PERAN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK DALAM PROSES PEMBINAAN ANAK PIDANA (Studi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung)

  

PERAN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK

DALAM PROSES PEMBINAAN ANAK PIDANA

(Studi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung)

(Jurnal Skripsi)

  

Oleh

MARSHA ARINI PUTRI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

  

ABSTRAK

PERAN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK

DALAM PROSES PEMBINAAN ANAK PIDANA

(Studi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung)

Oleh

  

Marsha Arini Putri, Firganefi, Dona Raisa Monica

Email: marshaatma@gmail.com.

  Anak yang dijatuhi pidana di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) berhak memperoleh pembinaan, pembimbingan, pengawasan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan, serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, penyelenggaraan pendidikan, pelatihan keterampilan, pembinaan, dan pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah peran LPKA Kelas II Bandar Lampung dalam Proses Pembinaan Anak Pidana? (2) Apakah faktor-faktor yang mengambat peran LPKA Kelas II Bandar Lampung dalam Proses Pembinaan Anak Pidana?Pendekatan penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dan empiris. Narasumber penelitian terdiri dari Kasubsi Administrasi Pejabat Penegak Disiplin, Kasi Pembinaan LPKA Kelas II Bandar Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila. Prosedur pengumpulan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif.Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan: (1) Peran LPKA Kelas II Bandar Lampung dalam proses pembinaan anak pidanatermasuk dalam peran faktual, yang dilaksanakan dengan tahap pembinaan yaitu pembinaan tahap awal, pembinaa tahap lanjutan dan pembinaan tahap akhir. Jenis pembinaan meliputi pembinaan kepribadian (pembinaan kesadaran beragama dan pembinaan kesadaran berbangsa dan bemegara, pembinaan kesadaran hukum dan pembinaan kemampuan intelektual) serta pembinaan kemandirianmelalui program keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakat masing-masing anak pidana. (2) Faktor yang paling dominan menghambat peran LPKA Kelas II Bandar Lampung dalam proses pembinaan anak pidanaadalah faktor penegak hukum yaitu secara kuantitas masih terbatasnya Pembina Anak Pidana. Keterbatasan Pembina Anak Pidana ini menjadi menjadi penentu belum optimalnya berbagai program pembinaan dan pengawasan terhadap anak yang menjalani pemidanaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung. Saran penelitian ini adalah perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitas Pembina Anak Pidana dan dilengkapi sarana dan prasarana pembinaan terhadap anak pidana.

  Kata Kunci: Peran, LPKA, Anak Pidana

  

ABSTRACT

THE ROLE OF CHILD DEVELOPMENT INSTITUTIONIN GUIDANCE

PROCESS OF CRIMINAL CHILDREN

(Study at Child Development InstitutionClass II of Bandar Lampung)

  

Children who are criminally imprisoned in the Child Development Institution are entitled

to coaching, guidance, supervision, assistance, education and training, and other rights in

accordance with the provisions of legislation, education provision, skills training,

coaching and other rights fulfillment with the provisions of legislation by Child

Development Institution. The causes include the limitation of human resources builders

and infrastructure facilities. Problems in this research are: (1) How is the role of Child

Development Institution in guidanceprocess of criminal children? (2) What are the factors

that inhibit the role of Child Development Institution in guidanceprocess of criminal

children?The research approach used is juridical normative and empirical. The research

sources consisted of the Head of Administration Sub-Administration of Discipline

Enforcement, Head of Child Development at Child Development Institution Class II

Bandar Lampung and Lecturer of Criminal Law Division, Faculty of Law Unila. The data

collection procedure was done by literature study and field study. The data obtained are

then analyzed qualitatively.The result of the research and discussion shows: (1) The role

of Child Development Institution in guidanceprocess of criminal childrenincluded in the

factual role, which is carried out by the coaching stage, that is the early stage coaching,

the advanced stage development and the final stage coaching. The types of coaching

include personality building (religious awareness raising and awareness raising nation

and state, legal awareness raising and intellectual ability development) as well as self-

help through skills programs developed in accordance with the talents of each criminal

child. (2) The most factor inhibiting role of Child Development Institution Class II Bandar

Lampung in process of guidance of child of criminal is law enforcement factor that is in

the quantity is still limited of Criminal Child Pembina. Limitations of the Criminal Child

Coach become a determinant of the not optimal of the program of guidance and

supervision of children who are undergoing criminal punishment in Child Development

Institution Class II Bandar Lampung.

  Keywords: Role, Child Development Institution, Criminal Children

I. PENDAHULUAN

  Pemberlakuan Undang-Undang Nomor

  11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak merupakan suatu langkah nyata yang ditempuh oleh pemerintah dalam rangka memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi anak yang melakukan tindak pidana. Undang- undang ini didasarkan pada semangat tujuan pemidanaan yang berorintasi pada pembinaan terhadap anak sehingga kelak mereka menjadi anak baik serta tidak mengulangi kejahatannya.

  Tujuan dari sistem peradilan pidana yakni resosialiasi serta rehabilitasi anak (reintegrasi) dan kesejahteraan sosial anak tidak melalui keadilan restoratif dan diversi tidak menjadi substansi undang-undang tersebut. Hak-hak anak yang menjadi sorotan utama dalam proses ini adalah sebagai berikut; sebagai tersangka, hak-hak yang diperoleh sebagai tindakan perlindungan terhadap tindakan yang merugikan (fisik, psikologis dan kekerasan), hak untuk yang dilayani kerena penderitaan fisik, mental, dan sosial atau penyimpangan perilaku sosial; hak didahulukan dalam proses pemeriksaan, penerimaan laporan, pengaduan dan tindakan lanjutan dari proses pemeriksaan; hak untuk dilindungi dari bentuk-bentuk ancaman kekerasan dari akibat laporan dan pengaduan yang diberikan. Selain itu juga menimbulkan stigma yang jelek terhadap anak tersebut.

  upaya yang terencana dan terpadu untuk membentuk anak menjadi manusia yang taat pada hukum. Anak yang menyadari 1 kesalahannya dan menunjukkan perkembangan yang baik selama masa pembinaan diharapkan tidak kembali lagi melakukan tindak pidana atau perbuatan melanggar hukum. Jaksa dalam hal ini dapat meminta laporan atas perkembangan kepribadian anak selama menjalani masa pembinaan sebagai upaya untuk memperbaiki kepribadian anak. Hal ini sesuai dengan esensi yang terkandung dalam tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak adalah untuk memberikan perlindungan kepada anak dan menjamin kesejahteraan anak, meskipun ia berkonflik dengan hukum. Penjatuhan sanksi hukum terhadap anak harus benar-benar secara proporsionalitas, tidak hanya memberi sanksi yang berorientasi pada penghukuman (pidana penjara) semata, akan tetapi juga memberikan alternatif lain dalam bentuk pembinaan (treatment) sesuai dengan tujuan pemidanaan.

  2 Anak apabila terpaksa harus ditahan,

  maka penahanan tersebut harus di Rutan khusus anak, dan apabila terpaksa harus dipenjara maka harus ditempatkan di Lapas anak. Baik di Rutan maupun di Lapas, anak harus tetap bersekolah dan mendapatkan hakhak asasinya agar mereka dapat menyongsong masa depan yang cerah karena pengabaian terhadap hak-hak anak adalah juga pengabaian terhadap masa depan bangsa dan Negara. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menganut double track system, yaitu sistem dua jalur di mana selain mengatur sanksi pidana juga mengatur tindakan. Terkait dengan sanksi yang dijatuhkan 2 Moch. Faisal Salam, Hukum Acara

1 Pembinaan terhadap anak ini merupakan

  terhadap anak, UU Sistem Peradilan maupun dilihat dari sudut efektivitas dari Pidana Anak telah mengaturnya yaitu pidana penjara tersebut. dalam Pasal 71 yaitu pidana pokok terhadap anak yang melakukan tindak Berdasarkan Pasal 69 Ayat (2) Undang- pidana adalah pidana peringatan, pidana Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang dengan syarat, dan pidana tambahan Sistem Peradilan Pidana Anak berupa pemenuhan kewajiban adat serta (UUSPPA) seorang pelaku tindak pidana perampasan keuntungan yang diperoleh anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, dari tindak pidana. yaitutindakan, bagi pelaku tindak pidana yang berumur di bawah 14 tahun Kedudukan istimewa anak dalam hukum dan pidana, bagi pelaku tindak pidana itu dilandasi dengan pertimbangan yang berumur 15 tahun ke atas. bahwa anak adalah manusia dengan segala keterbatasan biologis dan Sanksi Tindakan yang dapat dikenakan psikisnya belum mampu kepada anak sebagaimana diatur dalam memperjuangkan segala sesuatu yang

  Pasal 82 UU SPPA: menjadi hak-haknya. Selain itu, juga a)

  Pengembalian kepada orang disebabkan karena masa depan bangsa tua/Wali; tergantung dari masa depan dari anak-

  b) Penyerahan kepada seseorang; anak sebagai generasi penerus. Oleh c)

  Perawatan di rumah sakit jiwa; karena itu, anak sebagai subjek dari d) di Lembaga

  Perawatan hukum negara harus dilindungi, Penyelenggara Kesejahteraan dipelihara dan dibina demi kesejahteraan Sosial anak itu sendiri.Adapun substansi yang e)

  Kewajiban mengikuti pendidikan diatur dalam UU SPPA antara lain formal dan/atau pelatihan yang mengenai penempatan anak yang diadakan oleh pemerintah atau ditempatkan di Lembaga Pembinaan f) surat izin

  Pencabutan

3 Khusus Anak (LPKA). mengemudi; dan/atau

  g) Perbaikan akibat tindak pidana. Bentuk perlindungan hukum dalam pelaksanaan pidana dalam perspektif Sanksi pidana yang dapat dikenakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 kepada pelaku tindak pidana anak tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terbagi atas Pidana Pokok dan Pidana didasarkan pada konsep bahwa pidana Tambahan yang diatur dalam Pasal 71 penjara (perampasan kemerdekaan) saat UU SPPA: ini banyak mendapat kritik karena (1)

  Pidana Pokok terdiri atas: pidana penjara membawa efek-efek a.

  Pidana peringatan; negatif, efek negatif pidana penjara b.

  Pidana dengan syarat, yang sehubungan dengan efek negatif dengan terdiri atas: pembinaan di luar dirampasnya kemerdekaan seseorang, lembaga, pelayanan masyarakat, atau pengawasan; c. 3 Pelatihan kerja;

  Nandang Sambar, Pembaruan Sistem d.

  Pembinaan dalam lembaga;

  Pemidanaan Anak di Indonesia , Graha Ilmu,

  (2) Pidana Tambahan terdiri dari: a.

  Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau b.

  Pemenuhan kewajiban adat. Sesuai dengan ketentuan Pasal 71 Ayat (1) huruf (d) UU SPPA di atas maka salah satu bentuk pemidanaan terhadap anak adalah pembinaan dalam lembaga, yaitu Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-

  09.OT.01.02 Tahun 2014 tentang Penetapan sementara Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara sebagai Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Tugas pokok LPKA adalah adalah melaksanakan tujuan pengayoman danpembinaan anak pidana melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul: peran Lembaga Pembinaan Khusus Pidana (Studi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung) Permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah peran Lembaga

  Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dalam Proses Pembinaan Anak Pidana? b. Apakah faktor-faktor yang mengambat peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dalam Proses Pembinaan Anak Pidana?

  Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. studi pustaka dan studi lapangan.

  Analisis data dilakukan secara kualitatif.

  II. PEMBAHASAN A. Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dalam Proses Pembinaan Anak Pidana

  Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dalam proses pembinaan anak pidana termasuk dalam peran faktual, yaitu peran yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata. 4 Peran faktual ini dilaksanakan oleh LPKA dengan didasarkan pada adanya fakta anak pidana yang ditempatkan di dalam LPKA.

  Berdasarkan data pada Lembaga Bandar Lampung diketahui bahwa jumlah anak pidana pada Tahun 2017 adalah 222 anak, terdiri dari 35 anak berstatus sebagai tahanan dan 187 anak berstatus sebagai narapidana. Seluruh anak bermasalah hukum tersebut merupakan anak yang mendapatkan binaan dari LPKA Kelas II Bandar Lampung.

  Pembinaan anak pidana harus berorientasi pada nilai kemanusiaan harus sesuai dengan perlindungan anak pidana. Pembinaan anak pidana harus 4 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. memiliki program yang harus dapat memanusiakan anak, mengasuh, membina, membimbing anak pidana. Pembinaan anak pidana harus berorientasi pada nilai kemasyarakatan menurut penulis sesuai dengan penyelenggaraan perlindungan anak. Para pihak yaitu negara, Pembina atau petugas, keluarga, dan masyarakat harus rela berkorban demi terselenggaranya perlindungan dan pemenuhan hak anak pidana. Hal ini merupakan wujud dari nilai Persatuan Indonesia. Berkaitan dengan nilai demokratik, pembinaan anak pidana harus sesuai dengan nilai dan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat dalam rangka perlindungan anak, mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak.

  Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor

  12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, proses ini meliputi: a.

  Penerimaan anak pidana Pada tahap ini anak pidana yang telah diputus untuk menjalani Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung, diterima oleh petugas LPKA, penerimaan dilakukan oleh anggota regu jaga yang sedang bertugas di pintu gerbang untuk selanjutnya mengantarkan kepada kepala regu jaga. Kemudian dilakukan penelitian surat-surat kelengkapan terpidana, barang-barang bawaan. Pada proses ini juga dilaksanakan penggeledahan terhadap barang-barang bawaan maupun badan terpidana untuk memastikan tidak ditemukan barang- barang terlarang dan tidak diijinkan dibawa ke dalam blok hunian. Setelah proses ini selesai, terpidana diantarkan ke petugas pendaftaran atau registrasi untuk didaftar.

  b.

  Pendaftaran Anak Pidana Pada proses ini dilakukan pendaftaran yang meliputi: 1)

  Pencatatan meliputi: (a)

  Putusan Pengadilan (b) Jati diri (c)

  Barang dan uang bawaan 2)

  Pemeriksaan kesehatan 3)

  Pembuatan pas foto 4)

  Pengambilan sidik jari Pembuatan berita acara serah terima terpidana c.

  Penempatan anak pidana Pada proses ini terpidana ditentukan penempatannya baik blok maupun selnya. Penempatan dilakukan dengan memperhatikan penggolongan terpidana. Dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dilakukan penggolongan atas dasar umur, lama pidana yang dijatuhkan, jenis dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.

  Proses penerimaan, pendaftaran dan penempatan sangat penting dalam rangka pembinaan anak pidana dan keberhasilan pembinaan yang akan dijalankan di dalam LPKA. Demikian juga pada proses penempatan, harus benar-benar diperhatikan ketentuan- ketentuan dan kriteria atau penggolongan dalam penempatannya.

  Pembinaan anak pidana di LPKA Kelas

  II Bandar Lampung merupakan suatu proses yang dijalankan berdasarkan waktu dan hasil pembinaan yang dijalani secara bertahap. Pentahapan ini sangat berguna dalam rangka usaha pembinaan anak pidana untuk proses perbaikan, di mana dengan proses ini anak pidana akan mendapat suatu perlakuan dan kondisi sesuai dengan keadaan dan hasil positif yang diperoleh di setiap tahap.

  Metode penyelenggaraan pembinaan dengan sistem pemasyarakatan merupakan hal penting yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pemasyarakatan. Bambang Poernomo menyatakan bahwa: Segala upaya berpikir dalam pemasyarakatan merupakan metodologi penyelenggaraan bimbingan dan pembinaan dengan cara tertentu bagi kepentingan masyarakat dan individu yang bersangkutan, serta mempergunakan akal kritis melalui upayaupaya tertentu, misalnya asimilasi, integrasi, pendidikan, latihan kerja, keterampilan dan lain-lainnya. Dalam upaya pelaksanaan pembinaan anak pidana yang bertujuan untuk berdasarkan keinsafan atau kesadaran dan sekaligus melindungi kepentingan masyarakat, yang berdasarkan Pancasila, prinsip Pemasyarakatan dan nilai-nilai kemanusiaan, maka perlu dibuat suatu metode pelaksanaan pembinaan anak pidana di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung. LPKA Kelas II Bandar Lampung melaksanakan berbagai bentuk pembinaan kepada anak pidana yang meliputi:

  Kepribadian yang meliputi: (a)

  Pembinaan Kesadaran Beragama (b)

  Pembinaan Kesadaran Berbangsa Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bemegara Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bemegara dilakukan dengan tujuan memberikan pengertian tentang kehidupan berbangsa, taat pada pemerintah sehingga diharapkan anak pidana kelak ketika bebas menjadi warga negara yang baik yang taat kepada pemerintah dan tidak mengulangi kejahatannya di masa mendatang.

  (c) Pembinaan Kesadaran Hukum

  Pembinaan Kesadaran Hukum Pembinaan kesadaran hukum dilakukan dengan tujuan untuk menyadarkan anak pidana akan pentingnya hukum, sehingga anak pidana diharapkan untuk mengerti akan hukum dan tujuan hukum, agar ketika bebas nanti anak pidana tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar hukum lagi. Kegiatan pembinaan kesadaran hukum di Lampung meliputi penyu-lahan hukum seperti ceramah, diskusi, seminar dan simulasi hukum. (d)

  Pembinaan Kemampuan

  Intelektual (Kecerdasan) Pembinaan Kemampuan Intelektual (Kecerdasan) Pembinaan ini diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir anak pidana, kegiatan ini seharusnya diterapkan melalui pendidikan formal dan non formal.

  Pendidikan formal yang dapat diberikan seperti, pendidikan agama, budi pekerti, membaca dan menulis dan lain sebagainya.

1. Pembinaan

  formal diberikan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan, misalnya dalam bentuk pelatihan keterampilan.

  2. Pembinaan Kemandirian, diberikan melalui program-program: (a)

  Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri dan industry kecil Pembinaan keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil ini diharapkan kelak anak pidana bisa ikut berpartisipasi di dalam industri kecil. Keterampilan yang diberikan dapat berupa kegiatan keterampilan memasak dan membuat kue. (b)

  Keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing Dalam hal pemberian keterampilan sesuai bakatnya, pembinaan yang diberikan bagi anak pidana haruslah diusahakan perkembangannya, terlebih lagi penyaluran bakatnya.

  Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dalam hal pembinaan kemandirian bagi anak pidana, telah berupaya memanfaatkan semua sumber yang ada seperti sarana dan prasarana yang ada, termasuk kualitas anak pidana yaitu dengan memanfaatkan anak pidana yang memiliki keahlian lebih dalam keterampilan tertentu untuk menyalurkannya dalam bentuk berbagi pengetahuan dengan anak pidana lainnya. Upaya agar pembinaan bisa berjalan secara optimal maka diharapkan pihak Lembaga Pembinaan Khusus menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang dalam pembinaan anak pidana. Disamping itu penerapan pembinaan harus tetap berjalan walaupun jumlah anak pidana sedikit mengingat tujuan pemidanaan adalah untuk menyadarkan anak pidana agar menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, dan taat kepada hukum.

  Berdasarkan uraian para narasumber di atas maka penulis menganalisis bahwa peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dalam proses pembinaan anak pidana termasuk dalam peran faktual, yaitu peran yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.

  5 Peran

  faktual tersebut dilaksanakan tahap pembinaan yaitu pembinaan tahap awal, pembinaa tahap lanjutan dan pembinaan tahap akhir. Jenis pembinaan meliputi kesadaran beragama dan pembinaan kesadaran berbangsa dan bemegara, pembinaan kesadaran hukum dan pembinaan kemampuan intelektual) serta pembinaan kemandirianmelalui program keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakat masing-masing anak pidana yang ada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung.

  B. Faktor-Faktor yang Mengambat Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dalam Proses Pembinaan Anak Pidana 5

1. Faktor Perundang-Undangan

  Praktek menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Oleh karena itu suatu tindakan atau kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan tersebut tidak bertentangan dengan hukum.

  7

  faktor substansi hukum yang menghambat pembinaan terhadap anak pidana adalah di LPKA Kelas II A Bandar Lampung adalah masih belum adanya petunjuk pelaksanaan secara teknis mengenai pembinaan terhadap anak pidana. LPKA Kelas II Bandar Lampung didirikan pada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-

  09.OT.01.02 Tahun 2014, sehingga masih relatif baru. Hal ini berdampak pada belum optimalnya penyelenggaraan pendidikan, pelatihan keterampilan, pembinaan, dan pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan oleh LPKA.

  Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau 6 Soerjono Soekanto. Op.Cit.hlm.8 7 Hasil Wawancara dengan Ade Chandra Irawan selaku Kasubsi Administrasi Pejabat Penegak

  Disiplin, LPKA Kelas II Bandar Lampung.

  kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus terasa dan terlihat serta harus diaktualisasikan.

  8 Menurut Ade Chandra Irawan

  9

  faktor penegak hukum yang menghambat adalah masih terbatasnya kuantitas Pembina Anak Pidana di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung. Berkaitan dengan kualitas dan kuantitas para petugas/pembina yang masih kurang, dilakukan dengan upaya meningkatkan kemampuan/keterampilan mereka melalui pendidikan dan pelatihan- pelatihan (diklat). Selain itu pula menganjurkan dan memberikankesempatan seluas-luasnya kepada para petugas pembina maupun para pegawai lembaga pada umumnya untuk meningkatkan pendidikannya. Dengan pendidikan yang lebih memadai itu diharapkan pengetahuan dan keterampilan mereka semakin bertambah, sehingga dengan sendirinya kualitasnya semakin baik pula.

6 Menurut Ade Chandra Irawan

  3. Faktor Sarana dan Fasilitas Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak 8 Soerjono Soekanto. Op.Cit.hlm.9 9 Hasil Wawancara dengan Ade Chandra Irawan selaku Kasubsi Administrasi Pejabat Penegak

2. Faktor Penegak Hukum

  Disiplin, LPKA Kelas II Bandar Lampung. mungkin menjalankan peranannya sebagaimana mestinya.

10 Menurut Auda Irwanda Putra

  11

  faktor sarana dan fasilitas yang menghambat pembinaan terhadap anak pidana adalah masih terbatasnya ketersediaan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembinaan sehingga menghambat Pembina Anak Pidana melaksanakan tugas dengan sebaik- baiknya.Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pembinaan sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembinaan terhadap anak pidana. Data penelitian menunjukkan bahwa sarana kesehatan yang ada di klinik LPKA Kelas IIA Bandar Lampung masih sangat terbatas dan tenaga kesehatan yang bertugas juga kurang optimal yaitu hanya ditempatkan satu orang perawat jaga, sehingga apabila anak pidana yang sakit keras dan membutuhkan perawatan intensif maka pihak Lapas akan merujuk anak pidana tersebut ke rumah sakit. Hal ini tentunya tidak ideal, sebab seharusnya ada petugas dokter jaga yang ditempatkan di Lapas dan peralatan medis juga harus disediakan secara memadai untuk mengantisipasi hal-hal yang bersifat mendesak (emergency). Berbagai peralatan teknis yang secara langsung dipergunakan dalam kegiatan pembinaan terhadap anak pidana seperti peralatan komunikasi, transportasi dan teknologi informasi (komputer, faximili, intemet dan sebagainya). Selain itu tersedia berbagai perangkat praktik keterampilan bagi anak pidana, seperti mesin jahit, 10 Soerjono Soekanto. Op.Cit.hlm.9 11 Hasil Wawancara dengan Auda Irwanda Putra selaku Kasi Pembinaan LPKA Kelas II Bandar mesin obras dan alat masak memasak. Tersedia pula modul-modul pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan anak pidana mengenai pentingnya kesadaran hukum.

  4. Faktor Masyarakat Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan hukum. Sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat. Bagian yang terpenting dalam menentukan penegak hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik. Sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan penegakan hukum yang baik.

  12 Menurut Auda Irwanda Putra

  13

  faktor masyarakat yang menghambat pembinaan terhadap anak pidana adalah adanya pandangan negatif masyarakat terhadap anak pidana yang telah dibebaskan dan kembali ke masyarakat, sehingga mantan anak pidana dijauhi atau dihindari. Padahal mantan anak pidana seharusnya mendapatkan santunan dan perhatian agar mereka tidak mengulangi perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan diri mereka sendiri, orang lain, bangsa dan negara.

  Berdasarkan uraian para narasumber di atas maka penulis menganalisis bahwa faktor yang paling dominan menghambat peran Lembaga Pembinaan Khusus 12 Soerjono Soekanto. Op.Cit.hlm.10 13 Hasil Wawancara dengan Auda Irwanda Putra selaku Kasi Pembinaan LPKA Kelas II Bandar Anak Kelas II Bandar Lampung dalam proses pembinaan anak pidanaadalah faktor penegak hukum yaitu secara kuantitas masih terbatasnya Pembina Anak Pidana. Keterbatasan Pembina Anak Pidana ini menjadi menjadi penentu belum optimalnya berbagai program pembinaan dan pengawasan terhadap anak yang menjalani pemidanaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung.

  Pembina Anak Pidana mempunyai peran yang cukup strategis dalam mengimplementasikan usaha pemerintah dalam memberikan pembinaan yang efektif kepada anak pidana. Pembinaan ini memerlukan kerja keras dari Pembina Anak Pidana untuk bisa mengetahui minat dan kebutuhan belajar mereka, paling tidak mereka harus mengenal dirinya sendiri. Hak merupakan tugas dari Pembina Anak Pidana untuk mengantarkan mereka agar bisa mengenal diri sendiri. Setelah itu, seorang anak pidana diarahkan ke bentuk pembinaan yang sesuai dengan dirinya. Dengan demikian diharapkan proses pembinaan akan berjalan lancar dan dapat memenuhi sasaran yang diinginkan. Salah satu materi pembinaan yang diberikan Pembina Anak Pidana dalam melakukan bimbingan kepada anak pidana adalah kesadaran beragama, dengan tujuan agar anak pidana dapat meningkatkan kesadaran terhadap agama yang mereka anut. Hal ini selaras dengan hakikat agama sebagai pedoman hidup yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia dengan tujuan supaya manusia dalam hidupnya dapat mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Dengan meningkatnya kesadaran terhadap agama, maka dengan sendirinya akan muncul kesadaran dalam diri anak pidana sendiri bahwa apa yang mereka lakukan dimasa lalu adalah perbuatan yang tidak baik dan akan berusaha merubahnya ke arah yang lebih baik. Bimbingan kepada anak pidana dengan materi pembinaan agama ini sangat penting karena era modern sekarang ini ini membawa perubahan-perubahan yang sangat besar bagi masyarakat. Kehidupan manusia telah dipolakan dengan ilmu pengetahuan yang kering dari nilai-nilai spriritual, sehingga dikhawatirkan kemajuan ilmu pengetahua dan teknologi tersebut justru akan menghilangkan kekayaan rohaniah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dapat memberikan manfaat tetapi juga dapat membawa mudharat bagi perkembangan masyarakat. Dengan teknologi komunikasi dalam waktu yang singkat masyarakat akan memperoleh berbagai informasi dari seluruh penjuru sehingga akan menambah wawasan dan pengetahuan, tetapi dalam waktu yang sama masyarakat juga disuguhkan dengan berbagai informasi pendangkalan akidah, perubahan cara berpikir dan mengikis akhlak oleh faham matrialisme, liberalisme-kapitalis yang sering kali kering oleh nila-nilai agama, kebenaran dan kebaikan. Bimbingan agama dapat mempengaruhi perilaku anak pidana yang sebelum masuk LPKA dan diberi pembinaan kesadaran beragama, sebelumnya hidup anak pidana tidak terikat oleh nilai-nilai agama sehingga berbuat sesuka hati, tetapi setelah mendapat pembinaan agama hidupnya jadi punya arah dan tujuan, jadi lebih tahu tentang agama dan selalu takut untuk berbuat yang dilarang oleh agama.

  Sistem pemasyarakatan bertujuan untuk mempersatukan anak pidana sebagai manusia yang tersesat kembali ke kehidupan masyarakat secara wajar. Anak pidana sebagai salah satu bagian dari seluruh anak pidana yang ada pada akhirnya akan kembali ke dalam kehidupan di masyarakat, oleh karena itu mereka dipersiapkan secara penuh melalui proses pembinaan dan pembimbingan supaya tidak mengulangi kekeliruan yang dahulu mereka lakukan. Jika dilihat dari proses pembinaan oleh Pembina LPKA dapat dikatakan bahwa proses pembinaan itu berjalan efektif.

  Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dalam proses pembinaan anak pidanatermasuk dalam peran faktual, yang dilaksanakan dengan tahap pembinaan yaitu pembinaan tahap pembinaan tahap akhir. Jenis pembinaan meliputi pembinaan kepribadian (pembinaan kesadaran beragama dan pembinaan kesadaran berbangsa dan bemegara, pembinaan kesadaran hukum dan pembinaan kemampuan intelektual) serta pembinaan kemandirianmelalui program keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakat masing-masing anak pidana.

  Pembinaan terhadap anak ini merupakan upaya yang terencana dan terpadu untuk membentuk anak menjadi manusia yang taat pada hukum. Anak yang menyadari kesalahannya dan menunjukkan masa pembinaan diharapkan tidak kembali lagi melakukan tindak pidana atau perbuatan melanggar hukum.

  2. Faktor-faktor yang menghambat peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung dalam proses pembinaan anak pidanaterdiri dari (a) faktor perundang-undangan, yaitu belum adanya petunjuk teknis mengenai pembinaan terhadap anak pidana, (b) Faktor penegak hukum, yaitu secara kuantitas masih terbatasnya Pembina Anak Pidana(c) Faktor Sarana dan Fasilitas, yaitu masih terbatasnya sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembinaan.(d) Faktor Masyarakat, yaitu masih adanya sikap negatif masyarakat terhadap mantan anak pidana yang telah dibebaskan dan kembali ke masyarakat. Faktor yang paling dominan menghambat peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak proses pembinaan anak pidanaadalah faktor penegak hukum yaitu secara kuantitas masih terbatasnya Pembina Anak Pidana. Keterbatasan Pembina Anak Pidana ini menjadi menjadi penentu belum optimalnya berbagai program pembinaan dan pengawasan terhadap anak yang menjalani pemidanaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung.

III. PENUTUP A. Simpulan 1.

  B. Saran 1.

  Perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitas Pembina Anak Pidana agar program dan jenis-jenis pembinaan Indonesia , Mandar Maju, yang telah ditetapkan akan dapat Bandung terlaksana secara optimal, sehingga anak pidana setelah keluar dari Sambar, Nandang. 2013. Pembaruan LPKA memiliki kepribadian dan Sistem Pemidanaan Anak di keterampilan yang baik. Indonesia , Graha Ilmu,

  2. dilengkapi sarana dan Yogyakarta Perlu prasarana pembinaan terhadap anak pidana baik sarana dan prasarana Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi yang berkaitan dengan pembinaan

  Suatu Pengantar . Rajawali

  kepribadian (pembinaan kesadaran Press. Jakarta. beragama dan pembinaan kesadaran berbangsa dan bemegara, pembinaan

  Soetodjo,Wagiati. 2006. Hukum Pidana kesadaran hukum dan pembinaan

  Anak , Refika Aditama, Bandung

  kemampuan intelektual) serta Pembinaan kemandirian, sehingga para anak pidana dapat memanfaat berbagai fasilitas tersebut dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

  Reksodiputro, Mardjono. 1994. Sistem

  Peradilan Pidana IndonesiaMelihat Kejahatan dan Penegakan Hukum dalam

  Keadilan dan Pengabdian Hukum Jakarta. Rosidah,Nikmah. 2014. Budaya Hukum Hakim Anak di Indonesia .

  Penerbit Pustaka Magister, Semarang

  Sambar,Nandang. 2013. Pembaruan

  Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia , Graha Ilmu,

  Yogyakarta Salam,Moch. Faisal. 2005. Hukum Acara

  Perlindungan Anak di