KRISIS EKONOMI dunia pasca INDO 2

KRISIS DAN DAMPAK
EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998

DISUSUN OLEH :
RAHAJENG SEKAR PRAMUDITA
NIM : F0311096

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

2011

BAB I
PENDAHULUAN
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998 menjadi peristiwa yang tidak
terlupakan bagi masyarakat Indonesia. Peristiwa yang telah memporak - porandakan
perekonomian Indonesia. Krisis ini menjadi pengalaman terberat dalam perjalanan
bangsa Indonesia. Krisis ekonomi terjadi pada pertengahan tahun 1997 sekitar bulan Juli
dan Agustus yang pada saat itu jabatan tertinggi negara dipegang oleh Soeharto. Pada
awal tahun 1997 Indonesia masih belum merasakan akan terjadinya krisis. Tingkat Inflasi

Indonesia yang dirasa masih pada taraf wajar. Krisis mulai terasa di awal bulan Juli dan
Agustus ketika dimulai dengan nilai rupiah yang turun. Nilai tukar rupiah kemudian
merosot dengan cepat dan tajam dari rata-rata Rp 2.450 per dollar AS Juni 1997 menjadi
Rp 13.513 akhir Januari 1998 (Krisis Moneter Indonesia). Penurunan ini juga didorong
dengan semakin banyak masyarakat yang membeli dolar. Sehingga permintaan akan
dolar pun tinggi yang berakibat semakin lemahnya nilai rupiah terhadap dolar. Masalah
pun semakin parah ketika banyak perusahaan swasta yang meninjam dana dari luar.
Sehingga mereka harus menghadapi biaya yang sangat besar dalam pembayaran utang
tersebut. Hal ini yang memicu banyak perusahaan yang mulai gulung tikar.
Krisis moneter yang menimpa Indonesia selama dua tahun ini mulai berubah
menjadi krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi yang disebabkan banyak
perusahaan swasta yang gulung tikar dan berakibat pada para pekerja yang mengganggur
(Krisis Moneter Indonesia). Krisis Moneter yang terjadi berdampak kepada segala segi
kehidupan politik dan masyarakat. Krisis ini pula yang membawa Presiden Soeharto
meninggalkan tahta kepemimpinannya.
Kebijakan-kebijakan ekonomi mulai diambil ketika krisis ini mulai muncul.
Berbagai langkah kebijakan diambil terfokuskan kepada mengembalikan kestabilan
mikroekonomi dan membangun kembali infrastruktur ekonomi, khususnya dibidang
perbankan dan dunia usaha (Makalah Bank Indonesia : Peran Kebijakan Moneter dan


Perbankan Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Indonesia). Kebijakan yang terfokus pada
dua hal tersebut tepat untuk diambil seperti yang diketahui krisis moneter yang terjadi
sudah sangat menyerang perekonomian secara keseluruhan sekaligus menyerang sectorsektor badan usaha.
Krisis ini menjadi titik balik perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik.
Krisis moneter ini memicu banyak pakar ekonom berpikir keras untuk menemukan
kebijakan yang terbaik dalam mengatasi dan mencegah hal ini terjadi dikemudian hari.
Mulai banyak kebijakan yang diajukan setelah krisis moneter ini terjadi. Kebijakan
ekonomi yang menjadi upaya utama pemerintah agar peristiwa seperti ini tidak terjadi
dikemudian hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEBAB KRISIS MONETER
Krisis moneter yang menimpa Indonesia pada pertengahan tahun 1997 dan
mengalami puncaknya ketika memasuki tahun 1998. Krisis moneter lebih pantas disebut
krisis ekonomi karena sudah berakibat ke berbagai segi perekonomian Indonesia. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi krisis moneter yang terjadi di Indonesia.
Salah satu faktor yang menyebabkan krisis moneter Indonesia menurut Jurnal
Akuntansi dan Keungan ’Inflasi di Indonesia’ diawali ketika nilai mata uang Indonesia
terdepresiasi terhadap mata uang asing (terutama dolar AS). Penurunan nilai mata uang

rupiah terhadap dolar AS berakibat besar pada perusahaan besar yang banyak meminjam
dana dari luar negeri. Hal ini berakibat pada biaya besar yang harus dikeluarkan
perusahaan sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar dan banyaknya pengangguran.
Hal serupa juga diungkapkan dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan ‘Inflasi di
Indonesia’ bahwa penurunan nilai mata uang asing (terutama terhadap dolar AS), akibat
efek domino dari terdepresiasinya mata uang Thailand (bath) salah satunya
mengakibatkan kenaikan harga barang - barang yang diimpor oleh Indonesia. Hal ini
mengakibatkan kenaikan berbagai barang - barang impor secara langsung maupun tidak
langsung. Kenaikan harga barang - barang di pasaran semakin di perparah dengan
banyaknya pengangguran yang terjadi.
Krisis moneter ini tidak seluruhnya disebabkan oleh berbagai hal tentang moneter
seperti yang terdapat dalam ‘Krisis Moneter : Sebab, Dampak, Peran IMF, dan Saran’
mengungkapkan bahwa krisis ini juga diperparah dengan berbagai musibah nasional yang
terjadi seperti, misalnya kegagalan panen akibat kekeringan, kebakaran hutan secara
besar-besaran di Kalimantan, dan berbagai kerusuhan yang terjadi di berbagai wilayah.
Krisis ini mulai merambat ke dalam segi masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Kegagalan panen yang berimbas pada semakin mahalnya harga beras sekaligus petani

mengalami kerugian besar-besaran. Kebakaran hutan dan kerusuhan yang terjadi dimana
- mana memaksa pemerintah membagi pikiran.

Akibat fluktuasi akan dollar AS, Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997
membebaskan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS (Krisis
Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, dan Peran IMF). Indonesia yang dulunya menganut
system floating managed mengubah menjadi free floating. Dengan sistem baru ini, Bank
Indonesia tidak perlu melakukan intervensi atau menyediakan sejumlah dana untuk
membantu dalam mengembalikan nilai mata uang rupiah. Perubahan system dari floating
managed ke free floating berakibat merosotnya cepat dan tajam dari Rp 2.450 per dollar
AS Juni 1997 menjadi Rp 13.513 akhir Januari 1998. Hal ini diakibatkan banyak orang
yang bereaksi dengan membeli dollar dan menjual rupiah karena harga dollar yang
semakin melambung. Sehingga permintaan akan dolar lebih banyak dibanding
permintaan akan rupiah seperti halnya dalam hukum permintaan dan penawaran dimana
ketika penawaran tetap dan permintaan naik maka akan pula menaikkan nilai dari barang
tersebut. Hal ini berlaku pula dalam mata uang asing seperti, dollar ini. Hal ini yang
semakin memperburuk keadaan dan nilai rupiah turun dengan tajam pada tahun 1998.
Namun pada Mei 1999 nilai rupiah kembali membaik.
INDIKATOR UTAMA EKONOMI INDONESIA 1990 – 1997
Tabel 1

*Sumber : BPS, Indikator Ekonomi; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia;
World Bank, Indonesia in Crisis, July 2, 1998 (dalam Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak,

Peran IMF)*

Data Indikator Ekonomi Indonesia di atas yang menunjukkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia selama tujuh tahun dari tahun 1990 – 1997. Data diatas terlihat di
tahun 1997 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup drastis dan tingkat
inflasi yang naik tajam. Menurut ‘Krisis Moneter : Sebab, Dampak, dan Peran IMF’
bahwa krisis ekonomi terjadi bukan hanya karena fundamental ekonomi Indonesia yang
lemah, bisa dilihat dari data diatas dimana sebelum tahun 1997 pertumbuhan ekonomi
Indonesia berkembang cukup baik. Krisis ini lebih disebabkan karena utang swasta luar
negeri yang cukup besar. Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai
rupiah yang jatuh tajam. Hal ini akibat dari utang swasta luar negeri yang sudah mulai
jatuh tempo dan juga karena serbuan bertubi-tubi akan dollar AS. Jatuh temponya utang
swasta luar negeri ini memaksa permintaan akan dollar AS yang tinggi. Jika permintaan
akan dollar AS tidak tinggi pada tahun tersebut Indonesia tidak akan mengalami krisis
yang berkepanjangan.
Menurut Anwar Nasution (Nasution : 28) dalam ‘Krisis Moneter Indonesia :
Sebab, Dampak, dan Peran IMF’ bahwa besarnya defisit neraca berjalan dan utang luar
negeri, ditambah dengan lemahnya sistem perbankan nasional sebagai akar dari
terjadinya krisis finansial. Defisitnya neraca berjalan berarti Indonesia banyak melakukan
impor barang sedangkan ekspor Indonesia sangat lemah. Ini disebabkan produk-produk

Indonesia yang mulai kalah bersaing dengan produk-produk luar negeri, selain itu
perusahaan dalam negeri yang mengalami masalah utang luar negeri mereka yang mulai
jatuh tempo berdampak pula pada biaya produksi yang tinggi. Utang luar negeri ini yang
menjadi faktor utama terjadinya krisis moneter Indonesia walaupun masih ada faktor lain
yang mempengaruhi krisis tersebut. Oleh karena itu, bila ditelusuri lebih jauh menurut
para pakar ekonom terjadinya krisis moneter yang paling utama karena utang luar negeri
Indonesia walaupun masih ada factor - faktor lain yang mempengaruhi dan setiap
ekonom memiliki pemikiran sendiri - sendiri terhadap faktor lain yang mempengaruhi
tersebut.

B. DAMPAK KRISIS MONETER
Dampak Krisis Moneter sangat besar bagi perekonomin Indonesia secara
khususnya, namun sektor lain pun terkena dampak dari terjadi krisis moneter ini mulai
dari sektor pemerintahan sampai pada sektor sosial masyarakat. Dari sektor ekonomi
Indonesia, nilai rupiah yang turun drastis berakibat pada naiknya harga produk - produk
import berimbas pula pada turunnya nilai pendapatan masyarakat ditambah lagi banyak
terjadinya PHK pada pekerja - pekerja. Kenaikan harga produk - produk dipasaran
menaikkan nilai inflasi antara pertengaha tahun 1997 – 1998. Inflasi adalah saalah satu
dampak krisis moneter dilihat dari sektor ekonomi.
Dari sektor ekonomi secara umum akibat dari menurunnya nilai rupiah menurut

‘Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, dan Peran IMF’ berimbas pada : kesulitan
menutup APBN, harga telur/ayam naik, utang luar negeri dalam rupiah melonjak, harga
BBM/tarif listrik naik, tarif angkutan naik, perusahaan tutup atau mengurangi
produksinya karena tidak bisa menjual barangnya dan beban utang yang tinggi, toko sepi,
PHK di mana-mana, investasi menurun karena impor barang modal menjadi mahal, biaya
sekolah di luar negeri melonjak. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami
kontraksi sebesar 13,7% pada tahun 1998 dibandingkan dengan tahun 1997 yang terlihat
masih mengalami ekspansi 4,9% terlihat pada tabel 2.1 (Laporan Tahunan Bank
Indonesia 1998/1999). Dampak lain yang terjadi adalah tingginya tingkat inflasi seperti
terlihat dari tabel I pada tahun 1997 inflasi sudah mulai tinggi. Tingginya tingkat inflasi
terjadi antara pertengahan tahun 1997 sampai 1998.
Pada sektor sosial masyarakatnya banyak jatuh miskin akibat semakin tingginya
tingkat pengangguran sekaligus harga - harga beberapa bahan pokok yang mulai
merangkak naik dan mengancam kehidupan masyarakat pada masa itu. Pada tahun 1998,
persentase penduduk miskin tercatat sebanyak 24,23 persen (49,5 juta orang) (Data
Strategis BPS).. Tingginya angka kemiskinan tersebut dikarenakan krisis ekonomi yang
melanda Indonesia pada pertengahan 1997 yang berakibat pada meroketnya harga-harga
kebutuhan dan berdampak parah pada penduduk miskin (Data Strategis BPS). Semakin
tingginya pengangguran tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Seiring dampak
sektor sosial yang terjadi dimasyarakat, dampak sektor sosial ini memicu pada sektor

politik dimana Soeharto sebagai pemegang kekuasaan tertinggi mulai diragukan

keberadaannya. Berbagai tindakan kekerasan terjadi akibat berbagai masalah politik yang
terjadi. Pada akhirnya, tanggal 21 Mei 1998 Soeharto secara resmi digantikan wakil
presiden BJ.Habibie.

C. INFLASI DAN PENGANGGURAN
Inflasi adalah salah satu dampak dari krisis moneter 1998. Laju inflasi pada tahun
1998 yang diukur berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai angka 77,6 %.
(Laporan Tahunan Bank Indonesia tahun 1998/1999). Tingkat inflasi yang hampir
mencapai pada tingkat hyperinflasi. Menurut Laporan Tahunan Bank Indonesia tahun
1998/1999 penyebab dari ringginya laju inflasi adalah tingginya tingkat penwaran
sedangkan pasokan yang menipis, menurunnya tingkat rupih sehingga meenaikkan harga
barang-barang import sehingga meningkatkan harga barang secara umum. Selain itu,
produksi barang yang menurun akibat menurunnya kegiatan produksi, kurang berhasilnya
pertanian, dan distribusi yang terhambat akibat kerusuhan Mei 1998.
Penyebab Inflasi menurut beberapa referensi memiliki beberapa perbedaan.
Menurut Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF, dan Saran menyatakan
bahwa penyebab inflasi bukan dikarenakan imported inflation1 tapi lebih tepat dikatakan
foreign exchange induced inflation2. Karena krisis ini berkaitan dengan nilai tukar valas

yang tinggi berakibat pada harga-harga barang import yang tinggi, bukan dikarenakan
naiknya harga barang-barang import itu sendiri.. Jadi, lebih tepat dikatakan sebagai
foreignexchange induced inflation. Berbeda halnya menurut Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Inflasi di Indonesia yang menyatakan bahwa, penyebab inflasi dikarenakan
imported inflation.
Inflasi dan pengangguran menurut buku-buku ekonomi memiliki kaitan erat.
Keterkaitan antara inflasi dan pengangguran berkaitan secara negative dimana semakin
tinggi tingkat inflasi akan menurunkan tingkat pengangguran.
Higher demand may over time cause firms to raise their prices, but in the
meantime, it also encourages them to hire more workers and produce a larger quantity of
goods and services. More hiring means lower unemployment. Higher demand may over

time cause firms to raise their prices, but in the meantime, it also encourages them to
hire more workers and produce a larger quantity of goods and services. More hiring
means lower unemployment. (Macroeconomic Gregory Mankiw : 14).
Permintaan dipasar pada krisis moneter ini sangat tinggi eshingga memunculkan
inflasi. Namun, tidak selamanya konsep akan inflasi dan pengangguran berhubungan
negative. Seperti yang terlihat inflasi yang terjadi di Indonesia pada krisis moneter 1998
mencapai 77,6 % tapi pengangguran pun juga tinggi. Hal ini dikarenakan inflasi yang
terjadi di Indonesia disebabkan turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS yang

memicu harga-harga barang import naik sehingga menaikkan harga barang secara umum
selain itu, banyaknya perusahaan yang bangkrut akibat utang luar negeri mereka sudah
mulai jatuh tempo.
Jadi, tidak selamanya suatu konsep dalam ilmu pengetahuan sesuai dengan
kenyataan yang harus dihadapi. Konsep inflasi dan pengangguran yang berhubungan
negative tidak dapat diberlakukan dalam inflasi yang terjadi di Indonesia karena
penyebab terjadinya inflasi pun menjadi penentu.

D. KEBIJAKAN MENGATASI KRISIS
Kebijakan - kebijakan ekonomi mulai diambil ketika krisis ini mulai muncul.
Kebijakan secara makroekonomi Langkah kebijakan itu difokuskan untuk
mengembalikan kestabilan mikroekonomi dan membangun kembali infrastruktur
ekonomi, khususnya dibidang perbankan dan dunia usaha (Makalah Bank Indonesia :
Peran Kebijakan Moneter dan Perbankan Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Indonesia).
Kebijakan yang terfokus pada dua hal tersebut sangat tepat untuk diambil, seperti yang
diketahui krisis moneter yang terjadi sudah sangat menyerang perekonomian secara
keseluruhan sekaligus menyerang sector - sektor badan usaha. Secara umum langkah
yang diambil dalam mengatasi masalah krisis moneter ini berpijak pada empat bidang
pokok (Makalah Bank Indoensia : Peran Kebijakan Moneter dan Perbankan Dalam
Mengatasi Krisis Ekonomi Indonesia) :

a. Di bidang Moneter, ditempuh kebijakan moneter ketat untuk mengurangi laju
inflasi dan penurunan atau depresiasi nilai mata uang lokal secara berlebihan.

b. Di bidang Fiskal, ditempuh dengan kebijakan yang terfokus pada upay
relokasi pengeluaran-pengeluaran untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.
c. Di bidang Pengelolaan (governance), ditempuh dengan berbagai kebijakan
untuk penngelolaan baik di sector public atau swasta
d. Di bidang Perbankan, ditempuh dengan berbagai kebijakan untuk mengurangi
kelemahan dunia perbankan.
Secara umum kebijakan-kebijakan yang diambil untuk mengatasi sekaligus mencegah
terjadinya krisis monter di kemudian hari. Secara khusus kebijakan yang diambil ketika
krisis moneter terjadi dengan cara mengupayakan stabilisasi dan pemulihan kegiatan
ekonomi, pemerintah telah menempuh beberapa kebijakan dari sisi permintaan maupun
penawaran (Laporan Tahunan Bank Indonesia 1998/1999). Di sisi permintaan perlu
menjadi perhatian khusus karena permintaan domestik mengalami kontraksi sebesar
17,6%, dengan sumbangan terhadap kontraksi PDB sebesar 18,4% kebijakan yang
ditempuh diarahkan untuk memulihkan kegiatan investasi, perdagangan, serta
mengurangi dampak negatif krisis terutama terhadap golongan masyarakat miskin
(Laporan Tahunan Bank Indonesia 1998/1999). Penurunan permintaan domestic ini
berimbas pula pada penurunan konsumsi rumah tangga akibat daya beli masyrakat yang
turun. Hal ini yang berimbas pada semakin banyaknya masyrakat miskin sehingga dalam
kebijakan permintaan difokuskan pula pada masyarakat miskin untuk mengurangi
dampak-dampak yang akan ditimbulkan dari krisis monter ini. Penurunan investasi yang
disebabkan banyak faktor. Dua faktor utama adalah penurunan kepercayaan atas daya
serap pasar domestic dan perusahaan yang mengalami kesusahan dalam pembiayaan
sehingga tidak sempat untuk melakukan investasi. Kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan investasi dengan menghapuskan bea masuk unruk beberapa jenis barang
modal dan menerapkan kebijakan tas holiday (Laporan Tahunan Bank Indonesia
1998/1999).Hal ini untuk memudahkan perusahaan untuk melakukan produksi barang
semakin banyak perusahaan yang mulai berproduksi semakin tinggi pla tingkat investasi
yang terjadi.
Di sisi penawaran, Di sisi penawaran, kebijakan yang ditempuh lebih bersifat structural
untuk membantu pemulihan kinerja sektor perbankan dan dunia usaha. Upaya untuk
meredam tekanan inflasi dilakukan melalui kebijakan moneter yang ketat dan pemulihan

sisi pasokan terutama melalui penyediaan dan perluasan kredit program serta perbaikan
sistem distribusi. Pemulihan inflasi dari sisi penawaran berkaitan pada perluasan
pemberian kredit kepada bank-bank umum sehingga memudahkan pengusaha kecil untuk
menminjamkan dana dalam proses produksi. Dalam upaya pemenuhan pasokan
kebutuhan yang mengalami penurunan pemerintah memperbaiki dari sisi distribusi
(Laporan Tahunan Bank Indonesia 1998/1999) dimana dengan mengurangi monopoli
suatu badan dalm pengadaan pesokan dan membuka kepada badan lain seperti koperasi
untuk pemenuhan kebutuhan pokok.

BAB III
PENUTUP

Krisis Moneter yang dialami Indonesia pada pertengahan tahun 1997 sampai akhir
tahun1998 yang berdampak pada lemahnya perekonomian Indonesia. Faktor utama
penyebab krisis monter ini adalah turunnya nilai tukar rupiah atas dollar AS. Faktor lain
yang menjadi pemicunya adalah tingkat utang perusahaan swasta yang tinggi dan sudah
mulai jatuh tempo pada tahun-tahun tersebut, hal ini diperparah dengan berbagai musibah
nasional yang terjadi seperti Krisis Monter yang membawa dampak besar bagi seluruh
segi kehidupan Indonesia yaitu :
a. Segi Ekonomi :
 Inflasi tinggi
 Banyaknya perusahaan yang tutup akibat utang luar negeri mereka
yang membengkak
 Pengangguran tinggi
 Rendahnya tingkat investasi dan tabungan masyarakat
b. Segi Sosial Politik
 Banyak kerusuhan dimana-mana akibat rasa ketidakpercayaan



masyarakat terhadap kepemimpinan presiden
Turunnya Soeharto sebagai presiden
Banyak rakyat miskin

Dampak dari Krisis Moneter tersebut salah satunya adalah tingkat inflasi yang
tinggi dan pengangguran yang tinggi pula. Kedua hal tersebut bila dihubungkan menurut
ilmu makro ekonomi tidak cocok. Karena tingginya tingkat inflasi berhubungan negative
dengan tingkat pengangguran. Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin turun tingkat
pengangguran tersebut. Bila dikaji lebih lanjut hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai
konsep utama. Jadi, hubungan antara keduanya bergantung pada faktor penyebab
terjadinya tingkat inflasi dan pengangguran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Mankiw N. Gregory; 2008; Macroeconomics;
Atmaja Adwin S.; 1999; Inflasi Di Indonesia : Sumber-Sumber Penyebab dan
Pengendalian; Jurnal Akuntansi dan Keungan Vol.1.

(http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/viewFile/15656/15648%2526em
bedded%253Dtrue) Diakses pada 23 Oktober 2011.

Tarmidi Lapi T.; Krisis Moneter : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran.
(http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/427EA160-F9C2-4EB0-9604C55B96FC07C6/3015/bempvol1no4mar.pdf) Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011.

Laporan Tahunan 1998/1999 Bank Indonesia
(http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+Indon
esia/LapTah+1998+1999.htm) Diakses pada tanggal 23 Oktober 2011

Data Strategis BPS; CV. Nasional Indah.
(http://www.bps.go.id/65tahun/data_strategis_2011.pdf) Diakses pada tanggal 22 Oktober
2011

Abdullah Burhanuddin; 2003; Peran Kebijakan Ekonomi dan Perbankan Dalam
Mengatasi Krisis Ekonomi Indonesia; Makalah Bank Indonesia; Jakarta
(http://www.bi.go.id/biweb/html/sambutan/makalah-13-2003-gbi.pdf) Diakses pada
tanggal 27 Oktober 2011