EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs MA’ARIF GESI SRAGEN
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN
AQIDAH AKHLAK
DI MTs MA’ARIF GESI SRAGEN
TESIS
Program Studi Magister Agama Islam
Oleh:
Ana Maratul Hasanah NIM: 09130074
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
September 2011
(2)
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN
AQIDAH AKHLAK
DI MTs MA’ARIF GESI SRAGEN
TESIS
Program Studi Magister Agama Islam
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister
Oleh:
Ana Maratul Hasanah NIM: 09130074
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
September 2011
(3)
LEMBAR PERSETUJUAN
1. Judul : EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN AQIDAH
AKHLAK DI MTs MA’ARIF GESI SRAGEN 2. Nama : Ana Maratul Hasanah
3. NIM : 09130074
4. Program Studi : Magister Agama Islam 5. Penyelesaian : Tanggal 23 Agustus 2011
Menyetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
(4)
TESIS
PENGARUH KEWIBAWAAN GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA MI AWALIYAH BULAKGADUNGAN
MANTINGAN, NGAWI
Disusun oleh: Muslimin NIM 09130084
Diterima dan disahkan Pada tanggal 13 September 2011
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji
Drs. M. Nurul Humaidi, M.Ag Prof. Dr. Ishomudin, M.Si. Pembimbing Pendamping
Drs. Suwarno, M.Ag. Drs. Sunarto, M.Ag.
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
Tanggal,……… Direktur,
(5)
TESIS
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs MA’ARIF GESI SRAGEN
Disusun oleh: Ana Maratul Hasanah
NIM 09130074
Diterima dan disahkan Pada tanggal 13 September 2011
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji
Prof. Dr. Tobroni, M.Si Drs. M. Nur Hakim, MA
Pembimbing Pendamping
Drs. Suwarno, M.Ag. Drs. Syamsurijal Yazid, MA.
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
Tanggal,……… Direktur,
(6)
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Ana Maratul Hasanah
NIM : 09130074
Program Studi : Magister Agama Islam Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: 1. Tesis dengan judul:
Efektivitas Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Ma’arif Gesi Sragen
Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS saya digugurkan dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 23 Agustus 2011 Yang menyatakan
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kehadirat junjungan Nabi Besar Muhammad Saw.
Tesis yang berjudul Pendidikan Seks Anak Usia Sekolah dalam Islam (Kajian atas Pemikiran Ali Akbar) ini disusun untuk memenuhi tugas penelitian sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister pada Program Studi Magister Agama Islam pada Universitas Muhammadiyah Malang. Di samping itu juga sebagai sumbangan pemikiran dan upaya peningkatan rasa tanggung jawab peneliti sebagai seorang pendidik dan sebagai makhluk sosial.
Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan tesis ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Muhadjir Effendi, M.Ap., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dr. Latipun, M.Kes., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang
(8)
3. Prof. Dr. Tobroni, M.Si., selaku pembimbing utama dan Drs. Suwarno, M.Ag. selaku pembimbing pendamping.
4. Istri tercinta yang memberikan semangat dan dorongan yang penuh arti dalam penyelesaian kuliah ini.
5. Sahabat-sahabatku serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada peneliti dalam pelaksanaan penelitian hingga tesis ini tersusun.
Atas segala bantuan dan jasa baiknya, semoga Allah Swt. memberikan pahala, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada mereka semua.
Akhirnya peneliti berharap mudah-mudahan tesis ini dapat membawa manfaat dan menimbulkan tindak lanjut bagi yang berkepentingan.
Malang, 23 Agustus 2011
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
SURAT PERNYATAAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
F. Sistematikan Pembahasan ... 10
BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Kajian tentang Efektivitas ... 12
B. Kajian tentang Metode Pembelajaran ... ... 20
C. Pembelajaran Akidah Akhlak ... ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Subyek Penelitian ... 38
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
D. Metode Pengumpulan Dara ... 38
E. Metode Analisis Data ... 40
(10)
A. Gambaran Umum MTs Ma’arif Gesi ... 43
B. Model Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Ma’arif Gesi ... 48
C. Efektifitas Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Ma’arif Gesi ... 63
BAB V : PENUTUP ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran-saran ... 71
(11)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.
Aziz, Erwati. (2003). Prinsip-prinsip Pendidikan Islam. Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Azwa, Syarifudin. (1999). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baker, Anton. (1996). Metode Penelitian Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia. Danim, Sudarwan (1993). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok.
Jakarta: Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah. (1980). Peran Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Depag. (2004). Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 2004. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah
_____ (2007). SKL-SK-KD Akidah Akhlak MTs 2007. (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah.
Dunne, Richard. (1996). Pembelajaran Efektif. Jakarta: Grasindo
HS, Fachruddin. (1981). Terjemah Hadits Shahih Muslim. Jakarta: Bulan Bintang. Mikarsa, Hera Lestasi. (2003). Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Moleong, Lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Patoni, Achmad. (2004). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bina Ilmu.
Popham, W. James. (2003). Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta
Program Software Haditsweb dalam website: http://opi.110mb.com/ Sardiman (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: CV Rajawali.
(12)
Slameto (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. “A Model of Effective Instruction,” dalam website
http://www.successforall.net/_images/pdfs/modeleffect.htm
Suciati, E. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudijono, Anas. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
____________ (1989). Teknologi Pengajaran. Bandung: CV Sinar Baru. Suparlan (2008). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat.
Surahmat, Winarno. (2003). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Sutrisno (2005). Revolusi Pendiidikan di Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruz Media. Syaltut, Mahmud. (2007). Al-Islam Aqidah wa Syariah. Kairo: Dar al-Syuruq.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003). Bandung: Citra Umbara.
Usman, Moh. Uzer. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
(13)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai sebuah agama, Islam diyakini oleh pemeluknya sebagai agama
yang mengatur masalah aqidah dan syariah. Aqidah berbicara masalah
keimanan, sedang syariah berbicara tentang semua bentuk ketentuan atau
hukum, baik yang berhubungan antara manusia dengan Tuhannya,
hubungannya dengan sesama, hubungannya dengan alam dan hubungannya
dengan kehidupan (Mahmud Syaltut, 2007: 29).
Masalah aqidah merupakan konsentrasi terpenting yang ditekankan
dalam dakwah Nabi Saw. Selama bertahun-tahun berada di Mekah, tidak
jarang beliau mendapat berbagai celaan bahkan siksaan dari orang-orang
musyrik saat mempromosikan keyakinan ketuhanan (tauhid) ini. Dan selama
bertahun-tahun itu pula, masih saja banyak orang yang membangkang dan
menolak aqidah yang diajarkan Nabi.
Berkaca pada perjuangan Nabi yang begitu berat dalam
mendakwahkan aqidah, bisa dikatakan bahwa persoalan aqidah adalah
persoalan krusial yang harus terus-menerus diperjuangkan dan ditanamkan
kepada umat agar mereka bebas dari kepercayaan-kepercayaan yang
menyimpang. Atau dengan kata lain, mendakwahkan kepada aqidah yang
benar tidak berhenti pada masa Nabi saja, sebaliknya bahwa umat beliau harus
(14)
2
Selain aqidah, masalah akhlak juga sangat ditekankan oleh Nabi dalam
dakwahnya. Dalam salah satu sabdanya yang terkenal dinyatakan bahwa
diutusnya beliau di dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia. Akhlak di sini dapat dipahami sebagai sekumpulan etika Islam yang
harus dijunjung oleh setiap Muslim baik dalam kehidupan pribadi maupun
sosial. Sama seperti aqidah, pentingnya internalisasi nilai-nilai akhlak harus
terus diupayakan bagi semua orang agar Islam sebagai rahmatan lil alamin
dapat benar-benar terwujudkan dalam realitas.
Seperti disebutkan di atas bahwa mendakwahkan aqidah dan akhlak
yang Islami merupakan suatu keniscayaan. Dan ini merupakan perjuangan
yang menuntut adanya keseriusan dari semua pihak.
Paling tidak ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan kenapa
penanaman aqidah yang benar dan akhlak yang Islami sangat penting untuk
terus diperjuangkan dan upayakan bahkan sampai saat ini.
Pertama, realitas kehidupan sekarang menunjukkandiakui atau tidak
bahwa aqidah masyarakat mengalami kedangkalan. Atau dengan kata lain,
bahwa aqidah masyarakat kurang kokoh.
Era modern dengan segala pernik profanitas dan hedonismenya
tampaknya sangat mempengaruhi hal di atas. Ini bisa dilihat dari tayangan
media, baik elektronik maupun cetak, yang dengan derasnya menayangkan
liputan-liputan yang jauh dari nilai-nilai Islami. Mereka seolah lupa bahwa
(15)
3
yang ditimbulkan dari acara yang ditayangankan, yang penting mereka dapat
meraup untung sebanyak-banyaknya dari tayangannya tersebut. Tentu di sini
tidak perlu diperdebatkan apakah acara infotainment di televisi yang
mempertontonkan dan mengumbar aurat, atau acara undian-undian yang
memberikan bonus besar sehingga membuat masyarakat kehilangan etos kerja,
dapat melemahkan aqidah dan akhlak masyarakat atau tidak. Sikap yang harus
dilakukan masyarakat sekarang adalah bagaimana mereka dapat menjaga
generasi mudanya (anak-anak) agar menjauhi dan tidak menonton acara
seperti itu
Kedua, bahwa ada kemerosotan aqidah di lingkungan masyarakat dan
sekolah. Di lingkungan masyarakat, kemerosotan aqidah dapat kita lihat dari
semakin banyaknya masyarakat yang lebih lari ke dukun dan paranormal
dalam menyelesaikan persoalan. Mereka seolah lupa bahwa ke dukun—jika
tujuannya adalah pasrah total kepada dukun tersebut—adalah bentuk
kemusyrikan yang begitu ditentang oleh Islam.
Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan Abu Dawud disebutkan,
“Barangsiapa mendatangi dukun peramal dan percaya kepada ucapannya
maka dia telah mengkufuri apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad
Saw.” (Software Haditsweb dalam http://opi.110mb.com)
Berkaitan dengan hal di atas, kita juga dapat melihat bahwa di
lingkungan sekolah masih banyak para siswa yang seolah berperilaku
layaknya bukan “siswa”. Fenomena seperti siswa berani dengan guru, siswa
(16)
4
nikah, banyak dijumpai di sekolah. Kita dapat menjumpai
fenomena-fenomena seperti itu tidak hanya di sekolahan umum yang pelajaran agamanya
hanya diwakili oleh pendidikan agama Islam tapi juga di sekolah-sekolah yang
notabene adalah sekolah “agama” di mana banyak pelajaran agamanya.
Ketiga, harus diakui bahwa kondisi akhlak generasi muda kita sangat
memiriskan. Gaya hidup dan pergaulan mereka yang sudah tidak terkontrol
karena keinginan “mengikuti mode” dan agar tidak “ketinggalan zaman”
menjadi contoh yang nyata. Seolah, budaya malu yang menjadi salah satu
bagian dari keimanan sudah lenyap dari generasi muda sekarang. Jika generasi
muda sekarang sudah berperilaku seperti itu, entah apa yang akan terjadi pada
masa-masa mendatang.
Di dalam hadis dinyatakan:
!"
#
$
%& # ' () # %& ' *+
, -)(. / 0 # 1 23
456 -7 ,8 9: # ;8 "38 ;
< &=>= -)(. ' ? #
' *+
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw bersabda, “Imam mempunyai
tujuh puluh atau enam puluh cabang, yang paling utama adalah mengucapkan
“la ilaha illallah” (tidak ada Tuhan selain Allah), dan yang paling rendah
adalah menyingkirkan benda berbahaya dari jalan. Sikap malu adalah salah
(17)
5
Melihat fenomena-fenomena seperti di atas, tampaknya dan sekali lagi
bahwa penanaman dan internalisasi nilai-nilai aqidah dan akhlak perlu
kembali dipikirkan dan dicarikan solusinya.
Internalisasi nilai-nilai aqidah dan akhlak Islami, merupakan cara yang
tepat untuk membina sikap mental dan kepribadian remaja khususnya dan
manusia pada umumnya, ke arah sikap mental dan kepribadian yang Islami;
sesuai tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Zakiah Daradjat (1980, 65) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kemerosotan moral remaja disebabkan salah satunya
karena kurangnya tertanam pendidikan agama dalam tiap-tiap orang dan tidak
dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari baik oleh individu maupun
masyarakat.
Diharapkan dari titik ini, para remaja akan terhindar dari hal-hal yang
dapat menghambat perkembangan mentalnya dan melakukan
tindakan-tindakan negatif. Media yang dapat digunakan yakni lewat contoh-contoh,
latihan-latihan dan praktek nyata yang dilakukan oleh orang tua mereka di
dalam lingkungan keluarga; oleh para pendidik di sekolah dan oleh anggota
masyarakat di lingkungan sekitar mereka.
Di lingkungan sekolah, pendidikan aqidah dan akhlak merupakan
suatu keharusan karena dengan tidak dikenalnya si anak akan jiwa agama yang
benar, akan lemahlah hati nuraninya (super ego), karena tidak terbentuk dari
nilai-nilai masyarakat atau agama yang diterimanya waktu ia kecil. Jika hati
(18)
nilai-6
nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok ke
dalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik dan menurutkan apa yang
menyenangkannya waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat selanjutnya.
Di antara nilai-nilai yang harus diinternalisasikan kepada mereka
adalah nilai-nilai kejujuran, kasih sayang dengan segala cakupan nilai
positifnya, tidak berlebih-lebihan, menghormati orang tua, taat pada syari’at
agama, memelihara kesucian diri, bertakwa dengan segala perwujudannya,
dan sikap senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain dan kemaslahatan
yang lebih besar dari pada mementingkan diri sendiri dan kepentingan sesaat.
Pendidikan aqidah dan akhlak di sekolah secara khusus tampaknya
telah diusahakan dan diajarkan di sekolah-sekolah yang berbasis agama. Dan
ini berbeda dengan sekolah yang notabene sekolah umum yang hanya
memasukkan pendidikan aqidah dan akhlak dalam satu genre umum mata
pelajaran yakni pendidikan agama Islam.
Namun tidak bisa dibantah, bahwa dengan adanya pendidikan aqidah
dan akhlak di sekolah yang berbasis agama tidak secara otomatis langsung
membuat para siswanya beraqidah dan berakhlak yang Islami. Karena pada
hakekatnya ada beberapa faktor yang saling berpengaruh terhadap proses
keberhasilan pendidikan. Hal ini setidaknya selaras dengan pendapat Slameto
(2003: 54-72) yang menyatakan bahwa secara garis besar ada dua faktor yang
berpengaruh dalam proses pendidikan (belajar mengajar). Dua faktor tersebut
(19)
7
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan) dan faktor eksternal
yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat.
Namun setidaknya dengan mendapat pendidikan tentang aqidah dan
akhlak di sekolah, seseorang akan memahami dan selanjutnya berpegang
dengan aqidah dan akhlak tersebut di dalam berinteraksi, baik di dalam
sekolah maupun di luar sekolah.
Salah satu sekolah berbasis agama (baca: madrasah) yang sampai saat
ini memasukkan pelajaran aqidah akhlak ke dalam kurikulum adalah
Madrasah Tsanawiyah Maarif Gesi Sragen.
Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Gesi Sragen merupakan salah satu
sekolah yang berciri khas Islam. Di sekolah ini, selain mata pelajaran umum
juga diajarkan mata pelajaran agama, yang meliputi al-qur’an hadits, fiqh,
sejarah kebudayaan Islam, bahasa Arab, dan aqidah akhlak.
Pada dasarnya, tujuan adanya mata pelajaran aqidah akhlak di sekolah
ini (dan tentunya juga madrasah lain) adalah membentuk siswa yang
berakhlak dan bertaqwa. Namun demikian, dalam pengamatan penulis
sementara, proses pembelajaran aqidah akhlak di madrasah ini terasa kurang
menyenangkan bagi siswa, terbukti sebagian siswa ketika diajar ramai di
dalam kelas, ngobrol, makan di kelas, ngantuk, izin ke belakang dan sampai
akhir pelajaran tidak kembali lagi, pura-pura sakit, pada kelas lain juga
terdapat hal yang sama seperti usil, banyak melamun dan lain-lain (Observasi,
(20)
8
Karena sebagaimana dipahami, bahwa pada dasarnya, hal terpenting
dalam proses pembelajaran (apapun mata pelajarannya) adalah pertama-tama
siswa harus merasa asyik, senang dan menikmatinya (Sutrisno, 2005: 22).
Selain itu, kondisi guru di madrasah ini juga belum dikatakan ideal,
artinya masih terdapat guru yang merangkap mengajar mata pelajaran lainnya,
misalnya ada guru agama merangkap mata pelajaran bahasa Indonesia dan lain
sebagainya. Hal terakhir ini paling tidak juga ikut berperan dalam keberhasilan
proses belajar mengajar.
Dengan melihat uraian urgensi pendidikan aqidah dan akhlak seperti
tergambar di atas, dan berkaca pada realitas kondisi aqidah generasi muda
yang merosot dan meresahkan, maka di sini penulis hendak melakukan
penelitian tentang bagaimana sebenarnya pembelajaran aqidah akhlak
teraplikasi di sekolah dan bagaimana efektivitas pembelajaran itu. Penelitian
ini selanjutnya akan menjadikan MTs Maarif Gesi Sragen sebagai tempat
penelitian.
B. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas teridentifikasi beberapa masalah
yang perlu dikemukan di sini.
1. Ada fenomena yang menunjukkan bahwa aqidah masyarakat telah
mengalami pendangkalan. Hal ini dipicu oleh tontonan-tontonan dari
(21)
9
2. Generasi muda sekarang mengalami kemesotan akhlak. Dan ini bisa
dilihat dari gaya hidup dan cara berpakaian mereka yang semakin-hari
semakin jauh dari etika-etika yang diajarkan Islam
3. Bahwa pembelajaran aqidah dan akhlak perlu diupayakan dan diajarkan di
sekolah secara mandiri, artinya tidak hanya masuk dalam sub pembahasan
dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini paling tidak telah
dilakukan oleh sekolah-sekolah yang berbasis Islam.
4. Perlu adanya terobosan-terobosan yang baru dalam pendidikan agar
pembelajaran yang ada di sekolah berlangsung secara efektif dan tidak
membosankan.
C. Rumusan Masalah
Dengan berdasar pada uraian latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diwakili oleh beberapa pertanyaan
berikut:
1. Bagaimana metode pembelajaran aqidah akhlak di MTs Ma’arif Gesi
Sragen?
2. Bagaimana efektivitas pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Ma’arif Gesi
Sragen?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah penulis ingin mendiskripsikan:
(22)
10
b) Efektivitas pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Ma’arif Gesi Sragen?
2. Manfaat Penelitian
a) Secara Teoritik
Diharapkan dapat memberi masukan dalam khasanah ilmu
pendidikan tentang pentingnya pembelajaran yang efektif sehingga
mutu dan kualitas pendidikan dalam meningkat
b) Secara praktis
1) Bagi guru, penelitian diharapkan dapat menjadi dasar
pertimbangan, evaluasi dan masukan dalam mengajar mata
pelajaran aqidah akhlak, dan secara umum mata pelajaran agama
Islam.
2) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pertimbangan untuk selalu meningkatkan kualitas dan mutunya,
terlebih kualitas pendidiknya agar tujuan pendidikan yang
dicanangkan dari awal dapat terealisasi dengan baik.
E. Sistematika Pembahasan
Sebagai gambaran awal, penelitian ini disusun dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan.
(23)
11
pembelajaran aqidah akhlak.
Bab ketiga adalah metodologi penelitian. Dalam bab ini akan
dipaparkan jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, metode
pengumpulan data, dan metode analisa data.
Bab keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini
akan dibahas antara lain: gambaran umum lokasi penelitian, metode
pembelajaran aqidah akhlak dan efektivitas pembelajaran aqidah akhlak yang
ada di MTs Ma’arif Gesi Sragen
Bab kelima adalah bab penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan
(1)
nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok ke dalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik dan menurutkan apa yang menyenangkannya waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat selanjutnya.
Di antara nilai-nilai yang harus diinternalisasikan kepada mereka adalah nilai-nilai kejujuran, kasih sayang dengan segala cakupan nilai positifnya, tidak berlebih-lebihan, menghormati orang tua, taat pada syari’at agama, memelihara kesucian diri, bertakwa dengan segala perwujudannya, dan sikap senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain dan kemaslahatan yang lebih besar dari pada mementingkan diri sendiri dan kepentingan sesaat.
Pendidikan aqidah dan akhlak di sekolah secara khusus tampaknya telah diusahakan dan diajarkan di sekolah-sekolah yang berbasis agama. Dan ini berbeda dengan sekolah yang notabene sekolah umum yang hanya memasukkan pendidikan aqidah dan akhlak dalam satu genre umum mata pelajaran yakni pendidikan agama Islam.
Namun tidak bisa dibantah, bahwa dengan adanya pendidikan aqidah dan akhlak di sekolah yang berbasis agama tidak secara otomatis langsung membuat para siswanya beraqidah dan berakhlak yang Islami. Karena pada hakekatnya ada beberapa faktor yang saling berpengaruh terhadap proses keberhasilan pendidikan. Hal ini setidaknya selaras dengan pendapat Slameto (2003: 54-72) yang menyatakan bahwa secara garis besar ada dua faktor yang berpengaruh dalam proses pendidikan (belajar mengajar). Dua faktor tersebut adalah faktor internal, yang meliputi fisik (kesehatan), psikologis (intelegensi,
(2)
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan) dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat.
Namun setidaknya dengan mendapat pendidikan tentang aqidah dan akhlak di sekolah, seseorang akan memahami dan selanjutnya berpegang dengan aqidah dan akhlak tersebut di dalam berinteraksi, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Salah satu sekolah berbasis agama (baca: madrasah) yang sampai saat ini memasukkan pelajaran aqidah akhlak ke dalam kurikulum adalah Madrasah Tsanawiyah Maarif Gesi Sragen.
Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Gesi Sragen merupakan salah satu sekolah yang berciri khas Islam. Di sekolah ini, selain mata pelajaran umum juga diajarkan mata pelajaran agama, yang meliputi al-qur’an hadits, fiqh, sejarah kebudayaan Islam, bahasa Arab, dan aqidah akhlak.
Pada dasarnya, tujuan adanya mata pelajaran aqidah akhlak di sekolah ini (dan tentunya juga madrasah lain) adalah membentuk siswa yang berakhlak dan bertaqwa. Namun demikian, dalam pengamatan penulis sementara, proses pembelajaran aqidah akhlak di madrasah ini terasa kurang menyenangkan bagi siswa, terbukti sebagian siswa ketika diajar ramai di dalam kelas, ngobrol, makan di kelas, ngantuk, izin ke belakang dan sampai akhir pelajaran tidak kembali lagi, pura-pura sakit, pada kelas lain juga terdapat hal yang sama seperti usil, banyak melamun dan lain-lain (Observasi, 2 Juni 2011).
(3)
Karena sebagaimana dipahami, bahwa pada dasarnya, hal terpenting dalam proses pembelajaran (apapun mata pelajarannya) adalah pertama-tama siswa harus merasa asyik, senang dan menikmatinya (Sutrisno, 2005: 22).
Selain itu, kondisi guru di madrasah ini juga belum dikatakan ideal, artinya masih terdapat guru yang merangkap mengajar mata pelajaran lainnya, misalnya ada guru agama merangkap mata pelajaran bahasa Indonesia dan lain sebagainya. Hal terakhir ini paling tidak juga ikut berperan dalam keberhasilan proses belajar mengajar.
Dengan melihat uraian urgensi pendidikan aqidah dan akhlak seperti tergambar di atas, dan berkaca pada realitas kondisi aqidah generasi muda yang merosot dan meresahkan, maka di sini penulis hendak melakukan penelitian tentang bagaimana sebenarnya pembelajaran aqidah akhlak teraplikasi di sekolah dan bagaimana efektivitas pembelajaran itu. Penelitian ini selanjutnya akan menjadikan MTs Maarif Gesi Sragen sebagai tempat penelitian.
B. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas teridentifikasi beberapa masalah yang perlu dikemukan di sini.
1. Ada fenomena yang menunjukkan bahwa aqidah masyarakat telah mengalami pendangkalan. Hal ini dipicu oleh tontonan-tontonan dari beragam media yang cenderung destruktif ketimbang edukatif.
(4)
2. Generasi muda sekarang mengalami kemesotan akhlak. Dan ini bisa dilihat dari gaya hidup dan cara berpakaian mereka yang semakin-hari semakin jauh dari etika-etika yang diajarkan Islam
3. Bahwa pembelajaran aqidah dan akhlak perlu diupayakan dan diajarkan di sekolah secara mandiri, artinya tidak hanya masuk dalam sub pembahasan dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini paling tidak telah dilakukan oleh sekolah-sekolah yang berbasis Islam.
4. Perlu adanya terobosan-terobosan yang baru dalam pendidikan agar pembelajaran yang ada di sekolah berlangsung secara efektif dan tidak membosankan.
C. Rumusan Masalah
Dengan berdasar pada uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diwakili oleh beberapa pertanyaan berikut:
1. Bagaimana metode pembelajaran aqidah akhlak di MTs Ma’arif Gesi Sragen?
2. Bagaimana efektivitas pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Ma’arif Gesi Sragen?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah penulis ingin mendiskripsikan: a) Metode pembelajaran aqidah akhlak di MTs Ma’arif Gesi Sragen.
(5)
b) Efektivitas pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Ma’arif Gesi Sragen? 2. Manfaat Penelitian
a) Secara Teoritik
Diharapkan dapat memberi masukan dalam khasanah ilmu pendidikan tentang pentingnya pembelajaran yang efektif sehingga mutu dan kualitas pendidikan dalam meningkat
b) Secara praktis
1) Bagi guru, penelitian diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan, evaluasi dan masukan dalam mengajar mata pelajaran aqidah akhlak, dan secara umum mata pelajaran agama Islam.
2) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk selalu meningkatkan kualitas dan mutunya, terlebih kualitas pendidiknya agar tujuan pendidikan yang dicanangkan dari awal dapat terealisasi dengan baik.
E. Sistematika Pembahasan
Sebagai gambaran awal, penelitian ini disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah kajian pustaka. Dalam bab ini akan dipaparkan tentang kajian tentang efektivitas pembelajaran, metode pembelajaran dan
(6)
pembelajaran aqidah akhlak.
Bab ketiga adalah metodologi penelitian. Dalam bab ini akan dipaparkan jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisa data.
Bab keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini akan dibahas antara lain: gambaran umum lokasi penelitian, metode pembelajaran aqidah akhlak dan efektivitas pembelajaran aqidah akhlak yang ada di MTs Ma’arif Gesi Sragen
Bab kelima adalah bab penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.