Persepsi dan harapan dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta terhadap perkembangan peran farmasis klinik - USD Repository

  PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN FARMASIS KLINIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Eunike 038114107 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

Persetujuan Skripsi

PERSEPSI DAN HARAPAN DOKTER UMUM RUMAH SAKIT SWASTA DI

KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN PERAN

FARMASIS KLINIK

  Disusun oleh : Eunike

  NIM : 03114107 Telah disetujui oleh :

  Pembimbing Utama

  PERSEMBAHAN One life to live for Christ my Lord, One life to do my part,

  One life in which to give my all With fervency of heart.

  Brandt In everything you do, put God first and He will direct You and crown your efforts with success. Proverbs 3:4

  Be a good courage, and He shall strengthen your heart, all ye that hope in the LORD. Psalm 31:24

  Kupersembahkan karya ini kepada : My Savior, TUHAN YESUS KRISTUS Mamaku yang tercinta Keluargaku di Magelang yang kusayangi

  Sahabat-sahabatku Serta Almamaterku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 23 April 2007 Penulis

  Eunike

KATA PENGANTAR

  Segala pujian dan ucapan syukur penulis persembahkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi dan Harapan Dokter Umum Rumah Sakit Swasta di Kota Yogyakarta Terhadap Perkembangan Peran Farmasis Klinik” dapat terselesaikan dengan baik

  Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Rumah Sakit P.K.U. Muhamadiyah, Rumah Sakit Panti Rapih dan Rumah Sakit Bethesda yang telah memberikan ijin dan tampat sehingga penelitian ini dapat dilakukan.

  3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama persiapan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

  4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberi masukan demi peningkatan hasil karya tulis ini.

  5. Dokter-dokter Umum yang berpraktek di Rumah Sakit P.K.U. Muhamadiyah, Rumah Sakit Panti Rapih dan Rumah Sakit Bethesda yang telah bersedia menjadi

  6. Mama atas perhatian, dukungan, semangat, doa, dan cinta kasihnya yang sangat besar.

  7. Papa atas kasih sayangnya selama ini.

  8. Keluarga di Magelang (Mak Pien, Ik Po, Ik Lanny, Ku Lewi, Ku Liang, Ku Kong Hien, Kim Mella, Agnes, Yosua dan Raymond) atas semangat, dukungan, doa, perhatian dan kasih sayang yang diberikan selama ini.

  9. Renny, atas kasih sayang, dukungan, semangat, doa dan air mata, serta suka dan duka yang dibagi bersama selama ini.

  10. Teman-teman Komsel Magelang (Mas Yuno, Bram, Yosy, Andrew, Boas, My

  Twins (Wurie), Cisca, Acheng, Monike, Dian, Yonia, Ike, Syela, Beetha, Po2,

  Victor, David, Yusak, Yoseph, Erwin, Erwan, Adie, Kris, David) untuk, doa, semangat, keceriaan dan kebersamaan selama ini.

  11. Teman-teman kost ‘Dewi’ (Ratih, Selvi, Indah, Lia, Lanny, Yohana, Anink, Mellissa, Chika, Novi, Cie Ricka, Cie Meta, Cie Listy, Cie Maria, Tice, dll) untuk dukungan, doa, dukungan, keceriaan dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis.

  12. Teman-teman GPdI Magelang dan SM Elshaddai (Cie Fera, Cie Yoke, Ko Lhank, Ko Sand, Ko Ayiem dan keluarga, Mas Poer) atas dukungan dan kasih sayangnya.

  13. David atas bantuannya mengerjakan revisi dan Wurie atas bantuannya dalam menerjemahkan abstract.

  14. Teman-teman kost ‘Wulung’ (Paulus, Roy, David, Hendra, Sigit) buat keceriaan

  15. Diah Regziana atas dukungan, bantuan dan kebersamaan selama mengerjakan skripsi ini dari awal sampai akhir.

  16. Teman-teman Fakultas Farmasi USD, khususnya kelas C dan kelompok praktikum E atas kekompakan dan keceriaan yang diberikan.

  17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang juga telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi perkembangan dunia kesehatan.

  Yogyakarta, 23 April 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ v PRAKATA............................................................................................................. vi DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xix

  INTISARI............................................................................................................... xx

  

ABSTRACT ............................................................................................................. xxi

  BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

  1. Perumusan masalah.................................................................................... 4

  2. Keaslian penelitian ..................................................................................... 4

  3. Manfaat penelitian...................................................................................... 7

  B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7

  BAB II PENELAAH PUSTAKA A. Farmasis dan Peran Farmasis ........................................................................... 9 B. Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri

  C. Pelayanan Farmasi Klinik ................................................................................ 23

  D. Keterangan Empiris.......................................................................................... 33

  BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................................ 34 B. Definisi Operasional Penelitian ....................................................................... 34 C. Responden ........................................................................................................ 35 D. Alat Penelitian.................................................................................................. 36 E. Tata Cara Penelitian ......................................................................................... 37 F. Kesulitan Penelitian ......................................................................................... 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Dokter Umum Rumah Sakit Swasta di Kota Yogyakarta Terhadap Peran Farmasis Klinik ...................................................................................... 47

  1. Persepsi responden terhadap ruang lingkup profesi farmasi..................... 47

  2. Persepsi responden terhadap orientasi pelayanan farmasis........................ 48

  3. Persepsi responden terhadap keikutsertaan farmasis dalam memberi perhatian khusus terhadap kesejahteraan pasien ........................................ 49

  4. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam memantau penggunaan obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan .................................................................................................................... 51

  5. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam menganalisis efektivitas biaya ................................................................... 52

  6. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam

  7. Persepsi responden terhadap komunikasi farmasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain, serta berpartisipasi dalam membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien .............................................................. 55

  8. Persepsi responden terhadap pendokumentasian kegiatan yang dilakukan farmasis untuk evaluasi terhadap pelayanan kesehatan ............ 56

  9. Persepsi responden terhadap keterlibatan langsung farmasis dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat ................................................................... 57

  10. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam pemberian informasi obat kepada tenaga kesehatan lain ............................................. 58

  11. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (drug related problem) ............. 60

  12. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertangung jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (therapeutic drugs monitoring) ....... 61

  13. Persepsi responden bahwa farmasis tidak harus bertanggung jawab dalam penanganan pencampuran obat suntik............................................. 64

  14. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam penanganan nutrisi parenteral ................................................................... 65

  15. Persepsi responden terhadap peran farmasis dalam penanganan obat kanker atau sitostatika ................................................................................ 66

  16. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam mengakses penyakit dan riwayat pengobatan pasien dalam rekam medis untuk

  17. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan memberikan masukan pada dokter dalam peresepan ................................................................... 69

  18. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan .................................................................................................. 71

  19. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam pelayanan penggunaan obat dapat membantu dokter dan tenaga kesehatan lain dalam memaksimalkan proses terapi ......................................................... 73

  B. Harapan Dokter Umum Terhadap Perkembangan Peran Farmasis Klinik di Rumah Sakit Swasta di Kota Yogyakarta ........................................................ 74

  1. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat mendampingi dokter dalam pemeriksaan serta memberikan saran dalam peresepan obat............................................................................................ 74

  2. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat bagi pasien ...................................................................... 76

  3. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah dipraktekkan oleh beberapa negara-negara maju....................................... 78

  4. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assasement-nya di medical record ...................... 80

  5. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang spesialisasinya, dan dapat bekerjasama dengan dokter spesialis................................................ 82

  6. Harapan responden terhadap keterlibatan farmasis secara langsung pada pasien bersama dokter dan tenaga kesehatan lain akan dapat membantu dokter dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat bagi pasien ........................................................................................................ 84

  C. Rangkuman Pembahasan ................................................................................. 86

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................................... 88 B. Saran................................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90

LAMPIRAN.......................................................................................................... 93

BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 102

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Kuisioner ..................................................................................... 38 Tabel 2. Jumlah Farmasis Dan Dokter Umum Yang Terdaftar di Rumah

  Sakit Swasta di Kota Yogyakarta................................................ 43 Tabel 3. Profil Responden......................................................................... 44

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Usia Responden........................................................................... 46 Gambar 2. Lama Praktek Responden............................................................ 47 Gambar 3. Persepsi responden terhadap ruang lingkup profesi Farmasi..... 47 Gambar 4. Persepsi responden terhadap orientasi pelayanan farmasis......... 48 Gambar 5. Persepsi responden terhadap keikutsertaan farmasis dalam memberi perhatian khusus terhadap ksejahteraan pasien............ 50 Gambar 6. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam memantau penggunaan obat baik pada pasien rawat inap pasien rawat jalan ................................................................................... 51

  Gambar 7. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam menganalisis efektifitas biaya ..................................................... 52 Gambar 8. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam formularium obat.............................................................. 54 Gambar 9. Persepsi responden terhadap komunikasi farmasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain, serta berpartisipasi dalam membahas masalah terapi yang diberikan pada pasien............... 55

  Gambar 10. Persepsi responden terhadap pendokumentasian kegiatan yang dilakukan farmasis untuk evaluasi terhadap pelayanan kesehatan ..................................................................................... 57

  Gambar 11. Persepsi responden terhadap keterlibatan langsung farmasis dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat..................................... 58

  Gambar 12. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis dalam pemberian informasi obat kepada tenaga kesehatan lain ............ 59 Gambar 13. Persepsi responden terhadap tanggung jawab farmasis masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (drug related

  ) ...................................................................................... 60

  problem

  Gambar 14. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertangung jawab dalam pemantauan kadar obat dalam darah (therapeutic drugs

  monitoring) .................................................................................. 62

  Gambar 15. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam penanganan pencampuran obat suntik.............................. 64 Gambar 16. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam penanganan nutrisi parenteral........................................... 66 Gambar 17. Persepsi responden terhadap peran farmasis dalam penanganan obat kanker atau sitostatika ......................................................... 67 Gambar 18. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam mengakses penyakit dan riwayat pengobatan pasien dalam rekam medis untuk memantau penggunaan obat yang rasional.. 68

  Gambar 19. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam membantu menentukan terapi yang tepat bagi pasien dan

  Gambar 20. Persepsi responden bahwa farmasis tidak bertanggung jawab dalam memberikan konseling obat baik pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan .......................................................... 72

  Gambar 21. Persepsi responden terhadap keterlibatan farmasis dalam pelayanan penggunaan obat dapat membantu dokter dan tenaga kesehatan lain dalam memaksimalkan proses terapi................... 73

  Gambar 22. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat mendampingi dokter dalam pemeriksaan serta memberikan saran dalam peresepan obat.................................... 75

  Gambar 23. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat ikut mendiskusikan hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium bersama dengan dokter untuk memutuskan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat bagi pasien .......................................................................................... 76

  Gambar 24. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat menentukan obat sesuai dengan diagnosis dokter seperti yang telah dipraktekkan oleh beberapa negara-negara maju............................................................................................. 79

  Gambar 25. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat ikut dalam visitasi, siap memberikan saran tentang terapi pasien dan dapat menuliskan hasil assasement-nya di

  medical record ............................................................................ 81

  Gambar 26. Harapan responden terhadap perkembangan farmasis klinik untuk dapat dispesialisasikan agar dapat bekerja sesuai bidang spesialisasinya, dan dapat bekerjasama dengan dokter spesialis

  ..................................................................................................... 83 Gambar 27. Harapan responden terhadap keterlibatan farmasis secara langsung pada pasien bersama dokter dan tenaga kesehatan lain akan dapat membantu dokter dalam menjamin terlaksananya proses terapi yang tepat bagi pasien............................................ 85

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit Bethesda ........................ 93 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit Panti Rapih .................... 94 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit P.K.U. Muhamadiyah.... 95 Lampiran 4. Kuisioner ..................................................................................... 96 Lampiran 10. Frekuensi jawaban kuisioner oleh responden ............................. 99

  

INTISARI

Saat ini praktek kefarmasian di rumah sakit telah mengarah ke orientasi pasien.

  Hal ini bertujuan untuk memaksimalken efek terapi, meminimalkan resiko, dan meminimalkan biaya pengobatan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi dokter umum terhadap peran farmasis klinik di rumah sakit swasta di kota Yogyakarta.

  Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional dengan rancangan penelitian deskriptif. Bahan yang digunakan adalah kuisioner yang diisi oleh dokter umum yang berpraktek pada rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta (26 responden). Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang.

  Dari penelitian ini disimpulkan responden memiliki persepsi tentang peran farmasis klinik yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1197/Menkes/SK/X/2004 yaitu: pelayanan farmasi rumah sakit yang berorientasi kepada pasien (100%) dan bertanggung jawab dalam pemantauan penggunaan obat (96%), namun responden tidak setuju farmasis menangani nutrisisi parenteral (69%). Dalam hal mengakses riwayat pengobatan pasien (50% tidak setuju dan 46% setuju. Responden memiliki harapan tentang keterlibatan farmasis klinik dalam menentukan obat sesuai diagnosis dokter (54%) dan visitasi (81%), namun sebanyak 50% dan 69% responden, tidak setuju farmasis klinik mendampingi dokter dan memberikan saran peresepan obat serta mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan dokter untuk menentukan diagnosis dan terapi yang tepat bagi pasien, namun di sisi lain 50% dan 31% setuju.

  Kata kunci : persepsi, harapan, dokter umum, farmasis klinik

  

ABSTRACT

  Nowadays, pharmaceutical practice in hospitals are directed to the patient oriented. It is purposed to maximize the therapy effects, minimize the risks, and also minimize the therapy costs. Based on those facts, the research is conducted to know the perception of general practitioner to the clinical pharmacist roles in the private hospital in Yogyakarta.

  The research is an observational character with a descriptive research plan. The material used is questioners that filled by the general practitioners from private hospitals in Yogyakarta (26 respondent) who willingly to fill the questioners. The achieved data analyzed by descriptive statistics in the form of percentage and presented in the form of table and (stem) diagram.

  According to the research, it can be concluded the respondents perceptions about the clinical pharmacist roles that are appropriate haved conform to the Minister of Public Health decree No. 1197/Menkes/SK/X/2004 about the hospitals pharmacy services as patient oriented services (100%) and responsible in drug related problem (96%). However, respondents disagreed on the hospital pharmacists involvement in the handling of parenteral nutrition (69%) and in access patient therapy (50%), but in the other side 46% agreed. Respondents have expectations to the involvement of clinical pharmacists to determine the appropriate medicine suitable to the doctor’s diagnosis (54%) and visitation (81%). However, 50% and 69% respondent disagree on the clinical pharmacist accompany the doctor during the examination and give advices on the prescription and also to discuss the examination result together with the doctor to determine the accurate diagnosis and therapy for the patient, but in the other side 50% and 31% agreed.

  Key words: perception, expectation, general practitioner, clinical pharmacist

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pada saat ini, praktek profesi farmasis telah berubah dari orientasi produk

  ke orientasi pasien. Pelayanan kefarmasian menuntut praktek manajemen terapi dan konseling bagi pasien. Secara umum, farmasis harus terlibat bekerjasama dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam proses terapi seorang pasien dari aspek pharmaceutical care (Matsumoto, Shimizu, and Fukuoka, 2003).

  Cakupan praktek kefarmasian semakin meluas dari waktu ke waktu. Pada tahun 1999, di 24 negara bagian di Amerika menyetujui suatu bentuk kolaborasi praktek antara farmasis dan dokter, yaitu pada adanya delegasi penatalaksanaan pasien menjadi tanggung jawab farmasis, meliputi terapi ulangan yang telah disetujui oleh dokter sampai ke modifikasi atau inisiasi regimen terapi bagi pasien (Smith, Ray and Shannon, 2002).

  Perubahan pola pelayanan kefarmasian ini di negara-negara maju telah lama berlangsung sedangkan di Indonesia masih sangat tertinggal bahkan sering masih dalam tingkat wacana. Oleh karena itu sangat diharapkan profesi farmasis yang memang bekerja dalam pelayanan kefarmasian (farmasi rumah sakit dan farmasi komunitas) harus berani keluar dari keterkurungannya memasuki realitas

  a baru dalam pelayanan kefarmasian (Anonim, 2004 ).

  Praktik kefarmasian di rumah sakit mengalami pergeseran secara bertahap. dan peracikan, berubah menjadi pendekatan yang lebih berorientasi kepada pelayanan pasien dan penanganan penyakit secara komprehensif. Salah satu kebijakan pelayanan kesehatan menyangkut kebijakan penggunaan obat yang rasional yaitu: tepat kualitas, tepat indikasi, tepat dosis, tepat penderita, dan tepat harga. Termasuk juga komunikasi dan informasi terhadap pasien tentang penggunaan obat yang efektif dan efisien dan hubungan dokter pembuat resep dan apotik/depo yang menyerahkan obat. Menjawab tantangan ini profesi farmasi dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus bekerja keras untuk meningkatkan profesionalisme.

  Hal ini untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang terus berkembang terhadap pelayanan kefarmasian yang bermutu (Yusmanita, 2002).

  Proses pelayanan kesehatan di rumah sakit melibatkan kerjasama antara farmasis dengan petugas kesehatan lain khususnya dokter. Dalam hal ini dokter sebagai prescriber, yaitu orang yang berwenang untuk menuliskan resep untuk pasien. Melalui peresepan inilah terjadi kerjasama antara dokter dengan farmasis sebagai suatu health care team.

  Proses kerjasama antara dokter dan farmasis ini merupakan proses yang harus ditingkatkan terus menerus agar penggunaan obat yang menjadi tanggung jawab bersama antar farmasis, dokter dan juga tenaga kesehatan lain memperoleh keluaran terapi yang optimal. Farmasis memberikan jaminan bahwa obat yang diberikan adalah obat yang benar dan diperoleh maupun diberikan dengan benar

  c (Anonim, 2004 ).

  Peran Farmasis klinik sebagai profesi yang menjalankan praktek pelayanan khususnya dokter sebagai suatu health care team. Dengan adanya penerimaan yang baik dari profesi kesehatan lain diharapkan dapat terjadi kerjasama yang baik dalam suatu health care team. Dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antara farmasis dengan dokter dapat meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian.

  Perkembangan pelayanan farmasi klinik di Kota Yogyakarta masih cukup lambat karena rumah sakit di Kota Yogyakarta sebagian besar belum melaksanakan pelayanan farmasi klinik. Pada rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta yang telah mulai melaksanakan pelayanan farmasi klinik (R.S. Bethesda, R.S. Panti Rapih dan R.S. P.K.U. Muhamadiyah), belum semua aspek pelayanan farmasi klinik dilakukan. Pelayanan farmasi klinik masih terbatas pada pengkajian resep, dispensing dan pelayanan informasi obat oleh farmasis. Pihak rumah sakit juga sudah menempatkan farmasis di bangsal-bangsal pada jam-jam tertentu. Diantara ketiga rumah sakit tersebut ada juga farmasis yang mulai terlibat pada penanganan obat kanker maupun obat suntik. Namun pemantauan penggunaan obat yang rasional belum maksimal dan efektif dijalankan. Komunikasi antara farmasis dan staf medis dalam pengkajian resep masih belum berjalan secara maksimal. Visitasi oleh farmasis pada pasien rawat inap juga belum aktif dijalankan. Pemantauan kadar obat terapetik juga belum dilaksanakan di rumah sakit terebut.

  Berdasarkan kenyataan di atas maka perlu diidentifikasi seperti apa persepsi dan harapan tenaga kesehatan lain, dalam hal ini dokter, tentang praktek farmasis klinik sehingga praktek profesi farmasis klinik yang sudah ada saat ini dapat dikembangkan dan proses kerjasama antara farmasis dan dokter dapat terjalin lebih

1. Perumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka terdapat permasalahan yang akan diungkap melalui penelitian ini, yaitu: a. seperti apa persepsi dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta terhadap peran farmasis klinik mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan

  RI nomor 1197 tahun 2004 mengenai standar pelayanan farmasi di rumah sakit khususnya pada pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan?

  b. seperti apa harapan dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta terhadap perkembangan farmasis klinik di masa mendatang dalam pelayanan kefarmasian? 2.

   Keaslian penelitian

  Penelitian tentang Persepsi Dokter Umum terhadap Farmasi Klinik di Rumah Sakit di Kota Yogyakarta pernah dilakukan oleh Savitri (2005) yang menitikberatkan pada bahasan mengenai sejauh mana pengenalan dan penilaian dokter terhadap profesi farmasis klinik serta sikap dan saran dokter terhadap profesi farmasis klinik secara profesional. Pada penelitian ini digunakan acuan Standar Kompetensi Farmasi di Indonesia yang disusun oleh ISFI. Lingkup penelitian ini adalah seluruh rumah sakit baik swasta maupun pemerintah yang ada di Kota Yogyakarta.

  Nurdiati (2005) juga pernah melakukan penelitian tentang Profesi Farmasis di Rumah Sakit dalam Perspektif Dokter Spesialis di Daerah Istimewa mengenai profesi farmasis di rumah sakit. Acuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur dari WHO mengenai pelayanan kefarmasian dan Standar Kompetensi Farmasi di Indonesia yang disusun oleh ISFI. Lingkup penelitian ini adalah seluruh rumah sakit baik swasta maupun pemerintah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

  Perbedaan penelitian ini dibanding penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2005) dan Nurdiati (2005) adalah penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi dokter umum tentang peran farmasis klinik di rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menitikberatkan pada bahasan mengenai peran farmasis klinik sebagai Health Care Team sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 dan untuk mengetahui harapan dokter umum di rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta mengenai perkembangan peran farmasis klinik di masa mendatang dalam pelayanan kefarmasian. Perbedaan yang mendasar pada penelitian ini dibanding penelitian sebelumnya adalah acuan yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan acuan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004.

  Perbedaan lain penelitian ini dibanding penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini rumah sakit yang digunakan adalah rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta yang memiliki minimal 2 farmasis dan telah melakukan praktek pelayanan farmasi klinik. Pada penelitian Savitri (2005) rumah sakit yang digunakan tidak memiliki kriteria jumlah farmasis minimal 2. Pada penelitian di Kota Yogyakarta tanpa kriteria telah melakukan pelayanan farmasi klinik. Penelitian yang dilakukan Nurdiati (2005) rumah sakit yang digunakan adalah seluruh rumah sakit baik swasta maupun pemerintah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa kriteria minimal memiliki dua farmasis dan belum melakukan pelayanan farmasi klinik, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta yang memiliki minimal 2 farmasis dan telah melakukan pelayanan farmasi klinik.

  Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Wijayanti (2005) mengenai Persepsi Dokter tentang Peran Apoteker di Apotek di Kota Magelang.

  Penelitian ini menitikberatkan pada tanggapan dokter mengenai peran apoteker di Apotek dewasa ini. Perbedaannya adalah penelitian Wijayanti (2005) berfokus pada peran farmasis di Apotek sedangkan penelitian yang dilakukan ini berfokus pada peran farmasis klinik di rumah sakit.

  Muijrers (2003) juga melakukan penelitian yang berjudul: “Changing

  

relationships: attitudes and opinions of general practitioners and pharmacists

regarding the role of the community pharmacist” yang menitikberatkan pada

  persamaan dan perbedaan pendapat antara dokter umum dengan farmasis mengenai peran farmasis komunitas.

  Perbedaan penelitian ini dibanding penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2005) dan Muijrers (2003) adalah penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi dokter umum tentang peran farmasis klinik di rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta. Penelitian sebelumnya Muijrers (2003) membandingkan persamaan dan perbedaan pendapat antara dokter umum dan farmasis, sedangkan penelitian ini hanya melihat dari sudut pandang atau persepsi dokter umum tanpa membandingkan dengan persepsi farmasis terhadap peran farmasis klinik di rumah sakit.

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran persepsi dan harapan dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta mengenai perkembangan peran farmasis klinik.

  b. Manfaat praktis 1) Penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan standar praktek kefarmasian bagi farmasis klinik baik oleh ISFI ataupun

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan self-assessment bagi farmasis klinik untuk peningkatan kinerja di rumah sakit.

B. Tujuan Penelitian 1.

   Tujuan umum

  Mengetahui persepsi dan harapan dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta terhadap peran farmasis klinik.

2. Tujuan khusus

  a. Mengetahui persepsi dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta

  RI nomor 1197 tahun 2004 mengenai standar pelayanan farmasi di rumah sakit khususnya pada pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.

  b. Mengetahui harapan dokter umum rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta terhadap perkembangan farmasis klinik dalam pelayanan kefarmasian.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Farmasis dan Peran Farmasis Farmasis (Apoteker) adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

  mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Farmasis (Apoteker) (Anonim, 1992).

  Menurut Standar Kompetensi Farmasis Indonesia lingkup tanggung jawab farmasis meliputi: 1. menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat 2. menjamin mutu keamanan obat yang diberikan dan memperhatikan hak azasi dan keunikan setiap pribadi 3. menjamin setiap orang atau masyarakat yang menggunakan obat atau alat kesehatan yang digunakan demi tercapainya kepatuhan penggunaan 4. memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga kesehatan lain dan pasien dalam menghasilkan keluaran terapi yang optimal.

  Lingkup hak dari pelayanan kefarmasian menurut Standar Kompetensi Farmasis Indonesia meliputi: 1. hak untuk mendapatkan posisi kemitraan dengan profesi tenaga kesehatan lain 2. hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat melaksanakan praktek

  3. hak untuk mendapatkan jasa profesi sesuai dengan kewajaran jasa profesional kesehatan 4. hak untuk berbicara dalam rangka menegakkan keamanan masyarakat dalam aspek sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan.

  Peran farmasis yang dikemukakan oleh WHO yang dikenal dengan istilah “Seven Star Pharmacist” meliputi: 1.

   care giver

  Farmasis sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan kinik, analitik,

  c teknik, sesuai peraturan perundang-undangan (Anonim, 2004 ).

  2. decision-maker

  Farmasis mendasarkan pekerjaanya pada kecukupan, keefikasian dan biaya yang efektif dan efisien terhadap seluruh penggunaan sumber daya misalnya sumber daya manusia obat, bahan kimia, peralatan, prosedur, pelayanan dan lain-lain

  c (Anonim, 2004 ).

  3. comunicator

  Farmasis harus berada pada posisi ideal antara dokter dan pasien, karena itu farmasis haruslah dikenal dan percaya diri saat berinteraksi dengan profesi kesehatan lain dan publik (Anonim, 1998).

  4. leader Farmasis diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

  Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengolah hasil

  5. manager

  Farmasis harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan (Anonim, 2004

  c ).

  6. life-long learner Farmasis harus terus belajar sepanjang pengabdian profesinya (Anonim, 1998).

  7. teacher

  Farmasis bertanggung jawab untuk mendidik dan melatih farmasis generasi mendatang (Anonim, 2004

  c ).

  Konsep seven star menjadi gambaran profil masa depan farmasis sedangkan filosofi farmasis yaitu pharmaceutical care secara luas identik dengan

  

good pharmacy practice , sehingga dapat dikatakan bahwa good pharmacy practice

  adalah jalan untuk mengimplementasikan pharmaceutical care (Anonim, 2004

  c ).

  Empat pilar yang disyaratkan WHO untuk pelaksanaan good pharmacy

  practice adalah :

  1. farmasis harus peduli terhadap kesejahteraan pasien dalam segala situasi dan kondisi 2. kegiatan inti farmasi adalah menyediakan obat, produk pelayanan kesehatan lain, menjamin kualitas, informasi dan saran yang memadai kepada pasien dan memonitor penggunaan obat yang digunakan pasien

  3. bagian integral farmasis adalah memberikan kontribusi dalam peningkatan peresepan yang rasional dan ekonomis, serta penggunaan obat yang tepat.

  4. tujuan tiap pelayanan farmasi yang dilakukan harus sesuai untuk setiap individu, didefinisikan dengan jelas, dan dikomunikasikan secara efektif kepada semua pihak yang terkait.

  c

  (Anonim, 2004 ) Empat elemen penting yang digariskan oleh WHO dalam good pharmacy

  practice adalah :

  1. kegiatan yang berhubungan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit 2. penyediaan dan penggunaan obat resep dokter dan produk pelayanan kesehatan lain.

  3. Pengobatan mandiri 4. mempengaruhi peresepan dan penggunaan obat.

  c

  (Anonim, 2004 ) Empat elemen tambahan yang disarankan meliputi :

  1. farmasis bekerjasama dengan tenaga kesehatan masyarakat berupaya mencegah penyalahgunaan obat dan penggunaan obat yang salah yang terjadi di masyarakat 2. menilai produk obat dan produk pelayanan kesehatan lain secara profesional 3. penyebarluasan informasi obat dan berbagai aspek pelayanan kesehatan yang telah dievaluasi 4. terlibat dalam semua tahap-tahap pelaksanaan uji klinis.

  c

  (Anonim, 2004 ) Menurut Undang-Undang no. 7 tahun 1963 tentang farmasi, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, Sistem praktek kefarmasisn dapat diartikan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang utuh dan terpadu, terdiri dari struktur dan fungsi jaringan pelayanan kefarmasian. Praktek kefarmasian adalah upaya penyelenggaraan pekerjaan kafarmasian dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

  c penyakitbagi perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat (Anonim, 2004 ).

  Menurut keputusan Menteri Kesehatan R.I. no. 1027 tahun 2004 pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi farmasis dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

  Pada Manajemen Pembangunan Kesehatan peran farmasis lebih berhubungan dengan kepemimpinan dan manajemen kesehatan serta Peraturan Perundang-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan. Siapapun dan dimanapun orang/pimpinan organisasi profesi berbicara dalam masalah kefarmasian, intinya tidak lain adalah pelaksanaan “Pharmaceutical Care” (PC).

  

“Pharmaceutical Care” ada yang mengartikan “Asuhan Kefarmasian”, bisa juga

  “Perhatian Kefarmasian” atau “Kepedulian Kefarmasian”. Pharmaceutical Care adalah tanggung jawab farmakoterapi dari seorang farmasis untuk mencapai dampak tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup pasien (Azwar, 2004).

  Definisi dari “Kepedulian Farmasi” atau“Pharmaceutical Care” menurut Hepler (1990) yaitu: “Pharmaceutical care is the responsible provision of drug

  

therapy for the purpose of achieving definite outcomes which improve the patients

Quality of Life”. Dan diterjemahkan oleh Siregar (2005) bahwa definisi yang berkaitan dengan obat, dengan maksud pencapaian hasil yang pasti dan meningkatkan mutu kehidupan pasien. Definisi dari Hepler C. D. dan Strand L. M. inilah yang kemudian digunakan oleh ASHP (American Society

  of Hospital Pharmacist Inc. )

  Menurut Cipolle (1992) “Pharmaceutical Care is that component of

  

pharmacy practice which entails the direct interaction of the pharmacist with the

pateint for the purpose of caring for that patient’s drug-related needs”

  merupakan komponen praktek kefarmasian yang menuntut

  (Pharmaceutical Care

  adanya hubungan langsung antara farmasis dengan pasien yang bertujuan untuk memperhatikan kebutuhan pasien yang berhubungan dengan obat).

  Pelaksanaan kepedulian farmasi menunjukkan kematangan farmasi sebagai suatu profesi klinik dan merupakan suatu perkembangan yang wajar dari banyak kegiatan farmasi klinik yang matang dari farmasis (Siregar, 2005).

  B.

  

Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004

  Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

  Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tujuan pelayanan farmasi adalah :

  1. melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia

  2. menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi 3. melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat 4. menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku 5. melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan 6. mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

  Tugas pokok pelayanan farmasi adalah : 1. melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal 2. menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi 3. melaksanakan KIE 4. memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi 5. melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku 6. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi 7. mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi 8. memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit.

  Dalam prakteknya fungsi pelayanan farmasi di rumah sakit dibagi menjadi dua, yaitu :

  1. Pengelolaan Perbekalan farmasi, meliputi :

  a. memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit

  b. merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

  c. mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku d. memproduksi perbekalan farmasi untuk memenui kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit e. menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku f. menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian g. mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

  2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan, meliputi :

  a. mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien

  b. mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan c. mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan d. memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan f. memberi konseling kepada pasien/keluarga

  g. melakukan pencampuran obat suntik

  h. melakukan penyiapan nutrisi parenteral i. melakukan penanganan obat kanker j. melakukan penentuan kadar obat dalam darah k. melakukan pencatatan setiap kegiatan l. melaporkan setiap kegiatan.

  Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 administrasi dan pengelolaan pelayanan di rumah sakit memerlukan adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis serta selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi.