Makalah wirausah Sistem ekonomi islam Di

Makalah wirausah
Sistem ekonomi islam

Di ajukan untuk memenuhi tugas UAS
Nama Dosen :

Nama dosen : Heni noviarita, SE,M.Si
Kelas

: C ( b2.16 ) Sem/Fak/Jur : III/Tar/PAI
DISUSUN OLEH :
Eliyanah ( 1111010280 )

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG

2012-2013

A. Latar belakang
Meskipun ada kesamaan timbulnya kegiatan ekonomi, yakni disebabkan oleh

adanya kebutuhan dan keinginan manusia. Namun karena cara manusia dalam
memenuhi alat pemuas kebutuhan dan cara mendistribusikan alat kebutuhan tersebut
didasari filosofi yang berbeda, maka timbullah berbagai bentuk sistem dan praktik
ekonomi dari banyak negara di dunia. Perbedaan ini tidak terlepas dari pengaruh
filsafat, agama, ideologi, dan kepentingan politik yang mendasari suatu negara
penganut sistem tersebut.
Ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia sebagai
hubungan antara tujuan dan sarana langka yang memiliki kegunaan-kegunaan
alternatif. Ilmu ekonomi adalah studi yang mempelajari cara-cara manusia mencapai
kesejahteraan dan mendistribusikannya. Kesejahteraan yang dimaksud adalah segala
sesuatu yang memiliki nilai dan harga, mencakup barang-barang dan jasa yang
diproduksi dan dijual oleh para pebisnis.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kemudian barang-barang dan jasa
itu (kekayaan) itu dibagi-bagikan. Cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk
menjawab pertanyaan ini dengan menentukan sistem ekonomi yang diterapkan.
Setidaknya dalam praktik ada lima sistem ekonomi yang dikenal masyarakat dunia,
yakni

Kapitalisme, Sosialisme, Fasisme, Komunisme dan terakhir adalah Ekonomi Islam.


B. Masalah

Pertama : Cara Pemilikan Harta Dalam Islam (AlMilkiyah)
Sistem Ekonomi Islam berbeza sama sekali dengan sistem ekonomi kufur buatan
manusia. Sistem ekonomi Islam adalah sempurna kerana berasal dari wahyu, dan dari
segi pemilikan, ia menerangkan kepada kita bahawa terdapat tiga jenis pemilikan:

Hak Milik Umum: meliputi mineral-mineral dalam bentuk pepejal, cecair dan
gas termasuk petroleum, besi, tembaga, emas dan sebagainya yang didapati
sama ada di dalam perut bumi atau di atasnya, termasuk juga segala bentuk
tenaga dan intensif tenaga serta industri-industri berat. Semua ini merupakan
hak

milik

umum

dan

wajib


diuruskan

(dikelola)

oleh

Daulah

Islamiyah(negara) manakala manfaatnya wajib dikembalikan kepada rakyat


Hak Milik Negara meliputi segala bentuk bayaran yang dipungut oleh negara
secara syar’ie dari warganegara, bersama dengan perolehan dari pertanian,
perdagangan dan aktiviti industri, di luar dari lingkungan pemilikan umum di

atas. Negara membelanjakan perolehan tersebut untuk kemaslahatan negara
dan rakyat1



Hak Milik Individu: selain dari kedua jenis pemilikan di atas, harta-harta lain
boleh dimiliki oleh individu secara syar’ie dan setiap individu itu perlu
membelanjakannya secara syar’ie juga.

Kedua :

Cara

Pengelolaan

Kepemilikan

(At-

Tasharruf Fi Al Milkiyah)
Secara dasarnya, pengelolaan kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki
mencakup dua kegiatan, iaitu:-.
1)PembelanjaanHarta(InfaqulMal)
Pembelanjaan harta (infaqul mal) adalah pemberian harta kekayaan yang telah
dimiliki. Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam memberikan

tuntunan bahawa harta tersebut haruslah dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti
nafkah keluarga, infak fi sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain. Kemudian nafkah
sunnah seperti sedekah, hadiah dan lain-lain. Baru kemudian dimanfaatkan untuk halhal yang mubah (harus). Dan hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk
sesuatu yang terlarang seperti untuk membeli barang-barang yang haram seperti
minuman keras, babi, dan lain-lain.
1

Sistem ekonomi islam/Wikipedia ensiklopedia bebas

2)PengembanganHarta(TanmiyatulMal)
Pengembangan harta (tanmiyatul mal) adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta
yang telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan harta yang telah
dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan pengembangan harta.
Secara umum Islam telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui caracara yang sah seperti jual-beli, kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang
pertanian, perindustrian, maupun perdagangan. Selain Islam juga melarang
pengembangan harta yang terlarang seperti dengan jalan aktiviti riba, judi, serta
aktiviti terlarang lainnya.
Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu adalah
hak negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah Islamiyah) adalah wakil
ummat. Meskipun menyerahkan kepada negara (Daulah Islamiyah) untuk

mengelolanya, namun Allah SWT telah melarang negara (Daulah Islamiyah) untuk
mengelola kepemilikan umum tersebut dengan jalan menyerahkan penguasaannya
kepada orang tertentu. Sementara mengelola dengan selain dengan cara tersebut
diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh
syara'.
Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan negara
(Daulah Islamiyah) dan kepemilikan individu, nampak jelas dalam hukum-hukum
baitul mal serta hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, gadai (rahn), dan

sebagainya. As Syari' juga telah memperbolehkan negara (Daulah Islamiyah) dan
individu untuk mengelola masing-masing kepemilikannya, dengan cara tukar
menukar (mubadalah) atau diberikan untuk orang tertentu ataupun dengan cara lain,
asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara’.

Ketiga :

Cara

Edaran


Kekayaan

Di

Tengah

Masyarakat (Tauzi'ul Tsarwah Tayna An-Naas)
Kerana edaran harta kekayaan termasuk masalah yang sangat penting, maka Islam
memberikan juga berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal ini. Mekanisme
edaran harta kekayaan terwujud dalam hukum syara’ yang ditetapkan untuk
menjamin pemenuhan barang dan perkhidmatan bagi setiap individu rakyat.
Mekanisme ini dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebab-sebab kepemilikan
(contohnya, bekerja) serta akad-akad muamalah yang wajar (contohnya jual-beli dan
ijarah).
Namun demikian, perbezaan potensi individu dalam masalah kemampuan dan
pemenuhan terhadap suatu keperluan, boleh menyebabkan perbezaan edaran harta
kekayaan tersebut di antara mereka. Selain itu perbezaan antara masing-masing
individu mungkin saja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam edaran harta
kekayaan. Kemudian kesalahan tersebut akan membawa hanya harta kekayaan


teredar kepada segelintir orang saja, sementara yang lain kekurangan, sebagaimana
yang terjadi akibat penimbunan harta, seperti emas dan perak.
Oleh kerana itu, syara' melarang berputarnya kekayaan hanya di antara orang-orang
kaya namun mewajibkan perputaran tersebut terjadi di antara semua orang. Allah
SWT berfirman :
"Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu." (QS. Al-Hasyr : 7)
Di samping itu syara' juga telah mengharamkan penimbunan emas dan perak (harta
kekayaan) meskipun zakatnya tetap dikeluarkan. Dalam hal ini Allah SWT
berfirman :
"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahawa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih." (QS. At-Taubah : 34)

Mekanisme Sistem Ekonomi Islam
Secara umum mekanisme yang ditempuh oleh sistem ekonomi Islam dikelompokkan
menjadi dua, iaitu:1.Mekanisme Ekonomi

Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktiviti ekonomi yang bersifat
produktif, berupa berbagai kegiatan pengembangan harta (tanmiyatul mal) dalam

akad-akad muamalah dan sebab-sebab kepemilikan (asbab at-tamalluk). Berbagai
cara dalam mekanisme ekonomi ini, antara lain :


Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab
kepemilikan dalam kepemilikan individu (misalnya, bekerja di sektor
pertanian, industri, dan perdagangan)



Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan
harta (tanmiyah mal) melalui kegiatan investasi (misalnya, dengan syirkah
inan, mudharabah, dan sebagainya).



Larangan menimbun harta benda (wang, emas, dan perak) walaupun telah
dikeluarkan zakatnya. Harta yang ditimbun tidak akan berfungsi pada
ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat peredaran kerana tidak terjadi
perputaran harta.




Mengatasi peredaran dan pemusatan kekayaan di satu daerah tertentu saja
misalnya dengan memeratakan peredaran modal dan mendorong tersebarnya
pusat-pusat pertumbuhan.



Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat menjamin
pasaran.



Larangan judi, riba, rasuah, pemberian barang dan hadiah kepada penguasa.
Semua ini akan mengumpulkan kekayaan pada pihak yang kuat semata
(seperti penguasa atau koperat).




Memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barang-barang milik umum (almilkiyah al-amah) yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang galian,
minyak, elektrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat.

2.Mekanisme Non-Ekonomi
Mekanisme non-ekonomi adalah mekanisme yang tidak melalui aktiviti ekonomi
yang produktif, melainkan melalui aktiviti non-produktif, misalnya pemberian (hibah,
sedekah, zakat, dll) atau warisan. Mekanisme non-ekonomi dimaksudkan untuk
melengkapi mekanisme ekonomi. Iaitu untuk mengatasi peredaran kekayaan yang
tidak berjalan sempurna jika hanya mengandalkan mekanisme ekonomi semata.
Mekanisme non-ekonomi diperlukan baik kerana adanya sebab-sebab alamiah
maupun non-alamiah. Sebab alamiah misalnya keadaan alam yang tandus, badan
yang cacat, akal yang lemah atau terjadinya musibah bencana alam. Semua ini akan
dapat menimbulkan terjadinya gangguan ekonomi dan terhambatnya edaran kekayaan
kepada orang-orang yang memiliki keadaan tersebut. Dengan mekanisme ekonomi
biasa, edaran kekayaan boleh tidak berjalan kerana orang-orang yang memiliki
hambatan yang bersifat alamiah tadi tidak dapat mengikuti kegiatan ekonomi secara
normal sebagaimana orang lain. Bila dibiarkan saja, orang-orang itu, termasuk

mereka yang tertimpa musibah (kecelakaan, bencana alam dan sebagainya) makin
terpinggirkan secara ekonomi. Mereka akan menjadi masyarakat yang miskin
terhadap perubahan ekonomi. Bila terus berlanjutan, boleh menyebabkan munculnya
masalah sosial seperti jenayah (curi, rompak), rogol (pelacuran) dan sebagainya,
bahkan mungkin revolusi sosial.
Mekanisme non-ekonomi juga diperlukan kerana adanya sebab-sebab non-alamiah,
iaitu adanya penyimpangan mekanisme ekonomi. Penyimpangan mekanisme
ekonomi ini jika dibiarkan akan boleh menimbulkan ketimpangan edaran kekayaan.
Bila penyimpangan terjadi, negara wajib menghilangkannya. Misalnya jika terjadi
monopoli, hambatan masuk, baik administratif maupun non-adminitratif-- dan
sebagainya, atau kejahatan dalam mekanisme ekonomi (misalnya penimbunan), harus
segera dihilangkan oleh negara.
Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah masyarakat segera terwujud
keseimbangan (al-tawazun) ekonomi, yang akan ditempuh dengan beberapa cara.
Penedaran harta dengan mekanisme non-ekonomi antara lain adalah :


Pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai memerlukan.



Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada para mustahik.



Pemberian infaq, sedekah, wakaf, hibah dan hadiah dari orang yang mampu
kepada yang memerlukan.



Pembagian harta waris kepada ahli waris dan lain-lain.

Demikianlah gambaran sekilas tentang asas-asas sistem ekonomi Islam. Untuk
memberikan pemahaman yang lebih luas dan dalam, maka perincian seluruh aspek
yang dikemukakan di atas perlu dilakukan.

Paradigma Islam ini berbeda dengan paradigma sistem ekonomi kapitalisme,
yaitu sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Paham sekularisme lahir
sebagai jalan tengah di antara dua kutub ekstrem, yaitu di satu sisi pandangan Gereja
dan para raja Eropa bahwa semua aspek kehidupan harus ditundukkan di bawah
dominasi Gereja. Di sisi lain ada pandangan para filosof dan pemikir (seperti Voltaire,
Montesquieu) yang menolak eksistensi Gereja. Jadi, sekularisme sebagai jalan tengah
pada akhirnya tidak menolak keberadaan agama, namun hanya membatasi perannya
dalam mengatur kehidupan. Agama hanya ada di gereja, sementara dalam kehidupan
publik seperti aktivitas ekonomi, politik dan sosial tidak lagi diatur oleh agama.
Selanjutnya, karena agama sudah disingkirkan dari arena kehidupan,
lalu siapa yang membuat peraturan kehidupan? Jawabnya adalah: manusia itu sendiri,
bukan Tuhan, karena Tuhan hanya boleh berperan di bidang spiritual (gereja). Lalu
agar manusia bebas merekayasa kehidupan tanpa kekangan Tuhan, maka manusia
harus diberi kebebasan (freedom/al-hurriyat) yaitu: kebebasan beragama (hurriyah alvaqidah), kebebasan berpendapat (hurriyah al-ra’yi), kebebasan berperilaku (alhurriyah al-syahshiyah), dan kebebasan kepemilikan (hurriyah al- tamalluk). Bertitik
tolak dari kebebasan kepemilikan inilah, lahir sistem ekonomi kapitalisme. Dari

tinjauan historis dan ideologis ini jelas pula, bahwa paradigma sistem ekonomi
kapitalisme adalah sekularisme.2
Sekularisme ini pula yang mendasari paradigma cabang kapitalisme lainnya,
yaitu paradigma yang berkaitan dengan kepemilikan, pemanfaatan kepemilikan, dan
distribusi kekayaan (barang dan jasa) kepada masyarakat. Semuanya dianggap lepas
atau tidak boleh disangkutpautkan dengan agama.
Berdasarkan sekularisme yang menafikan peran agama dalam ekonomi, maka
dalam masalah kepemilikan, kapitalisme memandang bahwa asal usul adanya
kepemilikan suatu barang adalah terletak pada nilai manfaat (utility) yang melekat
pada barang itu, yaitu sejauh mana ia dapat memuaskan kebutuhan manusia. Jika
suatu barang mempunyai potensi dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka barang
itu sah untuk dimiliki, walaupun haram menurut agama, misalnya babi, minuman
keras, dan narkoba. Ini berbeda dengan ekonomi Islam, yang memandang bahwa asal
usul kepemilikan adalah adanya izin dari Allah SWT (idzn Asy-Sya’ari) kepada
manusia untuk memanfaatkan suatu benda. Jika Allah mengizinkan, berarti boleh
dimiliki. Tapi jika Allah tidak mengizinkan (yaitu mengharamkan sesuatu) berarti
barang itu tidak boleh dimiliki. Maka babi dan minuman keras tidak boleh
diperdagangkan karena keduanya telah diharamkan Allah, yaitu telah dilarang
kepemilikannya bagi manusia muslim.

2

Weber, Max, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Pustaka Promothea, Surabaya,
2001, cet. II

Dalam masalah pemanfaatan kepemilikan, kapitalisme tidak membuat batasan
tatacaranya (kaifiyah-nya) dan tidak ada pula batasan jumlahnya (kamiyah-nya).
Sebab pada dasarnya sistem ekonomi kapitalisme adalah cermin dari paham
kekebasan (freedom/liberalism) di bidang pemanfaatan hak milik. Maka seseorang
boleh memiliki harta dalam jumlah berapa saja dan diperoleh dengan cara apa saja.
Walhasil tak heran di Barat dibolehkan seorang bekerja dalam usaha perjudian dan
pelacuran. Sedangkan ekonomi Islam, menetapkan adanya batasan tatacara (kaifiyahnya), tapi tidak membatasi jumlahnya (kamiyah-nya). Tatacara itu berupa hukumhukum syariah yang berkaitan dengan cara pemanfaatan (tasharruf) harta, baik
pemanfaatan yang berupa kegiatan pembelanjaan (infaqul mâl), seperti nafkah, zakat,
shadaqah, dan hibah, maupun berupa pengembangan harta (tanmiyatul mal), seperti
jual beli, ijarah, syirkah, shina’ah (industri), dan sebagainya. Seorang muslim boleh
memiliki harta berapa saja, sepanjang diperoleh dan dimanfaatkan sesuai syariah
Islam. Maka dalam masyarakat Islam tidak akan diizinkan bisnis perjudian dan
pelacuran, karena telah diharamkan oleh syariah.
Dalam masalah distribusi kekayaan, kapitalisme menyerahkannya kepada
mekanisme pasar, yaitu melalui mekanisme harga keseimbangan yang terbentuk
akibat interaksi penawaran (supply) dan permintaan (demand). Harga berfungsi
secara informasional, yaitu memberi informasi kepada konsumen mengenai siapa
yang mampu memperoleh atau tidak memperoleh suatu barang atau jasa. Karena
itulah peran negara dalam distribusi kekayaan sangat terbatas. Negara tidak banyak

campur tangan dalam urusan ekonomi, misalnya dalam penentuan harga, upah, dan
sebagainya. Metode distribusi ini terbukti gagal, baik dalam skala nasional maupun
internasional. Kesenjangan kaya miskin sedemikian lebar. Sedikit orang kaya telah
menguasai sebagian besar kekayaan, sementara sebagian besar manusia hanya
menikmati sisa-sisa kekayaan yang sangat sedikit.
Dalam ekonomi Islam, distribusi kekayaan terwujud melalui mekanisme
syariah, yaitu mekanisme yang terdiri dari sekumpulan hukum syariah yang
menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu rakyat. Mekanisme
syariah ini terdiri dari mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi.

C. TEORI
Ibn Khaldun atau nama sebenarnya Wali al-Din Abd al-Rahman bin Muhammad bin
Abu Bakar Muhammad bin al-Hasan lahir di Tunis pada 1 Ramadan 732H
Keluarganya berasal daripada keturunan Arab Hadramaut yang pernah menetap di
Serville, Italy, dan SepanyoL Akhirnya berpindah dan menetap di Afrika Utara
semasa pemerintahan Hafs Abu Zakariyya, pemerintah Tunis pada waktu itu.
Seperti yang dinyatakan sebelum ini, Ibn Khaldun mendapat pendidikan dalam
pelbagai ilmu Islam seperti al-Quran, al'Hadith, perundangan Islam, kesusasteraan,
falsafah, bahasa, dan mantik. Antara gurunya ialah Muhammad Ibrahim al-Abili, Abu
Abd Allah al-Jayyani, Abd Allah Muhammad bin Abd al-Salam.
Ibn Khaldun menjadi cendekiawan yang agung sehingga disanjung oleh Barat kerana
buah fikirannya, Walau bagaimana pun jarang umat Islam mengkajinya. Sebenarnya,

sumbangan pemikiran Ibn Khaldun dalam ekonomi banyak dimuatkan dalam hasil
karya agungnya, al Muqaddimah. Antara teori ekonomi yang terdapat dalam karyanya
masih lagi relevan dengan masalah ekonomi semasa.
Ibn Khaldun telah membincangkan beberapa prinsip dan falsafah ekonomi seperti
keadilan (al adl), hardworking, kerjasama (cooperation), kesederhanaan (moderation),
dan fairness.
Berhubung dengan keadilan (Justice), Ibn Khaldun telah menekankan bahawa
keadilan merupakan tulang belakang dan asas kekuatan sesebuah ekonom. Apabila
keadilan tidak dapat dilaksanakan, sesebuah negara akan hancur dan musnah.
Menurut beliau, ketidakadilan tidak sahaja difahami sebagai merampas wang atau
harta orang lain tanpa sebarang sebab yang diharuskan. Malah, mengambil harta
orang lain atau menggunakan tenaganya secara paksa atau membuat dakwaan palsu
terhadap orang lain. Begitu juga kalau meminta seseorang melakukan sesuatu yang
berlawanan dengan Islam.
Beliau mengkategorikan perampas harta orang lain secara tidak sah hingga memberi
kesan kepada kehidupan isteri dan keluarga sebagai paling tidak adil. Menurut beliau
lagi, seseorang yang membeli harta seseorang dengan harga yang paling murah
termasuk dalam kategori memiliki harta cara yang tidak betul.
Ketidakadilan seumpama di atas membawa kepada kejatuhan sesebuah negara dan
keruntuhan sesebuah tamadun dengan segera. Menurut Ibn Khaldun, atas sebab sebab
tersebutlah semua bentuk ketidakadilan dilarang oleh Islam.

Manusia dan Ekonomi Berdasarkan analisis mendalam, didapati kesemua teori
ekonomi dan idea Ibn Khaldun tentang manusia berdasarkan kepada prinsip-prinsip
dan falsafah Islam. Ibn Khaldun tidak melihat fungsi utama manusia dalam aktiviti
perekonomiannya seumpama haiwan ekonomi (economic animal). Sebaliknya beliau
menganggap manusia itu sebagai manusia Islam (Islamic man/homo Islamicus) yang
memerlukan pengetahuan ekonomi untuk memenuhi misinya di atas muka bumi ini.
Dalam hal ini, Ibn Khaldun menekankan perlunya manusia menjauhi perbuatan jahat.
Sebaliknya manusia wajib mengikuti ajaran Islam sebagai model untuk memperbaiki
dirinya dan mesti memberikan keutamaan kepada kehidupan akhirat.
Teori

Pengeluaran

Ibn

Khaldun

mengemukakan

teori

bahawa

kehidupan

perekonomian sentiasa menghala ke arah pelaksanaan keseimbangan antara
penawaran dengan permintaan. Menurut beliau pengeluaran berasaskan kepada faktor
buruh dan kerjasama masyarakat. Bahkan beliau menganggap buruh merupakan
faktor terpenting dalam proses pengeluaran walaupun faktor-faktor lain seperti tanah
tersedia, tenaga buruh perlu untuk menghasilkan matlamat akhir.
Selain itu beliau berpendapat bahawa kenaikan yang tetap pada paras harga amat
perlu untuk mengekalkan tahap produktiviti. Dalam hal ini beliau menyarankan agar
masyarakat melakukan perancangan supaya setiap bidang pekerjaan dilakukan oleh
orang yang mahir dan cekap.
Walau bagaimanapun, pertumbuhan ekonomi (economic growth) dan pembahagian
tenaga buruh bergantung rapat dengan pasaran. Di sini dapatlah dinyatakan bahawa

teori pembahagian tenaga buruh, pengkhususan tenaga buruh, dan pertukaran yang
dikemukakan oleh Ibn Khaldun 100 tahun lebih awal daripada Adam Smith yang juga
mengemukakan teori yang sama.
Teori Nilai, Wang dan Harga Ibn Khaldun tidak secara jelas membezakan antara teori
nilai diguna (use value) dengan nilai pertukaran (exchange value). Tetapi beliau
dengan tegas berhujah bahawa nilai sesuatu barangan bergantung kepada nilai buruh
yang terlibat dalam proses pengeluaran.
"Semua usaha manusia dan semua tenaga buruh perlu digunakan untuk mendapatkan
modal dan keuntungan. Tidak ada jalan lain bagi manusia untuk mendapatkan
keuntungan melainkan melalui penggunaan buruh, kata Ibn Khaldun.
Teori Pengagihan Menurut Ibn Khaldun harga barangan terdiri daripada tiga elemen
utama iaitu gaji atau upah, keuntungan, dan cukai. Ketiga-tiga elemen ini merupakan
pulangan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, beliau membahagikan ekonomi kepada
tiga sektor iaitu sektor pengeluaran, pertukaran, dan perkhidmatan awam.
Menurut Ibn Khaldun, nilai atau harga sesuatu barangan sama dengan kuantiti buruh
yang terlibat dalam pengeluaran barangan berkenaan. Harga buruh merupakan asas
kepada penentuan harga sesuatu barangan dan harga buruh itu sendiri ditentukan oleh
mekanisme permintaan dan penawaran dalam pasaran.
Manakala keuntungan terhasil daripada perbezaan yang diperoleh oleh peniaga antara
harga jualan dengan harga belian. Namun begitu perbezaan antara kedua-dua harga
itu Diposkan oleh PMII CABANG KOTA SALATIGA

C. Analisis dan pembahasan
BAHAGIAN A

(40 markah)

Jawab SEMUA soalan dalam bahaeian ini.
l. Ekonomi Islam ialah ekonomi yang dilandaskan kepada al-Quran dan alSunnah. Prinsip-prinsipnya telah ditetapkan menurut kehendak agama Islam.
Apa sahaja yang diharamkan oleh Islam tidak boleh dilakukan dalam ekonomi
Islam.

(a) Adakah pada pendapat anda satu sistem ekonomi Islam boleh diwujudkan
di Malaysia? Bagaimanakah gambaran anda tentang sektor-sektor system
ekonomi Islam seperti sektor slasi, sektor ijtimai, dan sektor tijari boleh
memainkan peranan seperti yang dimainkan oleh sektor-sektor ekonomi
dalam teori konvensional?
(12 markah)
(b) Metodologi ekonomi Islam tidak dapat menerima methodologi ekonomi
konvensional dalam beberapa aspek tertentu seperti pandangan tentang
manusia, tumpuan yang dipentingkan oleh teori ekonomi konvensional,
dan penolakan ilmu wahyu. Huraikan pandangan Islam tentang aspekaspek
yang disebutkan itu.
(12 markah)
(c) Apakah yang dimaksudkan dengan al-falah? Terangkan cara untuk umat

Islam mencapai al-falaft ini dengan menghuraikan syarat-syarat yang mesti
dipenuhi untuk mencapainya.
(8 markah)
(d) Terangkan makna Islam, Iman dan lhsan yang dimaksudkan dalam Islam.
Apakah yang dimaksudkan dengan konsep kesepaduan ekonomi dalam
ekonomi Islam? Terangkan dengan mengaitkan konsep Tauhid, Rezeki,
dan keadilan ekonomi.3
(8 markah)

BAHAGIAN B

(60 markah)

Jawab TIGA soalan sahaja.
Islam mengiktiraf bahawa pengeluaran itu penting dan organisasi perlu disusun
untuk menggabungkan faktor-faktor pengeluaran. Apabila faktor-faktor
pengeluaran dalam proses pengeluaran itu dimiliki banyak pihak maka aturan
kontrak perlu untuk menggariskan hak dan tanggungjawab pihak yang
berkontrak itu.
(a) Berikan huraian ringkas tentang bentuk organisasi-organisasi pengeluaran
berikut menurut kehendak Islam.

3

UNTVERSITI SAINS MALAYSIA/Peperiksaan Akhir /Sidang Akademik 200812009
April2009/JKE 413 - Analisis Ekonomi Islam

(i) milik persendirian
(ii) al-mudharabah
(iii) al-musyarakah
(10 markah)
(b) Huraikan secara ringkas matlamat pengeluaran Islam dari sudut usaha
ekonomi dan kesejahteraan kebendaan. Apakah objektif firma Islam
menurut Siddiqi? Apakah yang menjadi motivasi firma Islam bagi
menentukan keputusan output yang akan dikeluarkan oleh firma?
(10 markah)
3. Zakat ialah satu institusi yang tidak boleh dihapuskan di dalam ekonomi Islam.
Ia menjadi tuntutan agamayang termaktub di dalam al-Quran.
(a) Huraikan tujuan-tujuan zakat dalam ekonomi Islam. Huraikan secara
ringkas asnaf yang layak menerima zaknt dalam Islam.
(10 markah)
O) Ada pandangan mengatakan bahawa zalcat peniaga-peniaga mungkin akan
memindahkannpihak pengguna kerana ia merupakan kos pandangan anda tentang isu
berkenaan?
yang dikenakan kepada beban zakat iat kepada kepada peniaga. Apakah
(10 markah)
-

Islam menerima mekanisme pasaran sebagai satu mekanisme pelarasan sistem

ekonomi dengan syarat barang yang diniagakan di pasaran itu mestilah halal dan

suci. Penerimaan ini dilandaskan kepada hakikat bahawa mekanisme pasaran itu
memberi khidmat kepada pengguna dan juga pengeluar.
(a) Bagaimanakah pandangan Islam tentang mekanisme pasaran, sistem harga
dan tangan tak tampak? Bincangkan secara ringkas.
(10 markah)
O) . Bincangkan ciri-ciri utama yang membezakan konsep "permintaan4
berkesan" daripada konsep "keperluan berkesan." Benarkah pelaksanaan
konsep "keperluan berkesan" dan konsep penawarcn berasaskan kapasiti
potensi dapat memberikan keputusan pasaran yang lebih baik daripada
kaedah yang lazim? Huraikan.
(10 markah)
Allah SWT berfirman dalam al-Quran, Surah al-Nisaa' ayat29:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesama kamu dengan jalan yang batil (salah), kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku suka sama suka di antara kamu."
(a) Apakah makna al-bai'dalam ekonomi Islam? Bincangkan secara ringkas
rukun-rukun al-bai'? Berikan penjelasan ringkas tentang jenis-jenis bar'
yang dibenarkan dalam Islam. Apakah perkara-perkara yang boleh
menyebabkan sesuatu kontrak al-bai'itu menjadi haram?
(10 markah)

4

Op-cit Analisis Ekonomi Islam

(b) Huraikan secara ringkas kaitan ayat ini dengan riba. Bincangkan secara
kasar pengelasan jenis-jenis riba dalam ekonomi Islam.
(10 markah)

D. Kesimpulan
Perekonomian Islam ialah ekonomi menurut undang-undang Islam. Adanya dua
paradigma untuk memahami Perekonomian Islam, dengan satunya menganggap
rangka politik Islam (iaitu Khilafah), dan yang lain itu menganggap rangka politik
bukan Islam yang melahirkan suatu paradigma yang bertujuan untuk menyepadukan
sesetengah rukun Islam yang terkenal ke dalam sebuah rangka ekonomi sekular.
Paradigma pertama bertujuan untuk mentakrifkan semula masalah ekonomi sebagai
suatu masalah pengagihan sumber untuk mencapai:
keperluan-keperluan asas dan mewah para orang perseorangan di dalam
masyarakat,membina pasaran etika yang mempunyai persaingan
kerjasama,memberikan ganjaran kepada penyerta-penyerta kerana terdedah
kepada risiko dan/atau liabiliti, membahagikan harta-harta secara adil antara
kegunaan awam dan kegunaan peribadi; dannegara memainkan peranan yang
jelas terhadap pengawasan, percukaian, pengurusan harta awam dan
memastikan peredaran kekayaan.

Gerakan-gerakan Islam yang menyeru agar politik dibaharui umumnya akan
mencadangkan paradigma ini untuk menjelaskan bagaimana mereka akan
memperkenalkan pembaharuan ekonomi. Bagaimanapun, paradigma kedua hanya
mencadangkan dua hukum utama, iaitu:


faedah tidak boleh dikenakan pada pinjaman;



pelaburan harus menepati tanggungjawab sosial.

Perbezaan utama dari segi kewangan ialah peraturan tiada faedah kerana paradigma
pelaburan Islam yang menepati tanggungjawab sosial tidak amat berbeza dengan apa
yang diamalkan oleh agama-agama yang lain. Dalam percubaannya untuk melarang
faedah, ahli-ahli ekonomi Islam berharap untuk menghasilkan sebuah masyarakat
yang lebih bersifat Islam. Bagaimanapun, gerakan-gerakan liberal dalam agama Islam
mungkin akan menafikan keperluan untuk perkara ini kerana mereka umumnya
melihat Islam sebagai secocok dengan institusi-institusi dan undang-undang sekular
moden.

Daftar Pustaka
UNTVERSITI SAINS MALAYSIA/Peperiksaan Akhir /Sidang Akademik 200812009
April2009/JKE 413 - Analisis Ekonomi Islam ( skripsi ) .

Weber, Max, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Pustaka Promothea,
Surabaya, 2001 .
Sistem ekonomi islam/Wikipedia ensiklopedia bebas