3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) - DOCRPIJM 1508994994BAB 3 RTRW Sebagai Arahan Spasial RPI2JM fiks

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014

Bab III

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat
fungsional, sedangkan

yang

secara

hirarkis

memiliki

hubungan

pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang


dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Pembangunan bidang Cipta

Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang
dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan
ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan,
keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.
3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c.

Pemanfaatan

ruang

dan

pengendalian

pemanfaatan ruang di

wilayah nasional,
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem


DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola

III-1

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
d. Perwujudan

keterpaduan,

keterkaitan,

dan

keseimbangan

perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f.

Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke
dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kriteria:
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional,
2.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani
beberapa provinsi, dan/atau

3.


Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
1. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten, dan/atau
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
c.

Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Kriteria:
1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas
batas dengan negara tetangga,
2. Pusat


perkotaan

yang

berfungsi

sebagai

pintu gerbang

internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,
3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)


1.

III-2

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
4. Pusat

perkotaan

yang

merupakan

pusat pertumbuhan

ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di
sekitarnya.
d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Penetapan
strategis


nasional

kawasan

dilakukan berdasarkan kepentingan:

1. Pertahanan dan keamanan,
 diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,
 diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah

industri sistem pertahanan, atau
 merupakan

wilayah

kedaulatan

negara termasuk pulau-


pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara
tetangga dan/atau laut lepas.
2. Pertumbuhan ekonomi,
 memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
 memiliki

sektor

unggulan

yang

dapat menggerakkan

pertumbuhan ekonomi nasional,
 memiliki potensi ekspor,
 didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi,
 memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

 berfungsi
nasional

untuk

mempertahankan

dalam

tingkat produksi

pangan

rangka mewujudkan ketahanan pangan

nasional,
 berfungsi

untuk


mempertahankan

tingkat produksi sumber

energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
 ditetapkan

untuk

mempercepat

pertumbuhan kawasan

tertinggal.
3. Sosial dan budaya
 merupakan

tempat

pelestarian

dan pengembangan

adat istiadat atau budaya nasional,
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang

III-3

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
 merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta
jati diri bangsa,
 merupakan

aset

nasional

atau

internasional yang harus

dilindungi dan dilestarikan,
 merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
 memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya,
atau
 memiliki

potensi

kerawanan

terhadap

konflik sosial skala

nasional.
alam

dan/atau teknologi tinggi

 diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
 pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam
strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom
dan nuklir
 memiliki sumber daya alam strategis nasional
 berfungsi

sebagai

pusat

pengendalian

dan pengembangan

antariksa
 berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir,
atau
 berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
 Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
 merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
 ditetapkan bagi

perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna

yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan,
 memberikan

perlindungan

keseimbangan

tata guna air yang

setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,
 memberikan

perlindungan

terhadap keseimbangan

iklim makro
 menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup
 rawan bencana alam nasional
 sangat

menentukan

dalam

perubahan

rona alam

dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

daya

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

4. Pendayagunaan sumber

III-4

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Tabel 3.1
Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
PKN
Kawasan Perkotaan

PKW
Pangkajene,

Selatan

Makassar- Sungguminasa- Jeneponto, Palopo,
Takalar-Maros

Watampone, Bulukumba,

(Maminasata)

Barru, Parepare

Tabel 3.2
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan
PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
NO

KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL

1 Kawasan
Perkotaan
Makassar –
Maros
– Sungguminasa
–Takalar
(Mamminasata)

SUDUT
KOTA /
KEPENTINGAN KABUPATEN *)

Ekonomi

Kota
Makassar,
Kab. Maros,
Kab. Gowa,
Kab. Takalar

PROVINSI

Sulawesi
Selatan

STATUS HUKUM

Perpres
No. 55 Tahun
2011 tentang
Rencana
Tata Ruang
Kawasan
Perkotaan
Makassar,
Maros,
Sungguminasa,
Takalar

Ket:
*) Penentuan kabupaten/kota yang menjadi wilayah delineasi KSN masih dapat berubah
sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan.

3.2. RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Kawasan Strategis Nasional yang ada di Kabupaten Maros adalah
merupakan Kawasan Perkotaan Mamminasata yang merupakan Kawasan
Strategis Nasional dengan susut kepentingan ekonomi. Hal tersebut tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan kawasan
Perkotaan Metropolitan Mamminasata sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), dalam hal ini wilayah-wilayah Kabupaten Maros yang termasuk dalam
kawasan Metropolitan Mamminasata merupakan pusat perkotaan yang
memiliki kepentingan dalam skala nasional.
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

PROVINSI
Sulawesi

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

NO
1

III-5

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah Perpres
No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Makassar,

Maros,

Sungguminasa,

Takalar.

Untuk

lebih

jelasnya

sebagaimana pada gambar 3.1. dibawa ini.

LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

Gambar 3.1
Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional (RTRWN 2008-2028),
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008

III-6

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014

LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

Gambar 3.2
Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional (RTRWN 2008-2028),
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008

III-7

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
3.3. Arahan RTRW Pulau
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi merupakan perwujudan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional di Pulau Sulawesi. Penetapan RTR Pulau Sulawesi
bertujuan untuk:
1.

Mencapai keseimbangan pemanfaatan ruang makro antara kawasan
berfungsi lindung dan budidaya, antara kawasan perkotaan dan
perdesaan, antar wilayah dan antar sektor, dalam satu ekosistem pulau
dan perairannya;

pengembangan prasarana wilayah pada kawasan perkotaan dan
perdesaan

dengan

memperhatikan

kemampuan

daya

dukung

lingkungan;
3.

Menjamin efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas
provinsi;

4.

Memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya
bencana yang lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan.

Fungsi RTR Pulau Sulawesi adalah memberikan dasar pencapaian
keterpaduan, keserasian dan keterkaitan spasial antar wilayah dan antar
sektor di dalam suatu kesatuan pulau dalam rangka optimasi pemanfaatan
ruang.
1.

Struktur Ruang Wilayah Pulau Sulawesi
Struktur ruang wilayah Pulau Sulawesi disusun berdasarkan arahan pola
pengelolaan sistem pusat permukiman dan arahan pola pengelolaan
sistem

jaringan

prasarana

wilayah

yang

meliputi

arahan

pola

pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi, sistem jaringan
prasarana energi, sistem jaringan prasarana sumber daya air, dan sistem
jaringan prasarana perkotaan.
Pola pengelolaan sistem pusat permukiman di Pulau Sulawesi diarahkan
pada terbentuknya fungsi dan hirarki perkotaan sesuai dengan RTRWN.
Hirarki perkotaan meliputi Kota PKN, PKW, dan PKL sebagai satu
kesatuan sistem.
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

Meningkatkan kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial dan
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

2.

III-8

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Tabel 3.3.
Arahan Sistem Pusat Permukiman di Provinsi Sulawesi Selatan
Menurut RTR Pulau Sulawesi
PKN
PKW
PKL
K o ta
Luwu, Parepare, Masamba, Makale, Rantepao,
Metropolitan
Pangkajene,
Wotu, Malili, Soroako, Sinjai,
Makasar
- Barru,
Palopo, Benteng, Bulukumba, Bantaeng,
Sungguminasa Watampone,
Sengkang,
W atansoppeng,
– Maros – Jeneponto
Pinrang, Sidenreng, Rappang,
Takalar
Enrekang.
Sumber : RTR Pulau Sulawesi

1. Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas :
Makassar – Parepare –Mamuju – Palu – Pantoloan - Tobali,
2. Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas sedang pada ruas-ruas :
Makassar - Maros – Watampone – Pel. Bajoe.
3. Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas rendah pada ruas-ruas :
Makassar – Sungguminasa – Takalar – Bulukumba – Watampone Palopo.
Sistem

jaringan

jalan

rel

di

Pulau

Sulawesi

yang

diprioritaskan

penanganannya meliputi :
1. Sistem jaringan lintas utama dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas:
Makassar – Parepare;
2. Sistem jaringan lintas utama dengan prioritas sedang pada ruas-ruas:
Makassar-Takalar Bulukumba, Kendar- Kolaka, dan Parepare-Bajoe;
3. Sistem jaringan lintas utama dengan prioritas rendah pada ruas-ruas:
Bulukumba – Bajoe – Palopo – Poso, Pare Pare – Mamuju,
4. Sistem jaringan lintas cabang dengan prioritas tinggi pada kawasan
perkotaan metropolitan Makassar- Sungguminasa- Maros-Takalar.
5. Pengembangan stasiun kereta sebagai simpul jaringan diarahkan pada
kota-kota PKN dan PKW.
Sistem

jaringan

prasarana

transportasi

laut

yang

diprioritaskan

penanganannya mencakup :
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

penanganannya berdasarkan RTR Pulau Sulawesi meliput :

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

Sistem jaringan jalan di wilayah Sulawesi Selatan yang diprioritaskan

III-9

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
1. Pelabuhan Makassar sebagai Pelabuhan Internasional dengan prioritas
sedang;
2. Pelabuhan Palopo, Parepare, sebagai Pelabuhan Nasional dengan
prioritas tinggi;
3. Pelabuhan Luwuk, Selayar, sebagai Pelabuhan Nasional dengan
prioritas sedang;
4. Pelabuhan Barru, Bajoe, Bulukumba, Jeneponto, Sinjai dan Siwa
sebagai Pelabuhan Nasional dengan prioritas rendah;
Arahan pengembangan jalur-jalur penyeberangan lintas provinsi dan lintas

menghubungkan kota-kota : antara Sultra dengan Sulsel meliputi jalur
Makassar-Baubau, Lasusua-Siwa, Bajoe-Kolaka, Baubau-Bulukumba;
2. Jalur penyeberangan lintas pulau dalam lingkup internal Sulawesi yang
menghubungkan

kota-kota : Bulukumba-Selayar, dan Tondasi Muna-

Sinjai;
3. Jalur penyeberangan lintas pulau dalam lingkup eksternal Sulawesi yang
menghubungkan kota-kota dengan interaksi kuat : antara Sulsel-NTT
meliputi jalur Selayar-Reo; antara Sulsel-NTB-Jatim meliputi TakalarBima-Gresik; antara Sulsel-Kalsel meliputi jalur Barru-Batulicin;
4. Pengembangan jaringan transportasi perairan danau dilakukan di Danau
Tempe.
Sistem

jaringan

prasarana

transportasi

udara

yang

diprioritaskan

penanganannya mencakup :
1. Bandara Hasanudin di Makassar dan Sam Ratulangi di Manado sebagai
Pelabuhan Udara Pusat penyebaran primer dengan prioritas tinggi;
2. Bandara Pongtiku di Tana Toraja, Bubung di Luwuk sebagai Pelabuhan
Udara Pusat penyebaran tersier dengan prioritas tinggi;
3. Bandara Andi Jemma di Palopo, Tomia di Maranggo, Arupala di Selayar,
sebagai Pelabuhan Udara Pusat penyebaran tersier dengan prioritas
sedang;
4. Arahan pola pengembangan penerbangan internasional dari Sulawesi
Selatan yang disesuaikan dengan kebutuhan layanan penerbangan
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

1. Jalur penyeberangan lintas provinsi dalam lingkup internal yang

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

pulau meliputi :

III-10

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
komersial dengan prioritas pada jalur-jalur : Makassar – Singapura –
Kuala Lumpur, Makassar – Darwin, dan Manado – Taiwan – Tokyo.
Sistem jaringan prasarana energi yang diprioritaskan penanganannya
mencakup :
1. Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk
Sistem Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo dengan prioritas
sedang pada : PLTA Bone, PLTA Poigar, PLTG Palu, PLTM Mangango
1, PLTG Baru, dan PLTU Barru;
2. Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk

Palopo,
3. Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk
Sistem Sulawesi Selatan dengan prioritas sedang pada : PLTA Bontobatu, New PLTG, PLTM Lobong, dan PLTU Makassar.
4. Pengembangan

sistem

jaringan energi listrik diseleraskan dengan

pengembangan kawasan budidaya dan pusat-pusat permukiman.
5. Pengembangan jaringan listrik bertegangan tinggi diupayakan untuk
menghindari kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan dengan
tingkat kepadatan tinggi.
Sistem jaringan prasarana sumberdaya air permukaan yang diprioritaskan
penanganannya mencakup :
1. Satuan Wilayah Sungai dengan prioritas tinggi pada SWS Jeneberang,
SWS Bolango – Bone
2. Satuan Wilayah Sungai dengan prioritas sedang pada SWS Paleang –
Roraya, SWS Parigi – Poso, SWS Paguyaman – Randangan, SWS
Walanae – Cenranae.
3. Satuan Wilayah Sungai dengan prioritas rendah pada : Palu – Lariang,
Lasolo – Sampara, dan Towari – Susua;
4. Pembangunan bendungan-bendungan baru dan embung-embung besar
pada beberapa daerah aliran sungai, dengan prioritas tinggi Kabupaten
Palopo yang meliputi Larona dan Gilirang; Kabupaten Bantaeng,
Kabupaten Jeneponto, dan Kabupaten Polewali;
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

PLTD Ampana, PLTD Moutong, PLTD Luwuk, PLTD Parigi, PLTD

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

Sistem Sulawesi Selatan dengan prioritas tinggi pada : PLTA Bili-Bili 1-2,

III-11

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
5. Pemeliharaan bendungan-bendungan pada beberapa daerah aliran
sungai, yang meliputi Kolaka; Larona di Kabupaten Palopo; dan
Bendungan Bilibili di Kabupaten Maros;
6. Penerapan konsep “Satu Sungai, Satu Rencana, Satu Pengelolaan
Terpadu” dari hulu hingga hilir;
7. Perlindungan sempadan sungai dari pemanfaatan yang tidak tepat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
8. Pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan irigasi teknis pada
sentra-sentra produksi pangan nasional, meliputi :

dsk, Bulukumba dsk, dan Watampone dsk;


kawasan perkebunan, meliputi: Kawasan Palopo dsk, BulukumbaWatampone, Mamuju dsk, Parepare dsk,



kawasan peternakan, meliputi: kawasan Bulukumba – Watampone,
Parepare dsk,



kawasan perikanan, meliputi kawasan perikanan tambak yang
diarahkan pada Kawasan Watampone; dan kawasan perikanan
tangkap

yang

diarahkan

pada

Kawasan

Minasamamata

dsk,

Bulukumba, Watampone, Parepare dsk.


Penghutanan kembali kawasan konservasi pada hulu danau-danau
besar di Sulawesi, meliputi Danau Tempe, Danau Towuti.



Pengendalian pencemaran sungai dan air permukaan lain secara
ketat yang bersumber dari kegiatan permukiman perkotaan, pertanian,
industri, dan kegiatan pariwisata.

2.

Pola Ruang Wilayah Pulau Sulawesi

Arahan pola pengelolaan kawasan lindung sebagaimana mencakup :
1. Arahan pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan pada
kawasan bawahannya yang terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan
bergambut, dan kawasan resapan air;
2. Arahan pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan
setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
sekitar danau dan waduk serta kawasan sekitar mata air;
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

kawasan pertanian tanaman pangan, meliputi : Palopo dsk, ParePare
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)



III-12

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
3. Arahan pola pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya;
4. Arahan pola pengelolaan kawasan rawan bencana lingkungan.
Arahan pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan pada
kawasan bawahannya yang diprioritaskan penanganannya mencakup :
1. Pencegahan terjadinya erosi dan atau sedimentasi pada kota-kota atau
kawasan-kawasan produksi khususnya yang berada pada kelerengan
terjal;
2. Pengendalian luasan hutan lindung seluas 579.300 ha di Provinsi

rangka penetapan kawasan bergambut;
4. Mempertahankan keberadaan zona-zona resapan air di Sulawesi
Selatan yang mencakup puncak G. Lompobattang, Peg. Quarles dengan
puncak-puncak

G.

Rantemario,

G.

Sinjai,

G.

Paroreang,

G.

Gandadiwata, G. Kolonodale, G. Kambuno, G. Kabinturu, dan G.
Baleasa
Pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan
setempat yang diprioritaskan penanganannya mencakup :
1. Penetapan kawasan sempadan pantai sebagai kawasan berfungsi
lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;
2. Penetapan kawasan sempadan sungai sebagai kawasan berfungsi
lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;
3. Penetapan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan berfungsi
lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;
4. Penetapan kawasan sekitar danau/waduk secara bijaksana agar proses
pendangkalan danau-danau besar dapat dicegah, yang mencakup
Danau Limboto, Danau Towuti, Danau Matano, dan Danau Tempe;
5. Penetapan kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar
danau/waduk melalui RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, dan RTRW
Kota.
Arahan pola pengelolaan kawasan yang suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya yang diprioritaskan penanganannya mencakup :
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

3. Melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci dalam

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

Sulawesi Selatan.

III-13

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
1. Pengelolaan Cagar Alam meliputi: CA Karaenta (1.000 ha), CA
Pegunungan Faruhumpenai (90.000 ha), CA Bulu Saraung (5.690 ha),
CA Bantimurung (1.000 ha), CA Kalaena (110 ha), CA Ponda-Ponda
(77,22 ha), CA Tanjung Api (4.246 ha), CA Morowali (209.400 ha), CA
Pangi Binanga (6.000 ha), CA Gunung Tinombala (37.106,12 ha), CA
Gunung Sojol (64.448,71 ha), CA Napabalano (9 ha), CA Lamedae
(635,16 ha), CA Mas Popaya Raja (160 ha), CA Tangale (112,50 ha), CA
Panua (45.575 ha), CA Gn. Dua Saudara (4.299 ha), CA Tangkoko
Batuangus (3.196 ha), CA Gunung Lokon (100 ha), CA Gunung Ambang

Tomata (5.000 ha), TB Padang Mata Osu (8.000 ha), TB Karakelang
Utara dan Selatan (24.669 ha);
3. Pengelolaan Taman Nasional meliputi: TN Taka Bone Rate (530.765 ha),
TN Lore Lindu (217.991,18 ha), TN Rawa Aopa Watumohai (105.194
ha), TN Laut Kepulauan Wakatobi (1.390.000 ha), TN Bogani Nani
Wartabone (287.115 ha), dan TN Laut Bunaken Manado Tua (89.065
ha);
4. Pengelolaan Suaka Margasatwa meliputi: SM Lampoko Mampie (2.000
ha), SM Bontobahari (4.000 ha), SM Komara (3.390 ha), SM Pati-pati
(3.103,79 ha), SM Lombuyan I/II (3.069 ha), SM Dolangan (462 ha), SM
Bakiriang (12.500 ha), SM Pinjam/Tanjung Matop (1.612,50 ha), SM
Tanjung Amolengo (605 ha), SM Buton Utara (82.000 ha), Tanjung
Batikolo (4.016 ha), SM Tanjung Peropa (38.000 ha), SM Nantu (31.215
ha), dan SM Gunung Manembo-nembo (6.500 ha);
5. Pengelolaan Taman Wisata meliputi: TW Danau Matano dan Mahalona
(30.000 ha), TW Danau Towuti (65.000 ha), TW Bantimurung (118 ha),
TW Goa Patunuang (1.500 ha), TW Malino (3.500 ha), TW Sidrap (500
ha), TW Nanggala III (500 ha), TW Cani Sirenrang (3.125 ha), TW Leija
(1.265 ha), TW Air Terjun Wera (250 ha), TW Mangolo (5.200 ha), TW
Tirta Rimba (500 ha), TW Pulau Padamarang (36.000 ha), TW Batu
Angus (635 ha), dan TW Batu (615 ha);
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

2. Pengelolaan Taman Buru meliputi: TB Komara (4.610 ha), TB Landusa

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

(8.638 ha), dan CA Putih (615 ha);

III-14

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
6. Pengelolaan Taman Wisata Laut meliputi: TWL Kepulauan Kapoposang
(50.000 ha), dan TWL Teluk Lasolo (81.800 ha);
7. Pengelolaan Taman Hutan Rakyat meliputi : THR Pabuya Paniki (7.128
ha), THR Palu (8.100 ha), dan THR Murhum (7.877,50 ha).
Pola pengelolaan kawasan rawan bencana lingkungan yang diprioritaskan
penanganannya mencakup :
1. Penanganan bencana alam berdasarkan siklus bencana melalui tindakan
preventif dengan pembuatan peta bencana alam, mitigasi bencana
melalui pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tata ruang,

2. Peta bencana lingkungan perlu dijadikan acuan dalam pengembangan
wilayah provinsi, kabupaten, dan kota;
3. Pengendalian kota-kota dan kawasan-kawasan budidaya dari bencana
gempa bumi terutama di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yakni pada
jalur antara Kota Mamuju-Majene-Tana Toraja-Enrekang-Luwu-PosoPalu-Teluk Tomini
4. Pengendalian kota-kota dan kawasan-kawasan budidaya dari bencana
gerakan

tanah

atau

longsor

terutama

di

lereng

kaki

Gunung

Lompobatang bagian utara, Luwu, Mamuju, Tana Toraja, Sidrap,
Soppeng, Barru, Sinjai dan Bone.
5. Pengendalian kota-kota dan kawasan-kawasan budidaya dari bencana
kenaikan muka air laut akibat fenomena pemanasan global terutama di
kawasan pesisir Teluk Makassar;
6. Melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci dalam
rangka penetapan kawasan rawan bencana lingkungan dan wilayah
pengaruhnya.
Arahan

pola

pengelolaan

kawasan

andalan

yang

diprioritaskan

penanganannya mencakup penanganan kawasan dengan prioritas tinggi
pada KAPET Parepare dan penanganan kawasan dengan prioritas sedang
pada kawasan andalan Palopo. Arahan pola pengelolaan kawasan andalan
laut yang diprioritaskan penanganannya di Provinsi Sulawesi Selatan
mencakup penanganan kawasan dengan prioritas sedang pada kawasan
andalan laut Teluk Bone dan sekitarnya serta Selat Makassar dan
sekitarnya.
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan kembali pasca bencana;

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

kesiapsiagaan masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana,

III-15

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Tabel 3.4
Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman di Pulau Sulawesi

1.1

Fungsi Kota

Jenis Pelayanan

Strategi Pengembangan

Jasa, Pemerintahan,
Pertanian, Perkebunan,
Pariwisata, Perikanan,
Perhubungan,
Keuangan,
Perdagangan, dan
Industri.

 Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan
wilayah nasional yang mendorong pertumbuhan
kota-kota disekitarnya sebagai sentra produksi
wilayah pulau dan Indonesia bagian Timur, seperti
pertanian, perkebunan, pariwisata bahari, perikanan,
industri, dan perhubungan (laut, udara, dan darat).

Sulawesi Selatan
Metro
Makassar –
Maros –
Sunggumina
sa – Takalar
(Maminasata
)

PKN

 Meningkatkan aksesibilitas antar kota dari Makassar
ke kota Manado-Bitung, Kendari, Palu, dan
Gorontalo melalui jaringan darat dan udara, serta ke
kota-kota wilayah pengaruh (Mamuju-Pare-pare –
Barru – Pangkajene – Maros –Takalar), termasuk ke
Bajoe dan Watampone sebagai tujuan bagian barat
wilayah propinsi Sulawesi Selatan.
 Mengembangkan kerjasama pembangunan antar
kota di kawasan Metropolitan Maminasata
(Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar).
 Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan
sarana perkotaan dengan standar nasional yang
diarahkan untuk mendukung pelayanan kegiatan
Pemerintahan, Jasa Keuangan, Perdagangan,
Industri dan Pelabuhan.
 Mengembangan sistem jaringan kereta api angkutan
massal untuk pelayanan metropolitan.
 Mengamankan Teluk Makassar dari resiko
pendangkalan atau sedimentasi yang serius.
 Mengembangkan kualitas pelayanan prasarana dan
sarana kota yang memenuhi standar Internasional
(bandara, pelabuhan, telekomunikasi, kesehatan),
termasuk dengan mendorong peran swasta yang
lebih besar secara selektif.
 Memantapkan kerjasama ekonomi dengan kota-kota
dunia yang menjadi tujuan kegiatan export – import,
khususnya kota-kota yang masuk dalam lingkup
Kerjasama
Ekonomi
Sub-Regional
BruneiIndonesia-Malaysia dan Philipina (KESR BIMPEAGA), Asia Pasifik, dan kawasan lainnya.
 Meningkatkan kerjasama pengelolaan prasarana
dan
sarana
kota
dengan
kota
Maros,
Sungguminasa, dan Takalar dalam hal pengelolaan
air bersih, air limbah, persampahan, dan drainase
sebagai kesatuan pengelolaan kota metropolitan.
 Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan
yang terkait dengan keimigrasian, kepabeanan, dan
karantina yang melayani Sulawesi bagian Selatan,
Tenggara, serta Indonesia bagian Timur lainnya.
 Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation)
sebagai pelengkap dari RTRW Kota.
 Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan
metropolitan, menghindari terjadinya konurbasi
kawasan.
 Menyiapkan rencana tata ruang kawasan perkotaan
metropolitan Maminasata untuk keterpaduan
pembangunan sektor dan daerah otonom.

Sumber : RTR Pulau Sulawesi

LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

I

Nama Kota

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

No

III-16

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
3.4. Arahan RTRW Provinsi
Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Maros sebagaimana
tertuang dalam Perda Nomor 09 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi
Sulawesi Selatan menetapkan bahwa :
a. KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi :
 Kawasan lahan pangan berkelanjutan khususnya komoditas beras
dan jagung diarahkan sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian
wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan
Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah

wilayah

sebagian

Kecamatan

wilayah

Kecamatan

Tompobulu,

Cenrana,

sebagian

wilayah

Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian
wilayah Kecamatan Mandai, sebagian wilayah Kecamatan Turikale,
sebagian

wilayah

Kecamatan

Maros

Baru,

sebagian

wilayah

Kecamatan Moncongloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Marusu;
 kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditi perkebunan
unggulan kakao, kelapa sawit, kopi Robusta, jambu mete dan jarak
diarahkan sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah
Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa,
sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan
Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah
Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian
wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Mandai,
sebagian wilayah Kecamatan Turikale, sebagian wilayah Kecamatan
Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe, dan sebagian
wilayah Kecamatan Marusu;
 Kawasan Industri Manufaktur diarahkan di kawasan Industri Maros di
Kecamatan Marusu; dan
 Kawasan

industri

Semen

Bosowa

terdapat

di

Kecamatan

Bantimurung;
b. KSP dari sudut kepentingan kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, terdiri atas :
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

sebagian

Simbang,

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

Kecamatan

III-17

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
 Kawasan wisata bahari diarahkan di sebagian wilayah Kecamatan
Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Marusu, dan sebagian
wilayah Kecamatan Bontoa;
 Kawasan Hutan Lindung diarahkan sebagian wilayah Kecamatan
Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah
Kecamatan

Cenrana,

sebagian

wilayah

Kecamatan

Mallawa,

sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan
Tanralili, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu;

Bantimurung,

dan

sebagian

wilayah

Kecamatan

Cenrana;
 Kawasan penambangan marmer diarahkan di sebagian wilayah
Kecamatan

Bantimurung,

dan

sebagian

wilayah

Kecamatan

Simbang;
 Kawasan Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung diarahkan
sebagian wilayah Kecamatan

Bantimurung, dan sebagian wilayah

Kecamatan Cenrana; dan
 Kawasan Kebun Raya Pucak diarahkan di sebagian wilayah
Kecamatan Tanralili.

3.5. Arahan RTRW Kabupaten Maros
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) di Kabupaten Maros, terdiri atas:
a. KSK Dengan Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka
rencana kawasan strategis kabupaten yang layak ditetapkan dalam
RTRW Kabupaten Maros diarahkan pada:
 Kawasan Perkotaan Barandasi Kecamatan Lau;
 Kawasan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin di Mandai
Kecamatan Kabupaten Maros;
 Kawasan

potensi

pengembangan

ekonomi

di

wilayah

pesisir

Kecamatan Marusu, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Lau dan
Kecamatan Bontoa;
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

Kecamatan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

 Kawasan penambangan kapur diarahkan di sebagian wilayah

III-18

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
 Lawasan

Minapolitan di Kecamatan Bontoa, Kecamatan Lau,

Kecamatan Marusu dan Kecamatan Maros Baru;
 Kawasan agrowisata yang terpadu dengan Agropolitan Tanralili;
 Kawasan wisata pasir putih Pantai Kuri Kecamatan Marusu;
 Kawasan Perdagangan Pasar Tradisional Modern Kota Maros di
Kecamatan Turikale;
 Kawasan Perdagangan Pasar Induk Pertanian Kabupaten Maros di
Kecamatan Turikale;

 Kawasan perkotaan Baru Satelit Maros di Kecamatan Turikale.
b. KSK Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya
Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya di
Kabupaten Maros meliputi;
 Kawasan pendopo Pallantikang Karaeng Marusu di Kelurahan
Pallantikang Kecamatan Maros Baru;
 Kawasan rumah adat Karaeng Loe Ripakere (istana raja Marusu) di
Desa Bonto Tallasa Kec. Simbang; dan
 Kawasan

budaya

Temmappaduae

Khawaltiah
Kecamatan

Sammang
Marusu,

di

Patte’ne

Desa

Leppangkomae

Desa

Borimasunggu Kecamatan Maros Baru, dan Kelurahan Turikale
Kecamatan Turikale.
c.

KSK Dengan Sudut Kepentingan Sumberdaya Alam Dan Teknologi
Tinggi
Untuk kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi
tinggi di Kabupaten Maros, terdiri atas :
 Rencana pembangunan Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) di Kecamatan Tompobulu;
 Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTHM) di Mallawa;
 Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) di Kecamatan Bontoa;
LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

 Kawasan perkotaan Baru Satelit Mandai di Kecamatan Mandai; dan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

 Kawasan Kota Baru Moncongloe di Kecamatan Moncongloe;

III-19

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
 Kawasan Pabrik Semen Bosowa di Kecamatan Bantimurung; dan
 Kawasan penambangan marmer di Kecamatan Bantimurung dan
Kecamatan Simbang.
d. KSK Dengan Sudut Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup
Kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan hidup di wilayah
Kabupaten Maros meliputi ;
 Kawasan wisata alam dan Agrowisata Bantimurung Kecamatan
Bantimurung;

 Kawasan wisata alam air panas di Dusun Reatoa Kecamatan
Mallawa.
e. KSK Dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan,
terdiri atas:
 Kawasan Lapangan Udara (LANUD) Hasanuddin di Kecamatan
Mandai;
 Kawasan KOSTRAD Batalyon Infantri L-433 Julu Siri di Sambueja
Kecamatan Simbang; dan
 Kawasan KOSTRAD Kompi Zeni dan Tempur A, B, dan C dan
Batalyon Zeni dan Tempur 8 Sakti Mandraguna di Kariango
Kecamatan Tanralili.

LAPORAN AKHIR

KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019

Salukang Kallang Kecamatan Cenrana; dan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)

 Kawasan wisata Cagar Alam Karaenta yang terpadu dengan Goa

III-20