POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN KARAKTER ANAK ASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) MUHAMMADIYAH TUNTANG TAHUN 2018 SKRIPSI

  POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN KARAKTER ANAK ASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) MUHAMMADIYAH TUNTANG TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Arif Dwi Susianto NIM. 111-14-172 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

  

MOTTO

ِرْصَعْلاَو ﴿ ١ ﴾ ٍرْسُخ يِفَل َناَسنِْلْا َّنِإ ﴿ ٢ ﴾ ِتاَحِلاَّصلا اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّلَِّإ ِرْبَّصلاِب اْوَصاَوَ تَو ِّقَحْلاِب اْوَصاَوَ تَو ﴿ ٣ ﴾

  

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati

supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran.”(Q.S Al-Asr: 1-3).

KATA PENGANTAR هتاكربو اللهةمحرو نكيلع م لاّسلا

  Alhamdulillah Robil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT

  yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba- Nya yang lemah tiada daya dan kekuatan kecuali atas ijin dari-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pola

  Kepemimpinan Pengasuh Dalam Pembentukan Karakter Anak Asuh Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah

  Tuntang” Shalawat berbingkai salam semoga senantiasa tercurah kepada seorang tokoh revolusioner, seorang pemimpin yang tak berdasi, beliau adalah habibana wanabiyana Muhammad saw, sebagai nabi akhir zaman yang mampu memberikan syafa‟at kepada seluruh umatnya. Besar harapan agar dapat menjadi salah satu golongan umat yang mendapat syafa‟atnya di hari kiamat nanti. Amin.

  Dalam penulisan skripsi ini, banyak sekali ujian dan cobaan yang penulis hadapi. Namun berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi M.Pd, Ketua IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi M.Pd, Ketua Dekan Tarbiyah IAIN Salatiga

  ABSTRAK Susianto, Arif Dwi. 2018. Pola Kepemimpinan Pengasuh dalam Pembentukan

  Karakter Anak Asuh di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Tuntang . Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi

  Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Bahroni, M.Pd.

  Kata Kunci: Pola Kepemimpinan dan Karakter Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepemimpinan pengasuh dalam pembentukan karakter pada anak asuh di LKSA

  Muhammadiyah Tuntang. Tujuan ini penulis ambil berdasarkan latar belakang anak asuh di LKSA tersebut yang karakternya masih kurang jika dilihat dari perilaku mereka sehari-hari. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Pola kepemimpinan seperti apa yang pengasuh terapkan. (2) Bagaimana karakter anak asuh. (3) Bagaimana pengasuh membentuk karakter anak asuh. (4) Hambatan apa saja yang dialami.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field

  research) dengan metode kualitatif. Teknik dalam pengumpulan data

  adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah pengasuh dan anak asuh LKSA.

  Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) kepemimpinan yang diterapkan pengasuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang adalah demokratis yang tegas. Apapun yang dilakukan pengasuh atas persetujuan dari pengurus dan dalam mendidik anak tegas. (2) Karakter yang dimiliki anak asuh adalah rendah dalam hal akhlak dan kedisiplinan dikarenakan keadaan anak yang masih labil, masih mengikuti kehendaknya sendiri sehingga tanggungjawabnya belum ada. (3) Dalam pembentukan karakter pengasuh menerapkan pendidikan akhlak dan kedisiplinan yang harus menjadi kebiasaan anak asuh agar ketika kembali ke lingkungan masing-masing bisa menjadi anak yang bermanfaat. (4) Hambatan bagi pengasuh dalam pembentukan karakter adalah anak yang sulit diatur yang memiliki usia dan latar belakang berbeda baik dari orang tua, lingkungan maupun orang lain, maka pengasuh bertindak tegas bagi siapapun, terutama dalam pemberian hukuman bagi mereka yang menghambat menuju kebaikan.

  DAFTAR ISI

  JUDUL ......................................................................................................... i LEMBAR BERLOGO .................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. v MOTTO ........................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii ABSTRAK ................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang.................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8 E. Definisi Operasional ......................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 11 BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 13 A. Pengertian Kepemimpinan…. ........................................................... 13 B. Pola Kepemimpinan........................................................................... 18

  D.

  Pendidikan Karakter………………………………………………... 25 E. Pengasuh dan Anak Asuh…….......................................................... 27 F. Lembaga Kesejahteraan SosialAnak (LKSA)…............................... 27 G.

  Kajian Terdahulu……………........................................................... 29

  BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31 A. Jenisdan Pendekatan………………................................................ 31 B. Lokasi dan Waktu…………………..…........................................... 32 C. Kehadiran Peneliti……… ……………………………………........ 33 D. Sumber Data….…………................................................................ 33 E. Prosedur Pengumpulan Data……..................................................... 34 F. Analisis Data…………………………............................................. 37 G. Pengecekan Keabsahan Data............................................................. 39 BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA…… .................................... 40 A. Gambaran Umum LKSA……………………………....................... 40 1. Letak Geografis……………………………………………….... 40 2. Visidan Misi……………………................................................ 40 3. Struktur Kepengurusan…............................................................ 41 4. Saranadan Fasilitas…….............................................................. 42 5. Daftar Anak Asuh……………………………............................ 43 6. Jadwal Harian………………………........................................... 44 7. Jadwal Piket……......................................................................... 45 B. Hasil Temuan Penelitian……………………………........................ 47

  2. Karakter Anak Asuh LKSA......................................................... 50 3.

  Kepemimpinan Pengasuh dalam Membentuk Karakter Anak Asuh............................................................................................ 53 4. Hambatan dalam Membentuk Karakter Anak............................ 55 C. Analisis Data..................................................................................... 58 1.

  Pola Kepemimpinan Pengasuh LKSA........................................ 59 2. Karakter Anak Asuh LKSA......................................................... 60 3. Kepemimpinan Pengasuh dalam Membentuk Karakter Anak.... 62 4. Hambatan dalam Membentuk Karakter Anak............................. 64

  BAB V PENUTUP ....................................................................................... 66 A. Kesimpulan ....................................................................................... 66 B. Saran ................................................................................................. 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Transkrip Wawancara Lampiran 2 : Dokumentasi Lampiran 3 : Tata Tertib Lampiran 4 : Surat Ijin Melakukan Penelitian Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Lampiran 6 : Daftar Nilai SKK Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah A. Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan Allah SWT

  berbeda dengan makhluk yang lain. Namun dengan kesempurnaan itu manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, manusia dituntut untuk berfikir. Di sisi lain Allah SWT juga menyuruh hamba-Nya untuk beribadah sebagaimana yang telah dituliskan dalam Al-

  Qur‟an surat Al-Dzariyat ayat 56:

   ِنوُدُبْعَ يِل َّلَِّإ َسْنِْلْاَو َّنِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan mereka beribadah kepada-

  Ku”.

  Dalam perspektif ayat ini, tujuan manusia muslim adalah beribadah kepada Allah SWT, yaitu melakukan segala amal perbuatan yang tidak dilarang agama dan diniatkan untuk beribadah mencari ridho Allah SWT.

  Berkaitan dengan kepemimpinan, manusia dalam hal ini telah disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30:

   ۖ ًةَفيِلَخ ِضْرَْلْا يِف ٌلِعاَج يِّنِإ ِةَكِئ َلََمْلِل َكُّبَر َلاَق ْذِإَو

  Dan ingatlah ketika Allah berkata kepada malaikat, sesungguhnya

  Aku (akan) menjadikan di muka bumi seorang khalifah

  ”! Manusia sebagai makhluk berdimensional memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia.Manusia memiliki eksistensi dalam hidupnya sebagai khalifah.Kedudukan dan peran manusia adalah memerankan eksistensi tersebut. Manusia ditetapkan sebagai khalifah yang berarti sebagai pengganti generasi sebelumnya ataupun seorang nabi dan penerus misi sebelumnya. Khalifah disini diartikan sebagai pemimpin. Dan dimana ada pemimpin maka ada yang dipimpin. Maka ketika membahas antara keduanya tentu sangat erat hubungannya. Tidak hanya dalam satu aspek saja, namun dalam berbagai aspek masuk dalam hubungan kepemimpinan.Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama di lembaga-lembaga nonformal seperti pondok pesantren, asrama, yayasan, panti asuhan, dan lain-lain.

  Salah satu lembaga nonformal adalah LKSA Muhammadiyah Tuntang, yaitu lembaga sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam memajukan pendidikan negara. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-

  Undang Dasar1945 salah satu tujuan negara adalah “mencerdaskan

  kehidupan bangsa

  ”. Dalam hal ini LKSA ini ikut andil sebagai lembaga sosial yang mewadahi masyarakat kalangan menengah ke bawah dalam mewujudkan tujuan negara. LKSA Muhammadiyah Tuntang terletak di Jl.Fatmawati no 96 Tuntang. Lembaga ini berada di bawah naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kab. Semarang yaitu beliau Bapak Moh. Saerozi.

  M.Ag. Lembaga ini juga tercatat di Dinas Sosial Kab. Semarang sebagai salah satu lembaga yang terakreditasi A. Dengan akreditasi A tersebut lembaga ini menjadi acuan lembaga-lembaga sosial se-Jawa Tengah. Tentu dengan dipercayanya lembaga ini sebagai acuan bagi lembaga-lembaga yang lain, lembaga ini mempunyai nilai tersendiri baik dalam hal fisik maupun nonfisik.

  Untuk bisa menjadi lembaga yang sehebat itu tentu diawali dengan kerja keras dari berbagai komponen.Baik itu dari anak asuh, pengasuh, pengurus bahkan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) pun ikut berkontribusi. Ketika dari semua komponen tersebut mampu menjalin korelasi yang baik dan maksimal sudah barang tentu hasilnya akan memuaskan. Karena di Muhammadiyah memiliki pedoman turun temurun dari KH.Ahmad Dahlan yaitu “Hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di

  Muhammadiyah

  ”. Pedoman inilah yang digalakkan oleh pimpinan-pimpinan Muhammadiyah untuk membantu pemerintah dalam memajukan negara lewat Muhammadiyah.Salah satunya adalah dengan berkiprah di LKSA Muhammadiyah Tuntang.

  Sejak lembaga ini didirikan hingga sekarang tentu mengalami regenerasi dan pergantian pimpinan atau pengasuh. Pada periode 2018 ini LKSA Muhammadiayah Tuntang dipimpin atau diasuh oleh Ustadz Muhammad Taufik.S.Pd.I. Dari kepemimpinan beliau harapannya LKSA tersebut mampu menjadikan lembaga ini menjadi lembaga yang maju, baik dari segi SDM maupun dari segi manapun. Terutama jika dipandang dari perkembangan zaman yang perlu dan harus memiliki perhatian khusus adalah perkembangan pendidikan karakter anak asuh.

  Dalam memimpin organisasi maupun perkumpulan sangat tidak mudah. Seorang pemimpin dalam mendidik anak tidak hanya dibutuhkan anak yang pintar, tetapi juga baik akhlaknya. Anak yang pintar saja tetapi tidak baik akan menghasilkan orang yang berbahaya, karena dengan kepandaiannya ia bisa menjadikan kerusakan dan kehancuran. Setidaknya pendidikan masih lebih bagus mencetak orang baik walaupun tidak pintar, karena paling tidak dengan tipe ini akan memberikan suasana kondusif, karena ia memiliki akhlakyang baik. Thomas Stanley (Hidayatullah, 2009: 1) mengemukakan lima faktor teratas yang dianggap paling berperan dalam keberhasilan, yaitu: 1.

  Jujur pada semua orang 2. Menerapkan disiplin 3. Bergaul baik dengan orang lain 4. Memiliki suami atau istri yang mendukung 5. Bekerja lebih giat daripada kebanyakan orang Dari penjelasan di atas tentang faktor yang paling berperan dalam keberhasilan seseorang sudah diterapkan di LKSA Muhammadiyah Tuntang sejak dulu didirikan. Jujur, disiplin, menghormati orang lain dan giat dalam hal apapun sudah menjadiciri khas bagi anak asuh sejak LKSA ini didirikan.

  Masyarakat sekitar dan para donatur pun sudah memeberikan kepercayaan kepada LKSA tersebut dalam hal mendidik anak. Bahkan saking percayanya, ada dari beberapa donatur yang berniat menyekolahkan anak-anak lulusan SMA atau SMK di LKSA Muhammadiyah Tuntang untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa biaya sedikit pun. Dari pengalaman tahun- tahun yang lalu banyak anak asuh dari LKSA Muhammadiyah Tuntang yang melanjutkan ke perguruan tinggi dengan beasiswa dari donatur maupun beasiswa prestasi.

  Dari hal di atas bisa kita simpulkan bahwa LKSA Muhammadiyah Tuntang memang mendapat nilai plus tersendiri. Hal tersebut tentu tidak lepas dari peran pemimpin. Pemimpin yang baik akan melahirkan generasi yang baik pula dan pemimpin yang buruk akan melahirkan generasi yang buruk pula.

  Oleh karena itu, pada kepemimpinan yang sekarang ini tentu harus dapat meneruskan jejak para pemimpin terdahulu. Terutama yang menjadi sorotan awal oleh orang luar atau masyarakat sekitar adalah akhlak (karakter). Namun yang terjadi dari kepemimpinan saat ini adalah berbanding terbalik dari apa yang diharapkan. Pengasuh sudah berusaha untuk selalu memberikan contoh yang baik kepada anak asuhnya, bahkan sampai menganggap anak asuhnya seperti anak sendiri. Tetapi sungguh sangat disayangkan apa yang diberikan anak asuh tidak seperti apa yang diberikan pengasuh kepada mereka. Dalam artian anak asuh belum bisa memposisikan dirinya sebagai anak asuh. Bagaimana seorang anak asuh bersikap kepada pengasuh, pengurus, bahkan kepada orang lain.

  Dalam kehidupan sehari-hari dari kehidupan anak asuh dapat dilihat perkembangannya, lebih baik atau menjadi lebih buruk. Harapannya perkembangan yang terjadi adalah kebaikan, namun justru sebaliknya, kejelekan yang terjadi. Terutama perubahan karakter pada diri anak asuh.

  Sebagai contoh, perilaku anak asuh dalam berkomunikasi dengan pengasuh atau orang yang lebih tua dianggap seperti teman sendiri, tidak ada rasa ewuh

  

pekewuh atau rasa hormat. Bahkan ada dari sebagian anak yang ketika diberi

  tahu oleh pengasuh malah membantah dan mengajak bercanda. Begitu pula dengan akhlak anak asuh dalam kehidupan sehari-hari.

  Seharusnya sebagai anak asuh harus patuh kepada pengasuh, apa yang diperintahkan harus dilaksanakan. Hubungan pengasuh dengan anak asuh di sini sama dengan hubungan antara orang tua dengan anaknya. Bisa dikatakan status antara pengasuh dengan anak asuh adalah keluarga. Jadi ironis sekali jika anak asuh tidak patuh dan taat kepada pengasuhnya. Hal ini belum diketahui sebabnya, apakah ini dampak dari pola kepemimpinan sebelumnya atau dampak dari penerapan pola kepemimpinan saat ini. Namun berdasarkan observasi peneliti bahwa problem yang terjadi di LKSA Muhammadiyah Tuntang adalah anak asuh tidak patuh terhadap pengasuh, menyepelekan nasehat dari pengasuh dan pengurus, bertindak sesuai keinginannya sendiri (tidak mau diatur), tanggungjawabnya kurang baik terhadap diri sendiri atau lingkungan LKSA, terhadap sesama teman saling mengejek, dan sering melanggar aturan yang ada.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyelesaikan masalah melalui penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul

  “POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN KARAKTER ANAK ASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) MUHAMMADIYAH TUNTANG ” Fokus Penelitian B.

1. Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh di LKSA Muhammadiyah

  Tuntang tahun 2018? 2. Bagaimana karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun

  2018? 3. Bagaimana kepemimpinan pengasuh dalam membina karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018?

4. Bagaimana hambatan pengasuh dalam membina karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

C. Tujuan Penelitian 1.

  Mendeskripsikan pola kepemimpinan pengasuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

  2. Mendeskripsikan karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

  3. Mendeskripsikan kepemimpinan pengasuh dalam membina karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

  4. Mendeskripsikan hambatan pengasuh dalam membina karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis a.

  Sebagai khasanah ilmu pengetahuan tentang pola kepemimpinan pengasuh LKSA Muhammadiyah Tuntang dalam meningkatkan kualitas pendidikan formal maupun informal.

  b.

  Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan atas pola kepemimpinan.

  c.

  Sebagai bacaan atau referensi bagi anak asuh LKSA Muhammadiyah Tuntang terkait pembinaan karakter anak.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi lembaga, sebagai revolusi pembenahan sistem pendidikan karakter terhadap anak asuh. Yang mana menjadi wawasan baru bagi pengurus dan pengasuh guna membenahi pola kepemimpinan dalam menghadapi berbagai karakter anak asuh yang berbeda dalam satu lingkungan yang sama.

  b.

  Bagi anak asuh, sebagai hasil dari pola kepemimpinan pengasuh yang mana anak asuh diharapkan mampu memberikan kontribusi bagaimana menilai, menanggapi, menumbuhkan dan membentuk karakter diri sendiri terhadap lingkungan .

  c.

  Bagi masyarakat, sebagai motivasi kepada masyarakat terhadap kepekaan sosial. Sehingga menumbuhkan semangat untuk saling berkontribusi dan bertanggungjawab terhadap kehidupan di lingkungan sekitar.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul diatas, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan pada judul penelitian tersebut antara lain sebagai berikut: 1.

  Pola Kepemimpinan Pola dalam KBBI yaitu sistem : cara kerja pada pemerintah atau organisasi. Pola adalah model, cara kerja, atau sistem. Kepemimpinan adalah proses perilaku untuk memenangkan hati, pikiran, emosi dan perilaku orang lain untuk berkontribusi terhadap terwujudnya visi (Suprayoga, 2010: 13).

  Pola kepemimpinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses dimana pemimpin dengan caranya sendiri melakukan suatu hal demi terwujudnya sebuah tujuan.

  2. Pengasuh dan Anak Asuh Kata asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai makhluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan (Lestari & Ngatini, 2010: 2). Dari arti kata asuh di atas maksud dari pengertian pengasuh dalam penelitian ini adalah orang yang mendidik, mengajar, dan merawat anak dari sejak kehadiranya sampai batas waktu tertentu tanpa mengharap imbalan. Sedangkan anak asuh dapat disebut anak didik yaitu anak yang dididik, diajar, dirawat oleh pendidik, pengajar, atau pengasuh.

  3. Karakter Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,

  W.J.S: 521) karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan dari yang lain. Menurut

  Suyanto (Agus, 2013: 65) karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

  Maksud karakter dalam penelitian ini adalah kualitas diri berupa moral, akhlak atau budi pekerti sesuai ajaran Islam yang membedakan antara satu individu dengan individu lain.

4. LKSA

  LKSA adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Sebuah lembaga sosial yang mewadahi masyarakat khususnya anak kurang mampu, terlantar, atau yatim piatu supaya berkehidupan yang mapan. Lembaga ini bertujuan memberikan layanan sosial terutama bagi pendidikan anak. Lembaga ini juga berada di bawah pengawasan Dinas Sosial.

  Sistematika Penulisan F.

  Untuk mempermudah dalam membaca dan memahami penelitian ini, maka penulis memberikan sistematika penulisan sebagai berikut: Bagian awal meliputi judul, lembar berlogo, halaman nota pembimbing, pernyataan keaslian tulisan, pengesahan kelulusan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.

  BAB I : PENDAHULUAN Meliputi pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan

  masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA Meliputi landasan teori, pengertian kepemimpinan, pengertian pola

  kepemimpinan, pengertian pembinaan, pengertian karakter, pengertian pengasuh dan anak asuh, pengertian LKSA, dan kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu).

  BAB III: METODE PENELITIAN Meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kehadiran

  peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data.

  BABIV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA

  Meliputi paparan data dan analisis data

  BAB V : PENUTUP Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. Bagian akhir

  meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan secara umum Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam sebuah

  organisasi. Tidak akan bertahan lama sebuah negara tanpa adanya kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab pada prinsipnya kepemimpinan diharapkan mampu mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Kepemimpinan dapat dijelaskan atau diuraikan dalam berbagai macam, tergantung dari sudut mana melihat atau memaknai dari kepemimpinan.

  Kepemimpinan menurut para ahli sebagai berikut. Rauch dan Behling berpendapat bahwa kepemimpinan adalah sesuatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama. Sementara George P. Terrye mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok. Sedangkan H. Koontz dan C. Donnell mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut dalam mecapai tujuan umum. Pernyataan hampir sama diungkapkan oleh Ordway Tead bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan (Sutikno, 2014: 15-16).

  Tidak kita sadari bahwa dalam sejarah kehidupan manusia banyak sekali pengalaman yang kepemimpinan yang dapat dipelajari. Misalnya, dalam hadits Nabi,

  ”setiap kamu adalah pemimpin” dan dalam

  kesehariannya manusia tidak sadar bahwa ia telah mekukan unsur-unsur kepemimpinan seperti

  “mempengaruhi, memotivasi, mengajak dan mengkoordinasi” sesama mereka. Tanpa sadar hal ini sudah terjadi dan

  kita lakukan.

2. Kepemimpinan dalam Islam

  Kepemimpinan dalam Islam adalah kemampuan untuk mempengaruhi dengan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan, yang didasari atas nilai-nilai Islam (Sutikno, 2014: 85). Kepemimpinan Islam meliputi banyak hal, karena seorang pemimpin dalam perspektif Islam memiliki fungsi ganda yaitu sebagai seorang khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi yang harus merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Dan sekaligus sebagai Abdullah (hamba Allah) yang patuh serta senantiasa terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah (Fakih, 2001: 4). Berkaitan dengan pengertian kepemimpinan dalam Islam di atas Allah SWT telah menyebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 30:

   ۖ ًةَفيِلَخ ِضْرَْلْا يِف ٌلِعاَج يِّنِإ ِةَكِئ َلََمْلِل َكُّبَر َلاَق ْذِإَو Dan ingatlah ketika Allah berkata kepada malaikat,

  “ sesungguhnya Aku (akan) menjadikan di muka bumi seorang khalifah

  ”! Kepemimpinan dalam Islam merupakan fitrah bagi setiap manusia. Manusia telah diamanahi oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Dengan diembannya amanah itu manusia dituntut untuk senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan dirinya di jalan Allah SWT.

  Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap kepemimpinannya. Dalam kitab Riyadhus Shalihin disebutkan:

   ْمُكُّلُك ُلوُقَ ي َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا َلوُسَر َّنَأ اَمُهْ نَع ُوَّللا َيِضَر َرَمُع ِنْبا ْنَع َو

ُىَو ِوِلْىَأ يِف ٍعاَر ُلُجَّرلاَو ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَمَو ٍعاَر ُماَمِْلْا ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُكَو ٍعاَر

يِف ٍعاَر ُمِداَخْلاَو اَهِتَّيِعَر ْنَع ٌةَلوُئْسَمَو اَهِجْوَز ِتْيَ ب يِف ٌةَيِعاَر ُةَأْرَمْلاَو ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم

  وِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَمَو ٍعاَر ْمُكُّلُكَو ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَمَو ِهِدِّيَس ِلاَم

  Artinya :

  Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata

:”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban.

  

Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas

kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan

dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah

pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban

atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola

harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang

kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan

dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

  “ (Muslich, 2004: 174)

  Hal yang demikian telah disebutkan dalam hadits bahwa setiap orang adalah pemimpin pada level apapun, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Setiap kepemimpinan pasti ada resiko yang harus dipertanggungjawabkan.

  Adapun sifat-sifat pemimpin dalam Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw, sebagai berikut: a.

  Shiddiq (jujur) b. Amanah (terpercaya) c. Tabligh (menyampaikan) d. Fathanah (cerdas) e. Istiqomah

  Akhlak seorang pemimpin dalam Al- Qur‟an dan As-Sunnah menurut Fakih (2001: 41-49) sebagai berikut: a.

  Mencintai kebenaran b. Dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain c.

  Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian d. Baik dalam pergaulan masyarakat e. Bijaksana f. Memimpin untuk melayani bukan dilayani g.

  Zuhud terhadap kekuasaan h. Jujur dan tidak munafik i. Memiliki visi keumatan j. Memiliki tanggung jawab moral 3. Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam

  Dalam kepemimpinan Islam setidaknya dapat diidentifikasikan secara konseptual, dan hubungan-hubungannya antarindividu atau antarkelompok dalam konteks praktis. Sebagaimana ciri-ciri kepemimpinan yang dikemukakan oleh Sutikno (2014: 87-90) sebagai berikut: a.

  Prinsip saling menghormati dan memuliakan b. Prinsip menyebarkan kasih saying c. Prinsip keadialan d. Prinsip persamaan e. Prinsip perlakuan yang sama f. Prinsip berpegang kepada akhlak yang utama g.

  Prinsip kebebasan h. Prinsip menepati janji

B. Pengertian Pola Kepemimpinan

  Pola dalam KBBI yaitu sistem : cara kerja pada pemerintah atau organisasi. Pola adalah model, cara kerja, atau sistem. Dapat diartikan bahwa pola adalah bagaimana cara, model, sistem seseorang dalam melakukan sesuatu.

  Kepemimpinan diadopsi dari bahasa inggris yaitu

  leadership.Leadership berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja

  yang berarti memimpin (Sulistiyani, 2008: 9). Kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi anggotanya untuk bergerak melakukan sesuatu hal demi terwujudnya sebuah tujuan.

  Dalam upaya menggerakkan dan memotivasi seseorang dalam melakukan suatu tindakan yang terarah pada pencapaian sebuah tujuan, maka seorang pemimpin mempunyai cara, model atau bentuk kepemimpinannya sendiri. Cara kepemimpinan ini sering disebut sebagai tipologi atau dapat diartikan sebagai perilaku kepemimpinan atau gaya kepemimpinan. Tipologi kepemimpinan yang sering dikenal dan diakui keberadannya adalah sebagai berikut: a.

  Kepemimpinan Otokratis Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa segala sesuatunya adalah atas kewenangnnya sendiri, sehingga ia tidak perlu berkonsultasi kepada orang lain dan tidak boleh ada orang yang ikut campur dalam kepemimpinannya. Jadi seakan-akan segala sesuatu adalah miliknya.

  Bahkan kantor, mobil dan fasilitas lainnya yang ada dianggap miliknya (Sutikno, 2014: 35).

  Menurut Kartono (2002: 71) kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada a one-man show . Dia berambisi sekali untuk merajai situasi.

  Adapun ciri-ciri kepemimpinan otokratis menurut Siagian (2003: 32) sebagai berikut: 1)

  Kecenderungan memperlakukan para bawahan sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka. 2)

  Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan. 3)

  Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan kepurusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan itu diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakannya saja.

  b.

  Kepemimpinan Laisez Faire

  Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri (Kartono, 2002: 71-72).

  Sedangkan menurut Siagian (2003: 38) seorang pemimpin yang

  laissez faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada

  pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahuai apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.

  Tipe kepemimpinan ini berbanding terbalik dengan gaya kepemimpinan otokratis. Dalam kepemimpinan ini pemimpin berlaku pasif dan cenderung menghindar dari tanggungjawab (Sutikno, 2014: 36).Sang pemimpin meyakini bahwa bawahannya atau anggotanya mampu mengetahui dan cukup dewasa untuk berlaku taat pada aturan.

  Jadi sang pemimpin memberikan kebebasan kepada anggotanya dalam mengambil keputusan atau melakukan segala sesuatu.

  c.

  Kepemimpinan Paternalistis Menurut Siagian (2003: 35) biasanya seorang pemimpin yang peternalistis mengutamakan kebersamaan. Artinya pemimpin yang bersangkutan berusaha memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat di dalam organisasi seadil dan serata mungkin.

  Adapun ciri-ciri kepemimpinan paternalistis menurut Sutikno (2014: 37) sebagai berikut: 1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa. 2) Bersikap terlalu melindungi. 3)

  Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.

  4) Jarang memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengambil inisiatif

  5) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.

  6) Sering bersikap serba tahu.

  d.

  Kepemimpinan Kharismatis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemuakakan bahwa

  “kharismatis berarti bersifat kharisma”. Pemimpin yang kharismatis adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu ini dikagumi (Siagian, 2003: 37).

  Sedangkan menurut Karim (2010: 17) pemimpin kharismatis adalah pemimpin yang ide/gagasan/pemikiran, konsep, teori, suasana batin, dan perilakunya meyakinkan orang lain.

  Maka pemimpin seperti ini sangat disegani dan punya pengikut yang sangat besar jumlahnya serta mempunyai pengawal yang dapat dipercaya.Bahkan dia dianggap mempunyai kekuatan supranatural dan

superhuman yang diperolehnya sebagai karunia dari Yang Maha Kuasa.

  e.

  Kepemimpinan Militeristis Pemimpin tipe militeristis adalah pemimpin yang dalam menggerakkan bawahannya lebih sering mempergunakan sistem perintah, senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, dan senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari bawahannya (Sutikno, 2014: 38-39).

  Seorang pemimpin militeristis dikatakan oleh Kartono(2002: 70) memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1)

  Lebih banyak menggunakan system perintah/komando terhadap bawahannya, keras sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.

2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

  3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berelebih-lebihan.

  4) Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya. 5)

  Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahan.

  6) Komunikasi hanya berlangsung searah saja.

  f.

  Kepemimpinan Pseudo-demokratis Tipe kepemimpinan ini disebut juga kepemimpinan manipulative atau semi demokratis. Tipe kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap seorang pemimpin yang berusaha mengemukakan keinginan- keinginannya dan setelah itu membuat sebuah panitia, dengan pura-pura untuk berunding tetapi yang sebenarnya tiada lain untuk mengesahkan saran-sarannya (Sutikno, 2014: 39).

  g.

  Kepemimpinan Demokratis Tipe kepemimpinan demokratis adalah dimana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat (Sutikno, 2014: 40).

  Menurut Kartono (2002:73) kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing, mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Siagian (2003:40) menyatakan bahwa tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang paling ideal dan paling didambakan.

C. Pengertian Pembinaan

  Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an, sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html).

  Pembinaan merupakan proses, cara membina dan penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan teratur secara bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan.

  Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri (Simanjutak, 1990: 84).

D. Pengertian Pendidikan Karakter

  Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Purwanto, 2007: 11).

  Menutut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1, pendidikan adalah:

  “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertya didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperluakan dirinya, masyarakat, bangsa dan n egara.”

  Sobirin (Zubaedi, 2011: 8) mengemukakan pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.

  Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku (Salahudin & Alkrienciehie, 2013: 42).

  Karakter merupakan sifat-sifat khas (typical) yang menonjol pada diri seseorang. Ketika seseorang mati, maka ia hanya meninggalkan nama yang dibalut dengan sifat-sifat yang dimilikinya. Sifat-sifat yang menonjol itulah yang mudah diingat oleh seseorang pada umumnya, baik itu secara jasmani, rohani, sosial, maupun spiritual.Maka ada pepatah mengatakan, “harimau

  

mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading”. (Susilo, 2013:

  28) Karakter adalah kualitas yang dimiliki seseorang yang membuatnya menarik dan dikagumi. Karakter sangat erat dengan sebuah reputasi atau nama baik seseorang. Karakter menunjukkan who, we, are (Y.S.Lon, 2016: 167).

  Pendidikan karakter adalah usaha seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk menjadi orang yang beradab, berkepribadian, berwatak, bersifat. Tujuan dari pendidikan karakter ini adalah menurut Socrates dalam (Majid dan Andayani, 2013: 30) bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan karakter adalah untuk membuat seseorang menjadi good and

  

smart .Dalam sejarah Islam juga sudah ditegaskan bahwa misi utamanya

  dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).

  E. Pengertian Pengasuh dan Anak Asuh

  Kata asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai makhluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan (Lestari & Ngatini, 2010: 2). Dari arti kata asuh diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pengasuh adalah orang yang mendidik, mengajar, dan merawat anak dari sejak kehadiranya sampai batas waktu tertentu tanpa mengharap imbalan. Sedangkan anak asuh dapat disebut anak didik yaitu anak yang dididik, diajar, dirawat oleh pendidik, pengajar, atau pengasuh.

  F. Pengertian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)