MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK PESANTREN (Studi Di Madrasah Aliyah Yajri Payaman Secang Magelang Tahun Ajaran 2006/2007) - Test Repository

  

MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH

BERBASIS PONDOK PESANTREN

  (Studi Di M adrasah Aliyah Yajri Payaman Secang Magelang Tahun Ajaran 2006/2007)

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  

Dalam ilmu Tarbiyah

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

2007

DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI JURUSAN TARBIYAH

  JL S ta d io n N o , 03 S a la tig a 5 0 7 2 1 T elp, (0298) 3 2 3 7 0 6 F a x (0298) 3 2 3 4 3 3 Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

  Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion No. 03 Salatiga

  Salatiga, September2007

  NOTA PEMBIMBING Lamp. : 3 (tiga) Eksp.

  Kepada Yth.

  Ketua STAIN Salatiga

  Hal : Naskah Skripsi

  Sdr. Sopyan

  Di Tempat Assalamu 'alaikum wr. wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Sopyan - NIM : 111 02 046

  Judul : MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK PESANTREN (Studi di Madrasah Aliyah Yajri Payaman,

  Secang, Magelang tahun ajaran 2006/2007) Bersama ini kami mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas segera dimunaqosyahkan.

  Demikian harap menjadi perhatian.

  Wassalamu ’alaikum wr. wb.

  Pembimbing,

  DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A JL S ta d io n N o . 03 S a la tig a 5 0721 T elp. (0 2 9 8 ) 3 2 3 7 0 6 F a x (0298) 3 2 3 4 3 3

  

PENGESAHAN

  Skripsi saudara: Sopyan dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 02 046 yang beijudul

  

MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK

PESANTREN (Studi di Madrasah Aliyah Yajri Paya man, Secang, Magelang tahun

ajaran 2006/2007) telah dimunaqosyahkan pada sidang panitia ujian Sekolah Tinggi Agama

  Islam Negeri Salatiga pada hari Senin tanggal 01 Oktober 2007 M. yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428 H., dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

  Salatiga, 01 Oktober 2007 M

  19 Ramadhan 1428 H

  

PANITIA UJIAN

Sekretaris Sidang Dr. HM. Saerozi. M.Ag

  NIP 150 247 014

  Penguji II

  'A

  KT l' Dm. Nur Hasanah. M.Pd

  NIP. 150 268 213

  

jPembimbing,

  DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A

f c g g g j g r Jl. Stadion No. 03 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323706 Fax (0298) 323433

  

D E K L A R A SI

B ism illa h irra h m a n irra h im ,

  Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini berisi pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosyah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 01 Oktober 2007 M

  cM (9& W 9 ^usiia aJdusat fa ta psyaasupfaui, o /lm a dasi a sn a / fa ta /aA um afaui, ^1/n tu A Q%Iam m ulia. f o t A n n u l W a A IA J

  O jA a /u p a /i tw zpjJuA le /tfa /u p /u d u p '^ M e /u i. /u ln , te /a A A ic/a p , fffa fu o p si jfa ru p ta u /a& uAari ctcnpa/i A idupsnu (?^uc/aAAaA ta u A aal /etu A A& unat/ui PPP

  

3 e t s em A a A a n

(Saya, p e, t s em A aAAan sAtipsi ini kepada,' / .

  S/S apa,A (Sapatno dan iAu (S a la tli leteinla, y any lelaA m enyayanyi dan menyasiAiAa den y a,n la la s iAAlc-s, ja y a m em AetiAan Aes em p a la n an la A m enanlal dm a. (Semaya ta A n a l dan AidayaAc3ya sela la leteataA Aepada Aeliaa.

  

3 . 3 elaAan Jiwa, sandaran AaliAa ( 3 linu 38usniyali A end 38Aasnassy* a t

yan y selalu a d a diAala Aa tap a A, SanyAilAun sem anyalAu laA seyeta m enyelesaMa n sAripsi ini sedaya i s a la A sala sya ta l an la A meniAuAima fAiar sem a a ya l

  J.

  

3'. « 3 deA- adeAAu yany la e a -laca C >/Amad (Said UadAoli, oV atal

(SAivmidaA, 0 /m i 37AcliJaA, Aalian Aatas leAiA AaiA d a tip a d a AaAaAma ini. / . 3 8 elu a rya 3 elaA 58p . 38usnussycar dan .JA u 3aAm h o la l 58 it to A, deA oVazil dan mas 378asan letim a AasiA alas doanya.

3 . 3 8 ela atya £8p . C/Vatsalim & mAaA (S ti, 58api, < 3 jid z dan 3 8 any

3 8 as an i, d i JJanyAanyan ya n y sanyal AaiA Aepada Aa. 6 . 3 8 elaatya 38 esa t 378imp anam ^ 3 8 anda
  • - A and a d i 3 8 0 3 (3 ( 3 a Am i& le,A 3 ia ta , JJiaas& < 3 lal, 3 8 koUs& 3uliA, q 3 ( aAson&r 38Aa/id, 3aaziSr 3%/an, cM t. (-3 le>n& 58 a Am an, A any 58 eman, mas 3puny, pa-A c 3 uAli, CMas Q/usuf, d ll) yany lelaA memAimAinyAa d i 38impanan. ^ 58emen- lemen sep eyaanyan d i 38im panan (38aAim, (-3yas 3 ) u f teni, (9Aed, 3 8 tis, d ll). jja y a adeA - adeA d i 38im panan 858 eAeny, ( 3 yas, 58 ul/i, 3otiA, Sfto/iA, 2 ) aliaA, 35a Ay dan selatuA A adet 38om sal Wdlisonyo & ( 3 ane-sAa)

    7. 3em en- le,m enAu d i 3* ay am an (Uanit, (S lem an, 88 odonA, 3 8 a tan, 3 o z y ,

  c4(aezi, 38ada, 38allany, cA(as (SyatyJ* d ll) selalu Aainyat'Jasamu Aawan 8 . 3em en- lemen 3 8 3 8 c3 3* osAo / 8 3 ) umuA 8cA( as a, c 3 rtjid , O / lint, (S oAeA, oVatAadi, 35ulaiAAa, mAaA 58 o/iyoA, mAaA 58 adlaA , Aany 3 tayil, dan Aelaatya Aesat (-3 am a A). 9 . 31 eAan - teAan <S3( a / 3 c 3 (Salaliya, 3 ( 3 3 ’0 3 8 3 eny, 38Ao i t a din, oVaniA, d ll) 04(illapasa 83 1 e-mil, 3*encot, 3au/o, (3m ex. d ll). 3 ) an selatuA lemen-lemen < 5 3 (3 3 (3 (Salaliya yan y menyenalAa.

KATA PENGANTAR

  Seiring salam dan doa semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada rasul akhir zaman, Muhammad SAW, yang telah memberi pencerahan pada dunia.

  Syukur Alhamdulillah, akhirnya penulisan skripsi dengan judul;

  

MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK

PESANTREN (Studi Di Madrasah Aliyah Yajri Pay aman Secang Magelang

Tahun Ajaran 2006/2007) ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

  guna memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini.

  Penulis sadari, bahwa skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa pertolongan Allah SWT, dan bantuan berbagai pihak yang terkait, juga orang-orang yang mendoakan selesainya skripsi ini. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, ijinkanlah kami menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Ketua STAIN Salatiga, Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

  2. Kaprogdi Pendidikan Agama Islam Bp. Fatchurrahman, M.Pd

  3. Pembimbing Skripsi, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. atas waktu, tenaga, ilmu, arahan dan bimbingan yang telah diberikan kepada peneliti dengan kesabaran dan keikhlasan.

  4. Segenap dosen STAIN atas ilmu yang telah diberikan.

  5. Pengasuh Ponpes Sirojul Mukhlasin II KH. Minanurahman Anshori, dan seluruh ustadz yang telah mengasuh penulis selama dipesantren hingga kini.

6. Kepala MA Yajri Payaman, Secang, Magelang, Ibu Cholishoh Mahfudhoh SE, dan seluruh Keluarga Besar MA Yajri tercinta.

  7. Seluruh Masyarakat Gembongan, Payaman, Magelang, (juga Mak Yem sekeluarga)

  8. Kawan-kawan di Salatiga yang telah memberi dukungan, saran dan selalu menanyakan kapan wisuda.

  Penulis sadar, kata sempurna masih jauh dari skripsi ini, mendekati kesempurnaan pun rasanya tidak pantas karena masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka, saran dan pendapat sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami skripsi ini bisa bermanfaat bagi pihak-pihak yang berhubungan, dan khususnya bagi pembaca. Amin

  Salatiga, 1 Oktober 2007

  

MANAJEMEN PENDIDIKAN

MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK PESANTREN

(Studi di Madrasah Aliyah Yajri Payaman, Secang, Magelang Tahun 2006/2007)

  DAFTAR ISI

  

  BAB I : PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV : ANALISIS DATA

  

  

  BABY : PENUTUP

  

  

   DAFTAR PUSTAKA

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

MANAJEMEN PENDIDIKAN

MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK PESANTREN

  1 B A B I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

  Pendidikan merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari semua individu di dunia ini. Dengan pendidikan maka tingkat kepandaian dan kemampuan setiap orang akan meningkat. Pendidikan dewasa ini khususnya Indonesia sedang mendapatkan sorotan, baik oleh pemerintah maupun pihak- pihak lain yang terkait, bahwa pendidikan mendapatkan porsi 20% dari APBN. Paling tidak hal ini sangat menarik, dengan anggaran yang sedemikian banyak akan diharapkan melahirkan dan memunculkan bibit bangsa yang handal dan mampu bersaing dengan lulusan dari luar negeri. Namun yang masih perlu diperhatikan adalah proses dari penyaluran anggaran ini, diharapkan tidak salah sasaran.

  Perkembangan pendidikan menunjukkan perkembangan sangat pesat. Indikatornya adalah muncul sekolah-sekolah baru yang menawarkan berbagai kelebihan dalam membekali setiap peserta didik. Beranjak dari fenomena di atas, maka perlu adanya pembenahan dalam setiap lini atau kelembagaan lembaga pendidikan teisebut, jika tidak maka harus bersiap tertinggal dan tidak diminati.

  Sesuai dengan salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa,

  2

  20 tahun 2003) diamanatkan adanya kenaikan anggaran pendidikan menjadi 20% dni APBN. Anggaran pendidikan lebih tinggi daripada anggaran kesehatan, karena program ini juga bertujuan untuk mewujudkan manusia yang sejahtera lahir batin, serta menguasai sains dan teknologi dengan tetap memperhatikan perspektif etis dan panduan moral. Seperti terlihat dalam pengalaman negara-negara maju, kemajuan dan penguasaan sains dan teknologi yang berlangsung tanpa perspektif etis dan bimbingan moral akan menimbulkan berbagai konsekuensi serta dampak negatif, yang membuat manusia semakin jauh dari pusat eksistensial-spritualnya. Hal ini, pada gilirannya menciptakan masalah-masalah kemanusiaan yang cukup berat, diantaranya krisis nilai-nilai sosial, kekosongan nilai-nilai rohaniah, dan sebagainya.

  Mempertimbangkan kenyataan ini, pengembangan dan penguasaan sains dan teknologi di Indonesia seyogyanya berlandaskan pada wawasan moral dan etis. Indonesia mempunyai sejumlah modal dasar yang memadai untuk mewujudkan cita-cita ini. D i antara modal dasar terpenting adalah kenyataan bahwa rakyat dan bangsa Indonesia adalah umat religius, yang sangat menghormati ajaran-ajaran agama.

  Perkembangan lembaga pendidikan formal (sekolah) berbasis keagamaan di tanah air akhir-akhir adalah sebuah fenomena yang menarik untuk diperbincangkan. Di berbagai kota di tanah air bermunculan sekolah berbasis keagamaan, baik itu Islam ataupun lainnya. Sekolah-sekolah dengan label SDIT/SMPIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu/ Sekolah Menengah Islam

  3 Terpadu) marak didirikan di mana-mana. Bahkan sekolah-sekolah negeri d^n

  swasta umum juga mulai menekankan pentingnya peran agama dalam kurikulum mereka. Beberapa sekolah umum mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian seragam yang bernuansa agamis seperti rok panjang dan jilbab

  ■ y bagi para siswinya. Kondisi ini mendorong mereka untuk menciptakan suasana-suasana kultural keagamaan. Mereka ingin mendidik anak-anak mereka dalam suasana keagamaan sebanyak mungkin c’gar dapat menjadi pondasi yang kokoh dalam menghadapi perkembangan zaman. Sebagian orang tua yang punya rasa cemas dengan dampak modernisasi kemudian memilih untuk “mensterilkan” anak- anak mereka dari pengaruh negatif perkembangan zaman. Diantara usahanya adalah dengan memasukkan anak-anak mereka di madrasah dan pondok- pondok pesantren, seminari atau biara-biara tradisional dengan pola pengajaran dan lingkungan yang jauh dari pengaruh modernisasi.

  Pesantren-pesantren tradisional maupun yang berlabel modem menjadi pilihan. Usaha ini menghadapi problema serius, yaitu teralienasinya anak-anak mereka dari kehidupan modem selepas mereka dari pendidikan tradisional tersebut. Lulusan sekolah-sekolah keagamaan tradisional ini pada umumnya menjadi ’’gagap” dan tak mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan modem.

  Realita inilah yang membuat para orang tua berpikir untuk membuat “alternatif lain” sebagai ganti dari sekolah-sekolah keagamaan tradisional tersebut. Mereka sadar bahwa meski pendidikan dan kultur agama sangat

  4

  diperlukan bagi masa depan anak-anak tapi modernitas juga mesti diakomodir agar anak-anak mereka juga dapat menjadi pemenang dalam kehidupan dunia.

  Sekolah haruslah mampu memberikan bekal dasar-dasar keagamaan yang cukup sekaligus mampu membuat anak-anak mereka tampil cakap di dunia modem. Hal ini senada dengan Abdul Wahid mengutip Muchtar Buchori bahwa tuntutan terhadap pelaksanaan pendidikan mencakup tiga kemampuan yaitu: pertama, kemampuan untuk mengetahui pola pembahan dan kecenderungan yang sedang beijalan. Kedua, kemampuan untuk menyusun gambaran tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh kecenderungan yang sedang teijadi. Ketiga, kemampuan untuk menyusun program penyesuaian diri yang akan ditempuh dalam jangka waktu tertentu.1 Kesadaran inilah yang kemudian menumbuhsuburkan sekolah-sekolah berbasis keagamaan yang mengusung ilmu pengetahuan dan teknologi modem dalam kurikulum mereka sebagai upaya untuk menghadapi dan menaklukan kerasnya kehidupan dunia.

  Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia,2 yang dikenal sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam yang telah turut membina dan mengembangkan SDM untuk mencapai keunggulan

  (excellence). Sebagai lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren sepanjang

  sejarahnya telah berperan besar dalam upaya-upaya meningkatkan kecerdasan dan martabat manusia.3 Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan wakil

1 Abdul Wahid dalam : Manajemen Berbasis Madrasah, dalam Dinamika Pesantren dan M adrasah, kumpulan artikel, Ismail SM,ed, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hlm.264.

  2 Fatah Syukur, Madrasah Di Indonesia, dalam Ismail SM, ed, Dinamika Pesantren dan Pustaka Pelajar, Yog /akarta, 2002, him. 244 M adrasah,

  5

  presiden Indonesia Yusuf Kalla, bahwa pesantren sangat beijasa dalam pengembangan ilmu dan kemajuan ilmu di masyarakat dan menghargai etos keija para alumninya yang mau dan beijuang gigih serta bersedia ditempatkan di daerah pelosok dan terpencil.4

  Sejak zaman penjajah, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, eksistensinya telah mendapat pengakuan masyarakat. Ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan hanya dalam ilmu-ilmu keagamaan namun juga pengetahuan umum dengan menyelenggarakan pendidikan formal melalui madrasah-madrasah (Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah). Hingga kini pondok pesantren tetap konsisten melaksanakan fungsinya dengan baik, bahkan sebagian telah mengembangkan fungsi dan perannya sebagai pusat pengembangan masyarakat.

  Namun harus diakui bahwa tidak semua lembaga pendidikan Islam (madrasah ataupun pondok pesantren) mampu bersaing dengan lembaga pendidikan umum. Beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain masalah penerapan manajemen yang baik. Seperti yang diungkapkan Prof. Dr. KH. Tolchah Hasan bahwa lembaga pendidikan keagamaan baik pesantren maupun madarasah agar berorientasi kepada sistem yang baik. Sebab jika hanya mengandalkan kepada figur pengelola, maka maju mundurnya lembaga itu tergantung kepada siapa pengelolanya.5 Kenyataan yang terjadi sekarang peran figur pengelola dalam lembaga pendidikan keagamaan Islam masih

  6

  dominan, dan kurang ditunjang dengan pengelolaan yang baik. Pengelolaan yang baik dalam m ^-manage akan menjadikan lembaga pendidikan Islam mampu bersaing dengan lembaga pendidikan formal yang lain. Asumsinya adalah siapa pun yang mengelola harus berpedoman kepada sistem yang diterapkan, bukan hanya melanggengkan figur ketokohan sang pengelola.

  Dari paparan yang telah disampaikan di atas, penulis bermaksud meneliti sebuah lembaga pendidikan berupa madrasah sebagai pendidikan formal berbasis pondok pesantren sebagai sebuah acuan dalam setiap pelaksanaan program pendidikannya. Obyek penelitian ini adalah Madrasah

  Aliyah (MA) Yajri Payaman, Secang, Magelang yang berbasis pondok pesantren Sirojul Mukhlasin Unit II. Madrasah Aliyah Yajri adalah madrasah yang didirikan oleh sebuah yayasan yaitu “Yayasan Amal Jariyah” (Yajri) dan berada dilingkup pondok pesantren Sirojul Mukhlasin unit II.

  Beberapa hal yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian di tempat ini, antara lain bahwa eksistensi madrasah tersebut tetap teijaga hingga sekarang. Secara geografis berada di pinggir kota Magelang, namun MA Yajri tetap mendapat tempat dihati para orang tua untuk mempercayakan anaknya pada madrasah tersebut. Hal tersebut menjadi sesuatu yang menarik bagi penulis untuk mengetahui lebih jauh bagaimana eksistensi tersebut terjaga hingga saat ini dari sudut pandang pengelolaan dan manajemennya.

  Selain itu, keberadaan pondok pesantren Sirojul Mukhlasin unit II mampu menjadi keunggulan bagi penyelenggaraan MA Yajri Payaman, Secang, Magelang. Madrasah ini masih mampu menyerap siswa bukan hanya

  7

  dari sekitar wilayah Magelang saja, tetapi juga ada yang berasal dari wilayah luar Jawa dan juga masih mampu untuk bersaing dengan sekolah-sekolah yang lain dalam perekrutan siswa. Berangkat dari hal tersebut, maka ada beberapa hal yang sangat menarik untuk diungkap dari madrasah ini antara lain: a. Manajemen Madrasah Aliyah Yajri

  b. Manajemen Pondok pesantren Sirojul Muhlasin II

  c. Keterpaduan dan keterikatan antara manajemen Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren Sirojul Muhlasin II.

  d. Pelaksanaan manajemen madrasah berbasis pondok pesantren MA Yajri.

  Berangkat dari hal di atas, maka penulis mengajukan judul dalam penelitian ini adalah: “MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH

  ALIYAH BERBASIS PONDOK PESANTREN (STUDI DI MADRASAH ALIYAH YAJRI PAYAMAN SECANG MAGELANG TAHUN AJARAN 2006/2007)”

B. RUMUSAN MASALAH

  Sesuai dengan judul skripsi di atas, maka ada sejumlah permasalahan yang penulis ajukan untuk dicari jawabannya. Sejumlah masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana gambaran umum Madrasah Aliyah Yajri, Payaman, Secang, Magelang?

  2. Bagaimana Manajemen Pendidikan di MA Yajri Payaman Secang Magelang yang meliputi:

  8

  a. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)?

  b. Manajemen kurikulum?

  c. Manajemen sarana prasarana?

  d. Manajemen keuangan?

  3. Bagaimana model manajemen madrasah berbasis pondok pesantren dalam pencapaian tujuan madrasah dan pesantren? C. TUJUAN PENELITIAN

  Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mendeskripsikan Madrasah Aliyah Yajri, Payaman, Secang, Magelang.

  2. Untuk mengetahui Manajemen Pendidikan di Madrasah Aliyah Yajri, Payaman, Secang, Magelang, yang meliputi:

  a. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)

  b. Manajemen kurikulum

  c. Manajemen sarana prasarana

  d. Manajemen keumgan

  3. Untuk mengetahui model manajemen madrasah berbasis pondok pesantren dalam pencapaian tujuan madrasah dan pesantren.

D. MANFAAT PENELITIAN

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

  9

  madrasah dan pesantren sebagai alternatif pilihan dalam memperoleh pendidikan. Sedangkan dimensi praktis dari penelitian ini adalah untuk menemukan sebuah pola pengelolaan dan manajemen madrasah berbasis pesantren sehingga dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi pengembangan SDM madrasah berbasis pesantren yang lainnya. Serta diharapkan dengan penelitian ini akan memberikan masukan bagi pembuat kebijakrn terutama berkaitan dengan pengembangan SDM pada lembaga pendidikan tersebut.

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian -

  Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (2003) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalain bahasa dan peristilahannya.6 Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.7

  Menurut S. Nasution, penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat

6 Lexy. J. Moleong, M etodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003,

  10

  pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.8

  Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hypothesis

  testing

  sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substantif dan teori- teori yang diangkat dari dasar (grounded theory).

  2. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah Yajri dan Pondok

  Pesantren Sirojul Mukhlasin II yang terletak di Dusun Gembongan, Desa Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.

  Adapun subyek penelitian adalah seluruh komponen Madrasah dan Pondok pesantren meliputi: Pengasuh Pesantren, Pengurus Yayasan, Kepala Madrasah, Bagian kurikulum, pengajar, staf administrasi, karyawan, siswa, wali murid, warga masyarakat di sekitar lokasi dan orang-orarg yang berkaitan dengan penelitian ini.

  Untuk menentukan subyek penelitian untuk dijadikan informan menurut Molleong ada beberapa kriteria yaitu: ia harus jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, tidak termasuk salah satu kelompok yang bertentangan dalam latar penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi.9

  11

3. Teknik Pengumpulan data

  a. Observasi Partisipai Observasi partisipan menurut Bogdan adalah penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.10

  Pendapat di atas diperkuat oleh M.Q. Patton yang menyatakan bahwa “Participant observation is the most comprehensive o f all types

  o f research strategies” agar menjadi partisipan dan sekaligus

  pengamat, peneliti hendaknya turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan.11 Observasi partisipan merupakan teknik utama dalam penelitian ini, untuk dapat memaksimalkan hasil yang diperoleh Bogdan dan

  Taylor memberikan petunjuk sebagai berikut: (1) Jangan mengambil sesuatu dari lapangan secara pribadi, (2) Rencanakan kunjungan pertama untuk menemui seorang perantara yang nantinya akan memperkenalkan peneliti, (3) jangan berambisi untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi pada hari-hari pertama berada dilapangan, (4) bertindaklah secara relatif pasif, (5) bertindaklah

  12

  dengan lemah lembut.12 Dengan petunjuk tersebut diharapkan peneliti benar-benar menjadi instrumen dalam penelitian kualitatif, b. Wawancara tak-berstruktur

  Wawancara menurut Lexy J. Moleong adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakaan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.13 Wawancara dalam penelitian kualitatif biasanya merupakan jenis wawancara tak-berstruktur. Tujuannya ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai perspektif yang ada dalam hati serta pikiran orang lain karena hal ini tidak bisa didapat dengan cara observasi.

  Wawancara tak-berstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan- pertanyaan yang akan diajukan.14 Pada mulanya belum dipersiapkan pertanyaan yang spesifik, karena belum dapat diramalkan keterangan yang akan diberikan oleh responden, belum jelas kearah mana pembicaraan akan berkembang. Tujuannya ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan responden.

12 Lexy J. Molleong, Op. Cit., him. 120

  13

  c. Dokumentasi Yaitu cara memperoleh data dengan meneliti dan mempelajari serta menganalisa dokumen-dokumen yang berupa data umum yang berhubungan dengan pengelolaan dan manajemen madrasah dan pondok pesantren yang sedang diteliti. Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi.15

4. Teknik Analisis Data

  Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah mereduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan- satuan. Satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah-langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat coding.

  Tahap terakhir dalam analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.16

  14 F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI : PENDAHULUAN BABI

  Dalam bab I ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : KAJIAN TEORI Dalam bab ini akan dipaparkan tentang eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia menyangkut sejarah dan

  keberadaan pendidikan Islam dalam sisdiknas, manajemen pada lembaga pendidikan Islam meliputi pengertian manajemen, manajemen madrasah dan manajemen pondok pesantren, serta manajemen madrasah berbasis pondok pesantren.

  BAB III

: LAPORAN HASIL PENELITIAN

  Bab ini berisi tentang gambaran umum Madrasah Aliyah Yajri, manajemen di Madrasah Aliyah Yajri diantaranya: manajemen sumber daya manusia (SDM), manajemen kurikulum, manajemen sarana prasarana, manajemen keuangan.

  BAB IV : ANALISIS DATA Dalam bab ini akan dipaparkan tentang pelaksanaan

  manajemen madrasah aliyah, pesantren, dan keterpaduan

  15

  keduanya, serta kelemahan dan keunggulan madrasah aliyah berbasis pesantren.

  BABY : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan, saran - saran, dan penutup.

  

MANAJEMEN PENDIDIKAN

MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK PESANTREN

  16 BAB II KAJIAN TEORI

A. EKSISTENSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

1. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

  Pendidikan Islam di Indonesia tumbuh berkembang bersamaan dengan datangnya Islam di Indonesia. Mengenai kedatangan Islam pertama di Indonesia ada yang berpendapat hal itu identik dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra Pasai atau samudra di Aceh, yang berdiri pada abad ke 10 M, dengan rajanya yang pertama Al Malik Ibrahim Bin Mahdum. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pertama kali di Indonesia pada abad ke 7 M, yang dibawa oleh para pedagang dan mubaligh dari Arab.1

  Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, maka pendidikan Islam semakin berkembang melembaga yang disponsori oleh penguasa.

  Hal ini memperlancar proses Islamisasi di Indonesia dan bersamaan dengan itu pula mempercepat pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini kemudian melahirkan terbentuknya masyarakat Islam. Terbentuknya masyarakat Islam paling tidak berdampak positif terhadap Islam. Pertama, kehadiran Islam telah membawa dan meninggalkan pengaruh yang besar terhadap dinamisme, vitalitas dan keluasan horizon atas agama baru sebagai sebagai makna pembebasan.

  Kedua , Islam lebih nampak sebagai agama damai yang mampu

  17

  memberikan motivasi kualitatif bagi pemecahan problematika sosial guna mengupayakan pembangunan pembangunan tatanan sosial yang etis sebagai perwujudan watak pertama tersebut.

  Proses penyebaran agama Islam semakin lama semakin mengalami perkembangan, berkat keberhasilan dan pendidikan Islam yang berlangsung terus menerus berabad-abad, maka terbentuklah satu setting nilai dan budaya yang religius Islami dengan bukti masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam. Adapun lembaga pendidikan Islam yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan komunitas muslim dan sekaligus untuk memelihara proses Islamisasi adalah Pondok Pesantren dengan ciri khas pendidikan keagamaan.

2. Keberadaan Pendidikan Islam dalam Sisdiknas

  Adapun keberadaan pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasinal di Indonesia ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Dalam UU Sisdiknas terdapat 20 bab dan terdiri dari 58 pasal dengan penjelasannya. Diantara pasal-pasal tersebut yang memuat pendidikan agama, baik pendidikan agama sebagai mata pelajaran di sekolah maupun lembaga pendidikan agama adalah sebagai berikut:2

  a. Bab II pasal 4 berbunyi, “Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,

  18

  kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

  Berdasarkan pasal tersebut pengembangan manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudu pekerti yang luhur (akhlakul harimah) yang merupakan tujuan utama pendidikan agama (Islam) dan hanya dapat dicapai melalui pendidikan agama merupakan tujuan pendidikan nasional. Berarti pendidikan agama tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan nasional.

  b. Bab IV pasal 11 ayat 1 berbunyi, “jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan professional.

  Sedangkan ayat 6 berbunyi, “Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan”.

  Berdasarkan pasal 11 ini kedudukan lembaga pendidikan agama atau sekolah agama sejajar dengan sekolah umum dan lebih kuat landasan hukumnya dibandingkan sebelumnya, karena sebelumnya hanya berdasarkan surat keputusan tiga menteri (SKB), yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri.

  19

  c. Bab EX pasal 39 ayat 2 berbunyi, “ Isi setiap kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat: Pendidikan Pancasila, Pendidikan agama, dan Pendidikan kewarganegaraan. Penjelasan UU Sisdiknas pasal 39 ayat 2 tersebut adalah sebagai berikut; “Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa yang sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”.

  Berdasarkan pasal 39 dengan penjelasannya, maka kedudukan pendidikan agama sebagai bidang studi di sekolah menjadi lebih kuat dibandingkan dengan sebelumnya, karena pendidikan agama wajib diberikan di setiap jenis , jalur dan jenjang pendidikan sejak tingkat dasar sampai pendidikan tinggi, baik negeri maupun swasta.

3. Model-model lembaga pendidikan Islam di Indonesia

a. Pondok Pesantren

  1) Sejarah v Pondok pesantren adalah salah satu pendidikan Islam di Indonesia yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Perkataan pesantren berasal dari Bahasa Sansekerta san berarti orang baik (laki-laki) disambung tra berarti suka menolong, santra berarti orang baik baik yang suka menolong.3 Pesantren berarti tempat untuk membina manusia menjadi orang baik. Sedang istilah funduk (dalam

  20

  bahasa Arab) mempunyai arti rumah penginapan atau hotel.4 Akan tetapi pondok di Indonesia khususnya di Pulau Jawa lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Di luar Pulau Jawa lembaga pendidikan ini disebut dengan nama lain, seperti surau (di Sumatera Barat), dayah (Aceh), dan pondok (daerah lain).5

  Pondok Pesantren, jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenous.6 Pendidikan ini semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian. Bentuk ini berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut pesantren. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren dianggap sangat bergengsi karena merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang berstruktur. Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan.

  4 Ibid.

  5 Ensiklopedi Islam, dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,

  21 Secara definitif, sebagaimana dikatakan Fatah Syukur

  pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (tafaqquh f l al-din) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari/

  Ciri umum yang dapat di ketahui adalah pesantren memiliki kultur khas yang berbeda dengan budaya sekitarnya. Beberapa peneliti menyebut sebagai sebuah sub-kultur yang bersifat

  idiosyncratic .8

  Cara pengajarannya pun unik. Sang Kyai, yang biasanya pendiri sekaligus pemilik pesantren, membacakan manuskrip-manuskrip keagamaan klasik berbahasa Arab (di kenal dengan sebutan “kitab kuning”), sementara santri mendengarkan sambil memberi catatan (ngesahi, jawa) pada kitab yang sedang dibaca Metode ini di sebut bandongan atau layanan kolektif

  (collective learning process). Selain itu, para santri di tugaskan

  membaca kitab, sementara kyai atau ustadz menyimak sambil mengoreksi dan mengevaluasi bacaan seorang santri. Metode ini dikenal dengan istilah sorogan atau layanan individu (individu

  learning process). Kegiatan belajar mengajar di atas berlangsung

  tanpa penjenjangan kelas dan kurikulum yang ketat, dan biasanya dengan memisahkan jenis kelamin siswa.

  Baru memasuki era 1970-an pesantren pengalami perkembangan signifikan. Perubahan dan perkembangan itu bisa

7 Fatah Syukur: Madrasah Di Indonesia, Dinamika, Kontinuitas dan Problematika, dalam

  22

  ditilik dari dua sudut pandang. Pertama, pesantren mengalami perkembangan kuantitas luar biasa dan menakjubkan, baik di wilayah pedesaan, pinggiran kota, maupun perkotaan.

  Perubahan penting lainnya yang teijadi dalam kehidupan pesantren ialah ketika dimasukkannya sistem madrasah. Hal ini dianggap sebagai perimbangan terhadap pesatnya pertumbuhan sekolah-sekolah yang memakai sistem pendidikan Barat. Dengan masuknya sistem madrasah jenjang-jenjang pendidikan di Pesantren juga ikut menyesuaikan diri dengan jenjang Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Disamping itu pesantren juga mengalami perubahan dari segi kurikulum dengan ditambahkannya sejumlah pelajaran nonagama, walaupun pengajaran kitab-kitab klasik tetap dipertahankan.

  2) Tipologi Pondok Pesantren Ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat, yang meliputi: a) Pondok Pesantren Tradisional

  Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang di tulis oleh ulama pada abad ke 15 dengan menggunakan bahasa arab. Pola pengajarannya dengan menerapakan sistem “halaqah ” yang dilaksanakan di masjid atau mushola. Hakekat dari sistem pengajaran halaqah adalah penghafalan yang titik akhirnya dari segi metodologi cenderung kepada terciptanya santri yang

  23

  menerima dan memiliki ilmu. Artinya ilmu itu tidak berkembang kearah paripurnanya ilmu itu, melainkan hanya terbatas pada apa yang di berikan oleh kyainya. Kurikulumnya tergantung sepenuhnya kepada para kyai pengasuh pondoknya. Santrinya ada yang menetap di dalam pondok (santri mukim), dan santri yang tidak menetap di dalam pondok (santri kalong).

  b) Pondok Pesantren Modem Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren karena orietasi belajarannya cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik dan meninggalkan sistem belajar tradisional. Penerapan sistem belajar modem ini terutama nampak pada bangunan kelas-kelas belajar baik dalam bentuk madrasah maupun sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum sekolah atau madrasah yang berlaku secara nasional.

  Santrinya ada yang menetap ada yang tersebar di sekitar desa itu. Kedudukan para kyai adalah sebagai koordinator pelaksana proses belajar mengajar langsung di kelas. Perbedaannya dengan sekolah dan mad-asah terletak pada porsi pendidikan agama dan bahasa Arab lebih menonjol sebagai kurikulum lokal.

  c) Pondok Pesantren Komprehensif Sistem pesintren ini disebut komprehensif karena merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang tradisional dan yang modem. Artinya di dalamnya diteiapkan pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan dan bandongan

  24

  atau weionan, namun secara reguler sistem pesekolahan terus dikembangkan. Bahkan pendidikan ketrampilan pun diaplikasikan sehingga menjadikannya berbeda dari tipologi kesatu dan kedua

b. Madrasah

  1) Sejarah Madrasah Ensiklopedi Islam menyebutkan bahwa madrasah berasal dari kata darasa yaitu belajar. Nama atau sebutan bagi sekolah agama

  Islam, tempat proses belajar mengajar ajaran Islam secara formal yang mempunyai kelas (dengan sarana antara lain meja, bangku, dan papan tulis) dan kurikulum dalam bentuk klasikal.9

  Pada masa awal perkembangan Islam, umat Islam belum memiliki tempat belajar (madrasah) seperti yang dikenal sekarang ini. Tempat kegiatan belajar waktu itu berlangsung di masjid-masjid. Pada masa Rasulullah SAW tempat belajar berlangsung di Masjid Nabawi. Di masjid ada suatu ruangan tempat belajar yang disebut

  suffah , sekaligus tempat menyantuni fakir miskin.10 Keadaan ini berlangsung juga pada masa Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayah.

  Sistem halaqah mempunyai pengaruh yang besar dalam sistem pendidikan modem dengan nama adult education (pendidikan dewasa). Dalam perkembangan berikutnya dibuat tempat-tempat belajar mengajar di luar masjid yang khusus mengajarkan anak-anak membaca, menulis, mempelajari Alquran dan dasar-dasar Islam yang 9 Ensiklopedi Islam, Op. C it, , him. 105.

  25

  disebut kuttab.u Pendidikan lanjutan dilaksanakan di masjid dengan sistem halaqah.