MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN TAHUN AJARAN 2011 SD 2014

  

MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA

PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN

TAHUN AJARAN 2011 S/D 2014

  

SKRIPSI

  Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

  Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Disusun Oleh:

  Makrim Tabe NIM: G000110101

  NIR:11/X/02.2.1/0966 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

  2015

  MOTTO ُجْثِعُب اَََِّّإ ُِل

  ِق َلَْخَ ْلا ًَِزاَنٍَ ٌَََِّح

  “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus sebagai rasul untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Baihaqi)

  1

  

PERSEMBAHAN

  Alhamdulillah, rasa syukur yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberikan nikmat-Nya kepada Penulis sehingga karya ini dapat penulis selesaikan. Salawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang menjadi tokoh dan motivator bagi umat Islam. Tak lupa kepada insan-insan yang senantiasa memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis persembahkan karya ini kepada:

  1. Ayah Ahmad Husen dan Ibu Jami‟a Husen yang dengan tulus ikhlas menjaga dan membesarkan penulis tanpa imbalan apapun

  2. Abangku Ramadhan Husen dan Mama Fadyl yang senantiasa memberikan motivasi dan bantuan materi maupun non materil demi kelancaran studi penulis.

  3. Kakakku Nurhayati Husen yang senantiasa memberikan semangat, dukungan dan motivasi serta bantuan materi kepada penulis, tanpa imbalan apapun.

  4. Ponakanku Fadlyn Ramadhan Al Habsyi, Amirul Mukmini, Fatimah Az- Zahro dan Ahmad Fauzi. Terima kasih atas keceriaanya.

  5. Abang-abangku di Jakarta terima kasih atas dukungannya.

  6. Keluarga Besar Baba Hardan dan Ine Nona, Baba Farukun, Kak Mariyam Asih dan Om Rustamin Idris Ga‟a, Kak Ramlan Goba, Kak (almarhumah) Sarifan Ere. Kak Gasim terima kasih atas dukungannya.

  7. Ibu Jenab selaku Pengurus „Aisiyyah Kabupaten Ende yang dengan tulus dan ikhlas memberi arah dan petunjuk bagi penulis untuk menjadi kader

  Muhammadiyah. Ibu Juwiyah dan Sekeluarga dan Temanku Sry Afdaliah. Terima Kasih atas Informasinya.

  8. My Best Friends D‟Akrevom‟s di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran.

  9. Teman Fakultas Agama Islam dan teman seperjuanagan lainnya yang tidak bisa semua penulis sebutkan.

  10. Adik-adikku Indra, Mahfudz, Ikhwanul Bahari, Ibrahim, dan Zul Haji terima kasih atas kebersamaanya.

  11. Teman-teman di HW UMS, LPMF Islamika, IMM KOMPON HNS, IMM CAB. Sukoharjo, CO Imam, Florista.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

  Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal

  Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

  Er ش

  ا Alif

  ẓa‟ ẓ Zet (dengan titik di bawah)

  ṭ Te (dengan titik di bawah)

  De (dengan titik di bawah) ط ṭa‟

  ض ḍaḍ ḍ

  ص ṣād ṣ Es (dengan titik di bawah)

  Syin Sy Es dan Ye

  Es غ

  ض Sin S

  Zai Z Zet

  ز ra‟ R

  ب ba‟ B

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

  Dal D De

  Ka dan Ha د

  خ kha‟ Kh

  ح ḥa‟ ḥ Ha (dengan titik di bawah)

  Jim J Je

  Es (dengan titik di atas) ج

  ث sa‟ ṡ

  T Te

  Be ث ta‟

  ذ Żal Ż Zet (dengan titik di atas)

  ع „ain „ Koma terbalik ke atas

  ء Hamzah `

  Jizyah (ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan “h”.

  تٌصج Ditulis

  Ditulis Hibah

  Bila dimatikan ditulis h تبٕ

  Ta‟ marbūtah a.

  Ditulis „iddah 3.

  Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap ةّدع

  Y Ye 2.

  Apostrof ي ya‟

  H Ha

  غ Gain G

  En ٓ ha‟

  ُ Nun N

  Mim M Em

  El ً

  ه Lam L

  K Ka

  Qi ك Kāf

  ق Qāf Q

  F Ef

  Ge ف fa‟

  ءاٍىَٗا تٍاسم Ditulis karāmah al-auliyā‟ b.

  Bila ta‟ marbūtah hidup atau dengan harakat fathah, kasrah, dan dammah ditulis “t”

  ṭ

  ri zakātul fi Ditulis

  سطفىا ةامش 4. Vokal Pendek

  I Kasrah Ditulis

   ِ

  A Fathah Ditulis

   ِ

  U Dammah Ditulis

   ِ 5.

  Vokal Panjang ā jāhiliyah fatḥah + alif Ditulis

   contoh: تٍيٕاج

  ā yas„ā Ditulis fatḥah + alif layyinah contoh: ىععٌ

  ī karīm Ditulis kasrah + ya‟ mati ٌٌسم Ditulis

  ḍ

  ḍammah + wāwu mati ضٗسف ū furū 6.

  Vokal Rangkap ai

  bainakum

  Ditulis fatḥ ah + ya‟ mati contoh: ٌنٍْب

  Au

   qaulun

  fatḥ Ditulis ah + wāwu mati contoh: ه٘ق

7. Huruf Sandang “ها ”

  Kata sandang “ها ” ditransliterasikan dengan “al” diikuti dengan tanda penghubung “-“, baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupun huruf syamsiyyah; contoh : al-qalamu

  Ditulis ٌيقىا

8. Huruf Kapital

  Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti ketentuan EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital;

  ḥ

  ammadun ill Wa mā Mu ā rasūl

  Ditulis ه٘ظز لاا دَحٍ اٍ ٗ ABSTRAK Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang memiliki nilai baik dan buruk yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak baik akan terwujud pada diri seseorang dengan melalui pembentukan atau pembinaan. Pembinaan akhlak dilakukan guna menghasilkan manusia yang berakhlak mulia.

  Pondok Shabran merupakan lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam pembentukan akhlak mahasantri. Hal ini berdasarkan visi Pondok yaitu mewujudkan kader yang berakhlak mulia demi terciptanya kader ulama. Meskipun begitu, masih terdapat akhlak mahasantri yang harus diperbaiki. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang perekrutan mahasantri yang berbeda, sehingga memiliki parameter akhlak yang berbeda pula.

  Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui apa saja model pembentukan akhlak mulia pada mahasantri Pondok Shabran. Adapun manfaat penelitian ini sebagai sumbangan khasanah keilmuan dan

  

leadership untuk Pondok Shabran, khususnya dalam membentuk dan

  mewujudkan mahasantri yang berakhlak mulia seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan sumber data dari pembina, dosen, dan mahasantri, serta dokumen di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah induktif.

  Berdasarkan analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembentukan akhlak mulia yang diterapkan di Pondok Shabran tidak hanya internalisasi, keteladanan, pembiasaan, nasehat, penghargaan dan hukuman. Tetapi memiliki beberapa model diantaranya: model keteladanan dalam ibadah, akhlak, sulukiyyah, model pengawasan, pengarahan dan pengendalian langsung, model penilaian dan pemahaman, model role playing, model salat jamaah dan salat sunnah, model bimbingan Qur‟an dan Hadis. Namun peneliti menemukan model baru yang belum ada pada teori yaitu Comprehensive Model of Glorious

  (CMGCS) yang terdiri dari model

  Character Building in Shabran mau ’iah dan irsyād, model pembentukan melalui berorganisasi, model

  pembentukan melalui berorganisasi perkuliahan, model pembentukan melalui kelompok pengajian, model pembentukan melalui mubaligh hijrah.

  

Kata Kunci: Model Pembentukan Akhlak Mulia, Pondok Shabran,

Mahasantri

KATA PENGANTAR

  ِ ِلُِدََْحْىَا ْعِِْب اٍََْْيَع ٌََعَّْأ يِرَّىا َلَْظِلإْاَٗ ُِاٌََِْلإا ِتََ ًِ إَلا َُْأ ُدَْٖشَأ

  َى ُاللهَّلاِإ َٔ ْعَب ًَِّبَّ َلا ُُٔىُْ٘ظَزَٗ ُُٓدْبَع اًدَََّحٍُ ََُّأ ُدَْٖشَأَٗ ،َُٔى َلٌِْسَش َلا َُٓدْحَٗ َُٓد

  ٌَُّٖيىَا ، َص ِّو

  ِّيَظَٗ ُدْعَب اٍََّأ . ٍَِِْعََْجَأ ِِٔباَحْصَأَٗ ِِٔىآَٗ ٍدَََّحٍُ اٍَِِّْبَّ ،ًِاََّلْا ِسٍَْخ ىَيَع ٌْ

  Segala Puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah mengeluarkan manusia dari golongan jahililyah menuju cahaya Islam seperti yang dirasakan saat ini.

  Atas petunjuk Allah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul: MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA PADA MAHASANTRI SHABRAN TAHUN AJARAN 2011 S/D 2014.

  Penulis dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. M. A. Fattah Santoso, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Bapak Drs. Zainal Abidin. MPd., selaku Ketua Program Studi Agama

  Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta 3. Bapak Drs. Ma‟arif Jamuin. M.Si, selaku pembimbing I yang telah senantiasa memberi pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  4. Bapak Dr.Mutohharun Jinan, M.Ag selaku pembimbing II, yang dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memotivasi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  5. Kepada semua Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan pengetahuannya, selama penulis menempuh study di Fakultas Agama Islam, berkat ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta yang dengan baik memberikan pelayanan administrasi kepada penulis.

  7. Seluruh Staf karyawan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada penulis dalam bidang administrasi.

  8. Kepada segenap Dosen, Pembina dan Karyawan di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran, kepada Bapak K.H. Drs. Jazuli Al-Demaky, M.Ag.

  (Direktur Pondok), Dr. Mutohharun Jinan. M.Ag. (Dosen dan Pembina Pondok), Furqon Mawardi, M.PI.(Dosen dan Pembina Pondok), serta Dr.

  Imron Rosyadi, M.Ag., Dr. Muinudinillah, MA., Dr. Ari Anshori, M.Ag., Dr. Syamsul Hidayat, M.Ag., Dr. Abdul Khalik Hasan, M.Ed., dan Drs. H.

  A. Rosyad Sholeh, Drs. H. M. Muchlas Abror dan Drs. Marpuji Ali, M.SI (Dosen Kemuhammadiyahan) yang telah memberikan motivasi dan arahan

  DAFTAR ISI Hlm

  c) Model Pembiasaan .....................................................

  Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................... 17 B. Tempat dan Subjek Penelitian ............................................ 17 C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 18 a.

  15 BAB III METODE PENELITIAN A.

  b) Akhlak kepada Manusia ..................................... 13 c) Akhlak kepada Alam..........................................

  a) Akhlak kepada Allah............ ............................... 12

  Dalil Akhlak Mulia.. ................................................ 11 c. Ruang Lingkup Akhlak Mulia ................................ 12

  Pengertian Akhlak Mulia ......................................... 10 b.

  9 3. Akhlak Mulia ................................................................. 10 a.

  e) Model Penghargaan dan Hukuman ............................

  8

  d) Model Nasehat ............................................................

  7

  7

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi HALAMAN TRANSLITERASI ..................................................................... ix HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. xiii KATA PENGANTAR ..................................................................................... xiv DAFTAR ISI .................................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xx

  b) Model Keteladanan ....................................................

  6

  a) Model Internalisasi .....................................................

  6

  6 2. Macam-macam Model Pembentukan Akhlak Mulia ......

  6 1. Pengertian Model ...........................................................

  4 B. Tinjauan Teoritik ...............................................................

  Tinjauan Pustaka .................................................................

  3 BAB II LANDASAN TEORI A.

  2 C. Tujuan Penelitian ................................................................ ` 3 D. Manfaat Penelitian ..............................................................

  1 B. Rumusan Masalah ...............................................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................

  Wawancara ................................................................... 18

  D. Metode Analisis Data ................................................................ 20

  36 B.

  52 DAFTAR PUSTAKA

  Kesimpulan .......................................................................... 51 B. Saran ...........................................................................................

  48 BAB VI PENUTUP A.

  42 2. Akhlak Mulia Mahasantri Pondok Shabran ................................

  Model Pembentukan Akhlak pada Mahasantri Pondok Shabran .....................................................................................

  41 BAB V ANALISIS DATA 1.

  Akhlak kepada Allah .................................................... 37 2. Akhlak kepada Manusia .............................................. 38 3. Akhlak kepada Alam ....................... ..................................

  Akhlak Mulia Mahasantri Pondok Shabran....................... .. 37 1.

  11. Model Bimbingan Hiful Qur’ān dan Hadits.................

  BAB IV DESKRIPSI DATA PONDOK HAJJAH NURIYAH SHABRAN A. Model Pembentukan Akhlak Mulia di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran .................................................................

  Model Shalat Jama‟ah dan Shalat Sunnah..................... 34

  Model Role Playing....................................................... 31 9. Model Mau’iah dan Irsyād.......................................... 32 10.

  28 7. Model Penilaian dan Pemahaman.................................. 30 8.

  27 6. Model Pengawasan, Pengarahan, dan Pengendalian Langsung ........................................................................

  26 5. Model Pembentukan Akhlak Mulia melalui Mubaligh Hijrah .............................................................................

  Perkuliahan .................................................................... 25 4. Model Pembentukan Akhlak Mulia melalui Kelompok Pengajian ........................................................................

  24 3. Model Pembentukan Akhlak Mulia melalui

  21 2. Model Pembentukan Akhlak Mulia melalui Berorganisasi .................................................................

  21 1. Model Pemberian Keteladanan dalam Ibadah, Akhlak, dan Sulukiyah .................................................................

  LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Permohonan Menjadi Pembimbing I Lampiran 2 Permohonan Menjadi Pembimbing II Lampiran 3 Permohonan Ijin Riset Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Riset Lampiran 5 Berita Acara Konsultasi Skripsi Pembimbing I Lampiran 6 Berita Acara Konsultasi Skripsi Pembimbing II Lampiran 7 Gambar Hasil Riset Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan

  yang istimewa dan sangat penting. Di dalam al- Qur’an saja ditemui lebih kurang 1500 ayat yang berbicara tentang akhlak, dua setengah kali lebih banyak daripada ayat-ayat tentang hukum baik yang teoritis maupun yang praktis. Belum terhitung lagi hadits-hadits Nabi, baik perkataan maupun perbuatan, yang memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam seluruh aspek kehidupan. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai-nilai yang mutlak. Nilai- nilai baik dan buruk, terpuji dan tercela berlaku kapan dan dimana saja dalam segala aspek kehidupan, yang tidak dibatasi oleh waktu

  1 dan ruang.

  Akhlak baik tidak akan terwujud pada seseorang tanpa adanya

  2

  pembinaan yang dilakukan. Pembinaan merupakan proses serta kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif guna memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan akhlak dilakukan secara terencana dan terarah untuk menghasilkan manusia-manusia yang berakhlak mulia.

  Sebagaimana Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak 1 manusia. 2 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPPI, 1999), hlm. Vii.

  Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah (Solo: Belukar, 2006),

  Pondok Shabran merupakan lembaga yang sangat berperan dalam pembentukan akhlak mahasantri. Pondok Shabran memiliki visi pembinaan kader yang berakhlak mulia demi terciptanya kader-kader ulama. Meskipun begitu, melalui observasi penulis, masih terdapat perilaku atau akhlak mahasantri Pondok yang harus diperbaiki. Hal tersebut, dapat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya latar belakang perekrutan mahasantri yang berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia sehingga memiliki parameter akhlak yang berbeda.

  Indikasi tersebut menunjukan, dibutuhkan model pembentukan akhlak di Pondok Shabran. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana cara pembentukan akhlak mulia pada mahasantri Pondok Shabran. Maka penulis tertarik mengangkat penelitian dengan judul

  “MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN TAHUN AJARAN 2011 S/D 2014’’ B. Perumusan Masalah Masalah adalah pokok yang hendak diteliti dan dibahas.

  Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang mendasar yang akan dikaji adalah: Apa saja model pembentukan akhlak mulia pada Mahasantri Pondok Shabran tahun ajaran 2011 s/d 2014?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembentukan akhlak mulia pada mahasantri Pondok Shabran tahun ajaran 2011 s/d 2014.

2. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan khasanah keilmuan dan intelektual serta kepemimpinan

  (leadership) untuk Pondok Hajjah Nuriyah Shabran, khususnya pembina Pondok demi menanamkan akhlak kepada mahasantri.

  a. Manfaat Teoritis Secara umum diharapkan dapat memberi sumbangan khasanah keilmuan dan intelektual. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai stimulus bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam dan lebih sempurna tentang akhlak mulia.

  b. Manfaat Praktis 1) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pembina Pondok Shabran dalam membimbing dan menanamkan akhlak mulia. 2) Memberikan masukan kepada Mahasantri Pondok

  Shabran agar berakhlak mulia seperti yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.

BAB II KONSTRUK TEORI MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA PADA MAHASANTRI PONDOK SHABRAN A. Tinjauan Pustaka Berdasarkan kajian penulis, penelitian ini pernah dilakukan oleh

  penelitian sebelumya, yaitu: 1.

  Skripsi Toni Ardi Rafsanjani (UMS, 2013) “Pengaruh Shalat Tahajud

  Terhadap Penanaman Akhlak Mahasantri Shabran Tahun Ajaran 2011/2012”. Memyimpulkan bahwa shalat tahajud mampu mempengaruhi

  karakter akhlak mulia pada mahasantri Pondok Shabran.

  2. Khairunisa Nugrahaini (UMS, 2013) dalam skripsinya berjudul “Pendidikan Aqidah Dalam Membentuk Karakter Siswa (Studi Kasus Di

  Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta Tahun 2013

  ”. Menyimpulkan bahwa guru mengaplikasikan materi sesuai dengan yang diprogramkan dengan melakukan evaluasi atau pengukuran tingkat keberhasilan. Pemahaman siswa di MAN 2 sudah mencerminkan sifat akhlak mulia dengan dengan buktinya tekun dalam beribadah, sopan santun dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

  3. Ibrahim Munib (UMS, 2008) dalam skripsinya yang berjudul

  “Pembentukan Akhlakul Karimah Anak yatim di Panti Asauhan Putra Al Hadi Sape Mojo Laban Sukoharjo 2010/2011”. Menyimpulkan bahwa

  pembentukan akhlak mulia Anak Yatim di Panti Asuhan Putra Al Hadi

  Sape Mojo Laban Sukoharjo dapat dicapai melalui keteladanan, pembiasaan, pengajaran dan kedisiplinan.

  4. Lina Rahmawati (UMS, 2012) dalam skripsinya “Strategi Penanaman

  

Nilai Pendidikan Karakter pada Anak di SDIT Az-Zahra, Sragen

  “ menyimpulkan strategis penanaman pendidikan krakter pada anak di SDIT az Zahra yaitu menggunakan dua cara yakni penyusunan program kegiatan dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter yang telah ditentukan, dan menggunakan strategis kerjasama dengan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Serta metode yang digunakan adalah keteladanan, pembiasaan, nasehat sanksi, dan penghargaan.

  5. Fitriyanah K. Rina (UMS, 2010) dalam skripsinya berjudul “Pembentukan

  Akhlak mulia pada Santri Pondok Pesantren Takmirul Islam Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”menyimpulkan pembentukan akhlak mulia di

  pondok pesantren Takmirul Islam Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 dapat dicapai dengan menggunakan metode yang sangat tepat yaitu keteladanan, pembiasaan, pengajaran, dan kedisplinan.

  Berdasarkan beberapa penemuan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa belum ada penelitian yang berkaitan dengan Model Pembentukan Akhlak Mulia Pada Mahasantri Pondok Shabran Tahun Ajaran 2011s/d2014. Oleh karena itu penelitian ini dapat dikatakan mengandung unsur kebaharuan.

B. Tinjauan Teoritik 1. Model Pembentukan Akhlak a. Pengertian Model

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) model dapat diartikan sebagai pola, contoh, atau acuan, dan ragam dari

  3 sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

  Muhaimin dalam Amrullah Syarbini menyebutkan, model merupakan kerangka konseptual yang dipergunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Model juga merupakan seperangkat prosedur yang sistematis untuk

  4 mewujudkan suatu proses kegiatan.

  Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan yangmana orang lain turut terlibat dalam mengikutinya.

b. Macam Macam Model Pembentukan Akhlak Mulia 1) Model Internalisasi

   Ahmad Tafsir dalam Amirullah Syarbini

  mengatakan internalisasi adalah upaya memasukan pengetahuan dan keterampilan dalam

  

(knowing)

  melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang 3 sehingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) KBBI V-1 diakses 31 Oktober 2014 jam 10.20. dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa pengetahuan (baik itu konsep netral maupun konsep yang mengandung nilai,

  5 ataupun konsep berupa nilai adalah sesuatu yang diketahui.

  2) Model Keteladanan Faktor penting dalam mendidik adalah terletak pada

  “keteladanannya”. Keteladanan yang bersifat multidimensi, yakni keteladanan dalam berbagai aspek kehidupan.

  Keteladanan bukan hanya sekedar memberikan contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang dapat diteladani, termasuk kebiasaan-kebiasaan yang

  6 baik merupakan contoh bentuk keteladanan.

  Dahlan dan Salam dalam Mursidin mengemukakan bahwa keteladanan merupakan metode baik dan paling kuat pengaruhnya dalam pendidikan, orang akan melakukan

  7 proses identifikasi, meniru, dan memeragakannya.

  3) Model Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang ulang agar sesuatu itu menjadi kebiasaan.

  Pembiasaan ini berintikan berdasarkan pengalaman. Dalam dunia psikologi cara pembiasaan ini dikenal dengan teori 5 ”operant conditioning” yang membiasakan peserta didik 6 Ibid , hlm. 59-60.

  M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa (Surakarta: untuk membiasakan perilaku terpuji, disiplin, dan giat belajar, bekerja keras, dan ikhlas, jujur, dan tanggungjawab

  8 atas segala tugas yang telah dilakukan.

4) Model Nasehat

  Setiap diri manusia memiliki potensial untuk terpengaruh oleh kata kata yang di dengarnya. Nasehat juga dapat diartikan sebagai kata-kata yang mengandung nilai dan motivasi yang dapatmenggerakan hati.

  Bila kita membuka al- Qur’an, disana dijelaskan tentang nasehat yang dilakukan oleh para Nabi kepada kaumnya, seperti Nabi Shaleh yang menasehat kaumnya agar menyembah Allah, Nabi Ibrahim yang menasehati ayahnya agar menyembah Allah dan tidak lagi membuat patung.

  Begitu pula al- Qur’an mengisahkan Luqman yang memberi nasehat kepada anaknya agar menyembah Allah dan berbakti kepada orang tua serta melakukan karakter-karakter yang

  9 terpuji dan menjauhi karakter yang tercela.

  Hal ini senada dengan yang dinasehatkan oleh Aktsam bin Shaifi dalam kepada anak-anaknya agar senantiasa membekali diri dengan menjalankan kebaikan

  10 8 serta menjaga lisan.

  Heri Gunawan, Pendidikan Karakter (Bandung, Alfabeta, 2012), hlm. 94.

5) Model Penghargaan dan Hukuman

   Cara terakhir

  yang dianggap cocok untuk pembentukan akhlak adalah penghargaan (reward), dan hukuman (punishment). Penghargaan sangat di butuhkan hakekatnya setiap orang membutuhkan untuk dihargai.

  Dengan adanya penghargaan sesorang akan termotivasi untuk melakukan perbuatan perbuatan yang baik, dan pada diri individu akan merasa bangga terhadap dirinya.

  Selain penghargaan, yang bisa dijadikan dalam upaya penanaman akhlak adalah hukuman. Sebenarnya hukuman tidak layak untuk dijadikan sebagai cara untuk penanaman akhlak. Karena akan menimbulkan paksaan pada individu, sehingga pekerjaan yang dilakoni tidak berdasarkan hati nurani (ikhlas). Cara ini boleh dilakukan jika model- model yang di atas tidak berhasil.

  Muhammad Qutub dalam Amirullah mengatakan “bila teladan, dan nasehat tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah

  11 hukuman”.

2. Akhlak Mulia a. Pengertian Akhlak Mulia

  Secara etimologis (bahasa) akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa di dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak

  Khālik (Tuhan) dengan perilaku

  makhluk (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain, dan lingkungannya mengandung nilai akhlak yang hakiki, dan mulia baik dari tindakan atau

  12 perilaku.

  Akhlak adalah tindakan yang berhubungan dengan tiga

  13

  unsur yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Imam al Ghazali dalam Muhammad Azmi berpendapat bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan- perbuatan dengan mudah, tanpa melakukan pemikiran, dan pertimbangan. Hal ini senada dengan pendapat Ibrahim Anis menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tetanam di dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik,atau

  14 buruk tanpa memerlukan adanya pemikiran, atau pertimbangan.

12 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Yogyakarta: LPPI, 1999), hlm. 1.

  Terminologi yang dideskripsikan sedemikian itu merupakan hasil pikiran akal manusia dalam menafsirkan ayat- ayat Allah di dalam al-

  Qur’an tentang akhlak. Simpulnya akhlak merupakan tolak ukur baik, dan buruknya manusia QS. ar-Rum: (30): 30, potensi baik dan buruk QS. al-Balad: (90): 10, sebagai perilaku kemanusiaan QS. al-

  An’ām (6): 151- 153, tanggung jawab pada diri individu QS. al-Mudassir(74): 38, dan QS. al- An’ām (6): 164, gambaran tentang janji Allah terhadap orang yang senantiasa berbuat baik QS. an-Nahl (16): 97, berbuat kebajikan kepada kedua orang tua QS. al-

  Isrā (17): 23, dan masih banyak ayat yang menjelaskan tentang akhlak mulia.

b. Dalil Akhlak Mulia

   Dalam konsep akhlak segala sesuatu itu dinilai baik dan

  buruk, terpuji atau tercela, semata mata berdasarkan kepada al- Qur’an dan al-Hadis. Berdasarkan ayat al-Qur’an yang mengatur tentang akhlak telah jelas bahwa akhlak manusia harus sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

  َ َّاللَّ ْوُجْرَي َناَك نَمِّل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِ َّاللَّ ِلْوُسَر يِف ْمُكَل َناَك ْدَقَّل اًريِثَك َ َّاللَّ َرَكَذَو َرِخ ْلْا َمْوَيْلاَو “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

  15 yang banyak mengingat Allah.”(QS. al-Ahzāb (33) :21) Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad lah yang menjadi suri tauladan bagi umat muslim. Beliau yang menunjukan perilaku yang baik dan melarang perbuatan tercela. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Saw:

  ُِل ُتْثِعُب اَمَّنِإ ِق َلَْخَ ْلا َمِراَكَم َمِّمَت sesungguhnya aku (Muhammad) diutus sebagai rasul

   untuk menyempurnakan akhlak yang mulia ”.(HR.

16 Baihaqi) c.

   Ruang lingkup Akhlak Mulia 1.

  Akhlak kepada Allah Titik tolak Akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu

  17

  menjangkau hakikatnya. Itulah sebabnya al- Qur’an memberi penjelasan kepada manusia untuk senantiasa memuji kepada

  Allah dengan ucapan Alhamdulillah QS. an-Naml (27):93; dan QS. ash- Shāffāt (37):159-160, ucapan rasa syukur QS.

  Ibrāhīm(14):7, Malaikat malaikat ikut memuji Allah QS. asy- Syuarā (26):5 Guntur (guruh) pun ikut memuji Allah QS. ar- Ra’d (13):13, semua makhluk memuji kepada Allah QS. al- 16 Isrā (17):44. Senantiasa beribadah kepada Allah SWT QS.

  Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq,hlm. 6. a ż-Żāriyāt (51):56, Mengesakan Allah QS. Tahā (20):14, mengingat Allah QS. al-

  Ra’d (13):28, perintah bertawakal, QS. al-An- fā (8):61; dan QS. al-Māidah(5):23.

  Dengan demikian akhlak kepada Allah adalah memperkokoh iman dengan cara beribadah, salat berjamaah, berdoa, berdzikir, bersyukur serta senantiasa menjalakan syariatnya, dan melaksanakan perbuatan dengan mengharap

  18 ridha-Nya.

2. Akhlak kepada Manusia

  Banyak sekali rincian yang dikemukakan al- Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia.

  Petunjuk hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa ada alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib

  

19

itu benar atau salah.

  Akhlak kepada manusia dibagi menjadi tiga yaitu Akhlak kepada diri sendiri. Akhlak kepada keluarga dan Akhlak kepada orang lain.

  1) 18 Akhlak kepada Diri Sendiri Sudarno Shobron, dkk, Al Islam dan Kemuhammadiyahan (Surakarta: LPID:2011), hlm.

  Akhlak kepada diri sendiri adalah pemenuhan kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri baik yang

  20 menyangkut jasmani maupun rohani.

  Diantara Akhlak kepada diri sendiri pertama adalah jujur (berkata apa adanya) sebagaimana dijelaskan didalam (QS. at-Taubah (9):199, dan benar janjinya QS. Maryam (19):54. Kedua amanah yaitu dapat dipercaya. dapat menjaga titipan QS. an-

  Nisā (4):58, ketiga sabar yaitu menahan dan mengekang diri dari memperturutkan

  21

  hawa nafsu. sabar dan tetap siap siaga QS. Ali- Imrān

  (3):200, menerima cobaan hidup QS. al-Baqarah (2):155- 157 keempat kerja keras yaitu berusaha sesuai kemampuan QS. al-

  An’ām (6):135. kelima ikhlas yaitu mensucikan hati dari perbuatan riya’ QS. al-Bayyinah (98):5.

  2) Akhlak kepada Keluarga

  Akhlak kepada keluarga merupakan pemenuhan kewajiban kepada anggota keluarga diantaranya pertama berbuat baik kepada kedua orang tua QS. an-

  Nisā (4):31; al- Isrā(17): 23-24, kedua menghormati hak hidup anak

  QS. al- Isrā(17):31, ketiga membiasakan bermusyawarah

  QS. at- Thalāq (65):6, keempat menyatuni saudara yang tidak mampu QS. al- Isrā (17): 26. serta menjaga keluarga dari bahaya api neraka,

  3) Akhlak kepada Masyarakat

  Akhlak kepada masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk memuliakan tamu, menghormati nilai-nilai, dan norma yang berlaku di masyarakat, saling menolong dalam melakukan kebajikan, dan taqwa, menganjurkan anggota masyarakat, dan diri sendiri berbuat baik, dan mencegah perbuatan keji, dan mungkar, memberi makan fakir miskin, dan berusaha melapangkan hidup, dan kehidupannya, bermusyawarah dalam segala urusan

  22 mengenai kepentingan bersama.

  Dalam menjalani hidup di dunia ini kita tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan oranglain.

  Oleh karena itu menghormati para tetangga merupakan keharusan QS. an- Nisā (4):36, saling tolong menolong, dan tidak sombong QS. Luqmān (31):18-19.

3. Akhlak kepada Alam

  Lingkungan segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang tumbuh-tumbuhan, maupun benda- benda yang tidak bernyawa. Dalam Islam tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau memetik bunga

  23

  sebelum mekar. Hal ini berarti tidak memberi kesempatan untuk makhluk hidup untuk hidup sesuai dengan masa kehidupannya.

  Dalam hal ini manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggungjawab, sehingga ia tidak melakukan kerusakan, bahkan dengan kata lain, “setiap kerusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai kerusakan

  24

  pada diri manusia sendiri.”

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

  research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau lokasi

  penelitian, sebagai tempat yang dipilih untuk menyelidiki gejala objektif

  

25

  sebagai terjadi di lokasi tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan metode studi kasus. Metode studi kasus adalah penelitian yang mengungkap suatu keadaan secara mendalam, intensif, baik perseorangan, individu, kelompok, lembaga atau

  26

  masyarakat. Analisis yang digunakan adalah analisi induktif, yaitu mendeskripsikan teori kemudian dikaitkan dengan fakta-fakta yang ada di tempat penelitian.

B. Tempat dan Subjek Penelitian

  Adapun lokasi penelitian yang diteliti adalah Pondok Hajjah Nuriyah Shabran yang beralamatkan di Jalan Latar Putih Saripan Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian sebagai tempat atau sumber utama untuk memperoleh keterangan atau informasi adalah Pembina Pondok Shabran dan mahasantri. Sumber data yang digunakan adalah Sumber data primer, dan skunder.

25 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta:

  Sumber data primer adalah sumber data pokok yang langsung dikumpulkan peneliti dari objek penelitian.

  27 Adapun sumber data primer

  tersebut adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap pembina, dosen dan mahasantri Pondok Shabran. Sedangkan data skundernya dipelajari dari dokumen yang diperoleh dari lembaga yang mempunyai wewenang dalam pengumpulan.

  28 Dalam hal ini data yang

  berakaitan dengan model pembentukan akhlak mulia pada mahasantri Pondok Shabran.

C. Metode Pengumpulan Data

  Dalam memperoleh data yang valid maka dibutuhkan beberapa metode yang tepat diantaranya: a.

  Metode Wawancara (interview) Wawancara adalah cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka secara langsung antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang menjadi sumber data atau objek penelitian.

29 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

  dilakukan oleh dua pihak yang pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

  30 Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara

  mendalam dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pedoman atau instrumen. Adapun yang menjadi sumber data atau 27 Ibid , hlm. 152. 28 Ibid, hlm. 152 29 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: 2011), hlm. 89. objek penelitian untuk mendapatkan informasi adalah pembina, dosen, dan mahasantri Pondok Shabran. Hal ini betujuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan model pembentukan akhlak mulia di Pondok Shabran.

  b.

  Metode Observasi Obeservasi secara terminologis dimaknai sebagai pengamatan atau

  31

  peninjauan secara cermat. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian sehingga didapat gambaran

  32

  secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang model pembentukan akhlak mulia pada mahasantri Pondok Shabran.

  c.

  Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia yang digunakan

  33 untuk mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan.

  Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan data dokumentatif. Seperti tulisan, gambar, catatan harian, gambar,

  34

  surat, buku harian, dan lain-lain. Metode tersebut digunakan untuk

  31 Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner (Yogyakarta :Paradigma, 2012), hlm. 100. 32 Syofian Siregar. Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), hlm. 117. mengetahui model pembentukan akhlak mulia pada mahasantri Pondok Shabran.

D. Metode Analisis Data

  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis deskripsi kualitatif, yaitu perolehan data yang digambarkan dengan kata atau kalimat menurut masing-masing kategori untuk memperoleh kesimpulan. Untuk mengukur analisis data ini penulis menggunakan analisis induktif. Analisis induktif adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti dengan berangkat ke tempat penelitian atau kelapangan untuk mengumpulkan berbagai bukti melalui penelaahan terhadap fenomena kemudian merumuskan

  35

  teori. Adapun langkah langkah dalam analisis induktif adalah: Reduksi, display data, dan Verifikasi.

  a) Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memokuskan, mengabstraksi, dan mengubah data kasar.

  b) Sajian data (display data) adalah merangkai data dalam bentuk narasi untuk memudahkan dalam membuat kesimpulan.

  c) Verifikasi adalah penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi

  36

  yang secara jelas menunjukan alur kausalnya. Penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap display data.

BAB IV DESKRIPSI DATA MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA A. MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA 1. Model Keteladanan dalam Ibadah, Akhlak, dan Sulukiyyah Pemberian keteladanan pada mahasantri Pondok Shabran memiliki

  beberapa dimensi seperti keteladanan dalam ibadah, keteladanan dalam

  37

  akhlak, dan sulukiyyah, proses keteladanan tersebut diperoleh dari perkuliahan, pengajian, kajian, pembinaan asrama, dan bermasyarakat.

  Keteladanan dalam ibadah seperti melaksanakan salat lima waktu

  38