai.
Arahan
dalam
RPJPN
dan
RPJMN
terkait
pembangunan
infrastruktur permukiman merupakan amanat yang harus diemban bersama
oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam PP 38 Tahun 2007 bahwa
Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan
infrastruktur fisik bidang Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak
sebagai pengatur, pembina, dan pengawas pembangunan infrastruktur
permukiman di Indonesia. Hal ini sesuai kebijakan desentralisasi yang
dilakukan di Indonesia saat ini, dimana pemerintah daerah dituntut untuk
lebih berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan masyarakat. Agar
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat,
pemerintah
daerah
perlu
merencanakan
pembangunan
infrastruktur
permukiman secara terpadu dengan mendayagunakan sumber daya secara
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 1
optimal,
efisien,
dan
efektif
sesuai
dengan
kaidah
pembangunan
berkelanjutan.
Berdasarkan
hal
tersebut,
Direktorat
Jenderal
Cipta
Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum, dalam mengemban tugasnya sebagai
perumus dan pelaksana kebijakan dan standar teknis bidang Cipta Karya,
mengambil inisiatif untuk mendukung pemerintah kabupaten/kota dalam
menyiapkan perencanaan program khusus bidang Cipta Karya yang diberi
nama Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta
Karya.
Karya
RPIJM
ini
dikembangkan
sebagai
upaya
Ditjen
Cipta
dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman
secara merata di seluruh wilayah tanah air dengan cara yang lebih terpadu,
efisien dan efektif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi seluruh masyarakat. RPIJM mulai dirintis sejak tahun 2005
berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No. Pr. 02.03Dc/496 perihal Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya.
Sebagai tindak
lanjut dari Surat Edaran tersebut, Ditjen Cipta Karya juga telah menyusun
Buku Pedoman Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya sebagai panduan
bagi pemerintah kabupaten dalam menyusun RPIJM.
RPIJM merupakan dasar pemrograman dan penganggaran di
lingkungan Ditjen Cipta Karya. Mengingat fungsinya yang cukup penting,
maka RPIJM sudah sepatutnya memiliki kualitas yang baik serta disiapkan
secara rasional, inklusif, dan terpadu. Oleh karena itu, dalam rangka
peningkatan kualitas RPIJM perlu dilakukan penyempurnaan Pedoman
Penyusunan RPIJM. Dalam pedoman RPIJM yang baru, substansi dokumen
akan
ditajamkan
sesuai
dengan
kebijakan
baru
dan
perubahan
pengaturan terkait bidang Cipta Karya. Selain itu, penyusunan dokumen
RPIJM perlu mempertimbangkan kemampuan
keuangan,
kelembagaan
daerah, serta dampak pembangunan infrastruktur permukiman terhadap
lingkungan dan kondisi sosial setempat. Dengan adanya Pedoman RPIJM
yang baru, diharapkan Pemerintah Kabupaten dapat menggerakkan semua
sumber daya secara optimal dalam memenuhi kebutuhan pembangunan
infrastruktur permukiman, sekaligus mendukung upaya percepatan pencapai
sasaran nasional pembangunan bidang Cipta Karya.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 2
1.2 Pengertian dan Kedudukan RPIJM
Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya
atau disingkat sebagai RPIJM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan
program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode lima
tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, masyarakat dan swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang,
untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas
dan
mewujudkan
pembangunan
infrastruktur
Cipta
Karya
yang
berkelanjutan.
Dokumen ini disusun pada tingkat Kabupaten dan bersifat multi
sektoral, multi stakeholder, dan multi pendanaan. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan multi sektor adalah RPIJM meliputi sektor-sektor di
lingkungan
Ditjen
Cipta
Karya
yaitu
Pengembangan
Air
Minum,
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pengembangan
Permukiman, dan Penataan Bangunan dan Lingkungan. Adapun maksud
dari multi stakeholder adalah para pemangku kepentingan yang terkait
turut dilibatkan dalam proses penyusunan dan implementasi RPIJM
sesuai kewenangan dan peranannya masing-masing. Stakeholder yang
terkait dalam RPIJM meliputi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten,
masyarakat dan dunia usaha. Sedangkan maksud dari multi-pendanaan
adalah sumber pembiayaan infrastruktur permukiman dalam RPIJM tidak
hanya berasal dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten, serta dunia usaha dan masyarakat.
RPIJM disusun oleh Pemerintah Kabupaten dengan difasilitasi oleh
Ditjen Cipta Karya dan Pemerintah Provinsi. Sebagai dokumen teknis,
RPIJM sudah harus menampung aspirasi pemangku kepentingan lokal dan
aspirasi masyarakat. Dalam penyusunannya,
pada
proses
partisipasi
melalui
RPIJM
harus
ditekankan
dialog dengan seluruh pemangku
kepentingan sehingga dapat diterima oleh semua pihak sebagai acuan
pembangunan infrastruktur bersama. Dengan demikian, maka pembangunan
infrastruktur permukiman bisa ditangani atau dibiayai secara bersama-sama
oleh para pemangku kepentingan.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 3
RPIJM tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi RPJMD
ataupun Renstra SKPD, namun RPIJM merupakan dokumen teknis
operasional pembangunan bidang Cipta Karya yang berisikan rencana
investasi sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah. RPIJM disusun dengan
mengacu pada kebijakan spasial dan sektoral, baik di tingkat nasional
maupun daerah. Kebijakan spasial meliputi RTRWN, RTRW Provinsi, dan
RTRW Kabupaten. Sedangkan kebijakan sektoral terdiri dari RPJMN,
RPJMD Provinsi, dan RPJMD Kabupaten. RPIJM juga mengacu pada
Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional serta Kebijakan dan Strategi
Perkotaan Daerah. Adapun, skema kedudukan RPIJM dalam sistem
perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya dapat dilihat pada gambar
1.1.
Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Investasi Bidang Cipta Karya
Sumber: Dit. Bina Program DJCK. 2012
Sesuai dengan skema di atas, integrasi dan sinkronisasi setiap
strategi sektor sangat penting, termasuk antara Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dokumen sektoral ini
terintegrasi dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) yang memberikan arahan pembangunan infrastruktur
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 4
skala kabupaten. Selanjutnya SPPIP ini akan diturunkan ke dalam Rencana
Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dengan skala
kawasan. RPIJM perlu mempertimbangkan dokumen-dokumen teknis ini
sehingga perencanaan pembangunan infrastruktur permukiman menjadi
lebih terarah dan terpadu. Keterkaitan substansi antara dokumen teknis
dipaparkan pada gambar 1.2. RPIJM yang telah disusun kemudian akan
dituangkan ke dalam rencana program tahunan berupa Memorandum
Program yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah,
provinsi, dan kabupaten terkait rencana kegiatan di suatu kabupaten dalam
jangka waktu 5 tahun.
Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD
Sumber : Dit. Bina Program DJCK, 2012
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud RPIJM yaitu untuk mewujudkan kemandirian kabupaten
dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman yang
berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera
selaras dengan tujuan pembangunan nasional.
Sedangkan tujuan RPIJM adalah sebagai dokumen yang dijadikan
acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 5
pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten, maupun sumber
pendanaan lainnya. RPIJM memuat rencana program dan investasi dalam
jangka waktu lima tahun yang mencakup sektor-sektor yang ada di
lingkungan Ditjen Cipta Karya, yaitu Pengembangan Permukiman, Penataan
Bangunan dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan
Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan, dan
drainase).
1.4 Acuan Peraturan dan Perundangan
Perangkat peraturan perundangan yang dijadikan acuan dalam
penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, adalah sebagai berikut:
1.4.1 Undang – Undang (UU)
1. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
2. UU No. 02 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk;
3. Kepentingan Umum;
4. UU No. 01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
5. UU No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun;
6. UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
7. UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;
8. UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional;
9. UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal;
10. UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
11. UU No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh;
12. UU No. 07 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air;
13. UU
No.
25
Tahun
2004
Tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional;
14. UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 6
15. UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;
16. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
1.4.2 Peraturan Pemerintah (PP)
1. PP No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
2. PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
3. PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah;
4. PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
5. PP No. 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan;
6. PP No. 07 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
7. PP No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
8. PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
9. PP No.
38
Tahun
2007
Tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
10. PP No.
2
Tahun
2006
Tentang
Tata
Cara
Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri;
11. PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara
atau Daerah;
12. PP No. 5 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan;
13. PP No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM;
14. PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG
(Undang Undang Bangunan Gedung);
15. PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
16. PP
No.
65 Tahun
2005
Tentang
Pedoman
Penyusunan
Penerapan Sistem Penyediaan Air Minum.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 7
1.4.3 Peraturan Presiden (Perpres)
1. Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
2. Perpres No. 05 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2010-2014;
3. Perpres No. 13 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun
Pemerintah
dengan
2005
Badan
Tentang
Usaha
Kerjasama
Dalam Penyediaan
Infrastruktur;
4. Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025;
5. Perpres No. 56 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Perpres
No. 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama
Pemerintah
Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
6. Perpres
No.
65
Tahun
2011
Tentang
Unit
Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat;
7. Perpres
No.
32
Tahun
2011
tentang
Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia;
8. Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
1.4.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
1. Permen PU No. 14/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan
Kementerian
PU
yang
Merupakan
Kewenangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri;
2. Permen
PU
No.
02/PRT/M/2010
Tentang
Rencana
Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014;
3. Permen
PU
No.
12/PRT/M/2010
Tentang
Pedoman
Kerjasama Pengusahaan Pengembangan SPAM;
4. Permen
PU
No.
14/PRT/M/2010
Tentang
SPM
Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
5. Permen PU No. 15/PRT/M/2010 Tentang Penggunaan DAK
Bidang Infrastruktur;
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 8
6. Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung;
7. Permen PU No. 01/PRT/M/2009 Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan;
8. Permen PU No. 10/PRT/M/2008 Tentang Penetapan Jenis
Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang Wajib
Dilengkapi Dengan UKL dan UPL;
9. Permen
Strategi
PU
No.
16/PRT/M/2008
Tentang
Kebijakan
dan
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
10. Permen
PU
No.
06/PRT/M/2007
Tentang
Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
11. Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan
Sistem Penyediaan Air Minum;
12. Permen
PU
No.
20/PRT/M/2006
Tentang
Kebijakan
dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(KSNP-SPAM);
13. Permen
Strategi
PU
No.
21/PRT/M/2006
Nasional
Tentang
Pengembangan
Kebijakan
Sistem
dan
Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP);
14. Permen PU No. 494/PRT/M/2005 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP Kota).
1.4.5 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH)
1. Permen LH No. 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL;
2. Permen LH No. 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum KLHS;
3. Permen LH No. 13 Tahun 2010 Tentang UKL – UPL dan SPPLH;
4. Permen LH No. 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen Lingkungan
Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 9
Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup.
1.4.6 Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
1. Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Perkotaan;
2. Permendagri No. 33 Tahun 2008 Tentang Pedoman Hubungan
Kerja Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah;
3. Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59
Tahun 2007.
1.4.7 Peraturan Kementerian Lainnya
1. Peraturan Menteri Bappenas No. 3 Tahun 2012 Tentang
Panduan
Umum Pelaksanaan KPS dalam Pembangunan
Infrastruktur;
2. Peraturan
Menteri
492/Menkes/Per/IV/2010
Kesehatan
RI
Nomor
Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum;
3. Keputusan Menteri PAN Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 Tentang
Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban
Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.
1.5
Prinsip Penyusunan RPIJM
Prinsip dasar RPIJM secara sederhana adalah:
1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima)
tahun untuk rencana investasi yang disusun.
2. Multi Sektor,
yaitu
mencakup
sektor/bidang
pengembangan
kawasan permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 10
pelayanan air limbah, pengembangan sistem pematusan kota/drainase,
peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman,
penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang
terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan
gedung.
3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan
pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber
pendanaan pemerintah dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD
Kabupaten,
sedangkan
dana
swasta
dapat
berupa
Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate Social Responsibility (CSR).
Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat,
misalnya dalam bentuk barang dan jasa.
4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan
Swasta sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPIJM
maupun pada saat pelaksanaan program.
5. Partisipatif,
yaitu
memperhatikan
kebutuhan
dan
kemampuan
daerah (kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat
(bottom-up).
Diharapkan dengan 5 prinsip dasar tersebut, dapat diwujudkan
pembangunan yang efektif dan efisien, serta mendorong kemandirian
daerah yang untuk menyusun program yang layak dan handal sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. RPIJM ini juga
bersifat dinamis, dimana setiap tahunnya diperlukan review terhadap
program-program pembangunan yang tercantum di dalam dokumen RPIJM,
sehingga dihasilkan rencana pembangunan infrastruktur yang mutakhir
sesuai perkembangan kebutuhan daerah.
1.6 Muatan Dokumen RPIJM
Secara substansi muatan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2015-2019 terdiri 8 (delapan) bab yaitu:
Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang,
maksud dan tujuan RPIJM Bidang Cipta Karya serta muatan
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 11
RPIJM Bidang Cipta Karya.
Bab 2 : Profil Kabupaten/Kota
Pada bagian ini berisikan wilayah Administrasi, potensi wilayah,
demografi dan urbanisasi, serta isu strategi Kabupaten.
Bab 3 : Arahan
Kebijakan
dan
Rencana
Strategis
Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
Bagian ini berisikan arahan kebijakan Pembangunan Bidang Cipta
Karya dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidaang Cipta Karya.
Bab 4 : Analisis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pada bab ini berisikan analisis social, ekonomi dan lingkungan
antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan Analisi
Kemiskinan.
Bab 5 : Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta
Karya
Pada bab ini berisikan mengenai kebutuhan investasi, potensi
pendanaan dan alternative pendanaan.
Bab 6 : Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten
Pada bab ini berisikan kerangka kelembagaan dan kerangka
regulasi yang ada di Kabupaten.
Bab 7 : Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Pada bab ini berisikan rencana program investasi Bidang Cipta
Karya untuk masing-masing sektor yaitu sektor Pembangunan
Kawasan Pemukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan,
Pengembangan SPAM dan Pengembangan PLP. Pada setiap
sektor dijelaskan kondisi eksisting, analisis kebutuhan serta
usulan kebbutuhan program dan pendanaan masing-masing
sektor.
Bab 8 : Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya
Pada bab ini berisikan matriks program investasi RPIJM
Kabupaten dan matriks keterpaduan program pada kawasan
prioritas Kabupaten.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 12
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mewujudkan bangsa yang mandiri, adil, dan makmur seperti
yang dicita-citakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025, salah satu caranya adalah dengan mewujudkan
pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan melalui perwujudan
permukiman tanpa kumuh. Untuk menunjang lingkungan
tanah
air,
perlu
dibangun
prasarana
dan
permukiman
di
sarana permukiman yang
mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel,
mandiri, dan efisien. Di samping itu, RPJPN juga mengamanatkan bahwa
pembangunan bidang air minum dan sanitasi diarahkan pada upaya
pemenuhan
kebutuhan
dasar
masyarakat
serta
untuk
menunjang
pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditekankan kembali dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang
menyatakan
bahwa
salah
satu
arahan
kebijakan
dalam
bidang
pengembangan perumahan permukiman adalah meningkatkan aksesibiltas
masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai.
Arahan
dalam
RPJPN
dan
RPJMN
terkait
pembangunan
infrastruktur permukiman merupakan amanat yang harus diemban bersama
oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam PP 38 Tahun 2007 bahwa
Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan
infrastruktur fisik bidang Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak
sebagai pengatur, pembina, dan pengawas pembangunan infrastruktur
permukiman di Indonesia. Hal ini sesuai kebijakan desentralisasi yang
dilakukan di Indonesia saat ini, dimana pemerintah daerah dituntut untuk
lebih berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan masyarakat. Agar
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat,
pemerintah
daerah
perlu
merencanakan
pembangunan
infrastruktur
permukiman secara terpadu dengan mendayagunakan sumber daya secara
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 1
optimal,
efisien,
dan
efektif
sesuai
dengan
kaidah
pembangunan
berkelanjutan.
Berdasarkan
hal
tersebut,
Direktorat
Jenderal
Cipta
Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum, dalam mengemban tugasnya sebagai
perumus dan pelaksana kebijakan dan standar teknis bidang Cipta Karya,
mengambil inisiatif untuk mendukung pemerintah kabupaten/kota dalam
menyiapkan perencanaan program khusus bidang Cipta Karya yang diberi
nama Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta
Karya.
Karya
RPIJM
ini
dikembangkan
sebagai
upaya
Ditjen
Cipta
dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman
secara merata di seluruh wilayah tanah air dengan cara yang lebih terpadu,
efisien dan efektif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi seluruh masyarakat. RPIJM mulai dirintis sejak tahun 2005
berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No. Pr. 02.03Dc/496 perihal Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya.
Sebagai tindak
lanjut dari Surat Edaran tersebut, Ditjen Cipta Karya juga telah menyusun
Buku Pedoman Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya sebagai panduan
bagi pemerintah kabupaten dalam menyusun RPIJM.
RPIJM merupakan dasar pemrograman dan penganggaran di
lingkungan Ditjen Cipta Karya. Mengingat fungsinya yang cukup penting,
maka RPIJM sudah sepatutnya memiliki kualitas yang baik serta disiapkan
secara rasional, inklusif, dan terpadu. Oleh karena itu, dalam rangka
peningkatan kualitas RPIJM perlu dilakukan penyempurnaan Pedoman
Penyusunan RPIJM. Dalam pedoman RPIJM yang baru, substansi dokumen
akan
ditajamkan
sesuai
dengan
kebijakan
baru
dan
perubahan
pengaturan terkait bidang Cipta Karya. Selain itu, penyusunan dokumen
RPIJM perlu mempertimbangkan kemampuan
keuangan,
kelembagaan
daerah, serta dampak pembangunan infrastruktur permukiman terhadap
lingkungan dan kondisi sosial setempat. Dengan adanya Pedoman RPIJM
yang baru, diharapkan Pemerintah Kabupaten dapat menggerakkan semua
sumber daya secara optimal dalam memenuhi kebutuhan pembangunan
infrastruktur permukiman, sekaligus mendukung upaya percepatan pencapai
sasaran nasional pembangunan bidang Cipta Karya.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 2
1.2 Pengertian dan Kedudukan RPIJM
Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya
atau disingkat sebagai RPIJM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan
program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode lima
tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, masyarakat dan swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang,
untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas
dan
mewujudkan
pembangunan
infrastruktur
Cipta
Karya
yang
berkelanjutan.
Dokumen ini disusun pada tingkat Kabupaten dan bersifat multi
sektoral, multi stakeholder, dan multi pendanaan. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan multi sektor adalah RPIJM meliputi sektor-sektor di
lingkungan
Ditjen
Cipta
Karya
yaitu
Pengembangan
Air
Minum,
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pengembangan
Permukiman, dan Penataan Bangunan dan Lingkungan. Adapun maksud
dari multi stakeholder adalah para pemangku kepentingan yang terkait
turut dilibatkan dalam proses penyusunan dan implementasi RPIJM
sesuai kewenangan dan peranannya masing-masing. Stakeholder yang
terkait dalam RPIJM meliputi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten,
masyarakat dan dunia usaha. Sedangkan maksud dari multi-pendanaan
adalah sumber pembiayaan infrastruktur permukiman dalam RPIJM tidak
hanya berasal dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten, serta dunia usaha dan masyarakat.
RPIJM disusun oleh Pemerintah Kabupaten dengan difasilitasi oleh
Ditjen Cipta Karya dan Pemerintah Provinsi. Sebagai dokumen teknis,
RPIJM sudah harus menampung aspirasi pemangku kepentingan lokal dan
aspirasi masyarakat. Dalam penyusunannya,
pada
proses
partisipasi
melalui
RPIJM
harus
ditekankan
dialog dengan seluruh pemangku
kepentingan sehingga dapat diterima oleh semua pihak sebagai acuan
pembangunan infrastruktur bersama. Dengan demikian, maka pembangunan
infrastruktur permukiman bisa ditangani atau dibiayai secara bersama-sama
oleh para pemangku kepentingan.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 3
RPIJM tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi RPJMD
ataupun Renstra SKPD, namun RPIJM merupakan dokumen teknis
operasional pembangunan bidang Cipta Karya yang berisikan rencana
investasi sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah. RPIJM disusun dengan
mengacu pada kebijakan spasial dan sektoral, baik di tingkat nasional
maupun daerah. Kebijakan spasial meliputi RTRWN, RTRW Provinsi, dan
RTRW Kabupaten. Sedangkan kebijakan sektoral terdiri dari RPJMN,
RPJMD Provinsi, dan RPJMD Kabupaten. RPIJM juga mengacu pada
Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional serta Kebijakan dan Strategi
Perkotaan Daerah. Adapun, skema kedudukan RPIJM dalam sistem
perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya dapat dilihat pada gambar
1.1.
Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Investasi Bidang Cipta Karya
Sumber: Dit. Bina Program DJCK. 2012
Sesuai dengan skema di atas, integrasi dan sinkronisasi setiap
strategi sektor sangat penting, termasuk antara Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dokumen sektoral ini
terintegrasi dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) yang memberikan arahan pembangunan infrastruktur
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 4
skala kabupaten. Selanjutnya SPPIP ini akan diturunkan ke dalam Rencana
Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dengan skala
kawasan. RPIJM perlu mempertimbangkan dokumen-dokumen teknis ini
sehingga perencanaan pembangunan infrastruktur permukiman menjadi
lebih terarah dan terpadu. Keterkaitan substansi antara dokumen teknis
dipaparkan pada gambar 1.2. RPIJM yang telah disusun kemudian akan
dituangkan ke dalam rencana program tahunan berupa Memorandum
Program yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah,
provinsi, dan kabupaten terkait rencana kegiatan di suatu kabupaten dalam
jangka waktu 5 tahun.
Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD
Sumber : Dit. Bina Program DJCK, 2012
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud RPIJM yaitu untuk mewujudkan kemandirian kabupaten
dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman yang
berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera
selaras dengan tujuan pembangunan nasional.
Sedangkan tujuan RPIJM adalah sebagai dokumen yang dijadikan
acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 5
pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten, maupun sumber
pendanaan lainnya. RPIJM memuat rencana program dan investasi dalam
jangka waktu lima tahun yang mencakup sektor-sektor yang ada di
lingkungan Ditjen Cipta Karya, yaitu Pengembangan Permukiman, Penataan
Bangunan dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan
Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan, dan
drainase).
1.4 Acuan Peraturan dan Perundangan
Perangkat peraturan perundangan yang dijadikan acuan dalam
penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, adalah sebagai berikut:
1.4.1 Undang – Undang (UU)
1. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
2. UU No. 02 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk;
3. Kepentingan Umum;
4. UU No. 01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
5. UU No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun;
6. UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
7. UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;
8. UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional;
9. UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal;
10. UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
11. UU No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh;
12. UU No. 07 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air;
13. UU
No.
25
Tahun
2004
Tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional;
14. UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 6
15. UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;
16. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
1.4.2 Peraturan Pemerintah (PP)
1. PP No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
2. PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
3. PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah;
4. PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
5. PP No. 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan;
6. PP No. 07 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
7. PP No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
8. PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
9. PP No.
38
Tahun
2007
Tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
10. PP No.
2
Tahun
2006
Tentang
Tata
Cara
Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri;
11. PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara
atau Daerah;
12. PP No. 5 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan;
13. PP No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM;
14. PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG
(Undang Undang Bangunan Gedung);
15. PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
16. PP
No.
65 Tahun
2005
Tentang
Pedoman
Penyusunan
Penerapan Sistem Penyediaan Air Minum.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 7
1.4.3 Peraturan Presiden (Perpres)
1. Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
2. Perpres No. 05 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2010-2014;
3. Perpres No. 13 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun
Pemerintah
dengan
2005
Badan
Tentang
Usaha
Kerjasama
Dalam Penyediaan
Infrastruktur;
4. Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025;
5. Perpres No. 56 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Perpres
No. 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama
Pemerintah
Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
6. Perpres
No.
65
Tahun
2011
Tentang
Unit
Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat;
7. Perpres
No.
32
Tahun
2011
tentang
Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia;
8. Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
1.4.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
1. Permen PU No. 14/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan
Kementerian
PU
yang
Merupakan
Kewenangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri;
2. Permen
PU
No.
02/PRT/M/2010
Tentang
Rencana
Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014;
3. Permen
PU
No.
12/PRT/M/2010
Tentang
Pedoman
Kerjasama Pengusahaan Pengembangan SPAM;
4. Permen
PU
No.
14/PRT/M/2010
Tentang
SPM
Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
5. Permen PU No. 15/PRT/M/2010 Tentang Penggunaan DAK
Bidang Infrastruktur;
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 8
6. Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung;
7. Permen PU No. 01/PRT/M/2009 Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan;
8. Permen PU No. 10/PRT/M/2008 Tentang Penetapan Jenis
Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang Wajib
Dilengkapi Dengan UKL dan UPL;
9. Permen
Strategi
PU
No.
16/PRT/M/2008
Tentang
Kebijakan
dan
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
10. Permen
PU
No.
06/PRT/M/2007
Tentang
Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
11. Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan
Sistem Penyediaan Air Minum;
12. Permen
PU
No.
20/PRT/M/2006
Tentang
Kebijakan
dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(KSNP-SPAM);
13. Permen
Strategi
PU
No.
21/PRT/M/2006
Nasional
Tentang
Pengembangan
Kebijakan
Sistem
dan
Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP);
14. Permen PU No. 494/PRT/M/2005 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP Kota).
1.4.5 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH)
1. Permen LH No. 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL;
2. Permen LH No. 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum KLHS;
3. Permen LH No. 13 Tahun 2010 Tentang UKL – UPL dan SPPLH;
4. Permen LH No. 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen Lingkungan
Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 9
Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup.
1.4.6 Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
1. Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Perkotaan;
2. Permendagri No. 33 Tahun 2008 Tentang Pedoman Hubungan
Kerja Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah;
3. Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59
Tahun 2007.
1.4.7 Peraturan Kementerian Lainnya
1. Peraturan Menteri Bappenas No. 3 Tahun 2012 Tentang
Panduan
Umum Pelaksanaan KPS dalam Pembangunan
Infrastruktur;
2. Peraturan
Menteri
492/Menkes/Per/IV/2010
Kesehatan
RI
Nomor
Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum;
3. Keputusan Menteri PAN Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 Tentang
Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban
Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.
1.5
Prinsip Penyusunan RPIJM
Prinsip dasar RPIJM secara sederhana adalah:
1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima)
tahun untuk rencana investasi yang disusun.
2. Multi Sektor,
yaitu
mencakup
sektor/bidang
pengembangan
kawasan permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 10
pelayanan air limbah, pengembangan sistem pematusan kota/drainase,
peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman,
penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang
terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan
gedung.
3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan
pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber
pendanaan pemerintah dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD
Kabupaten,
sedangkan
dana
swasta
dapat
berupa
Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate Social Responsibility (CSR).
Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat,
misalnya dalam bentuk barang dan jasa.
4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan
Swasta sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPIJM
maupun pada saat pelaksanaan program.
5. Partisipatif,
yaitu
memperhatikan
kebutuhan
dan
kemampuan
daerah (kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat
(bottom-up).
Diharapkan dengan 5 prinsip dasar tersebut, dapat diwujudkan
pembangunan yang efektif dan efisien, serta mendorong kemandirian
daerah yang untuk menyusun program yang layak dan handal sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. RPIJM ini juga
bersifat dinamis, dimana setiap tahunnya diperlukan review terhadap
program-program pembangunan yang tercantum di dalam dokumen RPIJM,
sehingga dihasilkan rencana pembangunan infrastruktur yang mutakhir
sesuai perkembangan kebutuhan daerah.
1.6 Muatan Dokumen RPIJM
Secara substansi muatan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2015-2019 terdiri 8 (delapan) bab yaitu:
Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang,
maksud dan tujuan RPIJM Bidang Cipta Karya serta muatan
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 11
RPIJM Bidang Cipta Karya.
Bab 2 : Profil Kabupaten/Kota
Pada bagian ini berisikan wilayah Administrasi, potensi wilayah,
demografi dan urbanisasi, serta isu strategi Kabupaten.
Bab 3 : Arahan
Kebijakan
dan
Rencana
Strategis
Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
Bagian ini berisikan arahan kebijakan Pembangunan Bidang Cipta
Karya dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidaang Cipta Karya.
Bab 4 : Analisis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pada bab ini berisikan analisis social, ekonomi dan lingkungan
antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan Analisi
Kemiskinan.
Bab 5 : Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta
Karya
Pada bab ini berisikan mengenai kebutuhan investasi, potensi
pendanaan dan alternative pendanaan.
Bab 6 : Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten
Pada bab ini berisikan kerangka kelembagaan dan kerangka
regulasi yang ada di Kabupaten.
Bab 7 : Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Pada bab ini berisikan rencana program investasi Bidang Cipta
Karya untuk masing-masing sektor yaitu sektor Pembangunan
Kawasan Pemukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan,
Pengembangan SPAM dan Pengembangan PLP. Pada setiap
sektor dijelaskan kondisi eksisting, analisis kebutuhan serta
usulan kebbutuhan program dan pendanaan masing-masing
sektor.
Bab 8 : Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya
Pada bab ini berisikan matriks program investasi RPIJM
Kabupaten dan matriks keterpaduan program pada kawasan
prioritas Kabupaten.
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
BAB I - 12