Kualitas lingkungan perumahan dan kondis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia (Muiyati
2008). Masalah kualitas tempat tinggal merupakan salah satu masalah global,
khususnya bagi Negara berkembang. Rumah yang baik dan layak dihuni harus
memenuhi berbagai unsur pendukung. Penilaian rumah layak berdasarkan
kriteria rumah sehat meliputi unsur bangunan rumah, fasilitas rumah, kesehatan
lingkungan, dan aspek keindahan dan arsitekturnya (Pinem 2010; Kemenkes
1999).
Perbedaan lingkungan fisik wilayah perkotaan dan pedesaan memiliki
karakteristik permasalahan masing-masing. Lingkungan sekitar pemukiman,
seperti sungai, pesisir, dan pegunungan juga menjadi faktor yang berpengaruh
terhadap kualitas rumah (Cabieses et al. 2012) .
Masalah umum yang terjadi di wilayah perkotaan adalah kepadatan
penduduk. Penduduk perkotaan terdiri dari penduduk kota itu sendiri maupun
penduduk pendatang. Kualitas lingkungan perumahan di wilayah perkotaan
dapat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, kepadatan rumah, dan fasilitas
pendukung. Faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan, pendidikan, dan
pendapatan juga dapat mempengaruhi kualitas tempat tinggal. Kondisi
ekonomi suatu masyarakat memiliki pengaruh positif terhadap pemukiman atau

rumah tinggalnya (Pinem 2010; Dunn et al. 2006).
Pada tahun 2010 secara nasional, tingkat kepadatan penduduk Indonesia
mencapai 124,4 jiwa per km2. Wilayah terpadat dengan kepadatan lebih dari
500 jiwa per km2 berada pada wilayah provinsi Jawa dan Bali (Kemenkes
2011).
Sarana sanitasi, sumber air minum dan air bersih merupakan komponen
penting dalam penentuan kualitas rumah. Berdasarkan Statistik Kesejahteraan
Rakyat tahun 2015 persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas jamban
sendiri baru mencapai 74,34%. Presentase rumah tangga yang memiliki sumber
air minum layak konsumsi baru mencapai 72,55% (BPS 2015).

1

2

Perbedaan kapasitas finansial atau sosial determinan secara umum dapat
menyebakan perbedaan kondisi rumah, yang dapat berpotensi menjadi sumber
ketidaksetaraan (Braubach & Savelsberg 2009)
Masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat mendiami rumah yang
layak huni dan memenuhi standar lingkungan pemukiman yang sehat dan

aman. Pendapatan atau penghasilan akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan, termasuk rumah (Haines et al. 2012)..
Tingkat pendidikan berkolerasi positif dengan pengetahuan, perhatian, dan
kesadaran terhadap kualitas rumah tinggal. Pendidikan akan mempengaruhi
pandangan seseorang terhadap kualitas rumah tinggal (Roy et al. 2014). Jenis
pekerjaan memiliki pengaruh terhadap perilaku sosial, ekonomi, dan budaya
(Pinem 2010) .
Survei sosial Ekonomi Nasional atau Susenas adalah survei yang
dilakukan Badan Pusat Statistik untuk mengumpulkan data kesejahteraan
rakyat yang dilakukan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Data yang
dikumpulkan bersifat nasional yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi
masyarakat, meliputi kondisi kesehatan, pendidikan, fertilitas, keluarga
berencana, ketenagakerjaan, perumahan, dan kondisi sosial ekonomi lainnya.
Sejak dikembangkan pada tahun 1992 hingga tahun 2010, pelaksanaan Susenas
menggunakan pola yang hampir sama, kecuali untuk pengumpulan data modul
konumsi yang dilakukan setiap tahun sejak tahun 2010. Namun, terjadi bnayak
perubahan dan penggantian cakupan materi karena mengikuti tren permintaan
dan kebutuhan data. Survei ini dilakukan dua kali dalam setahun pada bulan
Maret dan September sejak tahun 2015. Pencacahan bulan Maret dilakukan
dengan jumlah sampel besar untuk menghasilkan data yang representative

sampai dengan tingkat kabupaten/kota, menggunakan kuesioner Kor serta
kuesioner Konsumsi dan Pengeluaran. Sedangkan pencacahan pada bulan
September dengan ukuran sampel kecil untuk menghasilkan data
yangrepresentatif untuk estimasi provinsi dan nasional, menggunakan
kuesioner Konsumsi dan Pengeluaran serta kuesioner Modul Pendidikan dan
Sosial Budaya atau Kesehatan dan Perumahan, atau Ketahanan Sosial sesuai
tahun pendataannya.

3

Faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi lingkungan
perumahan yang ditempatinya. Faktor-faktor tersebut antara lain pekerjaan,
pendidikan dan perhatian pemerintah berupa bantuan jaminan sosial yang
diterima. Hal ini terutama ditujukan bagi masyarakat yang berpenghasilan
rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui
hubungan kualitas lingkungan perumahan dengan kondisi sosial ekonomi
berdasarkan data Susenas tahun 2016 di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran kualitas pemukiman berdasarkan data Susenas tahun

2016 ?
2. Bagaimana gambaran kondisi sosial ekonomi berdasarkan data Susenas
tahun 2016 ?
3. Bagaimana hubungan kualitas pemukiman dan kondisi sosial ekonomi
berdasarkan data Susenas tahun 2016 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kualitas pemukiman dan kondisi sosial ekonomi di
Indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kualitas pemukiman berdasarkan data Susenas
tahun 2016.
b. Mengetahui gambaran kondisi sosial ekonomi berdasarkan data Susenas
tahun 2016
c. Menganalisis hubungan kualitas pemukiman dan kondisi sosial ekonomi
berdasarkan data Susenas tahun 2016
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini berupa hubungan kualitas pemukiman dan kondisi
sosial ekonomi masyarakat dibeberapa kota besar di Indonesia yang dapat
digunakan untuk:

1. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah
kota dalam perencanaan pembangunan wilayah dan kota, khususnya untuk
kawasan pemukiman dalam aspek sanitasi dan drainase. Penelitian ini juga

4

dapat menjadi pertimbangan untuk membuat program terkait kesejahteraan
rakyat.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi
masyarakat mengenai hunian yang sehat dan layak, serta agar masyarakat
lebih sadar terhadap pentingnya menjaga kualitas rumah yang disesuaikan
dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat..
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan untuk
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan menciptakan ide baru untuk
penelitian selanjutnya terkait dengan peningkatan kualitas perumahan yang
disesuaikan dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat, khususnya yang
bermukim di wilayah perkotaan.

E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang berjudul “Housing conditions of urban households with

Aboriginal Children in New South Wales Australia: tenure type matters”
yang dilakukan oleh Andersen et al. (2018) bertujuan untuk melihat adanya
hubungan antara status kepemilikan rumah dengan faktor sosial demografi
(sociodemographic) terhadap keluarga suku Aborigin di Australia yang
bermukim di kota New South Wales. Penelitian ini merupakan survei cross
sectional dengan analisis regresi. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah terletak pada lokasi penelitian serta populasi dan sampel.
Penelitian yang akan dilakukan tidak hanya menggunakan kelompok suku
tertentu, melainkan bersifat nasional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Pinem (2010) berjudul “Pengaruh sosial

ekonomi terhadap kualitas pemukiman di Kelurahan Sidorejo Kecamatan
Medan Tembung Kota Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh sosial ekonomi terhadap kualitas pemukiman di Kecamatan
Tembung Medan. Penelitian ini menggunakan data primer dengan analisis
regresi. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis data
yang digunakan, populasi dan sampel, indikator kualitas rumah dan kondisi

sosial ekonomi yang digunakan.

5

3. Penelitian yang berjudul “Hubungan kemampuan membayar keluarga

dengan pemanfaatan penolong persalinan di Indonesia (Analisis data
Susenas Kor 2001)” yang dilakukan oleh Manueke (2005) menggunakan
data Susenas tahun 2001. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemanfaatan pelayanan penolong persalinan di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi logistik untuk melihat hubungan antar
variabel. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada
variabel yang akan digunakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kualitas Lingkungan Rumah
Perumahan merupakan komponen penting untuk pengoperasian
berbagai macam faktor sosial ekonomi yang secara fundamental membentuk

karakter keseharian masyarakat, terutama untuk kelompok masyarakat yang
rentan (Dunn et al. 2006). Pertumbuhan jumlah penduduk akan memiliki
dampak terhadap kualitas lingkungan pemukiman sebagai tempat hidup dan
menjalani kehidupan bagi masyarakat. Rumah tidak sebatas tempat tinggal dan
properti dengan status kepemilikan, tetapi juga berhubungan dengan luas
bangunannya, kualitas serta fasilitas penunjang lainnya (Pinem 2010).
Kualitas pemukiman juga berhubungan derajat kesehatan masyarakat
(Priyono et al. 2013). Menurut peraturan Menteri Kesehatan No.829 Tahun
1999, terdapat tiga parameter persyaratan kesehatan perumahan, yaitu:
a. Kelompok komponen rumah,meliputi langit-langit, dinding, lantai,
jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi,
sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana pembuangan kotoran,
saluran pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,
dan membuang sampah pada tempatnya.
Berdasarkan peta kesehatan tahun 2010, terdapat 24,9% rumah
penduduk di Indonesia yang memenuhi kriteria rumah sehat. Provinsi yang
memiliki presentase paling tinggi adalah provinsi Kalimantan Timur

sebesar 43,6% dan yang paling rendah adalah Nusa Tenggara Timur
dengan presentase 7,50%.
a. Banyaknya individu dalam rumah
Ukuran luas ruangan sangat erat kaitannya dengan kejadian suatu
penyakit. Semakin padat penghuni rumah maka akan semakin cepat pula
perputaran atau sirkulasi udara di dalamnya. Jumlah penghuni akan
6

7

berdampak terhadap kadar oksigen, uap air, dan suhu udara dalam suatu
ruangan (Fatimah 2008). Menurut penelitian Muiyati (2008) rumah yang
dihuni oleh lebih dari satu keluarga di Kota Palu biasanya diperluas
dengan bahan sederhana untuk menambah ruang atau ruangan yang ada
disekat dengan menggunakan bahan tripleks. Banyaknya individu atau
biasa dikenal dengan istilah crowding atau kepadatan penghuni merupakan
risiko utama patologi sosial dan meningkatkan risiko penularan penyakit
(WHO 2010).
b. Lantai rumah
Salah satu persyaratan kesehatan yang harus dipenuhi adalah lantai

rumah harus kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai rumah yang berupa
tanah dapat menyebabkan udara dalam ruangan menjadi lembab dan dapat
menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis
paru (Howden-chapman et al. 2017; Fatimah 2008).
c. Fasilitas sanitasi
Fasilitas sanitasi merupakan komponen penting yang harus tersedia,
baik secara komunal maupun setiap rumah tangga,yang menjadi
persyaratan utama rumah sehat. Fasilitas sanitasi juga merupakan salah
satu faktor risiko penyebab kematian anak di dunia (WHO 2010). Untuk
kegiatan mandi, cuci, dan buang air lebih banyak dilakukan secara
bersama pada sarana atau kamar mandi yang dibangun oleh pemerintah
(Muiyati 2008).
Menurut Peta Kesehatan tahun 2010,persentase rumah tangga yang
memiliki akses terhadap sarana pembuangan tinja yang layak di wilayah
perkotaan sebesar 71,4% dan wilayah pedesaan sebesar 38,5%.
d. Sumber air minum
Pada tahun 2010 persentase rumah tangga dengan kualitas fisik
kategori baik sebesar 90%,di wilayah perkotaan 94,2% dan di pedesaan
84,6% (Kemenkes 2011). Menurut penelitian (Shrestha et al. 2017)
sebanyak 78,1% anak-anak sekolah di Nepal mengalami kelangkaan air

minum sepanjang tahun. Sumber air minum yang tersedia pun banyak
yang terkontaminasi secara kimia dan mikrobiologi.
e. Sumber air bersih

8

Sumber air bersih merupakan salah satu komponen penting dalam
kehidupan. Air bersih digunakan sehari-hari untuk keperluan mandi dan
cuci dan kakus. Sumber air bersih dapat digunakan sebagai indicator
penularan penyakit. Kondisi geografis yang berbeda-beda walaupun
berada dalam satu Negara yang sama dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas air bersih yang dapat digunakan masyarakat (Pullan et al. 2014).
2. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi menjadi salah satu indikator adanya
perbedaan kualitas rumah tinggal. Bahkan di Negara Eropa penelitian
tentang ketidaksetaraan kualitas rumah terkait etnis banyak dilakukan.
Faktor seperti jenis etnis, Hispanic-non Hospanic, pendapatan, pekerjaan
serta budaya dikaitkan dengan kualitas rumah tinggal (Jacobs 2011).
Masyarakat suku Bajo yang tinggal di wilayah perairan juga
memiliki perbedaan kualitas lingkungan perumahan antara desa yang satu
dengan desa yang lainnya. Masyarakat yang hidup di wilayah yang dekat
dengan pusat kota memiliki aksesibilitas fisik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. Hal
ini juga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakatnya (Ridwan &
Giyarsih 2012).
a. Pendidikan
Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan dapat membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru berupa
teknologi, materi, system, serta ide dan cara berpikir untuk kelangsungan
hidup dan kesejahteraannya. Menurut Statistik Kesejahteraan Rakyat
tahun 2015 masih ada sekitar 11,87% masyarakat Indonesia yang tidak
memiliki ijazah. Bagi masyarakat berpendidikan rendah, biasanya
mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah yang layak (Pinem
2010).
b. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu indikator menentukan status sosial
ekonomi seseorang. Melalui pekerjaan yang layak akan menghasilkan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini akan
mempengaruhi kemampuan ekonominya, termasuk kemampuan untuk

9

membeli atau menyewa rumah tinggal. Tempat tinggal juga merupakan
isu utama bagi buruh, pekerja migrant, atau penduduk yang melakukan
transmigrasi ke kota besar (Lin et al. 2014)
c. Perlindungan Sosial
Usaha pemenuhan kebutuhan dapat dipengaruhi oleh rendahnya
kemampuan ekonomi yang berbanding terbalik dengan biaya yang
dibutuhkan. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang layak, termasuk rumah tinggal (Pinem 2010). Pemukiman
masyarakat berpenghasilan rendah biasanya dibangun secara swadaya dan
spontan, karena ingin mendapatkan tempat tinggal yang dekat dengan tempat
usaha atau berada di kawasan perkotaan dengan biaya yang murah (Muiyati
2008)
B. Kerangka Teori
Dalam teori social determinant of health atau determinan sosial kesehatan
terdapat lima indikator untuk mewujudkan masyarakat sehat 2020. Indikator
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Neighborhood and built environment meliputi kualitas perumahan,
peristiwa criminal dan kekerasan, kondisi lingkungan, akses terhadap
makanan sehat.
2. Health and health care atau indikator kesehatan dan pelayanan kesehatan
meliputi akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan klinis
dan pencegahan, akses terhadap pelayanan primer termasuk promosi
kesehatan berbasis masyarakat dan program kesehatan, serta tekhnologi
kesehatan.
3. Social and community context atau kondisi sosial dan masyarakat termasuk
struktur keluarga, kohesi sosial, persepsi terhadap diskriminasi dan
kesetaraan, partisipasi masyarakat, institusi atau kelembagaan.
4. Education atau pendidikan termasuk status pendidikan tertinggi, kebijakan
sekolah yang mendukung promosi kesehatan, lingkungan sekolah yang
aman dan kondusif untuk kegiatan pembelajaran, dan biaya pendidikan.

10

5. Economic stability atau stabilitas ekonomi meliputi kemiskinan, status
pekerjaan, akses terhadap pekerjaan, stabilitas terhadap perumahan
(misalnya tunawisma, penyitaan rumah terkait kondisi ekonomi)
Economic Stability

Education

Social Determinant of
Health

Social and Community
Context

Neighborhood and Built
Environment

Health and Health Care

Bagan 1 Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Penelitian ini ingin mengkaji faktor sosial ekonomi terhadap
kualitas lingkungan rumah. Faktor sosial ekonomi seperti pendidikan,
pekerjaan, dan jaminan sosial merupakan indikator determinan sosial
kesehatan yang dapat saling mempengaruhi antara indikator yang satu
dengan indikator lainnya. Sehingga dikembangkan kerangka konsep
sebagai berikut:
Variabel Independent

Variabel Dependent

Kualitas Lingkungan
Rumah
Faktor sosial ekonomi
Kepadatan
penghuni
Pendidikan
rumah
Pekerjaan
Lantai rumah
Perlindungan sosial
Fasilitas jamban
Sumber air minum
Sumber air bersih
Bagan 2 Kerangka Konsep Penelitian

11

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara faktor pendidikan terhadap kualitas lingkungan
perumahan di Indonesia pada tahun 2016,
2. Terdapat hubungan antara faktor pekerjaan terhadap kualitas lingkungan
perumahan di Indonesia pada tahun 2016,
3. Terdapat hubungan antara faktor perlindungan sosial terhadap kualitas
lingkungan perumahan di Indonesia pada tahun 2016,

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif
dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan kualitas lingkungan perumahan
dengan kondisi sosial ekonomi berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2016.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk seluruh rumah tangga yang tersebar
di seluruh provinsi di Indonesia berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2016. Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan Mei hingga September 2018. Penelitian ini akan dilaksanakan
setelah memperoleh ethical cleareance dari komisi etik penelitian
kedokteran dan kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
C. Subjek Penelitian
1. Batasan Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang
tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
2. Besar Sampel
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
300.000 rumah tangga yang tersebar di 511 kabupaten/kota. Sampel
merupakan rumah tangga yang yang berada di 180.000 blok sensus (25
persen populasi) pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
tahun 2016.

3. Cara Pengambilan Sampel
Sampel untuk Susenas tahun 2016 estimasi Kabupaten/Kota
dipilih dengan metode two stages one phase stratified sampling, dengan
tiga tahap, yaitu:

12

13

a. Tahap 1, memilih 25% blok sensus populasi secara Probability
Proportional to Size (PPS), dengan size jumlah rumah tangga hasil
SP2010 disetiap strata;
b. Tahap 2, memilih sejumlah n blok sensus sesuai alokasi secara
systematic di setiap strata urban/rural per kabupaten/kota;
c. Memilih rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic
sampling dengan implicit stratification menurut pendidikan
tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga.
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan
variabel independen.
1. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas lingkungan
perumahan. Kualitas lingkungan perumahan yang dimaksud dalam
Susenas adalah situasi dan kondisi fisik serta fasilitas rumah tinggal yang
ditentukan berdasarkan indikator sebagai berikut:
a. Kepadatan penghuni rumah
b. Bahan bangunan pada lantai rumah
c. Kepemilikan fasilitas jamban.
d. Sumber air yang digunakan untuk minum.
e. Sumber air yang digunakan untuk mandi/cuci
2. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kondisi sosial
ekonomi rumah tangga. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam
Susenas adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat yang
ditentukan dengan indikator pendidikan, pekerjaan dan perlindungan
sosial
E. Definisi Operasional Variabel
N
Variabel
o.
1 Kualitas
lingkungan rumah

Definisi Operasional

Indikator

Situasi atau keadaan dan
kondisi fisik serta fasilitas
rumah tinggal

Kondisi
rumah
berdasarkan
kepadatan

Skala Data

14

a.

b.

c.

d.

e.

Kepadatan
penghuni rumah

Banyaknya anggota rumah
tangga yang bermukim atau
tinggal selama lebih dari 6
bulan terakhir dalam rumah
tersebut

Material atau bahan bangunan
utama yang digunakan pada
lantai rumah terluas

Bahan
bangunan
utama lantai
1. Keramik
2. Ubin
3. Semen
4. Papan/kay
u
5. tanah

Kategorik

Status kepemilikan sarana
sanitasi yang digunakan untuk
buang air

Yang
menggunakan
fasilitas buang
air

Kategorik

Bahan bangunan
pada lantai rumah

Kepemilikan
fasilitas jamban

penghuni
rumah, jenis
lantai rumah,
sarana
sanitasi,sumb
er air minum
dan air bersih
Jumlah
Kategorik
anggota
rumah tangga
dalam satu
rumah
Tidak padat =
≤4
Padat = >4

1.
2.
3.
4.
1.

Sumber air utama yang
digunakan rumah tangga untuk
Sumber air minum kebutuhan minum dan
2.
memasak
3.
4.
Sumber air utama yang
1.
digunakan rumah tangga untuk 2.
3.
Sumber air bersih kebutuhan mandi dan cuci

2. Pendidikan

Sendiri
Bersama
Komunal
Tidak ada
Air
kemasan /
isi ulang
Ledeng
Sumur
Mata air
Ledeng
Sumur
Mata air

Kategorik

Kategorik

4. Air
permukaan

Pendidikan formal atau resmi

Jenjang

Kategorik

15

yang diterima / ditamatkan
ditandai dengan
sertifikat/ijazah

Bidang usaha atau pekerjaan
utama dari kepala rumah
tangga

3. Pekerjaan

4.

Perlindungan
sosial

Bantuan tunai yang diterima
rumah tangga dalam enam
bulan terakhir, yang berupa
subsidi BBM, Raskin, dan
Kredit Usaha

pendidikan
tertinggi
yang pernah
diikuti
1. Tidak
bersekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan
Tinggi
1. Tidak
Kategorik
bekerja
2. Pertanian
3. Industri
4. Perdagang
an
5. Jasa
5 = tidak
Kategorik
1 = ya

F. Instrumen Penelitian
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2016 yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat.
G. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder
dari Badan Pusat Statistik untuk Survei Sosial ekonomi Nasional tahun
2016. Data diperoleh dari Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen
Asuransi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
dengan memenuhi syarat dan ketentuan pengambilan dan penggunaan
data. Setelah data tersebut diperoleh akan dilakukan pengolahan data
sesuai dengan penelitian.
H. Cara Analisis Data
Adapun cara analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

16

1. Melakukan cleaning data.
2. Melakukan transformasi data Susenas tahun 2016 untuk
mendapatkan variabel yang dibutuhkan dalam unit kabupaten/kota
3. Analisis data deskriptif untuk masing-masing variabel dengan
menghitung nilai persentase;
4. Analisis bivariat untuk melihat adanya hubungan antara kualitas
lingkungan perumahan dengan kondisi sosial ekonomi dengan uji
Spearman Rank dengan tingkat signifikan α sebesar 5%.
5. Analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik untuk
melihat hubungan kualitas lingkungan perumahan dengan kondisi
sosial ekonomi.
I. Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan ethical
cleareance dari komisi etik penelitian kedokteran dan kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Penggunaan data sekunder dari
Badan Pusat Statistik disesuaikan dengan izin penggunaan data dari
instansi terkait.

J. Rencana Kerja
Berikut adalah tabel rencana kerja penelitian yang akan
dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai dengan April 2018:
Tabel Rencana Kerja
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis Kegiatan
Penyajian usulan penelitian
Perbaikan usulan dan
pengurusan izin
Pengumpulan data
Analisis data
Penulisan dan penyusunan
tesis
Seminar hasil
Ujian Tesis
Perbaikan

Mei

Estimasi Waktu
Jun Jul Agustu
i
i
s

Sep

17

18

DAFTAR PUSTAKA
Andersen, M.J. et al., 2018. Housing Conditions of Urban Households with
Aboriginal Children in NSW Australia : Tenure Type Matters. BioMed
Central Public Health, 18(70), pp.1–13.
BPS, 2015. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2015: Survei Sosial Ekonomi
Nasional, Indonesia.
Braubach, M. & Savelsberg, J., 2009. Social Inequalities and Their Influence on
Housing Risk Factors and Health. A Data Report Based on The WHO
LARES Database, Copenhagen, Denmark.
Cabieses, B., Pickett, K.E. & Tunstall, H., 2012. Comparing Sociodemographic
Factors Associated with Disability Between Immigrants and the ChileanBorn : Are There Different Stories to Tell ? , pp.4403–4432.
Dunn, J.R. et al., 2006. Housing as a Socio-Economic Determinant of Health.
Canadian Journal of Public Health, pp.11–15.
Fatimah, S., 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah yang Berhubungan
denganKejadian TB Paru Kabupaten Cilacap Tahun 2008. Universitas
Diponegoro.
Haines, A. et al., 2012. Promoting Health and Advancing Development through
Improved Housing in Low-Income Settings. Journal of Urban Health:
Bulletin of The New York Academy of Medicine, 90(5), pp.15–17.
Howden-chapman, P., Roebbel, N. & Chisholm, E., 2017. Setting Housing
Standards to Improve Global Health. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 14, pp.1–11.
Jacobs, D.E., 2011. Environmental Health Disparities in Housing. American
Journal of Public Health, 101(51), pp.115–122.
Kemenkes, 1999. keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan, Indonesia: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes, 2011. PETA KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2010, Indonesia.
Lin, Y. et al., 2014. Linking social housing provision for rural migrants with the
redevelopment of “ villages in the city ”: A case study of Beijing. Cities, 40,
pp.111–119. Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.cities.2014.03.011.

19

Manueke, I., 2005. PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN DI
INDONESIA ( Analisis Data Susenas Kor 2001 ). Universitas Gadjah Mada.
Muiyati, A., 2008. Kajian Luas Rumah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan
Rendah di Kawasan Pusat Kota. Jurnal Sipil, Mesin, Arsitektur,dan Elektro
(SMARTek), 6(3), pp.184–192.
Pinem, M., 2010. Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Kualitas Permukiman di
Kelurahan Sidorejo Kecamatan MedanTembung Kota Medan. Jurnal
Geografi Universitas Negeri Medan, 1(2), pp.71–80.
Priyono, Jumadi & Kurniasari, I., 2013. Pengukuran Kualitas Pemukiman
HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN SRAGEN : MASYARAKAT DALAM STRATEGI.
Journal Geoedukasi Universitas Surakarta, 2(1), pp.52–59.
Pullan, R.L. et al., 2014. Geographical Inequalities in Use of Improved Drinking
Water Supply and Sanitation across Sub-Saharan Africa : Mapping and
Spatial Analysis of Cross-sectional Survey Data. PLoS Medicine, 11(4).
Ridwan, U.H. & Giyarsih, S.R., 2012. Kualitas Lingkungan Permukiman
Masyarakat Suku Bajo di Daerah yang Berkarakter Pinggiran Kota dan
Daerah Berkarakter Pedesaan di Kabupaten Muna. Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota, 8(2), pp.118–125.
Roy, M. et al., 2014. Surveillance of Social and Geographic Inequalities in
Housing-Related Issues : The Case of the Eastern Townships , Quebec
( Canada ). International Journal of Environmental Research and Public
Health, 11, pp.4825–4844.
Shrestha, A. et al., 2017. Water Quality , Sanitation , and Hygiene Conditions in
Schools and Households in Dolakha and Ramechhap Districts , Nepal :
Results from A Cross-Sectional Survey. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 14(89), pp.1–21.
WHO, 2010. International Workshop on Housing , Health and Climate Change :
Developing guidance for health protection in the built environment
mitigation and adaptation responses Meeting report, Geneva, Switzerland.