PENGARUH MORALITAS GURU BIDANG STUDI AQIDAH AKHLAK TERHADAP MUTIJ PEND1DIKAN AKHLAK ANAK DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SRAGEN I TAHUN 2006 SKRIPSI

  

PENGARUH MORALITAS GURU BIDANG STUDI

AQIDAH AKHLAK TERHADAP MUTIJ PEND1DIKAN

AKHLAK ANAK DI MADRASAH ALIYAH NEGERI

SRAGEN I TAHUN 2006

SKRIPSI

  Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  

UMI LATIFAH

NIM : 111 02 030

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :

  

DEKLARASI

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 07 Juni 2006 Penulis.

  UMI LATIFAH NIM : 111 02 030

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

  Jl. Station 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :

  Drs. H. M. Banany DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEM B IM B IN G

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudari UMI LA TIFA H Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari. Nama : UMI LATIFAH NIM : 111 02 030 Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

PENGARUH MORALITAS GURU BIDANG STUDI

  Judul :

  AQIDAH AKHLAK TERHADAP AKHLAK. ANAK DI MADRASAH ALIY AH NEGERI SRAGEN

  I TAHUN

PELAJARAN 2005 / 2006 Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu'alaikum, wr, wb Salatiga, 07 Juni 2006

  iimbing

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A

  Jl. Station 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudari : UMI LATIFAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 02 030 yang berjudul : "PENGARUH MORALITAS GURU BIDANG STUDI

  

AQIDAH AKHLAK TERHADAP AKHLAK ANAK DI MADRASAH

ALIYAH NEGERI SRAGEN I TAHUN PELAJARAN 2005 / 2006". Telah

  dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Rabu, 12 Juli 2006 M yang bertepatan dengan tanggal 16 Jumadil Akhir 1427 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

  12 Juli 2006 M Salatiga,

  16 Jumadil Akhir 1427 H Panitia Ujian

  Kejua Sidang Sekretaris Sic

  Irs. Imam Sdtomo. M .A 2

  / NIP. 150 216 814 Penguji I

  Drs. H. M. Zulfa, M,Ag

  NIP. 150 177 821 NIP. 150 269 911 Pembimbing,

  

_____ . M. Bananv

  NIP. 150 170 134

  MOTTO

  V O rang y an g bijaksana akan m enjadi m ajikan dari pikirannya, orang bodoh akan m enjadi budaknya (Schw arts). K egagalan bukan berarti kehancuran

  V

  dan kekalahan, tetapi kegagalan m erupakan aw al dari keberhasilan. (Penulis).

  PERSEMBAHAN

  Sebuah karya kecil ini kupersembahkan kepada :

  1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah membimbing, menuntun dan senantiasa mendoakanku untuk menjadi manusia yang sukses dan bijaksana.

  2. Kakak-kakakku dan adikku (Uus) yang selalu memberikan nasehat dan motivasi.

  3. Yang tersayang calon pendamping dan penuntun hidupku, yang tidak jera menyayangi dan memberikan semangat sehingga hidupku lebih berwama dan bermakna.

  4. Mbak Emma Rusdiana yang selalu memberi nasehat dan membuatku lebih paham arti kehidupan.

  

K A T A P E N G A N T A R

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

  Skripsi ini penulis susun dalam dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi sarat-sarat guru memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Adapun judul skripsi ini adalah PENGARUH MORALITAS GURU BID ANG STUDI AQIDAH AKHLAK TERHADAP AKHLAK ANAK DI SEKOLAH (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri Sragen l Tahun Pelajaran 2005 / 2006).

  Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah dengan ikhlas memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati penilis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Drs. Miftahuddin, M.Ag selaku Ketua Progdi PAI yang telah merestui penulisan skripsi ini.

  3. Drs. H.M. Banany selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

  4. Dra. Siti Afiah, M.Ag selaku Kepala MAN Sragen I yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  5. Teman-teman PAI Angkatan 2002 khususnya kelas A

  6. Teman-teman kos Sumbing 22, adikku, Syamsiyah, Yuli, Olif, Ani dan Tanti yang mampu membuat aku tersenyum dan bangga.

  7. Teman-teman GFC yang telah banyak membantu.

  8. Keluarga Besar Dot.Comp Jangkugan.

  9. Team Perpustakaan, terima kasih atas pelayanannya.

  10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat

  Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, maka tiada kata yang pantas diucapkan kecuali kata terima kasih dan doa semoga amal dan jasa baiknya dapat menjadi amal sholeh yang dapat diterima Allah SWT.

  Ucapan terima kasih pula penulis ucapkan kepada para pembaca yang telah memberikan saran dan kritiknya yang bersifat membangun. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT mohon pertolongan dan perlindungan serta petunjuk, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

  Salatiga, Q 'J JUYb 2006 Penulis

  UMI LATIFAH

  D A FTA R ISI

  halaman \ .

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  C. Pengaruh Moralitas Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

D A F T A R T A B E L

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   TABEL XIV TABEL KERJA PRODUCT MOMENT KOEFISIEN KORELASI PENGARUH MORALITAS GURU BIDANG STUDI AQIDAH AKHLAK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN AKHLAK A N A K ...............................................

  59

  

B A B I

PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia pada masa sekarang ini dibutuhkan tenaga profesional. Sejalan dengan semakin berkembangnya suatu negara semakin dirasakan pentingnya pendidikan. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumber daya manusia.

  Oleh karena itu, di bidang pendidikan perlu mendapatkan perhatian, penanganan dan priotitas secara intensif baik oleh pemerintah, keluarga dan pengelola khususnya.

  Pendidikan agama Islam sedikitnya mempunyai tiga pengertian yang berlainan dalam konteks pembahasan pendidikan di Indonesia. Pemilihan makna ditinjau dari aspek guru, lembaga dan bahan ajar. Guru bidang studi Aqidah Akhlak dapat dianalogkan dengan guru secara umum, tetapi mempunyai tugas khusus mengajar materi Aqidah Akhlak. Kompetensi yang haras ditampilkan seseorang dalam kapasitasnya sebagai guru, pencantuman kata Aqidah Akhlak di belakang “moralitas” menyiratkan karakteristik nilai lebih yang disandang guru bidang studi Aqidah Akhlak. Ciri khusus yang

  2

  melekat pada guru bidang studi Aqidah Akhlak adalah tuntutan kualitas kepribadian yang integral, bukan sekedar penguasaan bahan ajar.

  Tampilan sosok kepribadian yang integral membutuhkan proses panjang yang harus dipelihara sepanjang hayat. Nilai lebih guru bidang studi Aqidah Akhlak sangat bergantung pada kesetian menjaga moralitas Islam dalam realitas kesehariannya. Ketidakcakapan guru bidang studi Aqidah

  Akhlak dari aspek pengusaan materi dan metodologis masih dapat diperbaiki secara bertahap, tetapi kegagalan dari aspek moral selalu menjadi aib permanen yang terekam dalam memori kognitif siswa dan masyarakat.

  Mutu pendidikan ditelaah dari proses pembelajaran di dalam sekolah, yakni interaksi guru-siswa. Mengacu pada tulisan Sudana Degeng, efektifitas pembelajaran dapat dilihat dari sejumlah segi, yakni kecermatan penguasaan perilaku, kecepatan unjuk kerja, kesesuaian dengan prosedur, kualitas unjuk kerja, kualitas hasil akhir, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi.1

  Guru merupakan orang yang lebih dewasa harus selalu memperbaiki (Jiri sebagai figur yang dapat ditiru dan diikuti oleh murid-muridnya. Tetapi perlu diingat bahwa setiap anak didik memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Sehingga guru yang memiliki moralitas dalam mendidik harus pandai dalam memilih metode yang sesuai dalam membentuk perilaku dan moral anak didik untuk meningkatkan mutu pendidikan akhlak anak. Upaya efektif dalam pembentukann akhlak pada anak dengan menggunakan keteladanan. Keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik 1

  3

  dalam bentuk ucapan, dan perbuatan, karena keteladanan dianggap sebagai sifat baik dan buruknya anak didik.2 Berkaitan dengan hal tersebut kondisi yang menojol dan mencemaskan dari peradaban masa kini adalah lepasnya ikatan moral yang diajarkan agama.

  Begitu parahnya peradaban di zaman ini sampai-sampai kasih sayang dan keharmonisan yang selalu ditawarkan sulit didapatkan. Bahkan lebih ekstrim lagi dikatakan bahwa saat ini adalah abad ilmu pengetahuan, abad revolusi atau abad tanpa nilai.

  Untuk mengantisipasi kondisi yang semacam ini maka mendidik akhlak sejak dini adalah solusinya, karena akhlak merupakan pedoman pokok dalam menjaga agama, bangsa dan negara. Dengan akhlak yang baik, suatu negara akan aman dan makmur, sebagaimana ungkapan penyair Ahmad

  Syauqi Bey, “Kekalnya suatu bangsa adalah selama akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, maka musnah pulalah bangsa itu”.3 Dari sekian banyak tujuan pendidikan diantaranya berupaya mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa, maka setiap guru agama dituntut agar mampu mengintegrasikan materi pelajaran yang disajikannya ke dalam akhlak anak.

  Dari uraian pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk meneliti masalah-masalah tersebut dengan harapan dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak terhadap mutu pendidikan akhlak anak di sekolah, maka penulis berkeinginan untuk meneliti

2 Abdullah Nasih Ulwan,

  Pendidikan Anak Menurut Islam, Remaja Rosda Karya,

  4

  permasalahan ke dalam judul “Pengaruh Moralitas Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak terhadap Mutu Pendidikan Akhlak Anak” .

B. Penegasan Istilah

  Untuk memudahkan atau meniaga agar tidak terjadi kesalahpahaman serta sebagai langkah awal menyatukan persepsi terhadap pembahasan ini, maka perlu diberikan batasan dan penegasan dari judul yang singkat sebagai

  i

  b e rik u t:

  1. Moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak Moralitas berasal dari kata kata moral yang berarti ajaran tentang baik buruk perbuatan kelakuai (akhlak kew ajiban)4 Gum adalah orang yang kerjanya rnengajar.5 Yang dimaksud penulis di sini adalah gum yang mengajar bidang studi Aqidah Akhlak. Berdasarkan pengertian tersebut maka moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak adalah tatanan perbuatan atau baik bumknya perilaku seorang gum bidang studi Aqidah Akhlak.

  2. Mutu Pendidikan Akhlak Anak Mutu adalah kualitas, taraf atau de.'ajat (kepandaian, kecerdasan).6 9 Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.7

  4 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pus taka, Jakarta, 1982, him. 654.

  5 Ibid., him. 335.

  5 Akhlak yaitu budi pekerti dan kelakuan.8 Anak adalah manusia yang masih

  kecil.9 Berdasarkan pengertian tersebut maka mutu pendidikan akhlak anak dapat diartikan sebagai kualitas atau taraf dalam proses perubahan sikap seorang anak menuju ke yang lebih baik.

  Dalam penelitian ini penulis mengambil dua variabel, yaitu sebagai b erik u t:

  1. Variabel independen (variabel bebas yang mempengaruhi) Yaitu moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak dengan indikator sebagai b erik u t: a. Berkata jujur dan bersikap adil

  b. Hubungan antara guru dan siswa yang familiar

  c. Menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran

  d. Disiplin dan penuh tanggung jawab

  e. Memiliki rasa sosial yang tinggi

  f. Konsisten antara ucapan dan perilaku keseharian g. Bersikap demokratis dan bijaksana.

  2. Variabel Dependen (variabel yang dipengaruhi) Yaitu mutu pendidikan akhlak anak, dengan indikator sebagai b erik u t:

  a. Menghormati dan menghargai guru

  b. Mengucapkan salam bila bertemu dengan guru dan teman

  c. Minta ijin bila terlambat

  6

  d. Toleransi terhadap teman

  e. Tidak membeda-beda teman

  f. Menghargai pendapat teman

C. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri Sragen I ?

  2. Bagaimana mutu pendidikan akhlak anak di Madrasah Aliyah Negeri Sragen I ?

  3. Adakah pengaruh antara moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak terhadap mutu pendidikan akhlak anak di Madrasah Aliyah Negeri Sragen I ?

D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai b erik u t:

  1. Untuk mengetahui moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri Sragen I.

  2. Untuk mengetahui kualitas mutu pendidikan akhlak anak di Madrasah Aliyah Negeri Sragen I.

  3. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara moralitas guru bidang studi /V Aqidah Akhlak terhadap mutu pendidikan akhlak anak di Madrasah Aliyah Negeri Sragen I.

  7 Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

  1. Memberikan gambaran tentang moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak.

  2. Memberikan gambaran tentang mutu pendidikan akhlak anak.

  3. Memberikan gambaran pengaruh moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak terhadap mutu pendidikan akhlak anak.

  E. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.10 Berdasarkan pengertian di atas maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh positif antara moralitas guru bidang studi

  Aqidah Akhlak dengan mutu pendidikan akhlak anak”. Artinya, semakin baik moral seorang guru bidang studi Aqidah Akhlak maka semakin tinggi pula mutu pendidikan akhlak anak.

  F. Metode Penelitian Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1986, him. 67.

  8

  1. Populasi dan Sampel Yang dimaksud dengan populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan diperoleh hendak digeneralisasikan.11 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri Sragen I kelas I dan II yang berjumlah + 400 siswa. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diselidiki.1

  1

  12 Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan. Untuk menentukan populasi dan sampel, Suharsimi Arikunto menyatakan “Apabila kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih.13

  Karena jumlah populasi siswa kelas I dan II Madrasah Aliyah Negeri Sragen I + 400 siswa, maka penulis menggunakan teknik Random

  Sampling. Penulis mengambil sebanyak 15 % dari siswa kelas I dan II dengan rin cian : Kelas I : x 200 = 30 siswa

  100 Kelas 11 : x 200 = 30 siswa

  100 Jadi jum lah sampelnya adalah 60 siswa.

  2. Teknik Pengumpulan Data Penguimpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai b e rik u t:

11 Sutrisno Hadi, M etodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 1995, him. 84.

  9

  a. Metode Angket Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.14

  Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak dan mutu pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Negeri Sragen I.

  b. Metode Interview Interview atau wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dan si penjawab dengan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).15

  Metode ini digunakan penulis untuk mengetahui gambaran umum tentang sekolah yang meliputi identitas sekolah, sejarah berdirinya, dan letak geografis MAN Sragen I.

  c. Metode Dokumentasi Adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya.16

  Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang situasi umum, meliputi keadaan sekolah, guru, dan siswa Madrasah Aliyah Negeri Sragen I.

14 Ibid., him. 124.

  10

  3. Metode Analisis Data

  a. Analisis Pendahuluan Analisis ini untuk menghitung skor masing-masing variabel secara terpisah, sehingga diketahui ciri masing-masing variabel penelitian. Analisis ini menggunakan rumus persentase sebagai b e rik u t:

  P = — x \ 0 0 % N

  Keterangan : P : Persentase perolehan F : Frekuensi mentah N : Jumlah total responden.

  b. Analisis Lanjut Analisis ini untuk mengetahui adakah pengaruh antara moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak dengan mutu pendidikan akhlak anak. Analisis ini menggunakan rumus product moment sebagai b e rik u t:

  N Ix y-(Ijc)(X y) rXV yl{N.lx2 -(Z x )2^N.Zy2 -(^ y )2\

  11 K eterangan: Txy : Koefisiensi antara variabel x dan variabel y

  xy : Perkalian antara x dan y x : Variabel independent yaitu moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak y : Variabel dependent yaitu mutu pendidikan akhlak anak

  N : Jumlah populasi I : Sigma.17

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Ruang lingkup pembahasan skripsi ini, berkisar pada masalah moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak dengan mutu pendidikan akhlak anak. Untuk lebih mudahnya secara sistematis dapat dijabarkan sebagai b erik u t:

  Bab I : Dalam bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, hipotesis, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.

  Bab II : Landasan Teori Pada bab landasan teori ini, ada tiga sub pokok bahasan, yaitu : A. Moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak, yang meliputi

  1. Pengertian moralitas

  12

  2. Tujuan moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak

  3. Penerapan dan tindak lanjut moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak di sekolah.

  B. Mutu pendidikan akhlak anak, yang m eliputi:

  1. Pengertian pendidikan akhlak

  2. Faktor penting dalam pendidikan akhlak

  3. Metode pendidikan akhlak

  C. Pengaruh moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak terhadap mutu pendidikan akhlak anak.

  Bab III : Laporan Hasil Penelitian Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu data tentang moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak yang mempengaruhi mutu pendidikan akhlak anak. Di samping itu dilaporkan mengenai lembaga pendidikan yang dijadikan tempat penelitian.

  Bab IV : Analisis Data Dalam bab ini akan dilakukan analisis data, yang m elip u ti: A. Analisis data tentang moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak B. Analisis data tentang mutu pendidikan akhlak anak C. Analisis data tentang pengaruh moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak terhadap mutu pendidikan akahlak anak D. Interpretasi data

  13 Bab V : Penutup

  Mengakhiri penulis skripsi, pada bab kelima akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran dan kata penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Moralitas Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Sebelum penulis memberikan paparan konsep tentang moralitas guru

  bidang studi Aqidah Akhlak, akan lebih baik manakala diawali dengan kajian konsep moralitas secara umum, khususnya dalam kajian psikologi. Ini akan memberikan makna dan pemahaman yang mengarah sebagaimana maksud penulis dalam menyusun skripsi ini. Cakupan pembahasan moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak ini akan meliputi moralitas, tujuan moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak, penerapan dan tindak lanjut moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak di sekolah.

  1. Pengertian Moralitas Kata moralitas berasal dari kata “moral” (bahasa Inggris) yang berarti ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya.1

  Moralitas juga dapat diartikan keadaan nilai-nilai moral dalam hubungannya dengan sosial atau tingkah laku yang sesuai dengan nilai- nilai moral yang ada dalam suatu kelompok.

  Menurut Immanuel Kant yang dimaksud dengan moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau hukum batiniyah, yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita.1

  2

  1 Taufiq Rahman, Moralotas Pemimpin dan Prspektif Al-Qur'an, Pustaka Setia, Bandung, him. 9.

  2 Lili Tjahjadi, Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant tentang Etika dan Imperatif Kategoris, Kanisius, Yogyakarta, 1991, him. 47.

  

14

  15 Menurut W. Martin Roland Schinzinger dalam buku Etika Rekayasa mengatakan :

  “Salah satu arti yang kerap diberikan dalam kamus-kamus adalah moralitas menyangkut apa yang seharusnya atau yang seharusnya tidak dilakukan dalam situasi tertentu, apa yang benar atau yang salah dengan melakukannya, apa yang baik atau apa yang buruk pada tindakan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Di satu pihak moralitas tidak hanya sekedar menyangkut tindakan, tapi juga karakter baik dan buruk (orangnya seharusnya apa, bukan sekedar seharusnya berbuat apa), hubungan-hubungan (yang seharusnya didukung), dan cita-cita (yang harus menjadi aspirasi kita). Di pihak lain, acuan pada kata-kata seharusnya “benar” dan “baik” tidak akan mencukupi untuk mendefmisikan dimensi moralitas yang terkait dengan perilaku, karena ada banyak kata dan ide semacam ini kerap digunakan tanpa kaitan dengan moralitas sama sekali”.3 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa moralitas adalah sikap hati orang atau karakter yang terungkap dalam tindakan atau tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada.

  2. Tujuan Moralitas Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Guru agama khususnya guru bidang studi Aqidah Akhlak berbeda dengan guru bidang studi lainnya. Guru bidang studi Aqidah Akhlak disamping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberikan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik. Ia mampu membantu pembentukan kepribadian, pembinaan dan akhlak, di samping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para peserta didik.

3 Mike W. Martin Roland Schinzinger, Etika Rekayasa Edisi Kedua, Pengantar Mangun Wijaya, Gramedia, Jakarta, him.

  16 Guru agama harus lebih dari itu semua yakni harus sanggup

  menjadi pendukung sebenar-benamya akan kebenaran cita-cita agama, sehingga dirinya di mata anak didik telah membawa nilai dan pengalaman keagamaan yang diperoleh dari orang tuanya masing-masing.4

  Tugas guru bidang studi Aqidah Akhlak itu sangat berat, karena disamping membentuk pribadi peserta didik, iapun harus memperbaiki mana yang kurang baik pada mereka. Karena anak didik yang datang ke sekolah telah membawa nilai dan pengalaman keagamaan yang diperoleh dari orang tuanya masing-masing.

  Nabi sendiri pun dipandang sebagai guru yang dapat menunjukkan ke arah jalan kebenaran. Sebagaimana ayat Al-Qur'an yang menegaskan sebagai berikut: Artinya : Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) sungguh menunjukkan ke

  jalan yang benar. (Asy-Syura : 52).5

  Masalah moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak dicerminkan dalam memberikan keteladanan bagi peserta didik.

  Dari sini, masalah keteladanan menjadi penting dalam hal baik- buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dalam

  4 H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, him. 121.

  5 Mujama’ Al-Malik Fahdli Thiba’at Al-Mushaf, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Asy- Syarif Madinah Munawaroh, Kerajaan Saudi Arabia, t.t., him. 791.

  17

  akhlak mulia, keberanian dan dalam sikap yang menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. dan jika pendidik bohong, khianat, penakut dan hina, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina.6

  Dari uraian di atas, menurut hemat penulis bahwa tujuan moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak adalah mempersiapkan dan mebentuk pribadi anak didik di dalam moral, spiritual dan sosial.

  3. Penerapan dan Tindak Lanjut Moralitas Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak di Sekolah

  Sekolah merupakan fo llo w up dari pendidikan di keluarga. Sekolah bahkan dipandang sebagai sistem pendidikan formal, artinya diselenggarakan atas dasar peraturan dan syarat-syarat tertentu, tujuan serta alat-alat tertentu pula. Guru-guru yang menjalankan tugas mendidik harus sanggup menjadikan dirinya sarana penyampaian cita-cita kepada anak yang diamanatkan kepadanya.

  Karena itu guru bidang studi Aqidah Akhlak masuk ke dalam kelas dengan segala apa yang ada padanya. Caranya berpakaian, berbicara, bergaul, bahkan caranya berjalan, makan, minum, duduk dan diamnya. Semuanya ikut menunjang keberhasilannya dalam melaksanakan tugas pendidikan agama bagi peserta didik.7

6 Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Terj. Saifullah Kamala, A ^ -S y ifa ’, Semarang, t.t., him. 2.

  18 Sebelum penulis memberikan paparan tentang penerapan dan

  tindak lanjut moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak di sekolah, lebih baik jika kita mamahami sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam.

  Sifat-sifat yang harus dimiliki guru dalam pendidikan Islam menurut M. Athiyah Al-Abrasyi adalah sebagai b erik u t: a. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah.

  b. Kebersihan guru Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, sifat ri’a (mencari nama), dengki, perselisihan.

  c. Ikhlas dalam pekerjaan Keikhlasan dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya di dalam tugas dan sukses murid-muridnya.

  d. Harus mengetahui tabi’at murid Guru harus mengetahui tabi’at pembawaan murid, adat kebiasaan, rasa dan pemikiran murid agar tidak kesasar di dalam mendidik anak-anak.

  e. Harus menguasai materi.8

8 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami

  19 Dari sifat-sifat yang harus dimiliki guru dalam pendidikan Islam di

  atas dapat diketahui bahwa penerapan dan tindak lanjut moralitas guru bidang studi Aqidah Akhlak di sekolah antara lain : a. Berkatajujur

  b. Hubungan antara guru dengan guru, guru dengan anak didik yang familiar.

  c. Menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran

  d. Disiplin dan penuh tanggung jawab

  e. Ikhlas dalam mendidik

  f. Memiliki rasa sosial yang tinggi

  g. Konsisten antra ucapan dan perilaku keseharian h. Bersikap demokratis dan bijaksana.

B. Mutu Pendidikan Akhlak Anak

  1. Pengertian Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak terbentuk dari dua kata yaitu pendidikan dan akhlak. Sehingga untuk memahami pengertian pendidikan akhlak harus dipahami dahulu kedua kata tersebut.

  Pendidikan pada dasarnya usaha yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa yang bertanggung jaw ab terhadap orang lain yang belum dewasa, baik jasmani maupun rohani.

  Sedangkan menurut para pakar pendidikan adalah sebagai b erik u t:

  20 Prof. MJ. Langeveld berpendapat bahwa pendidikan adalah

  pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan.9 Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah pemberian bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.10 1

  1

  1

  2 Achmadi mengemukakan bahwa pendidikan ialah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kam il).u

  Chabib Thoha mengemukakan bahwa pendidikan secara praktik adalah suatu proses pemindahan pengetahuan ataupun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki sub^ek didik untuk mencapai perkembangan secara optimal serta membudayakan manusia memiliki proses transformasi i 'y nilai-nilai yang utama. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pendidikan dapat diartikan sebagai usaha atau aktifitas yang dilakukan oleh orang dewasa untuk membantu perkembangan jasmani dan rohani anak ke arah

  9 Sutari Imam Bamadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, FIP. Yogyakarta, 1984, him. 42.

  10 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, Remaja Karya, Bandung, 1987, him.

  19.

  11 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta, 1992, him. 16.

  21

  kedewasaan berdasarkan ajaran Islam yang berupa menanamkan akhlak mulia, latihan moral, fisik sehingga menghasilkan perubahan yang dimanifestasikan dalam kenyataan hidup meliputi kebiasaan, tingkah laku, berfikir, dan bersikap menuju terbentuknya kepribadian utama.

  (<3bU-l)

  Selanjutnya kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari mufrodnya khuhiq yang berarti budi pekerti, sinonimnya etika dan moral.

  Menurut Ahmad Amin dalam bukunya Etika Ilmu Akhla, pengertian etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melaksanakan apa yang harus diperbuat.1

  3 Menurut Zakiah Daradjat, pengertian akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.15

  14

  Sebagaimana dalam firman Allah surat Asy-Syu’araa’ sebagai b e rik u t:

  13 Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), Pustaka Panji Mas, Jakarta, 1996, him. 26 - 27.

  14 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, Tcrj. Farid Ma’ruf, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, him. 5.

  22 \ y v \ s-\*

  ( (jii- o|

  Artinya : (Agama kami) ini adalah tidak lain hanyalah kebiasaan orang

  ierdahulu. (Q.S. Asy-Syu’araa’ : 137).16

  Meskipun terdapat perbedaan dalam mendefinisikan akhlak, namun dapatlah dipahami bahwa akhlak adalah merupakan kehendak yang lahir dari jiwa seseorang yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Kedua pengertian di atas yaitu pendidikan dan akhlak maka dapat dipahami bahwa pendidikan akhlak adalah suatu pendidikan penanaman akhlak yang mulia serta dasar moral, tabiat, maupun perangai yang baik yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan akhlak sejak ia masih kecil hingga ia dewasa.

  Dengan demikian dapat diartikan bahwa pendidikan akhlak merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk membimbing dan mengarahkan kehendak seseorang untuk mencapai tinhkah laku dan diserahkan serta menjadikannya sebagai kebiasaan.

  2. Faktor Penting dalam Pendidikan Akhlak Faktor yang mempengaruhi akhlak atau moral adalah dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor intern dan faktor ekstem.

  a. Faktor Intern Yang dimaksud faktor intern adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir,

  23

  dan mengandung pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh luarnya sebagaimana firman Allah SWT : Artinya : M aka hadapkanlah wajahmu lurus kepada agama (Allah),

  (tetaplah atas) fitra h A llah yang telah m enciptakan m anusia m enurut fitra h itu. Tidak ada perubahan atas fitra h Allah.

  (Itulah) agama yang lurus, tapi kebanyakan m anusia tidak mengetahuinya. (QS. Ar-Rum : 30).17

  Dengan demikian setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki naluri keagamaan yang nantinya akan mempengaruhi dirinya, seperti unsur-unsur yang ada dalam dirinya turut membentuk akhlak / moral antara la in :

  1) Insting dan akal 2) Adat istiadat 3) Kepercayaan 4) H aw anafsu

  5) Keinginan-keinginan 6) Hati nurani.

  b. Faktor Ekstem Adapun faktor ekstem adalah faktor yang mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia yaitu m eliputi:

  24

  1) Pengaruh Keluarga Setelah manusia lahir, maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga dalam pendidikan, yaitu memberi pengalaman pada anak baik melalui pemeliharaan, pembinaan, dan mengarahkan yang menuju pada terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua.

  Orang tua (keluarga) merupakan pusat kegiatan rohani bagi anak yang pertama baik itu tentang sikap, cara berbuat, cara berfikir akan kelihatan. Keluarganya sebagai pelaksana pendidikan Islam yang akan mempengaruhi dalam pembentukan akhlak mulia.

  2) Pengaruh Sekolah Sekolah merupakan rumah tangga yang besar. Di sana anak akan menjumpai saudara-saudara baru, sama-sama belajar. Begitu juga menjumpai guru sebagai orang tua mereka yang memberi petunjuk dan pengajaran, menegur bila tersesat, menjawab bila bertanya, meluruskan bila menyeleweng, dan memberi semangat supaya rajin belajar. Dalam sekolah guru menjadi orang tua yang penyayang, petunjuk yang jujur serta pemimpin yang ikhlas yang semuanya itu dapat mempengaruhi akhlak anak. Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus sebagai b erik u t:

  “Kewajiban sekolah adalah melaksanakan pendidikan yang lidak dapat dilaksanakan di rumah tangga, pengalaman anak-anak dijadikan dasar pelajaran di sekolah. Kelakuan

  25

  dibenarkan, perangainya yang kasar diperhalus, tingkah laku yang senonoh diperbaiki dan begitulah seterusnya”.18 3) Pengaruh Lingkungan Masyarakat

  Lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk akhlak lingkungan yang baik akan menarik anak berakhlak baik. Lingkungan yang jahat akan menarik anak berakhlak yang jahat pula. Oleh karena itu pendidik harus memperhatikan lingkungan yang berhubungan di luar keluarga dan sekolah. Begitu juga harus diperhatikan teman-teman sejawatnya yang bermain dengan anak tersebut tiap harinya, mereka itu mempunyai pengaruh yang besar pada akhlak anak.

  3. Metode Pendidikan Akhlak Untuk mendidik ankhlak dalam Islam, terdapat beberapa cara atau metode. Menurut Athiyah Al-Abrasyi ada tiga metode yaitu : a. Pendidikan akhlak secara langsung, yaitu dengan cara memberi petunjuk, tuntunan, nasehat, menyebutkan manfaat dan bahayanya sesuatu.

  b. Pendidikan akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan cara sugesti, seperti mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmat kepada anak dengan memberikan nasehat dan berita berharga.

  26

  c. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan akhlak.19 Zakiah Daradjat menyebutkan ada lima metode pendidikan akhlak yang efektif, yaitu : a. Menumbuh-kembangkan dorongan dari dalam yang bersumber pada iman dan takwa.

  b. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Al-Qur'an lewat ilmu pengetahuan, pengamalan dan latihan agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.

  c. Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakan. Selanjutnya kemauan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan.

  d. Latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang yang lain untuk bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.

  e. Pembiasaan dan pengulangan melaksanakan yang baik, sehingga perbuatan baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak terpuji, kebiasaan yang mendalam tumbuh dan berkembang secara wajar dalam diri manusia.20

  Pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan, memperhatikan dan mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan aqidah dan moral, persiapan spiritual serta sosial dan selalu memantau situasi pendidikan jasmani dan daya ilmiahnya.

  27 Dalam Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

  Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

  keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.

  (QS. At-Tahrim : 6).21 Al-Qur'an telah memaknai hukuman yang memberikan ketakutan dan ancaman dalam berbagai ayat yang jelas yang menggunakannya dalam upaya memperbaiki jiwa orang Islam dalam mempersiapkan moral dan spiritual.

  

C. Pengaruh Moralitas Guru Agama terhadap Mutu Pendidikan Akhlak

Anak di Sekolah

  Seorang guru agama harus mendasari tugas profesinya dengan ajaran Islam. Karena guru agama merupakan input yang besar dalam transfer o f

  knowledge dan juga dalam pembentukan akhlak siswa. Dengan berdasarkan

  kepada ajaran Islam seorang guru agama dapat memberikan kode etik serta norma-norma yang mampu mengangkat harkat dan martabat manusia.

  Allah SWT berfirman dalam surat Shad ayat 29 yang berbunyi:

  ( Y ^ _ J}" SlS j i l jy> ijJ L J l A jJ jj!

  Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh

  dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (Q.S. Shad : 29).22 21 Mujamma’ Al-Malik Fahd li Thiba’ Al-Mush-haf, op.cit., him. 951.

22 Ibid., him. 736.

  28 Budi pekerti guru agama maha penting dalam pendidikan watak murid.

  Guru agama harus menjadi suri tauladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Guru agama yang tidak berakhla baik atau tidak memiliki moralilas tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik, karena figur seorang guru agama benar-benar harus menjunjung tinggi nilai-nilai moral atau berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.

  Guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik agar anak bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah tauladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah

  SAW menjadi tauladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi tauladan kepada murid-muridnya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.23