Analisis Kasus Perceraian Antara Pasanga

Analisis Kasus Perceraian Antara Pasangan Suami Istri Warga Negara Amerika
Serikat yang Sudah Lebih dari Tujuh Tahun Berdomisili di Indonesia, yang Diajukan
Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

(.Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata Internasional, Dosen Pengampu
Dona Budi Kharisma S.H., M.H.)

Disusun Oleh :


Achmad Rayhan Akbar

E0014003



Asmarsha Qathrinada

E0014049




Caroline Maria M

E0014075



Fitri Ayu Ranti



Ilman Ramadhanu

E0014166

E0014201
1




Laras Ayu Sahita

E0014230



Saras Hanin

E0014369

Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara di dunia pada umumnya, memiliki peraturan-peraturan tentang hukum
perikatan antara dua individu dalam suatu perkawinan. Perikatan yang terjadi antara kedua
individu ini pasti akan menimbulkan akibat-akibat hukum bagi kedua belah pihak, seperti

hak dan kewajiban bagi suami dan istri, pencampuran harta kekayaan dan sebagainya. Hal
yang tentu tidak bisa dilepaskan dari perkawinan adalah perceraian. Akibat-akibat hukum
tersebut akan menjadi lebih kompleks jika terjadi perceraian antara kedua pihak karena
akan muncul aspek-aspek yang harus diperhitungkan dengan jelas, seperti pembagian harta
kekayaan, hak asuh anak dan sebagainya. Tidak akan sulit halnya jika kedua belah pihak
yang bersangkutan tunduk pada satu hukum nasional yang sama. Namun, bagaimana jika
kedua belah pihak tersebut tunduk pada hukum nasional yang berbeda satu sama lain?
Didalam makalah ini akan dijelaskan mengenai analisis kasus mengenai dua orang yang
berkewarganegaraan Amerika Serikat yang berdomisili di Indonesia selama 7 tahun dan
melakukan perceraian di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

2

a. Hukum Negara manakah yang berhak digunakan untuk menyelesaikan kasus
tersebut?
b. Akibat-akibat hukum apa saja yang timbul dari hasil keputusan pengadilan?

3


BAB II
TINJAUAN MASALAH
Tanggal 23 Mei 1997, Purnima Ralhan (Pemohon) menikah dengan Jonathan Kine
(Termohon) di Philadelphia, Amerika Serikat (Berdasarkan serifikat nomor D.71700). Dari
perkawinan tersebut telah lahir seorang anak perempuan bernama Lara Rose di Jakarta pada
tanggal 24 Desember 2001. Selama tinggal di Indonesia, Pemohon tinggal bersama
Termohon dan anak perempuan mereka di daerah kuningan Jakarta Selatan.
Pada awalnya kehidupan rumah tangga mereka berjalan harmonis walaupun sering
timbul perselisihan dan pertengkaran yang belakangan diikuti dengan tindak kekerasan.
Hingga pada tanggal 19 Agustus 2007 terjadi pertengkaran dimana Termohon melemparkan
gelas hingga pecah di depan anak perempuan mereka, sehingga secara psikologis membawa
akibat buruk terhadap perkembangan jiwanya. Pada tanggal 20 Agustus 2007, Pemohon
beserta anaknya meninggalkan tempat tinggalnya, dan menetap sementara di rumah orang
tua Pemohon yang berada di Kuningan Jakarta Selatan.
Setelah kembali ke rumahnya, pada tanggal 30 Agustus 2007 kembali terjadi
tindakan kekerasan dimana Pemohon di tarik/dilempar dari satu ke ujung yang lain kamar
tidur, tindakan tersebut kembali dilakukan didepan anak. Setelah kejadian ini Pemohon
kembali tinggal sementara di rumah orang tua nya yang berada Kuningan Jakarta
Selatan.Kemudian tanggal 22 September 2007 Termohon memukul meja bundar ruang

tengah di rumah orang tua Pemohon, di depan isteri, mertua dan anak. Termohon membawa
pergi secara paksa anak perempuannya yang kemudian dicegah oleh Pemohon, namun
Pemohon didorong hingga membentur meja dan terjatuh.
Atas tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Termohon, Pemohon
telah melaporkan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya pada tanggal 23 September 2007 sesuai
dengan surat tanda penerimaan laporan No. LP/4026/K/IX/2007/SPK unit-1; bahwa
tindakan kekerasan tersebut Termohon juga mengancam akan membunuh Pemohon,

4

ancaman tersebut perlu mendapat perhatian segera dan serius terhadap nyawa dan keamaan
Pemohon maupun anak Pemohon baik secara fisik maupun psikis.
Dengan keluarnya Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut Termohon
melakukan upaya sampai Peninjauan Kembali namun ditolak oleh Mahkamah Agung
Republik Indonesia sehingga keputusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan merupakan Keputusan yang telah berkekuatan hukum tetap.
A. Gugatan Pemohon
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon mengajukan gugatan
kepada


Pengadilan

Negeri

Jakarta

Selatan

dengan

Nomor

Register

394/Pdt.P/2007/PN.Jak.Sel yang tuntutan nya sebagai berikut :
-

Memberikan perintah perlindungan terhadap Pemohon dan anak

-


Pemohon berserta keluarga Pemohon
Menyatakan mencabut Kuasa Asuh Termohon selaku ayah dari Lara

-

Rose, anak perempuannya
Memerintahkan agar anak ditempatkan dalam perlindungan dan
pengasuhan tunggal Pemohon dan/atau orang tua Pemohon sebagai Kuasa

-

Asuh atas anak Pemohon
Memerintahkan Kepolisian RI dan/atau instasi yang berwenang lainnya
untuk memberikan perlindungan sementara bagi anak Pemohon sejak
diterimana salinan penetapan ini sesuai dengan Pasal 16 UU No. 23

-

Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

Memerintahkan agar izin tinggal Kitas anak dipindahkan dari Termohon

-

kepada Pemohon selaku Kuasa Asuh anak
Menetapkan setiap kali Termohon ingin berkunjung/menemui Lara Rose,
terlebih dahulu mengkonfirmasikan secara tertulis kepada Pemohon
selaku Kuasa Asuh dan atau Pengawasan bersama dari orang tua
Pemohon.

B. Eksespsi Termohon

5

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Termohon mengajukan eksepsi pada
pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:
I. Kompetensi Absolut
Bahwa sudah jelas UU No. 23 Tahun 2004 perihal penghapusan kekerasan
dalam rumah tangga tidak mengatur perihal Kuasa Asuh sebagai dasar permohonan
Pemohon yang meminta Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk “menyatakan

mencabut Kuasa Asuh Termohon selalu ayah dari Lara Rose”. Sedangkan UU No.
23 Tahun 2002 perihal Perlindungan Anak adalah ditunjukkan untuk warga negara
Indonesia, sedang Pemohon, Termohon, dan Anaknya merupakan Warga Negara
Asing. Selain itu, perkawinan Pemohon dan Termohon tidak terdaftar di Kantor
Catatan Sipil Indonesia sehingga penundukkan diri terhadap hukum Indonesia tidak
pernah terjadi, sehingga tidak mungkin diputuskan oleh hukum Indonesia. Maka
Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk memeriksa perkara tersebut, dan untuk
selanjutnya mohon Hakim yang mulia untuk menolak permohonan Pemohon.
II. Permohonan yang diajukan Pemohon memenuhi unsur untuk wajib ditolak
(Contentieuse Jurisdictie)
Bahwa cukup terang dan jelas selain Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
tidak dapat diperuntukkan bagi Pemohon, Termohon dan anak mereka yang adalah
warga negara asing. Termohon sendiri telah memenuhi syarat sebagai orang tua
yang baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Undang-Undang No. 23 Tahun
2002, bahwa sebagai ayah yang amat sangat menyayangi anaknya yaitu Lara Rose
Kine maka Termohon telah terbukti selama ini mengasuh, memelihara, mendidik
dan melindungi anak, menumbuhkembangkan anak sesuai kemampuan, bakat dan
minatnya; dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak, sehingga tidak
ada dasar untuk mencabut Kuasa Asuh yang dimiliki Termohon ;
Bahwa Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

dalam Rumah Tangga tidak dapat digunakan dalam permohonan ini, karena

6

Termohon secara tegas menyatakan bahwa Pemohon sendiri adalah seorang yang
telah melalaikan kewajibannya kepada anak Termohon dengan menyeret anak
Termohon ke dalam konflik suami istri antara Pemohon dan Termohon dalam pokok
perkara. Bahwa apa yang terjadi dalam hal yang diajukan Pemohon jelas merupakan
suatu sengketa/perselisihan sehingga Pemohon tidak dapat mengajukan dalam
bentuk gugatan karena adanya sengketa (contentieuse jurisdictie) yang berhubungan
dengan perselisihan, oleh sebab itu permohonan yang diajukan oleh Pemohon wajib
ditolak, hal ini dipertegas dalam surat Mahkamah Agung RI tertanggal 3 Maret
2006, No. 01/Tunda.Pdt/III/2006.
III. Permohonan yang diajukan Pemohon tidak jelas/kabur (Obscuur Label),
karen Posita dan Petitumnya tidak sesuai
Bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan perlindungan dan kuasa hak
asuh berdasarkan Undang- Undang No. 23 Tahun 2004 yang padahal kuasa asuh
harus menggunakan dasar hukum Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, perihal
perlindungan anak , sehingga penggabungan perlindungan dan kuasa asuh tersebut
menyebabkan permohonan Pemohon menjadi kabur, apalagi Pemohon tidak

menggunakan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 sebagai dasar hukumnya. Bahwa
dengan demikian, permohonan dari Pemohon tidak jelas/kabur (obscuur libel) oleh
karenanya sudah selayaknya Majelis Hakim untuk menolak permohonan tersebut.
IV. Permohonan kurang pihak (Plurium Litis Consortium)
Bahwa apabila permohonan sudah tidak memenuhi unsur voluntaire
jurisdictie maka permohonan tersebut harus ditolak, mengingat pula petitum
permohonan point kedua, keempat dan ketujuh yang melibatkan orang tua
Pemohon, yakni Krishan Kumar Raihan dan Jayashree Raihan maka permohonan
Pemohon telah terjadi kurang pihak. Oleh karenanya sudah selayaknya Majelis
Hakim untuk menolak permohonan tersebut.
V. Permohonan Prematur

7

Bahwa dengan demikian, permohonan dari Pemohon jelas prematur karena
perceraian belum terjadi, oleh karenanya sudah selayaknya Hakim untuk menolak
permohonan tersebut.
C. Putusan Pengadilan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 394/Pdt.P/2007/PN.Jak.Sel., tanggal
21 Januari 2008 adalah sebagai berikut :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Memberikan perintah perlindungan atas :K.K. Ralhan dan Ibu J. Ralhan;
Purnima Ralhan (Pemohon); Lara Rose (anak kandung Pemohon) ;
3. Memerintahkan mengalihkan untuk sementara Hak Pengasuhan anak
yang bernama Lara Rose dari Termohon (Jonathan I Kine) kepada
Pemohon (Purnima Ralhan), dengan ketentuan apabila Termohon
(Jonathan

I

Kine)

ingin

melihat

anaknya

terlebih

dahulu

memberitahukan kepada Pemohon ;
4. Memerintahkan Kepolisian Republik Indonesia dan atau instansi yang
berwenang lainnya untuk memberikan perlindungan bagi Pemohon
(Purnima Ralhan) dan anaknya (Lara Rose) dan orang tua Pemohon
Bapak KK Ralhandan Ibu J. Ralhan dalam jangka waktu 1 x 24 jam
sejak diterimanya salinan penetapan ini sesuai dengan Pasal 16 UndangUndang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga ;
5. Memberikan kewenangan kepada Pemohon selaku pemegang hak asuh
anak Lara Rose untuk memindahkan ijin tinggal KITAS atas nama Lara
Rose dari ayahnya Jonathan I Kine kepada Pemohon;
6. Membebankan kepada Pemohon biaya perkara permohonan sebesar
Rp.105.000,- (seratus lima ribu rupiah).

8

BAB III
PEMBAHASAN
A. Titik taut Primer dan Sekunder
Purnima Rahlan merupakan wanita berkewarganegaraan Amerika Serikat. Pada
tahun 1997 Purnima menikah dengan Jonathan Kline yang juga berkewarganegaraan
Amerika Serikat, dan pindah ke Indonesia dan berdomisili di Indonesia selama 7 tahun.
Pada tahun 2007 Purnima mengajukan gugatan perceraian di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Purnima dan Jonathan memiliki harta kekayaan yang berada di Amerika Serikat
dan Indonesia. Dasar-dasar yang digunakan oleh Purnima dan Kuasa hukumnya untuk
mengajukan gugatan perceraian adalah dengan marriage certificate yang dikeluarkan oleh
otoritas Philadelphia dan dengan alasan bahwa Jonathan telah melakukan kekerasan dalam
rumah tangga terhadap Purnima. Dari penjelasan diatas dapat ditemukan titik taut
primernya yaitu:
-

Kewarganegaraan
Domisili
Tempat terjadinya perbuatan hukum

-

Pilihan hukum Internasional

: Amerika Serikat
: Indonesia
: Indonesia ( konflik yang
menyebabkan cerai )
: Hukum Indonesia

Titik taut sekundernya yaitu Hukum Domisili.
B. Analisis Kasus :
Pada awalnya Pemohon mengajukan gugatan antara lain perceraian, pengalihan hak
asuh anak dan perlindungan atas Pemohon, Anak, dan kedua orang tua Pemohon. Namun
menurut Termohon gugatan dari Pemohon tidak dapat dikabulkan oleh pengadilan di
Indonesia dikarenakan si Pemohon hanya berbekal marriage certificate yang dikeluarkan
oleh pemerintah Philadelphia, marriage certificate mereka belum di daftarkan di dalam
Catatan Sipil Indonesia. Jadi hukum Indonesia tidak mengakui perkawinan antara
keduanya. Dan menurut hukum Indonesia jika ingin mengajukan gugatan perceraian,
pernikahan tersebut harus diakui oleh hukum Indonesia. Jadi Pemohon akhirnya hanya

9

mengajukan gugatan mengenai peralihan hak asuh anak dan perlindungan terhadap
Pemohon, Anak, dan kedua orang tua Pemohon. Sementara itu jika gugatan peceraian ini
juga tidak bisa diajukan di Philadelphia, karena di Philadelphia menganut asas Bona fide
Resident yaitu asas dimana suatu permohonan gugatan perceraian hanya dapat diajukan
apabila yang bersangkutan berdomisili sekurang-kurangnya enam bulan berturut-turut
sebelum gugatan diajukan. Sehingga disini berlaku teori renvoi yang berarti pengadilan dan
hukum yang digunakan adalah pengadilan dan hukum dimana gugatan tersebut diajukan.
Kemudian di dukung dengan Pasal 16 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang kekuasaan kehakiman, yang menjelaskan bahwa pengadilan tidak dapat menolak
untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih
bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya. Jadi, pengadilan di Indonesia harus menerima gugatan yang diajukan.
Majelis hakim yang mengadili gugatan ini juga sepakat untuk menerapkan hukum
Indonesia dalam perkara ini, karena melihat fakta-fakta bahwa kedua pasangan WNA ini
lebih lama tinggal atau berdomisili di Indonesia dibandingkan di tempat asalnya,
Philadelphia. Penerapan hukum Indonesia juga akan berpengaruh kepada aspek keadilan
karena hakim-hakim tersebut lebih menguasai hukum Indonesia dibandingkan hukum
Philadelphia.
Hakim mengabulkan permohonan yang diajukan Pemohon. Putusan Pengadilan
hanya mencakup tentang; pengalihan untuk sementara hak pengasuhan anak yang bernama
Lara Rose dari Termohon kepada Pemohon; memerintahkan kepada Kepolisian Republik
Indonesia dan atau instansi yang berwenang lainnya untuk memberikan perlindungan bagi
Pemohon dan anaknya dan orang tua Pemohon; dan memberikan kewenangan kepada
Pemohon selaku pemegang hak asuh anak untuk memindahkan ijin tinggal KITAS atas
nama Lara Rose dari ayahnya kepada Pemohon.
Dasar hakim memberikan hak asuh sementara kepada Pemohon dikarenakan
Termohon telah melakukan kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap Pemohon di hadapan
anak mereka. Kemudian Hakim hanya memberikan hak asuh sementara kepada Pemohon

10

dikarenakan mempertimbangkan eksepsi dari Termohon yang menyatakan bahwa
pernikahan antara Pemohon dan Termohon masih bersifat prematur di mata hukum
Indonesia karena belum terjadinya perceraian. Sehingga hak asuh anak hanya bisa dialihkan
sementara.

11

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada awalnya kasus ini diajukan di Pengadilan Indonesia namun dikarenakan
mereka adalah warga Negara Asing yang pernikahannya belum terdaftar di Catatan Sipil
Indonesia dan hanya berbekal marriage certificate, maka Hakim Indonesia menunjuk pada
hukum Philadelphia. Akan tetapi, gugatan tersebut tidak dapat diajukan di Philadelphia
karena tidak memenuhi syarat hukum yang berlaku yaitu minimal harus berdomisili
sekurang-kurangnya enam bulan berturut-turut sebelum gugatan diajukan (asas bona fide
resident). Dengan adanya hal tersebut maka hukum yang berlaku kembali menunjuk pada
hukum Indonesia (teori Renvoi).
Berdasarkan Putusan Pengadilan, akibat hukum yang berlaku adalah pengalihan
untuk sementara hak pengasuhan anak yang bernama Lara Rose dari Termohon kepada
Pemohon; memerintahkan kepada Kepolisian Republik Indonesia dan atau instansi yang
berwenang lainnya untuk memberikan perlindungan bagi Pemohon dan anaknya dan orang
tua Pemohon; dan memberikan kewenangan kepada Pemohon selaku pemegang hak asuh
anak untuk memindahkan ijin tinggal KITAS atas nama Lara Rose dari ayahnya kepada
Pemohon.
B. Saran
Untuk Warga Negara Asing yang sudah menikah dan kemudian berdomisili di
Indonesia sebaiknya mendaftarkan perkawinan mereka di Catatan Sipil Indonesia, agar jika
terjadi suatu peristiwa hukum terkait dengan perkawinan maka dapat diselesaikan di
Pengadilan Indonesia.

12

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Hardjowahono, Bayu Seto. 2013. Dasar – Dasar Hukum Perdata Internasional. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Khairandy, Ridwan. 2007. Pengantar Hukum Perdata Internasional. Yogyakarta: FH UII
Press.
Aturan Perundang-Undangan :
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No : 394/Pdt.P/2007/PN.Jak.Sel
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No : 76/PK/PDT/2009
Artikel Internet :
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol19773/nikah-di-philadelphia-cerai-di-jakarta ,
diakses tanggal l8 Desember 2015.

13

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Hubungan Antara Kepercayaan Diri DenganMotivasi Berprestasi Remaja Panti Asuhan

17 116 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4