HARIAN RAKJAT SEBAGAI ALAT KAMPANYE PKI DALAM PEMILU 1955

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HARIAN RAKJAT SEBAGAI ALAT KAMPANYE PKI
DALAM PEMILU 1955
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Program Studi Sejarah

Oleh:
Bimo Bagas Basworo
NIM 144314006

PROGRAM STUDI SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2019

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

If you wanna make the world a better place
Take a look at yourself and then make that change!
(Man in the Mirror – Michael Jackson)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Skripsi ini saya persembahkan untuk seluruh keluarga, dosen, dan teman
saya yang selama ini tidak pernah berhenti mendukung saya.

vi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Bimo Bagas Basworo, Harian Rakjat Sebagai Alat Kampanye PKI Dalam Pemilu
1955. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma, 2019.
Skripsi berjudul Harian Rakjat Sebagai Alat Kampanye PKI Dalam
Pemilu 1955 bertujuan untuk meneliti peranan surat kabar Harian Rakjat untuk
mengkampanyekan PKI pada pemilihan umum 1955. Penelitian ini akan
menjawab tiga pertanyaan. Pertama, peranan apa yang dimainkan oleh Harian
Rakjat pada kampanye PKI pada pemilu tersebut. Kedua, isu apa saja yang
digunakan surat kabar tersebut pada kampanye ini. Ketiga, seberapa besar peranan
Harian Rakjat bagi kesuksesan yang diraih PKI pada pemilu 1955.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yakni pengumpulan sumber,
kritik sumber, interpretasi atau analisis data, dan penulisan atau historiografi.
Sumber yang digunakan adalah arsip koran Harian Rakjat tahun 1954-1955 dan
sumber sekunder terkait. Penelitian ini menggunakan teori pers komunis yang
dikemukakan oleh Hachten.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan peranan besar Harian Rakjat pada
keberhasilan yang diraih oleh PKI pada Pemilu 1955. Surat kabar ini aktif
mendukung kampanye dan propaganda PKI melalui berbagai saluran, mulai dari
artikel, karikatur, hingga cerita bergambar. Surat kabar ini juga berperan sebagai
penyedia bahan-bahan propaganda dan latihan pemilu bagi anggota-anggota
cabang PKI diberbagai PKI.
Kata kunci: Harian Rakjat, Partai Komunis Indonesia, Pemilihan Umum
1955.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Bimo Bagas Basworo, Harian Rakjat Sebagai Alat Kampanye PKI Dalam Pemilu
1955. An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Department of History, Faculty of
Letters, Sanata Dharma University, 2019.
This study entitled Harian Rakjat Sebagai Alat Kampanye PKI Dalam
Pemilu 1955 is aimed to investigate the roles of a newspaper called Harian Rakjat
to campaign Indonesian Communist Party (Partai Komunis Indonesia, PKI) in

1955 election. This research will answer three questions. They are (1) “What role
does Harian Rakjat play in PKI campaign in the election?” (2) “What issue used
in the newspaper for the campaign?” and (3) “How huge is Harian Rakjat role for
the success of PKI in 1955 election?”
This research used historical method, namely source gathering, source
critics, data interpretation or analysis, and writings or historiography. The source
used for this study was Harian Rakjat newspaper archives around 1954-1955 and
related secondary source. This study used communist press theory stated by
Hatchen.
The result of this study shows the huge role of Harian Rakjat towards the
success of PKI in 1955 election. This newspaper actively supported PKI
campaigns and propagandas through many media, from articles, caricatures, until
comics. This newspaper also played a role as propaganda media provider and
election practice for members of PKI.

Keywords: Harian Rakjat, Partai Komunis Indonesia, Pemilihan Umum 1955.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


KATA PENGANTAR
Ucapan syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada:
1. Dosen Ilmu Sejarah, Pak Rio, Pak Hery, Mas Heri, Mas Yerry, Romo
Baskara, Romo Banar, Pak Purwanta, Pak Sandiwan, dan Bu Ning, yang
telah banyak membimbing dan dan mendukung saya sejak awal masuk
kuliah hingga saat ini.
2. Kedua Orang Tua saya, dan seluruh keluarga saya yang selama ini terus
membantu, mendukung, dan memotivasi saya supaya tetap semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Mas Doni sebagai Sekretaris Prodi Sejarah yang selama ini membantu saya
mengurus administrasi kuliah
4. Teman-teman Sejarah Angkatan 2014, Fajar, Ara, Hendy, Rosma, Edut,
Tiur, Omi, Vendy, Berang, Ageng, Gustan, Gerrard, dan Katon yang tidak
pernah lelah menemani dan mendukung saya selama ini.
5. Teman-teman Jurusan Sejarah lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang selama ini telah menemani dan menghibur saya.
6. Teman-teman “De Kantiners”, Eko, Oom Irawan, Mas Deaz, Pitrus, dan
lainnya, yang telah banyak membantu saya.
7. Semua staf Mikrofilm Perpustakaan Nasional yang sudah direpotkan

dengan pesanan scan dari saya selama 2 bulan penelitian ini berlangsung.
8. Kepada teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang
telah membantu memberikan informasi dan mendukung saya selama
mengerjakan skripsi ini.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Saya
harap semoga skripsi ini dapat mendorong munculnya penelitian-penelitian lain
yang akan melengkapi, ataupun menyanggah hasil dari penelitian ini.

Yogyakarta, 4 Desember, 2018
Penulis

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................... vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah .................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
F. Kajian Pustaka ............................................................................................. 5
G. Landasan Teori ........................................................................................... 10
H. Metode Penelitian ...................................................................................... 12
I. Sistematika Penulisan ................................................................................ 12
BAB II PKI DAN HARIAN RAKJAT ................................................................. 14
A. Membangkitkan Kembali Partai ................................................................ 14
B. Sejarah Singkat Harian Rakjat .................................................................. 16
C. Njoto: Tokoh di Balik Harian Rakjat ........................................................ 22
BAB III KAMPANYE PEMILU 1955 DI HARIAN RAKJAT ............................. 26
A. Harian Rakjat dan Pemilu .......................................................................... 26
B. Masa Persiapan Kampanye ........................................................................ 27
1. Membela Kabinet, Menyerang Oposisi .................................................. 27
2. Masjumi, Darul Islam, dan Modal Asing ............................................... 28
3. Demonstrasi Masjumi dan BKOI ........................................................... 31
4. Pembentukan Panitia Pemilihan Indonesia ............................................ 35
5. Ceramah Umum dan Rapat Umum PKI ................................................. 37
C. Masa Awal Kampanye ............................................................................... 37
1. Demokrasi Rakyat .................................................................................. 39

2. Kampanye PKI ....................................................................................... 43

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Pendidikan .............................................................................................. 47
4. Pengusaha Nasional ................................................................................ 48
5. Wanita .................................................................................................... 49
6. Agama .................................................................................................... 50
7. Tanda Gambar PKI................................................................................. 52
8. Menyerang Oposisi ................................................................................ 57
D. Masa Kampanye Pemilu Parlementer ........................................................ 60
1. Bubarnya Kabinet Ali dan Menjadi Oposisi .......................................... 60
2. Kampanye Harian Rakjat Menjelang Pemilihan Anggota Parlemen ... 69
3. Sosialisasi Menjelang Pemilihan Umum................................................ 74
E. Kampanye Pemilihan Anggota Konstituante ............................................. 77
BAB IV HASIL PEMILU 1955 ........................................................................... 82
A. Jalannya Pemilihan Umum ........................................................................ 82
B. Pengaruh Harian Rakjat Pada Pemilihan Umum 1955 ............................. 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 94
A. Kesimpulan ................................................................................................ 94
B. Saran .......................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98
LAMPIRAN ........................................................................................................ 102

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.

Hasil Perolehan Suara Pemilu Parlemen……………………......... 84
Jumlah Perolehan Suara Pemilihan Parlemen dan Konstituante.. 88
Perbandingan Perolehan Suara PKI Pada Pemilu Parlemen dan
Konstituante di Berbagai Daerah………………………………. 90


xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.

Kolom Ruangan Wanita Harian Rakjat………………………
Seruan Untuk Mengumpulkan Donasi Kampanye PKI di
Harian Rakjat……………………………………………........
Pengumuman Daftar Calon PKI Dalam Harian Rakjat………
Karikatur Yang Menyindir Tingginya Harga Beras Masa
Pemerintahan Burhanuddin Harahap………………………….
Kolom “Sumbangan Kepada Propaganda Masjumi”………….
Contoh Biografi Singkat Calon PKI yang Terbit Di Harian
Rakjat………………………………………………………….
Contoh Iklan Kampanye PKI di Harian Rakjat Untuk Kaum
Tani……………………………………………………………
Contoh Iklan Kampanye PKI di Harian Rakjat Untuk
Pengusaha Nasional…………………………………………...
Iklan Kampanye PKI di Harian Rakjat……………………….
Contoh Komik Srip Pemilu Di Harian Rakjat………………..
Instruksi Menjelang Pemilu dari Harian Rakjat………………
Contoh Kolom “Kalau saudara memilih Masjumi”…………...
Contoh Kolom “Memilih Masjumi Berarti Memilih DI”……..
Contoh Iklan Kampanye Pemilu Konstituante PKI…………...
Karikatur Harian Rakjat yang Meledek Peroplehan Suara
Masjumi – PSI…………………………………………………

xv

19
46
56
64
68
70
71
71
72
75
76
79
79
80
85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Artikel “Pers dan Pemilihan Umum” Njoto…………………
Lampiran 2. Foto Presidium Kongres dan Anggota CC PKI Pada
Kongres Nasional Ke-V…………………………………......
Lampiran 3. Manifes Pemilihan Umum PKI yang Dimuat di Harian
Rakjat………………………………………………………
Lampiran 4. Pengumuman Daftar Calon “PKI dan Orang Tak Berpartai”
di Harian Rakjat……………………………………………..
Lampiran 5. Berita Tuduhan Kecurangan Masjumi Dalam Pemilu di
Harian Rakjat…......................................................................
Lampiran 6. Kampanye PKI di Kolom “Ruangan Wanita” Harian
Rakjat………………………………………………………...
Lampiran 7. Pengumuman Rencana Acara Kampanye PKI…………........
Lampiran 8. Contoh Berita Perolehan Suara Pemilu di Harian Rakjat…...

xvi

102
103
104
105
106
107
108
109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Periode 1950-an adalah masa yang penting dalam sejarah politik bangsa
Indonesia. Dinamika politik yang terjadi di masa Demokrasi Liberal itu banyak
mempengaruhi kondisi Indonesia di masa setelahnya. Sayangnya, masih sedikit
kajian mengenai periode ini. Bahkan Mc Vey menyebutnya sebagai dekade yang
hilang (diseppearing decade)1.
Pada masa ini, sistem demokrasi di Indonesia berkembang dengan pesat.
Salah satu tandanya adalah keberhasilan pemerintah menyelenggarakan pemilihan
umum (pemilu) nasional pertama di Indonesia. Pemilu ini diselenggarakan pada
tahun 1955 dalam 2 tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada 29 September 1955
yang bertujuan untuk memilih anggota Parlemen. Tahap kedua diselenggarakan
pada tanggal 15 Desember 1955 dengan agenda pemilihan anggota Konstituante.
Suksesnya penyelenggaraan pemilu ini adalah suatu prestasi yang besar bagi
pemerintah. Tingginya tensi di antara partai-partai politik pada masa ini tidak
menghalangi diselenggarakannya pesta demokrasi ini dengan aman. Selain itu,

Adrian Vickers. “Mengapa Tahun 1950-an Penting Bagi Kajian Indonesia”. Dalam
Henk Schulte Nordholt; Bambang Purwanto; dan Ratna Saptari (ed.). 2008. Perspektif
Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta: KITLV-Jakarta dan Yayasan Obor Indonesia.
Hlm:68.
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

tingginya tingkat partisipasi masyarakat pada pemilu ini menandakan tingginya
antusiasme dan kesadaran warga akan pentingnya kegiatan tersebut.
Hasil dari pemilu nasional pertama ini di luar dugaan banyak orang. Salah
satunya adalah prestasi gemilang yang diraih oleh Partai Komunis Indonesia
(PKI) pada ajang ini. Prestasi ini menakjubkan mengingat hasil ini diraih hanya
sekitar 7 tahun pasca peristiwa Madiun yang membuat mereka kehilangan banyak
pemimpin dan anggotanya dan sekaligus mencoreng reputasi partai.
Untuk mencapai prestasi tersebut bukanlah perkara yang mudah bagi PKI.
Mereka harus menghadapi berbagai rintangan, salah satunya adalah memperbaiki
citra partai yang rusak di mata masyarakat setelah peristiwa Madiun 1948. Partai
ini gencar berkampanye dengan menggunakan seluruh sumber daya yang mereka
punya, salah satunya adalah media massa.
Pada tahun 1953, PKI membeli surat kabar Harian Rakjat. Mereka
kemudian menempatkannya di bawah Departemen Agitasi dan Propaganda partai.
Sejak saat itu, harian tersebut menjadi corong propaganda partai, baik untuk
menyebarkan program atau pernyataan resmi partai dan organisasi sayapnya,
hingga menyerang musuh-musuh politik mereka.
Pada saat masa kampanye Pemilu 1955, Harian Rakjat juga turut aktif
dalam usaha memenangkan PKI dalam ajang tersebut. Berbagai peranan penting
dijalankan oleh surat kabar ini, membuatnya sebagai salah satu tulang punggung
partai pada masa kampanye. Melalui artikel-artikel yang dimuat, harian ini
berusaha memperbaiki citra partai di masyarakat sekaligus menyebarkan isu-isu
negatif yang menyerang musuh-musuh politiknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan membahas mengenai penggunaan surat kabar Harian
Rakjat sebagai media kampanye PKI dalam pemilu nasional tahun 1955.
Penelitian ini akan membatasi pembahasan pada artikel-artikel propaganda di
surat kabar ini yang digunakan untuk menyerang musuh-musuh politik PKI dan
menarik suara masyarakat dalam pemilu 1955.
Periode penelitian mencakup tahun 1954 hingga 1955. Pada Maret 1954,
PKI mengadakan Kongres Nasional ke-V yang salah satu pokok bahasannya
adalah manifes pemilihan umum partai. Manifes ini menggambarkan garis besar
kebijakan kampanye PKI untuk menghadapi Pemilu 1955. Kongres nasional
tersebut juga menjadi tanda dimulainya masa kampanye PKI untuk pemilu 1955
yang akan datang. Tahun 1955 menjadi akhir dari periode penelitian karena pada
tahun ini diadakan pemilu nasional pertama di Indonesia. Pemilu ini diadakan
dalam dua tahap. Tahap pertama diadakan pada tanggal 29 September 1955
dengan agenda pemilihan anggota Dewan Legislatif. Pada pemilu tahap kedua
yang diadakan tanggal 15 Desember 1955 diadakan pemilihan anggota
Konstituante.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Peran apa yang dimainkan oleh Harian Rakjat dalam kampanye PKI pada
pemilu 1955?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

2. Isu apa saja yang digunakan surat kabar ini untuk menggalang suara serta
menyerang partai lainnya?
3. Seberapa pentingnya peranan Harian Rakjat atas prestasi yang diraih oleh PKI
pada pemilihan umum tersebut?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan bagaimana Harian Rakjat sebagai alat kampanye PKI pada
Pemilu 1955.
2. Menjelaskan isu-isu yang digunakan kedua media untuk menggalang suara
partai dan menjatuhkan partai lainnya pada pemilu tersebut.
3. Menjelaskan dampak dari kampanye Harian Rakjat atas kesuksesan PKI
pada pemilu tersebut.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas pengetahuan
masyarakat mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia pada periode 1950an melalui sudut pandang pers. Penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong
para peneliti dan pemerhati sejarah Indonesia untuk meneliti lebih dalam sejarah
Indonesia pada periode 1950-an yang selama ini masih jarang dibahas. Di
samping itu, penelitian ini memberikan bahan refleksi pemilihan umum di masa
kontemporer, khususnya tentang penggunaan media massa oleh partai politik
untuk berpropaganda dan berkampanye.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

F. Kajian Pustaka
Buku berjudul “The Indonesian Elections of 1955” karya Herberth Feith
membahas tentang Pemilu 1955 di Indonesia.2 Buku ini menyoroti persaingan
partai-partai pada masa kampanye dan juga membahas hasil dari pemilihan umum
tersebut. Hanya saja, buku ini tidak membahas secara detail mengenai
penggunaan media massa sebagai alat kampanye partai politik pada pemilu
tersebut.
Penelitian lain terkait dengan perkembangan demokrasi dan politik di
Indonesia pada periode 1950-an dilakukan oleh Tri Basuki.3 Ia meneliti terkait
dengan dinamika politik di Yogyakarta dalam pemilu tahun 1955. Dalam
penelitian ini, ia menyoroti persaingan dan konflik antara 4 partai besar (PNI,
PKI, Masyumi, dan NU) selama pemilu tahun 1955 di Yogyakarta. Keempat
partai tersebut saling bersaing untuk mendapatkan suara dengan “menjual”
ideologi mereka. Akan tetapi dalam karayanya ini, Basuki justru kurang
menyoroti contoh-contoh konkrit terkait dengan konflik-konflik antar partai di
Yogyakarta selama masa kampanye untuk pemilu tahun 1955 tersebut. Ia lebih
menyoroti pertentangan ideologi antara keempat partai tersebut ketimbang
membahas contoh peristiwa yang konkrit.

2

Herbert Feith. 1971. The Indonesian Elections of 1955. Ithaca: Southeast Asia
Program Cornell University.
Tri Basuki. “Dinamika Persaingan Empat Partai Besar (PKI, PNI, Masyumi, dan
NU) Dalam Pemilihan Umum 1955 Di Yogyakarta”. Yogyakarta: Mozaik, Sejarah
Indonesia Vol 1 No. 2, 2016.
3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Tsabit Azinar Ahmad menulis tentang kampanye dan pertarungan politik di
Jawa Tengah menjelang pemilu tahun 1955.4 Dalam penelitian ini ia juga
menjelaskan perang wacana antar partai melalui surat kabar menjelang pemilu
tahun 1955. Perang wacana melalui surat kabar ini dilakukan dalam rangka
persaingan antar partai untuk menyebarkan ideologinya dan meraup suara sebesarbesarnya.
Selanjutnya adalah skripsi karya Luh Putu Ayu Riska Widarmiati yang
berjudul “Latar Belakang Suksesnya PKI Di Indonesia Tahun 1955-1962 Studi
Kasus Di Balik Keberhasilan PKI Pada Pemilu 1955”.5 Dalam skripsi ini dibahas
mengenai latar belakang dan strategi kesuksesan PKI untuk bangkit kembali pasca
peristiwa Madiun tahun 1948. Keberhasilan PKI untuk bangkit kembali pada
periode ini tercermin dalam keberhasilan mereka meraih peringkat keempat dalam
pemilu tahun 1955. Penelitian ini menyoroti langkah-langkah dan strategi PKI
untuk memperkuat kembali basis massa mereka dan meraih kemenangan.
Penelitian Barep Rifaldi Chandra Perdana yang berjudul “Strategi
Pemenangan Partai Komunis Indonesia Pada Pemilu Tahun 1955 Di
Yogyakarta”6 membahas strategi dan cara-cara yang digunakan PKI untuk

Tsabit Azinar Ahmad. “Kampanye Dan Pertarungan Politik Di Jawa Tengah
Menjelang Pemilihan Umum 1955”. Semarang: Paramita Vol 26 No.1, 2016. E-ISSN:
2407-5825.
4

Luh Putu Ayu Riska Widarmiati. “Latar Belakang Suksesnya PKI Di Indonesia
Tahun 1955-1962 Studi Kasus Di Balik Keberhasilan PKI Pada Pemilu 1955”. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,
2006.
5

Barep Rifaldi Chandra Perdana. “Strategi Pemenangan Partai Komunis Indonesia
Pada Pemilu Tahun 1955 Di Yogyakarta”. Yogyakarta: Mozaik, Sejarah Indonesia Vol 2
No. 1, 2016.
6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

membangkitkan kembali partai tersebut karena Peristiwa Madiun 1948. Sekilas
tulisan ini memang mirip dengan Luh Putu Ayu Riska Widarmiati. Akan tetapi,
setidaknya ada 2 perbedaan mendasar pada kedua tulisan tersebut. Perbedaan yang
pertama adalah scope temporal keduanya. Karya Barep fokus pada strategi PKI
untuk bangkit kembali pada pemilu tahun 1955. Karya Luh Putu Riska berokus
pada strategi-strategi politik PKI untuk membangun kembali basis massa mereka
pasca Peristiwa Madiun, dimulai dari usaha-usaha pembangunan kembali partai
tersebut hingga periode awal Demokrasi Terpimpin. Perbedaan selanjutnya adalah
scope spasial keduanya. Barep membatasi ruang lingkup tempatnya pada daerah
Yogyakarta, sedangkan penelitian Riska memiliki ruang lingkup tempat yang
lebih luas, yakni Indonesia.
Penelitian berjudul “Partai Lokal Dalam Pemilu 1955 (Gerinda Dalam
Pemilihan Umum 1955 di Yogyakarta)” karya Sawitri Tri Prabawati adalah suatu
karya yang sangat menarik.7 Dalam karyanya ini, Sawitri menuliskan sepak
terjang Partai Gerakan Rakyat Indonesia (Gerinda) dalam pemilu 1955. Partai
Gerinda adalah sebuah partai lokal di Yogyakarta dan sekitarnya. Partai Gerinda
ini berasal dari suatu organisasi bernama Pakempalan Kawulan Ngayogyakarta
(PKN) yang didirikan pada tahun 1930. PKN kemudian berubah nama menjadi
Perkumpulan Rakyat Jogjakarta (PRJ) pada tahun 1942. Perkumpulan ini

7

Sawitri Tri Prabawati. Partai Lokal Dalam Pemilu 1955 (Gerinda Dalam Pemilihan
Umum 1955 di Yogyakarta). http://sejarah.fib.uns.ac.id/media/3.%20Bu%20Witri-editOK.pdf. Diakses pada 5 April 2017 pukul 17.17.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

kemudian dibubarkan pada masa penjajahan Jepang karena kebijakan Jepang yang
melarang seluruh organisasi politik kecuali yang dibentuk oleh Jepang sendiri.
Bekas anggota PKN dan PRJ yang masih setia kemudian mendirikan kembali
organisasinya dengan nama Gerakan Rakyat Indonesia (Gerinda) sebagai salah
satu partai politik lokal di Yogyakarta dan sekitarnya.
Karya lain terkait dengan periode ini adalah Partai Nasional Indonesia Pada
Pemilihan Umum Tahun 1955 Di Semarang karya Aryani Dewantarina.8 Karya
ini membahas sepak terjang PNI selama pemilu tahun 1955 di Semarang. PNI
yang berideologi Marhaenis berkeliling kota Semarang guna menyebarkan
ideologinya dan program-program mereka untuk memperoleh suara masyarakat
dalam pemilu tahun 1955.
Tulisan berjudul Mobilisasi Massa Partai Melalui Seni Pertunjukan Reog
Di Ponorogo Tahun 1950-1980 karya Sururil Mukarromah dan Sinta Devi I.S.R.9
membahas penggunaan kesenian Reog Ponorogo oleh partai-partai politik untuk
menarik perhatian dan simpati masyarakat kepada mereka. Hal ini sudah
dilakukan oleh partai-partai seperti PKI, NU, dan PNI. Penggunaan kesenian
tersebut ternyata menjadi strategi efektif untuk meraih suara rakyat. Pada pemilu
tahun 1955, PKI yang “menguasai” kesenian tersebut berhasil mengumpulkan

Aryani Dewantarina. “Partai Nasional Indonesia Pada Pemilihan Umum Tahun
1955 Di Semarang”. Semarang: Journal of Indonesian History Vol 1 No. 2, 2012.
8

Sururil Mukarromah dan Sinta Devi I.S.R., “Mobilisasi Massa Partai Melalui Seni
Pertunjukan Reog Di Ponorogo Tahun 1950-1980”. Surabaya: Verleden Vol. 1 No. 1,
2012. ISSN 2301-8127.
9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

suara terbanyak. Hal ini menandakan seberapa ampuhnya penggunaan kesenian
dalam meraih suara masyarakat.
Ria Sovi Revianti dan Muryadi dalam karyanya yang berjudul Partisipasi
Politik GP Anshor Cabang Sidoarjo Dalam Pemilu Tahun 1953-1955 membahas
sepak terjang GP Anshor, khususnya cabang Sidoarjo, selama pemilu tahun
1955.10 GP Anshor sebagai sebuah organisasi pemuda yang berafiliasi dengan NU
tentu memiliki peranan penting dalam keberhasilan NU pada pemilu 1955.
Mereka ikut membantu kampanye dalam rangka mencari dukungan masyarakat
untuk memenangkan pemilu 1955.
Buku karya Muhammad Zulfikar berjudul “Politik Surat Kabar Berebut
Wacana Antara Harian Rakjat Dengan Abadi 1952-1955” membahas
pertaruangan wacana antara Abadi dan Harian Rakjat. Buku ini membahas
penggunaan kedua surat kabar tersebut oleh Masjumi dan PKI untuk
berpropaganda dan saling menyerang satu dengan yang lain. Hanya saja, buku ini
berfokus pada pertarungan wacana antara kedua surat kabar itu dan kurang
membahas pada peranan kedua surat kabar tersebut pada kampanye pemilihan
umum 1955 secara keseluruhan.11
Dari karya-karya tersebut, kebanyakan menyoroti masalah dinamika politik
serta pertarungan antar partai politik selama periode 1950-an. Sedangkan
penelitian mengenai pers lebih banyak meyoroti hubungan antara pers dan

10

Muryadi dan Ria Sovi Revianti. Partisipasi Politik GP Anshor Cabang Sidoarjo
Dalam Pemilu Tahun 1953-1955. Surabaya: Verleden, Vol. 2 No. 2, 2016. ISSN 23018127.
11

Muhammad Zulkifar. 2018. Politik Surat Kabar: Berebut Wacana Harian Rakjat
Dengan Abadi 1952-1955. Jakarta: Respublica Institute.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

pemerintah. Karya I Wayan Artika cukup menarik karena membahas karya sastra
yang digunakan sebagai sarana penyebaran ideologi politik kelompok tertentu.
Berbeda dengan karya lainnya, penelitian ini berusaha untuk melihat bagaimana
Harian Rakjat berperan sebagai media kampanye PKI untuk memenangkan
Pemilu 1955.

G. Landasan Teori
Penelitian ini berusaha menganalisis kampanye Pemilu 1955 dari perspektif
pers. Dalam arti sempit, pers berarti media cetak.12 Menurut KBBI, media cetak
adalah sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti
surat kabar, majalah.13
Harian Rakjat adalah salah satu pers milik PKI. Sebagai organ pers milik
partai komunis, surat kabar ini mengacu pada pers di negara-negara komunis
lainnya, salah satunya adalah Uni Soviet. Menurut Hachten, pers komunis adalah
media massa yang menjadi bagian dari pemerintah atau partai politik [komunis].
Menurutnya, tujuan dari pers komunis menekankan pada penyebaran pandangan
dan kebijakan pejabat; serta memobilisasi dukungan untuk kemajuan nasional.14
Pemilu dan kampanye politik merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Menurut KBBI, kampanye dapat diartikan sebagai kegiatan yang

I Gusti Ngurah Putra. “Demokrasi dan Kinerja Pers Indonesia”. Yogyakarta: Jurnal
Komunikasi Vol. 3, No. 2, Juni 2004. ISSN: 2548-8643. Hlm: 131.
12

13

KBBI Edisi V versi luring. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses pada 15 Januari 2019.
14

Hachten dalam Zainal Abidin Achmad. 2014. Perbandingan Sistem Pers dan
Sistem Pers di Indonesia. Surabaya: Lutfansah. Hlm: 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan
kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa
pemilih dalam suatu pemungutan suara.15 Pada pasal 1 ayat 35 Undang-Undang
No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum menyebutkan bahwa Kampanye
Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu atau pihak yang lain ditunjuk oleh Peserta
Pemilu untuk meyakinkan Pemilih dengan menawarkan visi, misi, program
dan/atau citra diri Peserta Pemilu.16 Menurut Arnold Steinberg, kampanye politik
adalah suatu usaha yang terkelola, terorganisir untuk mengikhtiarkan orang
dicalonkan, dipilih, atau dipilih kembali dalam suatu jabatan resmi.17
Pada dasarnya kampanye dibagi menjadi tiga, yakni kampanye positif,
kampanye negatif, dan kampanye hitam. Kampanye positif adalah bentuk
kampanye yang mengedepankan kata-kata hiperbolis yang bertujuan mengenalkan
calon pemimpin atau presiden secara pribadi, baik program kerja dan visi misinya.
Sedangkan kampanye negatif adalah kampanye yang memberikan informasiinformasi negatif mengenai kapabilitas, rekam jejak dari lawan politik
berdasarkan fakta yang relevan. Kampanye hitam adalah model kampanye yang
berisi kebohongan dan fitnah. 18

15

KBBI Daring. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kampanye. Diakses pada 20 Okt
2018 pukul : 14.32.
16

UU No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. https://rumahpemilu.org/wpcontent/uploads/2017/08/UU-No.7-Tahun-2017-tentang-Pemilu.pdf. Diakses pada 20 Okt
2018 pukul: 15.00.
17

Arnold Steinberg. 1981. Kampanye Politik Dalam Praktek. Penerjemah: M.
Sidarto. Jakarta: PT Intermasa. Hlm: 2.
18

Bambang Arianto. 2017. Kampanye Politik Digital, Kampanye Kreatif, Media
Sosial, Jasmev 2014, Demokrasi, Ekspektasi Politik. Tesis. Yogyakarta: S2 Politik dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Dalam penelitian ini, peneliti hanya membagi jenis kampanye menjadi dua,
yakni kampanye positif dan kampanye negatif. Kampanye hitam akan dimasukkan
sebagai bagian dari kampanye negatif dengan pertimbangan bahwa keduanya
sama-sama bertujuan untuk menjatuhkan musuh politik.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian sejarah. Metode
penelitian sejarah dibagi ke dalam 4 tahapan, yakni (1) heuristik atau
pengumpulan sumber, (2) kritik sumber, (3) interpretasi atau analisis, dan (4)
historiografi atau penulisan sejarah. Data disajikan dalam bentuk kualitatif. Data
yang digunakan berupa arsip koran Harian Rakjat tahun 1954-1955 yang
ditemukan pada koleksi microfilm Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
disertai dengan sumber-sumber sekunder dan tersier untuk melengkapinya. Data
kualitatif tetap dibutuhkan untuk melihat jumlah oplah surat kabar ini serta jumlah
suara yang diraih oleh PKI pada Pemilu 1955.

I. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi 5 bab. Bab pertama membahas latar belakang
penelitian, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
landasan teori, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab
kedua membahas sejarah singkat PKI pasca Peristiwa Madiun 1948, sejarah
Pemerintahan
Universitas
Gadjah
Mada.
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&
act=view&typ=html&buku_id=106592&obyek_id=4. Diakses pada 8 Januari 2019.
Pukul: 16.00.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

singkat Harian Rakjat, dan Njoto, tokoh dibalik Harian Rakjat. Bab ketiga
membahas tentang kampanye PKI di Harian Rakjat pada periode 1954-1955. Bab
keempat membahas hasil pemilu yang diraih oleh PKI dan seberapa besarnya
peranan Harian Rakjat pada kemenangan yang diraih oleh partai ini. Bab kelima
berisi kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
PKI DAN HARIAN RAKJAT

A. Membangkitkan Kembali Partai
Kekalahan PKI di Madiun tahun 1948 telah menghancurkan partai ini. Para
pemimpinnya seperti Musso dan Amir Sjarifoeddin mati bersama dengan ribuan
anggota lainnya. Sekitar 35.000 orang juga ditangkap karena terlibat peristiwa
ini.1 Para pemimpin yang tersisa terpaksa melarikan diri dan bersembunyi dari
kejaran apparat pemerintah.
Revolusi Madiun 1948 ini tidak menyebabkan PKI dilarang oleh
pemerintah. Pada September 1949, Alimin – salah seorang tokoh senior di PKI –
berusaha membangun kembali partai dengan cara konsolidasi terbatas. Keputusan
Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk melegalkan PKI disambut
dengan pengumuman susunan sekretariat CC PKI. Di bawah pimpinan Alimin,
partai ini menjadi partai ekslusif.2
Disaat yang sama, Aidit, Lukman, Sudisman, dan Njoto juga berusaha
membangun kembali partai ini di Jakarta. Pendekatan yang digunakan oleh tokohtokoh muda ini berbeda dengan Alimin. Mereka ingin membangun kembali PKI

1

M.C. Ricklefs. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta. Hlm: 483.
2

Fadrik Aziz Firdausi. 2017. Njoto: Biografi Pemikiran 1951-1965. Tangerang
Selatan: CV. Margin Kiri. Hlm: 27.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

sebagai partai massa dan memposisikan diri sebagai pelantang konsepsi Jalan
Baru Musso.3
Dualisme kepemimpinan partai ini berakhir pada tahun 1951, ketika Aidit
dan tokoh-tokoh muda secara resmi mengambilalih kekuasaan politbiro dari
golongan tua. Di bawah kepemimpinan kelompok muda, PKI menggunakan
strategi bari : Front Persatuan Nasional untuk membangun partai yang berbasiskan
massa. Strategi ini berarti PKI membuka diri untuk bekerjasama dengan partaipartai lain, terutama yang tidak secara prinsipiil atau tegas anti-komunis. PKI juga
berusaha untuk memperluas basis masa mereka ke berbagai kelompok sosial
dengan mendirikan berbagai organisasi massa, seperti SOBSI (buruh), BTI
(petani), Gerwani (wanita), Pemuda Rakjat (pemuda), dan Lekra (seniman).4
Menurut Ricklefs, strategi baru yang dijalankan oleh PKI ini menyimpang dari
teori Marxis-Leninis yang konvensional yang ia gambarkan sebagai berikut:
“…. Strategi partai ini berselubung dalam terminologi Marxis-Leninis yang
menyembunyikan penyimpangan dari teori Marxis-Leninis yang konvensional.
Di dalam uraian-uraian Aidit, orientasi politiklah yang menjadi faktor penentu
kelas sosial, bukannya kelas sosial itu sendiri yang menentukan orientasi politik.
Jadi, dia menyatakan bahwa kaum komunis dapat bekerja sama dengan kaum
borjuis kecil-kecilan dan kaum borjuis nasional melawan kelas borjuis
komprador dan kelas feodal. Akan tetapi, partai politik utama yang didukung
oleh kaum borjuis pribumi adalah Masyumi yang para pemimpinnya bersikap
anti komunis. Oleh karena itu, Masyumi, bersama-sama dengan PSI, dicap
sebagai partai kaum borjuis komprador. PNI, yang lebih bersifat birokratis
(malah dalam beberapa hal “feodal”) daripada borjuis, ternyata lebih dapat
menerima rayuan PKI dan, oleh karenanya, PMI diidentifikasikan oleh Aidit
sebagai partai kaum borjuis nasional…”5

3

Ibid., hlm: 27-29.

4

G. Moedjanto. 1988. Indonesia Abad Ke-20 Jilid 2: Dari Perang Kemerdekaan
Pertama Sampai Pelita III. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hlm: 133-134.
5

M.C. Ricklefs, op. cit., hlm: 501-502.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Lebih lanjut lagi Ricklefs menyebut bahwa strategi PKI ini bersifat defensif.
Usaha ini memang berhasil mempertahankan PKI selama hamper 15 tahun, tetapi
strategi ini dinilai lebih mementingkan masa depan PKI sebagai organisasi,
disbanding masa depan kelas buruh atau komunisme sebagai ideologi politik.6
Meskipun demikian, strategi yang dimainkan partai ini telah berhasil menjadikan
PKI menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia.

B. Sejarah Singkat Harian Rakjat
Pada Januari 1951, Siauw Giok Tjhan – seorang jurnalis senior dan pendiri
Sunday Courier- menerbitkan majalah mingguan bernama Suara Rakjat. Pada
bulan Juli, majalah ini berubah menjadi surat kabar dengan nama Harian Rakjat.
Pada masa ini, Harian Rakjat belumlah menjadi organ propaganda dari PKI. Akan
tetapi, keterlibatan Njoto – salah satu petinggi PKI – dalam dewan redaksi koran
ini membuat berita-berita kegiatan PKI dimuat dalam koran ini.7
Harian Rakjat memiliki cakupan distribusi yang cukup luas di kota-kota
besar di Jawa dan Sumatra. Akan tetapi, luasnya distribusi koran ini tidak dapat
membuat keuntungan yang besar bagi koran tersebut. Di tengah masalah kesulitan
pendanaan, Siauw Giok Tjhan mulai berpikir untuk menjual perusahaan
penerbitan tersebut.8

6

Ibid., hlm:502.

7

Muhammad Zulkifar. 2018. Politik Surat Kabar: Berebut Wacana Harian Rakjat
Dengan Abadi 1952-1955. Jakarta: Respublica Institute. Hlm: 25-26.
8

Fadrik Aziz Firdausi, op. cit., hlm: 37-38.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Niatan Siauw Giok Tjhan untuk menjual Harian Rakjat dilihat PKI sebagai
sebuah kesempatan yang besar. PKI memang telah mengincar Harian Rakjat
untuk dijadikan media propaganda partai. Kebutuhan PKI akan media massa
sebagai alat agitasi partai tidak dapat terlepas dari strategi partai saat itu. Fadrik
Aziz Firdausi menyebutkan:
“… Pada dekade 1950an, PKI dibangun sebagai partai komunis berbasis massa.
PKI memasifkan agitasi dan propagandanya kepada kaum proletar di kota dan
kalangan petani miskin di daerah-daerah perkebunan. PKI juga membangun aliansi
lebar yang menyatukan golongan buruh, petani, borjuasi kecil, dan borjuasi
nasionalis. Dari komposisi yang demikian itu, aliansi ini jelas melebihi batas-batas
partai dan ideologinya. Karena itu, dalam mengelola massa yang nisbi heterogen itu,
diperlukan suatu media untuk diseminasi ideologi dan penerangan politik.”9

Penggunaan media cetak untuk memperkuat organisasi dan ideologi partai
ini sebenarnya sudah dimulai dengan penerbitan kembali Bintang Merah pada 15
Agustus 1950. Bintang Merah merupakan sebuah majalah politik tempat para
pimpinan PKI menuangkan gagasan ideologi mereka. Akan tetapi, Bintang Merah
merupakan sebuah jurnal politik serius.10 PKI membutuhkan media massa lainnya
untuk memperluas pengaruh mereka ke berbagai golongan. Surat kabar
merupakan media yang tepat untuk tujuan PKI tersebut.
PKI memanfaatkan kedekatan Njoto dan Siauw Giok Tjhan untuk
memperlancar proses pembelian Harian Rakjat. Pada penghujung Oktober 1953,
Harian Rakjat secara resmi diakuisisi oleh partai komunis tersebut.11 PKI

9

Ibid., hlm: 75.

10

Pembahasan mengenai Bintang Merah dapat dibaca di Rhoma Dwi Aria Yuliantri.
“Bintang Merah: Dengan Jurnal Kembali Ke Atas Panggung”. Dalam Taufik Rahzen, et.
al. 2007. Seabad Pers Kebangsaan. Jakarta: I:Boekoe. Hlm: 518-520.
11

Fadrik Aziz Firdausi, op. cit., hlm: 38.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

menempatkan Harian Rakjat di bawah Departemen Agitasi dan Propaganda
partai. Pasca akuisisi ini, Njoto dipilih untuk menggantikan Siauw Giok Tjhan
untuk memimpin Harian Rakjat. Untuk menjalankan tugasnya mengelola surat
kabar ini, Njoto dibantu oleh Naibaho dan Supeno. Fungsi utama Harian Rakjat
bagi PKI adalah untuk membentuk opini publik supaya meyakini dan
mempraktikkan ide revolusi berbasiskan perjuangan kelas.12
Sebagai alat propaganda partai, Harian Rakjat mengembangkan gaya
jurnalisme yang bersifat agresif. Mereka tidak takut untuk menyerang dan
memukul langsung lawan-lawan politiknya. Rhoma menyebut gaya jurnalisme
Harian Rakjat sebagai “jurnalisme konfrontasi dengan bahasa yang meledak,
tembak langsung, jambak, sikat, dan pukul di tempat”.13 Gaya jurnalisme dan
bahasa yang digunakan oleh harian ini tidak terlepas dari target pembaca mereka.
Surat kabar tersebut menargetkan pembacanya dari berbagai golongan, termasuk
buruh dan petani yang tingkat pendidikannya cenderung rendah. Gaya bahasa
yang lugas, tidak bertele-tele, dan terkadang cenderung kasar digunakan supaya
para pembaca dapat dengan mudah memahami informasi yang hendak mereka
sampaikan.
Konten dalam surat kabar Harian Rakjat cukup beragam, meliputi berita
nasional, berita daerah, berita internasional, editorial, kolom Komentar Ketjil,
kolom Bisikan, kolom kebudayaan, HR Muda, Ruangan Wanita, dan berita

12

Kerry William Groves. 1983. Harian Rakjat, Daily Newspaper of the Communist
Party of Indonesia – Its History and Role. Tesis. Faculty of Asian Studies, Australia
National University. Hlm: 31.
Rhoma Dwi Aria Yuliantri. “Harian Rakjat : Di Bawah Pukulan dan Sabetan Palu
Arit”. Dalam Taufik Rahzen, et. al., op. cit., hlm: 700.
13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

olahraga. Berita-berita yang disampaikan kebanyakan berupa berita politik dan
berita pergerakan buruh dan tani. Harian Rakjat juga memuat berita-berita
tentang kegiatan-kegiatan PKI maupun organisasi-organisasi yang berafiliasi
dengan partai tersebut, seperti SOBSI dan Gerwani. Setiap hari Sabtu Harian
Rakjat juga memuat kolom yang berisi rangkuman kejadian selama seminggu
dalam bentuk karikatur yang dilengkapi dengan keterangan singkat di bawahnya.
Tidak jarang kolom ini juga digunakan untuk propaganda dan menyindir musuhmusuh politik mereka.

Gambar 1. Kolom Ruangan Wanita Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 29 Desember 1954)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Sirkulasi Harian Rakjat juga terus membaik. Pada tahun 1951, tiras Harian
Rakjat sebanyak 2.000 perhari.14 Pada tahun 1954, oplah surat kabar ini
berkembang menjadi 15.000 eksemplar.15 Akan tetapi, perkembangan oplah ini
nampaknya masih jauh dari harapan. Dalam artikel berjudul “Berjuang Dalam
Pers” Njoto mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap oplah koran ini:
“….15.000! Memang angka ini boleh dibilang besar. Tetapi, besar dibandingkan
dengan mana! Dibandingkan dengan djumlah harian2lain, ja. Tetapi djika
dibandingkan dengan Rakjat jang terorganisasi, belum apa2. Ambil sadjalah Sobsi.
Anggotanja lebih dari 2.500.000. Djika tiap lima puluh anggota Sobsi berlengganan
1 lembar sadja Harian Rakjat, Harian Rakjat ini sudah harus beroplah 50.000!
Kapan angka ini akan kita tjapai? Toh kita harus mentjapainja! Belum lagi
terhitung anggota2 BTI, anggota2 Pemuda Rakjat, anggota2 organisasi2
demokratis lainnja, dan belum dihitung sama sekali orang2 jang tidak
terorganisasi.”16

Oplah Harian Rakjat sebesar 15.000 tidak menunjukkan jumlah pembaca
surat kabar tersebut. Menurut Njoto, setiap eksemplar Harian Rakjat dapat dibaca
oleh 5-7 orang17, yang berarti setidaknya ada 75.000 pembaca surat kabar ini.
Untuk meningkatkan jumlah pembaca dan oplah Harian Rakjat, surat kabar ini
juga melibatkan massa. Pada tanggal 18 Oktober 1955, dimuat artikel pengalaman
Herry – salah seorang pembaca – yang turut aktif dalam penyebaran informasi

14

Kerry William Groves, op. cit., hlm: 110.

Njoto. “Berjuang Dalam Pers”. Harian Rakjat 25 Februari 1954 dalam Fadrik Aziz
Firdausi, op.cit., hlm:158.
15

16
17

Ibid., hlm: 160.

Ibid. Hlm: 159. Menurut Kerry William Groves berdasarkan pada pernyataan
Naibaho tahun 1963 mengenai jumlah pembaca dan dibandingkan dengan perkiraan
jumlah oplah Harian Rakjat waktu itu, maka setiap koran hanya dibaca sebanyak 3 orang.
Lihat Kerry William Groves, op. cit., hlm: 117.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Harian Rakjat. Herry menuliskan pengalamannya membawa dan menitipkan
Harian Rakjat miliknya ke kantin supaya koran itu dapat dibaca oleh orang lain.18
Contoh lain juga dapat dilihat dari tulisan Husin, seorang pelanggan Harian
Rakjat di Tanah Abang, yang diterbitkan pada tanggal 20 Oktober 1955. Ia
membawa Harian Rakjat ke tetangga-tetangganya supaya mereka dapat membaca
informasi yang diberitakan harian ini. Para tetangganya tertarik karena ingin
mengikuti info mengenai hasil pemilu, akan tetapi mereka kemudian mulai
membeli Harian Rakjat, baik membelinya secara eceran maupun berlangganan.
Menariknya, Husin juga bercerita bahwa:
“Tetapi lama-kelamaan, merekaterus senang djuga membatja tulisan2 lainnja
dalam Harian Rakjat. Mereka senang, ‘tjotjok buat hati saja’, kata mereka. Saja
tidak tahu apa sebenarnja jang ditusuknja dalam pemungutan suara, sebab saja
djuga tidak mau tanja. Tetapi, rupa2nja jang satu pilih Masjumi, jang satu lagi
Partai Buruh, satu lagi PNI, dan menurut dugaan saja jang dua Palu Arit. Tetapi
semuanja setiap sore ikut membatja Harian Rakjat”.19

Pernyataan Husin tersebut mengindikasikan bahwa pembaca Harian Rakjat
tidak hanya terbatas pada kalangan anggota PKI atau simpatisan partai tersebut
saja, melainkan juga simpatisan partai lainnya.
Organisasi-organisasi yang dekat dengan PKI juga berperan penting dalam
meningkatkan pembaca Harian Rakjat. Organisasi seperti Gerwani memiliki
program untuk memberantas buta huruf di masyarakat. Harian Rakjat menjadi
salah satu bahan bacaan yang digunakan dalam program ini.20

Pindjamkan HR Kita Kepada Orang2 JangTidak Berlangganan. Harian Rakjat 18
Oktober 1955. Hlm: 2.
18

19

Tetangga Saja Djuga Langganan HR. Harian Rakjat 20 Oktober 1955. Hlm: 2.

20

Muhammad Zulfikar, op.cit., hlm: 35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

C. Njoto: Tokoh di Balik Harian Rakjat
Njoto lahir di Jember pada tanggal 17 Januari 1927. Ia adalah anak sulung
dari pasangan Rustandar Sosrohartono dan Masalmah. Ayahnya adalah seorang
pedagang batik dan jamu, tetapi ia juga aktif sebagai anggota PKI sejak tahun
1920-an.

Toko miliknya –Yosobusono – di Bondowoso menjadi tempat

berkumpul bagi para aktivis pejuang kemerdekaan, termasuk yang pernah dibuang
ke Digul.21
Njoto sejak kecil telah bermimpi menjadi seorang jurnalis. Sabar
Anantaguna – salah seorang teman sekelas Njoto di MULO – mengingatnya
sebagai sesosok orang yang piawai menulis dan bergaul. Ia juga gemar bermain
musik dan menciptakan lagu.22
Ketertarikan Njoto akan ideologi komunisme dipengaruhi oleh rekan-rekan
ayahnya yang eks-digulis. Ia kemudian mengembangkan pengetahuannya
mengenai ideologi tersebut melalui buku-buku “kiri” yang ia baca, seperti karya
Karl Marx, Stalin, dan Lenin.
Menurut Peter Edman, Njoto telah aktif dalam gerakan komunis sejak usia
14 tahun, ia turut andil dalam berbagai kegiatan bawah tanah di Jawa Timur
selama masa pendudukan Jepang.23 Njoto juga turut serta dalam usaha perlucutan
senjata Jepang di Surabaya, Jember, dan Bangil. Ia juga terpilih menjadi anggota

21

Arif Zulkifli, dkk. 2010. Njoto Peniup Saksofon di Tengah Prahara. Jakarta:
Tempo dan Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm: 10.
22
23

Ibid., Hlm: 7-8.

Peter Edman dalam Julius Pour. 2011. Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan,
& Petualang. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hlm: 443-444.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada umur 16 tahun.24 Pada tahun 1948,
Njoto bergabung dalam Komisi Penterjemah PKI; di sini ia bertemu dengan Aidit
dan Lukman.25
Njoto memulai karirnya dalam dunia jurnalistik dengan menulis di dalam
majalah teori Bintang Merah pada tahun 1947. Ia kemudian bergabung dalam
redaksi harian Suara Ibu Kota yang dipimpin oleh Siauw Giok Tjhan.26 Di sinilah
kedekatan antara Njoto dan Siauw mulai dijalin. Pasca peristiwa Madiun 1948,
Njoto bersama dengan Aidit, Lukman, dan Peris Pardede membangkitkan kembali
Bintang Merah yang terbit perdana pada tanggal 15 Agustus 1950. Ia juga
bergabung ke dalam majalah mingguan Sunday Courier yang diterbitkan oleh
Siauw Giok Tjhan.27 Ketika Siauw Giok Tjhan menerbitkan majalah mingguan
Suara Rakjat yang kemudian berganti menjadi surat kabar Harian Rakjat, ia ikut
mengajak Njoto sebagai salah satu pembantunya untuk mengurus penerbitan ini.
Karena keterlibatan Njoto inilah berita-berita tentang PKI dapat masuk ke dalam
Harian Rakjat.28
Pada tahun 1953, Harian Rakjat dibeli oleh PKI. Njoto ditunjuk oleh partai
untuk menggantikan posisi Siauw Giok Tjhan dalam surat kabar ini. Ia kemudian
menjadi otak dari propaganda PKI dalam Harian Rakjat.

24

Arif Zulkifi, dkk., op. cit., hlm: 13. Menurut Joesoef Isak, Njoto harus memalsukan
umurnya lebih tua 2 tahun supaya dapat menjadi anggota KNIP.
25

Ibid., hlm: 15

26

Fadrik