Pola komunikasi dokter terhadap pasien dalam proses penyembuhan di klinik makmur jaya

(1)

DI KLINIK MAKMUR JAYA Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Komunikasi Islam (S.Sos.I)

Oleh: Putri Rachmania NIM: 106054002030

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI) FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA


(2)

DI KLINIK MAKMUR JAYA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Meraih

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: Putri Rachmania

206051104346

Di bawah bimbingan

Dra. Musfirah Nurlaily, MA. NIP: 1971041222000032

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA


(3)

i Putri Rackmania

“POLA KOMUNIKASI DOKTER TERHADAP PASIEN DALAM PROSES PENYEMBUHAN DI KLINIK MAKMUR JAYA”

Komunikasi dan pengaruhnya terhadap proses penyembuhan pasien adalah komunikasi yang melibatkan dua individu yang berbeda, dan disebut sebagai komunikasi antar pribadi. Komunikasi menjadi piranti utama dalam bagi dokter untuk menyampaikan pesan dan keinginan dokter terhadap pasien ataupun sebaliknya. Komunikasi menjadi mediator bagi dokter dalam menyampaikan simbol-simbol atau arti yang dimaksudkan oleh dunia kesahatan dalam mencapai tujuan yang diinginkan pasien, yaitu penyembuhan. Komunikasi digunakan sebagai alat pendekatan sosial oleh dokter demi mencapai satu stabilitas objektif dari obyek penelitian untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dokter. Oleh sebab itu, komunikasi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dokter dan pasien yang dapat berpengaruh pada proses penyembuhan yang tengah dilakukan. Dengan demikian, peranan lembaga pelayanan menjadi penting untuk menyelaraskan komunikasi sebagai alat yang dapat memberikan perubahan terhadap prilaku, pandangan, dan budaya masyarakat sebagai obyek yang dilayani (pasien).

Tujuan dari penelitian ini adalah; untuk mengetahui pola komunikasi dalam upayanya memberikan dampak penyembuhan. Mengetahui bagaimana penerapan komunikasi dalam proses penyembuhan. Mendapatkan satu pola komunikasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Tujuan lain, untuk mengetahui peran penting komunikasi sebagai media yang mampu mempengaruhi proses kesembuhan pasien. Selain itu, adalah untuk mengetahui pendekatan-pendekatan sosial komunikasi yang diciptakan oleh Klinik Makmur Jaya.

Metodologi penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif menurut Taylor yang dikutip oleh Lexsi J. Moleong, adalah “prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan pola komunikasi dokter terhadap proses penyembuhan pasien di Klinik Makmur Jaya adalah komunikasi berperan sangat signifikan dalam proses penyembuhan pasien,. Pendekatan-pendekatan komunikasi pada penerapannya mampu sangat berpengaruh terhadap perubahan psikologi dan perilaku pasien yang sedang menjalani proses pengobatan,

Dengan demikian, Pola Komunikasi Dokter Terhadap Proses Penyembuhan Pasien adalah untuk mengupayakan perubahan sikologis dan perilaku pasien terhadap apa yang terjadi didalam diri mereka sendiri. Bahwa, selain dokter, pasien juga harus berperan aktif, memahami, dan bertanggung jawab terhadap kesembuhan diri mereka. Dan komunikasi dalam hal ini mencoba mambangun, mengembangkan, dan membina hubungan keduanya secara responsif terhadap problem sosial apa pun yang tengah mereka hadapi.


(4)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim

Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmatNya, Zat Yang Maha menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam, zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas sang Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunnahnya.

Alhamdulillahirrabil ‘alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolonganNya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolonganNya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembantu Dekan Bidang Akademik Bapak Drs Wahidin Saputra, MA. Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA., serta Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Bapak Drs. Study Rizal LK., MA. 2. Ibu Hj. Asriati Jamil, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Koordinator Teknis

Program Non Reguler, Ibu Hj. Musfirah Nurlaily, MA., selaku Sekretaris Program Non Reguler.

3. Dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) angkatan 2007. Serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah


(5)

yang telah mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk hidup penulis.

4. Ibu Dra. Musfirah Nurlaily, MA., sebagai Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak pernah menutup pintu keluasan waktunya untuk membimbing dan memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh karyawan Perpustakaan Utama UIN Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Konunikasi UIN Jakarta.

6. Dokter Ayat Rahayu yang telah bersedia meluangkan waktu. Dan para fasilitator buku-buku tentang komunikasi dan kesehatan, yang memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelami buku-buku tentang komunikasi (umum dan khusus) dokter terhadap pasien, tanpa batas waktu

7. Karyawan dan Staff Klinik Makmur Jaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan observasi dan dan wawancara.

8. Bapakku yang terkasih, Budi Marwoto dan Ibunda tercinta Rosmilawati, yang telah memberikan terkasih kebebasan untuk memilih jalan hidup, hampir setiap nafas yang terlewati ini penulis merasakan lantunan doa yang begitu kuat, semoga pintu Rahman dan RahimNya Allah senantiasa dibukakan bagi kesabaran dan pengorbanamu. Amin.

9. Adik-adikku tercinta, Rosafina Shabira, Raniah Farah Nadhifa, dan Irsya Budi, yang telah banyak memberikan keluasan waktu dan yang selalu menciptakan ketenangan dalam rumah yang menjadi surga bagi keluarga. Terima kasih atas doa dan dukungan yang terucap maupun tidak.

10. Teman-teman KPI Program Non Reguler angkatan 2006 atas keakraban dan kerja sama di masa-masa kita masih sempat selalu berkumpul, dan teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya ucapan terima kasih yang bisa saya sampaikan.


(6)

11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, hanya Allahlah yang dapat membalasnya.

Ciputat, 15 Februari 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI……….v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………10

C. Tujuan dan Manfaat penelitian………..10

D. Metodologi penelitian………....11

E. Tinjauan Pustaka………....15

F. Sistemetika penulisan……….16

BAB II LANDASAN KOMUNIKASI A. Komunikasi………...…18

1. Pengertian………...18

2. Unsur-unsur Komunikasi………21

3. Fungsi Komunikasi………26

B. Pola Komunikasi………….………...28

C. Pola Komunikasi Antar Pribadi………...32

D. Hubungan Dokter dengan Pasien……….41

BAB III GAMBARAN UMUM KLINIK MAKMUR JAYA A. Profil Klinik Makmur Jaya………...48

B. Sejarah Berdirinya Klinik Makmur Jaya………...48

C. Sarana dan Prasarana……….52

D. Dokter dan Tenaga Medis……….53


(8)

BAB IV HASIL TEMUAN dan ANALISA DATA

A. Pola Komunikasi Dokter dan Pasien di Klinik Makmur Jaya………55 B. Penerapan Komunikasi Terhadap Pasien di Klinik Makmur Jaya….66 C. Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Media Klinik Makmur Jaya Dalam

Meningkatkan Kesembuhan Pasien……….………..71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di beberapa negara, menunjukkan bahwa adanya hari-hari produktif yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life Years (DALY's) yang disebabkan oleh masalah kesehatan. Sementara kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Atas dasar ini, maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik), dari unsur “badan” (organobiologik), “jiwa” (psiko-edukatif), dan “sosial” (sosio-kultural), yang tidak dititik beratkan pada “penyakit” saja, tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dari “kesejahteraan” dan “produktivitas sosial ekonomi. Dengan demikian, kesehatan adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang, dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.1

Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Untuk mendapatkan kesehatan jiwa, maka perlu ada terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata untuk seluruh masyarakat. Pembangunan kesehatan Indonesia beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infrastruktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun

1

Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995-2000 di beberapa negara (Eropa,

Amerika, Afrika, dan Asia), dalam

http://kesmas.depkes.go.id/index.php?option=comcontent&task=view&id =61&Itemid=79. (diambil pada hari senin tanggal 11 Januari 2011, jam 19:00).


(10)

keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat menuntaskan problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.2

Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat. Karena kesehatan merupakan kebutuan yang sangat mendasar secara fisik maupun dalam hal psikis. Kesehatan sangat esensial untuk mencapai berbagai tujuan, sebab dengan kesehatan manusia dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya satu hambatan.3

Berdasarkan penjelasan di atas sangat diperlukan upaya agar masalah kesehatan di masa depan dapat ditanggulangi dengan baik sehingga mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang diinginkan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain meliputi pengembangan organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan, pengembangan institusi pendidikan, peningkatan orientasi penelitian dan peningkatan partisipasi masyarakat. Pengembangan organisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu keharusan. Pendekatan organisasi birokrasi yang selama ini berlaku dan bersifat sangat hirarkis (top down) atau sentralistis

2 Ibid.

3

Media Indonesia; Wajah Buram Keseshatan Bangsa Kita. http://www.aidsindonesia.or.id. (diambil pada hari senin tanggal 11 Januari 2011, jam 18:30).


(11)

haruslah dirubah menjadi suatu tatanan organisasi pelayanan yang lebih mengutamakan pendekatan psikologis komunikasi yang lebih efektif, mudah, dan menumbuhkembangkan kesadaran menjaga kesehatan.4

Keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicapai pada berapa bidang (terutama pembangunan sarana fisik) merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri. Namun berdampingan dengan keberhasilan yang ada, banyak fakta menunjukkan bahwa kegagalan pembangunan kesehatan tidak kalah besarnya. Salah satu faktor sulitnya mencapai prestasi optimum organisasi pelayanan adalah organisasi kesehatan dianggap terlalu elit (birokratis) dan ruwet (mahal) bagi masyarakat.5

Hal ini menimbulkan kematian inisiatif dan menghidupkan sikap pasif, sehingga sekat antara masyarakat dengan organisasi kesehatan menjadi semakin lebar. Fenomena ini harus segera dirubah melalui pengembangan organisasi dan manajemen agar lebih siap menghadapi tantangan di masa depan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pengembangan organisasi adalah suatu proses sadar dan terencana untuk mengembangkan kemampuan suatu organisasi sehingga mampu mencapai suatu tingkat optimum prestasi dan efisiensi, efektifitas, dan kesehatan organisasi. Pengembangan manajemen ditekankan pada upaya memperbaiki pengetahuan dan keterampilan para pimpinan dan paramedis.

Dengan demikian, pengembangan organisasi kesehatan harus mengacu pada strategi reedukasi dan normatif yang ditujukan untuk mempengaruhi sistem

4 Ibid.

5

Paper Surya utama; Upaya Menghadapi Masalah Kesehatan Di Masa Depan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, dalam surya_utamablogspot. (diambil pada hari senin tanggal 11 Januari 2011, jam 18:35).


(12)

kepercayaan, nilai, dan sikap dalam organisasi sehingga dapat beradaptasi lebih baik terhadap akselerasi laju perubahan teknologi lingkungan industri dan lingkungan masyarakat umumnya. Pengembangan organisasi mencakup pula penataan kembali organisasi formal yang sering mulai, diperlancar dan diperkuat oleh perubahan normatif dan perilaku. Salah satu yang harus menjadi pertimbangan organisasi kesehatan (Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas, dan lain sebagainya) adalah otonomi organisasi dalam hal pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.6

Efisiensi dan efektifitas pelayanan merupakan sasaran utama pengembangan organisasi birokrasi pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara terus menerus. Dengan demikian otonomi sebagai perwujudan pengembangan organisasi haruslah direncanakan dan dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh, untuk menciptakan suatu organisasi pelayanan kesehatan yang siap menghadapi tantangan untuk menyelesaikan masalah kesehatan agar senantiasa berkembang (terutama di daerah-daerah). Pengembangan organisasi pelayanan kesehatan yang dilakukan harus dapat menghilangkan berbagai penyimpangan perilaku birokrasi kesehatan yang tidak bermoral, seperti tidak efisien, tidak efektif, korupsi, kolusi, dan mengabaikan kualitas pelayanan.

Upaya pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan kesehatan maupun pembangunan bidang lainnya yang terkait dengan kesehatan masyarakat antara lain dilakukan dengan meningkatkan kuantitas sumber daya manusia melalui perencanaan kebutuhan dan peningkatan kualitas melalui jalur

6 Ibid.


(13)

pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia (tenaga medis) yang berkualitas, mampu memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembangunan seluruh sektor kehidupan msyarakat. Dengan demikian pendidikan merupakan wahana dan sekaligus cara untuk membangun manusia baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan.7

Pentingnya sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan syarat utama pengembangan organisasi kesehatan, upaya untuk mendorong terciptanya organisasi pelayanan kesehatan yang mampu mencapai dan mempertahankan prestasi, menghendaki sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari organisasi pelayanan kesehatan, haruslah diantisipasi oleh institusi pendidikan kesehatan masyarakat. Artinya, jika organisasi pelayanan kesehatan telah siap untuk melaksanakan pengembangan organisasi dan manajemen sebagai antisipasi untuk menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks; maka institusi pendidikan kesehatan masyarakat juga harus melakukan pengembangan organisasi dan manajemen untuk menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks.8

Institusi pendidikan kesehatan masyarakat harus mampu menciptakan ilmuan dan praktisi kesehatan yang dapat menopang pengembangan organisasi dan manajemen pelajaran kesehatan yang dapat membantu memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Selain itu, peran serta masyarakat merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan pembangunan. Hal ini menegaskan bahwa

7 Ibid.

8

http://indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=7660&Itemid= 821. (diambil pada tanggal 12, jam: 20:30. 2011).


(14)

partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan menempati posisi yang sangat penting. Pandangan bahwa masyarakat adalah semata-mata objek pembangunan harus diganti dengan menempatkan masyarakat sebagai bagian dari pelaku (subjek) pembangunan.9

Masyarakat harus ikut serta dalam proses pembangunan kesehatan sesuai kondisinya. Situasi dan kondisi masyarakatlah yang seharusnya menentukan secara objektif tingkat posisi partisipasinya dalam proses pembangunan; bukan keputusan sepihak birokrasi yang selalu cenderung menafikan potensi masyarakat yang pada akhirnya sering menempatkan masyarakat sebagai objek pembangunan. Jika tidak ada pemahaman yang sama (antara dokter dengan pasien), maka masyarakat Indonseia akan selalu berada dalam sebuah dunia yang saling tarik menarik, dunia yang menghisap habis energi kebaikan, kebenaran dan kejujuran menjadi energi yang sangat negatif. Dan masyarakat akan menjadi pribadi-pribadi yang akan kehilangan diri, tidak produktif, dan perangkat penghubung (komunkasi) yang memadai.

Dan untuk membangun semua hal di atas, maka dibutuhkan sebuah jembatan atau instrumen yang dapat mengkomunikasikan hal-hal terkait. Instrumen tersebut adalah komunikasi, pola komunikasi, dan strategi pelaksanaan komunikasi. Komunikasi menjadi penting sebagai alur transformasi pendidikan dan informasi agar tidak semakin rumit. Oleh karenanya, sebuah sistem komunikasi sangat diperlukan untuk melancarkan mekanisme kerja organisasi kesehatan (kedokteran) yang ada. Pola komunikasi sangat membantu dalam memudahkan pencapaian tujuan dari sistem kesehatan yang hendak mencapai

9 Ibid.


(15)

kesamaan dan keserasian dalam pembangunan. Komunikasi dapat dijadikan pedoman dalam proses interaksi antar individu dan kelompok di masyarakat. Dalam kehidupan, komunikasi merupakan rumusan baru meskipun pelaksanaannya secara implisit telah dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.10

Untuk mendapatkan satu sistem (pola) komunikasi yang bekerja selaras dengan organisasi kesehatan agar mampu memberikan dampak positif (penyembuhan, kesadaran, ketenangan) terhadap perkembangan kesahatan masyarakat. Maka, perlu adanya peranan lembaga kesehatan11 dan dokter yang mampu menggunakan komunikasi sebagai perangkat (alat atau media) pelayanan yang paling efektif dan efisien untuk mengetahui kebutuhan dan mendapatkan keluhan masyarakat.

Dalam hubungan ini, perangkat (sarana dan prasarana) kesehatan berperan penting bagi manusia untuk menemukan kembali kebugaran (kesehatan) jiwa raganya dalam kehidupan sehari-hari. Klinik atau sejenis, merupakan salah satu faktor pendukung manusia yang dapat membantu pemenuhan kebutuhan manusia akan kesehatan. Sarana-sarana di atas adalah wadah sosial yang secara langsung berhadapan dengan kebutuhan masyarakat. Klinik menjadi salah satu organisasi sosial masyarakat yang mengandaikan adanya hubungan (komunikasi) sosial yang seimbang dan searah, karena antara masyarakat dengan wadah sosial (kesehatan) tersebut selalu akan memiliki hubungan timbal-balik (feedback), saling membutuhkan satu sama lain.

10 Ibid.

11


(16)

Sedangkan komunikasi merupakan kebutuhan dasar (kodrati/asali) manusia sebagai prasyarat mutlak bagi perkembangan manusia, baik sebagai individu, kelompok, maupun bermasyarakat. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan informasi kepada sesamanya secara timbal balik. Misalnya, komunikasi yang digunakan di dalam kedokteran, seorang dokter dituntut memiliki pola komunikasi yang baik, lancar, dan dapat dipahami oleh pasien. Komunikasi yang mudah dimengerti merupakan salah satu keahlian yang harus dikuasai oleh seorang dokter. Keahlian dalam komunikasi sangat menentukan keberhasilan seorang dokter dalam mengarahkan atau menyelesaikan permasalahan sosial (kesehatan) masyarakat sebagai penderita (pasien).12

Akan menjadi tidak mudah bagi dokter dalam melakukan identifikasi mengenai permasalahan kesehatan masyarakat apabila tidak memiliki kecerdasan (kelebihan) dalam mengkomunikasikan gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien, atau menjelaskan secara logika (masyarakat awam), sebab-akibat dari suatu penyakit (berat) yang dialami. Di dalam sistem komunikasi kedokteran, ada beberapa unsur komunikasi yang dibangun atas dasar saling percaya, keterbukaan, kejujuran, dan pengertian akan kebutuhan pasien, harapan, dan juga kepentingan dari masing-masing. Komunikasi harus berlangsung dalam kedudukan yang setara. Memiliki cukup pengertian yang sama-sama dipahami.13

Tidak ada pembatas yang membedakan, adanya kepercayaan dan kesepakatan bahwa komunikasi merupakan pertukaran informasi yang saling

12

http://fasilitator-masyarakat.org/index.php?pg=artikel_detail&id=190. Peranan Pekerja Sosial Dalam Pendampingan, (diambil pada tanggal 12, jam: 20:30. 2011).

13 Ibid.


(17)

menguntugkan satu sama lain. Dengan adanya hubungan yang dilandasi saling percaya serta saling mengerti akan kebutuhan masing-masing, maka pasien akan dengan mudah memberikan keterangan dari gejala yang dirasakan, sehingga dokter sebagai tenaga medis yang melayani kebutuhan pasien dapat mengarahkan kebutuhan pasien pada solusi yang dapat meringankan problem kesehatan pasien.

Komunikasi efektif juga dibutuhkan dalam kerangka kerja kesehatan dan kedokteran, efektif dalam arti, komunikasi yang selalu terkait pada keluhan pasien, sehingga kendala dapat diatasi secara spesifik dan cepat. Jika ada opini yang menyatakan bahwa komunikasi yang dikembangkan dengan cara-cara yang lebih efektif dapat menyita waktu, adalah menjadi tugas ilmu kesehatan modern untuk mengembangkan metodologi atau sistem dan pola komunikasi yang lebih efektif bagi dunia kesehatan, misalnya, menggunakan simbol-simbol (verbal dan non-verbal) yang lebih sederhana agar supaya dapat secara luas mencegah hal-hal negatif yang ditimbulkan oleh kesalahan pengertian dan penerimaan komunikasi antara kedua belah pihak.

Dari berbagai permasalahan di atas, penulis ingin menuangkan problematika kehidupan sosial masyarakat dalam bernegara (kesehatan) juga berbangsa (komunikasi) ke dalam satu karya tulis yang berjudul; POLA KOMUNIKASI DOKTER TERHADAP PASIEN DALAM PROSES PENYEMBUHAN DI KLINIK MAKMUR JAYA.


(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan yang akan diteliti, maka penelitian ini akan dibatasi pada : “Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien Dalam Proses Penyembuhan.

Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, maka di sini penulis memberikan perumusan, antara lain: Bagaimana Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien dalam Proses Penyembuhan di Klinik Makmur Jaya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan memahami latar belakang seperti di atas, maka dalam penelitian karya ilmiah ini, terdapat beberapa tujuan yang mendasar dan manfaat/kegunaan dari penelitian tersebut. Adapun tujuannya, antara lain:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pola komunikasi dokter terhadap pasien dilaksanakan di Klinik Makmur Jaya.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi dokter terhadap proses penyembuhan pasien.

c. Dan terakhir, mendapatkan informasi tentang bagaimana pentingnya komunikasi bagi dokter dan pasien dalam kehidupan sosial masyarakat.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis: Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan disiplin ilmu dalam Komunikasi Penyiaran Islam.


(19)

b. Kegunaan Praktis: Sebagai bahan masukan bagi pengelola Klinik Makmur Jaya tentang pola komunikasi di dalam melakukan pelayanan terhadap pasien (masyarakat) demi terciptanya kesehatan yang optimal.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Untuk penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.

Kirk dan Miller memberikan pengertian penelitian kualitatif sebagai tradisi penelitian yang tergantung pada pengamatan sesuai dengan orang-orang di sekitar objek penelitian dalam bahasa dan peristilahan sendiri.14

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklasifikasikan suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.15

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang didapat di lapangan berdasarkan hasil dari penelitian lapangan (field research) yang kemudian diolah, dikaji dan dianalisis agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan.

14

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), edisi revisi cet. Ke 26, h. 3.

15

Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Aripin, M.Ag, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 13.


(20)

2. Sumber Data

Adapun sumber data pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

Data Primer diperoleh melalui proses penelitian langsung dari partisipan atau sasaran penelitian, yaitu data yang berasal dari pasien yang berkunjung atau berobat di Klinik Makmur Jaya, pengelola atau pengurus Klinik, dan pimpinan Klinik.

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang terkait dengan penelitian dari lembaga yang diteliti ataupun referensi dan buku-buku dari perpustakaan.

1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Klinik Makmur Jaya, Jl. Kertamukti no. 84A, Ciputat Tangerang Selatan Banten. Penelitian ini dilakukan bulan November 2010 sampai pada Februari 2011.

Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena tempat tersebut mudah diakses oleh peneliti, dan tempatnya pun strategis. Hal tersebut yang membuat penulis melakukan penelitian di lokasi tersebut.

2. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang objektif, penulis menggunakan teknik: a. Observasi, adalah pengamatan langsung dengan menggunakan seluruh

panca indera (melihat, mendengar, dan merasakan)16 dan pencatatan

16

Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan, (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001), h. 16.


(21)

secara sistematis gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian,17 yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan pelayanan pasien, yaitu proses komunikasi (prosedur) dokter dengan pasien serta kegiatan pengurus (dokter dan tenaga medis) di Klinik Makmur Jaya. Dalam melakukan observasi tersebut, keberadaan penulis diketahui oleh pengelola, tutor, dan pasien.

b. Wawancara adalah salah satu alat untuk mengumpulkan (memperoleh) informasi langsung tentang beberapa jenis data18

, yang berkaitan dengan permasalahan penelitian sehingga dapat menemukan data atau keterangan mengenai kegiatan pelayanan Klinik Makmur Jaya. Dalam penelitian ini penulis mewawancarai pimpinan Klinik, tenaga medis, pengurus, dan pasien yang berkunjung (berobat) di Klinik Makmur Jaya atau unsur-unsur yang berhubungan dengan penelitian atau berkaitan dengan permasalahan yang ingin digali.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dan pustaka sebagai bahan analisis dalam penelitian ini. Yang memfokuskan masalah mengenai pola komunikasi dokter terhadap pasien. Kajian dokumen ini seperti didefinisikan oleh Barelson (1952, dalam Guba dan Lincoln, 1981:240)19 sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi.

17

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi aksara, 1998). Cet. Ke-2 h. 54.

18

Sutrisno Hadi, “Metodologi Research,” Jogjakarta: Andi Offset, 1983), hal. 49.

19


(22)

3. Subjek dan Objek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan subjek dan objek penelitian ini adalah dokter dan pasien yang menurut peneliti dapat memberikan data dan informasi tentang bagaimana pola komunikasi dokter terhadap pasien memberikan dampak kesembuhan terhadap proses masa penyembuhan di Klinik Makmur Jaya.

Dalam mencari data peneliti mewawancarai Pimpinan dari Klinik Makmur Jaya sekaligus dokter, yaitu Dr. Ayat Rahayu, Sp. Rad. M. Kes, beberapa staf (perawat) Klinik Makmur Jaya, yaitu, Novi Anggraini, dan Sulistia Velasiva, peneliti juga mewawancarai beberapa pasien Klinik Makmur Jaya yang berkunjung ke Klinik Makmur Jaya, yaitu Fenny, Zaskyah, Ilham, Reza Fahlevi. 4. Teknik Analisis Data

Yakni menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh dari pengamatan peneliti secara langsung di lapangan. Analisis data adalah proses penyusunan data agar bisa ditafsirkan, dan memberikan makna. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data yang meliputi kegiatan reduksi data, reduksi yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.20

20

A. Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994) Cet. ke-1.


(23)

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis jadikan bahan perbandingan. Pertama, Skripsi berjudul ”Pola Komunikasi Dokter Dalam Proses Penyembuhan Pasien di Klinik Yasmin” 2007, yang disusun oleh Bani, UHAMKA. Skripsi berisi mengenai pola komunikasi melalui pendekatan psikologi dan therapy sebagai upaya memberikan stimulasi dalam proses penyembuhan terhadap pasien.

Kedua, skripsi yang berjudul “Komunikasi Dokter dan Pasien dalam Pelayanan Medis di Rumah Sakit UIN”, 2010, yang disusun oleh Susanti. Skripsi ini berisi tentang peran komunikasi yang diterapkan Rumah Sakit UIN sebagai media pelayanan yang dapat memberikan dampak pada proses kesembuhan jiwa maupun pikiran dari pasien, tentang bagaimana pola komunikasi dokter dalam mendiagnosa pasien agar mendapatkan kesembuhan, dan tidak takut mengahadapi problem kesehatan.

Skripsi yang penulis bahas adalah mengenai pola komunikasi dokter terhadap pasien dalam proses penyembuhan di Klinik Makmur Jaya. Fokus Klinik tersebut adalah memberikan pelayanan kesehatan dengan cara-cara dialogis. Fokus penulis pada skripsi ini adalah pola komunikasi dokter terhadap pasien yang mempengaruhi proses penyembuhan yang ada di Klinik Makmur Jaya.


(24)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, penulis berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Sistematika skripsi ini dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (Lima) bab, dan masing-masing bab akan dibagi lagi menjadi su-sub bab, yaitu sebagai berikut;

BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Komunikasi yang mencakup: Pengertian Komunikasi, Unsur-unsur Komunikasi, Fungsi Komunikasi, Pola Komunikasi, Pola Komunikasi Antar Pribadi, dan Hubungan Dokter dengan Pasien.

BAB III Gambaran Umum Klinik Makmur Jaya yang membahas tentang; Profil Klinik Makmur Jaya, Sejarah Singkat Klinik Makmur Jaya, Sarana dan Prasarana, Dokter dan Tenaga Medis..

BAB IV Hasil penelitian terdiri dari: Pola Komunikasi Dokter dan Pasien di Klinik Makmur Jaya, Penerapan Komunikasi Terhadap Pasien di Klinik Makmur Jaya, Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Media


(25)

Klinik Makmur Jaya dalam Meningkatkan Kesembuhan Pasien, dan segala hal yang terkait atau berhubungan dengan penelitian yang tengah dilakukan.

BAB V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran, dan kritik.


(26)

BAB II

LANDASAN KOMUNIKASI

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.1 Komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna.2 Dengan kata lain, memahami satu bahasa tidak mengandaikan pemahaman akan makna yang dimaksudkan. Dan percakapan dapat dikatakan komunikatif apabila kedua belah pihak, selain mengerti bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari bahan yang diperbincangkan.

Pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi minimal harus mengandung makna, kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Karena kegiatan komunikasi tidak hanya bersifat informatif, agar orang mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.3

1

Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 6.

2

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-22, h. 9.

3

Ibid, h. 9.


(27)

Kata komunikasi menjadi salah satu kata yang paling sering digunakan dalam percakapan baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Para ahli telah melakukan berbagai upaya untuk mendefinisikan komunikasi, namun membangun suatu definisi tunggal mengenai komunikasi terbukti tidak mungkin dilakukan dan mungkin juga tidak terlalu bermanfaat. Frank Dance (1970)4 melakukan terobosan penting dalam upayanya memberikan klarifikasi terhadap pengertian komunikasi. Ia mengklasifikasikan teori komunikasi yang banyak itu berdasarkan sifat-sifatnya.

Dance mengajukan sejumlah elemen dasar yang digunakan untuk membedakan komunikasi. Ia menemukan tiga hal yang disebutnya dengan “diferensiasi konseptual kritis” (critical conceptual differentiation) yang membentuk dimensi dasar teori komunikasi yang terdiri atas: 1) Dimensi level observasi, komunikasi yang bersifat sangat luas (inclusive). Misalnya, definisi komunikasi yang menyatakan komunikasi adalah: proses yang menghubungkan bagian-bagian terputus dari dunia hidup satu sama lainnya;5

2) Dimensi kesengajaan, adalah komunikasi yang dikemukakan para ahli yang hanya memasukkan faktor pengiriman dan penerimaan pesan yang memiliki kesengajaan atau maksud tertentu (purposeful), misalnya: komunikasi adalah situasi dimana sumber mengirimkan pesan kepada penerima dengan sengaja untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.

4

Theodore Clevenger Jr, Can One Not Communicate? A Conflict of Model, Communication Studies, dalam Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, (New Jersey: Wadsworth Publication, 1991), h. 6.

5

Terjemahan yang lebih sederhana, komunikasi adalah proses yang menghubungkan antara berbagai makhluk hidup di dunia untuk saling memberikan pemahaman dan pengertian di antara satu sama lain.


(28)

Sedangkan yang tidak memerlukan kesengajaan atau maksud tertentu misalnya; komunikasi yang membuat dua atau beberapa orang memahami apa yang menjadi monopoli satu atau beberapa orang lainnya); dan 3) Dimensi penilaian normatif, adalah komunikasi yang memasukkan pernyataan keberhasilan atau keakuratan (accuracy), misalnya, menganggap proses komunikasi selalu berakhir dengan kesuksesan. Karena komunikasi adalah pertukaran verbal dari pemikiran dan gagasan, asumsi ini diyakini bahwa pemikiran atau gagasan itu selalu berhasil dipertukarkan.

Secara terminologi, menurut Carl I Hovland6 adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland, menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain.

Sedangkan menurut Charles H. Cooley yang dikutip oleh Djoenaesih, (1991 :15)7 mengemukakan konsep komunikasi, menurut definisnya yakni: mekanisme yang mengadakan hubungan antara manusia mengembangkan semua lambang dari pkiran bersama dengan arti yang menyertainya dan melalui keleluasaan yang menyediakan tepat pada waktunya. Definisi lain seperti yang

6

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, h. 9-10.

7

Tommy Suprapto dan Fahrianoor, Komunikasi Penyuluhan; Dalam Teori dan Praktek, (Jogjakarta: Arti Bumi Intaran, 2004), cet. I, h. 2.


(29)

dikemukakan oleh Moor8 (1993: 78), yaitu penyampaian pengertian antar individu. Menurutnya semua manusia dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan dan pengalaman kepada orang lain. Wilbur Schramm, menjelaskan komunikasi adalah proses saling berbagi informasi secara bersama.9

Berdasarkan beberapa uraian tentang definisi dan pengertian komunikasi tersebut di atas, jika disimpulkan, maka dapat digeneralisasi secara tegas, bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau lambang yang melibatkan dua orang atau lebih yang terdiri atas pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama mengenai masalah atau persoalan masing-masing pihak.

2. Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi telah di definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia, dari pengertian komunikasi tersebut, tampak adanya sejumlah komponen komunikasi yang pada dasarnya merupakan suatu persyaratan terjadinya proses komunikasi, yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960)10. Lasswell mencoba menjelaskan enam unsur komunikasi, yang diantaranya adalah:

8

Ibid, h. 3.

9

D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm, Azas-azas Komunikasi antar Manusia. Penerjemah Agus Setiadi (Jakarta: LP3ES bekerja sama dengan East-West Communication Institute, 1977), h. 6.

10


(30)

1. Who? (siapa atau sumber atau komunikator)

Sumber atau komunikator adalah pelaku utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi (berbicara atau menulis), bisa seorang individu, kelompok, organisasi (surat kabar, radio, televisi, film11) dan lain sebagainya. Dalam proses komunikasi ini, arus pesan tidak hanya datang dari satu arah saja yaitu dari sumber ke sasaran, melainkan ada suatu proses interaktif dan konvergen. Ini berarti komunikator dan komunikan bisa berganti peran (karena ada proses feedback yang terjadi).

Ada beberapa ciri yang dilakukan komunikator dalam melakukan kegiatannya, sesuai dengan situasi yang dihadapi. Ciri-cirinya dapat dibedakan dalam beberapa model seperti:12

a. Komunikator yang membangun: 1) Mau mendengar pendapat orang lain; 2) Saling pengertian; 3) Mengadakan komunikasi timbal balik; dan 4) Menganggap orang lain memiliki pikiran yang lebih baik. b. Komunikator yang mengendalikan: 1) Pendapatnya dianggap paling

baik; dan 2) Meninginkan komunikasi satu arah saja.

c. Komunikator yang melepaskan diri: 1) Banyak menerima; 2) Merasa rendah diri; 3) Lebih suka mendengar; dan 4) Suka melempar tanggung jawab.

d. Komunikator yang menarik diri: 1) Bersifat pesimis; 2) Suka melihat keadaan seadanya; dan 3) Jarang memberikan buah pikiran.

11

A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), h. 12.

12


(31)

2. Says What? (pesan)

Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah suatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.13 Pesan dapat berupa verbal atau non-verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber. Pesan verbal dapat berupa tulisan, seperti: surat, buku, majalah, memo, sedangkan secara lisan dapat berupa percakapan tatap muka, melalui telepon, radio dan sebagainya. Sedangkan pesan non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekpresi muka dan nada suara.14

Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan dapat disampaikan secara panjang, tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan pada tujuan dari komunikasi.15 Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:16 a) Pesan direncanakan secara baik serta sesuai dengan kebutuhan pembaca; b) Pesan menggunakan bahasa yang dimengerti; dan c) Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima (kepuasan).

Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi:17 a) Umum, Berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami; b) Jelas dan gamblang, tidak samar-samar, agar tidak salah tafsir; c) Bahasa yang jelas, menggunakan istilah yang mudah dipahami; d) Positif; e) Seimbang, agar tidak berubah makna; dan f) Penyesuaian dengan keinginan komunikan.

13

Anri Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17.

14

Ibid., h. 18.

15

Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-6, h. 4.

16

Ibid., h. 15.

17


(32)

3. In Which Channel? (saluran atau media)

Adapun yang dimaksud media di sini adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima.18 Wahana atau alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung, menyangkut semua peralatan mekanik. Tanpa saluran (media), pesan-pesan tidak dapat menyebar secara cepat dan luas.19

Dengan demikian media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media massa (surat kabar, majalah, radio, televisi) dan media personal (surat, telepon, telegram).20 Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut dua saluran, yaitu: 1) Saluran formal (resmi), mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi (dari tingkat paling tinggi ke tingkat paling bawah atau dari bawah ke tingkat atas). Juga terdapat saluran yang bersifat mendatar (horisontal). Saluran yang dipakai dalam berkomunikasi dapat terjadi 3 arah, yaitu: ke atas, ke bawah, dan ke samping (disebut tiga dimensi);21 dan 2) Saluran informal (tidak resmi) Saluran informasi ini berbentuk dari kabar angin yang timbul karena orang ingin mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan dirinya, kelompoknya dan lain-lain.22

18

I.B. Mantra, Komunikasi, (Jakarta: DepKes RI {Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat}, 1994), h. 3.

19

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), h. 7.

20

Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 10.

21

A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyaraka, h. 17.

22


(33)

4. To Whom? (untuk siapa atau penerima)

Komunikan atau penerima pesan adalah orang yang menjadi sasaran kegiatan komunikasi. Komunikasi atau penerima pesan bisa bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.23 Komunikasi atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut:24 1) Individu (sasaran tunggal); 2) Group (kelompok), yang dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: a) Kelompok kecil (small group) yaitu sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka;25 b) Kelompok besar (large group) adalah sekumpulan orang banyak (di sebuah lapangan); dan 3) Organisasi (kumpulan sistem) yang berusaha mencapai tujuan tertentu.

5. With What Effect? (dampak atau efek)

Dampak atau efek dari suau komunikasi, yakni sikap atau tingkah laku orang sebagai komunikan, sesuai atau tidak dengan yang diinginkan oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni:26 1) Dampak Kognitif, meningkatnya intelektual; 2) Dampak Afektif, menimbulkan perasaan tertentu (misalnya, iba, terharu, sedih dan sebagainya; dan 3) Dampak Behavioral, dampak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

23

YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia, 1998), h. 71

24

Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication; Konteks-konteks Komunikasi, Penerjemah Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 164.

25

Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 72.

26


(34)

6. Umpan Balik (feed back)

Umpan balik (feed back) adalah tanggapan (reaksi) dari penerima kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan atau reaksi kembali dari pengirim kepada penerima. Maka terjadilah komunikasi timbal balik. Dengan adanya umpan balik inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.27 Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan.28 Umpan balik dapat berwujud verbal dan non-verbal.29 Secara verbal misalnya dengan menggunakan bahasa, sedangkan secara non-verbal misalnya dengan isyarat.

3. Fungsi Komunikasi

Dalam kajian ilmu komunikasi banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang fungsi-fungsi komunikasi. Dari berbagai pendapat yang berkembang, misalnya pendapat Harold D. Laswell (1948)30, yang secara terperinci fungsi-fungsi komunikasi31 dikemukakan sebagai berikut: 1) Penjajagan (pengawasan lingkungan); 2) Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari msyarakat; dan 3) Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.

27

Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1991), h. 46.

28

Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 14.

29

A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi; Pengantar Studi, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 45.

30

Onong Uchaja Effendy, Ilmu Komunikasi, h. 27.

31

Paul Lazarfeld dan Robert K Merton mengemukakan fungsi komunikasi antara lain penganugerahan status (status conferral), pengukuhan norma-norma, mengakhlakkan (ethcizing), Jhon Vivian dalam bukunya The Media of Mass Comunication (1991) menyebutkan; (1) providing information, (2) providing entertainment, (3) helping to persuade, dan (4) contributing to social cohesion {mendorong kohesi sosial}. (Nurudin, 2010).


(35)

Charles R. Wright (1988)32 menambahkan satu fungsi, yakni entertaiment (hiburan) yang menunjukan pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya. Fungsi pengawasan yang menunjukkan pengumpulan dan distribusi informasi baik di dalam maupun di luar masyarakat tertentu. Tindakan menghubungkan bagian-bagian meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakainnya untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian. Adapun fungsi warisan sosial berfokus pada pengetahuan, nilai dan norma sosial.

Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menujar data, fakta, dan ide, maka fungsi komunikasi dalam tiap sistem sosial adalah sebagai berikut:33 (a) Informasi, pengumpulan, penyimpanan, penyebaran (berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar); (b) Sosialisasi (pemasyarakatan), Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang sadar akan fungsi sosial, sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat; (c) Motivasi, Mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya; (d) Perdebatan dan diskusi, saling menukar fakta; (e) Pendidikan: Pengalihan ilmu pengetahuan; (f) Memajukan kebudayaan; (g) Hiburan; (h) Integrasi, menyediakan berbagai pesan yang diperlukan, agar saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain. dari beberapa pendapat.

32

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 16.

33


(36)

B. Pola Komunikasi

Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah perilaku. Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah suatu yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia34. Maka, ilmu komunikasi adalah bagian dari ilmu sosial. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa sistem komunikasi menjadi subsistem dari sistem sosial Indonesia.35 Artinya, corak sistem komunikasi dalam masyarakat Indonesia akan sangat ditentukan oleh corak, bentuk dan keragaman masyarakat Indonesia itu sendiri. 36

Dalam komunikasi dikenal pola-pola tertentu sebagai manifestasi perilaku manusia dalam berkomunikasi. Ditinjau dari pola yang dilakukan, ada beberapa jenis yang dikemukakan. Beberapa sarjana Amerika membagi pola komunikasi menjadi lima, yakni komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), komunikasi kelompok kecil (small group communication), komunikasi organisasi (organizational communication), komunikasi massa (mass communication) dan komunikasi publik (public communication).37 Istilah pola komunikasi biasa disebut sebagai model, yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan secara bersama. Joseph A. Devito membagi pola komunikasi menjadi empat, yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik, dan komunikasi massa.38

34

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, h. 26-27.

35

Ibid, h. 6.

36

Ibid, h. 7.

37

Ibid, h. 27-28.

38


(37)

Pola komunikasi yang menjadi fokus penulis dalam menyusun karya tulis ini adalah, dibatasi pada pola komunikasi antar pribadi. Namun, guna membedakan pola komunikasi yang berkembang di dunia (khususnya di Indonesia) saat ini, penulis akan coba membahas secara ringkas, beberapa pola komunikasi yang ada, antara lain komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Beberapa pola komunikasi tersebut, nyata telah mampu membentuk sebuah arus komunikasi tersendiri. Sementara “komunikasi antarpribadi” akan penulis bahas secara terpisah demi kesempurnaan (kebutuhan) karya tulis yang ini. Pola-pola komunikasi tersebut antara lain:

a. Komunikasi dengan Diri Sendiri

Menurut Hafied Changara,39 dalam buku ilmu Komunikasi (28:2000), terjadinya proses komunikasi ini karena adanya seseorang yang menginterpretasikan sebuah objek dan dipikirkannya. Objek tersebut bisa berwujud benda, informasi, alam, peristiwa, pengalaman, atau fakta yang dianggap berati bagi manusia. Berbagai objek tersebut bisa terjadi pada diri sendiri dan di luar manusia. Kemudian objek itu diberi arti, diinterpretasikan berdasarkan pengalaman yang berpengaruh pada sikap dan perilaku dirinya. Oleh karena masing-masing orang berbeda dalam memberi interpretasi dan kepekaan diri, maka masing-masing orang berbeda pula dalam proses penentuan tindakan apa yang akan dilakukan.

Ada tanda-tanda umum, dimana komunikasi dengan diri sendiri dapat dibedakan, yaitu; 1) keputusan merupakan hasil berpikir atau hasil usaha

39


(38)

intelektual; 2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif; 3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan (Rakhmat, 1999).

b. Komunikasi Kelompok

Sesuatu dikatakan komunikasi kelompok karena, pertama, proses komunikasi hal mana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Hal ini menyebabkan komunikasi sangat terbatas sehingga umpan baliknya juga tidak leluasa karena waktu terbatas dan khalayak relatif besar. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu.40

Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, simposium, forum, curahsaran, rapat akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahan dan ceramah dengan khalayak besar. Dengan kata lain komunikasi sosial antara tempat, situasi, dan sasarannya jelas.41

c. Komunikasi Massa

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa. Jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media

40 Ibid.

41


(39)

communication).42 Para ahli komunikasi membatasi pengertian komunikasi massa pada komunikasi dengan menggunakan media massa, misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, atu film.43 Sehubungan dengan itu, dalam berbagai literatur sering dijumpai istilah mass communications (pakai s) selain mass communication (tanpa s). Arti mass communications sama dengan mass media atau dalam bahasa Indonesia media massa. Sedangkan yang dimaksud dengan mass communication adalah proses, yakni proses komunikasi melalui media massa.

Seperti ditegaskan di atas, media massa dalam cakupan pengertian komunikasi massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film.44 Menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986)45 dalam bukunya Introducing Mass Communication. Sesuatu bisa dikatakan komunikasi massa jika mencakup; 1) Peralatan modern; 2) Berbagi pengertian dengan jutaan orang46; 3) Pesan adalah publik. Artinya, diidapatkan oleh banyak orang (bukan untuk sekelompok orang); 4) Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan; 5) Komunikasi massa dikontrol oleh gate keeper (pentapis informasi). Artinya, pesan yang disampaikan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut; dan, 6) Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.

42

Hal ini berbeda dengan pendapat ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa komunikasi massa tidak selalu menggunakan media massa. Menurut mereka pidato di hadapan sejumlah orang banyak di sebuah lapangan, misalnya, asal menunjukan perilaku massa (mass behavior), itu dapat dikatakan komunikasi massa. (Onong U. Effendy, 2009:20).

43

Onong Uchaja Effendy, Ilmu Komunikasi, h. 20.

44 Ibid.

45

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, h. 35-36.

46

Anonomitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan jenis komunikasi ini dengan yang lain.


(40)

C. Pola Komunikasi Antar Pribadi

Menurut sifatnya komunikasi antar persona dibedakan menjadi dua, yakni komunikasi diadik (dyadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small communication group). Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka yang dilakukan melalui tiga bentuk percakapan, wawancara, dan dialog. Adapun komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dan anggota-anggotanya berinteraksi satu sama lain.47

Contoh di atas dikatakan sebagai komunikasi antar pribadi. Sebab pertama, anggotanya terlibat dalam proses komunikasi tatap muka. Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong karena peserta bebas berbicara disebabkan kedudukannya relatif sama. Dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi. Ketiga, sumber dan penerima sulit dibedakan dan diidentifikasi. Antar anggota saling mempengaruhi satu sama lain.48

Sebagai sebuah komunikasi tatap muka, tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk49: 1) Mengenal diri sendiri dan orang lain; 2) Mengetahui dunia luar; 3) Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna; 4) Mengubah sikap dan perilaku; 5) Bermain dan mencari hiburan; dan 6) Membantu orang lain (Widjaja, 2000). Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam buku Komunikasi Antar Pribadi, bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman

47

Ibid, h. 31-32.

48

Ibid, h. 31

49 Ibid.


(41)

pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.50

Asumsi dasar komunikasi antar pribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksi. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan atau positif, maka itu merupakan suatu pertanda bagi komunikator, komunikasinya berhasil. Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinberg, ada tiga tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi, yaitu tingkat kultural, tingkat sosiologis, dan tingkat psikologis.51

Tiap tingkat dapat dibedakan oleh jenis data yang digunakan dalam melakukan prediksi. Tingkatan-tingkatan analisis dikaitkan dengan jumlah informasi yang diperoleh pada tiap tingkatan. Jika komunikasi makin mengarah ke tingkat individu, maka makin banyak informasi yang diperlukan. Pada umumnya dalam interaksi komunikasi, individu akan bergerak dari tingkat kultural ke sosiologis dan akhirnya ke tingkat psikologis.

a. Analisis Pada Tingkat Kultural

Pada analisis tingkat kultural, guna mencapai efek yang diharapkan, komunikator dalam melakukan prediksi paling tidak harus mengerti dan memahami kultur, terutama yang bersifat imaterial dari pihak yang diajak berkomunikasi. Dengan mengenali atau menguasai kultur yang imaterial (bahasa

50

Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), h. 12.

51

M. Budyatna dan Nina Mutmainnah, Komunikasi Antar Pribadi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), h. 1-4.


(42)

dan adat istiadat) seseorang mampu berkomunikasi dengan pihak lain secara baik. Yang diperlukan untuk dapat berkomunikasi dengan pihak lain adalah adanya persamaan kultur.

Bila tidak memiliki persamaan kultur, maka pelaku komunikasi mampu memahami kultur pihak lain (bahasa) sebagai alat komunikasi. Selain itu, penguasaan norma dan adat istiadat pihak lain sangat membantu untuk kelancaran proses dan interaksi komunikasi. Prediksi mengenai efek komunikasi yang diharapkan pada tingkatan kultural ini akan mengalami kegagalan, bila mengabaikan pengalaman atau kultur pihak lain. Hal ini juga disebabkan oleh pemaksaan pengalaman komunikator kepada komunikan. Terutama bila komunikator berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda kultur.

b. Analisis Pada Tingkat Sosiologis

Apabila komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang ia sampaikan berdasarkan keanggotaan komunikan dalam kelompok sosial tertentu, maka dapat dikatakan bahwa komunikator melakukan prediksi pada tingkat sosiologis. Keanggotaan kelompok terdiri dari mereka yang memiliki kesamaan karakteristik tertentu. Sama halnya dengan keanggotaan seseorang dalam kultur tertentu, maka anggota kelompok menampilkan pula pola-pola perilaku dan nilai-nilai yang membedakannya dengan kelompok lain. Para anggota dalam kelompok atau suatu kultur tertentu harus menaati norma-norma dan nilai-nilai tertentu yang dikenakan kepadanya.

Adapun yang membedakan antara kelompok dengan kultur adalah pada segi jumlah. Pada umumnya, jumlah anggota kelompok lebih kecil daripada


(43)

anggota dalam kultur tertentu. Para anggota dari suatu kultur tertentu dapat menjadi anggota dari berbagai kelompok. Namun, prediksi terhadap reaksi komunikan pada tingkat sosiologis mengandung kelemahan, karena prediksi yang dilakukan hanya menyangkut aspek nilai dan norma yang dianut oleh suatu kelompok yang dijadikan obyek prediksi. Oleh karena itu, ketelitian dalam melakukan prediksi terhadap suatu kelompok merupakan suatu keharusan.

c. Analisis Pada Tingkat Psikologis

Apabila prediksi yang dibuat komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu pesan yang didasarkan pada analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan, maka dapat dikatakan komunikator melakukan prediksi pada tingkat psikologis. Dua atau lebih individu yang seringkali melakukan interaksi komunikasi yang mendasarkan prediksinya terhadap satu sama lain dengan menggunakan data psikologis ini menunjukkan bahwa mereka telah mengerti dengan baik karakteristik yang unik dan kepribadian masing-masing dan bukan hanya sekedar mengenal satu sama lain dengan atribut kultural atau peran psikologis.

Tiap individu mempunyai kepribadian dan watak yang tidak pernah sama dengan yang lain, dan ini merupakan hasil tempaan atau terbentuk berdasarkan pengalaman masa lalu. Apabila dua individu satu sama lain bisa saling mengerti serta memahami kepribadian dan watak masing-masing, dapat dikatakan bahwa satu sama lain berkomunikasi melakukan prediksi atas data psikologis. Namun, analisis pada tingkatan psikologis memiliki hambatan berupa kecenderungan


(44)

komunikator untuk melihat orang lain pada pola yang terbentuk pada diri komunikator berdasarkan pengalaman kontak dengan orang-orang sebelumya.

Prediksi pada tingkatan psokologis memerlukan analisis yang cermat dan hati-hati mengenai perilaku seseorang dan tidak boleh dikaitkan dengan perilaku orang lain yang pernah melakukan kontak dengan komunikan sebelumnya. Pada tingkat ini, dalam melakukan prediksi, komunikator melakukan generalisasi rangsangan, yakni mencari kesamaan di antara para pelaku komunikasi lain. Komunikasi antar pribadi jauh lebih jarang dilakukan daripada komunikasi non antar pribadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a) Butuh waktu lama (mengenal watak pribadi masing-masing): b) kecenderungan memilih tingkat kultural dan sosiologis dalam melakukan prediksi pertama terhadap reaksi komunikan; dan c) kemampuan individu yang berbeda untuk berkomunikasi.

Hubungan komunikasi antar pribadi maupun non antar pribadi dapat dibedakan berdasarkan tiga hal, yaitu: 1) Norma yang mengatur hubungan; 2) Kriteria untuk menentukan hubungan; dan 3) Tingkat kebebasan individu. Pada setiap bentuk komunikasi memperlihatkan adanya gaya-gaya kognitif tertentu yang dimiliki oleh seseorang. Gaya kognitif tersebut dapat menentukan arah perkembangan komunikasi menuju ke arah komunikasi antar pribadi atau justru menghambatnya. Dalam proses komunikasi antarpribadi, di mana individu berusaha membangun (membentuk) keyakinan dan sikapnya tentang dunia sekitarnya dan cara-cara ia memproses dan memberikan reaksi terhadap informasi yang masuk (diterimanya).

Gaya kognitif yang menunjukkan toleransi rendah dalam komunikasi terdiri dari otoriter dan dogmatis. Hal tersebut berakibat pada hilangnya


(45)

kesempatan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi yang penuh arti. Sedangkan orang yang bersifat dogmatis cenderung melakukan suatu generalisasi yang salah. Adapun gaya kognitif yang positif dapat membantu pencapaian tahap komunikasi antar pribadi yang empati. Empati terjadi jika dua individu saling mengenali kebutuhan satu sama lain dan memberikan respon terhadap hal tersebut. Proses empati meliputi dua tahap, yaitu:52 1) Pengempati yang prospektif harus mampu membedakan secara tepat bahwa cara-cara bermotivasi dan bersikap setiap individu akan berbeda dengan individu lainnya; dan 2) Pembedaan secara tepat harus diikuti oleh perilaku yang diinginkan atau bermanfaat bagi mereka yang menjadi objek suatu prediksi.

Umunya, tahap pertama tersebut berhasil dilewati oleh komunikator, tetapi kebanyakan mengalami kegagalan pada tahap kedua. Hal ini disebabkan oleh persepsi komunikator yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau bermanfaat bagi komunikan. Proses empati dapat dilihat dari segi transaksional yang melibatkan empat unsur penting yaitu, 1) rangsangan yang memaksa seseorang untuk melakukan suatu tindakan; 2) mengarahkan perilaku, yang sering diartikan dengan isyarat; 3) Respon, yaitu perilaku yang diakibatkan oleh isyarat; dan 4) imbalan, sebagai akibat dari respon tertentu. Dan hal terpenting yang harus dilakukan oleh komunikator adalah mengembangkan kemampuan membedakan isyarat.53 Kecakapan empati juga harus didukung oleh konsep diri (self concept) yang positif agar proses komunikasi tersebut berjalan lancar, karena salah satu ciri dari konsep diri yang positif adalah keterbukaan.54

52

Ibid., h. 5.14.

53

Ibid., h. 15.

54


(46)

Adapun untuk melihat tingkat keterbukaan dan kesadaran tentang self (diri), dapat digunakan model Johari Window. Model ini mengatakan bahwa manusia terdiri dari empat self, yaitu: open (aspek diri yang kita ketahui dan juga diketahui oleh orang lain), blind (aspek diri yang tidak kita ketahui tapi diketahui oleh orang lain), hidden (aspek diri kita yang tersembunyi dari orang lain, dan hanya kitas sendiri yang mengetahuinya), dan unknown (aspek diri kita yang tidak diketahui oleh siapapun baik oleh diri kita sendiri maupun orang lain). Masing-masing self saling bergantung satu sama lain, karena perubahan pada satu daerah self akan menimbulkan perubahan di tempat lainnya.55

Aspek lain yang menjadi ciri dari tercapainya tahap komunikasi antar pribadi selain self concept adalah perilaku komunikasi di mana individu menyampaikan informasi tentang dirinya kepada orang lain secara sengaja dan sukarela. Biasanya, informasi yang diungkapkan adalah yang bersifat sangat pribadi.56 Perilaku ini memiliki berbagai dimensi, yaitu, ukuran (kualitas positif atau negatif), kecermatan dan kejujuran, tujuan, dan keintiman. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah efek diadik, ukuran audience, topik yang dibahas, kualitas, jenis kelamin, rasa dan kebangsaan, usia, serta mitra. Meskipun amat positif bagi keberhasilan komunikasi antar pribadi, tetapi perilaku ini jarang dilakukan individu. Terdapat hambatan yang sering menghalangi individu untuk melakukannya, di antaranya adalah kekhawatiran akan hukuman dan pengetahuan diri.57

55

Ibid., 7.4.5.6.

56

Ibid., h. 11.

57


(47)

Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan self disclosure, antara lain adalah: motivasi, ketepatan, membuka kesempatan untuk respon yang terbuka, kejelasan dan kelangsungan sikap orang lain, dan mempertimbangkan kemungkinan timbulnya masalah. Adapun sebagai mitra, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu58: 1) Mendengar secara efektif dan aktif; 2) Mendukung pembicara; 3) Memperkuat perilaku; 4) Menjaga kerahasiaan; dan 5) Tidak menggunakan penyingkapan diri yang dilakukan seseorang sebagai senjata untuk melawannya. Proses munculnya konsep diri dan perilaku diri merupakan upaya untuk meningkatkan arah hubungan komunikasi menjadi komunikasi antar pribadi yang ditandai dengan meningkatnya keintiman antara komunikator dengan komunikan.

Proses meningkatnya keintiman dalam hubungan tersebut diistilahkan dengan penetrasi sosial, yang memiliki dua anggapan. Pertama, interaksi yang bersifat antar pribadi mengalami kemajuan (perkembangan) secara bertahap, Altman dan Taylor menyatakan bahwa ada empat tahap perkembangan yang berkaitan dengan anggapan pertama, yaitu:59 1) Orientasi ; berisi komunikasi yang impersonal (mengemukakan informasi yang umum); 2) Menuju pertukaran afektif (bergerak ke tahap yang lebih dalam); 3) Pertukaran afektif (memusatkan perasaan pada tingkat yang lebih dalam) dan 4) Pertukaran stabil atau tetap (ditandai oleh derajat keintiman yang tinggi, para partisipan berhak untuk memprediksikan perilaku mitranya dan memberikan respon).

58 Ibid.

59


(48)

Kedua, peningkatan dari suatu hubungan sangat bergantung kepada jumlah dan sifat dari imbalan (reward) dan biaya (cost). Pada setiap hubungan yang dikembangkan, individu selalu mempertimbangkan kemungkinan yang muncul berdasarkan imbalan dan biaya dari hubungan tersebut. Imbalan mengacu pada kenikmatan, kepuasan, dan imbalan yang dinikmati oleh seseorang. Adapun biaya mengacu pada faktor yang menghambat, seperti kegelisahan atau hal-hal yang memalukan. Dalam proses penetrasi sosial perlu dilihat struktur kepribadian individu, yakni kumpulan dan gagasan, perasaan, dan emosi individu tentang dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan (dunia luar). Struktur kepribadian individu memiliki dua dimensi, yaitu : dimensi luas dan dimensi dalam. Dimensi luas memiliki dua aspek kategori luas dan frekuensi luas. Kategori luas adalah daerah-daerah umum yang berisi aspek-aspek tertentu, seperti keluarga.60

Frekuensi luas adalah aspek-aspek yang khusus dalam kategori luas, seperti ukuran keluarga atau hubungan antara anggota keluarga. Salah satu aspek penting dalam hal ini adalah luas waktu, yaitu jumlah waktu yang digunakan dalam suatu interaksi.61 Dimensi kedalam (depth) dari kepribadian menyebutkan bahwa struktur kepribadian berlapis-lapis, dari yang paling permukaan hingga yang paling dalam (intim). Dalam interaksi, setiap orang bergerak dari hal-hal yang impersonal ke bagian kepribadian yang makin dalam secara timbal balik.62

Setiap hubungan tidak selalu makin intim atau mengalami proses penetrasi. Hal yang sebaliknya juga bisa terjadi, yang dikenal sebagai depenetrasi. Suatu hubungan bisa melemah dan putus dengan proses yang merupakan

60

Ibid., h. 9.10-9.11.

61

Ibid., h. 9.11.

62 Ibid.


(1)

Di sekitar sini, di belakang MP (Madrasah Pembangunan).

3. Sebelum menjadi staf pengurus di Klinik Makmur Jaya, mbak kerja atau kuliah?

Kuliah tahap ahir di Kedokteran UIN.

4. Bagaimana Klinik Makmur Jaya, menurut Mbak,?

Yang saya rasakan bagus dan nyaman mbak. Klinik Makmur Jaya sangat membantu masyarakat sekitar yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Apalagi Klinik Makmur Jaya jam kerjanya selama 24 jam, ya…, sangat membatu aja, mbak.

5. Apakah ada kendala yang mbak rasakan dengan jam kerja Klinik Makmur Jaya?

Di Klinik Makmur Jaya semua sudah terstruktur atau teratur, masalah jam kerja tidak ada kendala karena kita memakai sistem roling, ada yang masuk siang dan ada yang kebagian jam kerja pada malam hari.

6. Bagaimana penerapan atau proses komunikasi dokter dengan pasien yang mbak amati di Klinik Makmur Jaya?

Yang saya rasakan baik-baik saja…antara dokter dan pasien tidak yang menghambat…mungkin karena sama-sama tau apa yang menjadi tugas dan peran masing-masing mbak…jadi lancar dan akrab aja.

7. Pola komunikasi yang diterapkan di Klinik Makmur Jaya, menurut Mbak? Di sini kami sebagai staf pengurus juga berhak memberikan saran maupun keluhan yang berkaitan dengan Klinik Makmur Jaya, tidak hanya pasien yang menjadi fokus kerja…kami sebagai pengurus juga wajib mengkomunikasikan diri kami dan pekerjaan, tugas, masalah atau konflik yang terjadi…kami menjaga agar hubungan lebih dekat, dapat memecahkan masalah, dan mendapatkan solusi dari tugas yang kami jalankan.

8. Ada tidak, pengaruh komunikasi yang berdampak pada kesembuhan penyakit pasien, menurut mbak?

Menurut saya ada mbak…walaupun tidak bisa diukur sejauhmana tingkat keberhasilannya secara cepat, namun secara perlahan ada perubahan yang terjadi baik dari segi mental maupun perilaku pasien…pasien yang datang berkunjung selain berobat, mereka juga senang berkonsultasi di sini. Dan saya pikir itu memberikan nilai positif bagi Klinik Makmur Jaya. Karena komunikasi yang dibangun oleh dokter terhadap pasiennya sangat baik. 9. Pendekatan yang dilakukan dengan komunikasi seperti apa, mbak?

Ya…pendekatan secara sikologis, komunikasi yang laksanakan memberikan dampak perubahan terhadap tindakan penyembuhan yang diinginkan pasien…bisa melalui nasehat, dialog atau dokter membuat jadwal berkunjung ke rumah-rumah pasien yang ditangani oleh Klinik Makmur Jaya.


(2)

Data Singkat Informan

Nama : Fenny

Umur : 20 Tahun

Jabatan : Pasien Klinik Makmur Jaya Tanggal Wawancara : 19 Desember 2010

Tempat Wawancara : Klinik Makmur Jaya

1. Seberapa sering mbak berkunjung ke Kilinik Makmur Jaya?

Kalau berobat tak tentu juga. Pas kalau sakit-sakit aja…tapi kalau Cuma konsultasi dengan dokter di sini kadang dua minggu sekali atau seminggu sekali.

2. Hal apa saja yang dikonsultasikan, mbak?

Yaaa, hal-hal pribadi aja. Yang menyakut dengan kesehatan wanita ataupun beban pikiran aja mbak.

3. Memang mbak sakit apa, sehingga rutin berkonsultasi ke Klinik Makmur Jaya?

Alergi mbak.

4. Apa saja yang didapat oleh mbak selama berkonsultasi?

Dapat berkomuniaksi soal kesehatan dengana dokter…nambah pengetahuan dan pengalaman juga.

5. Bagaimana perhatian dokter terhadap penyakit pasien di Klinik Makmur Jaya? Saya ke Klinik Makmur Jaya karena banyak yang ingin dikomunikasikan, saya banyak mendapatkan informasi untuk melakukan evaluasi diri, mengetahui diri sendiri…selain itu juga, saya dapat memahami orang lain, setidak-tidaknya berusaha memahami apa yang menjasi keinginan dokter dari perilaku kita sebagai pasien.

6. Menurut mbak, komunikasi yang dibangun dengan dokter bagaimana, ada perubahan tidak, terhadap proses penyembuhan mbak?

Buat saya pribadi ada pengaruhnya…dapat nasehat atau resep-resep obat dari dokter di Klinik Makmur Jaya sangat membantu, selain meringankan beban pikiran dan mental, kesembuhan yang ada pada diri saya juga ada yang berubah… yang saya rasakan sedikit tidaknya ada…itu saya pribadi lho, mbak. Gak tau orang lain.

7. Kinerja dokter di Klinik Makmur Jaya, menurut mbak?

Bagus dan bersahabat…perhatian dan nasehat-nasehat yang membangun yang sering dimunculkan.


(3)

Komunikasi atau diskusi aja…dokter menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang saya rasakan…tapi selain itu, dokter juga menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan keluarga… 9. Harapan mbak ke depan untuk Klinik Makmur Jaya, bagaimana?

Adanya peningkatan dari segi pelayanan, dalam arti pasien yang tidak

mampu diberikan pelayanan yang memadai dan

gratis....hehehe…bertambahnya kepercayaan masyarakat sekitar terhadap Klinik Makmur Jaya aja.

Data Singkat Informan

Nama : Zaskyah

Umur : 20 Tahun

Jabatan : Pasien Klinik Makmur Jaya Tanggal Wawancara : 19 Desember 2010

Tempat Wawancara : Klinik Makmur Jaya

1. Mbak sering berkunjung ke Klinik Makmur Jaya?

Sering, gak juga sih. Kalau sakit-sakit aja atau ada keperluan lain. 2. Keperluan lain misalnya apa, mbak?

Konsultasi mengenai kesehatan aja.

3. Selain berobat di Klinik Makmur Jaya, di mana mbak biasanya berobat? Selain di sini, yaaa, di Rumah Sakit UIN atau Fatmawati. Kalau bareng keluarga aja kadang-kadang ke Fatmawati.

4. Menurut mbak, Klinik Makmur Jaya, bagaiamana?

Yaaa, walaupun kecil tapi bersih…enaknya membuka pelayanan selama 24 jam.

5. Menurut mbak, komunikasi mbak dengan dokter di sini bagaimana?

Baik-baik aja…bersahabat dan nyaman…mungkin karena tugas dokter yang memang harus begitu kali mbak...

6. Bentuk komunikasi yang dilakukan seperti apa, mbak?

Semacam diskusi Tanya jawab aja…tentang masalah kesahatan dan resep-resep obat yang dibutuhkan oleh saya atau pasien lainnya.

7. Komunikasi yang dibangun apa sebatas di Klinik Makmur Jaya aja, atau ada hal lain atau waktu-waktu tertentu?

Yaaa, yang saya alami sih, Cuma sebatas di Klinik aja…tapi dokter atau paramedis di sini sering juga menanyakan hal-hal diluar yang saya konsultasikan.


(4)

8. Hal yang ditanyakan seperti apa mbak?

Kebiasaan saya di rumah atau sama teman-teman saya...kadang juga pola hidup dan pola makan serta cara saya bergaul di masyarakat sekitar.

9. Hal itu, positif apa negative, menurut mbak?

Mmmm...negatif sih gak juga…tapi kadang gak ngerti aja.

10.Gak ngerti terhadap pertanyaan dokter apa tehadap jawaban yang diberikan dokter untuk mbak?

Gak ngerti aja, kalau maksud saya konsultasi yang lain tapi dapatnya pertanyaan atau nasehat lainnya….apalagi kalau dengar nama obat atau resep-resep dokter…nasehatnya juga pake istilah Inggris atau apa gitu…ada yang saya pahami ada juga yang tidak.

11.Tapi, bagaimana cara komunikasi dan pengobatan yang selama ini Mbak rasakan di Klinik Makmur Jaya?

Pengobatan di Klinik Makmur Jaya, terasa nyaman, karena dokter dan perawatnya ramah dan enak diajak ngobrol…dalam proses pengobatan, dokternya sangat perhatian, baik, dan kadang humoris…ada juga nasehat -nasehat keagamaan dan mental, ya, untuk penyadaran dirilah…setidaknya saya lebih perhatian juga terhadap kesehatan dan lain sebagainya.

12.Harapan mbak untuk Klinik Makmur Jaya dan dokternya apa?

Harapanya…ke depan lebih baik dan bagus aja…oh ia, kalau memberikan saran atau resep supaya ditulis dengan jelas…atau dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti aja…soalnya susah bahasanya pake bahasa yang aneh.

Data Singkat Informan

Nama : Reza

Umur : 25 Tahun

Jabatan : Pasien Klinik Makmur Jaya Tanggal Wawancara : 19 Desember 2010

Tempat Wawancara : Klinik Makmur Jaya

1. Reza sering dating untuk berobat di sini? Baru 3 kali ma ini, mbak.

2. Memang sebelum ini, mas Reza berobat kemana? Di Rumah Sakit UIN.


(5)

Kertamukti mbak, di situ dekat.

4. Mas Reza mau berobat apa konsultasi? Berobat mbak.

5. Sakit apa, mas. Kan dekat, kok baru 3 kali?

Demam aja. Yaaa, sakitkan gak setiap hari, mbak. 6. Menurut mas Reza, Klinik Makmur Jaya, bagaimana?

Baguslah...jadi bisa dekat, tinggal lurus aja…gak usah jauh-jauh ke Rumah Sakit UIN…di sini juga lumayan nyaman tidak ribet.

7. Selama masa Reza berobat di Klinik Makmur Jaya, apa yang mas Reza rasakan, misalnya, dokternya baik, ramah, atau berkomunikasinya lancar, menunjukan perhatian ke mas Reza atau yang lainya?

Yang saya rasakan sih enak-enak aja. Dokternya ramah dan enak diajak ngobrol. Dokter sih lancar-lancar aja kalau lagi nanya-nanya mah.

8. Yang ditanya soal apa saja mas? Soal penyakit yang dirasakan.

9. Peran dokter terhadap kesembuhan mas, menurut mas bagaimana?

Yaaa, dokter pentinglah mbak. Sedikit banyak dokter yang saya rasakan sangat membantu saya dalam berobat.

10.Selain berobat, apa dokter sering menasehati mas untuk menjaga kesahatan atau yang lainnya?

Dokter pasti memberikan nasehat pada saya, misalnya menjaga lebih baik daripada mengobati…yaaa, bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk menjaga kesehatan.

Data Singkat Informan

Nama : Ilham

Umur : 20 Tahun

Jabatan : Pasien Klinik Makmur Jaya Tanggal Wawancara : 19 Desember 2010

Tempat Wawancara : Klinik Makmur Jaya

1. Sudah berapa kali mas Ilham berkunjung ke sini? Lebih dari lima kali lah.

2. Mas Ilham tinggal di mana? Di belakang Pasca UIN.


(6)

3. Mas Ilham ke sini untuk berobat apa konsultasi? Berobat aja, mbak.

4. Sakit apa mas? Sakit panas.

5. Kalau mas Ilham sudah lebih dari lima kali berobat ke sini, menurut mas Ilham Klinik Makmur Jaya, bagaimana?

Bagaimana apanya, mbak.

6. Bagaimana dokter dan pelayanan yang dirasakan mas Ilham yang diberikan oleh Klinik Makmur Jaya?

Baguslah, seperti klinik-klinik lain juga. Tapi di sini lebih nyaman dan gampang aja. Tidak ribet dan tidak lama, harus menunggu giliran berjam-jam gitu, mbak.

7. Sebelum-sebelumnya, hal apa saja yang ditanyakan dokter terhadap mas Ilham jika sedang berhadapan?

Yaaa, tentang penyakit yang dirasakan, mbak. 8. Hal lain?

Saya sering datang berobat atau sekedar konsultasi tentang hal yang saya alami…kadang dokter sering juga menanyakan tempat tinggal, keluarga, dan kondisi sosial masyarakat.

9. Seperti apa, mas?

Yaaa, seperti keadaan masyarakat atau tetangga menurut saya pribadi bagaimana…misalnya kalau mereka mengalami sakit yang sama seperti yang saya rasakan…apakah mereka berobat atau beli obat warung gitu, mak. 10.Menurut mas Ilham, hal yang ditanyakan positif apa negatif?

Tidak juga sih, malah bagus…berarti dokter perhatian sama masyarakat sekitar…tapi saya gak taulah kenapa.

11.Menurut mas Ilham, nasehat yang diberikan dokter terhadap mas Ilham bagaimana, dampaknya buat penyembuhan mas Ilham berpengaruh apa tidak? Saya sih senang aja, mbak…karena saya gak ma terus-terusan sakit…buat saya pribadi sih…ada…walaupun tidak langsung sembuh…yaaa, nasehat dokter Klinik Makmur Jaya memberikan keringanan pikiran, mbak. Sehingga memberikan kepercayaan diri bahwa sakit pasti ada obatnya.