IDENTIFIKASI Candida Albicans DALAM URINE WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA (Studi Di Puskesmas Brambang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository
IDENTIFIKASI Candida albicans DALAM URINE
WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA
(Studi di Puskesmas Brambang)KARYA TULIS ILMIAH
VITA NUR FATIMAH
14.131.0035
PROGRAM STUDI DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
IDENTIFIKASI Candida albicans DALAM URINE
WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA
(Studi di Puskesmas Brambang)Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi persyaratan menyelesaikan
Studi di program Diploma III Analis Kesehatan
VITA NUR FATIMAH
14.131.0035
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
IDENTIFIKASI Candida albicans DALAM URINE WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA (Studi di Puskesmas Brambang)
Vita Nur Fatimah, Erni Setyorini, Suhardono ABSTRAK
Pendahuluan: Inkontinensia atau buang air kecil yang tidak disadari sering
dijumpai pada lanjut usia, seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah hieginis penderita, sehingga dapat menimbulkan kualitas hidup menurun yang disebabkan adanya jamur candida albians di daerah vagina. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya Jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia. Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif. Populasinya seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Diwek sejumlah 15. Tekhnik pengambilan sampel dengan total
sampling. Variabel penelitian Identifikasi candida albicans dalam urine wanita
lansia dengan inkontinensia. Instrument penelitian menggunakan observasi laboratorium secara makroskopis dan mikroskopis, pengolahan data dengan cara editing, coding, tabulating.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan indentifikasi Candida albicans
dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia positif Candida albicans sejumlah 15 responden (100%). Kesimpulannya adalah seluruh sampel urine wanita lansia dengan inkontinensia positif terdapat jamur candida albicans. Diharapkan bagi tenaga kesehatan memberikan penyuluhan kepada wanita lansia untuk menjaga kebersihan pribadi terutama pada organ reproduksi, agar tidak terdapat jamur Candida albicans di daerah vagina.
Kata Kunci : Jamur candida albicans, urine wanita lansia, inkontinensia
IDENTIFICATION Candida albicans in elderly female urine with incontinence (Study at Puskesmas Brambang)
Vita Nur Fatimah, Erni Setyorini, Suhardono ABSTRACT
Unconscious incontinence or urination is often seen in the elderly, frequent
urination that is not realized that causes the vaginal area becomes damp, itchy,
unpleasant smell and hygiene problems of the patient, so it can lead to a
decreased quality of life caused by the fungus Candida Albians in the vaginal
area. The purpose of this study was to determine the presence of Candida
albicans fungus in elderly women urine with incontinence. Research design
using descriptive method. Population of all elderly women with incontinence in
Puskesmas Diwek number 15. Technique of sampling with total sampling.
Research variables Identification of candida albicans in elderly female urine with
incontinence. Instrument research using laboratory observation in macroscopic
and microscopic, data processing by way of editing, coding, tabulating. Based on
the results of identification of Candida albicans in the urine of elderly women with
positive incontinence Candida albicans a total of 15 respondents (100%). In
conclusion, all urine samples of elderly women with positive incontinence
include candida albicans fungi. It is expected for health workers to provide
counseling to elderly women to maintain personal hygiene, especially on the
reproductive organs, so there is no Candida albicans fungus in the vagina.
Keywords: Candida albicans fungus, urine of elderly women, incontinence.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Jombang pada tanggal 19 Februari 1995 dari pasangan Bapak Moh.Khomsun dan Ibu Tunik. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pada tahun 2001 penulis masuk jenjang pendidikan sekolah dasar di SDN Pandan Wangi dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2010 penulis lulus dari MTs Daerah Mojokerto. Tahun 2013 penulis lulus dari SMK BIM Jombang. Tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia Medika Jombang. Penulis memilih program studi Diploma III Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, Agustus 2017 Vita Nur Fatimah
MOTTO
“Orang sukses juga pernah malas, bodoh, dan gagal, tapi mereka tetap terus bergerak dan mencoba ”
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur atas segala RahmadMu Ya Allah SWT Engkau berikan kemudahan dalam setiap langkah hidupku
Pada lembar persembahan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang sangat mendukung dan membantu dalam pembuatan dan penyusunan Karya Tulis ini, yaitu :
1. Ibunda Tunik dan Ayahanda M. Khomsun yang selalu memberikan dukungan moral serta moril kepada ananda.
2. Semua dosen STIKes ICMe Jombang yang tidak pernah lelah membimbing tanpa mengeluh dan meminta imbalan.
3. Zulfi Endi Dwi Rohman yang membantu memberikan dukungan.
4. Sahabat-sahabat terbaik seperjuanganku STIKes ICMe Jombang, Putri Indah Wati, Eka Mujayana, dan Denis Eka Saputri yang telah memberikan masukkan serta berjuang bersama dalam suka maupun duka dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Almamaterku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Judul da lam penelitian ini adalah “ Identifikasi Candida
Albicans Dalam Urine Wanita Lansia dengan inkontinensia (Studi di Puskesmas Brambang) ”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam penelitian yang dilakukan peneliti untuk menyelesaikan program studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang. Penulis menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka Karya Tulis Ilmiahini tidak bisa terwujud.
Untuk itu, dengan rasa bangga perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada H. Bambang Tutuko, S.Kep., Ns., M.H selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Erni Setiyorini, S.KM., M.M selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan dan selaku pembimbing utama.
Drs.Suhardono,M.Kes selaku pembimbing anggota Karya Tulis Ilmiah yang banyak memberikan saran dan masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang dapat mengembangkan Karya Tulis Ilmiah, sangat penulis harapkan guna menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.
Jombang, Mei 2017 Vita Nur Fatimah
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................. ii ABSTRAK ............................................................................................ iii ABSTRACT ......................................................................................... iv SURAT PERNYATAAN ....................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL KTI ........................................ vi LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... vii RIWAYAT HIDUP ................................................................................ viii MOTTO .............................................................................................. ix PERSEMBAHAN ................................................................................ x KATA PENGANTAR ............................................................................ xi DAFTAR ISI ......................................................................................... xii DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1 1.1 Latar Belakang ........................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
3 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................
3 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
5 2.1 Candida Albicans ....................................................................
5 2.2 Lansia .....................................................................................
16 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................
17 3.1 Kerangka Konseptual ..............................................................
17 3.2 Penjelasan kerangka konseptual ............................................
18 BAB IV METODE PENELITIAN ...........................................................
19 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................
19 4.2 Desain Penelitian ....................................................................
19 4.3 Kerangka kerja (Frame Work) .................................................
20 4.4 Populasi sampel dan sampling ................................................
21 4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel .........................
21
4.6 Prosedur kerja ........................................................................
22 4.7 Cara Pengumpulan Data .........................................................
24 4.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................
25
4.9 Etika Penelitian........................................................................... 27 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
28 5.1 Hasil penelitian ...............................................................
29 5.2 Pembahasan ..........................................................................
30 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
32 6.1 Kesimpulan .....................................................................
32 6.2 Saran ....................................................................................
32 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian ............................................22 Tabel 5.1 Sumber Data Primer..........................................................
30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang Uji Mikrobiologi pada identifikasi Candida albicans dalam urine wanita17 lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian tentang Uji Mikrobiologi pada identifikasi Candida albicans dalam urine20 wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir Persetujuan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian (dari BAAK) Lampiran 3 Tabulasi hasil penelitian Lampiran 4 Jadwal Penelitian dari Proposal sampai KTI Lampiran 5 Lembar konsultasi 1 Lampiran 6 Lembar konsultasi 2 Lampiran 7 Dokumentasi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah yang sering dijumpai pada lanjut usia adalah buang air kecil yang tidak disadari atau yang disebut dengan inkontinensia urine, seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah hieginis penderita, sehingga dapat menimbulkan kualitas hidup menurun yang disebabkan adanya jamur Candida albicans di daerah vagina (Setiati,dkk, 2007).
Bila timbul kandidiasis pada vagina, bisa diberikan anti jamur lokal atau flukonazol peroral. Candidiasis yang sudah menyebar ke seluruh vagina, biasanya berat, progresif dan berakibat fatal, dan diberikan amfoterisin B intravena (melalui pembuluh darah) meskipun flukonazol efektif untuk beberapa penderita. Dalam dunia klinis, kandidiasis umumnya diobati dengan jenis antimycotics (obat anti jamur) misalnya: clotrimazole topikal, nistatin topikal, flukonazol, dan ketokonazol topikal. Sebagai contoh, dosis satu kali flukonazol (sebagai Diflucan 150 mg tablet diambil secara oral) telah dilaporkan 90% efektif dalam mengobati infeksi jamur vagina. Perawatan atau pengobatan harus melihat kemungkinan terjadinya reaksi alergi terhadap kelompok obat-obatan azole. Obat ini memiliki tingkat reaksi contraditory yang berbeda dengan obat-obatan lainnya. Dosis ini hanya efektif untuk infeksi ragi vagina, dan jenis infeksi ragi lainnya mungkin memerlukan perawatan yang berbeda pula. Pada infeksi berat (umumnya pada pasien rawat inap), amfoterisin B, caspofungin, atau vorikonazol dapat digunakan ( Koes Irianto 2013)
Berdasarkan data internasional, sebanyak 75% perempuan diseluruh dunia minimal pernah mengalami keputihan satu kali dalam hidupnya (Junita, 2006). Menurut dr Dwiana Octiyanti (2006), 75% wanita Indonesia pasti mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya dan penelitian di Jawa Timur menunjukkan 75% remaja menderita keputihan paling sekali seumur hidup, 45% bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih (Ubaiy, 2012).
Jamur sebenarnya merupakan organisme yang tidak begitu patogen terhadap manusia, tetapi akan menimbulkan penyakit bila keadaan memungkinkan untuk menginfeksi manusia. Beberapa jenis jamur bahkan normal berada dalam tubuh manusia (Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, dan Setiowulan, 2000). Sampai saat ini, penyakit infeksi jamur yang cukup tinggi adalah kandidiasis (Adiguna,2001). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 4 orang lansia yang mengalami inkontinensia dengan menggunakan sampel urine yang ditanam pada media SDA (sabaroud dekstrosa agar) ditemukan spora candida pada urinenya.
Kandidiasis adalah salah satu penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh jamur genus Candida yang dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru (Kuswadji, 2002). Candida albicans merupakan flora normal pada beberapa area tubuh manusia serta memiliki sifat opportunis sehingga apabila kondisi mendukung, akan dapat berubah menjadi patogen (Ramali dan Werdani, 2001). Keadaan lingkungan yang tidak mendukung, gangguan metabolisme dari host, atau maserasi jaringan dapat mengurangi kekebalan host sehingga Candida albicans dapat endogen. Selain masalah hieginis inkontinensia urine mempunyai komplikasi yang cukup serius seperti infeksi saluran kemih, kelainan kulit, gangguan tidur, problem psikososial seperti depresi dan mudah marah (Setiati,dkk, 2007).
Sehingga solusi yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya keputihan yaitu menjaga kebersihan pribadi terutama pada daerah vagina, memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi (vagina) pada remaja atau pada wanita lansia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya di bidang Mikrobiologi.
2. Untuk menambah ilmu mikologi tentang identifikasi jamur Candida
albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia.
1.4.2 Manfaat Praktis mencegah terjadinya inkontinensia yang menyebabkan keputihan.
2. Bagi institusi pendidik Sebagai data untuk pengabdian kepada masyarakat terutama pada lansia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Candida albicans
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya
untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2- 5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ. Candida dapat mudah tumbuh di dalam media Sabaroud dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni : menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus licin, berwarna putih kekuning- kuningan, dan berbau ragi. Pada keadaan tertentu sifat candida dapat berubah menjadi pathogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau kandidosis (Siregar, 2005).
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas, spora jamur disebut blastospora. Membentuk hifa semu (pseudohifa) yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora. Berdasarkan bentuk-bentuk jamur tersebut dikatakan bahwa Candida albicans menyerupai ragi (yeast
like), untuk membedakannya dari jamur yang hanya membentuk blastospora (Jawetz, 2004).
Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28°C - 37°C. Candida albicans diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada candida albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob ( Tauryska, 2011 ).
Klasifikasi
Kerajaan : Fungi Filum : Ascomycota Upafilum : Saccharomycotina Kelas : Saccharomycetes Ordo : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae Genus : Candida Spesies : Candida albicans Sinonim : Candida stellatoidae dan Oidium albicans ( Hendarwati, 2008 )
Sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong. Koloninya pada medium padat sedikit menimbul dari permukaan medium, dengan permukaan halus, licin atau berlipat- lipat, berwarna putih kekuningan dan berbau ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium. Pada medium cair jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung (Suprihatin, 1982). Candida albicans dapat meragikan glukosa dan maltosa menghasilkan asam dan gas. Selain itu Candida albicans juga menghasilkan asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa (Jawetz et al., 1986).
2.1.2 Candidiasis
Candida albicans menimbulkan suatu keadaan yang disebut
kandidiasis, yaitu penyakit pada selaput lendir, mulut, vagina dan saluran pencernaan (Pelczar dan Chan,1986). Infeksi terbanyak secara endogen, karena jamur telah ada di dalam tubuh penderita, di dalam berbagai organ, terutama di dalam usus. Infeksi biasanya terjadi bila ada faktor predisposisi. Oleh karena itu Candida albicans dimasukkan sebagai jamur oportunis (Suprihatin, 1982).
Faktor-faktor predisposisi utama infeksi Candida albicans pada hakikatnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama menyuburkan pertumbuhan Candida albicans seperti diabetes melitus dan kehamilan. Kelompok kedua yaitu memudahkan terjadinya
1982).
2.1.3 Patogenitas Candida albicans dapat hidup sebagai saprofit atau yang
disebut saprobe, yaitu organisme yang melekat pada inang dan menyerap makanannya melalui organisme yang telah mati tanpa menyebabkan suatu kelainan di dalam tubuh manusia. Infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans disebut kandidiasis. Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida albicans pada sel epitel. Kemudian
Candida albicans mensekresikan enzim proteolitik yang
mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel pejamu, sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida albicans juga mengeluarkan mikotoksin, diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal.
Untuk mengetahui patogenitas Candida dilakukan dengan uji germ tube (GTT), yaitu penambahan serum pada koloni Candida albicans.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya gumpalan sehingga menandakan bahwa candida tersebut patogen (Jawetz, 2004).
2.1.4 Cara penularan
Penyebab keputihan ada dua macam yaitu penyebab non patologis dan penyebab patologis (karena penyakit), nonpatologis (bukan penyakit) antara lain saat menjelang menstruasi, atau setelah menstruasi, rangsangan seksual, saat wanita hamil, stres, baik fisik maupun pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang cukup besar mengenai Muliawan, 2007). masalah wanita (
Sumber infeksi secara normal berasal dari pasangan seksual wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari. Faktor resiko pada pria hampir sama dengan wanita. Penularan Candida albicans pada pria diperkirakan sekitar 10%. Di samping infeksi langsung, manifestasi lain Candida
albicans adalah dermatitis tingkat rendah pada penis pria yang berhubungan seksual dengan wanita yang menderita candidosis vagina.
Dermatitis ini tampak melalui iritasi dan hiperaemia yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah hubungan seksual.
Pertimbangan tentang natural histori candidosis vagina menyatakan bahwa bila wanita dapat menularkan penyakit ini pada pria, bukan tidak mungkin terjadi proses sebaliknya (Hendrawati, 2008).
Candidiasis juga bisa terjadi pada usia lanjut. Terjadinya Candidiasis pada usia lanjut bisa disebabkan karena terjadinya
inkontinensia. Buang air kecil yang tidak disadari atau yang disebut dengan inkontinensia urine, seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah hieginis penderita, sehingga menimbulkan jamur candida albicans didaerah vagina (Setiati,dkk,2007).
2.1.5 Upaya pencegahan
Pencegahan terhadap keputihan sama dengan pencegahan- pencegahan terhadap penyakit lain, yang paling utama untuk mencegah tidak boleh terlalu membersihkan daerah V (vagina) dengan pembersih atau sabun, mengganti celana dalam sesering mungkin karena apabila terlalu lembab bisa jadi sumber infeksi dan menimbulkan gejala keputihan. Membiasakan diri mengenal alat kelamin sendiri sehingga jika terdapat kelainan dapat langsung ditangani secepatnya.
Apabila keputihan tidak normal dibiarkan saja tanpa diobati, akibatnya infeksi bisa menjalar, masuk ke dalam rahim, saluran telur, dan bisa juga sampai menginfeksi ovarium. Kondisi ini bisa merusak organ reproduksi bagian dalam dan bisa juga mengakibatkan kemandulan.
Sehingga kita harus mewaspadai munculnya gejala-gejala keputihan yang tidak normal, dan tidak perlu malu untuk memeriksakannya ke dokter. Karena itu dalam menjaga kebersihan diri sangatlah penting untuk mencegah terjadinya keputihan (Widyandana, 2006).
2.2 Lansia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin melemahnya manusia secara fisik dan kesehatan
19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).
Inkontinensi urine merupakan masalah kesehatan yang cukup sering dijumpai pada orang berusia lanjut, khususnya perempuan. Inkontinensia urine sering kali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya, antara lain karena menganggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang memalukan atau tabu untuk diceritakan dan juga karena ketidaktahuan mengenai masalah inkontinensia urine dan menganggap bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi di luar keinginan (Sudoyono dkk., 2006).
2.2.1 Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
1. Pra lansia Seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang atau jasa.
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun.
2. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun.
3. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
2.2.2 Tugas Perkembangan Lanjut Usia Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus.
Menurut Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja.
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri.
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak- anaknya yang telah dewasa.
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah:
a. Mudah Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
b. Mudah Lelah
Disebabkan oleh:
a) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi)
b) gangguan organis c) pengaruh obat-obatan.
c. Berat Badan Menurun
Disebabkan oleh:
a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau kelesuan b) Adanya penyakit kronis
c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu.
d. Sukar Menahan Buang Air Besar
Disebabkan oleh:
a) Obat-obat pencahar perut
b) Keadaan diare
c) Kelainan pada usus besar
Disebabkan oleh:
a) Presbiop
b) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
c) Kekeruhan pada lensa (katarak)
d) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
2.2.4 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni: a. gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.
b. gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.
c. gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit kolagen lainnya.
d. berbagai macam neoplasma.
2.2.5 Identifikasi Candida albicans
a. Makroskopik Identifikasi secara makroskopik disini berfungsi untuk melihat morfologi dari Candida albicans. Prosedur yang digunakan untuk penilaian makroskopik Candida albicans melalui proses penumbuhan jamur pada media. Jamur candida
o o
umumnya tumbuh dalam suhu kamar (25 C-30
C) dan suhu digunakan kloramfenikol. Dalam 24-48 jam terbentuk koloni bulat, basah, mengkilat seperti koloni bakteri, berukuran sebesar kepala jarum pentul. Satu sampai dua hari kemudian, koloni lebih besar,putih kekuningan. Pada sediaan langsung dari Candida
albicans ditemukan klamidospora. Mula-mula permukaan koloni
halus, licin, lama kelamaan berkeriput dan berbau ragi. Candida
albicans membentuk germ-tube seperti kecambah bila diinkubasi
2 jam dengan serum pada suhu 37°C dan membentuk klamidospora bila ditanam pada beberapa media khusus misalnya medium agar tepung jagung (Ramali dan Werdani, 2001).
b. Mikroskopik Setelah penilaian secara makroskopik, identifikasi dilanjutkan secara mikroskopik. Koloni yang tumbuh pada media, dibuat sediaan, membersihkan obyek glass dengan alcohol 70%, diatas obyek glass ditetesi dengan KOH 10% atau dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram kemudian ditutup dengan over glass, dan selanjutnya dilihat di bawah mikroskop, yang dapat dilihat adalah sel-sel ragi, blastospora dan hifa semu (pseudohifa) berbentuk oval, bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan sel anakan, dan berbentuk filament, berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas disebut blastospora (Koes Irianto, 2003).
c. Prosedur persiapan sampel urine
3) Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang disediakan.
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo 2010, h.83).
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini disajikan pada gambar
dibawah ini :- Daerah vagina menjadi lembab
- Gatal -
- Masalah hieginis penderita.
Keterangan : : Variabel yang tidak diteliti : Variabel yang diteliti
Berbau tidak enak
WanitaLan Inkontinen
Jamur Candidiasi Ujimikroba
(+) Candida Albicans
(-) Candida Albicans
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Uji Mikrobiologi pada Identifikasi JamurCandida albicans dalam Urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
3.2 Penjelasan kerangka konseptual
Pada wanita lansia sering dijumpai terjadinya buang air kecil yang
tidak disadari atau yang disebut dengan inkontinensia urine, seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak, dan masalah hieginis penderita, sehingga menimbulkan jamur Candidiasis didaerah vagina. Perlu dilakukan pemeriksaan uji mikroba untuk mengetahui adanya jamur Candida
albicans.Hasil identifikasi mikroba dinyatakan positif jamur Candida albicans dan negatif jamur Candida albicans.
BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah, yang menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo 2010, h. 19). Pada bab ini akan diuraikan tentang waktu dan tempat penelitian, desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel dan sampling, definisi operasional variabel, instrumen penelitian dan cara pengumpulan data, pengolahan dan analisa data, penyajian data dan etika penelitian.
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
4.1.1 Waktu penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan bulan November 2016, di awal dari perencanaan (penyusunanproposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir. Adapun pengumpulan data akan dilakukan pada bulan Mei 2017.
4.1.2 Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di Puskesmas Brambang, sedangkan pengujian jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia dilakukan di Ruang Laboratorium Bakteriologi Program Studi D III Analis Kesehatan Stikes Icme Jombang.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang digunakan sebagai petunjuk peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan
(Nursalam, 2013).
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, karena peneliti hanya ingin melihat adanya jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
4.3 Kerangka kerja (Frame Work)
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang berbentuk kerangka hingga analisis data (Hidayat, 2010).
PenentuanMasalah
Penyusunan Proposal PopulasiSeluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang yang berjumlah 15 orang
Sampling Total sampling
Sampel
Seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang yang berjumlah 15 orang
Desain Penelitian Deskriptif
Pengumpulan Data LembarEksperimental
PengolahandanAnalisis Data Editing, Coding, Tabulating
Simpulandan Saran
Gambar 4.1 Kerangka Uji Mikrobiologi Identifikasi Jamur Candida albicans dalam4.4 Populasi, Sampling dan Sampel urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
4.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmojo, 2010). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang sebanyak 15 orang.
4.4.2 Sampling
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi contoh (Nursalam 2013). Teknik sampling dalam peneliti ini adalah Non Probability Sampling dengan metode Total sampling.
4.4.3 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel dalam penelitian ini adalah urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang sebanyak 15 orang.
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Variabel pada penelitian ini adalah Identifikasi jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.
Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel
secara operasional berdasarkan kriteria yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi dan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat,2014). Definisi opersioanal variable pada penelitian ini disajikan pada tabel.
Tabel 4.1 Definisi Operasional Identifikasi Jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.Variabel Definisi Operasional Parameter AlatUkur Katagori Identifkasi jamur
Candida albicans.
Suatu kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui keberadaan mikroorganisme .
a. Makroskopis pada media SDA (sabaroud dekstrosa agar) menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih kekuning- kuningan dan berbau ragi.
b. Mikroskopis Sel-sel ragi, blastospora dan hifa semu (pseudohifa) berbentuk oval, bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan sel anakan, dan berbentuk filament, berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas.
Observasi laboratorium secara makroskopis dan mikroskopis.
Makroskopik:
1. Positif=1 jika sesuai dengan ciri parameter.
2. Negatif= 0 jika tidak sesuai dengan ciri parameter.
Mikroskopik :
1. Positif = 1 jika ada candida berbentuk oval, bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan sel anakan, dan berbentuk filament.
2. Negatif = 0 jika tidak ditemukan candida berbentuk oval, bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan sel anakan, dan berbentuk filament.
4.6.1 Alat Penelitian
1. Neraca digital
2. Beaker glass
3. Cawan petri
4. Pipet tetes
5. Hot plate
6. Inkubator
7. Ose bulat
8. Objeck glass
9. Cover glass
10. Autoclave
11. Batang pengaduk
12. Gelasukur
13. Lampuspirtus
14. Mikroskop
15. Kertas Koran
4.6.2 Bahan Penelitian 1. Media SDA (sabaroud dekstrosa agar).
2. Aquadest
4.6.3 Prosedur Penelitian
A. Sampling Sampel Urine
1. Meminta responden untuk membersihkan labia dengan air bersih. yang pertama dibuang. Aliran urine yang selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan.
B. Pembuatan Media
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang media SDA (sabaroud dekstrosa agar) menggunakan beaker glass sebanyak 13 gram pada neraca digital.
3. Melarutkan dengan aquadest sebanyak 200 ml.
4. Memanaskan diatas hot plate hingga mendidih dengan mengaduk menggunakan batang pengaduk.
5. Menuangkan media pada cawan petri kemudian ditutup.
o
6. Mensterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121 C selama 15 menit.
7. Membiarkan media membeku kemudian dibungkus menggunakan kertas dengan cara dibalik.
8. Memasukkan ke dalam lemari pendingin.
C. Uji Candida albicans
1. Mensterilisasi mulut cawan bagian tepi dengan memutarnya diatas api, kemudian dipijarkan jarum inokulum dan dinginkan.
2. Mencelupkan jarum inokulum ke dalam sampel urine, dan membuka mulut cawan, kemudian jarum inokulum digoreskan diatas media.
3. Menutup kembali cawan petri dan memanaskan mulut cawan.
4. Menginkubasi pada suhu kamar selama 24 jam pada suhu
6. Melakukan pengambilan koloni pada media dan meletakkan pada obyek glass, menetesi dengan KOH dan mendiamkan sekitar 15-30 menit.
7. Memanaskan sebentar, menutup dengan cover glass, dan mengamati di bawah mikroskop.
8. Atau diwarnai dengan dengan pewarnaan gram, dilihat di bawah mikroskop, yang dilihat sel-sel ragi, blastospora dan hifa semu (pseudohifa).
4.7 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada obyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari dosen pembimbing dan izin penelitian dari lembaga pendidikan (STIkes ICME) serta institusi terkait selanjutnya memberikan surat persetujuan dari tempat penelitian keresponden, dan seterusnya sampai pengambilan data kepihak yang terkait dan melakukan pengisian kuesioner.
4.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4.8.1 Pengolahan Data