POLA PEMBINAAN ANAK MENURUT RASULULLAH SAW. (Studi Kasus Masyarakat Muslim Pattani Thailand)

  

POLA PEMBINAAN ANAK MENURUT RASULULLAH SAW. (Studi

Kasus Masyarakat Muslim Pattani Thailand)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Program Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar

Oleh

  

Hannah Sidek

20100114203

  

FAKUTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018

KATA PENGANTAR

  

  لوﺳر اﷴ نا دﮭﺷاو ﷲ ﻻا ﮫﻟا ﻻ نا دﮭﺷأ .نﯾدﻟاو ﺎﯾﻧدﻟا روﻣا ﻰﻠﻋ نﯾﻌﺗﺳﻧ ﮫﺑو نﯾﻣﻟﺎﻌﻟا بر دﻣﺣﻟا

  . دﻌﺑ ﺎﻣا ,نﯾﻌﻣﺟا ﮫﺑﺣﺻو ﮫﻟا ﻰﻠﻋو ﷴ ﻰﻠﻋ ﻲﻠﺻ مﮭﻠﻟا .ﷲ

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan pertolonganNya. Solawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad saw. yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

  Skripsi ini merupakan kajian singkat tentang POLA PEMBINAAN ANAK MENURUT RASULULLAH SAW. (STUDIPADA MASYARAKAT MUSLIM PATTANI THAILAND). Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa didukung oleh berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, ayahanda, Almarhum H. Muhammad Nur Sidek dan ibunda, Hj. Waesapiyah Charu tercinta yang telah membesarkan, membina dan mendidik penulis dengan penuh ikhlas dan penuh dengan rasa kasih sayang, sehingga penulis sampai dapat gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, kepada keduanya penulis senantiasa memanjatkan doa dengan penuh harapan semoga Allah swt. mengasihi dan mengampuni dosa-dosa keduanya serta memberikan keduanya kehidupan yang penuh berkah dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat, Aamin Ya Rabbal’ Alamin.

  Selanjutnya penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. H. Musafir, M.Si, selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Mardan, M.Ag. Selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, Pengembangan Lembaga, Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M,A. selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Perencanaan Keuangan, Prof. Hj. Sitti Aisyah, M.A., Ph.D. selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan alumni dan Prof. Hamdan Juhannis, M.A. selaku Wakil Rektor Bidang Kerja Sama beserta jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan kepada penulis.

  2. Bapak Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar dan sekaligus selaku Pebimbing I dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberi arahan, koreksi, saran, ilmu pengetahuan yang baru dan motivasi dalam penyusunan skripsi serta memimbing penulis sampai selesai.

  3. Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Prof. Dr. H. Syahruddin M.Pd. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

  4. Bapak Dr. H. Erwin Hafid, Lc., M.Th.I., M.Ed., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar dan sekaligus selaku Pebimbing II dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberi arahan, koreksi, saran, ilmu pengetahuan yang baru dan motivasi dalam penyusunan skripsi serta memimbing penulis sampai selesai.

  5. Bapak Dr. Usman, S.Ag., M.Pd., selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar.

  6. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberi ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahanserta mendoa sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini.

  7. Para guru ustaz dan ustazah sekolah Sasnupatam dan sekolah Puyud Pracharak Pattani Thailand yang telah memberi ilmunya memberi semangat serta mendoakan sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  8. Teman-teman di Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014 terkhusus PAI 9,10 yang telah memberi arahan dan motivasi apabila penulis dilanda kesulitan, terakhir kalian sangat berarti.

  9. Keluarga besar organisasi Thai Students Association in Makassar (TSAIM) sebagai keluarga kedua bagi penulis yang selalu memberi motivasi dan informasi untuk saling bertukar pikiran, serta menjadi teman seperjuangan selama ini.

  10. Seluruh teman dan sohabat PPL Internasional angkatan ke III tahun 2017dan para teman KKN desa Watutoa kecamatan Marioriwawo kubupaten Soppeng yang telah berjuang sama dan selalu memberi motivasi untuk penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

  11. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam menyusunan skripsi ini yang tidak mungkin di sebut satu persatu.

  Penulis berharap dan senantiasa berdoa kepada Allah swt. dengan penuh harapan semoga para bantuan dan dorongan ikhlas yang diberikan semua pihak, mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah swt. Amin Ya Rabbal’ alamin.

  Penulis tidak lupa menyedari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari isi atau penulisannya. Hal ini tidak lain dari keterbatasan yang penulis miliki dan akhir kata penulis berharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang telah membacanya.

  Makassar, 28 Mei 2018

  Penyusun Hannah Sidek

  20100114203

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ii PERSETUJUAN PEBIMBING ..........................................................................iii PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................................iv KATA PENGANTAR ........................................................................................v DAFTAR ISI.......................................................................................................ix ABSTRAK..........................................................................................................xi

  2. Lokasi Penelitian ........................................................................36

  3. Studi Dokumentasi .....................................................................38

  2. Observasi.....................................................................................38

  1. Wawancara..................................................................................38

  C. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................38

  2. Sumber Sekunder ........................................................................37

  1. Sumber Primer ............................................................................37

  B. Sumber Data ...........................................................................................37

  1. Jenis Penelitian ...........................................................................36

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1-13 A. Latar Belakang........................................................................................1 B. Fokus penelitian dan Deskripsi penelitian..............................................7 C. Rumusan Masalah...................................................................................11 D. Kajian Pustaka ........................................................................................11 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................13 BAB II TINJAUAN TEORETIS..................................................................... 14-35 A. Pola Pembinaan Anak .............................................................................14

  BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 36-40 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ....................................................................36

  2. Contoh Perlakuan Rasulullah saw. pada Anak ........................ 28-33

  1. Metode dan Sifat Pembinaan Rasulullah saw. pada Anak ...... 20-28

  B. Pola Pembinaan Anak Menurut Rasulullah saw. ...................................20

  3. Orang Tua dalam Pembinaan Anak ............................................16

  2. Dasar Pembinaan Anak...............................................................14

  1. Pengertian Pola Pembinaan ........................................................14

  D. Instrumen Penelitian...............................................................................38

  1. Pedoman Wawancara..................................................................38

  2. Pedoman Observasi.....................................................................39

  3. Format Dokumentasi ..................................................................39

  E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data....................................................40

  1. Tahap reduksi data......................................................................40

  2. Tahap display data ......................................................................40

  3. Tahap verivication data ..............................................................40

  BAB IV RIALITAS POLA PEMBINAAN ANAK MENURUT RASULULLAH SAW. (STUDI KASUS MASYARAKAT MUSLIM PATTANI THAILAND) ................................................................................ 41-64 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................... 41-45

  1. Sejarah Lokasi Penelitian ...........................................................41

  2. Gambaran Lokasi Penelitian.......................................................47

  B. Hasil Penelitian.................................................................................... 48-64

  1. Pola Pembinaan Anak menurut Rasulullah saw. yang diterapkan pada Masyarakat Muslim Pattani Thailand..............48

  2. Hasil Penerapan Pembinaan Anak menurut Rasulullah saw. pada Masyarakat Muslim Pattani Thailand berdasarkan Rasulullah saw.............................................................................62

  BAB V PENUTUP .......................................................................................... 65-66 A. Kesimpulan .............................................................................................65 B. Implementas............................................................................................66 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67-69 LAMPIRAN........................................................................................................70 RIWAYAT HIDUP.............................................................................................84

  

ABSTRAK

Nama : Hannah Sidek Nim : 20100114203 Judul : Pola Pembinaan Anak Menurut Rasulullah saw. (Studi Kasus Masyarakat Muslim Pattani Thailand).

  Proses pembinaan anak mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan, akan tetapi banyak permasalahan yang berkaitan dengan pola pembinaan ini, terutama dari segi akhlaknya. Pada saat ini, seiring dengan pergeseran pranata sosial yang mengibatkan terjadi tindakan asusila dan kekerasan di segala aspek kehidupan masyarakat, maka diperlukan adanya perlindungan atau pembinaan terhadap hak-hak anak khususnya anak-anak pada masyarakat muslim Pattani Thailand, dengan melihat aktivitas masyarakat muslim Pattani Thailand dalam menjaga atau memberi pembinaan terhadap anak-anak. Skripsi ini membahas Pola Pembinaan Anak Menurut Rasulullah saw. (Studi Kasus Masyarakat Muslim Pattani Thailand). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana pola pembinaan anak menurut Rasullah saw. yang diterapkan pada masyarakat muslim Pattani Thailand, 2) Bagaimana hasil penerapan pembinaan anak pada masyarakat muslim Pattani Thailand berdasarkan Rasulullah saw. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui pola pembinaan anak menurut Rasulullah saw. yang diterapkan pada masyarakat muslim Pattani Thailand dan untuk mengetahui hasil penerapan pembinaan anak pada masyarakat muslim Pattani Thailand berdasarkan Rasulullah saw.

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di daerah Muang dan daerah Yarang Pattani Thailand.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Masyarakat Pattani Thailand khususnya Daerah Muang dan Yarang membina anak menurut Rasulullah sejak mencari pasangan hidup dan selain itu masyarakat akan melakukan ta’dib sebelumnya seperti mentahnikan anak dengan beberapa syarat. Kemudian pada hari ketujuh mengaqiqahkan anak dan apabila anak sudah bisa berjalan dan berbicara maka orang tua mengajar mengaji dan apabila anak sudah mengerti maka orang tua akan membina dengan menggunakan beberapa metode dan sifat yang diterapkan oleh Rasulullah saw. pada anaknya 2) Cara membina anak pada masyarakat muslim Pattani Thailand berpengaruh positif. Anak-anak memiliki teladan yang baik, dan adapun teladan yang baik itu timbul dari orangtua yang berpendidikan tinggi. Masyarakat muslim Pattani Thailand kebanyakan memiliki pendidikan yang tinggi sehingga membuat anaknya berpengaruh positif.

  Implikasi dari penelitian ini menunjukan bahwa sikap dan perilaku orang tua akan ditiru oleh anak-anaknya secara langsung dan hal itu akan menjadi kebiasaan anak-anak. Maka dari itu penelitian ini diharapkan memberi pengetahuan dan manfaat kepada seluruh orang tua dalam meningkatkan pola pembinaan anak menurut Rasulullah saw. supaya anak bisa hidup dalam islami.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

  bahwa yang dimaksud adalah seorang yang belum berusia 18 tahun (delapan

  1 belas tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan.

  Penentuan batas usia anak tersebut mencakup pada ketentuan dalam Konvensi Hak Anak (KHA) yang telah di ratifikasi oleh Indonesia melalui keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990. Pengertian anak mencakup pula anak yang masih dalam kandungan, dikarenakan sesuai dengan ketentuan dalam pasal 2 kitab Undang-undang Hukum (KUH) Perdata yang menyatakan bahwa “Anak yang masih dalam kandungan dianggap telah lahir apabila kepentingan anak memerlukan untuk itu, sebaliknya dianggap tidak pernah ada apabila anak meninggal pada waktu dilahirkan. Ketentuan ini juga penting untuk mencegah adanya tindakan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab terhadap usaha

  2

  penghilangan janin yang dikandung seseorang. Baik KHA maupun UU Nomor

  23 Tahun 2002, keduanya mengakomo dasi dan bahkan menegaskan bahwa anak memilik sekian banyak hak yang secara umum berada dalam 4 (empat) kategori,

  3 yaitu : hak hidup, hak perlindungan, hak partisipasi dan hak tumbuh kembang.

  Itu berarti setiap anak berhak hidup, mendapatkan perlindungan, melakukan partisipasi sosial, dan berkembang sesuai dengan pilihannya sendiri dalam habitat yang mendukung.

  1 2 UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, (Jakarta; Visi Media,2007),h.4 Apong Herilna dkk, Perlindungan (berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, 2003, h.7. 3 Chabib Mosthofa, Belajar Ramah Kepada Anak , http://www.jawapos.com,(diakses,5

  Hal ini sejalan dengan Undang-Undang di Thailand Pendirian Pasal 4 Tahun 2003 tentang defenisi anak yaitu seseorang yang berusia belum sampai 18 tahun (delapan belas tahun), tetapi tidak termasuk orang-orang yang mencapai

  4 sebagian melalui pernikahan.

  Penentuan batas usia anak tersebut mengacu pada ketentuan dalam bertindak terhadap perlindungan anak pada tahun 2003, Phumipul Adulyadej (raja pemerintah ke-9) memberikan undang-undang ini, pada tanggal 25 September 2003 yang memberi arti tentang anak tersebut. Pengertian anak mencakup pula anak adalah seseorang yang berusia 7 tahun ke atas (tujuh tahun) tetapi tidak lebih dari 14 tahun (empat belas tahun), ini adalah ketentuan dalam

  5 pasal 4 tahun 1991.

  Pengertian anak dalam undang-undang No. 23 tahun 2003 di Indonesia bersamaan dengan undang-undang pasal 4 Tahun 2003 di Thailand tentang Pengertian Anak bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hakikat kedudukan anak adalah

  6 tidak hanya sebagai rahmat tetapi juga sebagai amanah dari Allah swt.

  Dikatakan rahmat karena merupakan pemberian Allah swt. yang tidak semua orang tua mendapatkannya. Allah swt. menganugerahi anak hanya bagi keluarga yang dikehendakinya. Sebagai amanah berarti ada kewajiban semua pihak untuk memberikan perlindungan pada anak. Khususnya pemerintah pada level komunal dan orang tua pada level individual sebagai bagian tak terpisahkan dari rahmat itu, Allah swt. menanamkan perasaan kasih sayang orang tua pada anaknya. Setiap orang tua di dalam hatinya tertanam perasaan mengasihi dan menyayangi anaknya. Perasaan tersebut Allah swt. tanamkan dalam hati para 4 5 UU Pasal 4 Tahun 2003 tentang Defenisi Anak(Thailand: Kingdom of Thailand, 2003). 6 UU Pasal 4 tentang Pengertian Anak, (Thailand: Kingdom of Thailand,1991). orang tua sebagai bakal dan dorongan dalam mendidik, memelihara, melindungi dan memperhatikan kemaslatan anak-anak mereka sehingga semua hak anak dapat terpenuhi dengan baik serta terhindar dari setiap tindak kekerasan dan diskriminasi.

  Dalam kehidupan berkeluarga, setiap orang tua tentu mengharapkan anak- anaknya dapat tumbuh menjadi anak-anak yang baik, dapat dibanggakan dan mempunyai karakter atau sifat-sifat yang positif dalam segala hal. Kebanyakan orang tua akan melakukan segalanya demi membahagiakan anak-anak mereka dengan memberikan segalanya yang mereka inginkan, namun ternyata hal ini tidak selalu baik dalam proses mendidik anak. Banyak anak yang dibiasakan hidup dengan kenyamanan dan tidak pernah merasa sulit dalam hidupnya cenderung menjadi manja dan tidak dapat mandiri. Sebagai orang tua, perlu berhati-hati dalam pengasuhan anak pada masa perkembangannya karena setiap didikan dapat berpengaruh besar bagi kehidupan sang anak di masa depan. Berikut adalah tips bagaimana mendidik anak dengan baik agar tidak manja, keras kepala, dan dapat menjadi mandiri, yaitu:

  1. Jangan menuruti semua keinginan anak.

  2. Jangan terlalu banyak melarang.

  3. Jangan sekali-kali menghukum anak dengan cara kekerasan fisik.

  7 4. Kasih dan perhatian.

  Dalam masyarakat Pattani Thailand, pada saat ini banyak orang tua membina anak dengan menggunakan telepon genggam dikarenakan sibuk dengan urusan masing-masing. Pada saat anaknya menangis maka langsung memberi

  

handphone hingga anaknya tumbuh besar sampai anak tidak bisa jauh dari

handphone lagi, dan pada saat ini juga banyak orang tua yang sibuk dengan karir

7 Ayu Agus Rianti, , (Jakarta: PT Gramedia, 2013), Cara Rasulullah Saw. Mendidik Anak

  masing-masing sehingga anaknya hanya diberikan uang jajan yang banyak dan keperluan lainnya tanpa mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh anaknya dan apa saja yang anaknya makan di luar sana.

  Al-Quran menggambarkan perasaan itu dengan gambaran yang begitu indah, dalam QS al-Kahfi/18: 46, berbunyi:

  ﺎَﻴْـﻧﱡﺪﻟا ِةﺎَﻴَْﳊا ُﺔَﻨﻳِز َنﻮُﻨَـﺒْﻟاَو ُلﺎَﻤْﻟا

  Terjemahnya:

  8 “Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia…..”.

  Anak dikatakan amanah karena dengan dikaruniai anak, orang tua mendapat tugas atau kewajiban dari Allah swt. untuk merawat, membesarkan, mendidik anak, sehingga dapat mengemban tugasnya di muka bumi yaitu sebagai

  

khalifatullah kelak ketika ia sudah dewasa, maka laksanakanlah amanah itu

  9 dengan sebaik-baiknya.

  Allah berfirman dalam QS al-Baqarah/2: 233.

  ِفوُﺮْﻌَﻤْﻟ ِ ﱠﻦُﻬُـﺗَﻮْﺴِﻛَو ﱠﻦُﻬُـﻗْزِر ُﻪَﻟ ِدﻮُﻟْﻮَﻤْﻟا ﻰَﻠَﻋَو

  Terjemahnya: “Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakaian kepada para ibu

  10 (anaknya) dengan cara yang ma’ruf”.

  Anak sebagai penerus memiliki dua kemungkinan, yaitu meneruskan hal- hal yang positif dan mengingatkan hal-hal negatif dari bangsa yang bersangkutan, atau sebaliknya. Anak sebagai pemilik masa depan memiliki hak

  8 Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 450. 9 10 Ibnu Anshori , Perlindungan Anak dalam Agama Islam , h. 57 menentukan nasibnya sendiri berdasarkan bimbingan dan pendidikan serta

  11 fasilitas yang disiapkan oleh orang tua, masyarakat, dan pemerintah.

  Proses pembinaan akhlak anak mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan, akan tetapi banyak permasalahan kaitannya dengan pola pembinaan akhlak anak dikarenakan oleh berbagai faktor salah satunya yaitu kurangnya penerapan metode akhlak khususnya dalam pola pembinaan akhlak anak yang bertujuan untuk membentuk kepribadian muslim. Oleh karena itu, peran orang tua sebagai pendidik dalam keluarga memberi metode pembinaan akhlak yang

  12 sesuai untuk perkembangannya.

  Nilai-nilai pendidikan akhlak harus ditanamkan sendini mungkin melalui pendidikan keagamaan baik di sekolah ataupun lingkungan keluarga. Dalam hal ini dapat melalui pendidikan yang berbasis formal ataupun in formal. Pendidikan in formal mencakup pendidikan dalam keluarga karena merupakan pondasi terpenting dalam pembentukan akhlak anak. Oleh karena itu, orang tua berperan cukup penting untuk selalu menjadi sosok teladan yang berpengaruh terhadap anak, menanamkan sifat baik, kemudian memberikan contoh yang positif ( uswatun hasanah). Selain itu Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) juga memberikan pengaruh yang baik untuk penanaman akhlak anak yang merupakan lembaga non formal bergerak khususnya dalam bidang keagamaan.

  Pendidikan formal salah satunya yaitu sekolah yang memberikan proses pengajarannya melalui mata pelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan anak dan bertujuan terhadap pola pembinaan akhlak anak.

11 Husniati, “Pola Pembentukan Karakter Anak Melalui Pendidikan Ramah Anak dalam

  

Perspektif Pendidikan Agama Islam”, Skripsi (Makassar: Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar, 2013), h.16. 12

  Dalam hal ini al-Qur’an juga menyebutkan tanggung jawab orang tua untuk memelihara dan mendidik anaknya dengan baik, supaya anak itu dikemudian hari tidak menjadi orang yang sengsara dan lemah baik tubuh maupun jiwanya. Rasa tanggung jawab ialah memberikan pendidikan budi pekerti dengan baik dan benar, anak-anak tidak hanya dibesarkan dan diberi pendidikan tentang aspek-aspek keduniaan semata, melainkan nilai dasar keagamaan harus ditanamkan sedemikian rupa sehingga mereka tumbuh dewasa

  13 menjadi kader-kader muslim yang tangguh.

  Pada dasarnya kepribadian anak akan menjadi baik apabila orang tua memberikan keteladanan yang baik dan diharapkan anak-anaknya kelak menjadi anak yang soleh dan solehah yang berkepribadian baik dalam menjalin hubungan dengan Allah swt. serta baik pula dalam berhubungan dengan sesama makhluk ciptaannya, terutama sesama manusia.

  Pembinaan akhlak yang baik lebih mengarah pada sistem pengembangan nilai-nilai agama, akan tetapi kurangnya perhatian masyarakat ataupun orang tua sendiri sebagai pendidik dalam pola perkembangan anak didiknya, karena pada masa-masa ini anak masih cenderung untuk melakukan hal yang dilakukan orang lain (meniru) hal kurang baik dikarenakan faktor lingkungan, pergaulan, dan pembiasaannya. Pembentukan perilaku anak didik pada masa-masa dini sangat tergantung pada keberhasilan orang tua dalam keluarga dengan kebiasaannya, maraknya melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji ( ma’ruf) berdasar tuntunan Allah swt. dan Rasulnya beserta ajaran-ajarannya serta

  14 menghindarkan mereka dari kebiasaan jelek buruk ( munkar). 13 Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga , (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), h. 8. 14 Mahmud Muhammad Al Jauhari , Membangun keluarga Qura’ni, Terj Kamran As’ad

  Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai Pola Pembinaan Anak Menurut Rasulullah saw. (Studi Kasus Masyarakat Muslim Pattani Thailand) karena masalah seputar kehidupan anak menjadi perhatian sejak lama. Apalagi pada saat ini, seiring dengan pergeseran pranata sosial yang mengakibatkan tindakan asusila dan kekerasan, maka diperlukan adanya perlindungan atau pembinaan terhadap hak-hak anak khususnya anak-anak pada masyarakat muslim Pattani Thailand, untuk melihat efektivitas masyarakat Pattani Thailand dalam menjaga atau memberi pembinaan anak.

B. Fokus penelitian dan Deskripsi penelitian

  1. Fokus Penelitian

  Karena adanya keterbatasan baik tenaga dan waktu, maka peneliti tidak akan melakukan penelitian terhadap keseluruhan yang ada pada objek atau lokasi sosial tertentu. Berdasarkan studi pendahuluan di atas dan pengalaman penulis, maka peneliti memfokuskan pada pola pembinaan anak menurut Rasulullah saw. yang diterapkan pada masyarakat muslim Pattani Thailand.

  2. Deskripsi Penelitian

  Deskripsi fokus pada kewajiban dan sifat dalam pembinaan anak menurut Rasulullah di masyarakat muslim Pattani Thailand Selatan, sebagai berikut:

  a. Menyuruh anak mengerjakan salat yaitu apabila anak itu sudah berumur tujuh tahun hendaklah diajari mengerjakan salat sebagai hadis Nabi saw. bersabda:

  

ِﰲ ْﻢُﻬَـﻨْـﻴَـﺑ ا ﻮُﻗِّﺮَـﻓَو ،ٍﺮْﺸَﻋ ُءﺎَﻨْـﺑَأ ْﻢُﻫَو ﺎَﻬْـﻴَﻠَﻋ ْﻢُﻫﻮُﺑِﺮْﺿاَو ،َﲔِﻨ ِﺳ ِﻊْﺒَﺳ ُءﺎَﻨْـﺑَأ ْﻢُﻫَو ِةﻼﱠﺼﻟِ ْﻢُﻛَدﻻْوَأ اوُﺮُﻣ

ِﻊ ِﺟﺎَﻀَﻤْﻟا

  Artinya: Suruhlah anak-anak kamu mengerjakan salat jika mereka sudah berumur tujuh tahun, dan pukullah (apabila tidak mahu salat) jika mereka sudah berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur anak laki-laki

  15

  dengan anak perempuan. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

  b. Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan pada tingkatan umur tertentu di mana anak-anak telah sanggup untuk menyadari perbedaan kelamin. Ini biasanya dicapai oleh anak-anak yang sudah berumur sepuluh tahun. Seperti hadis Rasulullah saw. bersabda:

   ِﻊ ِﺟﺎَﻀَﻤْﻟا ِﰲ ْﻢُﻬَـﻨْـﻴَـﺑ اﻮُﻗِّﺮَـﻓَو

  Artinya: … dan pisahkanlah tempat tidur anak lelaki dengan anak perempuan. (HR.

16 Ahmad dan Abu Daud)

  c. Mendidik anak supaya berakhlak mulia, membimbing, dan membentuk anak supaya menjadi orang yang berakhlak mulia seperti sabda Rasulullah saw.:

  ﻦﺴﺣ بدأ ﻦﻣ َﻞَﻀْﻓَأ ٍﻞُْﳓ ْﻦِﻣ ُﻩَﺪَﻟَو ٌﺪِﻟاَو َﻞََﳓ ﺎَﻣ

  Artinya: Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang paling berharga selain

  17

  daripada mendidiknya berkelakuan baik. (HR. Tirmizi)

  d. Mengajarkan halal dan haram kepada anak, sejak kecil anak-anak perlu deberi tahu masalah halal dan haram. Perlu diberi tahu kepada mereka apa makanan yang halal dan apa pula yang haram. Begitu juga dengan perbuatan dan tutur kata, perlu diterangkan mana yang boleh dan mana yang tidak.

  Mari kita lihat bagaimana Rasulullah saw. mengajar cucunya Hasan tentang masalah halal dan haram ini. Dari Abu Hurairah ra., beliau bersabda:

  

َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﱠ ا ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠ ا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻘَـﻓ ، ِﻪﻴِﻓ ِﰲ ﺎَﻬَﻠَﻌَﺠَﻓ ، ِﺔَﻗَﺪﱠﺼﻟا ِﺮَْﲤ ْﻦِﻣ ًةَﺮَْﲤ ٍّﻲِﻠَﻋ ُﻦْﺑ ُﻦَﺴَْﳊا َﺬَﺧَأ

ﺔَﻗَﺪﱠﺼﻟا ُﻞُﻛَْ َﻻ ﱠَأ َﺖْﻤِﻠَﻋ ﺎَﻣَأ ﺎَِ ِمْرا ْﺦِﻛ ْﺦِﻛ : "

  Artinya: Hasan bin Ali mengambil sebiji kurma dari zakat kemudian dia masukkan 15 ke dalam mulutnya, melihat yang demikian Rasulullah saw. berkata: Kakh, 16 Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Juz 1, h. 239. 17 Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Juz 1, h. 239.

  Muhammad bin Isa bin Maturah bin Musa bin al-Thahaki, al-Tarmizi, Abu Esa, Sunan al- kakh….. buang kurma itu. Tidakkah engkau tahu bahwa kita tidak boleh

  18

  memakan barang zakat?

  e. Hukuman pada anak yaitu pada dasarnya dalam Islam sangat dilarang mengunakan hukuman fisik saat mendidik anak, maka ada beberapa cara pembinaan yang dilakukan Nabi saat menghukum anak-anak, yaitu dengan menegurnya menggunakan kata lembut dan memberikan bentuk atau solusi dari kekurangan yang mereka buat. Seperti sabda Rasulullah saw.

  

مﻼﻏ لﺎﻘﻓ ﷺ ﱮﻨﻟا ﰉ ﻰﺗﺄﻓ رﺎﺼﻧﻻا ﻞﳔ ﻰﻣرأ ﺎﻣﻼﻏ ﺖﻨﻛ لﺎﻗ يرﺎﻔﻐﻟا وﺮﻤﻋ ﻦﺑ ﻊﻓار ﰉأ ﻦﻋ

ﻢﻬﻠﻟا" لﺎﻘﻓ ﻪﺳأر ﺢﺴﻣ ﰒ ﺎﻬﻠﻔﺳأ ﰲ ﻂﻘﺴﻳ ﺎﳑ ﻞﻛو ﻞﺨﻨﻟا مﺮﺗ ﻼﻓ لﺎﻗ .ﻞﻛآ لﺎﻗ ﻞﺨﻨﻟا ﻰﻣﺮﺗ ﱂ

"ﻪﻨﻄﺑ ﻊﺒﺷأ

  Artinya: Dari Paman Abu Rafi’ bin Amr Al Ghifari, ia berkata ”Dahulu aku adalah anak kecil yang melempari pohon kurma milik orang-orang Anshar, kemudian aku diharapkan kepada Nabi saw. Lalu beliau berkata: “Wahai anak kecil, kenapa engkau melempari pohon kurma?” Aku katakana bahwa aku makan, beliau berkata; Jangan engkau melempari pohon kurma, makanlah yang terjatuhnya di bawahnya!” Kemudian beliau mengusap kepala anak tersebut dan mengatakan, “Ya Allah, kenyangkanlah

  19 perutnya!.

  f. Menunjukkan rasa sayang dan kasihnya, yaitu dalam bentuk pemberian ciuman pada anak agar sang anak merasa dekat padanya, dalam hadis riwayat Bukhari, yaitu:

  

ﻲ ﻤﻴ ﻤ ﳌاﺘ ﺲﺑﺎﺣ ﻦﺑ عﺮﻗﻷا ﻩﺪﻨﻋو ﻲﻠﻋ ﻦﺑ ﻦﺴﳊا ﷺ ﷲ لﻮﺳر ﻞﺒﻗ لﺎﻗ ﻪﻨﻋ ﷲ ﻰﺿر ةﺮﻳﺮﻫ أ نأ

ﻦﻣ لﺎﻗ ﰒ ﷺ ﷲ لﻮﺳر ﻪﻴﻟا ﺮﻈﻨﻓ اﺪﺣأ ﻢﻬﻨﻣ ﺖﻠﺒﻗ ﺎﻣ ﺪﻟﻮﻟا ﻦﻣ ةﺮﺸﻋ ﱄ نا عﺮﻗﻷا لﺎﻘﻓ ﺎﺴﻟﺎﺟ

ﻢﺣﺮﻳ ﻻ ﻢﺣ ﺮﻳ ﻻ

  Artnya: Bahwa Abu Hurairah ra. berkata; “Rasulullah saw. pernah mencium Al Hasan sedangkan di samping beliau ada Al Aqra’ bin Habis At Tamimi sedang duduk, lalu Aqra’ berkata, “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium mereka sekali pun, maka

  18 Abu dawud Sulaiman bin Dawud bin al-jarudi al Thayalusi al Basori, Masnad Abi , Juz 4, h. 255.

  Dawud al Thayalusi 19 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Juz 3, h. 64.

  Rasulullah saw. memandangnya dan bersabda: “Barang siapa tidak

  20

  mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.” Untuk lebih jelasnya, fokus dan deskripsi penelitian dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut: No Fokus Penelitian Deskriptif Fokus Penelitian a. Cara menyuruh anak solat. b.Cara mensiapkan tempat tidur.

  c. Cara menghargai Anak. d.Mengajarkan halal dan haram 1. Pola Pembinaan Anak kepada anak.

  e. Cara memberi hukuman

  f. Cara menunjuk rasa kasih sayang.

  Hasil penerapan pembinaan karakter anak.

  2. anak menurut Rasulullah saw.

C. Rumusan Masalah

  Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka penulis memberi batasan terhadap pembahasan yang terpaparkan yaitu:

  1. Bagaimana pola pembinaan anak menurut Rasulullah saw. yang diterapkan pada masyarakat muslim Pattani Thailand?

  2. Bagaimana hasil penerapan pembinaan anak menurut Rasulullah saw. pada masyarakat muslim Pattani Thailand berdasarkan Rasulullah saw.?

20 Al-Bukhari, al-Jami’ al- Sahih, , h. 462.

  Juz. 1

  D . Kajian Pustaka

  Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti melaksanakan serangkaian kegiatan yang bertahap. Salah satu tahap yang harus dilalui adalah pengkajian bahan-bahan tertulis dari sumber-sumber kepustakaan, kemudian memakainya sebagai acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini dikenal sebagai kajian pustaka, dan merupakan suatu kegiatan yang penting dilakukan untuk peneliti.

  Pada umumnya peneliti melakukan kajian pustaka dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan sebelum ia melakukan penelitian dan tahapan selama peroses penelitian. Yang dimaksud dengan kajian pustaka adalah segala upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun segala informasi tertulis dan relevan dengan masalah yang diteliti. Informasi ini dapat diperoleh dari buku, laporan penelitian, karya ilmiah, tesis/disertasi, esinklopedia, buku tahunan, peraturan-

  21 peraturan, ketetapan-ketetapan, dan sumber-sumber lainnya.

  Survei kepustakaan yang sudah peneliti lakukan, menunjukkan hasil bahwasanya ada beberapa literatur buku dari pihak lain yang menunjukkan adanya kesesuaian tema dengan penelitian ini. Di antara karya ilmiah atau buku- buku yang mendukung kajian ini sebagai berikut:

  Pertama, skripsi Mucharom Syarifudin Zuhri yang berjudul

  “ Pembentukan Kepribadian Islami Melalui Metode Pembinaan Akhlak Anak

  

Menurut Al-Zhali”, di dalamnya terdapat proses pembinaan anak mempunyai

  peran penting dalam dunia pendidikan akan tetapi banyak permasalah dengan

  22 pola pembinaan akhlak anak dikarenakan oleh berbagai faktor. 21 Muh. Khalifah Mustami , Metode Penelitian Pendidikan , (Cet. I; Yogyakarta: Aynat Pulishing, 2015), h.19. 22 Mucharom Syarifuddin Zuhri, Pembentukan Kepribadian Islam Melalui Metode

Pembinaan Akhlak Anak Menurut Al-Zali, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah Sunan

  Kedua, skripsi Husniati yang berjudul “Pola Pembentukan Karakter Anak

Melalui Pendidikan Ramah Anak dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam”, di

  dalamnya terdapat Pengertian Anak dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003

  23 tentang perlindungan anak dan pengertian anak dalam Islam.

  Ketiga, skripsi Husniati yang berjudul “ Peranan Guru dan Orang Tua

  

dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SD Inpres 3/77 Masago”, di

  24 dalamnya terdapat dasar dalam pembinaan anak bagi orang tua.

  Keempat, disertasi Erwin Hafid yang berjudul “ Perspektif Hadis Nabi

  

saw. tentang Pembinaan Anak Usia Dini”, di dalamnya terdapat beberapa metode

  25 dan sifat pembinaan Nabi pada anak usia dini.

  Kelima, buku Ayu Agus Rianti yang berjudul “ Cara Rasulullah saw.

  

Mendidik Anak” di dalam buku ini terdapat cara orang tua menghormati anak

  serta contoh dari Rasulullah saw. agar anak menjadi seorang yang baik dan

  26 terdapat lagi cara orang tua menasihati anak dan waktu menasihati anaknya.

  Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka diketahui bahwa ada persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan ini yakni sama-sama membahas tentang pembinaan akhlak anak menurut Islam. Namun, tidak mengkhususkan pada pola pembinaan anak menurut Rasulullah saw. serta dalam lokasi penelitian yang dilakukan pada

  23 Husniati, Pola Pembentukan Karakter Anak Melalui Pendidikan Ramah Anak Dalam

Perspektif Pendidikan Agama Islam , Skripsi (Makassar: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin, 2013), h. xii. 24 Husniati, Peranan Guru dan Orang tua Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di

  

SD Inpres 3/77 Masago , Skripsi, (Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar 2014), h. xii. 25 Erwin Hafid Perspektif Hadis Nabi saw. Tentang Pembinaan Anak usia dini, Disertasi,(Program Pasjasarjana UIN Alauddin Makassar 2016), h. xii. 26 Ayu Agus Rianti, Cara Rasulullah saw. Mendidik anak (Percetakan PT Gramedia, penelitian ini yaitu pada daerah minoritas Muslim di Thailand, provinsi Pattani Thailand Selatan.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan Penelitian

  a. Untuk mengetahui pola pembinaan anak menurut Rasulullah saw. yang diterapkan pada masyarakat muslim Pattani Thailand.

  b. Untuk mengetahui hasil penerapan pembinaan anak di masyarakat muslim Pattani Thailand yang berdasarkan Rasulullah.

  2. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat penelitian ini adalah:

  a. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pola pembinaan anak menurut Rasulullah saw.

  b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapakan dapat memberi petunjuk dan memberi pemahaman yang baik tentang pola pembinaan anak, dan penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap efektivitas pola pembinaan anak menurut Rasulullah saw. pada Masyarakat Muslim Pattani Thailand.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Pola Pembinaan Anak

1. Pengertian Pola Pembinaan

  Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pola berarti gambar, contoh

  27

  dan model. Adapun pembinaan adalah usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik. Menurut Arifin pembinaan yaitu usaha manusia secara sadar untuk membimbing dan mengarahkan kepribadian serta kemampuan anak, baik dalam pendidikan formal

  28

  maupun non formal. Pembinaan memberikan arah penting dalam masa perkembangan anak, khususnya dalam perkembangan sikap dan prilaku. Untuk itu, pembinaan bagi anak-anak pasti sangat diperlukan sejak dini guna memberikan arah dan penentuan pandangan hidupnya, pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang di buat secara khusus, atau melalui

  29 interaksi dalam lingkungan sosial.

  Pola pembinaan pada dasarnya diciptakan untuk menjalin hubungan sehari-hari dengan anak-anak asuh. Pola pembinaan disertai tindakan dari lembaga atau pengasuh untuk membentuk anak. Pola pembinaan merupakan cara atau teknik yang dipakai oleh lembaga atau pengasuh di dalam mendidik dan

  30 membimbing anak-anak asuhnya agar kelak menjadi orang yang berguna. 27 Departeman Pendidikan Nasional, , (Jakarta : Pusat Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa, 2008), h. 1197. 28 M Arifin, (Jakarta: Bulan Bintang, 2008),

  Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama h. 30. 29 Abuddin Nata, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 167. 30 Akhlak Tasawuf, Sudarsono, , h. 148. Pola pembinaan juga merupakan suatu untuk menjalankan peran orang tua, cara orang tua menjalankan peranan yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak dapat menghadapi kehidupan yang akan datang sukses, sebab di dalam keluarga yang merupakan kelompok sosial dalam kehidupan individu, anak akan belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan interaksi dengan kelompok.

  Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan apa yang sudah ada kepada yang lebih (sempurna) baik dengan melalui pemeliharaan dan bimbingan terhadap apa yang sudah ada (yang sudah dimiliki). Serta juga dengan mendapatkan hal yang belum dimilikinya yaitu pengetahuandan kecakapan yang baru. Jenis-jenis pola pembinaan terdapat beberapa jenis, yaitu: a. Pola pembinaan yang otoriter

  Menurut Enung ada beberapa pendekatan yang diikuti orang tua dalam berhubungan dan mendidik anak-anaknya salah satu di antaranya adalah sikap dan pendidikan otoriter. Pola pembinaan otoriter ditandai dengan ciri-ciri sikap orang tua yang kaku dan keras dalam menerapkan peraturan-peraturan maupun disiplin. Orang tua bersikap mamaksa dengan selalu menuntut kepatuhan anak agar bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh orang tuanya. Karena orang tua tidak mempunyai pegangan mengenai cara bagaimana mereka harus mendidik, maka timbullah berbagai sikap orang tua yang mendidik menurut apa yang dianggap terbaik oleh mereka sendiri, diantaranya adalah dengan hukuman dan sikap acuh tak acuh, sikap ini dapat menimbulkan ketegangan dan ketidak

  31 nyamanan, sehingga memungkinkan kericuhan didalam rumah. 31 Enung Fatimah (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 85 b. Pola pembinaan yang permisif Dalam pola pembinaan ini anak diberi kebebasan yang penuh dan diijinkan membuat keputusan sendidiri tanpa mempertimbangkan orang tua serta bebas apa yang diinginkan. Pola asuh permisif dikatakan pola asuh tanpa disiplin sama sekali. Orang tua enggan bersikap terbuka terhadap tutuntan dan pendapat yang

  32 dikemukakan anak.

  c. Pola pembinaan yang Demokratis Hurlock berpendapat bahwa pola pembinaan demokratis adalah salah satu teknik atau cara mendidik dan membimbing anak, di mana orang tua atau pendidik bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat yang dikemukakan anak, kemudian mendiskusikan hal tersebut bersama-sama. Pola ini lebih memusatkan perhatian pada aspek pendidikan dari pada aspek hukuman, orang tua atau pendidik memberikan peraturan yang luas serta memberikan penjelasan

  33 tentang sebab diberikannya hukuman serta imbalan tersebut.

2. Dasar Pembinaan Anak Anak adalah anugerah terindah sekaligus amanah yang Allah swt.

  berikan kepada setiap orang tua. Sebagai anugerah, orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya, agar mereka tumbuh menjadi anak yang sehat, baik jasmani maupun rohani, dan berakhlakul karimah serta memiliki intelegensi yang tinggi.

  Sedangkan sebagai amanah, maka anak semestinya dirawat dan dijaga serta dididik agar tidak terjerumus dalam lubang nestapa, jurang kehinaan, dan

  32 Enung Fatimah, , (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 85 33 Psikologi Perkembangan Hurlock, (Yogyakarta: UGM Press, 2006), h. 99.

  34

  bahkan tidak terjerumus pada api neraka. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam firmanNya QS al-Muna>fiqun/63: 9.

  

ُﻢُﻫ َﻚِﺌَﻟْو ُﺄَﻓ َﻚِﻟَذ ْﻞَﻌْﻔَـﻳ ﻦَﻣَو ِﱠ ا ِﺮْﻛِذ ﻦَﻋ ْﻢُﻛُد َﻻْوَأ َﻻَو ْﻢُﻜُﻟاَﻮْﻣَأ ْﻢُﻜِﻬْﻠُـﺗ َﻻ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ َ

َنوُﺮ ِﺳﺎَْﳋا

  Terjemahnya: Hai orang-orang beriman, jagalah hartamu dan anak-anakmu agar tidak melalaikan kamu dari mengingat Allah, siapa yang berbuat demikian maka

  

35

mereka itulah orang yang merugi.

  Anak dilahirkan dalam keadaan suci belum ada kotoran sama sekali. Jika ada kotoran-kotoran yang dimiliki pada anak itu, akan tergantung pada lingkungan utama yaitu orang tua. Sebagaimana sabda Nabi saw.

  ِﻪِﻧْﺎَﺴ ِﺠَُﳝ وَأ ِﻪِﻧاَﺮِﺼَﻨُـﻳ ْوَأ ِﻪِﻧاَدِﻮَﻬُـﻳ ُﻩاَﻮَـﺑَﺄَﻓ ِةَﺮْﻄِﻔْﻟا ﻰَﻠَﻋ ُﺪَﻟﻮُﻳ َﻻِإ ٍد ﻮُﻟُﻮَﻣ ْﻦِﻣ ﺎَﻣ