SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA (4)
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA
INDONESIA
Perkembangan BI sebelum Kemerdekaan
Abad ke-7 Masehi : Kerajaan sriwijaya
menggunakan bahasa melayu sebagai
bahasa kenegaraan
Abad ke-15 : Terbentuknya bentuk
resmi bahasa melayu di kalangan
keluarga kerajaan
Tanda diakritik, seperti koma
ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’
2. Ejaan Republik à Soewandi
Ejaan ini adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa
Indonesia yang berlaku sejak 17 maret 1947.
Ciri-ciri ejaan ini:
Huruf oe diganti huruf u pada
kata guru, itu, suka
Bunyi hamzah dan bunyi sentak
ditulis dengan k pada kata-kata pak,
tak, dsb
Pertengahan 1800an : Buku Alfred
Russel Wallace “Malay Archipelago”
Akhir abad ke-19 : Terbentuknya
Bahasa Indonesia
Awal abad ke-20 : Bahasa melayu pecah
menjadi 2
Kata ulang boleh ditulis dengan
kata+2 pada kanak2, ber-jalan2,
Awalan di- dan kata depan di
kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mendampinginya
Perkembangan BI setelah Kemerdekaan
Sehari setelah merdeka, 18 Agustus
1945, dalam UUD 1945 ditetapkanlah
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
(pasal 36).
Ejaan Bahasa Indonesia dibakukan dan
ditetapkan sejak 1972, setelah
mengalami beberapa perubahan (tahun
1901 Ejaan van Ophuijsen dan tahun
1947 Ejaan Soewandi).
Tahun 1975 dikeluarkan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Lima tahun sekali, Ejaan bahasa
Indonesia senantiasa disempurnakan
hingga sekarang melalui Kongres
Nasional Bahasa Indonesia dengan
motor penggerak Pusat Bahasa.
Di era kesejagatan kini, bahasa
Indonesia dipelajari di berbagai PT
nasional dan internasional
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
1. Ejaan Van Ophuijsen à ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin. Ciri-ciri:
Huruf i untuk membedakan antara huruf
i sebagai akhiran dan karenanya harus
disuarakan tersendiri dengan diftong
seperti mulai dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf ‘y’
seperti dalam Soerabaia.
Huruf J untuk menuliskan kata-kata
jang, pajah, dsb
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata
goeroe, itoe, soeka
3. Ejaan Melindo
Sistem ejaan Latin yang termuat dalam
Pengumuman bersama Edjaan Bahasa MelajuIndonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha
penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di
Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu.
Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian
Persahabatan Indonesia dan Malaysia pada tahun
1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan yang disempurnakan (EYD) à
ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan
ejaan sebelumnya adalah:
1. 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
2. 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
3. 'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
4. 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
5. 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
6. 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
7. 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
8. awalan 'di-' dan kata depan 'di'
dibedakan penulisannya.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan
sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
Soewandi
EYD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
dj djalan, djauh à j jalan, jauh
j pajung, laju à y payung, layu
nj njonja, bunji à ny nyonya, bunyi
sj isjarat, masjarakat à sy isyarat,
masyarakat
tj tjukup, tjutji à c cukup, cuci
ch tarich, achir à kh tarikh, akhir
Huruf-huruf di bawah ini, yang
sebelumnya sudah terdapat dalam
Ejaan Soewandi sebagai unsur
pinjaman abjad asing, diresmikan
pemakaiannya.
f maaf, fasilitas
v valuta, universitas
z zeni, lezat
Huruf-huruf q dan x yang lazim
digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai
a:b=p:q
Sinar-X
Penulisan di- atau ke- sebagai
awalan dan di atau ke sebagai kata
depan dibedakan, yaitu di- atau kesebagai awalan ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan di atau ke sebagai kata
depan ditulis terpisah dengan kata
yang mengikutinya.
di- (awalan)
di (kata depan)
ditulis
di taman
direnung
di sini
ketua
ke kamar
kekasih
ke Jogjakarta
kehendak
ke atas
Kata ulang ditulis penuh dengan
huruf, tidak boleh digunakan angka
2 à anak-anak, berjalan-jalan,
meloncat-loncat
KALIMAT EFEKTIF
Definisi Kalimat
•
•
•
•
Kalimat adalah susunan kata-kata teratur
yang berisi pikiran yang lengkap.
Kalimat adalah satuan bahasa yang relatif
berdiri sendiri, memiliki pola intonasi final
dan secara potensial terdiri atas klausa.
Kalimat adalah satuan sintaksis, dalam
wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh.
Kalimat = satuan sintaksis yang disusun
dari konstituen dasar, yang biasanya berupa
klausa dan disertai dengan intonasi final.
Ciri-ciri Kalimat
•
Sekurang-kurangnya harus ada subjek (S)
dan predikat (P)
•
Dalam wujud lisan àkalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir.
•
•
Paman menangkap seekor ikan gurami
berukuran besar.
•
Belajar itu menyenangkan.
•
Bahwa persoalan itu tidak mudah, telah
diketahui oleh para mahasiswa
sebelumnya.
Predikat
Cara mengenali P:
Gunakan pertanyaan ‘bagaimana’ atau
‘mengapa’
Temukan kata ‘adalah’ atau ‘ialah’
Penegasian dengan kata ‘tidak’ atau
‘bukan’
Diawali oleh kata penunjuk aspek dan
modalitas, seperti ‘telah, sudah, belum,
sedang, akan, ingin, hendak, mau’.
Contoh:
Dalam wujud tulisan àkalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru
(!).
•
Vendi menangis tersedu-sedu.
•
Jumlah korban gempa Sumatra adalah
sekitar seribu orang.
•
Dia bukan mahasiswa kampus itu sejak
2011.
•
Dikampus itu tidak dikenal lagi
kecurangan yang berupa penyontekan.
•
Para peserta seminar sudah
mendaftarkan diri di bagian admisi.
Unsur kalimat
•
SUBJEK
•
PREDIKAT
•
OBJEK
•
KETERANGAN
Objek
•
S-P
•
Objek berlawanan dengan subjek
kalimat
•
O hadir bila P merupakan verba atau
verba yang sifatnya aktif transitif (me-)
Subjek
CARA MENGENALI SUBJEK (S)
•
•
Gunakan pertanyaan:
•
Sehingga, O tidak akan hadir jika:
Siapa + yang +predikat à orang
1. Tidak terdapat dalam kalimat pasif
Apa + yang + predikat à bukan orang
2. Kalimat itu merupakan kalimat dengan
verba intransitif. Bentuk verba berawalan
ber-, dan afiks ke-an hampir pasti tidak
butuh O.
Melihat ciri ketakrifannya (kepastian)
Menambahkan ‘itu’, ‘ini, ‘tersebut’ (kecuali
nama orang dan kata ganti orang)
•
O hadir langsung dibelakang predikat
•
S Diawali dengan kata ‘bahwa’ atau
dibelakang P
•
Bentuk kebahasaan itu dapat menjadi S
di dalam kalimat pasif
•
Adanya pewatas ‘yang’
•
Bentuk kebahasaan itu tidak bisa diawali
dengan preposisi
Contoh:
Contoh:
•
Yoga mendapat hadiah.
•
Dahulu kala (benar)
•
Bayu dilahirkan di Jogjakarta.
•
Zaman dahulu kala (pleonasme)
•
Anak kecil itu tidak pernah kehilangan
akal.
•
Akbar mendapatkan penghargaan besar
itu.
•
Penghargaan besar itu didapatkan oleh
Akbar
b. Bentuk Jamak Dinyatakan Dua Kali
Definisi Kalimat Efektif
•
Kalimat efektif à kalimat yang terdiri atas
kata-kata yang mempunyai unsur SPOK
atau kalimat yang mempunyai ide atau
gagasan pembicara/penulis.
•
Kalimat efektif à kalimat yang
mengungkapkan gagasan penutur sehingga
pendengar/pembaca memahami gagasan
yang terungkap seperti apa yang dituturkan
(Suparno & Yunus, 2002).
•
Kalimat efektif à kalimat yang benar dan
jelas sehingga dengan mudah dipahami
orang lain secara tepat (Akhadiah, Arsjad,
dan Ridwan: 2001).
KONTAMINASI/KERANCUAN
•
PLEONASME
•
HIPERKOREK
•
KETIDAKJELASAN SUBJEK
•
KEMUBAZIRAN PREPOSISI à
penggunaan kata yang bersinonim secara
bersama-sama. misal: Kita perlu menjaga
kesehatan agar supaya terhindar dari
penyakit.
•
SALAH NALAR
•
PENGARUH BAHASA ASING
•
PENGARUH BAHASA DAERAH
PLEONASME
Kesalahan berbahasa karena kelebihan dalam
pemakaian kata yang sebenarnya tidak
diperlukan.
Pleonasme ada tiga macam:
a.Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam
satu kelompok kata
•
Zaman dahulu (benar)
Ibu-ibu (benar)
•
Para ibu (benar)
•
Para ibu-ibu (pleonasme)
•
tolong-menolong (benar)
•
Saling menolong (benar)
•
Saling tolong-menolong (pleonasme)
c. Penggunaan kata tugas(keterangan) yang tidak
diperlukan karena pernyataannya sudah cukup
jelas. Contoh: maju ke depan, kambuh kembali
HIPERKOREK
Kesalahan berbahasa karena “membetulkan”
bentuk yang sudah benar sehingga menjadi
salah. Contoh:
PENYEBAB KETIDAKEFEKTIFAN
KALIMAT
•
•
•
Utang (betul) menjadi hutang (hiperkorek)
•
Insaf (betul) menjadi insyaf (hiperkorek)
•
Pihak (betul) menjadi fihak (hiperkorek)
•
Jadwal (betul) menjadi jadual (hiperkorek)
•
Asas (betul) menjadi azas (hiperkorek
PENGARUH BAHASA ASING
•
Pengaruh bahasa asing yang
menimbulkan kesalahan dalam berbahasa
Indonesia ialah pemakaian kata tugas (kata
ganti penghubung) seperti: yang mana,
dimana, kepada siapa.
1. Baju yang mana baru saya beli, telah
sobek. (tidak baku)
2. Baju yang baru saya beli, telah sobek.
(baku)
3. Bandung dimana saya dilahirkan
sekarang sangat panas. (tidak baku)
4. Bandung tempat saya dilahirkan
PENGARUH BAHASA DAERAH
Ada 2 macam pengaruh bahasa daerah yang
menimbulkan kesalahan dalam berbahasa
Indonesia.
1. Pengaruh dalam pembentukan kata, yaitu
pemakaian awalan ke-(yang seharusnya
awalan ter-) dan penghilangan imbuhan.
Contoh:
2.
•
ketabrak, kepukul (tidak baku)
•
tertabrak, terpukul (baku)
Pengaruh dalam susunan kalimat,
penggunaan akhiran–nya . Contoh:
•
Rumahnya Pak Ahmad sangat besar.
(tidak baku)
•
Rumah Pak Ahmad sangat besar.(baku)
CIRI KALIMAT EFEKTIF
•
Taat terhadap tata aturan ejaan yang
berlaku
•
•
•
Kalimat penghubung intrakalimat tidak
dipakai pada kalimat tunggal
•
Predikat kalimat tidak didahului oleh
kata yang
•
Kalimat pasif dan aktif harus jelas
•
Induk kalimat dan anak kalimat harus
jelas
•
diksi yang tepat
Sepadan antara struktur bahasa dan jalan
pikiran yang logis
•
Menggunakan kesejajaran bentuk
bahasa yang dipakai
•
Hemat dalam penggunaan kata
•
Menggunakan variasi struktur kalimat
PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF
•
Digunakan pada tulisan ilmiah seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan
penelitian, dan sebagainya
•
Kalimat efektif berbeda dengan kalimat
yang dipakai para sastrawan atau wartawan
2. Dia yang duduk disebelah lelaki
berkumis itu.
SYARAT 2 à KEPARARELAN
Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu.
Predikat kalimat majemuk setara harus paralelà
jika bentuk pertama kata kerja, bentuk kedua
harus kata kerja juga; jika kata benda harus kata
benda semuanya. Contoh:
1.
Harga minyak disesuaikan atau
dinaikkan secara wajar (efektif)
2.
Maskapai tidak bertanggung
jawab terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, busuknya makanan, dan
jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi
tiba-tiba mati (tdk efektif)
SYARAT KALIMAT EFEKTIF
•
KESEPADANAN
•
KEPARARELAN
•
KETEGASAN
•
kEHEMATAN
•
KECERMATAN
•
KEPADUAN
•
KELOGISAN
SYARAT 1 à KESEPADANAN
Keseimbangan antara gagasan dan struktur
bahasa yang dipakai
Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan
pikiran yang baik:
Contoh:
1. Wanita yang ditemukan tewas itu,
sebelumnya sering mondar-mandir di
daerah tersebut.
Memiliki unsur penting, minimal unsur
•
Tidak terdapat subjek yang ganda
•
SP
•
mempunyai subjek dan predikat dengan
jelasà hindari kata depan: di, dalam, bagi,
pada, untuk, mengenai, dll di depan subjek.
SYARAT 3 à KETEGASAN
Perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat
•
•
•
•
•
•
Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan di
awal kalimat. (Presiden menegaskan agar
kita selalu hidup disiplin)
Membuat urutan kata yang bertahap (1, 2,
dan 3 ; kecil, sedang, dan besar; anakanak,remaja dan orang tua, dsb.)
Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan
Menggunakan partikel penekanan
(penegasan)
Contoh:
1.
Anak itu tidak malas dan
curang, tetapi rajin dan jujur.
2.
Konsep pemerataan penduduk
harus disikapi secara tegas, tidak hanya
tegas dalam mengoptimalkan hak-hak
penduduk tetapi juga tegas dalam
menyaring hak-hak yang tidak sesuai.
SYARAT 4 àKEHEMATAN
Hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk
lain yang dianggap tidak perlu atau penggunaan
kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi
makna atau mengubah informasi.
•
Menghilangkan pengulangan subjek yang
sama pada anak kalimat
•
menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi kata
•
menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
•
tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak
•
Menghindari kata hari, tanggal, bulan, dan
tahun dalam hubungannya dengan nama
hari, tanggal, bulan, dan tahun.
•
SYARAT 6 à KEPADUAN
Kepaduan kalimat sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.
•
Kalimat tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris
•
menggunakan pola aspek + agen +
verbal secara tertib dalam kalimat yang
berpredikat pasif persona.
•
tidak perlu menyisipkan kata daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan
objek penderita
•
1. Surat itu sudah saya baca.
2. Mereka membicarakan tentang lomba
kemarin.
3. Kita harus dapat mengembalikan
kepada kepribadian kita orang-orang
kota yang telah terlanjur meninggalkan
rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian
orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan.
(efektif)
Contoh:
1. (Warna) kuning dan merah
mendominasi suasana pemilu 1999
2. Gejala (penyakit) TBC pada dirinya
sudah lama diketahui.
3. Beliau dilahirkan di (Kota)Yogyakarta
pada 1924
•
SYARAT 5 àKECERMATAN
Kalimat itu tidak menimbulkan tafsir ganda dan
tepat diksi. Cermat ialah kalimat yang dihasilkan
tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat
diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan
tepat menggunakan diksi. Agar tercapai
kecermatan dan ketepatan diksi, harus
memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut
ini:
•
Hindari pemakaian kata yang berlebihan
(kata-kata yang memiliki makna sama)
•
Perhatikan peluluhan bunyi /k/t/s/p
•
Hindari pemakaian kata yang ambigu
•
Contoh:
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang
terkenal itu menerima hadiah
2. Yang diceritakan menceritakan tentang
putra-putri raja, para hulubalang, dan
para menteri.
Contoh:
SYARAT 7 à KELOGISAN
Ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai ejaan yang berlaku.
•
Waktu dan tempat kami persilakan
•
Haryanto Arbi meraih juara pertama
Jepang Terbuka.
•
Bapak menteri kami persilahkan.
•
Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama
Jepang Terbuka
SYARAT 8 à kesejajaran
•
Kesejajaranà penggunaan bentuk-bentuk
yang sama pada kata-kata yang paralel. Agar
kalimat terlihat rapi dan bermakna sama,
Contoh:
Maskapai tidak bertanggung jawab
terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, busuknya makanan,
dan jika hewan yang diletakkan di
dalam bagasi tiba-tiba mati.
à Maskapai tidak bertanggung jawab
terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, kebusukan makanan,
dan kematian hewan.
SYARAT 9 à kevariasian
• Untuk membuat kalimat yang tidakmonoton
dan menjemukan, diperlukan adanya variasi.
Kevariasian dapat ditempuh dengan berbagai
cara berikut:
1) Variasi penggunaan kata Contoh:
•
Pembicaraan itu membicarakan
kenakalan mahasiswa. (monoton)
•
Pembicaraan itu membahas kenakalan
mahasiswa.(variatif)
2) Variasi pembukaan kalimat
•
Frasa keterangan tempat atau keterangan
waktu diletakkan diawal kalimat
Contoh:
Dari desa yang terpencil ia merantau ke
Bandung.
•
Penggunaan frasa verbal Contoh:
Merombak kendaraan tua adalah
kegemarannya.
•
Penempatan klausa anak kalimat
Contoh:
•
Ketika ujian berlangsung, mahasiswa
itu jatuh sakit.
Parera(Ekosusilo,1995:63) à Syarat
Kalimat Efektif
•
Kesepadanan antara struktur bahasa dan
jalan pikiran yang logis,
•
keparalelan, untuk tujuan efektivitas
tertentu,
•
Ketegasan menonjolkan pikiran utama,
•
Kehematan dalam pilihan kata, dan
•
Kevariasian dalam penyusunan kalimat.
•
Kesepadanan dan Kesatuan
àkemaksimalan struktur bahasa untuk
mendukung gagasan atau ide yang
dikandung. Hal2 yg diperhatikan:
1) setiap kalimat mayor harus memiliki
subjek dan predikat
2) Ide pokok harus terdapat dalam induk
kalimat
3) Penggabungan kalimat dengan
kata hubung dan atau kata yang
(kata dan untuk menghasilkan
kalimat yang setara, sedangkan
kata yang untuk menghasilkan
kalimat dengan klausa bertingkat)
INDONESIA
Perkembangan BI sebelum Kemerdekaan
Abad ke-7 Masehi : Kerajaan sriwijaya
menggunakan bahasa melayu sebagai
bahasa kenegaraan
Abad ke-15 : Terbentuknya bentuk
resmi bahasa melayu di kalangan
keluarga kerajaan
Tanda diakritik, seperti koma
ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’
2. Ejaan Republik à Soewandi
Ejaan ini adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa
Indonesia yang berlaku sejak 17 maret 1947.
Ciri-ciri ejaan ini:
Huruf oe diganti huruf u pada
kata guru, itu, suka
Bunyi hamzah dan bunyi sentak
ditulis dengan k pada kata-kata pak,
tak, dsb
Pertengahan 1800an : Buku Alfred
Russel Wallace “Malay Archipelago”
Akhir abad ke-19 : Terbentuknya
Bahasa Indonesia
Awal abad ke-20 : Bahasa melayu pecah
menjadi 2
Kata ulang boleh ditulis dengan
kata+2 pada kanak2, ber-jalan2,
Awalan di- dan kata depan di
kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mendampinginya
Perkembangan BI setelah Kemerdekaan
Sehari setelah merdeka, 18 Agustus
1945, dalam UUD 1945 ditetapkanlah
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
(pasal 36).
Ejaan Bahasa Indonesia dibakukan dan
ditetapkan sejak 1972, setelah
mengalami beberapa perubahan (tahun
1901 Ejaan van Ophuijsen dan tahun
1947 Ejaan Soewandi).
Tahun 1975 dikeluarkan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Lima tahun sekali, Ejaan bahasa
Indonesia senantiasa disempurnakan
hingga sekarang melalui Kongres
Nasional Bahasa Indonesia dengan
motor penggerak Pusat Bahasa.
Di era kesejagatan kini, bahasa
Indonesia dipelajari di berbagai PT
nasional dan internasional
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
1. Ejaan Van Ophuijsen à ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin. Ciri-ciri:
Huruf i untuk membedakan antara huruf
i sebagai akhiran dan karenanya harus
disuarakan tersendiri dengan diftong
seperti mulai dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf ‘y’
seperti dalam Soerabaia.
Huruf J untuk menuliskan kata-kata
jang, pajah, dsb
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata
goeroe, itoe, soeka
3. Ejaan Melindo
Sistem ejaan Latin yang termuat dalam
Pengumuman bersama Edjaan Bahasa MelajuIndonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha
penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di
Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu.
Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian
Persahabatan Indonesia dan Malaysia pada tahun
1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan yang disempurnakan (EYD) à
ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan
ejaan sebelumnya adalah:
1. 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
2. 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
3. 'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
4. 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
5. 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
6. 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
7. 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
8. awalan 'di-' dan kata depan 'di'
dibedakan penulisannya.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan
sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
Soewandi
EYD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
dj djalan, djauh à j jalan, jauh
j pajung, laju à y payung, layu
nj njonja, bunji à ny nyonya, bunyi
sj isjarat, masjarakat à sy isyarat,
masyarakat
tj tjukup, tjutji à c cukup, cuci
ch tarich, achir à kh tarikh, akhir
Huruf-huruf di bawah ini, yang
sebelumnya sudah terdapat dalam
Ejaan Soewandi sebagai unsur
pinjaman abjad asing, diresmikan
pemakaiannya.
f maaf, fasilitas
v valuta, universitas
z zeni, lezat
Huruf-huruf q dan x yang lazim
digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai
a:b=p:q
Sinar-X
Penulisan di- atau ke- sebagai
awalan dan di atau ke sebagai kata
depan dibedakan, yaitu di- atau kesebagai awalan ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan di atau ke sebagai kata
depan ditulis terpisah dengan kata
yang mengikutinya.
di- (awalan)
di (kata depan)
ditulis
di taman
direnung
di sini
ketua
ke kamar
kekasih
ke Jogjakarta
kehendak
ke atas
Kata ulang ditulis penuh dengan
huruf, tidak boleh digunakan angka
2 à anak-anak, berjalan-jalan,
meloncat-loncat
KALIMAT EFEKTIF
Definisi Kalimat
•
•
•
•
Kalimat adalah susunan kata-kata teratur
yang berisi pikiran yang lengkap.
Kalimat adalah satuan bahasa yang relatif
berdiri sendiri, memiliki pola intonasi final
dan secara potensial terdiri atas klausa.
Kalimat adalah satuan sintaksis, dalam
wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh.
Kalimat = satuan sintaksis yang disusun
dari konstituen dasar, yang biasanya berupa
klausa dan disertai dengan intonasi final.
Ciri-ciri Kalimat
•
Sekurang-kurangnya harus ada subjek (S)
dan predikat (P)
•
Dalam wujud lisan àkalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir.
•
•
Paman menangkap seekor ikan gurami
berukuran besar.
•
Belajar itu menyenangkan.
•
Bahwa persoalan itu tidak mudah, telah
diketahui oleh para mahasiswa
sebelumnya.
Predikat
Cara mengenali P:
Gunakan pertanyaan ‘bagaimana’ atau
‘mengapa’
Temukan kata ‘adalah’ atau ‘ialah’
Penegasian dengan kata ‘tidak’ atau
‘bukan’
Diawali oleh kata penunjuk aspek dan
modalitas, seperti ‘telah, sudah, belum,
sedang, akan, ingin, hendak, mau’.
Contoh:
Dalam wujud tulisan àkalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru
(!).
•
Vendi menangis tersedu-sedu.
•
Jumlah korban gempa Sumatra adalah
sekitar seribu orang.
•
Dia bukan mahasiswa kampus itu sejak
2011.
•
Dikampus itu tidak dikenal lagi
kecurangan yang berupa penyontekan.
•
Para peserta seminar sudah
mendaftarkan diri di bagian admisi.
Unsur kalimat
•
SUBJEK
•
PREDIKAT
•
OBJEK
•
KETERANGAN
Objek
•
S-P
•
Objek berlawanan dengan subjek
kalimat
•
O hadir bila P merupakan verba atau
verba yang sifatnya aktif transitif (me-)
Subjek
CARA MENGENALI SUBJEK (S)
•
•
Gunakan pertanyaan:
•
Sehingga, O tidak akan hadir jika:
Siapa + yang +predikat à orang
1. Tidak terdapat dalam kalimat pasif
Apa + yang + predikat à bukan orang
2. Kalimat itu merupakan kalimat dengan
verba intransitif. Bentuk verba berawalan
ber-, dan afiks ke-an hampir pasti tidak
butuh O.
Melihat ciri ketakrifannya (kepastian)
Menambahkan ‘itu’, ‘ini, ‘tersebut’ (kecuali
nama orang dan kata ganti orang)
•
O hadir langsung dibelakang predikat
•
S Diawali dengan kata ‘bahwa’ atau
dibelakang P
•
Bentuk kebahasaan itu dapat menjadi S
di dalam kalimat pasif
•
Adanya pewatas ‘yang’
•
Bentuk kebahasaan itu tidak bisa diawali
dengan preposisi
Contoh:
Contoh:
•
Yoga mendapat hadiah.
•
Dahulu kala (benar)
•
Bayu dilahirkan di Jogjakarta.
•
Zaman dahulu kala (pleonasme)
•
Anak kecil itu tidak pernah kehilangan
akal.
•
Akbar mendapatkan penghargaan besar
itu.
•
Penghargaan besar itu didapatkan oleh
Akbar
b. Bentuk Jamak Dinyatakan Dua Kali
Definisi Kalimat Efektif
•
Kalimat efektif à kalimat yang terdiri atas
kata-kata yang mempunyai unsur SPOK
atau kalimat yang mempunyai ide atau
gagasan pembicara/penulis.
•
Kalimat efektif à kalimat yang
mengungkapkan gagasan penutur sehingga
pendengar/pembaca memahami gagasan
yang terungkap seperti apa yang dituturkan
(Suparno & Yunus, 2002).
•
Kalimat efektif à kalimat yang benar dan
jelas sehingga dengan mudah dipahami
orang lain secara tepat (Akhadiah, Arsjad,
dan Ridwan: 2001).
KONTAMINASI/KERANCUAN
•
PLEONASME
•
HIPERKOREK
•
KETIDAKJELASAN SUBJEK
•
KEMUBAZIRAN PREPOSISI à
penggunaan kata yang bersinonim secara
bersama-sama. misal: Kita perlu menjaga
kesehatan agar supaya terhindar dari
penyakit.
•
SALAH NALAR
•
PENGARUH BAHASA ASING
•
PENGARUH BAHASA DAERAH
PLEONASME
Kesalahan berbahasa karena kelebihan dalam
pemakaian kata yang sebenarnya tidak
diperlukan.
Pleonasme ada tiga macam:
a.Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam
satu kelompok kata
•
Zaman dahulu (benar)
Ibu-ibu (benar)
•
Para ibu (benar)
•
Para ibu-ibu (pleonasme)
•
tolong-menolong (benar)
•
Saling menolong (benar)
•
Saling tolong-menolong (pleonasme)
c. Penggunaan kata tugas(keterangan) yang tidak
diperlukan karena pernyataannya sudah cukup
jelas. Contoh: maju ke depan, kambuh kembali
HIPERKOREK
Kesalahan berbahasa karena “membetulkan”
bentuk yang sudah benar sehingga menjadi
salah. Contoh:
PENYEBAB KETIDAKEFEKTIFAN
KALIMAT
•
•
•
Utang (betul) menjadi hutang (hiperkorek)
•
Insaf (betul) menjadi insyaf (hiperkorek)
•
Pihak (betul) menjadi fihak (hiperkorek)
•
Jadwal (betul) menjadi jadual (hiperkorek)
•
Asas (betul) menjadi azas (hiperkorek
PENGARUH BAHASA ASING
•
Pengaruh bahasa asing yang
menimbulkan kesalahan dalam berbahasa
Indonesia ialah pemakaian kata tugas (kata
ganti penghubung) seperti: yang mana,
dimana, kepada siapa.
1. Baju yang mana baru saya beli, telah
sobek. (tidak baku)
2. Baju yang baru saya beli, telah sobek.
(baku)
3. Bandung dimana saya dilahirkan
sekarang sangat panas. (tidak baku)
4. Bandung tempat saya dilahirkan
PENGARUH BAHASA DAERAH
Ada 2 macam pengaruh bahasa daerah yang
menimbulkan kesalahan dalam berbahasa
Indonesia.
1. Pengaruh dalam pembentukan kata, yaitu
pemakaian awalan ke-(yang seharusnya
awalan ter-) dan penghilangan imbuhan.
Contoh:
2.
•
ketabrak, kepukul (tidak baku)
•
tertabrak, terpukul (baku)
Pengaruh dalam susunan kalimat,
penggunaan akhiran–nya . Contoh:
•
Rumahnya Pak Ahmad sangat besar.
(tidak baku)
•
Rumah Pak Ahmad sangat besar.(baku)
CIRI KALIMAT EFEKTIF
•
Taat terhadap tata aturan ejaan yang
berlaku
•
•
•
Kalimat penghubung intrakalimat tidak
dipakai pada kalimat tunggal
•
Predikat kalimat tidak didahului oleh
kata yang
•
Kalimat pasif dan aktif harus jelas
•
Induk kalimat dan anak kalimat harus
jelas
•
diksi yang tepat
Sepadan antara struktur bahasa dan jalan
pikiran yang logis
•
Menggunakan kesejajaran bentuk
bahasa yang dipakai
•
Hemat dalam penggunaan kata
•
Menggunakan variasi struktur kalimat
PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF
•
Digunakan pada tulisan ilmiah seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan
penelitian, dan sebagainya
•
Kalimat efektif berbeda dengan kalimat
yang dipakai para sastrawan atau wartawan
2. Dia yang duduk disebelah lelaki
berkumis itu.
SYARAT 2 à KEPARARELAN
Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu.
Predikat kalimat majemuk setara harus paralelà
jika bentuk pertama kata kerja, bentuk kedua
harus kata kerja juga; jika kata benda harus kata
benda semuanya. Contoh:
1.
Harga minyak disesuaikan atau
dinaikkan secara wajar (efektif)
2.
Maskapai tidak bertanggung
jawab terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, busuknya makanan, dan
jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi
tiba-tiba mati (tdk efektif)
SYARAT KALIMAT EFEKTIF
•
KESEPADANAN
•
KEPARARELAN
•
KETEGASAN
•
kEHEMATAN
•
KECERMATAN
•
KEPADUAN
•
KELOGISAN
SYARAT 1 à KESEPADANAN
Keseimbangan antara gagasan dan struktur
bahasa yang dipakai
Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan
pikiran yang baik:
Contoh:
1. Wanita yang ditemukan tewas itu,
sebelumnya sering mondar-mandir di
daerah tersebut.
Memiliki unsur penting, minimal unsur
•
Tidak terdapat subjek yang ganda
•
SP
•
mempunyai subjek dan predikat dengan
jelasà hindari kata depan: di, dalam, bagi,
pada, untuk, mengenai, dll di depan subjek.
SYARAT 3 à KETEGASAN
Perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat
•
•
•
•
•
•
Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan di
awal kalimat. (Presiden menegaskan agar
kita selalu hidup disiplin)
Membuat urutan kata yang bertahap (1, 2,
dan 3 ; kecil, sedang, dan besar; anakanak,remaja dan orang tua, dsb.)
Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan
Menggunakan partikel penekanan
(penegasan)
Contoh:
1.
Anak itu tidak malas dan
curang, tetapi rajin dan jujur.
2.
Konsep pemerataan penduduk
harus disikapi secara tegas, tidak hanya
tegas dalam mengoptimalkan hak-hak
penduduk tetapi juga tegas dalam
menyaring hak-hak yang tidak sesuai.
SYARAT 4 àKEHEMATAN
Hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk
lain yang dianggap tidak perlu atau penggunaan
kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi
makna atau mengubah informasi.
•
Menghilangkan pengulangan subjek yang
sama pada anak kalimat
•
menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi kata
•
menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
•
tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak
•
Menghindari kata hari, tanggal, bulan, dan
tahun dalam hubungannya dengan nama
hari, tanggal, bulan, dan tahun.
•
SYARAT 6 à KEPADUAN
Kepaduan kalimat sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.
•
Kalimat tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris
•
menggunakan pola aspek + agen +
verbal secara tertib dalam kalimat yang
berpredikat pasif persona.
•
tidak perlu menyisipkan kata daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan
objek penderita
•
1. Surat itu sudah saya baca.
2. Mereka membicarakan tentang lomba
kemarin.
3. Kita harus dapat mengembalikan
kepada kepribadian kita orang-orang
kota yang telah terlanjur meninggalkan
rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian
orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan.
(efektif)
Contoh:
1. (Warna) kuning dan merah
mendominasi suasana pemilu 1999
2. Gejala (penyakit) TBC pada dirinya
sudah lama diketahui.
3. Beliau dilahirkan di (Kota)Yogyakarta
pada 1924
•
SYARAT 5 àKECERMATAN
Kalimat itu tidak menimbulkan tafsir ganda dan
tepat diksi. Cermat ialah kalimat yang dihasilkan
tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat
diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan
tepat menggunakan diksi. Agar tercapai
kecermatan dan ketepatan diksi, harus
memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut
ini:
•
Hindari pemakaian kata yang berlebihan
(kata-kata yang memiliki makna sama)
•
Perhatikan peluluhan bunyi /k/t/s/p
•
Hindari pemakaian kata yang ambigu
•
Contoh:
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang
terkenal itu menerima hadiah
2. Yang diceritakan menceritakan tentang
putra-putri raja, para hulubalang, dan
para menteri.
Contoh:
SYARAT 7 à KELOGISAN
Ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai ejaan yang berlaku.
•
Waktu dan tempat kami persilakan
•
Haryanto Arbi meraih juara pertama
Jepang Terbuka.
•
Bapak menteri kami persilahkan.
•
Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama
Jepang Terbuka
SYARAT 8 à kesejajaran
•
Kesejajaranà penggunaan bentuk-bentuk
yang sama pada kata-kata yang paralel. Agar
kalimat terlihat rapi dan bermakna sama,
Contoh:
Maskapai tidak bertanggung jawab
terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, busuknya makanan,
dan jika hewan yang diletakkan di
dalam bagasi tiba-tiba mati.
à Maskapai tidak bertanggung jawab
terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, kebusukan makanan,
dan kematian hewan.
SYARAT 9 à kevariasian
• Untuk membuat kalimat yang tidakmonoton
dan menjemukan, diperlukan adanya variasi.
Kevariasian dapat ditempuh dengan berbagai
cara berikut:
1) Variasi penggunaan kata Contoh:
•
Pembicaraan itu membicarakan
kenakalan mahasiswa. (monoton)
•
Pembicaraan itu membahas kenakalan
mahasiswa.(variatif)
2) Variasi pembukaan kalimat
•
Frasa keterangan tempat atau keterangan
waktu diletakkan diawal kalimat
Contoh:
Dari desa yang terpencil ia merantau ke
Bandung.
•
Penggunaan frasa verbal Contoh:
Merombak kendaraan tua adalah
kegemarannya.
•
Penempatan klausa anak kalimat
Contoh:
•
Ketika ujian berlangsung, mahasiswa
itu jatuh sakit.
Parera(Ekosusilo,1995:63) à Syarat
Kalimat Efektif
•
Kesepadanan antara struktur bahasa dan
jalan pikiran yang logis,
•
keparalelan, untuk tujuan efektivitas
tertentu,
•
Ketegasan menonjolkan pikiran utama,
•
Kehematan dalam pilihan kata, dan
•
Kevariasian dalam penyusunan kalimat.
•
Kesepadanan dan Kesatuan
àkemaksimalan struktur bahasa untuk
mendukung gagasan atau ide yang
dikandung. Hal2 yg diperhatikan:
1) setiap kalimat mayor harus memiliki
subjek dan predikat
2) Ide pokok harus terdapat dalam induk
kalimat
3) Penggabungan kalimat dengan
kata hubung dan atau kata yang
(kata dan untuk menghasilkan
kalimat yang setara, sedangkan
kata yang untuk menghasilkan
kalimat dengan klausa bertingkat)