Analisis Puisi dan Prosa Secara Reseptif

TUGAS KAJIAN BAHASA INDONESIA I
ANALISIS PUISI DAN PROSA SECARA RESEPTIF DAN PRODUKTIF

Disusun Oleh :
Anisa Inggit Wijayanti
292013305
RS13I

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

1

ANALISIS SECARA RESEPTIF
A. Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur
unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Sebagai contoh penerapan
pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra anak secara reseptif sebagai berikut :

Kupu-Kupu
Di tamanku ada seekor kupu-kupu
Selalu terbang dengan lucu
Aneka warna sayapmu
Indah dipandang selalu
Namun, orang suka usil padamu
Kau selalu diburu-buru
Sayapmu dicabuti
Badanmu diteliti
Wahai kawanku
Jangan tangkap kupu-kupu
Lestarikan hewan itu
Tuk menambah keindahan tamanmu
Keindahan pada puisi diatas terbesit keindahan irama yaitu nada pada puisi ini
menggunakan nada yang datar bahkan nadanya cenderung turun. Tempo yang
digunakan cenderung pelan. Tekanan pada puisi ini pada larik "Wahai kawanku"
dimana pada lirik itu mengajak orang lain.
Keindahan yang dapat kita rasakan adalah keindahan isi yang terkandungnya,
dalam lirik lestarikan hewan itu. Larik tersebut mendorong kita untuk melestarikan
dan menjaga keindahan alam agar tetap indah. Pada puisi ini juga mengungkapakan

2

prasaan sedih karena kupu kupu sering di buru hanya untuk di teliti atau di cabuti
sayapnya.
B. Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan
memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap pengarang pada kehidupan.
Pada pendekatan didaktis dalam mengapresiasi karya sastra anak dengan menemukan
nasihat yang terkandung didalamnya. Nasihat-nasihat itu antara lain :
(1) Pada bait pertama , mengandung nasihat bahwa kita harus mensyukuri
anugerah yang di berikan Tuhan dengan adanya kupu-kupu dengan berbagai
macam warna sayapnya. Kita juga harus menjaga dan melestarikan anugerah
yang telah berikan Tuhan.
(2) Pada bait ke dua , mengandung nasihat bahwa kita harus melestarikan hewan
terutama kupu-kupu. Kita tidak boleh membunuh hewan hanya untuk
mencabuti sayap atau digunakan untuk penelitian.
(3) Pada bait ke tiga, mengandung nasihat bahwa kita harus melestarikan
lingkungan terutama hewan-hewan yang ada di sekitar kita. Kita tidak boleh
menangkap kupu-kupu sembarangan karena jika di tangkap terus menerus
akan mempengaruhi populasi kupu-kupu tersebut.

C. Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang berupaya membantu
pembaca memahami gagasan, sikap pengarang, unsur intrinsik, dan hubungan antara
elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka
terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya.
Bunda, Aku Tidak Bohong!
Matahari bersinar terik menampakkan wajahnya pada dunia. Angin berhembus
menggoyangkan dedaunan, menyejukkan cuaca siang ini. Seorang anak laki-laki
berusia delapan tahun berjalan sendirian dengan seragam sekolah yang sedikit basah
oleh keringat. Di tengah perjalanan pulang, siswa kelas tiga SD yang bernama Didit
itu melihat kakaknya dari kejauhan sedang duduk berhadapan bersama beberapa anak
di suatu warung makan.
“Kak Gilang, apa yang Kakak lakukan di sini?” tanya Didit penasaran sambil matanya
memperhatikan kelakuan Gilang dengan teman-temannya. Ada setumpuk kartu
beserta uang kertas lima ribuan di tengah-tengah mereka. “Anak kecil jangan ikut
campur, pulang saja ke rumah! Bilang sama bunda kalau Kakak pulang telat lagi buat
PR di rumah teman,” bentak Gilang yang sibuk memandangi kartu di tangannya.
3

“Jangan kasih tahu bunda yang sebenarnya, ingat!” Didit terdiam lalu perlahan

meninggalkan warung dengan kebingungan.
Beberapa hari ini kakaknya memang selalu terlambat pulang sekolah dan selalu
bilang belajar di rumah temannya. Tapi kata Andhika, teman sekelas Didit, kakaknya
itu bermain kartu di salah satu warung yang tak jauh dari sekolah. Andhika sering
melihat Gilang bersama teman-temannya berkumpul di warung itu sampai sore. Baru
hari ini Didit melihat secara langsung tentang kebenaran perkataan temannya.
Sesampainya di rumah Didit masuk ke kamarnya dan berganti pakaian.
Terdengar seruan Bunda memanggil namanya menyuruh segera makan siang. Didit
pun keluar kamar menuju ruang makan.
“Bunda mau bicara dengan Didit,” kata bunda lembut sambil menarik kursi dan
mendudukinya. Bunda mendekati anaknya yang sedang menikmati santapannya
dengan lahap.
“Bicara apa Bunda?” tanya Didit agak gugup. Dia takut bunda akan menanyakan
pertanyaan seperti biasa, di mana kakaknya sekarang dan kenapa belum pulang. Didit
takut untuk berbohong setelah tahu di mana dan apa yang dilakukan oleh kakaknya.
Ternyata bukan itu yang akan dibicarakan bundanya. “Begini sayang, sudah empat
hari ini Bunda kehilangan uang di dompet. Dompet itu Bunda letakkan di lemari,
tepatnya di bawah pakaian Bunda. Setiap hari uang Bunda hilang Rp20.000 loh
sayang. Apa Didit tahu siapa yang mengambil uang Bunda?” tanya Bunda sambil
memandangi Didit. Didit terkejut mendengar perkataan bundanya. “Didit tidak tahu

Bunda,”
“Benar Didit tidak tahu? Bunda lihat di kamar Didit ada dua komik baru juga ada dua
mainan baru. Apakah Didit memakai uang Bunda untuk membelinya?”
“Didit membelinya pakai uang jajan Didit, Bun. Didit kumpulin selama satu minggu
ini. Didit benar-benar menginginkan komik dan mainan itu jadi Didit memilih untuk
tidak jajan agar bisa membelinya tanpa harus meminta uang sama Bunda atau sama
Ayah,” jelas Didit sedih karena bunda telah menuduhnya mencuri uang.
Wanita yang masih terlihat muda ini bingung mendengar penjelasan putranya. “Benar
begitu? Didit tidak bohong?”
“Iya Bunda. Didit tidak bohong. Didit tidak berani mencuri. Bunda pernah berkata
sama Didit kalau bohong dan mencuri itu perbuatan dosa. Allah akan marah sama
orang yang bohong dan mencuri. Didit tidak mau Allah marah sama Didit, Bun.” kata
Didit terbata-bata dan perlahan mulai menangis.
Bunda memeluk Didit ketika dilihatnya tetesan air bening keluar dari pelupuk mata
anaknya. “Iya, iya. Bunda percaya dengan Didit. Bantu Bunda mencari siapa yang
mencuri uang Bunda ya sayang,”
4

Malamnya Didit telah menemukan jawaban siapa yang telah mencuri uang
bunda. Dia bertekad malam ini juga ia akan mencari bukti dan akan ia tunjukkan

kepada bunda esok hari. Didit tidak tega sebenarnya. Tapi ia harus melakukannya agar
orang itu jera dan tahu kalau perbuatannya salah.
Sekitar pukul sebelas malam, Didit bangun dari tidurnya dan keluar kamar
dengan langkah sangat pelan agar tak terdengar. Pandangan matanya tertuju ke kamar
sebelah, kamar kakaknya. Di bukanya pintu kamar itu perlahan. Tepat seperti dugaan
Didit jika kakaknya tidak ada di sana. Kamar itu kosong. Didit merogoh saku celana
piyamanya dan mengeluarkan handphone nya. Dia menekan tombol dengan cepat
setelah itu kakinya melangkah kembali menuju lantai bawah. Didit menuruni tangga
dengan berjinjit agar langkah kakinya sama sekali tak terdengar.
Tepat di depan pintu kamar orang tuanya Didit berhenti. Dia menarik nafas
kemudian mendorong pintu kamar itu sedikit demi sedikit. Dengan jelas Didit melihat
seseorang sedang membuka dompet bunda dan menarik selembar uang berwarna
hijau. Untung orang itu berdiri membelakangi pintu jadi tak akan tahu jika Didit
sedang melihat perbuatannya. Didit Segera merekam kejadian itu menggunakan
handphone. Kira-kira sudah cukup, Didit langsung meninggalkan kamar itu. Biip…
Biip… Kriing… Handphone Didit bergetar dan berdering. Dia terkejut mendengar
bunyi alarm dari handphone nya. Didit mempercepat langkahnya menuju tangga dan
segera naik menuju kamarnya. Bisa gawat kalau orang itu mendengar dan mengejar
dirinya.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Didit menemui bundanya di dapur dan

menunjukkan rekaman di handphone nya. Bunda sangat terkejut tak menyangka
ternyata anak pertamanya yang telah mencuri uangnya.
“Bilang sama Bunda dengan jujur, apakah Didit tahu kak Gilang mencuri uang Bunda
untuk apa?”
Didit menceritakan apa yang dilihatnya setiap melintas di dekat warung
makan saat berjalan pulang dari sekolah. “Didit baru tahu kemarin Bunda kalau Kak
Gilang bermain kartu dengan teman-temannya di warung. Kata Andhika teman Didit
itu adalah judi karena bermainnya memakai uang.”
“Bangunkan kakakmu sekarang, suruh kemari menemui Bunda,” kata Bunda terlihat
marah.
Gilang tertunduk ketika berhadapan dengan bundanya. Mulutnya seakan terkunci tak
bisa mengeluarkan suara saat ia melihat bunda marah dan menasihatinya. “Maafkan
Gilang, Bun. Gilang berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” kata Gilang dengan
terbata dan menyesal.
5

“Selama satu bulan, Bunda tidak memberi uang saku buat Gilang. Gilang juga tidak
boleh ke mana-mana sehabis pulang sekolah. Ini hukumannya buat Gilang. Perbuatan
Gilang itu sangat salah, merugikan orang lain dan sangat berdosa. Dari sekaranglah
harus belajar untuk tidak mengambil hak orang lain dan tidak berbohong. Bunda juga

tidak mau anak Bunda seorang penjudi,” ujar Bunda sambil menatap lekat mata anak
pertamanya yang berdiri dengan gemetar.
Anak laki-laki yang telah duduk di bangku kelas enam itu menangis tanpa bersuara.
“Bunda tidak akan memukul Gilang, juga tidak akan mengatakan ini pada Ayah.
Semoga Gilang sadar kalau perbuatan Gilang akan merugikan Gilang sendiri. Jadilah
anak baik seperti adikmu, Nak.” lanjut Bunda tersenyum sambil membelai rambut
anaknya dan menghapus airmata yang membasahi pipi Gilang.
“Maafkan Didit, Kak. Didit yang merekam perbuatan Kakak semalam dan
menunjukkannya pada Bunda. Bukan Didit mau membuat Kakak dimarahi, Didit
hanya ingin Kakak sadar jika kelakuan Kakak salah,” ujar Didit yang telah berada di
dekat Gilang dan bundanya.
“Tidak apa-apa, Dit. Kakak memang pantas dimarahi karena telah melakukan
perbuatan

yang

salah,”

balas


Gilang

yang

mulai

mau

tersenyum.

“Kakak tenang saja. Selama satu bulan ini, setengah dari uang saku Didit akan Didit
berikan untuk Kakak. Didit tidak tega kalau Kakak sampai tidak jajan di sekolah.
Tapi, Kakak harus janji ya tidak akan berjudi lagi!” kata Didit sungguh-sungguh.
“Terima kasih adikku, kamu memang anak yang baik,” Gilang membawa Didit dalam
pelukannya.
Mendengar perkataan Didit, Bunda jadi terharu. “Bunda ikut berpelukan ya,” kata
Bunda pada Gilang dan Didit. Mereka berdua mengangguk dan berkata, ”Kita seperti
Teletubbies dong, tapi kurang satu orang lagi, hahaha…”
Setelah membaca cerita "Bunda, Aku Tidak Bohong" dapat dianalisis unsurnya
sebagai berikut :

BUNDA, AKU TIDAK BOHONG !
(1) Tema Cerita
Perlu adanya bukti yang akurat untuk menghindari salah faham. Harus
mengakui kesalahan kita.
(2) Latar Cerita
Cerita ini berlangsung di berbagai tempat yaitu pada saat perjalanan pulang
sekoalh, di salah satu warung makan, di ruang makan, di kamar ibu, dan di
rumah.
(3) Plot cerita
Plot cerita ini maju dengan rangkaian peristiwa sebagai berikut :
6



Pengenalan masalah : Di tengah perjalanan pulang, siswa kelas tiga SD
yang bernama Didit itu melihat kakaknya dari kejauhan sedang duduk
berhadapan bersama beberapa anak di suatu warung makan. Setelah
didekati ternyata ada setumpuk kartu beserta uang kertas lima ribuan di




tengah-tengah mereka.
Permasalahan : Pada saat Bunda menanyakan pada Didit bahwa sudah
empat hari sering kehilangan uang di dompetnya yang di letakkan di
lemari tepatnya di bawah pakaian. Bunda menuduh Didit yang
mengambil uang Bundanya karena baru saja membeli sebuah komik



kesukaannya.
Klimaks : Pada saat malam hari tepatnya pada jam sebelas malam
Didit keluar kamar dengan membawa handphone-nya lalu pergi ke
kamar Bunda dan melihat kakaknya sedang mengambil uang di
dompet. Lalu, Didit merekam semua kejadian. Pagi harinya Didit
menunjukan rekaman yang tadi malam ke Bunda dan menceritakan apa
yang dilakukan kakaknya di warung makan. Akhirnya kakanya
dipanggil dan dimarahi Bunda, sebagai sanksinya kakaknya tidak di



beri uang saku selama satu bulan.
Penyelesaian masalah : Bunda memaafkan perbuatan kakaknya.
Kakaknya juga menyadari bahwa perbuatannya tidak baik.

Jika dilihat dari segi banyak alurnya, cerita diatas menggunakan alur maju
karena peristiwanya beranjak terus menerus ke depan. Sedangkan, dilihat dari
segi sifat alurnya, cerita ini menggunakan alur rapat karena seluruh peristiwa
yang ditampilkan pelaku berpusat pada satu alur.
(4) Penokohan
 Pelaku utama (protagonis) dan sifat-sifatnya.
Didit dengan sifatnya yang baik hati, sabar, pemaaf, pemberani,


penyayang.
Pelaku antagonis dan sifat-sifatnya.
Gilang (kakak Didit) dengan sifat yang keras, nakal, panjang tangan



karena mencuri uang didompet Bunda hanya untuk berjudi.
Pelaku tambahan.
Bunda dengan sifat yang tegas menberi sanksi pada Gilang (kakak

Didit) karena telah mencuri.
(5) Gaya penyampaian

7

Gaya pengarang dalam menyajikan cerita menggunakan gaya yang berimbang
atau moderat. Pengarang tidak hanya menggambarkan sesuatu yang nakal
pada Gilang (kakak Didit) tetapi juga menggambarkan sesuatu dengan sabar,
baik hati pada Didit.

ANALISIS SECARA PRODUKTIF
A. Pendekatan Parafratis
Pada pendekatan ini siswa dilatih untuk dapat mengubah karya sastra tertentu
diubah menjadi karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan pokoknya.
Berikut contoh parafrase dari puisi ke prosa :
Kupu-Kupu
Di tamanku ada seekor kupu-kupu
Selalu terbang dengan lucu
Aneka warna sayapmu
Indah dipandang selalu
Namun, orang suka usil padamu
Kau selalu diburu-buru
Sayapmu dicabuti
8

Badanmu diteliti
Wahai kawanku
Jangan tangkap kupu-kupu
Lestarikan hewan itu
Tuk menambah keindahan tamanmu
Puisi "Kupu-Kupu" dapat diubah ke bentuk menjadi sebuah cerpen sebagai berikut :
Kupu-Kupu
Tak terasa hari berlalu sangat begitu cepat. Aku yang selalu di sibukkan oleh PR
(Pekerjaan Rumah) yang seringkali menghantui hari-hariku. kini saatnya aku terbebas
dari tekanan itu dan sejenak untuk merehatkan pikiran. Dengan muka masih kucel,
mata sayup, dan seakan badan terasa lemas aku terbangun lalu melihat jam yang
sudah menunjukan pukul 06:00 pagi.
Aku yang masih menggunakan piama kesayanganku dengan corak polkadot
warna pink soft dengan background warna hitam langsung membuka jendela kamar
kecilku. Udara yang segar dan pemandangan yang sangat indah menyambut pagiku
dengan indah. Pohon pohon yang hijau dengan daun-daun yang di basahi oleh embun
pagi menambah kesejukkan desaku. Tiba-tiba pandanganku menuju ke arah taman
kecilku yang hanya 4x6meter , bunga-bunga yang sedang bermekaran dengan warna
yang sangat indah di tambah banyak kupu-kupu yang sedang berterbangan dari bunga
yang satu ke bunga yang lain. Sesegera mungkin aku langsung turun menuju taman.
Saat sampai dapur aku melihat Mama dan Bi Jum sedang memasak untuk sarapan.
"Dinda, mau kemana? Jangan lari-lari nanti jatuh baru di pel sama Bu Jum" kata
Mamaku
"Itu Ma mau liat kupu-kupu di taman" kataku sambil tetap lari menuju taman
Sesampainya di taman aku terkagum-kagum melihat kupu-kupu yang sedang
berterbangan sangat luwes dan lucunya. "Indahnya" cletusku.
"Apanya yang indah Dinda?" Mama bertanya.
"Kupu-kupunya Ma bagus banget, warna-warni. Tangkap satu ah" kataku sambil jalan
menuju taman untuk menangkap kupu-kupu
"Ehhhh.. jangan" kata Mama dengan intonasi yang tinggi.
"Lah, kenapa Ma? Kan Cuma mau tangkap satu nanti tak kasihkan toples buat
pajangan di kamar Dinda" kataku yang tetap ingin menangkap kupu-kupu itu.

9

"Tapi satu saja ya Dinda, apling nanti kalo di kasihkan toples mati, kasihan kupukupunya. Mereka juga ingin hidup bebas seperti kita" kata Mama dengan
mengancamku.
"Iya Mama" kataku sambil menangkap kupu-kupu.
Dengan sigap aku menagkap kupu-kupu itu hanya denagn menggunakan tangan.
"Happp... Kena kamu" kataku sambil tertawa.
Aku langsung berlari mengambil toples atau wadah buat kupu-kupu yang ber saja aku
tangkap. Dengan masih tertawa-tawa kecil aku bertanya pada Mama "Ma.. Dinda
minta toples dong buat naruh kupu-kupu ini"
Sembari menunggu di ambilkan Mama toples aku sibuk dengan kupu-kupu yang ada
di tanganku.
"Nih ma, cantikkan kupu-kupuku?"
Mama hanya geleng-geleng kepala smabil memberikan toplesnya.
"Makasih Ma" kataku sambil jalan ke kamar
Sesampai dekat tangga Mama berteriak "Ehh.. Dinda jangan lupa tutup toplesnya di
kasih lubang biar kupu-kupunya ngak mati" aku yang hanya dengar samar-samar
langsung meng-iyakan perkataan Mama.
Kupu-kupu yang tadi aku tangkap langsung di masukkan ke toples dengan tutup tanpa
ada ventilasi untuk pertukaran udara.
Keesokan harinya ketika aku terbangun aku melihat kupu-kupuku sudah mati. Aku
langsung menemui Mama dengan piama yang kali ini bukan polkadot tapi gambar
doraemon. Dengan lari menuruni tangga,denagn muka masih sayup dan raut muka di
tekuk, aku memanggil-mnggil Mama.
"Ma.. Ma.. Ma.. Mama dimana sih?"
Suara terdengar agak samar-samar. Pikirku sepertinya ini Mama sedang dapur.
Denagn sigap aku langsung menuju ke dapur. Ternayata hanya ada Bi Jum. "Bi,
Mama mana?"
"Itu non di kebun" jawab Bi Jum
Sesampainya di kebun aku melihat Mama yang sedang menyiram bunga-bunga di
taman.
"Ma.. kupu-kupuku kok mati?" bertanya dengan wajah yang sedih
Mana Mama lihat
"Lah, salah siapa tutup toplesnya ngak di kasih lubang! Kan Mama udah bilang
tutupnya di kasih lubang biar ngak mati, kamu sih ngak dengerin Mama" dengan nada
agak jutek
"Haa.. terus gimana? Dinda mau kupu-kupunya lagi" kataku sambil merengek-rengek
agar di tangkapkan satu lagi.
"Kemarin mama bilang gimana? Satu aja to. Ya udah berarti udah ngak boleh nangkep
satu lagi. Sudah buang sana di tong sampah" suruh Mama.
Dengan muka kesal aku pergi ke halaman depan untuk membuang kupu-kupunya.
Tapi sebelum di buang aku berencana untuk mengambil kupu-kupunya untuk di ambil
10

sayapnya. Ku cabut sayap pertama. Saat ingin mencabut sayap ke dua tiba-tiba Mama
berterik dari kejauhan.
"Dinda.. jangan kasihan kupu-kupunya. udah buang aja!" dengan wajah sedikit
marah.
"Biarin, kan ini udah mati Ma" jawabku
"Walaupun sudah mati tetap ngak boleh. Cepat buang!" kata Mama sambil
membuang kupu-kupu dan sayapnya yang sudah aku cabut ke tong sampah.
"Ih Mama kenapa ngak boleh dicabut?"
"Ya ngak boleh, kamu aja kemarin sudah mengkap kupu-kupu sama saja sudah
mengurangi populasi kupu-kupu. Apalagi di tambah barusan mencabuti sayapnya.
Apa kamu tidak kasihan? Coba saja kalo kamu jadi kupu-kupunya, mau di cabuti
sayapnya terus ngak bisa terbang lagi?
"Ya, ngak mau Ma" jawabku
"Makanya, jangan sembarangan nangkep-nangkep hewan apa lagi kamu siksa kaya
tadi. Di cabuti sayapnya. Bahkan dulu waktu Mama masih SMA, Mama sering
nangkep kupu-kupu buat di teliti tapi sebelumnya di awetkan dulu. Dulu sih Mama
semapt mikir kalau setiap tahunnya banyak yang buat penelitian tentang kupu-kupu
terus kupu-kupu di buru nanti populasi kupu-kupunya bisa sedikit. Nanti di taman kita
tidak ada kupu-kupu lagi" kata Mama
"Ya jangan Ma. Ya udah Dinda ngak mau nangkep kupu-kupu lagi nanti ngak bisa
lihat kupu-kupu yang cantik di taman" kataku sambil jalan ke dalam rumah.
"Nah, gitu dong. Memang anak Mama yang apling pinter" sambil mengelus-lus
rambutku dan menciumku.
B. Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk
memahami unsur-unsur instrinsik yang menangun suatu karya sastra tertentu dan
hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Kupu-Kupu
Di tamanku ada seekor kupu-kupu
Selalu terbang dengan lucu
Aneka warna sayapmu
Indah dipandang selalu
Namun, orang suka usil padamu
11

Kau selalu diburu-buru
Sayapmu dicabuti
Badanmu diteliti
Wahai kawanku
Jangan tangkap kupu-kupu
Lestarikan hewan itu
Tuk menambah keindahan tamanmu
1. Unsur Lahiriah (metode puisi)
a. Diksi (pilihan kata)
Pada puisi yang berjudul "Kupu-Kupu" dapat dianalisis sebagai berikut
Pada bait ke-1
Di tamanku ada seekor kupu-kupu (ditaman miliknya ada seekor kupukupu)
Selalu terbang dan lucu (kupu-kupu tersebut selalu terbang hinggap di
bunga yang satu ke bunga yang lainnya)
Aneka warna sayapmu (berbagai macam warna dan corak pada sayap
kupu-kupu)
Indah dipandang selalu (jika kita memandang serasa indah)
Pada bait ke-1 kata-kata yang dipilih dan disusun (diksi)
menunjukan suatu kekaguman dan keterpesonaan pada ciptaan Tuhan.
Kata-kata yang digunakan sederhana tetapi mengandung makna yang
dalam. Ketika dibaca perbaris makna itu belum terlihat, akan tetapi jika
dibaca secara keseluruhan akan ditemukan makna yang penuh
kekaguman. Walaupun pilihan kata yang digunakan sederhana tetapi
membentuk susunan kalimat yang indah.
Pada bait ke-2
Namun, orang suka usil padamu (sering ditangkap)
Kau selalu diburu-buru (selalu di cari atau di tangkap)
Sayapmu dicabuti (sayapnya sering di cabuti)
Badanmu diteliti (baik badan maupun sayap di teliti bahkan diawetkan
dan di pajang)
Pada bait ke-2 ini, susunan kalimat yang dipilih dan digunakan
lebih sederhan dari bait yang ke-1. Apabila bait yang ke-2 ini dicermati
12

lebih mendalam akan menghadirkan suasana keperihatinan dan
kesedihan terhadap nasib sang kupu-kupu.
Pada bait ke-3
Wahai kawanku (mengajak teman-teman)
Jangan kau tangkap kupu-kupu (jangan menangkap kupu-kupu)
Lestarikan hewan itu (kita harus menjaga, melestarikan, merawat
kupu-kupu)
Tuk menambah keindahan kebunmu (untuk menambah keindahan dan
keasrian taman atau kebunmu)
Pada bait yang ke-3, kata yang di gunakan juga sederhana. Pada bait
ini terdapat suatu pesan (makna) mulia yang disampaikan si penulis
puisi untuk pembaca puisi.
b. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang di gunakan dalam puisi "Kupu-Kupu" menggunakan
sat8u gaya bahasa yaitu gaya bahasa tropen atau gaya bahasa yang
mempergunakan kata kata yang tepat dan sejajar artinya dengan
pengertian yang dimaksud.
c. Kata Konkret,
Pada penggalan puisi di atas semua kata-kata menggunakan kata-kata
yang konkret. Contohnya pada larik :
Sayapmu dicabuti
Badanmu diteliti
Kata dicabuti, diteliti sudah merupakan kata konkret.

d. Daya Bayang (Imagery)
Pada puisi "Kupu-Kupu" daya bayang yang digunakan pengarang
cukup bagus, karena daya bayang dapat memanifestasikan pada diksi,
kata konkret dan gaya bahasa. Sedangkan pada puisi "Kupu-Kupu"
diksi yang digunakan sangat sederhana. Kata konkret juga semuanya

13

kata konkret, tidak ada kata kiasan. Gaya bahasa yang digunakan juga
hanya menggunakan gaya bahasa sejenis yaitu gaya bahasa tropen.

e. Irama dan Rima


Irama berkaitan dengan :
Tekanan (keras lmbutnya suara), pada puisi "Kupu-Kupu"
tekanan yang diberikan pada larik yang "Wahai kawanku"
tekanan yang di berikan lebih keras. Sedangkan tekanan pada
larik yang lain cenderung datar.
Tempo (panjang pendeknya suara), pada puisi "Kupu-Kupu"
temponya teratur. Kecuali pada kata "Namun" yang temponya
pendek dan pada kata "Wahai" yang temponya panjang.
Nada (tinggi rendahnya suara), pada puisi "Kupu-Kupu"
cenderung melengkung-lengkung atau naik turun.
Jeda (perhentian sejenak), pada puisi "Kupu-Kupu"

terdapat

pada kata "Namun".


Rima, persamaan bunyi awal, akhir, awal-akhir
Pada puisi "Kupu-Kupu" persamaan bunyi dari awal hingga akhir
sama. Bisa dilihat dari akhiran kata menggunakan huruf "u".

2. Unsur batiniah puisi (hakikat puisi)
a. Tema :
Puisi "Kupu-Kupu" menuangkan tema "Keprihatinan tentang kupu-kupu"
b. Rasa (feeling) :
14

Pada puisi "Kupu-Kupu" pengarang ingin memberikan rasa sedih, prihatin
karena kupu-kupu digunakan untuk penelitian bahkan kadang sering di
cabuti sayapnya.
c. Nada (tone) :
Puisi "Kupu-Kupu" , pengarang bersifat persuasif, untuk mengajak
pembaca agar mencintai lingkungan dan melestarikan lingkungan dan alam
kita agar tetap indah.
d. Amanat :
Pada puisi "Kupu-Kupu" mengandung nasihat agar kita bisa mencintai
lingkungan, melestarikan dan menjaga alam kita yang sudah di berikan
Tuhan.

Kebanyakan

mempergunakan

alam

orang

sekarang

semaunya

hanya

sendiri.

bisa
Tidak

merusak

dan

memperhatikan

keseimbangan alam, populasi hewan-hewan, dan bahaya pada kerusakan
lingkungan.

15

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65