RELEVANSI SISTEM PELAKSANAAN UJIAN AKHIR NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL (TELAH BERIFIKATIF ATAS PELAKSANAAN UJUAN AKHIR NASIONAL DENGAN UU NOMOR.20 TAHUN 2003) - Test Repository

  

RELEVANSI SISTEM PELAKSANAAN UJIAN AKHIR

NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN

NASIONAL

(Telaah Verifikatif atas Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional

Dengan UU Nomor. 20 Tahun 2003 )

  

SKRIPSI

  D iaju k an U n tu k M em p ero leh G e lar S arjan a P en d id ik an Islam (S .P D .I)

  D isu su n O leh:

  

FAHRONI

NIM. 11106074

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

  

SALATIGA

  NOTA PEMBIMBING Lamp : 2 (Dua) naskah Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Ketua STAIN Salatiga di- Salatiga Assalam u ’alaikum Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa: NAM A : FAHRONI NIM :11106074

  Program Studi : PENDIDIKAN AGAM A ISLAM Judul : RELEVANSI SISTEM PELAKSANAAN UJIAN

  NASIONAL TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN DALAM UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL NOM OR 20 TAHUN 2003 (telaah ferivikatif atas UU Sisdiknas N o 20 tahun 2003)

  Untuk diajuan dalam Sidang Munaqosyah skripsi.

  Demikian harap menjadi periksa.

  W assalamu ’alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 4 Agustus 2010 Nip. 196806131994031004

  KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

  

PENGESAHAN KELULUSAN

  Skripsi Saudari: FAHRONI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11106074 yang

  

berjudul RELEVANSI SISTEM PELAKSANAAN UJIAN AKHIR

NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL (Telaah

Verifikatif atas Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional Dengan UU Nomor. 20

Tahun 2003 ), telah dimunaqosyahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan

  Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa yang bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  Salatiga.08 Ramadhan 1431 H

  31 Agustus 2010 M

  

Panitia Sidang

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : FAHRONI

  11106074 NIM

  Jurusan : TARBIYAH Program Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 19 Agustus 2010 Yang menyatakan,

  FAHRONI NIM. 11106074

  

M O T T O

K fti^ a Seseorang Jfidup (Dengan Mem6angun Kfpercayaan M alfa <Di

SefeGGngnya Adalah Keindahan

  

A d i s ‘W ed

  PER SEM B A H A N Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

9t Kedua orangtua tercinta, Bapak Ahm ad, Ibu Siti Nurmah,

kakak ku Fahrudin dan adik termulia Malik Fajar. 9t Kepada m otivator hidup segenap keluarga m bah kusdi.

9? Kepada seseorang yang selalu m em buat penulis tersenyum,

di kala sedih, seseorang yang m em perjuangkan hidup demi kehidupan yang akan datang.

9t Segenap keluarga besar M bak Suli Kridanggo, yang selalu

memberi sem angat serta m em bantu dalam penulisan skripsi.

9t Teman sehidup semati, Misbahul Munir, Unsi Minan (Paijo), Muh

Ghufron Ikhsanuddin, Sunarso (Aseng), lek luco. 9? P em baca yang budim an.

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut nama Allah SWT Yang M aha Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi Allah semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

  Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan pada panutan umat Islam Nabi Muhammad SAW, anak kerabat dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama Islam.

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih k e p a d a :

  1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Ibu Prof. Dr. Mansur, M. Ag selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

  3. Kedua orang tuaku (Bapak Ahmad dan ibu Siti Nurmah) kakaku Fahrudin dan adikku M alik Fajar

  4. Keluarga besar Mbah Suli Kridanggo Salatiga yang selalu mendukung dan

  5. Seseorang yang berarti dalam hidup yang senantiasa selalu berkomitmen bersama

  6. Seluruh teman-teman Rental Kridanggo (Unsi Minan/ Paijo, Gufron/ Bro, Narso/ Aseng), Core Computer Klasemen (Misbahul Munir) yang setia menemani penulis belajar bersama.

  Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.

  Akhirnya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan supremasi hukum, khususnya dalam perkara perdata di Pengadilan Agama Salatiga.

  Salatiga, 16 Agustus 2010 Ttd,

  Penulis

  

ABSTRAK

  Fahrudin. 2010. Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujian A khir N asional Dengan

  Tujuan Pendidikan N asional (Telaah V erifika tif Atas Pelaksanaan Ujian A khir N asional D engan U U Nomor. 20 Tahun 2003 ). Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi

  Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Prof. Dr. Mansur M.Ag

  Kata Kunci : Relevansi, Ujian Nasional, Pendidikan Nasional, Penelitian ini merupakan tolak ukur dari penerapan sistem pelaksanaan ujian nasional terhadap tujuan pendidikan nasional. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana Tujuan Pendidikan Nasional M enurut UU Nomer 20 Tahun 2003? (2) Bagaimana Sistem Pelaksanaan Ujian Nasional M enurut Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005? Dan (3) Bagaimana

  Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujuan Nasional Dengan UU Nom er 20 Tahun 2003?

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode analitico- penulis maksudkan untuk merelevansikan antara obyek penelitian satu dengan obyek penelitian yang lain. Sedangkan tehnik analisis data peneliti menggunakan metode analisis data sebagai berikut: deduksi, induksi, dan sintesis.

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem ujian nasional dipaksakan setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah nom or 19 tahun 2005. Sedangkan jaw aban dari pertanyaan di atas yang sesuai dengan hasil penelitian di lapangan adalah sebagai berikut : (1) tujuan pendidikan nasional adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, (2) sistem pelaksanaan ujian nasional diatur dalam PP. N o 19 Tahun. (3) setelah melakukan penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem pelaksanaan ujian akhir nasional dengan tujuan pendidikan nasional sangat relevan.

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   BAB III iUJIAN NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

  

  

  

  

  

   BAB IV ANALISIS RELEVANSI SISTEM UJIAN AKHIR NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

BABI

PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan adalah sarana strategis pembangunan nasional melalui usaha dan proses peningkatan sumber daya manusia, agar diperoleh manusia yang berkualitas tinggi sesuai dengan cita-cita tujuan pendidikan nasionbal sehingga mampu berperan aktif sebagai subjek pembangunan. Hal ini termuat dalam Rumus Meningkatkan Mutu Pendidikan. (2009:12).

  Menyadari akan pentingnya pendidikan sebagai sarana strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga menjadi manusia Indonesia yang dapat membangun dirinya, keluarga masyarakat dan bangsa pada umumnya, maka pendidikan senantiasa menjadi tumpuan masyarakat bangsa dan negara saat ini dan di masa mendatang.

  Kontribusi sumber daya manusia sangat besar artinya terhadap tercapainya tujuan pembangunan nasional yakni masyarakat yang adil, makmur, yang merata dan sejahtera lahir dan batin. Itulah sebabnya masalah peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan di setiap jenjang dan tingkat pendidikan menjadi prioritas utama dalam pembangunan pendidikan.

  Keberhasilan pembangunan nasional sejak Peiita I sampai akhir Pelita

  2

  bangsa Indonesia kepada kehidupan yang layak sesuai dengan harkat dan martabatnya. Dampak dan hasil pembangunan tersebut diantaranya dirasakan dalam pendidikan, yakni semakin meningkatnya aspirasi masyarakat terhadap kualitas pendidikan dan kebutuhan akan fasilitas pendidikan, aspirasi tersebut terlihat dari melonjaknya penduduk usia sekolah yang mendaftarkan diri di berbagai tingkat jenjang pendidikan, dari tahun ke tahun.

  Pada sisi lain pembangunan nasional menjelang era lepas landas menuntut kualitas manusia Indonesia yang tangguh, terampil dan memiliki wawasan yang ditunjang kepribadian yang berkualitas. Ini berarti pembangunan pendidikan sebagai sarana strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia semakin diperlukan, dalam upaya mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional.

  Pendidikan tinggi sebagai sub sistem dari pendidikan nasional memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk mengisi kebutuhan tenaga berkualifikasi tinggi. Kualifikasi yang tinggi tersebut harus dilengkapi dengan kepribadian yang berkualitas luhur, untuk itu orientasi pendidikan yang selama ini bernuansa keduniaan semata perlu dilengkapi dengan nuansa keagamaan, terutama nuansa Islam sebagai agama mayoritas bangsa Indonesia.

  Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan

  3

  (Ngadirin, 2006: 365). Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

  Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi.

  Sesuai dengan apa yang telah diputuskan dalam Undang-Undang Dasar, BAB XIII Pasal 31 Ayat I yang di dalamnya menyebutkan tentang hak asasi manusia dalam memperoleh pendidikan. Yang berbunyi “Setiap Warga Negara berhak mendapat pendidikan” Amandemen 1999 dan 2002. Dengan dasar itulah maka pendidikan di Indonesia dibentuk dan berdirilah lembaga- lembaa pendidikan. Kemudian lembaga-lembaga pendidikan tersebut diatur oleh menteri melalui system pendidikan nasional. Yang kemudian sistem pendidikan nasional ini mengikat seluruh lembaga pendidikan di seluruh Indonesia.

  Melalui sistem pendidikan nasional diharapkan perserta didik mendapatkan haknya sebagai subyek pendidikan. Dengan demikian pendidikan di Indonesia akan terwujud sesuai dengan tujuan pendidikan

  4

  kebijakan pemerintah terhadap pendidikan. Khususnya adalah kebijakan pemerintah yang berupa ujian akhir nasional.

  Ujian nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan oleh pemerintah guna sebagai alat pengendali mutu pendidikan nasional yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2003 dan sampai sekarang. Menginjak tahun 2010 ternyata terdapat fenomena penolakan evaluasi dengan ujian nasional, hal ini menjadi menarik ketika ada pihak yang setuju akan ujian nasional sebagai alat evalusai dan pihak yang tidak setuju adanya ujian nasional, hal itu menjadikan penulis untuk mendalami lebih lanjut tentang keberadaan ujian nasional yang akan direlevansikan dengan Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomer 20 Tahun 2003. Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang Ujian Nasional dengan judul: ’’RELEVANSI SISTEM PELAKSANAAN UJIAN AKHIR NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL (Telaah V erifikatif atas Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional Dengan UU Nomor. 20 Tahun 2003 ).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana Tujuan Pendidikan Nasional Menurut UU Nomer 20 Tahun 2003?

  5

  2. Bagaimana Sistem Pelaksanaan Ujian Nasional Menurut Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005?

  3. Bagaimana Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujuan Nasional Dengan UU Nomer 20 Tahun 2003?

  C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

  1. Untuk Mengetahui Tujuan Pendidikan Nasional Menurut UU Nomer 20 Tahun 2003

  2. Untuk Mengetahui Sistem Pelaksanaan Ujian Nasional Menurut Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005

  3. Untuk Mengetahui Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujuan Nasional Dengan UU Nomer 20 Tahun 2003

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian dilakukan oleh penulis dengan harapan, agar hasil dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberikan sumbangan khasanah ilmu pengetahuan yang baru, khususnya di bidang pendidikan yang mengupas tentang Sistim Evaluasi Ujian Akhir Nasional dengan Kajian UU. Nomor 20 tahun 2003.

  6

  2. Manfaat Praktis

  a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengetahuan kepada diri penulis pribadi dan masyarakat umum, tentang tujuan pendidikan nasional, dengan pelaksanaan ujian akhir nasional serta afektivitas ujian akhir nasional sebagai alat evaluasi pencapaian hasil belajar.

  b. Hasil analisis dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk penyusunan kembali alat evaluasi yang paling sesuai dengan pendidikan di Indonesia pada waktu sekarang dan akan datang, yang sesuai dengan UU. Nomor 20 Tahun 2003.

  E. Tinjauan pustaka Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Relevansi

  Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional dengan Tujuan Pendidikan Nasional

melalui telaah Verifikatif atas Sistem Pelaksanaan Ujian Nasional dengan

UU Nomor. 20 tahun 2003. Sebelum penulis menyusun terlebih dahulu

  penulis mengadakan tinjauan pustaka, yaitu sebagai berikut: Tulisan Y. Suparya. A yang beijudul tentang “Merelevansikan Ujian

  

Nasional dengan Pengembangan KTSP, di sini penulis memaparkan tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 63 ayat "1

  Mengamanatkan tiga jenis penilaian yang dilakukan terhadap peserta didik. Salah satunya, penilaian hasil belajar yang harus dilakukan oleh pemerintah. Pada pasal 66 bentuk penilaian yang dilakukan pemerintah tersebut dilakukan

  7

  dalam bentuk ujian nasional untuk mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi. Dalam pelaksanaannya selama ini, mata pelajaran yang diujikan oleh pemerintah hanya beberapa saja. Pemerintah menugasi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan bekeijasama dengan instansi terkait di lingkungan pemerintah pusat, daerah, dan satuan pendidikan untuk menyelenggarakan ujian nasional tersebut.

  Dengan peraturan tersebut sangat jelas, tegas ,dan pasti bahwa ujian nasional akan terus bergulir setiap tahun, demikian halnya untuk tahun ajaran 2006-2007, sekalipun program pemerintah yang beraroma “proyek “ tersebut senantiasa menuai kritik dan gugat dari berbagai kalangan, khususnya kalangan pendidikan. Hal ini penting untuk dikemukakan demi menjawab keraguan dan simpang siur pertanyaan dari semua pihak, khususnya para pendidik, orang tua murid, dan para peserta didik itu sendiri yang muncul di awal tahun pelajaran.

  Kemudian tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP beliau mengemukakan KTSP merupakan upaya pelimpahan kewenangan menyusun kurikulum yang semula dan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah sekarang didesentralisassikan menjadi tanggung jawab sekolah. Tujuannya gara para guru dapat berkreasi dalam pembelajaran dan dapat menyusun pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan ketersediaan sarana yang ada. Jika seperti itu konsepnya maka terbayang oleh masyarakat atau komponen pendidikan saat ini akan tercipta ratusan bahkan ribuan kurikulum yang dikembangkan oleh para guru di

  8

  sekolah dari Sabang sampai Merauke. Dengan kondisi seperti itu maka terbayang akan ada banyak model pembelajaran yang diciptakan atau dikembangkan oleh para guru di lapangan . Ada pembelajaran yang dilakukan di kelas, di tepi pantai, di sungai, di danau, di kebun, di sawah, di pasar, di pelabuhan, di pinggir jalan, di kebun binatang, dll.

  Dan dalam tulisannya penulis juga memberi beberapa alternatif strategi ujian nasional yang menjadi inti dari tulisannya tersebut, yaitu sebagai berikut:

  1. Ujian Nasional harus diarahkan sebagai alat pengarah kegiatan pembelajaran yang dilakukan sekolah pada standar kompetensi dan standar isi yang sudah diterbitkan oleh pemerintah. Dengan ujian nasional yang difungsikan sebagai alat pengarah maka sebebas dan seluas apapun model pembelajaran yang dilakukan di tingkat satuan pendidikan tetap memiliki standar kualitas nasional.

  2. Ujian Nasional hendaknya dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi pengembangan pendidikan untuk tingkat lokal (sekolah) dan daerah tingkat kota atau kabupaten. Dengan peran ini diharapkan sekolah-sekolah pilnya gambaran pengembangan seperti apa yang perlu dilakukan baik untuk sekolah maupun tingkat kota atau kabupaten. Untuk kepentingan ini hasil ujian nasional sebaiknya diserahkan langsung ke daerah.

  3. Ujian Nasional dijadikan alat pengarah pengembangan kurikulum yang berstandar nasional. Dengan ujian nasional sekolah-sekolah menjadi tahu

  9

  4. Ujian Nasional dijadikan sebagai alat pengarah kineija para guru dalam proses pembelajaran. Ujian nasional menjadi acuan dalam beraktifitas dalam mengajar.

  Dalam Skripsi Widiyatmoko 2008, yang beijudul Relevansi Konsep Pendidikan Akhlak dalam Surat Luqman dengan Perundang-undangan

  Pendidikan di Indonesia, yang Mengkaji Tentang Akhlak dalam Surat

  Luqman kemudian merelevansikan dengan Undang-Undang Pendidikan Nasional tahun 2003-2007 yaitu UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

  Pendidikan Nasional Tahun 1978 dan Peraturan Pemerintah RI No.55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

  Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul Relevansi

  pelaksanaan ujian akhir nasional dengan tujuan pendidikan nasional Telaah Verifikatif atas Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional Dengan UU Nomor. 20 Tahun 2003 dengan arahan pembahasan pelaksanaan ujian nasional yang

  mendapat dukungan dan penolakan dari komponen pendidikan yang akan direlevansikan dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional, yang dimaksudkan pada Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. yang dilakukan secara verifikatif.

F. Metode Penelitian

  Untuk membantu dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil beberapa metode untuk dijadikan landasan dalam pengumpulan data yang

  10

  dibutuhkan tetapi sebelum penulis memaparkan metode dalam penulisan, perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu tentang hal-hal sebagai berikut:

  1. Jenis Penelitian Dalam membahas beberapa permasalahan dalam penulisan skripsi ini maka penulis mengunakan jenis penelitian kepustakaan (Librarian

  Research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa: buku-buku, majalah, artikel, surat kabar, ringkasan, catatan-catatan, kitab, dokumen, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mencari data mengenai hal-hal variable yang berupa tulisan atau teks authentic. Metode ini penulis terapkan guna mengkaji konsep-konsep yang ada tentang pembahasan seputar pelaksanaan ujian akhir nasional dengan tujuan nasional pendidikan (Kartini Kartono, 1990: 33).

  2. Sumber Data Adapun sumber data dalam penulisan ini dapat digolongkan menjadi dua macam, a. Sumber data Primer

  Sumber data Primer yaitu hasil atau tulisan karya penelitian teoritik dan orisinil. Sumber data ini merupakan deskriptif langsung tentang kenyataan yang dibuat individu yang mengemukakan teori yang pertama kali (Ibnu Hajar, 1996:83). Dalam penulisan ini sebagai

  11

  sumber primernya adalah UU System Pendidikan Nasional dan UU No. 20 Tahun 2003.

  b. Sumber data Sekunder Sumber data Sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang dideskripsikan bukan penemuan teori (Ibnu Hajar, 1996:84). Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan ilmiah, kitab undang-undang republik Indonesia, pemikiran tokoh yang dituangkan melalui artikel dan situs dalam internet yang isinya dapat dijadikan sebagai data penelitian. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka penulis menerapkan metode analisis data yaitu, “ proses, cara, perbuatan mengkaji, menyelidiki (pelajaran yang mendalam), penelaahan”.

  3. Metode Induksi dan Deduksi

  a. Metode Induksi Metode Induksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atas masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum (Sudarto, 1997:57).

  b. Metode Deduksi Metode Deduksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk

  12

  pengamatan atas hal-hal atas masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Sudarto, 1997:58), Dalam bukunya Nueng Muhajir menjelaskan dalam logika dikenal dengan logika deduktif atau logika formal, atau logika kategorik bahwa pembuktian kebenaran dalam logika deduktif distrikturkan dalam satu premis mayor, sejumlah premis mayor dan satu kronklusi (Noeng Muhajir, 2989:11).

  c. Metode Analitiko-Sintesa Metode ini menurut Suejono Suemargono (1980:13) adalah gabungan dari metode analisis dan metode sintesa. Dengan ini penulis maksudkan untuk merelevansikan antara obyek penelitian satu dengan obyek penelitian yang lain, penggunaan metode ini penulis gunakan untuk menggabungkan dari penafsiran terhadap obyek penelitian untuk mendapatkan satu kesatuan dalam pengertian.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Untuk mempermudah mengkaji penulisan ini, maka penulis menulis sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.

  Bab II tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, yang berisi: dasar dan tujuan pendidikan nasional, fungsi

  13

  pendidikan nasional, faktor-faktor pendidikan yang meliputi: pendidik, peserta didik, kurikulum, dan strategi pendidikan nasional.

  Bab III ujian nasional dalam undang-undang sistem pendidikan nasional dalam bab ini berisi: evaluasi dalam pendidikan yang mencakup pengertian evaluasi, tujuan evaluasi. Ujian nasional sebagai bentuk evaluasi pendidikan yang ber isi pengertian ujian nasional, dasar pelaksanaan ujian nasional, fungsi ujian nasional.

  Bab IV Analisis Relevansi Sistem Ujian Akhir Nasional Dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang berisi: peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 pasal 1 ayat ke 17 dan 18, standar penilaian pendidikan yang berisi: peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 63 ayat 1, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 64 ayat 1 dan 2, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 64 ayat 3, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 66 ayat 1, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 68, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 72.

  Bab V Penutup berisi kesimpulan, saran, kesan.

  BAB n

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional

  Dalam UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 mengemukakan: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Telah jelas dalam UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dalam kehidupan suatu bangsa menduduki peran yang sangat penting dalam perkembangan, kebangkitan, dan kejayaan hidup bangsa akan teijamin melalui pendidikan. Akan tetapi hal-hal tersebut tidak akan tercapai jika sendi- sendi dan pilar-pilar pendidikan rapuh.

  Dalam hubungan itu, pendidikan di Negara Indonesia dilaksanakan dengan maksud untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa. Sebagai perwujudan dari amanat yang termasuk dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu, “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara

  16

  Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia , dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan.....”

  Sedangkan dalam Batang Tubuh UUD 1945 dijabarkan cita-cita bangsa melalui pendidikan yang terdapat pada pasal 31 dan sekaligus sebagai dasar konstisional yakni.

  a. Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan.

  b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu Sistem

  Pendidikan Nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa yang diatur dalam Undang-Undang.

  Ayat pertama menunjukkan bahwa pemerintah indonesia menghormati dan melindungi hak dan individu yang berkedudukan sebagai warga negara untuk mendapatkan pendidikan ayat kedua menunjukkan, bahwa setiap warga negara indonesia wajib untuk mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah berkewajiban untuk membiayai, serta melaksanakan kewajiban untuk menyelenggarakan Sistem Pendidikan Nasional. Berdasarkan pengertian dan uraian di atas maka perlu adanya usaha yang lebih serius dalam meningkatkan mutu pendidikan.

  17

  Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala bidang. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman tentang dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam. Apabila kita telah memahami dasar dan tujuan penulis yakin bahwa kita bisa memajukan pendidikan secara nasional.

  Dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, karena dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itupun akan menentukan ke arah mana anak didik akan dibawa. Untuk itu maka kita harus benar-benar memahami apa saja dasar pendidikan dan tujuan yang nantinya bisa dicapai.

  Sebagaimana dalam pembukaan UUD 1945 Alinea ke empat dengan tegas dan jelas menyatakan bahwa salah satu faktor pemimpin-pemimpin gerakan kebangsaan menyatakan kemerdekaan dan membentuk pemerintah negara adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”. Di negara kesatuan republik indonesia ini, negara yang Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia” . atau yang dikenal dengan pancasila.

  Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB II Pasal (2) dua

  18

  Dasar 1945 (Depag RI, 2006: 8). Sedangkan pasal (3) tiga dijelaskan bahwa, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, ber ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Serangkaian nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional harus mampu diterapkan pada realitas. Agar terwujudnya cita-cita bangsa, yaitu melahirkan warga negara yang bersumber daya unggul, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, serta menguasai iptek, maka pendidikan dikembangkan secara terpadu yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Bila merujuk pada tujuan pendidikan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 di atas, untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia, perlu adanya campur tangan pendidikan agama. Untuk itu, kemudian pemerintah republik indonesia mengatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007, sebagai wujud dari Pelaksanaan Pengembangan Pendidikan

  Nasional sesuai Pasal 12 Ayat (4) dan Pasal 30 Ayat (5). UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  Dari pemaparan di atas dapat ditarik sebuah garis besar bahwa, pendidikan merupakan kunci dari pembangunan nasional., dengan demikian perlu adanya usaha bersama dari pemerintah dengan komponen pendidikan, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk

  19

  pemerintah sebagai badan legislatif dalam pendidikan untuk merumuskan pendidikan yang berkualitas. Kemudian diterapkan dalam lembaga pendidikan melalui sistem pendidikan nasional. Bersamaan dengan itu komponen pendidikan bersama-sama mengembangkan, mendukung dan melaksanakan apa yang menjadi bajakan pemerintah demi meningkatkah mutu pendidikan. Dengan demikian setiap jalur, jenis, dan sistem pendidikan harus mempunyai tujuan yang berkesinambungan. Nilai-nilai yang diwujudkan oleh tujuan pendidikan tersebut tidak hanya ditampilkan sekedar slogan/istilah saja. Melainkan diharapkan mampu menjiwai keseluruhan ini yang berkaitan dengan pendidikan nasional. Barangkali tidak berlebihan jika dikatakan pemahaman ilmu pengetahuan sebagai tujuan pendidikan nasional pendidikan Indonesia.

B. Fungsi Pendidikan Nasional

  Sistem pendidikan nasional indonesia adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Depag RI, 2005: 5). Sebagaimana telah diketahui, bahwa pendidikan merupakan instrumen yang strategis dalam mencapai tujuan bangsa, terutama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai instrumen, pendidikan nasional haruslah merupakan pengejawantahan dari dasar Negara RI, yaitu UUD 1945 dan Pancasila, maka pemikiran, penyusunan, pengembangan, da pembinaan sistem serta programnya harus bersumber dan bertolak dari Pancasila dan UUD 1945 dalam sejarah perkembangan dan

  20

  perubahan sistem pendidikan di Indonesia, secara langsung maupun tidak komponen-komponen pendidikan pun akan mengalami berbagai perubahan sesuai dengan perkembangan di Era Reformasi ini. Secara umum menuntut diadakannya berbagai pembenahan dan pembaharuan, termasuk pendidikan didalamnya. Sedangkan dalam pergeseran, adanya perubahan perspektif tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumber daya pembangunan, menjadi paradigma manusia sebagai subyek pembangunan secara utuh (PPRI No. 19, 2005: 71). sehingga dalam fungsinya (pendidikan ) akan mengalami perubahan juga. Hal itu dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa (Depag RI, 2006: 8). Dengan demikian fungsi pendidikan adalah berusaha mengembangkan kemampuan peserta didik, serta membentuk watak manusia yang bermartabat. Sedangkan untuk mewujudkan hal tersebut di atas, perpaduan kedua sistem pendidikan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan yang mendasar.

  Azzumardi Azra (1996: 3) mengemukakan, bahwa fungsi dasar pendidikan adalah memberikan kaitan peserta didik dengan lingkungan yang selalu cepat mengalami perubahan. Di samping itu pendidikan yang berfungsi sebagai instrumen perubahan sosial secara keseluruhan. Sehubungan itu,

  Abdul Rahman (1999: 34) mengatakan bahwa, “ The are unsupported

  

dialectical relationship between education and societies even so, experience

  2 1

  Oleh karena itu pendidikan harus terlibat dalam perubahan. Keterlibatan pendidikan diharapkan tidak hanya sebatas mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, tetapi pendidikan harus mampu berperan sebagai agen perubahan. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan manusia yang berkualitas, yang memiliki kemampuan intelektual, daya nalar tinggi sehingga perkembangan kemampuan itu mampu mengarah dan membentuk watak dan peradaban bangsa.

  C. Faktor-Faktor Pendidikan

  a. Pendidik (Guru) Dalam upaya pencapaian hasil sebuah pendidikan, faktor pendidik memiliki peran yang sangat penting. Pendidik adalah seorang penyampai ilmu, pemberi nasehat dan teladan bagi anak didiknya. Seorang guru harus memiliki kemampuan dan mempertahankan penampila sebagai orang yang terbaik di mata anak didiknya. Secara garis besar faktor-faktor yang termuat dalam sistem pendidikan mencakup dasar, tujuan, pendidikan, peserta didik dan kurikulum. Sedangkan dalam dasar dan tujuan telah penulis paparkan di muka. Guru atau pendidik menurut Madyo Ekosusilo dalam Ramayulis (2005: 50). Guru adalah seorang yang bertanggung jawab memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya, agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk sosial. Sedangkan menurut pengertian yang lain

  2 2

  menyebutkan Guru adalah sebagai pendidik yang menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan Negara (Prof Arifin, 1991: 32).

  Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa: “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan” (Depag RI, 2006: 126)

  Pernyataan tersebut menjelaskan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan dalam rangka memenuhi hak warga negara dalam mendapatkan pendidikan yang bermutu. Kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional, maka masalah tenaga pendidik dan kependidikan di atas diatur dalam Undang-Undang

  Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Dijelaskan pada pasal 6 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 bahwa kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional yang bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha ESA, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  23

  Jalaludin (2001: 93) berpendapat bahwa, dalam hubungan dengan dimensi akhlak, maka pelaksanaan pendidikan diutamakan kepada upaya pembentukan manusia yang berakhlak. Tujuan di titik beratkan pada pengenalan terhadap nilai-nilai baik dari menginternalisasikannya serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam perilaku melalui pembiasan. Sumber utama dari pembentukan akhlak dimaksud adalah ajaran wahyu. Berdasarkan nilai-nilai tersebut diharapkan manusia memiliki kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk, serta mampu mengamalkan dan mempertahankan nilai-nilai akhlak secara berkelanjutan.

  Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa, tugas seorang pendidik begitu berat, yang mana harus secara tepat melakukan usaha mentransfer pengetahuan kepada siswa dengan tujuan memberikan pengertian, pemahaman, dan pengamalan pengetahuan yang diajarkanya kepada peserta didik. Dengan demikian peserta didik akan memperoleh pengetahuan melalui pendidikan. Akan tetapi tugas seorang pendidik tidak cukup sampai di situ saja. Untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan peserta didik perlu adanya evaluasi dalam pendidikan.

  Evaluasi sebagai alat ukur keberhasilan bagi seorang pendidik dalam melaksanakan tangung jawabnya mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Dan untuk mengukur standar pendidikan di indonesia diterapkan sistem evaluasi ujian nasional. Keberhasilan peserta didik dalam ujian nasional juga merupakan tangung jawab seorang guru. Di

  24

  mereka juga dituntut untuk mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik agar dapat sesuai dengan standar pendidikan yang berlaku.

  Sedangkan menurut Hamzh B Uso (2007: 15). Guru adalah suatu profesi, yang berarti suatu jembatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai seorang guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwa, kewajiban orang tua memberikan pendidikan dasar pada anak-anaknya sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Bab IV Pasal 7 Ayat (2). Namun karena keterbatasan orang tua, maka melimpahkan tangung jawab tersebut kepada orang lain (pendidik/guru) dalam pengertian pendidikan formal.

  Sehubungan dengan Zakiah Derajat (1992: 55) berpendapat bahwa, adanya pelimpahan tangung jawab orang tua kepada pendidik disebabkan oleh faktor yang memungkinkan proses pendidikan itu beijalan dengan maksimal. Untuk itu seorang pendidik harus memiliki kualifikasi, kompetensi dan profesional.

  Bila mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada masa revolusi ini, maka mensyaratkan kriteria seseorang pendidik sebagai berikut

  1. Memiliki kualifikasi akademik yang memperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana.

  25

  2. Memiliki beberapa kriteria/komponen yang meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional (Depag RI, 2006: 88)

  Dengan demikian pendidik wajib menunjukkan perilaku sebagai

  p en galaman,

  seorang yang dapat menjadi contoh anak didiknya, memiliki memenuhi perkembangan anak didik, dan memberi tauladan di samping harus menjalankan kegiatan pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajarnya serta memberi panduan kepada mereka dalam menghadapi ujian nasional..

  b. Peserta didik (siswa) Anak didik adalah obyek pendidikan, anak didik adalah seseorang yang harus diajar, dibina, diberi pengetauan agar mampu hidup layak dan memiliki pengetahuan serta dilatih untuk mempersiapkan menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, beraklak mulia. Bagaimanapun latar belakang atau kondisi sosial seorang anak, ia menjawab mendapatkan pendidikan yang bermutu. Untuk itu, wajib ditanamkan padanya dasar-dasar pendidikan dan pengetahuan tentang perkembangan teknologi serta mempersiapkan diri untuk melaksanakan evaluasi sebelum mereka tamat dari lembaga pendidikan. Agar peserta didik menjadi sumber daya manusia yang berpotensi tinggi yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa indonesia.

  26

  Keberhasilan untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara optimal, faktor peserta didik (siswa) harus menjadi perhatian secara khusus. Peserta didik (siswa) harus dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak mengalami banyak hambatan dalam proses belajar, evaluasi, dan usaha pengembangan potensi anak didik, yaitu manusia yang bersumber daya unggul dalam segala aspek.

  Sementara yang dimaksud peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang jenis pendidikan tertentu (Depag RI, 2006: 6). Lebih jauh dijelaskan oleh Abdul Mujib (1993: 177) bahwa, Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologi.

  Adanya perubahan paradigma dalam pendidikan (peran manusia). peserta didik merupakan obyek sekaligus sebagai subyek pendidikan, oleh sebab itu dalam memahami hakekat peserta didik, pendidik harus memahami ciri-ciri umum siswa. Sebagaimana tuntunan dari tujuan pendidikan nasional, yaitu pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi sumber daya manusia yang cerdas, berpendidikan berpengetahuan, dan beraklak mulia. Jalaludin (2001: 129) berpendapat bahwa, peserta didik adalah manusia yang membutuhkan pendidikan. Karena pendidikan merupakan bekal untuk melanjutkan hidup

  27