PENERAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOM

PENERAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK
TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012 –
2032 DALAM PELESTARIAN DAN BERKELANJUTAN
THE APPLICATION OF REGULATION REGION OF EAST LOMBOK REGENCY
NUMBER 2 IN 2012 TENTANG SPATIAL PLAN AREA OF EAST LOMBOK
REGENCY IN 2012 – 2032 IN CONSERVATION AND SUSTAINABLE
I Gde Beni Yasa
Magister Ilmu Hukum Universitas Mataram
email : casibenara@gmail.com
Naskah diterima : 07/07/2016; revisi : 28/08/2016; disetujui : 25/08/2016

Abstract
he implementation of local Law of the East Lombok district No. 2 of 2012 ind diiculties particularly
in term of land conversion and its synchronization with development plan that has been set in the
district. he issues are focused in the area of Implementation of local regulation of East Lombok district
No. 2 of 2012 related to conservation and sustainable goals, obstacles to implement the regulation and
the necessarily eforts to overcome the obstacles. One of the implementation obstacle is clash between
particular provision of this local Law and the preservation and sustainable development principles
which pursed into conlict of interest of the stakeholders whose are government, private sector and public.
he other resistor factor is the rise of agricultural land conversion that resulted in the inefectiveness

of development program as has been planned by the district east Lombok which already made in these
regulation .herefore, there are some eforts that have been done to accommodate the interest of the
parties and evaluation and inventory of programs that have been or are being implemented in order
to accommodate each interest as planned in east Lombok district regulation No 2, in 2012 to run as
expected.

Keywords: Implementation, Conservation and sustainable
Abstrak
Perda Kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun 2012 masih sulit untuk diterapkan, khususnya
dalam hal alih fungsi lahan serta menyinkronkannya dengan rencana pembangunan yang telah
ditetapkan di wilayah Kabupaten Lombok Timur. Permasalahan berfokus pada penerapan
Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 dalam kaitannya dengan upaya
pelestarian dan menjaga keberlanjutan, kendala dalam penerapan PERDA tersebut dan upayaupaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok
Timur Nomor 2 Tahun 2012 dalam pelestarian dan berkelanjutan. Salah satu hambatan penerapan
Perda ini adalah jika terjadi benturan antara ketentuan dalam Perda ini dengan prinsip kelestarian
dan berkelanjutan karena akan mengerucut pada benturan kepentingan pihak Pemerintah, swasta
dan masyarakat. Faktor penghambat lainnya dalam penerapan perda tersebut adalah maraknya
alih fungsi lahan pertanian yang mengakibatkan tidak berjalannya program pembangunan
sebagaimana yang telah di rencanakan oleh pemerintah Kabupaten Lombok Timur sebagaimana
diatur dalam perda tersebut. Oleh sebab itu ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah

yakni mengakomodir kepentingan para pihak serta evaluasi dan inventarisasi program yang telah
atau sedang dilaksanakan dalam rangka mengakomodir masing-masing kepentingan sehingga apa
yang telah direncanakan dalam perda Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012 dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan.

Kata kunci : Penerapan, Tata Ruang Wilayah

Jurnal IuS | Vol IV | Nomor 2 | Agustus 2016 | hlm, 180~191
PENDAHULUAN

Perencanaan tata ruang merupakan
proses penyusunan rencana tata ruang
wilayah yang mencakup wilayah administratif/pemerintahan (seperti provinsi, kabupaten dan kota) dan atau wilayah fungsional/kawasan (seperti Daerah Aliran
Sungai (DAS), kawasan lindung, kawasan
perkotaan, dan kawasan perdesaan) yang
tercermin dalam Dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW). Pemanfaatan ruang merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang melalui penatagunaan tanah, sedangkan pengendalian pemanfaatan
ruang tercermin dalam dokumen pengendalian pemanfaatan ruang yang mengatur
mekanisme pengawasan dan penertiban
terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan

mekanisme perijinan, pemberian insentif
dan disinsentif, pemberian kompensasi,
mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme evaluasi dan mekanisme
pengenaan sanksi.1
Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama yang disebabkan oleh arus
urbanisasi mengakibatkan pengelolaan ruang semakin berat. Selain itu daya dukung
lingkungan dan social yang ada juga menurun, sehingga tidak dapat mengimbangi
kebutuhan akibat tekanan penduduk. Masalah perekonomian yang menjadi pemicu
didalam pembangunan nasional, menjadikan berbagai kegiatan pendukung ekonomi
menjadi faktor utama di dalam kegiatan
pembangunan.
Hal tersebut berdampak pada maraknya
alih fungsi lahan yang dilakukan dalam
rangka melangsungkan dan mendukung kegiatan ekonomi. Kewenangan yang sudah
banyak didelegasikan kepada Pemerintah
Daerah melalui kebijakan otonomi daerah
dan desentralisasi memberikan kesempatan
bagi daerah untuk mencari berbagai sum1 Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan
Kebijaksanaan Lingkungan Nasional Terhadap Rencana
Tata Ruang, Airlangga University Press, cetakan ketiga.

Surabaya. 2005. Hal. 95

180 IuS Kajian Hukum dan Keadilan

ber pendapatan baru untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah melalui berbagai kegiatan ekonomi, termasuk alih fungsi lahan
tanpa memperhitungkan keberlanjutannya
dalam jangka panjang. Salah satu upaya
tersebut antara lain melalui pemberian perizinan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat di dalam rencana tata ruang. Sebagai dampaknya, bentuk pelanggaran-pelanggaran tata ruang semakin marak
terjadi yang dapat mengganggu lingkungan
dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
bencana yang tentunya merugikan bagi masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Lombok
Timur Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah melibatkan berbagai pihak
yang diharapkan mampu mendukung
kebijakan public berupa Perda Tata Ruang
dalam tujuannya untuk menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam
pelaksanaan,
sebagaimana
yang dijelaskan dalam pasal 3 Perda
kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun
2012, RTRW Kabupaten Lombok timur
di selenggarakan berdasarkan asas : a.
Keterpaduan; b. keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan; c. Keberlanjutan; d.
keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. Keterbukaan; f. kebersamaan dan
kemitraan; g. perlindungan kepentingan
umum; h. kepastian hukum dan keadilan,
dan i. akuntabilitas.
Kemudian dalam pasal 4 menyebutkan
bahwa “Tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten adalah mewujudkan ruang
wilayah Lombok Timur yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam
pengembangan agroindustri, perikanan

dan kelautan serta pariwisata dengan tetap
memperhatikan daya tampung dan daya
dukung lingkungan.” Dari penjelasan kedua
pasal tersebut jelaslah bahwa pentingya
suatu prinsip kelestarian dan berkelanjutan
dalam RTRW suatu wilayah guna menjaga

I Gde Beni Yasa | Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012............
ekosistem wilayah tersebut sehingga apa
yang dicita-citakan dalam beberapa tahun
kedepan yakni selama masa perda RTRW
tersebut dapat terwujud.
Tugas penataan ruang daerah ditingkat Kabupaten/Kota merupakan tanggungjawab dari Bupati/Walikota. Dalam
melaksanakan koodinasi penataan ruang
di Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota membentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD) yang memiliki tugas yang
mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan pengedalian pemanfaatan ruang yang mengacu pada Undangundang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang serta mengacu pada Perda
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Lombok Timur tahun 2012-2032.

Didalam pasal 35 ayat (4) Perda
Tata Ruang Kabupaten Lombok Timur
menyebutkan
bahwa
“Pengawasan
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilakukan melalui kegiatan
pelaporan, pemantauan dan evaluasi secara
rutin oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD) kabupaten yang dibentuk
dengan Keputusan Bupati”. dan ayat (5)
“BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) melakukan pengawasan pemanfaatan
ruang yang berhubungan dengan program,
kegiatan pembangunan, pemberian izin
pemanfaatan ruang dan kebijakan yang
berkaitan dengan pemanfaatan ruang”.
Namun sekalipun telah dibentuk beberapa
aturan untuk mengatur secara khusus
tentang tata ruang di daerah masing-masing

sekaligus memberikan kewenangan bagi
pejabat setempat guna menata daerahnya,
kondisi empiris menunjuKkan bahwa
pemanfaatan ruang yang terjadi seringkali
bertentangan dengan Perda nomor 2 tahun
2012 Kabupaten Lombok Timur tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Lombok Timur tahun 2012-2032.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
perlu sekiranya dirumuskan beberapa

permasalahan yakni : Bagaimanakah
penerapan Peraturan Daerah Kabupaten
Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012
dalam pelestarian dan berkelanjutan ?,
Apakah yang menjadi kendala dalam
penerapan Peraturan Daerah Kabupaten
Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012
dalam pelestarian dan berkelanjutan ? dan
Apakah upaya-upaya yang dilakukan dalam

mengatasi kendala penerapan Peraturan
Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor
2 Tahun 2012 dalam pelestarian dan
berkelanjutan tersebut ?.
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian hukum
empiris dengan beberapa pendekatan
yakni : pendekatan konseptual (conseptual
approach), pendekatan statuta atau
peraturan perundangan (statute approach)
dan pendekatan sosiologis (socio legal
approach). Adapun teknik pengumpulan
data adalah dengan cara menggabungkan
Data-data
yang
ada
kemudian
mengkaitkanya dengan kasus-kasus yang
ada, kemudian data dan hasil penelitan
lapangan yang diperoleh akan dianalisis

secara kualitatif.
PEMBAHASAN
1. Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 Dalam Pelestarian Dan
Berkelanjutan

Pembentukan Peraturan Daerah menjadi
kewenangan oleh pejabat pemerintah
daerah yaitu kepala daerah dan DPRD.
Dalam pasal 25 Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
pada Paragraf Kedua bagian keempat
menyatakan secara jelas bahwa salah satu
Tugas dan Wewenang serta Kewajiban
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
yaitu mengajukan rancangan Perda dan
menetapkan Perda yang telah mendapat
persetujuan bersama DPRD.

Kajian Hukum dan Keadilan IuS


181

Jurnal IuS | Vol IV | Nomor 2 | Agustus 2016 | hlm, 182~191
Materi muatan peraturan daerah
provinsi dan peraturan daerah Kabupaten/
Kota dimuat dalam pasal 14 UU No. 12
Tahun 2011 yang berbunyi :
“Materi muatan peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah Kabupaten/Kota
berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi
khusus daerah dan/atau penjabaran lebih
lanjut peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi”
Berdasarkan materi muatan Peraturan
Daerah (Perda) tersebut selain menampung
mengenai kondisi daerah juga merupakan
penjabaran dari peraturan perundangundangan yang lebih tinggi. Oleh karena itu
pemerintah daerah kabupaten khususnya
daerah Kabupaten Lombok Timur dalam
penyusunan dan pembentukan peraturan
daerah (Perda) harus mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi. Peraturan daerah
Kabupaten Lombok Timur yang disusun
dan dibentuk berdasarkan dan mengacu
pada penjabaran peraturan perundangundangan yang lebih tinggi salah satunya
yaitu Peraturan Daerah mengenai Penataan
Ruang.
Oleh sebab itu, dibentukkan beberapa
peraturan daerah baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten khususnya Kabupaten
Lombok Timur. Secara umum, tujuan RTRW
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana
dijelaskan dalam pasal 5 Peraturan Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3
Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2009–2029 yakni mewujudkan
ruang wilayah provinsi yang maju dan
lestari melalui penataan ruang secara serasi,
seimbang, terpadu dan berkelanjutan dalam
rangka mendorong wilayah provinsi sebagai
kawasan pengembangan agrobisnis dan
pariwisata untuk meningkatkan daya saing
daerah dengan tetap memperhatikan daya

182 IuS Kajian Hukum dan Keadilan

dukung lingkungan hidup dan kelestarian
sumberdaya alam.
Kemudian, untuk menjalankan amanat
dari Peraturan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2009–2029, maka pemerintah Kabupaten
Lombok Timur menerbitkan Peraturan
Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2
Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lombok Timur Tahun
2012-2032.
Pada umumnya, substansi pengaturan
RTRW Perda kabupaten Lombok Timur
tersebut mengadopsi ketentuan yang ada
pada UU No 26 Tahun 2007 dan Perda
Provinsi NTB No 3 Tahun 2010.
Penerapan program-program kebijakan
RTRW Kabupaten Lombok Timur tidak
terlepas dari teori koherensi bahwa dalam
menentukan arah kebijakan RTRW
program-program
pendukung
RTRW
haruslah koheren dengan perda Kabupaten
Lombok Timur No 2 Tahun 2012
tersebut. jika kedua hal tersebut bersifat
koheren, maka dapat dikatakan kebenaran
pelaksanaan RTRW sudah sesuai dengan
aturan yang ada. terhadap pembentukan
RTRW, harus benar-benar memperhatikan
aturan main yang sudah di tentukan dalam
peraturan perundang-undangan. Jangan
sampai pada tahap pelaksanaannya tidak
sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal
ini tentu berdampak apakah nantinya
aturannya yang akan diubah, atau pada
tahap pelaksanaanya. Tak jarang ketidak
sesuaian antara aturan dan pelaksanaan
melahirkan suatu persoalan-persoalan
baru yang menyebabkan terjadinya konflik
maupun sengketa pertanahan akibat
benturan kepentingan. Oleh sebab itu, teori
koherensi sangat perlu digunakan untuk
mengukur hal tersebut, apakah kebenaran
pelaksanaan RTRW sudah sesuai dengan
aturan yang berlaku.

I Gde Beni Yasa | Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012............
Dalam pelaksanaan perda Kabupaten
Lombok Timur No. 2 Tahun 2012, tidak
jarang ditemui berbagai hambatan dan
tantangan, terlebih jika hal tersebut
dibenturkan dengan persoalan Pelestarian
Dan Berkelanjutan. Dari hasil pengamatan
penulis di lapangan bahwa faktor utama
tidak berjalannya RTRW sebagaimana
yang sudah diatur dalam perda No 2 Tahun
2012 adalah karena adanya benturan
kepentingan baik antara pemerintah,
swasta dan masyarakat.
Adanya benturan kepentingan dalam
penerapan perda Kabupaten Lombok
Timur tersebut dikarenakan dalam proses
penerapan kebijakan publik nya oleh
pemerintah Kabupaten Lombok Timur
kurang memperhatikan komunikasi dan
koordinasi yang sempurna antar lembaga
Negara, pihak swasta dengan masyarakat
sebagaimana teori implementasi kebijakan
publik yang penulis kemukakan.
Dari hasil wawancara penulis dengan
Kepala Bappeda Kabupaten Lombok Timur,
ada beberapa hal yang mempengaruhi
penerapan Perda Kabupaten Lombok
Timur No 2 Tahun 2012 khususnya jika
dibenturkan dengan prinsip pelestarian dan
berkelanjutan yakni :2
a) Pengaruh perbedaan kepentingan.
Secara teori, dalam kebijakan publik,
setiap kepentingan yang akan di capai
dalam impelementasi kebijakan publik
haruslah berdasarkan kepentingan nasional. Konsep kepentingan yang dianut
harus bersifat nyata dan kongkrit sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
yang ada, dan yang terpenting adalah kepentingan tersebut harus dapat merangkul kepentingan-kepentingan lainnya
baik antara kepentingan pemerintah,
pihak swasta maupun masyarakat.3 Oleh
2 Wawancara dengan kepala Bappeda pada tanggal
10 April 2016
3 Dahlan nasution, Politik Internasional (konsep
dan teori). Airlannga. Surabaya. 1991. Hal. 6-7

sebab itu dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lombok Timur menganut nilai
pemanfaatan tata Ruang sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan
mengedepankan prinsip kelestarian dan
berkelanjutan.
b) Lahan yang masih terbatas karena masalah
pembebasan lahan, merupakan hal yang
sangat identik dengan persoalan anggaran.
Anggaran pemerintah Kabupaten Lombok
Timur yang masih kurang untuk membeli
lahan sebagai upaya penyediaan lahan
sektor-sektor fital, menjadi persoalan
yang sangat klasik dalam pembangunan
di setiap daerah.
c) Partisipasi masyrakat.
Bhattacharyya mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama, sedangkan Mubyarto juga
menyebutkan bahwa partisipasi sebagai
kesediaan untuk membantu berhasilnya
setiap program sesuai kemampuan setiap
orangtanpaberartimengorbankankepentingan diri sendiri.4 Wahyudi Kumorotomo
mengatakan bahwa partisipasi adalah
berbagai corak tindakan massa maupun
individual yang memperlihatkan adanya
hubungantimbalebalikantarapemerintah
dengan warganya.5 oleh sebab itu, dapat
dikatakan bahwa, partisipasi mayarakat
sangatlah penting dalam mengukur suatu
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Dalam hal kaitannya penerapan perda KabupatenLombokTimurtersebut,masyarakat Lombok Timur masih bersifat apatis
khususnya dalam mendukung penerapan
program RTRW yang sudah di rencanakan
sehinggaperdatersebuttidakberjalanefektif.Olehsebabitu,upayamensosialisasikan
perda sedang giat-giatnya di lakukan oleh
Pemda Kabupaten Lombok Timur.

4 Bhattacharyya, Dalam Taliziduhu Ndraha, Masyarakat : Mempersiapkan MasyarakatTinggal landas,
Jakarta: Rineka Cipta, 1990. hal. 102.
5 Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, Rajawali Pers. 1999. hal.112-114.

Kajian Hukum dan Keadilan IuS

183

Jurnal IuS | Vol IV | Nomor 2 | Agustus 2016 | hlm, 184~191
d) Pejabat pemerintah dalam hal ini yang
berkaitan dengan penerapan RTRW
kurang memahami isi dari ketentuan perda
Kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun
2012 tersebut sehingga penerapan perda
kurang optimal.

perda No. 2 Tahun 2012 kemudian
didiamkan dan tidak dilaksanakan atau
diimplmentasikan,
tetapi
kebijakan
tersebut benar-benar dilaksanakan atau
diimplementasikan agar tercapai tujuan
sebagaimana yang diinginkan.

Persoalan dalam penerapan perda
tersebut menurut penulis dikarenakan
pemda
Kabupaten
Lombok
Timur
tidak secara cermat merumuskan dan
menganalisa apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu penerapan kebijakan
publik. Hal ini tentu sangat berdampak
pada ketidakefektifan berjalannya perda
Kabupaten No. 2 Tahun 2012 tersebut
karena berbagai persoalan sebagaimana
yang penulis jelaskan diatas.

2. Kendala Penerapan Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Timur Nomor 2
Tahun 2012 Dalam Pelestarian Dan
Berkelanjutan

Secara
teori,
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Budi Winarno, bahwa
ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
pemerintah dalam penerapan kebijakan
publik yakni :6
1. Dalam implementasi, tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran suatu program yang akan
dilaksanakan harus diidentifikasi dan
diukur karena implementasi tidak dapat
berhasil atau mengalami kegagalan bila
tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan
2. Komunikasi antar organisasi dan kegiatankegiatan pelaksanaan Implementasi
dapat berjalan efektif bila disertai
dengan ketepatan komunikasi antar para
pelaksana.
3. Karakteristik badan-badan pelaksana erat
kaitannya dengan struktur birokrasi.
Struktur birokrasi yang baik akan
mempengaruhi
keberhasilan
suatu
implementasi kebijakan.
Dalam memperhatikan faktor-faktor
tersebut, pemerintah Kabupaten Lombok
Timur tidak hanya sekedar merumuskan
6 Budi Winarno. Teori dan Proses Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Media Pressindo 2002. hal. 143

184 IuS Kajian Hukum dan Keadilan

Karakterisktik
Kabupaten
Lombok
Timur sebagaimana yang telah penulis
jelaskan diatas, tentu berimplikasi pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Lombok Timur yang kemudian regulasinya
dituangkan dalam Perda Kabupaten
Lombok Timur No 2 Tahun 2012.
Karakteristik tersebut juga berpengaruh
pada bentuk program serta jangka waktu
dalam penyelesaian program tersebut.
Tentunya program-program RTRW
yang akan dilaksanakan tersebut mengacu
pada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
sebagaimana amanat dalam pasal 33 ayat
3 UUD 1945 yang menitik beratkan pada
prinsip pelestarian dan berkelanjutan.
Sebagaimana penulis telah jelaskan dalam
bab sebelumnya, bahwa ada beberapa hal
yang mempengaruhi pelaksanaan dari
penerapan Perda Kabupaten Lombok
Timur No 2 Tahun 2012 tersebut. yakni
: perbedaan kepentingan, lahan yang
terbatas dan peran serta masyarakat.
Ketiga faktor ini tidak dapat dipungkiri
banyak melahirkan kendala-kendala dalam
pelaksanaan penerapan perda tersebut.
Berdasarkan
hasil
penelitin
dan
wawancara penulis dengan kepala seksi
Tata Pemerintah Pemda Kabupaten Lombok
Timur, bahwa ada beberapa kendala yang
timbul dalam penerapan Perda Kabupaten
Lombok Timur No. 2 Tahun 2012 berkaitan
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

I Gde Beni Yasa | Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012............
Kabupaten Lombok Timur dari beberapa
sektor yang telah di rencanakan :7
a). Pertanian
Dalam pemanfaatan lahan khususnya
lahan pertanian terdapat beberapa
masalah-masalah yang berkaitan dengan
perkembangan
Ekonomi
Wilayah,
diantaranya, Pertama, masalah pada
kawasan
pertanian.
Permasalahan
pemanfaatan lahan pertanian khususnya
tanaman pangan dihadapkan pada
tingginya tekanan penduduk dan
ketergantungan kehidupan terhadap
tanah pertanian sehingga timbul
pemanfaatan lahan tanpa memperhatikan
segi kemampuan tanah dan pemanfaatan
ruang,
memperhatikan
kaidahkaidah konservasi tanah, hal ini dapat
mempercepat penurunan daya dukung
tanah dan kualitas lingkungan. Kedua,
masalah pada kawasan perkebunan.
Dalam
pengembangan
kawasan
perkebunan di Kabupaten Lombok Timur
dalam peningkatan produksi perkebunan
ada yang bersifat teknis dan sosial
ekonomis. Dalam pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan yang dihadapi
adanya akibat sampingan dari kegiatan
perkebunan yang mempengaruhi keadaan
sumber daya alam. Masalah yang dihadapi
yaitu mengenai pemanfaatan lahan yang
cocok untuk lahan perkebunan, yang tentu
saja yang sesuai dengan peruntukannya
dalam peraturan pemanfaatan ruang.
Ketiga, masalah yang berkaitan dengan
kawasan perikanan. Potensi perikanan
di Kabupaten Lombok Timur sangat
besar dan merupakan salah satu sector
pengembangan yang dapat meningkatkan
pemasukan daerah. Perikanan tersebut
banyak terdapat di Keruak, Jerowaru,
Pringgabaya, dan Labuhan haji. Adapun
permasalahan yang ada timbul yaitu
sulitnya penentuan lokasi pembudidayaan
7 Wawancra dengan kepala seksi di Tata Pemerintah
Pemda Kabupaten Lombok Timur pada tanggal 11 April
2016

perikanan atau budidaya mutiara, rumput
laut, karena harus disesuaikan dengan
kondisi dan karakteristik obyek yang
dibudidayakan dan tidak mengganggu
kelestarian
lingkungan.
Keempat,
masalah yang berkaitan dengan kawasan
permukiman. Kawasan permukiman
di wilayah Kabupaten Lombok Timur
cendrung memusat di ibukota kabupaten
tepatnya di Selong dan Masbagik yang
lainnya tersebar pada pusat ibu kota
kecamatan. Pada umumnya permukiman
cenderung mengarah pada sepanjang
jalan utama dengan pola linier, sehingga
dalam perkembangannya disekitar jalan
tersebut terdapat lahan-lahan pertanian
maka dalam waktu singkat akan berubah
menjadi kawasan terbangun, sehingga
dikhawatirkan akan mempersempit lahan
pertanian potensial.
1. Kehutanan
Pada Kabupaten Lombok Timur
berkembang
isu/gejala
terjadinya
ketidak seimbangan antara jumlah
penduduk dengan daya dukung lahan/
penggunaan tanah, baik lahan pertanian/
permukiman maupun Kawasan hutan
sehingga
mengakibatkan
gangguan
ekologis, sehingga membawa beberapa
permasalahan yang menonjol, antara
lain : (a) Adanya ketidakseimbangan/
ketidakserasian
antara
kegiatan
masyarakat dengan kegiatan pelestarian
sumber daya alam yang belum
terselesaikan secara tuntas, terutama
dalam pengembangan pembangunan
dengan membuka hutan apalagi hutan
tersebut merupakan Kawasan lindung
(b) Adanya tumpang tindih keperluan
lahan untuk kelestarian dan perlindungan
lingkungan alam dengan kebutuhan
pembangunan yang mengakibatkan
Kawasan pertanian digunakan sebagai
permukiman
penduduk
maupun
perdagangandanjasaterutamadiKawasan
pusat ibu kota kecamatan pada masingmasing wilayah. (c) Kurang adanya
Kajian Hukum dan Keadilan IuS

185

Jurnal IuS | Vol IV | Nomor 2 | Agustus 2016 | hlm, 186~191
pemahaman antara lahan yang telah
ditetapkan sebagai Kawasan lindung
dengan hutan Kawasan produksi, sehingga
tidak sedikit masyarakat yang membuka
hutan guna perluasan lahan pertanian.
(d) Belum berkembangnya sistem tebang
pilih, sehingga berdampak terjadinya
bahaya tanah longsor yang disebabkan
tindakannya tanaman penguat sebagai
penyangga tanah terhadap air.
2. Pemanfaatan energi Air
Masalah yang ada kaitannya dengan
pelestarian sumber daya air antara
lain : (a) Menurunnya fungsi hutan
sebagai sumber cadangan dan penahan
terjadinya erosi, banjir sebagai akibat
dari penebangan hutan atau pencurian
kayu yang berlebihan. (b) Berubahnya
peralihan fungsi kawasan lindung untuk
kepentingan pembangunan sehingga
menyebabkan hilangnya sumber air.
(c) Kurang adanya pengembangan/
pembuatan Dam ataupun semacam
waduk untuk penampungan air, sehingga
pada waktu musim kemarau air tersebut
dapat digunakan sebagai pengairan irigasi
cadangan. (d) Kurang terkoordinasinya
pemanfaatan sumber mata air, sehingga
air yang keluar tidak akan terbuang
percuma dan dapat dimanfaatkan untuk
irigasi pertanian. seperti yang yang
penulis jelaskan bahwa Ketersediaan air
Kabupaten Lombok Timur ditunjang
dengan adanya 10 sungai yang tersebar di
wilayah Kabupaten Lombok Timur, selain
sungai banyak sekali terdapat sumber
mata air yang tersebar diseluruh wilayah
dengan jumlah 259 titik sumber air baik
yang masih aktif ataupun sudah tidak aktif
mengeluarkan air. Namun tetap tidak bisa
menunjang kebutuhan air di Kabupaten
Lombok Timur secara optimal.
3. Ketidakserasian Pola Penggunaan Tanah (Land Use Conflicts).
Dalam pengembangan tata ruang
wilayah aspek yang perlu diperhatikan

186 IuS Kajian Hukum dan Keadilan

adalah menyerasikan pola penggunaan
tanah dengan peruntukan yang sesuai
dengan potensi fisik dan sosial masingmasing daerah. Semakin tinggi taraf
hidup masyarakat dan semakin tinggi
tingkat teknologinya, menyebabkan
peningkatan permintaan kebutuhan
pokok
kehidupan,
maka
dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan
meningkatnya kegiatan pembangunan
menyebabkan semakin meningkatnya
permintaan bahan kebutuhan yang
dihasilkan oleh sumber daya alam.
Beberapa kegiatan pemanfaatan sumber
daya alam yang menjadi sumber
penghasilan masyarakat adalah pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan
transportasi serta permukiman penduduk
sehingga kegiatan manusia tambah tinggi
sementara sumber daya alam yang tersedia
sangat terbatas, terutama adalah lahan.
Penggunaan lahan yang tidak sesuai
juga disebabkan antara lain oleh kondisi
sosial ekonomi masyarakat setempat,
yang kurang memperhatikan tata cara
kehidupan. Dalam kebutuhan yang
mendesak yang perlu dicukupi dalam
jangka pendek menyebabkan luas lahan
pertanian cenderung menurun untuk
penggunaan lahan non pertanian sertai
perumahan, pelebaran jalan dan lainlain. Kurangnya pengetahuan masyarakat
akan teknik-teknik konservasi tanah
menyebabkan terjadinya pemanfaatan
yang tidak serasi disertai dengan teknik
konservasi tanah yang sesuai, sehingga tak
jarang terjadi erosi pada tanah sedimentasi
pada alur sungai yang melampaui batas
yang ditetapkan, banjir di musim hujan
dan kekeringan di musim kemarau
serta menurunnya hasil produktifitas
merupakan indikator bahwa kerusakan
sumber daya alam dan lingkungan telah
terjadi yang dapat digolongkan sebagai
gejala ketidakserasian penggunaan lahan.
Secara umum dalam tata ruang wilayah
dapat dibagi menjadi dua Kawasan utama
yakni Kawasan lindung dan budidaya.

I Gde Beni Yasa | Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012............
Sesuai dengan fungsi wilayahnya, maka
tata guna lahan yang baik adalah upaya
lahan yang sesuai dengan fungsinya dan
telah ditetapkan sebelumnya.
4. Dari sisi partisipasi masyarakat.
Faktor-faktor yang menyebabkan
anggota masyarakat tidak mematuhi dan
melaksanakan suatu kebijakan publik,
yaitu : (1) Adanya konsep ketidakpatuhan
selektif terhadap hukum,dimana terdapat
beberapa peraturan perundang-undangan
atau kebijakan public yang bersifat
kurang mengikat individu- individu:
(2) Karena anggota masyarakat dalam
suatu kelompok atau perkumpulan
dimana mereka mempunyai gagasan
atau pemikiran yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan peraturan hukum
dan keinginan pemerintah: (3) Adanya
keinginan untuk mencari keuntungan
dengan cepat diantaranya anggota
masyarakat yang mencenderungkan
orang bertindak dengan menipu atau
dengan jalan melawan hukum: (4) Adanya
ketidakpastianhukumatauketidakjelasan
“ukuran” kebijakan yang mungkin saling
bertentangan satu sama lain, yang dapat
menjadi sumber ketidak patuhan orang
pada hokum atau kebijakan publik: (5)
Apabila suatu kebijakan ditentang secara
tajam (bertentangan) dengan system
nilai yang dianut masyarakat secara luas
atau kelompok-kelompok tertentu dalam
masyarakat.
5. Lemahnya penegakan hukum
Lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran membuang sampah
sembarangan dan yang bersifat merusak
lingkungan seperti illegal logging mengakibatkan semakin banyak warga yang tidak
peduli dengan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya dan semakin menggilanya para cukong kayu membabat habis
hutan. Tidak ada penindakan sama sekali
terhadap “para pembuang sampah sembarangan” dan pelanggar hukum lingkungan

lainnya yang notabene seharusnya sudah
memahami arti penting kelestarian lingkungan.
6. Pertambangan
Salah satu permasalahan Tata
Ruang yang saat ini menjadi fokus
utama masyarakat Lombok timur adalah
pelaksanaan penambangan pasir dalam
rangka program reklamasi di Teluk Benoa
Bali. Pelaksanaan reklamasi teluk benoa,
Nusa Dua Bali merupakan salah satu
program Rencana Tata Ruang khususnya
Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung,
Gianyar dan Tabanan berdasarkan
ketentuan dalam Peraturan Presiden
No 51 Tahun 2014 tentang perubahan
atas Perpres 45 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan.
Penerbitan Perpres No. 51 Tahun 2014
tersebut mengubah peruntukan perairan
Teluk Benoa dari kawasan konservasi
menjadi zona budi daya yang dapat
direklamasi maksimal 700 hektar. Dalam
perencanaanya, PT Tirta Wahana Bali
Internasional sebagai pihak pengembang
dikabarkan akan mereklamasi 700
hektar kawasan Teluk Benoa dengan
pasir dari wilayah setempat dan perairan
Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Terhadap rencana pengerukan pasir di
Lombok Timur tersebut, Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat kemudian
mengeluarkan izin guna memuluskan
kebijakan reklamasi tersebut sehingga
menyebabkan pro-kontra tidak hanya bagi
masyarakat Lombok Timur saja, tapi bagi
seluruh masyarakat yang ada di Bali dan
Lombok. Disatu sisi, proyek reklamasi
memang tidak dapat dipungkiri membawa
sejumlah dampak positif bagi ekonomi
yang akan diperoleh oleh pemerintah
NTB, khususnya retribusi daerah yang
kalau dinominalkan cukup menggiurkan.
Namun dari sisi penanganan, kerusakan
lingkungan akibat pengerukan pasir
tersebut
pemerintah
NTB
bakal
Kajian Hukum dan Keadilan IuS

187

Jurnal IuS | Vol IV | Nomor 2 | Agustus 2016 | hlm, 188~191
menanggungnya sepanjang masa tanpa
ada kewajiban apapun dari perusahaan
yang melakukan pengerukan pasir
pantai. Terlebih faktanya, setiap kegiatan
pertambangan selama ini, akibat yang
ditimbulkan terhadap kerusakan alam
tidakmudahdanjarangdapatdiperbaharui
kembali seperti keadaan lingkungan
semula.
Dari kendala-kendala tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Pemanfaatan
ruang di Kabupaten Lombok Timur umumnya belum dilakukan secara optimal
sesuai dengan fungsi Kawasan, baik untuk Kawasan lindung, budidaya maupun
pertambangan.Haltersebutmenyebabkan
produktivitas pada tiap kawasan relatif
kurang. Seringkali terjadi penyimpangan
pemanfaatan ruang karena kegiatan yang
dilakukan tidak sesuai dengan fungsi ruang Kawasan yang telah ditetapkan. Sebagaimana teori pemanfaatan yang penulis
kemukakan bahwa pemanfaatan ruang
haruslah digunakan sebagaimana mestinya, sehingga hasilnya bisa bernilai positif
khususnya yang berkaitan bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Apabila tidak dilakukan upaya
pengendalian
pemanfaatan
ruang
secepatnya
maka
akan
terjadi
ketidakteraturan ruang wilayah akibat
semakin
meningkatnya
kebutuhan
terhadapruangdanterjadibenturanantara
berbagai kepentingan sehingga masalahmasalah baru juga akan timbul dan
berdampak negatif efektifitas penerapan
perda Kabupaten Lombok Timur tesebut.
3. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam
Mengatasi Kendala Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok
Timur Nomor 2 Tahun 2012 Dalam
Pelestarian Dan Berkelanjutan

Pada hakekatnya perencanaan Tata
Ruang baik Provinsi, kabupaten maupun
kota adalah proses untuk menentukan

188 IuS Kajian Hukum dan Keadilan

tindakan di masa depan yang sesuai
melalui suatu urutan (tahapan) pilihanpilihan. Dengan demikian perencanaan
(planning) mempunyai dua pengertian
yang tidak terpisahkan, yaitu sebagai
produk (keadaan akhir yang dikehendaki)
dan sebagai manajemen (pola pengarahan
dalam pencapaian pembangunan). Saat ini
Kabupaten Lombok Timur sedang dan akan
berkembang dalam rangka mengimbangi
percepatan pembangunan diberbagai sector
termasuk sector pertanian dan pariwisata.
Oleh sebab itu, Pemda Kabupaten
Lombok Timur sedang mengupayakan
peningkatan kemampuan lahan (land
capability) yang saat ini kurang produktif
menjadi lebih produktif. Caranya adalah
dengan menata kembali kawasan tersebut
agar didapatkan nilai tambah yang lebih
memadai dan sesuai dengan potensi serta
nilai ekonomi yang dimilikinya. Dengan
kata lain, upaya peningkatan kemampuan
lahan tersebut dimaksudkan agar lahan
dapat dimanfaatkan sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
Dengan demikian, RTRW yang sudah
diatur dalam perda Kabupaten Lombok
Timur No 2 Tahun 2012 serta programprogram yang telah direncanakan pemda
Kabupaten Lombok timur dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Dari hasil wawancara penulis dengan
kepala seksi di Tata Pemerintah Pemda
Kabupaten Lombok Timur, ada beberapa
upaya yang saat ini sedang dilaksanakan
pemerintah Kabupaten Lombok Timur
dalam menanggulangi kendala-kendala
penerapan perda Kabupaten Lombok Timur
No 2 Tahun 2012 sebagaimana mana yang
telah penulis jelaskan sebelumnya yakni :8
1.

Mengakomodir secara efektif dan
efisien kepentingan antara pemerintah,
swasta dan masyarakat khususnya

8 Wawancra dengan kepala seksi di Tata Pemerintah
Pemda Kabupaten Lombok Timur pada tanggal 11 April
2016

I Gde Beni Yasa | Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012............
7) Izin pemanfaatan ruang menjadi dasar
penerbitan izin-izin selanjutnya.

dalam penggunaan lahan. Hal ini perlu
diperhatikan khususnya dalam pemberian
izin penggunaan lahan pertanian.
Sebagaimana dijelaskan dalam pasal
46 perda Kabupaten Lombok Timur
menyebutkan bahwa :
1) Ketentuan perizinan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 35 ayat (2) huruf
b adalah izin pemanfaatan ruang terdiri
atas :
a. izin lokasi/izin prisip;
b. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
c. izin mendirikan bangunan; dan
d. izin lain berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2) Setiap kegiatan yang memanfaatkan
ruang di wilayah kabupaten wajib
dilengkapi dengan izin pemanfaatan
ruang.
3) Izin pemanfaatan ruang diberikan
oleh pemerintah kabupaten melalui
instansi yang berwenang setelah
dikoordinasikan, dikaji oleh instansi
terkait dan diproses oleh lembaga add
Hoc tata ruang (BKPRD) kabupaten
yang selanjutnya ditetapkan oleh
Bupati.
4) Izin prinsip / izin lokasi sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a dan b
diberikan berdasarkan peraturan
daerah kabupaten berdasarkan rencana
tata ruang wilayah kabupaten tahun
2012-2032
5) Izin penggunaan pemanfaatan tanah
sebagimana dimaksud ayat (1) huruf
c diberikan berdasarkan izin lokasi
6) Izin
mendirikan
bangunan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf
d diberikan berdasarkan rencana detail
tata ruang dan peraturan zonasi.

8) Ketentuan lebih lanjut mengenai
prosedur perolehan Izin Pemanfaatan
Ruang. dan perizinan lainnya diatur
dengan Peraturan Bupati.
2. Program Penyelamatan Hutan, Tanah
dan Air. Program ini bertujuan untuk
melestarikan fungsi dan kemampuan
sumber alam hayati dan non hayati serta
lingkungan hidup melalui penyelamatan
hutan, tanah dan air yang merupakan
sumber alam dan sekaligus pula
lingkungan hidup.
3.

Program Inventarisasi dan Evaluasi
Sumber Alam dan Lingkungan Hidup
Kabupaten Lombok Timur khususnya
yang berkaitan dengan tata guna tanah.
Program ini pada dasarnya bertujuan
untuk
meningkatkan
pengenalan
terhadap jumlah dan mutu sumber daya
alam serta mengembangkan neraca dan
tata guna sumber alam dan lingkungan
hidup untuk mengetahui daya dukung
dan menjamin ketersediaan sumber
alam yang berkelanjutan. Hal ini perlu
dilakukanuntukmengetahuisejauhmana
kelangsungan tata ruang dan lingkungan
hidup di Kabupaten Lombok Timur.
Dengan demikian kita dapat mengetahui
dan mengevaluasi kondisi tata ruang dan
lingkungan hidup di Kabupaten Lombok
Timur.

4. Pengendalian Ketidakserasian Pola
Penggunaan Tanah
5. Pengendalaian pola penggunaan tanah ini
sangat erat kaitannya dengan persoalan
pemberian izin penggunaan tanah. Oleh
sebab itu, pemerintah Kabupaten Lombok
Timur sangat memperhatikan pola-pola
penggunahan lahan produktif yang
boleh atau tidak boleh diberi izin untuk
pembangunan di daerah tersebut.

6. Partisipasi mayarakat.
Kajian Hukum dan Keadilan IuS

189

Jurnal IuS | Vol IV | Nomor 2 | Agustus 2016 | hlm, 190~191
Dalam kegiatan penataan ruang
masyarakat berhak antara lain Pertama,
berperan serta dalam proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian
pemanfaatan
ruang
Kabupaten. Kedua, mengetahui secara
terbuka rencana tata ruang wilayah,
rencana tata ruang kawasan, rencana rinci
tata ruang kawasan, termasuk tata letak
dan tata bangunan Kabupaten Lombok
Timur. Ketiga, menikmati manfaat ruang
dan atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat dari penataan ruang Kabupaten
Lombok Timur. Keempat, memperoleh
penggantian yang layak atas kondisi
yang dialami sebagai akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang Kabupaten
Lombok Timur.
7. Penegakan hukum
Menurut Soerjono Soekanto ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum, yaitu :9
1) Hukumnya sendiri.
2) Penegak hukum.
3) Sarana dan fasilitas.
4) Masyarakat.

hap perencanaan tata ruang wilayah dapat
dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
Oleh sebab itu, jika pemerintah Kabupaten
Lombok Timur ingin perda No 2 Tahun
2012 tersebut dapat berjalan secara efektif,
maka perlu ada tindakan yang tegas dari
aparat pemerintah khususnya dalam memberikan sangsi bagi setiap yang melanggar
ketentuan dalam perd Kabupaten Lombok
Timur No 2 Tahun 2012 tersebut.
8. Penanggulangan permasalahan penambangan pasir
Sampai saat ini pelaksanaan
penambangan pasir di Lombok Timur
dalam rangka reklamasi Teluk Benoa
masih berlangsung sehingga sebagian
masyarakat Lombok Timur dan berbagai
LSM yang tidak setuju dengan kegiatan
tersebut terus melakukan perlawanan
terhadap tindakan pemerintah Provinsi
Nusa Tenggara Barat yang telah
memberikan izin. Berbagai mediasi telah
dilakukan antara pemerintah daerah,
pihak investor dan masyarakat guna
mencari solusi terbaik. Namun masingmasing pihak tetap mempertahankan
kehendaknya sehingga sampai hari ini
belum ada solusi kongkrit dalam proses
penyelesaian pengerukan pasir tersebut.

5) Kebudayaan.

SIMPULAN

Kelima faktor tersebut sangatlah
menunjang bagaimana efektifitas kebijakan publik itu dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam kaitannya dengan
penyusunan rencana tata ruang wilayah
haruslah berpedoman pada lima hal pokok tersebut. Namun perlu difahami, hal
yang paling penting dalam suatu penerapan aturan rencana tata ruang agar apa
yang dicita-citakan dapat terwujud adalah
bagaimana aturan itu ditegakkan secara
menyeluruh dan sistematis agar setiap ta-

Ada beberapa hal yang mempengaruhi
pelaksanaan Penerapan Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun
2012 dalam pelestarian dan berkelanjutan,
yakni : pengaruh perbedaan kepentingan
antara pihak pemerintah dengan swasta
dan masyarakat, lahan yang terbatas,
culture/budaya masyarakat yang apatis
atau kurang responsif terhadap kebijakan
RTRW di kabupaten Lombok Timur serta
pejabat yang kurang memahami substansi
dari pengaturan perda No. 2 Tahun 2012
tersebut.

9 Tahegga Primananda, “Efektivitas Hukum dalam
Masyarakat (Prespektif Sosiologi Hukum),” Alfath.
www.google.com, Diakses pada tanggal 30 Januari 2016,
hlm. 2-3

190 IuS Kajian Hukum dan Keadilan

Adapun kendala-kendala yang dihadapi
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur

I Gde Beni Yasa | Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012............
dalam pelaksanaan penerapan Perda
Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun
2012 adalah berkaitan dengan pertanian,
kehutanan, pelestarian sumber daya air,
masalah Tata Guna Tanah, ketidakserasian
Pola Penggunaan Tanah, partisipasi
masyarakat, masalah penegakan hukum dan
pertambangan. Kendala-kendala tersebut
sangat berdampak pada ketidakefektifan
penerapan perda Kabupaten No 2 Tahun
2012 tersebut sehingga perlu ada solusi
kongkrit untung menanggulanginya.
Upaya-upaya dilaksanakan pemerintah
Kabupaten
Lombok
Timur
dalam
menanggulangi kendala-kendala penerapan
perda Kabupaten Lombok Timur No
2 Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
mengakomodir secara efektif dan efisien
kepentingan antara pemerintah, swasta dan
masyarakat khususnya dalam penggunaan
lahan, program inventarisasi dan evaluasi
sumber alam dan lingkungan hidup,
program penyelamatan hutan, tanah dan
air, program pembinaan dan pengelolaan
lingkungan hidup, program pengendalian
pencemaran lingkungan hidup, program
rehabilitasi lahan kritis serta penegakan
hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Siti

Sundari Rangkuti, 2005. Hukum
Lingkungan dan Kebijaksanaan
Lingkungan Nasional Terhadap
Rencana Tata Ruang, Airlangga
University Press, cetakan ketiga.
Surabaya.

Dahlan nasution, 1991. Politik Internasional
(konsep dan teori). Airlannga.
Surabaya.

Wahyudi Kumorotomo,
1999. Etika
Administrasi Negara, Rajawali
Pers.
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Indonesia, Undang-undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (Lembaran
Negara Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 2034)
Indonesia, Undang-Undang Nomor. 26
Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembar Negara Nomor
68 tahun 2007, tambahan lembar
Negara Nomor 4725)
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
Indonesia, Peraturan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat Nomor 3 Tahun
2010 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2009–2029.
Indonesia, Peraturan Daerah Kabupaten
Lombok Timur Nomor 2 Tahun
2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2012 – 2032.
Internet
Tahegga Primananda, “Efektivitas Hukum
dalam Masyarakat (Prespektif
Sosiologi Hukum),” Alfath.www.
google.com, Diakses pada tanggal
30 Januari 2016, hlm. 2-3

Bhattacharyya, Dalam Taliziduhu Ndraha,
1990. Masyarakat : Mempersiapkan
MasyarakatTinggal landas, Jakarta:
Rineka Cipta.
Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses
Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Media Pressindo
Kajian Hukum dan Keadilan IuS

191